Anda di halaman 1dari 95

PEMIKIRAN EKONOMI ABU YUSUF (113-182 H/731-798 M)

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Pemikiran Ekonomi


Islam

Dosen Pengampu:

ANANG HARIS FIRMANSYAH, M. Pd.

Disusun Oleh

Kelompok 4 Kelas 3G :

1. MUHAMMAD ULUL „AZMI 12401183266


2. EKI WAHYUNINGTIAS 12401183284
3. SULIH RIANTO 12401183286

PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW. Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat memberikan
informasi bagi para pembaca khususnya mahasiswa jurusan Perbankan Syariah
(PS).
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penyusun berharap kepada semua pihak atas segala saran dan kritiknya
demi kesempurnaan makalah ini. Ucapan terima kasih kami haturkan pada seluruh
pihak yang mendukung penyusunan makalah ini, antara lain:
1. Bapak Dr. H. Maftukhin, M. Ag, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung,
2. Bapak H. Dede Nurrohman, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Tulungagung,
3. Bapak Muhamad Aqim Adlan, S. Ag., S. Pd., M. E. I selaku ketua jurusan
Perbankan Syariah,
4. Bapak Anang Haris Firmansyah, M. Pd., selaku dosen pengampu mata
kuliah Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam,
5. Serta semua pihak yang telah membantu penyusun dalam menyelesaikan
makalah ini.
Demikian yang dapat penyusun sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan menjadi bekal pengetahuan bagi pembaca di
kemudian hari.

Tulungagung, 3 September 2019

Tim Penyusun

II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... I

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ II

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2

C. Tujuan Pembahasan................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Abu Yusuf ........................................................................................ 3

B. Karya-Karya Abu Yusuf ........................................................................................... 4

C. Latar Belakang Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf....................................................... 7

D. Teori Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf ...................................................................... 8

E. Relevansi Pemikiran Abu Yusuf Terhadap Pengelolaan Pajak Di Indonesia ........... 18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 22

B. Saran .......................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ekonomi Islam yang hadir saat ini, bukanlah suatu hal yang tiba-tiba
datang begitu saja. Ekonomi di satu sisi adalah sebuah ilmu, dan di sisi
lain merupakan sebuah aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Upaya pemenuhan kebutuhan hidup manusia itu sendiri adalah
sebuah fitrah kemanusiaannya. Ekonomi Islam sebagai sebuah cetusan
konsep pemikiran dan praktek sekaligus tentunya hadir secara bertahap
dalam periode dan fase tertentu. Aktivitas ekonomi manusia bergerak
dalam rangka pelaksanaan fungsi manusia sebagai khalîfah fî al-ardhi.
Manusia diberi kesempatan untuk memanfaatkan bumi dan isinya sebaik-
baiknya dengan cara yang arif dan bijaksana. Permasalahannya adalah
bagaimana ditemukan kembali jejak-jejak pemikiran muculnya konsep
ekonomi islam secara teoritis dalam bentuk rumusan yang mampu
diaplikasikan sebagai pedoman tindakan yang berujung pada rambu halal
haram atau berprinsip syariat Islam. Dalam makalah ini penulis
mengangkat tokoh Abu Yusuf yang hidup di masa khalifah Harun ar-
Rasyid dari Daulah Abbasiyah, yang berasal dari suku Bujailah, salah satu
suku bangsa Arab. Yang merupakan tokoh muslim yang sangat konsen
dengan upaya mewujudkan kesejahteraan umat. Salah satu karya
monumentalnya mebincang perpajakan sebagai salah satu pendapatan
negara, yaitu kitab Al-Kharaj.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana riwayat hidup Abu Yusuf?
2. Bagaimana karya-karya Abu Yusuf?
3. Bagaimana latar belakang pemikiran ekonomi Abu Yusuf?
4. Bagaimana teori pemikiran ekonomi Abu Yusuf?
5. Bagaimana relevansi pemikiran Abu Yusuf terhadap pengelolaan pajak
di Indonesia?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan yang dicapai dalam makalah
ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui riwayat hidup Abu Yusuf.
2. Untuk mengetahui karya-karya Abu Yusuf.
3. Untuk mengetahui latar belakang pemikiran ekonomi Abu Yusuf.
4. Untuk mengetahui teori pemikiran ekonomi Abu Yusuf.
5. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Abu Yusuf terhadap
pengelolaan pajak di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. RIWAYAT HIDUP ABU YUSUF

Ya‟qub bin Ibrahim bin Habib bin Khunais bin Sa‟ad Al-Anshari
Al-Jalbi Al-Kufi Al-Baghdadi, atau yang lebih dikenal dengan Abu Yusuf,
lahir di Kufah pada tahun 113 H (731 M) dan wafat di Baghdad pada
tahub 182 H (798 M). Dari nasab ibunya, ia masih mempunyai hubungan
darah dengan salah seorang sahabat Rasulullah SAW., Sa‟ad Al-Anshari.
Keluarganya sendiri bukan berasal dari lingkungan berada. Namun
demikian, sejak kecil, beliau mempunyai minat yang sangat kuat terhadap
ilmu pengetahuan. Hal ini tampak dipengaruhi oleh suasana Kufah yang
ketika itu merupakan salah satu pusat peradaban Islam, tempat para
cendekiawan Muslim dari seluruh penjuru dunia Islam datang silih
berganti untuk saling bertukar pikiran tentang berbagai bidang keilmuan.
Abu Yusuf menimba ilmu kepada banyak ulama besar, seperti Abu
Muhammad Atho bin as-Saib Al-Kufi, Sulaiman bin Mahran Al-A‟masy,
Hisyam bin Urwah, Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Laila,
Muhammad bin Ishaq bin Yassar bin Jabbar, dan Al-Hajjaj bin Arthah.1
Selain itu, beliau juga menuntut ilmu kepada Abu Hanifa. Selama tujuh
belas tahun, Abu Yusuf tiada henti-hentinya belajar kepada pendiri
mazhab Hanafi tersebut. Beliaupun terkenal sebagai salah satu murid
terkemuka Abu Hanifa. Sepeninggal gurunya, Abu Yusuf bersama
Muhammad bin Al-Hasan Al-Syaibani menjadi tokoh pelopor dalam
menyebarkan dan mengembangkan mazhab Hanafi.
Berkat bimbingan para gurunya serta ditunjang oleh ketekunan dan
kecerdasannya, Abu Yusuf tumbuh sebagai seorang alim yang sangat

1
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2014), hal. 231.

3
dihormati oleh berbagai kalangan baik ulama, penguasa maupun
masyarakat umum. Tidak jarang berbagai pendapatnya dijadikan acuan
dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan tidak sedikit orang yang ingin
belajar kepadanya. Di antara tokoh besar yang menjadi muridnya adalah
Muhammad bi Al-Hasan Al-Syaibani, Ahmad bin Hanbal, Yazid bin
Harun Al-Wasithi, Al-Hasan bin Ziyad Al-Lu‟lui, dan Yahya bin Adam
Al-Qarasy. Di sisi lain, sebagai salah satu bentuk penghormatan dan
pengakuan pemerintah atas keluasan dan kedalaman ilmunya, Khalifah
Dinasti Abbasiyah, Harun ar-Rasyid, mengangkat Abu Yusuf sebagai
ketua Mahkamah Agung (Qadhi al-Qudhah). Sekalipun disibukkan
dengan berbagai aktivitas mengajar dan birokrasi, Abu Yusuf masih
meluangkan waktu untuk menulis. Beberapa karya tulisnya yang
terpenting adalah al-Jawwami’, ar-Radd ‘ala Siyar al-Auza’i, al-Atsar,
Ikhtilaf Abi Hanifah wa Ibn Abi Laila, Adab al-Qadhi, dan al-Kharaj.2

B. KARYA-KARYA ABU YUSUF

1) Kitab al-Asar
Di dalam kitab ini dimuat hadits yang diriwayatkan dari ayah dan
gurunya. Ada dari hadits-hadits tersebut yang sanadnya bersambung
kepada Rasulullah SAW, ada yang sampai kepada sahabat dan ada
pula yang hanya sampai kepada tabi’in. Beliau mengemukakan
pendapat gurunya, Imam Abu Hanifah, kemudian pendapatnya sendiri,
dan menjelaskan sebab terjadinya perbedaan pendapat mereka.
2) Kitab Ikhtilaf Abi Hanifah wa ibn Abi Laila
Di dalamnya dikemukakan pendapat Imam Abu Hanifah dan ibn Abi
Laila serta perbedaan pendapat mereka. Dalil-dalil nash dan logika
Imam Abu Hanifah juga dibuat dengan terperinci.
3) Kitab ar-Radd ‘ala Siyar al-Auza’i

2
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010),
hal. 150.

4
Kitab ini memuat perbedaan pendapatnya dengan pendapat
Abdurrahman al-Auza‟i tentang masalah perang dan jihad, termasuk
bantahannya terhadap pendapat al-Auza‟i.3
4) Kitab Adabu al-Qadhi
Merupakan kitab yang menjelaskan tentang ketentuan-ketentuan yang
harus dipenuhi oleh seorang hakim (qadhi).
5) Kitab al-Maharij fi al-Haili
Merupakan kitab yang memuat tentang kajian biologi, tentang
binatang-binatang dan segala hal yang berkaitan dengan itu.
6) Kitab al-Jawami’
Kita ini lebih banyak membahas tentang pendidikan.4
7) Kitab al-Kharaj
Salah satu karya Abu Yusuf yang sangat monumental adalah Kitab
al-Kharaj (buku tentang perpajakan). Kitab yang ditulis oleh Abu
Yusuf ini bukanlah kitab pertama yang membahas masalah al-Kharaj
(perpajakan). Para sejarawan Muslim sepakat bahwa orang pertama
yang menulis kitab dengan mengangkat tema al-Kharaj adalah
Muawiyah bin Ubaidillah bin Yasar (w.170 H), seorang Yahudi yang
memeluk agama Islam dan menjadi sekretaris Khalifah Abu Abdillah
Muhammad Al-Mahdi (158-169 H, 755-785 M). Namun sayangnya,
karya pertama di bidang perpajakan dalam Islam tersebut hilang
ditelan jaman. Penulis Kitab al-Kharaj versi Abu Yusuf didasarkan
pada perintah dan pertanyaan Khalifah Harun ar-Rasyid mengenai
berbagai persoalan perpajakan dengan demikian, Kitab al-Kharaj ini
mempunyai orientasi birokratik karena ditulis untuk merespon
permintaan Khalifah Harun ar-Rasyid yang ingin menjadikannya
sebagai buku petunjuk administratif dalam rangka mengelola lembaga

3
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga
Kontemporer, (Jakarta: Gramata Publishing, 2010), hal. 117.
4
Rachmatullah Oky, “Teori Pajak Menurut Abu Yusuf Sebuah Alternatif Solusi
Perpajakan Di Indonesia”. Vol. 8 No. 1, April 2019. Hal. 17.

5
Baitul Maal dengan baik dan benar, sehingga negara dapat hidup
makmur dan rakyat tidak terdzalimi.
Sekalipun berjudul al-Kharaj, kitab tersebut tidak hanya
mengandung pembahasan tentang al-Kharaj, melainkan juga meliputi
berbagai sumber pendapatan negara lainnya, seperti ghanimah, fai,
kharaj, ushr, jizyah, dan shadaqah, dan dilengkapi dengan cara-cara
bagaimana mengumpulkan serta mendistribusikan setiap jenis harta
tersebut sesuai dengan syariat Islam berdasarkan dalil-dalil naqliah (al-
Qur‟an dan Hadits) dan aqliah (rasional).5 Metode penulisan dengan
mengombinasikan dalil-dalil naqliah dengan dalil-dalil aqliah ini
menjadi berbeda antara Kitab al-Kharaj karya Abu Yusuf dengan
kitab-kitab al-Kharaj yang muncul pada periode berikutnya, terutama
Kitab al-Kharaj karya Yahya bin Adam Al-Qarasy yang menggunakan
metode penulisan berdasarkan dalil-dalil naqliah saja. Penggunaan
dalil-dalil aqliah, baik dalam Kitab al-Kharaj maupun dalam kitabnya
yang lain, hanya dilakukan Abu Yusuf pada kasus-kasus tertentu yang
menurutnya tidak diatur dalam nash atau tidak terdapat hadits-hadits
sahih yang dapat dijadikan pegangan. Dalam hal ini, beliau
menggunakan dalil-dalil aqliah hanya dalam konteks untuk
mewujudkan al-maslahah al-‘ammah (kemaslahatan umum). Seperti
halnya kitab-kitab sejenis yang lahir pada lima abad pertama Hijriyah,
penekanan kitab karya Abu Yusuf ini terletak pada tanggung jawab
penguasa terhadap kesejahteraan rakyatnya. Secara umum, Kitab al-
Kharaj berisi tentang berbagai ketentuan agama yang membahas
persoalan perpajakan, pengelolaan, pendapatan, dan pembelanjaan
publik. Dengan menggunakan pendekatan pragmatis dan bercorak
fiqih, kitab ini bukan sekedar penjelasan tentang sistem keuangan
Islam lebih dari pada itu, ia merupakan sebuah upaya untuk
membangun sistem keuangan yang mudah dilaksanakan sesuai dengan

5
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, hal. 233.

6
hukum Islam dalam kondisi yang selalu berubah dan sesuai dengan
persyaratan ekonomi.6

C. LATAR BELAKANG PEMIKIRAN EKONOMI ABU YUSUF

Latar belakang pemikiran Abu Yusuf tentang ekonomi, setidaknya


dipengaruhi beberapa faktor, baik intern maupun ekstern. Faktor intern
muncul dari latar belakang pendidikannya yang dipengaruhi dari beberapa
gurunya. Hal ini nampak dari setting social dalam penetapan kebijakan
yang dikeluarkannya. Beliau berupaya melepaskan belenggu pemikiran
yang telah digariskan para pendahulu, dengan cara mengedepankan
rasionalitas dengan tidak bertaqlid. Faktor ekstern, adanya sistem
pemerintahan yang absolut dan terjadinya pemberontakan masyarakat
terhadap kebijakan khalifah yang sering menindas rakyat. 7 Beliau tumbuh
dalam keadaan politik dan ekonomi kenegaraan yang tidak stabil, karena
antara penguasa dan tokoh agama sulit untuk dipertemukan. Dengan
setting social seperti itulah Abu Yusuf tampil dengan pemikiran ekonomi
al-Kharaj. Penekanan terhadap tanggung jawab penguasa merupakan tema
pemikiran ekonomi Islam yang selalu dikaji sejak awal. Tema ini pula
yang ditekankan Abu Yusuf dalam surat panjang yang dikirimkannya
kepada penguasa Dinasti Abbasiyah, Khalifa Harun ar-Rasyid. Di
kemudian hari, surat yang membahas tentang pertanian dan perpajakan
tersebut dikenal sebagai kitab al-Kharaj. Abu Yusuf cenderung
menyetujui negara mengambil bagian dari hasil pertanian dari para
penggarap daripada menarik sewa dari lahan pertanian. Dalam
pandangannya, cara ini lebih adil dan tampaknya akan memberikan hasil
produksi yang lebih besar dengan memberikan kemudahan dalam
memperluas tanah garapan.8

6
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, hal. 152.
7
Rachmatullah Oky, “Teori Pajak Menurut Abu Yusuf Sebuah Alternatif Solusi
Perpajakan Di Indonesia”, hal. 17.
8
Rachmatullah Oky, “Teori Pajak Menurut Abu Yusuf Sebuah Alternatif Solusi
Perpajakan Di Indonesia”, hal. 18.

7
D. TEORI PEMIKIRAN EKONOMI ABU YUSUF

1. Keuangan Publik
Kekuatan utama pemikiran Abu Yusuf adalah dalam masalah
keuangan publik. Dengan daya observasi dan analisisnya yang tinggi,
Abu Yusuf menguraikan masalah keuangan dan menunjukkan
beberapa kebijakan yang harus diadopsi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Terlepas dari
berbagai prinsip perpajakan dan pertanggungjawaban negara terhadap
kesejahteraan rakyatnya, beliau memberikan beberapa saran tentang
cara-cara memperoleh sumber perbelanjaan untuk pembangunan
jangka panjang, seperti membangun jembatan dan bendungan serta
menggali saluran-saluran besar dan kecil.9 Abu Yusuf memiliki
sumbangan yang cukup besar bagi kemajuan ekonomi pada masa
Harun ar-Rasyid, karena beliau telah meletakkan dasar-dasar kebijakan
fiskal yang berbasis kepada keadilan dan maslahah. Dalam Kitab al-
Kharaj, memang tidak ada satu judul khusus tentang pos-pos
penerimaan negara, tetapi secara umum penerimaan negara dalam
daulah Islamiyah yang ditulis oleh beliau dapat diklasifikasikan dalam
tiga kategori utama, yaitu ghanimah, shadaqah, harta fay’ yang di
dalamnya termasuk jizyah, ‘ushr, dan kharaj.
Penerimaan-penerimaan tersebut dapat digunakan untuk
membiayai aktivitas pemerintahan. Akan tetapi, Abu Yusuf tetap
memperingatkan khalifah untuk menganggap sumber daya sebagai
suatu amanah datu Tuhan yang akan diminta petanggungjawabannya.
Oleh karena itu, efisiensi dalam penggunaan sumber daya merupakan
suatu hal yang penting bagi keberlangsungan pemerintahan. Ketiga
sumber penerimaan tersebut memiliki aturan-aturan dalam
pemungutannya, rinciannya sebagai berikut:
1) Ghanimah

9
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, hal. 153.

8
Ghanimah adalah segala sesuatu yang dikuasai oleh kaum
muslim dari harta orang kafir melalui peperangan. Harta tersebut
biasanya berupa uang, senjata, barang-barang dagangan, bahan
pangan, dan lainnya. Harta ganimah kaum muslim yang pertama
kali terjadi setelah Allah SWT mengizinkan mereka berperang
seiring dengan hijrahnya Rasulullah ke Madinah, membangun
masjid seta merintis pendirian negara Islam yang kokoh, yaitu
ganimah Abdullah ibn Jahsyi.10 Ghanimah tersebut berupa
sebagian unta Quraisy yang membawa perbekalan logistik dan
barang dagangan. Peristiwa ini terjadi pada bulan Jumadi as-Sani,
tahun kedua Hijriyah.
Abu Yusuf menyebutkan masalah ghanimah di awal
pembahasan tentang pemasukan negara. Boleh jadi, pada masa itu
proses ekspansi wilayah masih berjalan sekalipun tidak terlalu
besar. Oleh karena itu, pemasukan dari ghanimah tetap ada dan
menjadi bagian yang penting dalam keuangan publik. Akan tetapi,
karena sifatnya yang tidak rutin, maka pos ini dapat digolongkan
sebagai pemasukan yang tidak tetap bagi negara. Abu Yusuf
mengatakan jika ghanimah di dapat sebagai hasil pertempuran
dengan pihak musuh, maka harus dibagikan sesuai dengan panduan
dalam al-Qur‟an. Pembagian khums ini memberikan 1/5 atau 20%
dari total rampasan untuk Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
miskin dan kerabat. Sedangkan sisanya adalah saham bagi mereka
yang ikut peperangan.
2) Shadaqah
Sebagai salah satu instrumen keuangan negara, zakat tetap
menjadi salah satu sumber keuangan negara pada saat itu. Akan
tetapi, beliau tidak membahas seccara rinci tentang hukum-hukum
zakat yang biasa dilakukan oleh ulama fiqih. Uraiannya dalam

10
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga
Kontemporer, hal 119.

9
masalah zakat banyak menyinggung persoalan keadilan secara
umum. Di antara objek zakat yang menjadi perhatian adalah,
pertama, zakat pertanian. Jumlah pembayaran zakat pertanian
adalah sebesar ‘ushr yaitu 10% dan 5%, sedangkan tanah yang
memerlukan kerja keras untuk penyediaan saluran air dan irigasi,
jumlah pajaknya 5%. Selain itu, menurut Abu Yusuf dan para
tokoh lain, hasil produksi agrikultur akan dikenakan zakat bila
telah mencapai nishab 632 kg, jika kurang dari itu, mereka belum
terkena kewajiban.11 Kedua, objek zakat yang menjadi
perhatiannya adalah zakat dari hasil mineral atau barang tambang
lainnya. Abu Yusuf dan ulama Hanafiyah berpendapat bahwa
standar zakat untuk barang-barang tersebut tarifnya seperti
ghanimah, yaitu 1/5 atau 20% dari total produksi.
3) Harta Fay’
Fay’ adalah segala sesuatu yang dikuasai kaum muslim dari harta
orang kafir tanpa peperangan, termasuk harta yang mengikutinya
yaitu kharaj tanah tersebut, jizyah peperangan dan „ushr dari
perdagangan. Semua harta fay’ dan harta-harta yang mengikutinya
berupa kharaj, jizyah, dan „ushr merupakan harta yang boleh
dimanfaatkan oleh kaum muslim dan disimpan dalam Baitul Maal,
semua termasuk kategori pajak dan merupakan sumber pendapatan
tetap bagi negara. Harta tersebut dapat dibelanjakan untuk
memelihara dan mewujudkan kemaslahatan mereka.12

2. Teori Perpajakan

Dalam hal pajak, Abu Yusuf telah meletakan prinsip-prinsip


yang jelas yang berabad-abad kemudian dikenal oleh para ahli
ekonomi sebagai canons of taxation. Kesanggupan membayar,
11
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga
Kontemporer, hal 120.
12
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga
Kontemporer, hal 121.

10
pemberian waktu yang longgar bagi pembayar pajak, dan sentralisasi
pembuatan keputusan dalam administrasi pajak adalah beberapa
prinsip yang ditekankannya.13 Misalnya Abu Yusuf juga mengangkat
kisah Khalifah Umar Ibn Khattab yang menghadapi kaum nasrani Bani
Tlaghlab. Mereka adalah orang Arab yang anti pajak. “Maka jangan
sekali-kali kamu jadikan mereka sebagai musuh (karena tidak mau
membayar pajak), maka ambillah dari mereka pajak dengan atas nama
sedekah. Karena mereka sejak dulu mau membayar sedekah dengan
berlipat ganda asal tidak bernama pajak”. Mendengar hal itu pada
mulanya Khalifah Umar menolak usulan ini, namun kemudian hari
justru menyetujuinya, sebab di dalamnya terdapat unsur mengais
manfaat dan mencegah mudharat.14 Menurut Abu Yusuf, cara ini lebih
adil dan memberikan hasil produksi yang lebih besar dengan
memberikan kemudahan dalam memperluas tanah garapan. Dengan
kata lain, beliau lebih merekomendasikan penggunaan sistem
muqasamah (proporsional tax) daripada sistem misahah (fixed tax)
yang telah berlaku sejak masa pemerintahan Khalifah Umar hingga
periode awal pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Perubahan sistem
penetapan pajak dari sistem misahah menjadi sistem muqasamah
sebenarnya telah dipelopori oleh Muawiyah bin Yasar, seorang wazir
pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mahdi. Akan tetapi, pada saat
itu, persentase bagian negara umumnya dianggap terlalu tinggi oleh
para petani. Apa yang dilakukan oleh Abu Yusuf adalah mengadopsi
sistem muqasamah dengan menetapkan persentase negara yang tidak
memberatkan para petani.

Dalam pandangan Abu Yusuf, kondisi keuangan yang ada


menuntut perubahan sistem misahah yang sudah tidak efisien dan tidak
relevan pada masa hidupnya. Beliau menunjukkan bahwa pada masa

13
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, hal. 157.
14
Rachmatullah Oky, “Teori Pajak Menurut Abu Yusuf Sebuah Alternatif Solusi
Perpajakan Di Indonesia”, hal. 18.

11
pemerintahan Khalifah Umar, ketika sistem misahah digunakan,
sebagian besar tanah dapat ditanami dan hanya sebagian kecil yang
tidak bisa ditanami. Wilayah yang ditanami bersama sebagian kecil
yang tidak ditanami diklasiflkasikan menjadi satu kategori dan kharaj
juga dikumpulkan dari tanah yang tidak ditanami.15 Dalam bukunya
kitab al-Kharaj, Abu Yusuf menguraikan kondisi-kondisi untuk
perpajakan, yaitu:
1) Charging a justifiable minimum (harga minimum yang dapat
dibenarkan).
2) No oppression of tax-payers (tidak menindas para pembayar
pajak).
3) Maintenance of a healthy treasury (pemeliharaan harta benda yang
sehat).
4) Benefiting both government and tax-payers (manfaat yang
diperoleh bagi pemerintah dan para pembayar pajak).
5) In choosing between alternative policies having the same effects on
treasury, preferring the one that benefits tax-payers (pada pilihan
antara beberapa alternatif peraturan yang memeliki dampak yang
sama pada harta benda, yang melebihi salah satu manfaat bagi para
pembayar pajak.

Abu Yusuf dengan keras menentang pajak pertanian. Beliau


menyarankan agar petugas pajak diberi gaji dan perilaku mereka harus
diawasi untuk mencegah korupsi dan praktek penindasan. Dan
mengusulkan penggantian sistem pajak tetap (lumpsum system) atas
tanah menjadi pajak proporsional atas hasil pertanian. Sistem
proporsional ini lebih mencerminkan rasa keadilan serta mampu
menjadi automaticstabilizer bagi perekonomian sehingga dalam jangka
panjang perekonomian tidak akan berfluktuasi terlalu tajam.16 Bagi

15
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, hal. 158.
16
Rachmatullah Oky, “Teori Pajak Menurut Abu Yusuf Sebuah Alternatif Solusi
Perpajakan Di Indonesia”, hal. 19.

12
Abu Yusuf metode pajak secara proporsional dapat meningkatkan
pemasukan negara dari pajak tanah dari sisi lain mendorong para
penanam untuk meningkatkan produksinya.17 Abu Yusuf menyatakan:
“Dalam pandangan saya, sistem perpajakan terbaik untuk
menghasilkan pemasukan lebih banyak bagi keuangan negara dan yang
paling tepat untuk menghindari kedzaliman terhadap pembayar pajak
oleh para pengumpul pajak adalah pajak pertanian yang proporsional.
Sistem ini akan menghalau kedzaliman terhadap para pembayar pajak
dan menguntungkan keuangan negara”.18 Sistem pajak ini didasarkan
pada hasil pertanian yang sudah diketahui dan dinilai, sistem tersebut
mensyaratkan penetapan pajak berdasarkan produksi keseluruhan,
sehingga sistem ini akan mendorong para petani untuk memanfaatkan
tanah tandus dan mati agar memperoleh bagian tambahan. Abu Yusuf
menganggap sistem irigasi sebagai landasannya, perbedaan angka yang
diajukannya adalah sebagai berikut :

1) 40 % dari produksi yang diairi oleh hujan alamiah.


2) 30 % dari produksi yang diairi secara artificial 1/3 dari produksi
tanaman (pohon palm, kebun buah-buahan dan sebagainya) ¼ dari
produksi tanaman musim panas.

Dari tingkatan angka di atas dapat dilihat bahwa Abu Yusuf


menggunakan sistem irigasi sebagai kriteria untuk menentukan
kemampuan tanah membayar pajak, beliau menganjurkan menetapkan
angka berdasarkan kerja dan modal yang digunakan dalam menanam
tanaman.19

3. Mekanisme Harga

17
Rachmatullah Oky, “Teori Pajak Menurut Abu Yusuf Sebuah Alternatif Solusi
Perpajakan Di Indonesia”, hal. 20.
18
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, hal. 160.
19
Rachmatullah Oky, “Teori Pajak Menurut Abu Yusuf Sebuah Alternatif Solusi
Perpajakan Di Indonesia”, hal. 20.

13
Abu Yusuf merupakan salah satu ulama yang menentang
penetapan harga yang dilakukan oleh pemerintah. Ini berdasarkan
hadits Nabi yang menjelaskan bahwa tinggi rendahnya harga
merupakan ketentuan Allah yang tidak boleh dicampuri. Selain itu,
Abu Yusuf tercatat sebagai salah satu ulama yang paling awal
menyinggung mekanisme pasar. Beliau memperhatikan peningkatan
dan penurunan produksi dalam kaitannya dengan perubahan harga.
Beliau mengatakan dalam kitab Kitab al-Kharaj: “Tidak ada batasan
tertetu tentang murah dan mahal yang dapat dipastikan. Hal tersebut
ada yang mengaturnya. Prinsipnya tidak bisa diketahui. Murah bukan
karena melimpahnya makanan, demikian juga mahal tidak disebabkan
kelangkaan makanan. Murah dan mahal adalah ketentuan Allah.
Kadang-kadang makanan berlimpah tetapi tetap mahal dan kadang-
kadang makanan sangat sedikit tatapi murah.”
Dari pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa Abu Yusuf
membantah pendapat umum tetang hubungan terbalik antara
penawaran dan harga. Pada kenyataannya, penawaran tidak tergantung
pada penawaran saja, tetapi juga pada kekuatan penawaran atau daya
beli.20 Oleh karena itu, peningkatan dan penuruan harga tidak selalu
berhubungan dengan penurunan atau peningkatan dalam produksi. Abu
Yusuf menegaskan bahwa ada variabel lain yang mempengaruhi, tetapi
variabel tersebut tidak dijelaskan secara rinci. Bisa jadi variabel
tersebut adalah pergeseran dalam permintaaan atau jumlah uang yang
beredar dalam suatu negara, atau penimbunan dan penahanan barang,
atau semua hal tersebut.
Fenomena yang terjadi pada masa itu adalah pada saat terjadi
kelangkaan barang maka harga akan cenderung tinggi, sedangkan jika
ketika persediaan barang melimpah maka harga akan cenderung lebih
rendah. Kenaikan dan penurunan harga yang berbanding tebalik

20
Muhammad Achid Nurseha, “Abu Yusuf Suatu Pemikiran Ekonomi”. Vol. 1 No. 2, Juni
2018. Hal. 11.

14
dengan jumlah persediaan barang selanjutnya dapat dijelaskan dalam
bentuk drafik sebagai berikut:

Gambar 1: Grafik Kenaikan Harga

P1 dan P2 menunjukkan tinggi rendahnya harga (price), sedangkan


Q1 dan Q2 menunjukkan jumlah persediaan barang atau komoditas
ekonomi (quantity).21 Sesuai dengan teori permintaan, jika P naik
maka Q turun, begitu pula sebaliknya, jika P turun maka Q naik. Dari
skema tersebut dapat disimpulkan bahwa jika harga komoditas naik
maka akan direspon dengan penurunan jumlah komoditas yang dibeli.
Begitu pula sebaliknya jika harga komoditas turun, maka akan
direspon oleh konsumen dengan meningkatkan jumlah komoditi
tersebut. Hal inilah yang kemudian dikritisi oleh Abu Yusuf yang
menyatakan bahwa jika kadang-kadang makanan berlimpah tetapi
harga tetap tinggi, dan kadang-kadang jumlah makanan sedikit tetapi
harganya tetap murah. Abu Yusuf menyangkal pendapat umum
tentang hubungan terbalik antara persediaan barang dangan harga
karena pada kenyataannya harga tidak tergantung pada permintaan
saja, tetapi juga pada tergantung pada kekuatan penawaran. Jika
jumlah barang banyak dengan daya beli masyarakat yang tinggi pula
maka harga juga akan mengalami kenaikan. Begitu juga sebaliknya,

21
Muhammad Achid Nurseha, “Abu Yusuf Suatu Pemikiran Ekonomi”, hal. 12.

15
jika persediaan sedikit tetapi daya beli masyarakat rendah maka harga
juga akan mengalami penurunan.22

Gambar 2: Grafik Kenaikan Harga 2

Dalam hukum penawaran, dikatakan bahwa hubungan antara harga


dengan banyaknya komoditas yang ditawarkan mempunyai kemiripan
positif. Bila harga komoditas naik maka pasar akan merespon dengan
menambah jumlah komoditas yang ditawarkan tersebut. Begitu juga
sebaliknya jika harga komoditas turun, maka akan direspon dengan
pengurangan jumlah komoditas yang ditawarkan.23 Pendapat Abu
Yusuf tentang hubungan harga dengan jumlah permintaan dapat
diformulasikan sebagai berikut:

D = Q = f (P) -

Formulasi ini menjelaskan pengaruh harga terhadap jumlah permintaan


adalah negatif. Ketika terjadi kelangkaan barang maka harga akan
cenderung tinggi dan sebaliknya jika barang melimpah maka harga
akan cenderung turun atau rendah. Hukum permintaan dalam hal ini
mengatakan jika harga komoditas naik maka akan menyebabkan
konsumen menurunkan jumlah komoditi yang dibeli, sedangkan jika

22
Muhammad Achid Nurseha, “Abu Yusuf Suatu Pemikiran Ekonomi”, hal. 13.
23
Muhammad Achid Nurseha, “Abu Yusuf Suatu Pemikiran Ekonomi”, hal. 14.

16
harga turun maka konsumen akan meningkatkan jumlah komoditi yang
dibeli.24
Abu Yusuf memang tidak secara rinci menyebutkan sebab-sebab
naik atau turunnya suatu harga komoditas. Beliau hanya membantah
bahwa harga barang tidak selalu dipengaruhi oleh ketersediaan barang
dipasar. Karya-karya beliau juga tidak pernah menyinggung masalah
ini, sehingga tidak dapat disimpulkan secara pasti apa alasan beliau
mengemukakan pendapatnya tersebut. Berkaitan dengan kenaikan atau
penuruhan harga komoditas di pasaran, bahwa tidak hanya dipengaruhi
oleh jumlah permintaan saja, dapat digunakan teori penawaran. Dalam
hal kenaikan dan penurunan harga komoditas, tidak hanya dipengaruhi
oleh ketersediaan barang tetapi dapat juga dipengaruhi oleh kekuatan
penawaran. Ini dapat diformulasikan secara sederhana dalam rumus
sebagai berikut:25
D = Q = f (p) +

Dalam hal ini, pengaruh harga terhadap jumlah permintaan suatu


komoditi adalah positif. Jika harga suatu komoditi mengalami
kenaikan maka permintaan juga akan mengalami kenaikan begitu pula
sebaliknya jika harga turun, maka permintaan juga mengalami
penurunan. Dengan demikian maka hukum penawaran adalah jika
harga naik maka akan direspon dengan penambahan jumlah komoditi
yang ditawarkan, sebaliknya juga jika harga komoditi turun maka akan
direspon dengan penurunan jumlah komoditi yang akan ditawarkan.26

Poin kontroversial lain dalam analisis ekonomi Abu Yusuf


ialah pada masalah pengendalian harga (tas’ir). Beliau menentang
penguasa yang menetapkan harga. Argumennya didasarkan pada hadits
Rasulullah SAW, “Pada masa Rasulullah SAW, harga-harga

24
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, hal. 164.
25
Muhammad Achid Nurseha, “Abu Yusuf Suatu Pemikiran Ekonomi”, hal. 14.
26
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, hal. 165.

17
melambung tinggi para sahabat mengadu kepada Rasulullah dan
memintanya agar melakukan penetapan harga. Rasulullah SAW
bersabda, “Tinggi rendahnya harga barang merupakan bagian dari
ketentuan Allah, kita tidak bisa mencampuri urusan dan ketetapan-
Nya.” Penting diketahui, para penguasa pada periode itu umumnya
memecahkan masalah kenaikan harga dengan menambah suplai bahan
makanan dan mereka menghindari kontrol harga. Kecenderungan yang
ada dalam pemikiran ekonomi Islam adalah membersihkan pasar dari
praktik penimbunan, monopoli, dan praktik korup lainnya dan
kemudian membiarkan penentuan harga pada kekuatan permintaan dan
penawaran. Abu Yusuf tidak dikecualikan dalam hal kecenderungan
ini.27

E. RELEVANSI PEMIKIRAN ABU YUSUF TERHADAP


PENGELOLAAN PAJAK DI INDONESIA

1) Bea Cukai atau „Ushr


Dalam kitab al-Kharaj telah dijelaskan salah satu pendapatan berasal
dari „ushr, pertama kali diterapkan pada masa Khalifah Umar bin
Khatab. „Ushr adalah pajak yang diambil dari barang dagangan yang
masuk ke wilayah muslim. Sementara itu, menurut UU No. 10 tahun
1995 yang telah diubah menjadi UU No.17 tahun 2006 tentang bea
cukai, bea cukai adalah pungutan yang dikenakan atas suatu kejadian
atau perbuatan yang berupa lalu lintas barang dan perbuatan lainnya
atas peraturan undang-undang. Cukai adalah pungutan yang ditetapkan
terhadap barang tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik yang
ditetapkan undang yaitu barang-barang yang dalam pemakaiannya
perlu diawasi dan dibatasi maka barang-barang tersebut telah melekat
hak-hak negara.
2) Pengelolaan Keuangan Publik atau Perbendaharaan Negara Dan
Fasilitas Umum

27
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, hal. 166.

18
Dalam pandangan Abu Yusuf, uang publik adalah amanah yang
akan diminta pertanggungjawabannya maka harus digunakan dengan
sebaik-baiknya untuk kemaslahatan rakyat. Berkaitan dengan
kebijakan belanja ekonomi Islam, efektif dan efisien merupakan
landasan pokok dalam kebijakan pengeluaran yang dalam ajaran Islam
dipandu oleh maqashid syariah dan penentuan skala prioritas dan
relevansinya terdapat pengelolaan keuangan publik di Indonesia.28
Secara struktur APBN sekarang dilaksanakan oleh pemerintah
Indonesia secara garis besar antara lain anggaran pendapatan terdiri
dari pajak dan bukan pajak hibah, anggaran belanja terdiri dari belanja
pemerintahan pusat dan belanja daerah, dan pembiayaan yakni
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Berkaitan dengan perbendaharaan negara, di dalam Kitab al-
Kharaj karya Abu Yusuf terdapat pembahasan ekonomi publik. Dalam
hal ini negara memiliki peranan penting dalam penyediaan fasilitas
publik yang dibutuhkan rakyat dimana relevansinya sekarang yaitu
adanya pembentukan BUMN sebagai pelaksanaan amanat pembukaan
UUD sudah sesuai dengan konsep ekonomi Islam dimana negara harus
menyediakan berbagai fasilitas yang menjadi kebutuhan pokok bagi
masyarakat umum, namun sebaiknya pengelolaan BUMN ini tidak
melibatkan para penguasa atau para pemimpin negara untuk
menghindari hal-hal yang menyimpang. Namun di Indonesia
peningkatan anggaran untuk pembangunan infrastruktur belum
kunjung meningkat secara memadai.
3) PBB (Kharaj)
Dalam penerapan al-Kharaj, menurut UU No. 28 Tahun 2007
Pasal 1, pajak adalah kontribusi wajib negara yang terutang oleh
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
28
Ika Prastyaningsih dan Syamsuri, “Upaya Pencapaian Kesejahteraan Masyarakat
Melalui Pengelolaan Pajak: Relevansi Konsep Al-Kharaj Abu Yusuf Di Indonesia”, Vol.
5 No. 1, Oktober 2018. Hal. 248.

19
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat sedangkan pajak bumi dan bangunan pertama kali
diatur dalam UU No. 12 Tahun 1985 kemudian diubah di dalam UU
No. 12 tahun 1993.29 Di dalam PBB ada yang namanya Nilai Jual
Objek Pajak (NJOP), yaitu harga rata-rata yang diperoleh transaksi jual
beli yang terjadi secara wajar NJOP didasarkan pengenaan pajak yang
setiap tiga tahun ditentukan oleh menteri keuangan. Jika dibandingkan
al-Kharaj yang ditetapkan Abu Yusuf, maka PBB mempunyai
perbedaan kharaj diberlakukan untuk lahan pertanian sedangkan PBB
untuk semua jenis tanah. Kharaj diberlakukan untuk kaum kafir yang
kalah dalam peperangan dan tidak memilih untuk masuk Islam,
sedangkan PBB diberlakukan untuk semua warna negara tanpa
terkecuali. Adapun tarif PBB adalah 0,5% sedangkan tarif
penggunakan sistem muqasamah yaitu 1 dirham dengan 26,112 kg
gandum, jika 2,5% jika irigasi 1/5, 5 jika membutuhkan biaya, jika
diterapkan di indonesia dengan karakter negara agraris maka
penerimaan negara dari sektor pajak akan sangat potensial.
4) Sistem Pemungutan Pajak Qabalah atau Self Assesment
Indonesia dalam sistem pemungutan pajak menggunakan prinsip self
assement, yaitu suatu prinsip dengan memberi wewenang, kepercayaan
dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,
memperhitungkan dan membayar serta melaporkan sendiri besarnya
pajak yang harus dibayar.30 Self assesment ini sama dengan
pelaksanaan pemungutan pajak yang disebut qabalah dimana sistem
ini sangat ditentang oleh Abu Yususf karena menimbulkan kedzaliman
dimana pemungut pajak memungut besarnya pajak sesuai
keinginanannya, maka menurut Abu Yusuf pemerintah harus memiliki

29
Ika Prastyaningsih dan Syamsuri, “Upaya Pencapaian Kesejahteraan Masyarakat
Melalui Pengelolaan Pajak: Relevansi Konsep Al-Kharaj Abu Yusuf Di Indonesia”, hal.
249.
30
Ika Prastyaningsih dan Syamsuri, “Upaya Pencapaian Kesejahteraan Masyarakat
Melalui Pengelolaan Pajak: Relevansi Konsep Al-Kharaj Abu Yusuf Di Indonesia”, hal.
250.

20
lembaga khusus mengenai pajak dan di dalamnya terdapat petugas
pajak yang profesional. Namun sejarah mencatat, sampai tahun 1967
Indonesia menerapkan official assement atau petugas aktif mencari
wajib pajak
5) Barang Tambang (Rikhaj)
Undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan
batu bara Pasal 129 menyebutkan pemegang operasi produksi untuk
pertambangan mineral logam dan batu bara wajib membayar sebesar
4% kepada pemerintah dan 6% kepada pemerintah daerah dari
keuntungan bersih sejak berproduksi. Sehingga pajak untuk
pertambangan sebesar 10%. Jika dilihat dari pendapat Abu Yusuf
bahwa pertambangan sama dengan hukum rikhaj maka seharusnya
pajak pertambangan di Indonesia 20% dari keuntungan bersih, karena
rikhaj mempunyai tarif 20%. Jika pemerintah berani menerapkan
konsep pajak pertambangan, Abu Yusuf maka penerimaan negara akan
melampai target dan mungkin saja terjadi surplus anggaran, berbeda
dengan sekarang yang selalu defisit.31

31
Ika Prastyaningsih dan Syamsuri, “Upaya Pencapaian Kesejahteraan Masyarakat
Melalui Pengelolaan Pajak: Relevansi Konsep Al-Kharaj Abu Yusuf Di Indonesia”, hal.
251.

21
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Ya‟qub bin Ibrahim bin Habib bin Khunais bin Sa‟ad Al-Anshari Al-Jalbi
Al-Kufi Al-Baghdadi, atau yang lebih dikenal dengan Abu Yusuf, lahir di
Kufah pada tahun 113 H (731 M) dan wafat di Baghdad pada tahub 182 H
(798 M).
2. Kitab-kitab karya Abu Yusuf diantaranya Kitab al-Asar, kitab Ikhtilaf Abi
Hanifah wa ibn Abi Laila, Kitab ar-Radd ‘ala Siyar al-Auza’i, Kitab
Adabu al-Qadhi, Kitab al-Maharij fi al Haili, Kitab al-Jawami’, Kitab al-
Kharaj.
3. Latar belakang pemikiran Abu Yusuf tentang ekonomi, dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik intern maupun ekstern. Faktor intern muncul dari
latar belakang pendidikannya yang dipengaruhi dari beberapa gurunya.
Faktor ekstern, yaitu adanya sistem pemerintahan yang absolut dan
terjadinya pemberontakan masyarakat terhadap kebijakan khalifah yang
sering menindas rakyat.
4. Teori pemikiran Abu Yusuf dalam makalah ini membahas mengenai tiga
hal, antara lain keuangan publik, teori perpajakan, dan mekanisme harga.
5. Terdapat kesamaan antara pemikiran ekonomi Abu Yusuf dengan sistem
penerapan pajak di Indonesia.

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang
akan datang. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dalam menambah pengetahuan mengenai pemikiran ekonomi
Abu Yusuf.

22
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Euis. 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik
Hingga Kontemporer. Jakarta: Gramata Publishing.
Boedi, Abdullah. 2010. Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam. Bandung:
Pustaka Setia.
Karim, Adiwarman Azwar. 2014. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.
Jakarta: Rajawali Pers.
Nurseha, Muhammad Achid. 2018. Abu Yusuf Suatu Pemikiran Ekonomi.
Jurnal Labatila. Vol. 1 No. 2.
Oky, Rachmatullah. 2019. Teori Pajak Menurut Abu Yusuf Sebuah
Alternatif Solusi Perpajakan Di Indonesia. Jurnal Ihtishoduna. Vol. 8 No. 1.
Prastyaningsih, Ika dan Syamsuri. 2018. Upaya Pencapaian
Kesejahteraan Masyarakat Melalui Pengelolaan Pajak: Relevansi Konsep Al-
Kharaj Abu Yusuf Di Indonesia. Jurnal an-Nisbah. Vol. 5 No. 1.
LABATILA: Jurnal Ilmu Ekonomi Islam e-ISSN: 2621-3818
Vol: 1, No. 2, Juni 2018 p-ISSN:2614-6894

ABU YUSUF
(Suatu Pemikiran Ekonomi)

Muhammad Achid Nurseha


Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Kebumen
nurseha.achid@gmail.com
ABSTRAK

Pemikiran ekonomi Islam yang diulang-ulang sejak awal. Tema ini pula yang
ditekankan Abu Yusuf dalam surat yang panjang yang dikirimkannya kepada
Khalifah Harun Al-Rashid yang kemudian dikenal dengan Kitab Al-Kharaj. Kitab ini
berisi tentang berbagai ketentuan tentang sistem ekonomi terutama dalam hal kharaj,
usyur, shadaqah, dan jawali. Abu Yusuf merupakan salah satu ulama yang
mengkritisi masalah peningkatan dan penurunan produksi pada perubahan harga-
harga di pasaran, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hal ini dilakukan
beliau jauh sebelum teori permintaan dan penawaran yang dibahas di negara-negara
Eropa, termasuk didalamnya teori-teori yang digagas oleh Adam Smith (1776 M)
dalam The Wealth Of NationsDalam kebijakan pengendalian harga komoditas
ekonomi, Abu Yusuf menentang intervensi pemerintah dalam menentukan harga.
Beliau juga berpendapat bahwa harga komoditas ekonomi tidak selalu bergantung
pada banyak atau sedikitnya produksi. Menurut beliau, selain pengaruh dari jumlah
penawaran, harga juga dipengaruhi oleh kekuatan permintaan. Ada faktor-faktor yang
tidak dapat dilihat dalam menentukan tinggi-rendahnya suatu harga.
Kata Kunci: Abu Yusuf, Pemikiran Ekonomi.

PENDAHULUAN

Perkembangan ekonomi Islam saat ini tidak bisa dipisahkan dari sejarah
pemikiran Islam tentang ekonomi pada masa lalu. Adalah suatu keniscayaan jika
pemikir muslim berupaya untuk membuat solusi atas segala persoalan hidup di
masanya dalam perspektif yang dimiliki. Keterlibatan pemikir muslim dalam
kehidupan masyarakat yang kompleks dan belum adanya pemisahan disiplin
keilmuan memjadikan pemikir muslim melihat fenomena masyarakat dalam konteks

Abu Yusuf (Suatu Pemikiran) 1


yang lebih integratif. Hal ini disebab kan karena cara pandang keilmuan yang dimiliki
membentuk cara berpikir mereka untuk menyelesaikan masalah, namun lebih penting
dari itu masalah masyarakat menjadi dasar bagi mereka membentuk berbagai model
penyelesaian di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, kesehatan, dan lain-lain.1

Penekanan terhadap tanggung jawab penguasa merupakan tema pemikiran


ekonomi Islam yang diulang-ulang sejak awal. Tema ini pula yang ditekankan Abu
Yusuf dalam surat yang panjang yang dikirimkannya kepada Khalifah Harun Al-
Rashid yang kemudian dikenal dengan Kitab Al-Kharaj.2 Kitab ini berisi tentang
berbagai ketentuan tentang sistem ekonomi terutama dalam hal kharaj, usyur,
shadaqah, dan jawali.3

Kitab tersebut memuat berbagai hal yang berkaitan dengan persoalan


perpajakan, pengelolaan pendapatan dan pembelanjaan publik dari sisi agama. Abu
yusuf merupakan peletak prinsip-prinsip dasar perpajakan pada negara yang pada
masa selanjutnya oleh para ahli ekonomi disebut sebagai cannons of taxation. 4

Selain itu beliau juga merupakan salah satu ulama yang mengkritisi masalah
peningkatan dan penurunan produksi pada perubahan harga-harga di pasaran,
termasuk faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hal ini dilakukan beliau jauh
sebelum teori permintaan dan penawaran yang dibahas di negara-negara Eropa,
termasuk didalamnya teori-teori yang digagas oleh Adam Smith (1776 M) dalam The

1
Nur Chamid. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010). Hlm. 104
2
Al-Qadhi Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim (selanjutnya disebut Abu Yusuf). Kitab Al-Kharaj,
(Beirut: Dar Al-Ma’rifah, 1979), hlm. 3
3
Al-jawali, merupakan jama’ dari kata jaliyah yaitu suatu kelompok atau golongan yang
memisahkan diri dari kedaulatan negaranya dan membentuk suatu negara baru. Lihat footnote 1, Abu
Yusuf. Ibid., hlm. 3.
4
Adiwarman Azwar Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta: PT. Pustaka
Pelajar, 2001). Hlm. 10

Abu Yusuf (Suatu Pemikiran) 2


Wealth Of Nations.5 Tentu akan menarik jika pemikiran-pemikiran Abu yusuf
tersebut dibahas secra lebih lanjut.

PEMBAHASAN

Sejarah Abu Yusuf

1. Sejarah kehidupan Abu Yusuf

Nama lengkap beliau adalah Abu Yusuf Ya’kub Bin Ibrahim Bin Habib
Al-Anshari. Beliau lahir di Kufah, Irak, pada tahun 113H/731M dan wafat di
Baghdad pada tahun 182 H/798 M. Beliau adalah shabat sekaligus murid dari
Abu Hanifah.6 Beliau adalah ketua mahkamah agung pada masa Daulah
Abbasiyah, seorang ahli fikir, ahli tafsir, ahli hadits, sejarawan, sastrawan dan
seorang teolog di Irak. Beliau berasal dari suku Bujailah, salah satu suku bangsa
Arab. Keluarganya disebut al-Anshari karena dari pihak ibu masih masih
mempunyai hubungan dangan kaum Anshar.7

Sejak kecil beliau memiliki minat ilmiyah yang tinggi, tetapi kelemahan
ekonomi orangtuanya memaksa beliau ikut bekerja mencari afkah. Beliau sangat

5
Adiwarman Azwar Karim. Ekonomi Islam, Suatu Kajian Kotemporer. Cet. Kedua (Jakarta:
Gema Insani Press, 2003). Hlm. 155
6
Nama lengkap beliau Abu Hanifah Al-Nu’man Ibn Tsabit Bin Zauti, ahli hukum Islam yang
dilahirka di Kufah tahun 80H/699M pada masa pemeritahan Abdul Malik Bin Marwan dan meninggal
pada tahun 150 H/767 M. Beliau adalah seorang non-Arab keturunan Persia. beliau lebih dikenal
denga sebagai imam madzhab hukum yang sangat rasionalis yang berprofesi sebagai penjahit pakaian
(taylor) dan pedagang dari Kufah, Iraq. Beliau adalah penggagas keabsahan dan ke-shahihan hukum
kontrak jual-beli dengan apa yang dikenal dewasa ini dengan bai’ as-salam dan al-murabahah. Beliau
wafat pada tahun 150 H dengan meninggalkan beberapa karya tulis antara lain al-makharif fi al-fiqh,
al-musnad (sebuah kitab hadits yang dikumpulkan oleh para muridnya) dan al-fiqh al-akbar. A.
Rahman Ritonga, dkk. Ensiklopedi Hukum Islam. (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1996). Hlm. 12.
Lihat Heri Sudarsono. Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar (Yogyakarta: EKONISIA, 2004). Hlm.
149-150.
7
A. Rahman Ritonga, dkk. Ensiklopedi Hukum Islam…, Hlm. 16

Abu Yusuf (Suatu Pemikiran) 3


giat belajar dan banyak meriwayatkan hadits sehingga banyak ahli hadits yang
memujinya dala hal periwayatan. Beliau meriwayatkan hadits dari gurunya
antara lain Hisyam Bin Urwah, Abu Ishaq Asy-Syaibani, Ata’ Bin Sa’ib, dan
orang-orang yang sjajar dan sezaman dengan mereka. Dalam hal belajar beliau
menunjukkan kemampuan yang tinggi sebagai ahlu ar-ra’yi yang dapat
menghapal sejumlah besar hadits.

Beliau sangat terarik untuk mendalami ilmu fiqih. Beliau mulai belajar
fiqih pada Ibnu Abi Laila8 dan kemudian kepada Imam Abu Hanifah, pendiri
Madzhab Hanafi. Karena kecerdasan beliau, Abu hanifah berharap Abu Yusuf
akan menggantikannya sebagai penyebar madzhab Hanafi setelah beliau wafat.
Abu Hanifah pernah memuji beliau bahwa jika Abu Hanifah tidak mempunyai
murid selain Abu Yusuf maka itu sudah cukup menjadi kebangggan bagi umat
manusia. Setelah Abu Hanifah wafat maka Abu Yusuf menggantikan kedudukan
gurunya pada perguruan Imam Abu Hanifah selama 16 tahun dan tidak
berhubungan dengan kegiatan pemerintahan.

Hubungan Abu yusuf dengan Abu Hanifah bukanlah hubungan


seseorang yang bertaqlid dangan orang yang ditaqlidi, tetapi hubungan antara
seorang murid dengan seorang guru yang disertai dengan kebebasan berfatwa
dan berijtihad. Abu Yusuf tidak selalu puas dengan apa yang difatwakan oleh
gurunya. Bahkan terkadang pendapat-pendapat beliau sering kali menentang
pendapat gurunya. Ini dikarenkan Abu yusuf pernah berguru kepada banyak
ulama dan dikatakan bahwa beliau lebih memgang tradisi dibanding gurunya.9

8
Nama lengkap beliau adalah Muhammmad Bin Abdurrahman Bin Abi Laila. Beliau adalah
serang ulama dan penjabat hakim di Kufah, Iraq, yang wafat tahun 148 H. A. Rahman Ritonga, dkk.
Ensiklopedi Hukum Islam. Hlm. 16

9
H. A. R. Gibb, dkk. The Encyclopaedia Of Islam, New Edition (Leiden: E.J. Brill, 1960).
Hlm. 164-165.

Abu Yusuf (Suatu Pemikiran) 4


Pada tahun 166 H/782 M, beliau meninggalkan Kufah menuju Baghdad
dikarenakan faktor kesulitan ekonomi. Di Baghdad beliau menemui Khalifah
Abbasiyah, Al-Mahdi (159 H/775 M-169 H/785 M) yang langsung
megangkatnya sebagai hakim (al-qadhi) di Baghdad Timur. Jabatan hakim
tersebut dipegang beliau sampai masa pemerintahan Khalifah Al-Hadi (169
H/785 M-170 H/786 M). Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid (170 H/786-194
H/809 M) jabatannya naik menjadi ketua para hakim atau hakim agung (qadhi
al-qudah) pertama Daulah Abbasiyah. Jabatan ini belum pernah ada sejak masa
Bani Umayyah (abad ke-7) sampai pada masa Khalifah Al-Mahdi dari Daulah
Bani Abbasiyah (abad ke-8). Jabatan ini dianggap sangat pantas diberikan
kepada beliau karena selain ilmunya yang luas, kepribadiannya juga sangat
disukai oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid. Dalam mengadili suatu perkara, beliau
tidak membeda-bedakan apakah yang diadili tersebut dari kalangan istana atau
luar istana.10

Jabatan ketua hakim tersebut memberikan kewenangan yang lebih luas


kepada beliau karena disamping memutuskan suatu perkara, beliau juga
bertanggungjawab amenyusun materi hukum yang diterapka para hakim serta
mengangkat para hakim di seluruh negeri. Ini berbeda dengan jabatan
sebelumnya yaitu pada masa kekhalifahan al-mahdi dan al-hadi yang hanya
bertanggungjawab memutuskan perkara dan memeri fatwa.

2. Karya-karya Abu Yusuf

Di sela-sela kesibukannya melaksanakan tugas sebagai murud, guru,


kemudian hakim dan terakhir pejabat penting dalam kehakiman, Imam Abu
Yusuf masih sempat menulis berbagai buku yang berpengaruh besar dalam

10
A. Rahman Ritonga, dkk. Ensiklopedi Hukum Islam. Hlm. 17

Abu Yusuf (Suatu Pemikiran) 5


memperbaiki sistem pemerintahan dan penyebaran serta penyebaran Maszhab
Hanafi. Beberapa di antara karya beliau adalah sebagai berikut:11

a. Kitab Al-Atsar,

Di dalam kitab ini dimuat hadits-hadits yang diriwayatkannya dari


ayah dan gurunya, yaitu Abu Hanifah, yang dari hadits-hadits tersebut
sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah SAW, ada yang sampai
kepada sahabat, ada pula yang sampai kepada tabi’in. Di dalamnya juga
dijelaskan tentang perbedaan pendapat beliau dengan gurunya sendiri yaitu
Imam Abu Hanifah, pendapat beliau sendiri, serta sebab-sebab terjadinya
perbedaan pendapat tersebut.

b. Kitab Ikhtilaf Abi Hanifah wa Ibn Abi Laila,

Di dalamnya dikemukakan pendapat Imam Abu Hanifah dan Ibnu Abi


Laila12 serta perbedaan pendapat mereka. Tidak ketinggalan pula kritik
keras Abu Hanifah terhadap ketetapan peradilan yang dibuat Ibnu Abi
Laila dalam memutuskan perkara. Dalil-dalil nas dan logika Imam Abu
Hanifah juga dimuat dengan terperinci.

c. Kitab Ar-Radd ‘Ala Syi’ar Al-Auza’i,

11
Ibid., hlm. 17
12
Lihat footnote 8.

Abu Yusuf (Suatu Pemikiran) 6


Kitab memuat perbedaan pendapat beliau dengan pendapat
Abdurrahman al-Auza’i13 tentang perang dan jihad, termasuk bantahannya
terhadap pendapat al-Auza’i.

d. Kitab Al-Kharaj,

Kitab ini merupakan karya yang paling populer di antara karya-karya


beliau yang lain. di dalamnya dijelaskan berbagai pemeikiran beliau
tentang fiqih dalam berbagai aspek seperti keuangan negara, pajak tanah,
pemerintahan dan musyawarah.

Selain karya-karya yang telah disebutkan di atas, Abu Yusuf juga


menulis Al-Jawami’, yaitu buku yang sengaja ditulis untuk Yahya bin Khalid. Di
dalamnya dibicarakan perdebatan tentang ra’yu dan rasio. Abu Yusuf adalah
orang pertama yang menyusun Ushul Fiqh Hanafiyyah, yakni data-data dan
fatwa hukum yang disepakati Imam Abu Hanifah bersama murid-muridnya.14

Menurut Ibnu Nadim, masih banyak lagi kitab-kitab karya Imam Abu
Yusuf yang lainnya misalnya kitab ash-shalah (tentang shalat), kitab az-zakat
(tentang zakat), kitab ash-shiyam (tentang puasa), kitab al-bai’ (tentang jual-beli),
kitab al-fara’id (tentang hukum waris), dan kitab al-wasiyyah (tentang
wasiyat).15

13
Beliau adalah seorang ulama yang berasal dari Beirut, Libanon, yang hidup satu zaman
dengan Abu Hanifah. Di dalam bidang ekonomi, ajaran beliau cenderung membenarkan kebebasan
dalam kontrak dan memfasilitasi orang-orang dalam transaksi mereka. Beliau adalah penggagas
orisinalitas dalam ilmu ekonomi syariah. Gagasan-gagasannya antara lain adalah kebolehan dan ke-
shahih-an sistem muzara’ah sebagai bagian dari bentuk murabahah dan membolehkan peminjaman
modal, baik dalam bentuk tunai atau sejenisnya. Lihat Nur Chamid. Jejak Langkah… Hlm. 152.
14
Heri Sudarsono. Konsep Ekonomi Islam…, Hlm. 152.
15
A. Rahman Ritonga, dkk. Ensiklopedi Hukum Islam. Hlm. 17

Abu Yusuf (Suatu Pemikiran) 7


Pemikiran Abu Yusuf

Kekuatan utama pemikiran abu yusuf adalah dalam permasalahan keuangan


publik. Terlepas dari prinsip-prinsip perpajakan, dan pertanggungjwaban negara
Islam terhadap kesejahteraan rakyatnya, beliau memberikan beberapa saran tentang
cara-cara mendapatkan sumber perbelanjaan untuk pembangunan janga panjang
seperti pembangunan infrastruktur dan irigasi bagi pertanian. Namun Abu Yusuf
sangat menentang eksploitasi terhadap sumber daya perekonomian yang ada dengan
mengesampingkan ajaran-ajaran agama yang kemudian dikenal dengan faham
positifisme.16

Dalam hal menyikapi tentang positivisme tersebut dalam salah satu pesan
terhadap Khalifah Harun Ar-Rasyid pada Kitab Al-Kharaj, mengatakan: “anda tidak
diciptakan dengan sia-sia dan tidak akan dibiarkan tanpa pertangungjawaban. Allah
akan menanyakan tentang segala sesuatu yang anda miliki dan apa yang anda
lakukan terhadapanya.” 17

1. Bidang Fiskal

Dalam pandangan Abu Yusuf, tugas utama pemerintah adalah


mewujudkan serta menjamin kesejahteraan rakyatnya. Beliau selalu menekankna
pentingnya memenuhi kebutuhan rakyat dan melakukan pembangunan yang
berorientasi pada kesejahteraan rumum. Beliau berpendapat bahwa semua biaya

16
Positivisme dalam pengertian ilmu ekonomi konvensional adalah netralitas ekonomi
terhadap suatu apapun atau idependensi dari kedudukan etika atau penilaian normatif. Keberadaannya
bersifat alami. Dalam paham ini dapat dikatakan bahwa ilmu ekonomi mengesampingkan ilmu-ilmu
lain yang tidak berkaitan dangannya. Salah satu bentuk paham positifisme adalah bahwa
tanggungjawab sosial satu-satunya adalah meningkatkan keuntungan secara ekonomi. Umer Chapra.
Masa Depan Ilmu Ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam, Alih Bahasa: Ikhwan Abidin B. (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001). Hlm. 56.
17
Abu Yusuf juga berpesan kepada Khalifah Harun Al-Rasyid bahwa jika dihadapkan pada
dua pilihan antara kepentingan dunia dan kepentingan akhirat maka hendaknya memilih kepentingan
akhirat karena kepentingan dunia bersifat sementara dan kepentingan akhirat bersifat abadi. Abu Yusuf.
Kitab Al-Kharaj..., hlm. 4

Abu Yusuf (Suatu Pemikiran) 8


yang dibutuhkan bagi pengadaan pembangunan sarana dan prasarana publik
harus ditanggung oleh negara.18

Dalam mewujudkan kebijakan ekonomi di atas, Abu Yusuf


menyarankan agar negara menunjuk pejabat yang jujur dan amanah dalam
berbagai tugas. Beliau mengecam perlakuan kasar terhadap pembayar pajak dan
menganggapnya sebagai tindakan kriminal. Beliau berpendapat perlakuan yang
baik terhadap para pembayar pajak akan meningkatkan pendapatan pajak. Dalam
hal ini pula, Abu Yusuf berpendapat bahwa negara harus memberikan upah dan
jaminan masa pensiun kepada kepada mereka yang berjasa dalam menjaga
kedaulatan Islam dan mendatangkan sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi
kaum muslimin.19

Secara umum sumber-sumber pendapatan negara dalam daulah


islamiyyah yang ditulis abu yusuf adalah ghanimah,20 zakat,21 dan harta fay’,22
yang di dalamnya termasuk jizyah,23 ‘usyr,24 dan kharaj.25 Dalam hal

18
Abu Yusuf. Kitab Al-Kharaj..., hlm. 110.

19
Boedi Abdullah. Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam (Bandungl Pustaka Setia, 2010).
Hlm. 153- 155
20
Ghanimah yaitu: segala sesuatu yang dikuasai kaum muslim dari harta kaum non-muslim
melalui peperangan. Lihat Nur Chamid. Jejak Langkah…, hlm. 157.
21
Zakat merupakan instrumen keuangan negara yang menjadi sumber utama pendapan negara
pada saat itu. Namun dalam hal ini Abu Yusuf tidak menjelaskan secara rinci mengenai hukum-hukum
zakat sebagai mana ulam fiqih yang lain. beliau hanya menjelaskan secara umum mengenai hal ini.
22
Fay’ adalah segala sesuatu yang dikuasai oleh kaum muslim dari harta orang non-musliam
dengan tanpa peperangan. Lihat Nur Chamid. Jejak Langkah…, hlm. 159.

23
Jizyah adalah pajak yang dibebnkan kepada kaum non-muslim yang dilindungi oleh suatu
negara Islam. Ibid., hlm. 160.

24
‘usyr merupakan sejumlah harta yang dibebankan atas perdagangan yang dilakukan oleh
kaum non-muslim ahlu dzimmah dan penduduk dar al-harb yang melewati perbatasan negara Islam.
Ibid., hlm. 160.

Abu Yusuf (Suatu Pemikiran) 9


pendistribusian pendapatn negara tersebut, Abu yusuf mengingatkan bahwa hal
tersebut ditujukan demi mewujudkan kesejahteraan rakya. Beliau mengutip
pernyataan Khalifah Umar Bin Khaththab: “pajak dibenarkan jika dipungut
dengan cara adil dan sah serta digunakan secara adil dan sah pula. Dalam hal
ini, aku menganggap diriku seperti wali bagi anak yatim terhadap harta kalian.
Jika kalian bertanya maka akan saya jawab apakah pajak ini saya gunakan
dangan cara yang sah.”26

Dalam hal penetapan pajak, Abu Yusuf cenderung menyetujui negara


mengambil bagian dari hasil pertanian dari para penggarap daripada menarik
sewa dari lahan pertanian. Menurut beliau, cara ini lebih adil dan memberikan
dan memberikan hasil produksi yang lebih besar dangan memberikan
kemudahan dalam meperluas tanah garapan. Dengan kata lain, beliau
merekomendasikan menggunakan sistem kharaj muqasamah daripada sistem
kharaj wadhifah.27

Argumen Abu Yusuf dalam hal ini bahwa pajak berdasarkan ukuran
tanah (baik yang ditanami atau yang tidak) dibenarkan hanya jika tanah tersebut
subur. Ini dikarenakan pada saat itu banyak tanah-tanah petani yang luas tetapi
tidak subur.28 Selain itu, sistem kharaj wadifah/misahah tidak memiliki
ketentuan apakah pajak dikumpulkan dalam bentuk uang atau sejumlah barang.
Kecenderungan perubahan harga bahan pangan (dalam hal ini gandum) selain

25
Kharaj merupakan pajak tanah yang dikuasai kaum muslim, baik karena peperangan
maupun karena pemilikya mengadakan perjanjian damai dengan pasukan muslim. Ibid., hlm. 160.
26
Abu Yusuf. Kitab Al-Kharaj..., hlm. 117.
27
Terdapat dua sistem pajak (kharaj) pada saat itu yaitu:
a. Kharaj muqasamah, yaitu suatu sistem dimana pajak dipungut berdasarkan hasil panen, bukan dari
luas tanah garapan (proporsional tax).
b. Kharaj wadhifah atau misahah, yaitu suatu sistem dimana pajak dipungut berdasarkan luas tanah
garapan yang bersifat tetap (fixed tax). Abu Yusuf. Kitab Al-Kharaj..., hlm 109.
28
Ibid., hlm. 48

Abu Yusuf (Suatu Pemikiran) 10


akan mempengaruhi pembayaran pajak oleh para petani juga akan
mempengaruhi pendapatan negara. Dengan asumsi, jika harga gandum turun
maka petani akan terbebani dengan pembayaran pajak yang tetap.

2. Bidang Ekonomi Makro

Abu Yusuf merupakan salah satu ulama yang menentang penetapan


harga yang dilakukan oleh pemerintah. Ini berdasarkan hadits Nabi yang
menjelaskan bahwa tinggi-rendahnya harga merupkan ketentuan Allah yang
tidak boleh dicampuri.29

Selain itu Abu Yusuf tercatat sebagai salah satu ulama yang paling awal
menyinggung mekanisme pasar. Beliau memperhatikan peningkatan dan
penurunan produksi dalam kaitannya dengan perubahan harga. Beliau
mengatakan dalam kitab Kitab al-Kharaj: “tidak ada batasan tertetu tentang
murah dan mahal yang dapat dipastikan. Hal tersebut ada yang mengaturnya.
Prinsipnya tidak bisa diketahui. Murah bukan karena melimpahnya makanan,
demikian juga mahal tidak disebabkan kelangkaan makanan. Murah dan mahal
adalah ketentuan Allah. Kadang-kadang makanan berlimpah tetapi tetap mahal
dan kadang-kadang makanan sangat sedikit tatapi murah.”30

Dari pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa Abu Yusuf


membantah pendapat umum tetang hubungan terbalik antara penawaran dan
harga. Pada kenyataannya, penawaran tidak tergantung pada penawaran saja,

29
Elias Tuma, sebagaimana dikutip oleh Adiwarman Karim, mencatat bahwa para penguasa
pada periode itu umunya memcahkan masalah kenaikan harga dengan menambah suplai bahan
makanan dan mereka menghindari kontrol harga. Kecenderungan yang ada dalam pemiiran ekonomi
Islam adalah membersihkan pasar dari praktik penimbunan, monompoli, dan praktik korup lainnya dan
kemudian membiarkan penentuan harga kepada kekuatan permintaan dan penawaran. Abu yusuf tidak
dikecualika dalam hal kecenderungan ini. Lihat Adiwarman Azwar Karim. Sejarah Pemikiran…, hlm.
11
30
Abu Yusuf. Kitab Al-Kharaj..., hlm 48-49.

Abu Yusuf (Suatu Pemikiran) 11


tetapi juga pada kekuatan penawaran atau daya beli. Oleh karena itu, peningkatan
dan penuruan harga tidak selalu berhubungan dengan penurunan atau
peningkatan dalam produksi. Abu Yusuf menegaskan bahwa ada fariabel lain
yang mempengaruhi, tetapi variabel tersebut tidak dijelaskan secara rinci. Bisa
jadi variabel tersebut adalah pergeseran dalam permintaaan atau jumlah uang
yang beredar dalam suatu negara, atau penimbunan dan penahanan barang, atau
semua hal tersebut.31

Fernomena yang terjadi pada masa itu adalah pada saat terjadi
kelangkaan barang maka harga akan cenderung tinggi, sedangkan jika ketika
persediaan barang melimpah maka harga akan cenderung lebih rendah. Kenaikan
dan penurunan harga yang berbanding tebalik dengan jumlah persediaan barang
selanjutnya dapat dijelaskan dalam bentuk drafik sebagai berikut:

Gambar 1: Grafik Kenaikan Harga

P1

P2

Q2 Q1

P1 dan P2 menunjukkan tinggi rendahnya harga (price), sedangkan Q1


dan Q2 menunjukkan jumlah persediaan barang atau komoditas ekonomi
(qwantity). Sesuai dengan teori permintaan, jika P naik maka Q turun, begitu

31
Adiwarman A. Karim. Ekonomi Islam…, hlm. 155.

Abu Yusuf (Suatu Pemikiran) 12


pula sebailiknya, jika P turun maka Q naik. Dari skema tersebut dapat
disimpulkan bahwa jika harga komoditas naik maka akan direspon dengan
penurunan jumlah komoditas yang dibeli. Begitu pula sebaliknya jika harga
komoditas turun, maka akan direspon oleh konsumen dengan meningkatkan
jumlah komoditi tersebut.32

Hal ini lah yang kemudian dikritisi oleh Abu Yusuf yang menyatakan
bahwa jika kadang-kadang makanan berlimpah tetapi harga tetap tinggi, dan
kadang-kadang jumlah makanan sedikit tetapi harganya tetap murah. Abu Yusuf
menyangkal pendapat umum tentang hubungan terbalik antara persediaan barang
dangan harga karena pada kenyataannya harga tidak tergantung pada permintaan
saja, tetapi juga pada tergantung pada kekuatan penawaran. Jika jumlah barang
banyak dengan daya beli masayarakat yang tinggi pula maka harga juga akan
mengalami kenaikan. Begitu juga sebaliknya, jika persediaan sedikit tetapi daya
beli masyarakat rendah maka harga juga akan mengalami penurunan.

Gambar 2: Grafik Kenaikan Harga 2

P1

P2

Q2 Q1

32
Nur Chamid. Jejak langkah…, hlm. 163-165

Abu Yusuf (Suatu Pemikiran) 13


Dalam hukum penawaran, dikatakan bahwa hubungan antara harga dengan
banyaknya komoditas yang ditawarkan mempunyai kemiripan positif. Bila harga
komoditas naik maka pasar akan merespon dengan menambah jumlah komoditas
yang ditawarkan tersebut. Begitu juga sebaliknya jika harga komoditas turun, maka
akan direspon dengan pengurangan jumlah komoditas yang diatwarkan. Pendapat
Abu Yusuf tentang hubungan harga dengan jumlah permintaan dapat diformulasikan
sebagai berikut:

D = Q = f (P)

Formulasi ini menjelaskan pengaruh harga terhadap jumlah permintaan adalah


negatif. Ketika terjadi kelangkaan barang maka harga akan cenderung tinggi dan
sebaliknya jika barang melimpah maka harga akan cenderung turun atau rendah.
Hukum permintaan dalam hal ini mengatakan jika harga komoditas naik maka akan
menyebabkan konsumen menurunkan jumlah komoditi yang dibeli, sedangkan jika
harga turun maka konsumen akan meningkatkan jumlah komoditi yang dibeli.

Abu Yusuf memang tidak secara rinci menyebutkan sebab-sebab naik atau
turunnya suatu harga komoditas. Beliau hanya membantah bahwa harga barang tidak
selalu dipengaruhi oleh ketersediaan barang dipasar. Karya-karya beliau juga tidak
pernah menyinggung masalah ini, sehingga tidak dapat disimpulkan secara pasti apa
alasan beliau mengemukakan pendapatnya tersebut.

Berkaitan dengan kenaikan atau penuruhan harga komoditas di pasaran,


bahwa tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah permintaan saja, dapat digunakan teori
penawaran. Dalam hal kenaikan dan penurunan harga komoditas, tidak hanya
dipengaruhi oleh ketersediaan barang tetapi dapat juga dipengaruhi oleh kekuatan
penawaran. Ini dapat diformulasikan secara sederhana dalam rumus sebagai berikut:

S = Q = f (p)

Abu Yusuf (Suatu Pemikiran) 14


Dalam hal ini, pengaruh harga terhadap jumlah permintaan suatu komoditi
adalah positif. Jika harga suatu komoditi mengalalami kenaikan maka permintaan
juga akan mengalami kenaikan begitu pula sebaliknya jika harga turun, maka
permintaan juga mengalami penurunan. Dengan demikian maka hukum penawaran
adalah jika harga naik maka akan direspon dengan penambahan jumlah komoditi
yang ditawarkan, sebaliknya juga jika harga komoditi turun maka akan direspon
dengan penurunan jumlah komoditi yang akan ditawarkan.33

KESIMPULAN

Bahwa dalam pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara, Abu Yusuf
menyarankan pemerintah menggunakan sistem kharaj muqasamah (proporsional tax),
di mana pajak dipungut berdasarkan hasil dari pertanian, bukan dari luasnya lahan.
Ini dimaksudkan untuk melindungi para petani yang mempunyai lahan yang luas
tetapi terdapat lahan-lahan yang kurang produktif. Selain itu, fluktuasi harga
komoditas pertanian yang tidak menentu akan memjadi beban kepada masyarakat jika
kharaj wadhifah/misahah dengan tarif berdasarkan luas lahan tetap dilaksanakan.

Bahwa dalam kebijakan pengendalian harga komoditas ekonomi, Abu Yusuf


menentang intervensi pemerintah dalam menentukan harga. Beliau juga berpendapat
bahwa harga komoditas ekonomi tidak selalu bergantung pada banyak atau sedikitnya
produksi. Menurut beliau, selain pengaruh dari jumlah penawaran, harga juga
dipengaruhi oleh kekuatan permintaan. Ada faktor-faktor yang tidak dapat dilihat
dalam menentukan tinggi-rendahnya suatu harga.

33
Adiwarman A. Karim.. Ekonomi Mikro Islam, edisi ke-3 (Jakarta: Rajawali Press, 2007).
Hlm. 20

Abu Yusuf (Suatu Pemikiran) 15


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Boedi. Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam (Bandung: CV Pustaka Setia,


2010)
Nur. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010)
Chapra, M. Umer. Islam dan Tantangan Ekonomi, Alih Bahasa: Ikhwan Abidin Basri
(Jakarta: Gema Insani Press, 2006)
Chapra, Umer. Masa Depan Ilmu Ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam, Alih Bahasa:
Ikhwan Abidin B. (Jakarta: Gema Insani Press, 2001)
Gibb, H. A. R., dkk. The Encyclopaedia Of Islam, New Edition (Leiden: E. J. Brill,
1960)
Karim, Adiwarman A.. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kotemporer, cet. Kedua (Jakarta:
Gema Insani Press, 2003)
Adiwarman A. Karim.. Ekonomi Mikro Islam, edisi ke-3 (Jakarta: Rajawali Press,
2007)
Karim, Adiwarman Azwar. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta: PT.
Pustaka Pelajar, 2001)
Ritonga, A. Rahman, dkk. Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: Ikhtiar Baru Van
Hoeve, 1996)
Sirry, Mun’im A. Sejarah Fiqih Islam, Sebuah Pengantar, Cet. Kedua (Surabaya:
Risalah Gusti, 1996)
Sudarsono, Heri. Konsep Ekonomi Islam, Suatu Pengantar (Yogyakarta: EKONISIA,
2004)
Ya’qub, Abu Yusuf bin Ibrahim Al-Qadhi. Kitab Al-Kharaj, (Beirut: Dar Al-
Ma’rifah, 1979)

Abu Yusuf (Suatu Pemikiran) 16


Teori Pajak Menurut Abu Yusuf
Sebuah Alternatif Solusi Perpajakan di Indonesia

TEORI PAJAK MENURUT ABU YUSUF


SEBUAH ALTERNATIF SOLUSI PERPAJAKAN DI INDONESIA

Rachmatullah Oky
e-mail: kasyafi@gmail.com
Universitas Darussalam Gontor, Indonesia

Abstract:
Taxes are one of the sources of state opinion that has been formally used to sustain
the development of a country. In this regard taxes may be said to be the main
pillars of development, including the financing of civil servants, buying combat
equipment, building infrastructure, etc. Unfortunately taxes taken from these
people are often misused in its implementation as a support for development and
are enjoyed only by a handful of people. Abu Yusuf, an economic thinker and also
a faqih in the Abassiyah dynasty, has written the theory of this tax in his book Al-
Kharaj which discusses the basis of the tax applied, and the reason for the use of
funds in society so that it can be accountable. In this study, it will be known the
things that pertain to the tax applied by Abu Yusuf which can be applied in
modern human life today. Regarding the types of taxes and how they are applied
in the present. So it can be a solution for a country to manage its income from
taxes and use them in the best way.

Keywords: Abu Yusuf, Tax, Distribution, Al-Kharraj

Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam | 1


p-ISSN: 2252-5661, e-ISSN: 2443-0056
Rachmatullah Oky

Pendahuluan
Pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dapat
disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur 1:
1. Iuran dari rakyat kepada negara dan yang berhak memungut pajak
hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).
2. Berdasarkan undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan atau
dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara
langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat
ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni
pengeluaranpengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Banyaknya masyarakat yang belum taat membayar pajak disebabkan


minimnya informasi masyarakat mengenai manfaat pajak.Sebaiknya
pelajarilah manfaat dan fungsi pajak berikut ini agar lebih bijak taat
pajak.Pajak sangat bermanfaat bagi negara. Secara lengkap pajak banyak
digunakan untuk2:
Membiayai pengeluaran-pengeluaran negara, seperti: pengeluaran yang
bersifat self liquiditing, contohnya: pengeluaran untuk proyek produktif
barang ekspor.

1Casavera, Perpajakan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 3.


2 Ibid

2 | Iqtishoduna Vol. 8 No. 1 April 2019


TERAKREDITASI SK Ristekdikti No. 21/E/KPT/2018
Teori Pajak Menurut Abu Yusuf
Sebuah Alternatif Solusi Perpajakan di Indonesia

Membiayai pengeluaran reproduktif, seperti: pengeluaran yang


memberikan keuntungan ekonomis bagi masyarakat, contohnya:
pengeluaran untuk pengairan dan pertanian.
Membiayai pengeluaran yang bersifat tidak self liquiditing dan tidak
reproduktif, contohnya: pengeluaran untuk pendirian monumen dan
objek rekreasi.
Membiayai pengeluaran yang tidak produktif, contohnya: pengeluaran
untuk membiayai pertahanan negara atau perang dan pengeluaran untuk
penghematan di masa yang akan datang yaitu pengeluaran untuk anak
yatim piatu.
Di Indonesia, hampir semua rezim pemerintahan yang berkuasa
menjalankan kebijakan anggaran defisit, yang berbeda hanyalah sumber
pembiayaannya. Pembiayaan defisit anggaran didanai dengan
menggunakan utang luar negeri selama pemerintahan orde baru. Hal ini
karena trauma inflasi tinggi ketika defisit dibiayai dengan pencetakan
uang (printing money) pada masa rezim orde lama (Nasution, 1983, 1984).
Pemerintahan orde reformasi saat ini berusaha memobilisasi dana
masyarakat dengan menerbitkan obligasi negara untuk pembiayaan
defisit. Beban defisit anggaran terhadap perekonomian negara semakin
meningkat yang dicerminkan oleh semakin meningkatnya rasio defisit
terhadap PDB. Rasio defisit terhadap PDB mengalami kenaikan menjadi
sebesar 3,73 persen pada tahun 1998 dan 4,18 persen pada tahun 2001,
sedangkan rata-rata selama krisis di atas 2 persen. Berarti beban PDB
untuk menutup defisit anggaran pemerintah semakin meningkat.3Kondisi
ini pada akhirnya menjadikan potensi pajak. Yang sesungguhnya tidak

3 Joko Waluyo, PERANAN PAJAK UNTUK MENGINGKATKAN KEMANDIRIAN


ANGGARAN, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No.2, Desember 2009, hlm. 155
Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam | 3
p-ISSN: 2252-5661, e-ISSN: 2443-0056
Rachmatullah Oky

pernah tergali.Inilah yang menjadikan pembangunan sistem pajak


Indonesia seolah-olah seperti berjalan ditempat4.

Dalam sejarah ekonomi Islam Abu Yusuf dikenal memilki sumbangan


yang cukup besar terhadap kemajuan ekonomi pada masa kepemimpinan
Khalifah Harun ar-Rasyid, beliau meletakkan dasar-dasar kebijakan fiskal
yang berbasis kepada keadilan dan maslahah.5

Kekuatan utama pemikiran Abu Yusuf adalah dalam masalah keuangan


publik.Dengan daya observasi dan analsisnya yang tinggi, Abu Yusuf
menguraikan masalah keuangan dan menunjukkan beberapa kebijakan
yang harus diadopsi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan rakyat. Terlepas dari berbagai prinsip perpajakan dan
pertanggungjawaban negara terhadap kesejahteraan rakyatnya, ia
memberikan beberapa saran tentang cara-cara memperoleh sumber
perbelanjaan untuk pembangunan jangka panjang, seperti membangun
jembatan dan bendungan serta menggali saluran-saluran besar dan kecil.

Suatu studi komparatif tentang pemikiran Abu Yusuf dalam kitab ini
menunjukkan bahwa berabad-abad sebelum adanya kajian yang
sistematis mengenai keuangan publik di Barat, Abu Yusuf telah berbicara
tentang kemampuan dan kemudahan para pembayar pajak dalam
pemungutan pajak.Ia menolak tegas pajak pertanian dan menekankan
pentingnya pengawasan yang ketat terhadap para pemungut pajak untuk
menghindari korupsi dan tindak penindasan. Abu Yusuf menganggap

4Faisal basri, 2009. Lanskap ekonomi indonesia kajian dan renungan atas masalah- masalah
struktural, transformasi baru dan prosfek perekonomian indonesia. Jakarta: kencana Perdana
Media Grup hal 7
5Adiwarman Azwar Karim, 2008 Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada hal 53

4 | Iqtishoduna Vol. 8 No. 1 April 2019


TERAKREDITASI SK Ristekdikti No. 21/E/KPT/2018
Teori Pajak Menurut Abu Yusuf
Sebuah Alternatif Solusi Perpajakan di Indonesia

bahwa penghapusan penindasan dan jaminan kesejahteraan rakyat


sebagai tugas utama penguasa.Ia juga menekankan pentingnya
pengembangan infrastruktur dan menyarankan berbagai proyek
kesejahteraan.5

Dalam pandangan Abu Yusuf, tugas utama penguasa adalah


mewujudkan serta menjamin kesejahteraan rakyatnya.Ia selalu
menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan rakyat dan
mengembangkan berbagai proyek yang berorientasi pada kesejahteraan
umum. Dengan mengutip pernyataan Umar Ibn Khathab, ia
mengungkapkan bahwa sebaik-baik penguasa adalah mereka yang
memerintah demi kemakmuran rakyatnya dan seburuk-buruk penguasa
adalah mereka yang memerintah, tetapi rakyatnya malah menemui
kesulitan.

Subjek utama Abu Yusuf adalah perpajakan dan tanggung jawab ekonomi
dari negara.Sumbangannya terletak pada pembuktian keunggulan pajak
berimbang terhadap sistem pungutan tetap atas tanah, keduanya ditinjau
dari segi pandangan dan keadilan.

Kajian Teoritis
A. Tarif Pajak
Pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun
2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam | 5


p-ISSN: 2252-5661, e-ISSN: 2443-0056
Rachmatullah Oky

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya


kemakmuran rakyat.6

Adapun beberapa pendapat ulama dan para ahli tentang pengertian pajak
adalah sebagai berikut:Pajak menurut Yusuf Qardhawi adalah kewajiban
yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada
negara sesuai dengan ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari
negara dan hasilnya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
disatu pihak dan untuk merealisasi sebagian tujuan ekonomi, sosial,
politik dan tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai oleh negara.7 Sedangkan
Adriani, mendefinisikan pajak sebagai iuran pada negarayang dapat
dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurutperaturan-peraturan dengan tidak dapat prestasi kembali, yang
langsung dapatditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaranpengeluaranumum yang berhubungan dengan tugas
pemerintah.8

Prof. Dr. MJH Smeeths, mendefinisikan pajak sebagai prestasipemerintah


yang tertuang melalui norma-norma umum dan dapat dipaksakan,tanpa
adanya kontra prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal
individual,maksudnya adalah membiayai pengeluaran pemerintah.9

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, mendefinisikan pajak sebagai iuran


rakyatkepada negara berdasarkan Undang-undang (dapat dipaksakan),

6Gusfahmi, Pajak Menurut Syariah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 27.
7 Ibid
8Bohari, Pengantar Hukum Pajak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 23.
9 Ibid hal 24

6 | Iqtishoduna Vol. 8 No. 1 April 2019


TERAKREDITASI SK Ristekdikti No. 21/E/KPT/2018
Teori Pajak Menurut Abu Yusuf
Sebuah Alternatif Solusi Perpajakan di Indonesia

yanglangsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai


pembangunan.10

Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak


harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu:
1. Pemungutan pajak harus adil.
2. Pengaturan pajak harus berdasarkan undang-undang.
3. Pemungutan pajak tidak mengganggu perekonomian.
4. Pemungutan pajak harus efisien.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

B. Konsep Pajak
Dalam bahasa Arab pajak disebut kharaj yang berasal dari
katakharajyang berarti mengeluarkan.11 Secara etimologis kharaj adalah
sejenis pajakyang dikeluarkan pada tanah yang ditaklukkan dengan
kekuatan senjata,terlepas dari apakah si pemilik seorang muslim.12
Dalam pengertian lain,kharaj adalah sesuatu yang dikeluarkan.
Misalnya dengan dikeluarkannyapungutan dari hasil tanah pertanian.
Dapat dikatakan pula bahwa kharajadalah hasil bumi yang dikenakan
pajak atas tanah yang dimiliki oleh non muslim.13
Dalam istilah lainkharaj adalah uang sewa yang menjadi milik negara
akibat pembebasan tanah itu oleh tentara Islam. Tanah itu dipandang
sebagai milik negara dan disewakan kepada penduduk muslimin dan

10Ibid hal 25
11Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir: Kamus Arab – Indonesia, Yogyakarta: Pon. Pes.Al-
Munawir, 1984, hlm. 356.
12M. Abdul Mannan, Teori &Praktek Ekonomi Islam, Jakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1993, hlm.

250.

13IrfanMahmud Ra‟ana, Sistem Ekonomi Pemerintahan Umar Ibn Khattab, Yogyakarta:Pustaka


Firdaus, cet. 1, 1990, hlm. 118.
Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam | 7
p-ISSN: 2252-5661, e-ISSN: 2443-0056
Rachmatullah Oky

yang bukan muslimin.14Secara etimologi mempunyai arti sebagai iuran


yang wajib dibayar oleh rakyat sebagai sumbangan kepada negara /
pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli
barang dan sebagainya.15

Jenis-jenis Pajak dalam Islam


Di dalam Islam ada beberapa macam pajak, yaitu sebagai berikut:
1. Jizyah
Jizyah adalah pajak yang dikenakan pada kalangan non muslim
sebagai imbalan untuk jaminan yang diberikan oleh suatu Negara
Islampada mereka guna melindungi kehidupannya.9 Pada masa
Rasulullah saw., besarnya jizyah satu dinar pertahun untuk orang
dewasa yang mampu membayarnya. Perempuan, anak-anak,
pengemis, pendeta, orang tua, penderita sakit jiwa dan semua yang
menderita penyakit dibebaskan dari kewajiban ini.Pembayaran tidak
harus berupa uang tunai, tetapi dapat juga berupa barang dan jasa.
Sistem ini terus berlangsung hingga masa Harun ar-Rasyid.16
Dasar hukum ini terdapat dalam surat at-Taubah ayat 29 yaitu sebagai
berikut:
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula)
kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah
diharamkan oleh Allah dan rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama
yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang yang diberikan al-Kitab
kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka
dalam keadaan tunduk. (QS. At- Taubah: 29)

14Rodney Wilson, “Islamic Business Theory and Practice”, (terj.) J.T. Salim, Bisnis Islam
Menurut Islam Teori dan Praktik, Jakarta: PT. Intermasa, cet. 1, 1988, hlm. 128.
15Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 1994, hlm. 812.


16Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: PT. Pustaka Pelajar, cet.2, 2002,

hlm. 31

8 | Iqtishoduna Vol. 8 No. 1 April 2019


TERAKREDITASI SK Ristekdikti No. 21/E/KPT/2018
Teori Pajak Menurut Abu Yusuf
Sebuah Alternatif Solusi Perpajakan di Indonesia

Berdasarkan ayat ini, Fiqh memandang jizyah sebagai pajak


perseorangan. Dengan membayarnya, orang-orang Kristen, Yahudi
dapat dilakukan suatu perjanjian dengan kaum muslim yang
memungkinkan mereka bukan hanya dibiarkan, tetapi juga
memperoleh perlindungan.17
Adapun jizyah terdiri atas dua macam, yaitu sebagai berikut:
a) Jizyah yang diwajibkan berdasarkan persetujuan dan perjanjian,
dengan jumlah yang ditentukan bersesuaian dengan syarat-syarat
persetujuan dan perjanjian tersebut. Jizyah bentuk ini tidak
dapatdibuah-ubah meskipun pada hari kemudian.
b) Jizyah yang diwajibkan, secara paksa kepada penduduk suatu
daerah penaklukan. Jumlah pembayaran jizyah telah diubah pada
masa khalifah Umar, dengan menaikkan menjadi satu dinar,
melebihi dari yang sudah dilaksanakan sejak periode Rasulullah
saw. Jika seseorang tidak dapat membayar jizyah, dia tidak akan
dipaksa melunasinya, tetapi dengan syarat dia harus menjalani
hukuman penjara, bukan hukuman siksa, seperti menderanya
menjemurnya di terik matahari, mengguyurnya dengan minyak.
Pendapatan dari jizyah disetor kepada kas Negara.18

2. Kharaj
Kharaj adalah sejenis pajak yang dikenakan pada tanah yang terutama
dilakukan oleh kekuasaan senjata, terlepas dari pemilik ituseorang
yang di bawah umur, seorang dewasa, seorang bebas, budak,muslim
ataupun tidak beriman19.

17IrfanMahmud Ra‟ana, op. cit., hlm. 100


18Ibid 103
19Muhammad Abdul Mannan, op.cit.,hlm. 250

Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam | 9


p-ISSN: 2252-5661, e-ISSN: 2443-0056
Rachmatullah Oky

Kharaj diperkenalkan pertama kali setelah perang Khaibar, ketika


Rasulullah saw., membolehkan orang-orang Yahudi Khaibar kembali
ke tanah milik mereka dengan syarat mau membayar separuh dari
hasil panennya kepada pemerintah Islam, yang disebut kharaj. 20
Adapun dasar kharaj ini terdapat surat al-Mukminun ayat 72:
Atau kamu meminta upah kepada mereka?, maka upah dari
Tuhanmu adalah lebih baik, dan Dia adalah Pemberi rezeki Yang
Paling Baik.16 (QS. Al-Mukminun: 72)

Cara memungut kharaj terbagi menjadi dua macam:21


a. Kharaj menurut perbandingan (muqasimah) adalah kharaj
perbandingan ditetapkan porsi hasil seperti setengah atau
sepertigahasil itu. Umumnya dipungut setiap kali panen.
b. Kharaj tetap (wazifah) adalah beban khusus pada tanah
sebanyak hasil alam atau uang persatuan lahan. Kharaj tetap
menjadi wajib setelah lampau satu tahun.
Kharaj dibebankan atas tanah tanpa membedakan apakah pemiliknya
anak-anak atau orang dewasa, merdeka atau budak, laki-laki atau
perempuan, muslim atau non muslim.22Tarif kharaj itu bisa berubah-
ubah, namun pada zaman sekarang ini jarang dipungut lagi. 23

20Muhammad, Kebijakan Moneter dan Fiskal dalam Ekonomi Islami, edisi 1, Jakarta: Salemba
Empat, 2002, hlm. 200
21Muhammad Abdul Mannan, op. cit., hlm. 250.
22Irfan Mahmud Ra‟ana, op. cit., hlm. 119.

23Rodney Wilson, op. cit., hlm. 128.

10 | Iqtishoduna Vol. 8 No. 1 April 2019


TERAKREDITASI SK Ristekdikti No. 21/E/KPT/2018
Teori Pajak Menurut Abu Yusuf
Sebuah Alternatif Solusi Perpajakan di Indonesia

3. Usyr
Usyr adalah pajak perdagangan atau bea cukai (pajak impor dan
ekspor).24Usyr dibayar hanya sekali dalam setahun dan hanya berlaku
terhadap barang yang nilainya lebih dari 200 dirham. 25 Tingkat bea
orang orang yang dilindungi adalah 5% dan pedagang muslim 2,5%. 26
Usyr ini diprakarsai oleh Umar.Untuk kelancarannya khalifah Umar
menunjuk pejabat-pejabat yang disebut asyir dengan batas-batas
wewenang yang jelas.Pajak ini hanya dibayar sekali setahun,
sekalipun seorang pedagang memasuki wilayah Arab lebih dari sekali
dalam setahun27.

Bhiograhy Abu Yusuf


Abu Yusuf, yang dalam literatur Islam sering disebut dengan Imam Abu
Yusuf Ya‟qub bin Ibrahim bin Habib Al-Anshari Al-Jalbi Al-Kufi Al-
Baghdadi lahir pada tahun 113 H (732 M) di Kufah dan pernah tinggal di
Baghdad, serta meninggal pada tahun 182 H (798 M). Ia berasal dari suku
Bujailah, salah satu suku Arab. Keluarganya disebut Anshari karena dari
pihak ibu masih mempunyai hubungan dengan kaum Anshar (pemeluk
Islam pertama dan penolong Nabi Muhammad SAW) di masa hidupnya
di Kufah, yang terkenal sebagai daerah pendidikan yang diwariskan oleh
Abdullah Ibnu Mas‟ud seorang sahabat Nabi Muhammad SAW.28

Keluarganya bukan berasal dari lingkungan berada, tetapi sejak kecil ia


mempunyai minat yang sangat kuat terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini
dipengaruhi oleh suasana Kufah yang ketika itu merupakan salah satu

24Ibrahim Hosen, Hubungan Zakat Pajak dan Pajak di Dalam Islam, dalam Zakat dan Pajak,ed.
Wiwoho dkk, Jakarta: Yayasan Bina Pembangunan, cet 1, 1991, hlm. 141
25Muhammad, op. cit., hlm. 183.
26Adiwarman Karim, op. cit., hlm. 32.
27Irfan Mahmud Ra‟ana, op. cit., hlm. 137-138
28Al-Khatib Al-Baghdady, Tarikh Al-Baghdad Beirut: Dar Al-Fikri, 1989 h. 329.

Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam | 11


p-ISSN: 2252-5661, e-ISSN: 2443-0056
Rachmatullah Oky

pusat perdaban Islam, tempat para cendikiawan Muslim dari seluruh


penjuru dunia Islam datang silih berganti untuk saling bertukar pikiran
tentang berbagai keilmuan.29

Dalam perjalanan pendidikannya, Abu Yusuf menjadi murid Abu


Hanifah selama 17 tahun dan sejumlah ulama terkemuka pada masa itu.
Antara lain Jalil Atha‟ bin Al-Sha‟bi seorang tabiin senior yang memilki
keahlian di bidang fikih dan hadis, Al-A‟mash yang nama lengkapnya
Sulaiman bin Mahran, Hisham ibn Urwah Al-Asadi Al-Madani, beliau
adalah ulama hadis yang sangat terkenal di masanya serta termasuk
dalam thabaqat para tabiin yang banyak melahirkan murid terutama para
ulama Hijaz seperti Al-Zuhri, Imam Malik dan lainnya, Abu Ishaq Al-
Shaibani, Sofyan Al-Thauri seorang imam yang ahli dalam bidang hadis,
beliau juga salah seorang mujtahid besar yang mempunyai pengikut dan
pengaruh yang amat besar, Muhammad Ibnu Abdillah Ibnu Abi Laila,
beliau dikenal sebagai mujtahid yang berpegang kepada ra’yu dan pernah
menjabat hakim di Kufah selama 33 tahun, yaitu sejak masa Bani
Umayyah sampai beberapa masa pada Daulah Bani Abbasiyah.

Selain itu juga tokoh seperti Sulaiman Al-Tamimi dan Yahya Ibnu Said.
Masing-masing ulama terbesar tersebut sempat menjadi tempat Abu
Yusuf menimba ilmu pengetahuan.30

Fenomena ini mengindikasikan minat Abu Yusuf yang kuat terhadap


ilmu pengetahuan sejak kecil.Kecenderungan tersebut memacu beliau
untuk lebih giat menimba ilmu pengetahuan dari beberapa tokoh yang

2916Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam Bandung: Pustaka Setia, 2010, h.
150.
30Phillip K. Hitti, History of The Arab London: Macmillan, 1970 h. 281.

12 | Iqtishoduna Vol. 8 No. 1 April 2019


TERAKREDITASI SK Ristekdikti No. 21/E/KPT/2018
Teori Pajak Menurut Abu Yusuf
Sebuah Alternatif Solusi Perpajakan di Indonesia

hidup pada masanya dan hal ini pula yang mendorongnya untuk
menekuni beberapa kajian, terutama dalam kajian-kajian hadis, meskipun
dalam perjalanan pendidikannya harus bekerja mencari nafkah karena
kelemahan ekonomi orang tuanya.Kemudian Abu Yusuf tertarik untuk
mendalami ilmu fikih bersama gurunya Ibnu Laila (W. 148 H).31

Selanjutnya Abu Yusuf belajar pada Imam Abu Hanifah pendiri mazhab
Hanafi.Melihat bakat dan semangat serta ketekunan Abu Yusuf dalam
belajar, Imam Abu Hanifah menyanggupi membiayai seluruh keperluan
pendidikannya, bahkan biaya hidup keluarganya.Imam Abu Hanifah
sangat mengharapkan agar Abu Yusuf kelak dapat melanjutkan dan
menyebarluaskan mazhab Abu Hanifah ke berbagai penjuru.Hal ini dapat
dipahami dari ungkapan Abu Hanifah bahwa Abu Yusuf adalah seorang
yang sangat kuat hafalan dan ilmunya.Tidak ada lagi seorangpun di
seluruh dunia yang lebih luas ilmu fikihnya dari Abu Yusuf. Ungkapan
tersebut memberi gambaran bahwa sekiranya Abu Hanifah tidak
mempunyai murid selain Abu Yusuf niscaya ia telah cukup menjadi
kebanggan besar bagi manusia.32

Dilihat dari aspek kajian pendidikannya, Abu Yusuf mempunyai kaitan


erat dengan pemikiran fikih Ibnu Abi Laila sebagai guru dan
murid.Namun pada tataran praktis lebih didominasi oleh corak pemikiran
Abu Hanifah dalam pandangannya.Dominasi ini bukan hanya karena
keterkaitannya dengan Abu Hanifah sebagai sahabat, murid dan guru,
tetapi juga karena corak pemikiran masyarakat saat itu yang didominasi
oleh pemikiran Abu Hanifah.Selain itu terdapat motivasi yang kuat dan

31Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997,
h. 16.
32Ibid, h. 17

Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam | 13


p-ISSN: 2252-5661, e-ISSN: 2443-0056
Rachmatullah Oky

khusus dari Abu Hanifah sendiri kepada beliau agar menyebarluaskan


mazhab Hanafi diseluruh wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah.Sehingga
banyak kalangan menyebutnya sebagai tangan kanan Abu Hanifah.

Abu Yusuf dan beberapa orang murid Abu Hanifah lainnya terus
menyebarkan fikih mazhab Hanafi ini sampai akhir hayatnya.Selain itu
mereka juga dikenal mempunyai murid sebagai penyambung mata rantai
dari generasi ke generasi.Murid tersebut kemudian melahirkan tokoh-
tokoh yang memperkenalkan metode pemikiran fikih mazhab Hanafi.
Diantaranya adalah Abu Hasan Al-Karakhi yang menyusun kitab Al-
Ushul, Abu Bakar Al-Razi yang sering disebut dengan Al-Jassas dan
menyusun kitab Ushul Fikih ‘Ulu Al-Jassas, Zaid Al-Dabus, Al-Bazdawi,
Al-Shahisi, Al-Humam dan lainnya.33

Setelah Imam Abu Hanifah wafat, Abu Yusuf menggantikan


kedudukannya sebagai guru pada perguruan Abu Hanifah selama 16
tahun dan masih berkomitmen untuk tidak berkomunikasi dengan jabatan
pemerintahan terutama jabatan kehakiman, seperti prinsip Abu Hanifah.
Disamping belajar dan mengajar, Abu Yusuf giat menyusun buku-buku
yang membahas ilmu fikih, yang merupakan buku pertama yang beredar
pada saat itu.Sehingga tidak heran jika buku-buku fikih Abu Yusuf dan
pemikiran mazhab Hanafi menguasai alam pikiran umat Islam, termasuk
keputusan para ulama di lingkungan peradilan dan mahkamah-
mahkamah resmi pada saat itu. Fenomena ini berimplikasi kepada
tersebarnya nama besar Abu Yusuf seiring dengan tersebarnya mazhab
Hanafi.34

33Muhammad Abu Zahrah, Tarikh Al-Madhahib Al-Islamiyyah(Kairo: Dar Al-Fikr Al-


Araby, 1988, h. 130-131.
34Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, h. 16.

14 | Iqtishoduna Vol. 8 No. 1 April 2019


TERAKREDITASI SK Ristekdikti No. 21/E/KPT/2018
Teori Pajak Menurut Abu Yusuf
Sebuah Alternatif Solusi Perpajakan di Indonesia

Meskipun beliau sering disebut sebagai murid dan pengikut mazhab


Hanafi, tetapi independensi pemikirang sangat dijaga dalam berfatwa dan
berijtihad.Sehingga dalam karya-karyanya, Abu Yusuf sering mengutip
kemudian mengkritisi pemikiran Abu Hanifah serta menampilkan
pemikirannya sendiri yang disertai argumentasinya. Bahkan sering pula
pendapat Abu Yusuf bersebrangan dengan pendapat Abu Hanifah.oleh
karena itu, Abu Yusuf dibahasakan sebagai seorang Imam, karena
kepiawaiannya dalam menetapkan hukum dan luasnya kapasitas ilmu
yang dimilki. Terlebih lagi bila dilihat peran dan fungsinya dalam
mengembangkan hukum dengan menggunakan beberapa perangkat
metodologi yang terinspirasi dari Abu Hanifah.

Pada tahun 166 H/ 782 M, Abu Yusuf meninggalkan Kufah dan pergi ke
Baghdad.Hal ini dilakukan karena kondisi perekonomiannya tidak
mendukung dalam menunjang karier keilmuannya.Berkat bimbingan
para gurunya serta ditunjang oleh ketekunan dan kecerdasannya, Abu
Yusuf tumbuh sebagai seorang alim yang sangat dihormati oleh berbagai
kalangan, baik ulama, penguasa maupun masyarakat umum.Tidak jarang
berbagai pedapatnya dijadikan acuan dalam kehidupan
bermasyarakat.Bahkan, tidak sedikit orang yang ingin belajar kepadanya.
Di antara tokoh besar yang menjadi muridnya adalah Muhammad bin Al-
Hasan Asy-Syaibani, Ahmad bin Hanbal, Yazid bin Harun Al-Wasithi, Al-
Hasan bin Ziyad Al-Lu‟lui, dan Yahya bin Adam Al-Qarasy. Di sisi lain,
sebagai salah satu bentuk penghormatan dan pengakuan pemerintah atas
keluasan dan kedalaman ilmunya, khalifah Dinasti Abbasiyah, Harun Ar-

Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam | 15


p-ISSN: 2252-5661, e-ISSN: 2443-0056
Rachmatullah Oky

Rasyid, mengangkat Abu Yusuf sebagai Ketua Mahkamah Agung (Qadhi


Al-Qudah).35

Ketika Abu Yusuf menjabat sebagai Qadi Al-Qudah, beliau diminta oleh
Harun Ar-Rasyid untuk menulis buku umum yang akan dijadikan sebagai
pedoman dalam administrasi keuangan negara. Buku tersebut dijadikan
pedoman penegakan hukum, untuk menghindari kezaliman terhadap
rakyat yang disebabkan oleh perbedaan kedudukan atau agama.36

Beliau dikenal sebagai orang yang memiliki ketajaman pikiran, cepat ,


mengerti, dan sangat cepat menghafal hadits. Murid-muridnya yang
sangat terkenal adalah imam ahmad bin hambal (pendiri madzhab
hambali), imam yahya bin ma‟in (seorang ulama hadits yang terkenal) dan
adam ( seorang ulama yang menulis karya ilmiah Kitab Al-Kharraj juga)37

Karna kepintaran dan gagasan-gagasan besar yang dimiliki oleh Abu


Yusuf Beliau berhasil membuat karya karya tulisannya yang berkenaan
dengan sosial masyarakat dan agama diantaranya adalah:38

1. Kitab Al-Atsar yaitu kitab yang menghimpun hadits-hadits yang


diriwayatkan dari para gurunya dan juga ayahnya.
2. Kitab Ikhtilaf Abi Hanifah wa Ibni Abi Laila
3. Kitab al-Radd ala Siyar al-Auza’i.Kitab ini memuat beberapa
pendapat dan pandangan Aabu Yusuf tentang beberapa hukum islam

35Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, h. 232.


36Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: dari Masa Klasik hingga Kontemporer
Jakarta: Gratama Publishing, 2010 h. 117
37 Ir Adwarman Karim SE.MBA.MAEP, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta, Raja

Graphindo Persada,2004, Hlm 36


38 Ahmad Ifham Sholihin, Buku Ppintar Ekonomi Syariah, Jakarta, PT Gramedia Media

Utama, 2010, hlm 5

16 | Iqtishoduna Vol. 8 No. 1 April 2019


TERAKREDITASI SK Ristekdikti No. 21/E/KPT/2018
Teori Pajak Menurut Abu Yusuf
Sebuah Alternatif Solusi Perpajakan di Indonesia

yang merupakan himpunan dari kritikan dan sanggahan-sanggahan


beliau terhadap pendapat al-Auza‟i di seputar perang dan jihad.
4. Kitab Adabu al-Qadhi.Yaitu kitab yang menjelaskan tentang
ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh seorang hakim(Qadhi)
5. Kitab al-Maharij fi al-Haili.Yaitu kitab yang memuat tentang kajian
biologi,tentang binatang binatang dan segala hal yang berkaitan
dengan itu.
6. Kitab al-Jawami’.Kitab ini lebih banyak membahas tentang
pendidikan
7. Kitab al-kharaj.Kitab ini merupakan karya monumental beliau.Selain
kitab ini memuat tentang banyak masalah-masalah yang erat
kaitannya dengan fenomena-fenomena sosial,kitab ini pun telah
dijadikan sebagai panduan dalam menentukan kebijakan
perekonomian pada masa dinasti Abbasiyyah.Terutama sejak
dibawah pemerintahan Harun al-Rasyid.Dengan kitab ini pulalah
beliau dinobatkanmenjadi faqih dan juga sebagai tokoh ekonomi
muslim klasik.

Teori Pajak Abu Yusuf


Latar belakang pemikirannya tentang ekonomi, setidaknya dipengaruhi
beberapa faktor, baik intern maupun ekstern.Faktor intern muncul dari
latar belakang pendidikannya yang dipengaruhi dari beberapa
gurunya.Hal ini nampak dari, setting social dalam penetapan kebijakan
yang dikeluarkannya, tidak keluar dari konteksnya.Ia berupaya
melepaskan belenggu pemikiran yang telah digariskan para pendahulu,
dengan cara mengedepankan rasionalitas dengan tidak bertaqlid. 39Faktor
ekstern, adanya system pemerintahan yang absolute dan terjadinya

39Yusuf al-Qardhawi, Peran Nilai dan Moral Perekonomian (Jakarta: Rabbani press:
1997), h.431

Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam | 17


p-ISSN: 2252-5661, e-ISSN: 2443-0056
Rachmatullah Oky

pemberontakanmasyarakat terhadap kebijakan khalifah yang sering


menindas rakyat.Ia tumbuhdalam keadaan politik dan ekonomi
kenegaraan yang tidak stabil, karena antarapenguasa dan tokoh agama
sulit untuk dipertemukan.Dengan setting social seperti itulah Abu Yusuf
tampil dengan pemikiran ekonomi al-Kharaj40.Penekanan terhadap
tanggung jawab penguasa merupakan tema pemikiran ekonomi Islam
yang selalu dikaji sejak awal. Tema ini pula yang ditekankan Abu Yusuf
dalam surat panjang yang dikirimkannya kepada penguasa Dinasti
Abbasiyah, Khalifa Harun Al-Rasyid.Di kemudian hari, surat yang
membahas tentang pertanian dan perpajakan tersebut dikenal sebagai
kitab al-Kharaj41.
Abu Yusuf cenderung menyetujui negara mengambil bagian dari hasil
pertanian dari para penggarap daripada menarik sewa dari lahan
pertanian. Dalam pandangannya, cara ini lebih adil dan tampaknya akan
memberikan hasil produksiyang lebih besar dengan memberikan
kemudahan dalam memperluas tanah garapan.Dalam hal pajak, ia telah
meletakan prinsip-prinsip yang jelas yang berabad-abad kemudian
dikenal oleh para ahli ekonomi sebagai canons of taxation. Kesanggupan
membayar, pemberian waktu yang longgar bagi pembayar pajak dan
sentralisasi pembuatan keputusan dalam administrasi pajak adalah
beberapa prinsip yang ditekankannya42
Misalnya abu Yusuf juga mengangkat kisah khalifah Umar ibn Khattab
yang menghadapi kaum nasrani bani Tlaghlab. Mereka adalah orang arab
yang anti pajak. Maka jangan sekali-kali kamu engkau jadikan mereka
sebagai musuh (karena tidak mau membayar pajak), maka ambillah dari

40Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2008, h. 107.
41 Ibid
42 Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h.

158.

18 | Iqtishoduna Vol. 8 No. 1 April 2019


TERAKREDITASI SK Ristekdikti No. 21/E/KPT/2018
Teori Pajak Menurut Abu Yusuf
Sebuah Alternatif Solusi Perpajakan di Indonesia

mereka pajak dengan atas nama sedekah. Karena mereka Sejak dulu mau
membayar sedekah dengan berlipat ganda asa tidak bernama
pajak.Mendengar hal itu pada mulanya khalifah Umar menolak usulan
ini, tetapi kemudian hari justru menyetujuinya, sebab di dalamnya
terdapat unsur mengais manfaat dan mencegah mudharat43.Sebagai
contoh dalamsentralisasi pembuatan keputusan dalam administrasi
pajak.44Dalam bukunya kitab al-Kharaj, Abu Yusuf menguraikan kondisi-
kondisi untuk perpajakan, yaitu:
1. Charging a justifiable minimum (harga minimum yang dapat
dibenarkan)
2. No oppression of tax-payers (tidak menindas para pembayar pajak)
3. Maintenance of a healthy treasury, (pemeliharaan harta benda yang
sehat)
4. Benefiting both government and tax-payers (manfaat yang diperoleh
bagi pemerintah dan para pembayar pajak)
5. In choosing between alternative policies having the same effects on
treasury, preferring the one that benefits tax-payers (pada pilihan antara
beberapa alternatif peraturan yang memeliki dampak yang sama pada
harta benda, yang melebihi salah satu manfaat bagi para pembayar pajak 45
Abu Yusuf dengan keras menentang pajak pertanian.Ia menyarankan agar
petugas pajak diberi gaji dan perilaku mereka harus diawasi untuk
mencegah korupsi dan praktek penindasan.Dan mengusulkan
penggantian system pajak tetap (lumpsum system) atas tanah menjadi
pajak proporsional atas hasil pertanian.Sistem proporsional ini lebih
mencerminkan rasa keadilan serta mampu menjadi automaticstabilizer

43 Op Cit, lihat Euis Amalia hal 121


44 Naili Rahmawati, Pemikiran Ekonomi Islami Abu Yusuf, makalah disajikan pada
situspemikiran ekonomi abu yusuf, 03 rabiul awal 1431 H, mataram, h. 1-2
45P3EI UII Yogyakarta, Ekonomi Islam (Jakarta, Rajagrafindo Persada: 2008), h.107
Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam | 19
p-ISSN: 2252-5661, e-ISSN: 2443-0056
Rachmatullah Oky

bagi perekonomian sehingga dalam jangka panjang perekonomian


tidakakan berfluktuasi terlalu tajam46.
Bagi Abu Yusuf metode pajak secara proporsionaldapat meningkatkan
pemasukan negara dari pajak tanah dari sisi lain mendorong
parapenanam untuk meningkatkan produksinya. Abu Yusuf menyatakan:
Dalam pandangan saya, system perpajakan terbaik untuk
menghasilkanpemasukan lebih banyak bagi keuangan negara dan yang
paling tepat untukmenghindari kezaliman terhadap pembayar pajak oleh
para pengumpul pajak adalah Pajak pertanian yang proporsional. System
ini akan menghalau kezaliman terhadappara pembayar pajak dan
menguntungkan keuangan negara47. Sistem pajak ini didasarkan pada
hasil pertanian yang sudah diketahui dandinilai, system tersebut
mensyaratkan penetapan pajak berdasarkan produksikeseluruhan,
sehingga system ini akan mendorong para petani untuk
memanfaatkantanah tandus dan amati agar mnemperoleh bagian
tambahan. Dalam menetapkanangka.
Abu Yusuf menganggap system irigasi sebagai landasannya, perbedaan
angkayang diajukannya adalah sebagai berikut :
1. 40 % dari produksi yang diairi oleh hujan alamiah
2. 30 % dari produksi yang diairi secara artificial 1/3 dari produksi
tanaman (pohon palm, kebun buah-buahan dan sebagainya) ¼ dari
produksi tanaman musim panas. Dari tingkatan angka di atas dapat
dilihat bahwa Abu Yusuf menggunakansistem irigasi sebagai kriteria

46Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: RGP: 2004), h.14-
15

47 Abu Yusuf, kitab Al kharaj (Beirut: Dar Al Ma‟arif, 1979), h. 50 Sebagaimana


DikutibAdiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Raja

Grafindo Persada: 2004),h.245.

20 | Iqtishoduna Vol. 8 No. 1 April 2019


TERAKREDITASI SK Ristekdikti No. 21/E/KPT/2018
Teori Pajak Menurut Abu Yusuf
Sebuah Alternatif Solusi Perpajakan di Indonesia

untuk menentukan kemampuan tanah membayar pajak,beliau


menganjurkan menetapkan angka berdasarkan kerja dan modal
yangdigunakan dalam menanam tanaman. Abu Yusuf wrote too that all
persons had the right to use water from the greatrivers. But if the canal
excavated passed through land belonging to others, then thosewho
benefited from this canal might have to pay compensation like a monthly
charge(Abu Yusuf juga menjeaskan bahwa semua manusia memiiki hak
untuk menggunakanair dari sungai besar tetapi jika kanal (parit kecil)
digali yang melalui lahan milik Orang lain, kemudian ini dimanfaat dari
kanal tersebut harus membayar kopensasi seperti membayar iuran setiap
bulan48.
Dapat dilihat bahwa pemikiran Abu Yusuf menggambarkan adanya
batasan-batasan tertentu bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan
harga. Abu Yusuf lebih banyak mengedepankan ra‟yu dengan
menggunakan perangkat analisis qiyas dalam upaya mencapai
kemaslahatan „ammah sebagai tujuan akhir hukum. Penting diketahui,
para penguasa pada periode itu umumnya memecahkanmasalah kenaikan
harga dengan menambah suplai bahan makana dan merekamenghindari
kntrol harga.Kecendrungan yang ada daam pemikiran ekonomi
adalahmembersihkan pasar dari praktek penimbunan, monopoli, dan
pratek korup lainnyadan kemudian membiarkan penentuan harga kepada
kekuatan permintaan danpenawaran.Abu Yusuf tidak dikecualikan dalam
hal kecenderungan ini49
Teori Perpajakan dengan System Wazifah dan Muqosomah.
Wazifah dan muqosomah merupakan istilah dalam membahasakan
system pemungutan pajak. Wazifah memberikan arti bahwa system
pemungutan yangditentukan berdasarkan nilai tetap, tanpa membedakan

48Mustafa Edwin, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: KPMG, 2007), h. 186 .
49 Opcit Lihat Adiwarman Karim Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam hal 15
Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam | 21
p-ISSN: 2252-5661, e-ISSN: 2443-0056
Rachmatullah Oky

ukuran tingkat kemampuanwajib pajak atau mungkin dapat dibahasakan


dengan pajak yang dipungut denganketentuan jumlah yang sama secara
keseluruhan, sedangkan Muqosomah merupakansystem pemungutan
pajak yang diberlakukan berdasarkan nilai yang tidak tetap(berubah)
dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan dan
persentasepenghasilan atau pajak proporsional, sehingga pajak diambil
dengan cara yang tidakmembebani kepada masyarakat 50.
Berkaitan dengan ini Abu Yusuf mengatakan beliau mendapat pertanyaan
mengenai pajak dan pengumpulannya di Sawad. Beliau mengumpulkan
pendapat orang-orang di lapangan dan mendiskusikanpermasalahan
tersebut bersama mereka, dan tak satupun yang gagal
dalampelaksanaanya, kemudian saya menanyakan tentang kharaj yang
ditetapkan (tauzif) oleh umar bin Khatab, dan tentang kapasitas tanah
yang dikenai pajak (wazifah)mereka (orang-orang yang dikumpulkan
untuk bermusyawarah) tersebutmengungkapkan, bahwa belakangan ini
tanah-tanah subur lebih banyak dibandingkandengan tanah-tanah yang
tidak subur, dan mereka juga mengungkapkan banyaknyatanah sisa yang
tidak dikerjakan (nonproduktif) dan sedikitnya tanah garapan
yangdigunakan sebagai subyek kharaj51.
Menurut pandangan mereka , jika tanah yang tidakdigarap yang kami
miliki akan dikenakan kharaj seperti halnya tanah garapan yangsubur,
maka kami tidak akan bisa mengerjakan tanah atau lahan-lahan yang
adasekarang, lantaran ketidakmampuan kami untuk membayar kharaj
terhadap tanahyang non-produktif tersebut, dan jika tanah tersebut tidak
dikelola dalam waktuseratus tahun, maka ia tetap akan menjadi subyek
kharaj atau tetap tidak akan pernah digarap selamanya, dan jika memang

50Opcit Lihat Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, h. 159


51M. Nazori Majid, Pemikiran Ekonomi Islam Abu Yusuf Relevansinya dengan Ekonomi
Kekinian (Jakarta: Pusat Studi Ekonomi Islam, 2003), h. 78

22 | Iqtishoduna Vol. 8 No. 1 April 2019


TERAKREDITASI SK Ristekdikti No. 21/E/KPT/2018
Teori Pajak Menurut Abu Yusuf
Sebuah Alternatif Solusi Perpajakan di Indonesia

demikian halnya maka bagi orang-orang yangmenggarap tanah ini untuk


keperluan sehari-hari tidak bisa dikenai kharaj.Konsekuensinya, saya
menyadari bahwa biaya yang tetap dalam hal ini. Abu Yusuf dalam
membenahi system perekonomian, ia membenahimekanisme ekonomi
dengan jalan membuka jurang pemisah antara kaya dan
miskin.Membangun fleksibilitas social Problematika muslim dan non-
muslim juga tidak lepas dari pembahasan AbuYusuf, yaitu tentang
kewajiban warga negara non-Muslim untuk membayar pajak.Abu Yusuf
memandang bahwa warga Negara sama dihadapan hukum,
sekalipunberagama non-Islam52.
Dalam hal ini Abu Yusuf membagi tiga golongan orang yangtidak
memiliki kapasitas hukum secara penuh, yaitu Harbi, Musta‟min, dan
Dzimmi.Kelompok Musta‟min dan Dzimmi adalah kelompok asing yang
berada diwilayah kekuasaan Islam dan membutuhkan perlindungan
keamanan dari pemerintahIslam, serta tunduk dengan segala aturan
hukum yang berlaku.53
Perhatian ini diberikanAbu Yusuf dalam rangka memberi pemahaman
keseimbangan dan persamaan hakdan juga mekanisme penetapam pajak
jiz‟ah. Pembayaran jiz‟ah oleh non-muslim, bukanlah sebagai hukuman
atasketidakpercayaan mereka terhadap Islam, sebab hal iti bertentangan
dengan al-Qur‟an(2): 256 ; tidak ada paksaan dalam agama. Jiz‟ah tidak
diberlakukan bagi perempuan,anak-anak, orang miskin dan kalangan
tidak mampu.Bagi yang tidak mampumembayar, mereka juga wajib
dilindungi dan disantuni. Berkaitan dengan jiz‟ah ini, Abu Yusuf secara
khusus membahasnya yangditujukan kepada Harun al-Rasyid.Beliau
mengatakan “siapa saja yang memaksawarga yang bukan muslim, atau
meminta pajak kepada mereka di luar kemampuannya, maka aku

52 Ibid
53 Mawardi, Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut: Dar Al-Fikri, 1986), h. 252.
Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam | 23
p-ISSN: 2252-5661, e-ISSN: 2443-0056
Rachmatullah Oky

termasuk golongannya. Jiz‟ah, jika dihadapkan padakonteks realitas


social ekonomi masyarakat, maka pertimbangan persentaseberdasarkan
pendapat Abu Yusuf di atas kiranya lebih mengarah pada
tingkatkeseimbangan dan nilai-nilai keadilan yang manusiawi,.Hal ini
dilakukan sebagaiukuran material dan kemampuan masyarakat dalam
menunaikan kewajibannyasebagai warga Negara.Pemahaman fleksibilitas
yang dibangun Abu yusuf jugaterlihat dari sikapnya yang toleran pada
non-Muslim dalam memberi izin melakukantransaksi perdagangan di
wilayah kekuasaan Islam.
Penekanan abu yusuf atas pekerjaaan umum, seperti dalam bidang
penyediaan sarana irigasi dan jalan raya. Dia juga menyarankan sejumlah
aturan dalam halpengukuran jaminan pembangunan untuk memajukan
sektor pertanian.. Selain itu semua Abu Yusuf juga memberikan beberapa
saran tentang cara-cara memperoleh sumber pembelanjaan untuk jangka
panjang, seperti membangunjembatan dan bendungan serta menggali
saluran-saluran besar dan kecil.Ketika 16 Abu Yusuf, kitab Al kharaj
(Beirut: Dar Al Ma‟arif, 1979), h. 48 Sebagaimana DikutibAdiwarman
Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Raja Grafindo
Persada: 2004),h.252.. 17 Abu Yusuf, kitab Al kharaj (Beirut: Dar Al
Ma‟arif, 1979), h. 49 Sebagaimana DikutibAdiwarman Azwar Karim,
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada:
2004),h.253.
Relevansi konsep Pajak menurut Abu Yusuf di Indonesia
Menurut UU No 28 Tahun 2007, pasal 1, pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

24 | Iqtishoduna Vol. 8 No. 1 April 2019


TERAKREDITASI SK Ristekdikti No. 21/E/KPT/2018
Teori Pajak Menurut Abu Yusuf
Sebuah Alternatif Solusi Perpajakan di Indonesia

sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.54 Pajak merupakan


penerimaan negara yang paling besar dibandingkan penerimann lainnya.
Lebih dari 70% penerimaan negara berasal dari pajak jika melihat data
statistik yang dikeluarkan oleh BPS rentang tahun 2007 sampai tahun
2014.55
Tarif Proporsional atau muqasamah
Bagi Abu Yusuf metode pajak secara proporsional dapat meningkatkan
pemasukan negara dari pajak tanah dari sisi lain mendorong para
penanam untuk meningkatkan produksinya. Dan mengusulkan
penggantian sistem pajak tetap (lumpsum system) atas tanah menjadi
pajak proporsional atas hasil pertanian. Sistem proporsional ini lebih
mencerminkan rasa keadilan serta mampu menjadi automatic
stabilizer bagi perekonomian sehingga dalam jangka panjang
perekonomian tidak akan berfluktuasi terlalu tajam .56 Menurut pendapat
di atas Abu Yusuf menginginkan ada rasa keadilan bagi seluruh warga
negara. Tarif pajak yang digunakan di Indonesia beragam, ada tarif
progresif yang diterapkan pada PPh, ada juga tarif proporsional yang
diterapkan pada PBB dan PPN.
Sistem Pemungutan Pajak Qabalah atau Self Assesment
Menurut casavera pemungutan pajak di indonesia dengan prinsip self
assesment, yaitu suatu prinsip dengan memberi wewenang, kepercayaan
dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar. Self assesment menurut Basri dan Munandar ikut
menyuburkan praktek korupsi pajak di indonesia, jika suatu perusaahan
membayar pajak yang jumlahnya terlalu kecil dibandingkan dengan

54UU No 28 Tahun 2007, pasal 1


55http://www.bps.go.id/2015/ dikutip 27September 2017.
56Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, Jakarta PT.

Rajagrafindo Persada, hlm. 107.


Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam | 25
p-ISSN: 2252-5661, e-ISSN: 2443-0056
Rachmatullah Oky

penampilannya, maka petugas pajak yang menanganinya bisa dengan


mudah cuci tangan, yakni hitungan pajak dbuat sendiri oleh perusaahaan.
Dalam kitab Al kharaj Abu Yusuf menjelaskan sistem yang berlaku
sebelumya adalah sistem Qabalah.57 Yaitu sistem
pemungutan kharaj dimana seseorang dari masyarakat mengajukan
dirinya kepada pemerintah untuk bertanggung jawab dalam
pemungutan kharaj di wilayahnya. Cara ini seperti dijelaskan Abu Yusuf
hanya akan menimbulkan kezaliman di masyarakat karena orang yang
mendapat tugas memungut pajak suka meminta di luar kewajiban
seharusnya. Solusinya menurut Abu Yusuf, pemerintah harus pempunyai
lembaga khusus mengenai pajak dan di dalamya terdapat petugas pajak
yang profersional.

Sistem yang ditawarkan oleh abu yusuf masih sangat relevan diterapkan
pada jaman sekarang, apalagi dengan sistem self assesment yang
diterapakan di Indonesia memungkinkan terjadinya kecurangan oleh
wajib pajak, sejarah mencatat sampai tahun 1967 Indonesia
menerapkan official assessment atau petugas pajak yang aktif mencari
wajib pajak.58
PBB atau Kharaj
Pajak Bumi dan Bangunan pertama kali diatur dalam UU no 12 tahun
1985, kemudian diubah di dalm UU no 12 Tahun 1994.Di dalam PBB ada
yang namanya NJOP atau Nilai Jual Objek Pajak yaitu harga rata-rata
yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar.NJOP
dijadikan dasar pengenaan pajak yang setiap tiga tahun ditentukan oleh

57Faisal basri, 2009. Lanskap ekonomi indonesia kajian dan renungan atas masalah-
masalah struktural, transformasi baru dan prosfek perekonomian indonesia. Jakarta:
kencana Perdana Media Grup. hlm 38.
58Ahmad Muti, Keuangan Publik Islam menurut kitab Al kharaj abu yussuf
relevansinya dengan APBN,Jakarta : UI,2007. Hlm 151.

26 | Iqtishoduna Vol. 8 No. 1 April 2019


TERAKREDITASI SK Ristekdikti No. 21/E/KPT/2018
Teori Pajak Menurut Abu Yusuf
Sebuah Alternatif Solusi Perpajakan di Indonesia

menteri keuangan.59 Jika dibandingkan dengan kharaj yang ditulis abu


yusuf maka PBB mempunyai perbedaan, kalau kharaj itu untuk lahan
pertanian sementara PBB untuk semua jenis tanah.
Perbedaan lainnya adalah pada hukum asal kharaj yaitu pengenaan pajak
tanah yang dikelola oleh orang kafir yang kalah di dalam perang dan
tidak memilih masuk islam, maka wajib pajaknya orang kafir. Kalau PBB
semua warga negara yang memiliki objek pajak bumi dan bangunan.
Adapun tarif dari PBB adalah adalah 0,5% dari objek pajak
sedangkan kharajdengan menggunakan sistem masahah yaitu 1 dirham
ditambah dengan 26,112 kg gandum. Apabila dengan
sistem muqasamah yaitu 2/5 jika irigasi atau 1/5,5 jika membutuhkan
biaya.60 Jika konsep pajak kharaj yang dikemukan abu yusuf dengan
sistem muqasamah, diterapkan di Indonesia dengan karakter negara
agraris maka penerimaan negara dari pajak sektor pertanian sangat
potensial.61
Bea Cukai atau Usyur
Bea adalah pungutan yang dikenakan atas suatu kejadian atau perbuatan
yang berupa lalu lintas barang dan perbuatan lainnya atas ketentuan
peraturan dan undang-undang. Cukai adalah pungutan negara yang
dikenalkan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat dan
karakteristik yang ditetapkan undang-undang, yaitu barang-barang yang
dalam pemakaiannya perlu dibatasi atau diawasi, maka atas barang-

barang tersebut telah melekat hak-hak negara.62

59 Opcit Lihat Casavera, Perpajakn Hal 231


60Opcit Lihat Casavera, Perpajakn Hal 232

61Opcit Lihat Ahamd Muti Keuangan Publik Islam menurut kitab Al kharaj abu yussuf
relevansinya dengan APBN, jakarta : UI,. Hlm 145
62 Opcit Casavera, Perpajakan Yogyakarta .hlm 235

Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam | 27


p-ISSN: 2252-5661, e-ISSN: 2443-0056
Rachmatullah Oky

Pajak bea cukai dalam istilah abu yusuf adalah usyur, usyur petama kali
dilakukan ketika khalifah umar bin khatab. Pada waktu itu Musa Al-Asari
menulis surat kepada khalifah umar tentang pedagang kaum muslim
yang mendatangi wilayah kafir harbi dikenakan usyur 1/10. Maka
khalifah memerintahkan Abu Musa untuk mengambil jumlah pajak yang
sama dari mereka, dari ahli dzimih 5% dan dari pedagang muslim 2,5%
dengan batas minimal barang mencapai 200 dirham63 Dilihat dari
relevansinya usyur dengan bea cukai pada jaman modern ini maka dapat
disimpulkan beberapa hal antara lain :
(1) usyur adalah bentuk pajak barang niaga yang dibayarkan kepada
negara dengan tujuan atas perlindungan dan kemaslahatan umum,
(2) usyur merupakan bentuk pajak yang melihat pribadi pemiliknya,
sebab jumlah yang dikenakan akan berbeda sesuai dengan agamanya,
berbeda dengan pajak bea cukai pada saat ini yang tidak melihat sisi
agama pemiliknya dalam hal ini pajak yang dikenakan usyur untuk
muslim, bukan hanya menjadi pajak tetapi juga zakat atas barang
niaganya.
(3) usyur adalah bentuk pajak tidak langsung, karena ia dikenakan atas
barang perniagaan yang pembayarnnya dilakukan di pos perbatasan
negara baik di pintu masuk maupun di pintu keluar sebagaimana pajak
bea cukai saat ini.
(4) usyur ialah pajak nominal, yang dihitung dengan ukuran kadar
tertentu yaitu sebesar 200 dirham sebagai batas minimal, berbeda dengan
pajak bea cukai yang mengambil dari dasar nominal terhadap sebagaian
barang dagangan dengan standar barang yang lain. 64

63Opcit Lihat Ahmad Muti, Keuangan Publik Islam menurut kitab Al kharaj abu yussuf
relevansinya dengan APBN, jakarta : UI,. Hlm 145
64 OpCit lihat Ahmad Muti, 2007 Keuangan Publik Islam menurut kitab Al kharaj abu

yussuf relevansinya dengan APBN, jakarta : UI,. Hlm 155

28 | Iqtishoduna Vol. 8 No. 1 April 2019


TERAKREDITASI SK Ristekdikti No. 21/E/KPT/2018
Teori Pajak Menurut Abu Yusuf
Sebuah Alternatif Solusi Perpajakan di Indonesia

Barang Tambang atau Rikhaj


Undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan
batu bara pasal Pasal 129 menyebutkan Pemegang Operasi Produksi
untuk pertambangan mineral logam dan batubara wajib membayar
sebesar 4% (empat persen) kepada Pemerintah dan 6% (enam persen)
kepada pemerintah daerah dari keuntungan bersih sejak
berproduksi.[34] Sehingga pajak untuk pertambangan sebesar 10 %. Jika
dilihat dari pendapat abu yusuf bahwa pertambangan sama dengan
hukum rikhaj maka seharusnya pajak pertambangan di indonesia 20%
dari keuntungan bersih, karena rikhajmempunyai tarif 1/5.
Indonesia kaya akan sumber daya alam yang melimpah baik di darat
ataupun di laut, di indonesia terdapat ladang gas bumi, minyak, emas,
perak, timah dan lainya. Maka sudah sepantasnya rakyat merasakan
kemakmuran negara ini sesuai dengan UUD 1945 pasal 33 Ayat 3.
BUMN dan BUMD merupakan badan usaha yang ditugaskan oleh negara
untuk mengelola sumber daya alam yang melimpah di negara ini, maka
sepantasnya BUMN dan BUMN memberikan royalti sepenuhnya kepada
negara, bukan sebaliknya membebani negara dengan sering merugi.65
BUMS atau Badan Usaha Milik Swasta khusunya yang mengeloala
keakayaan alam berupa pertambangan di indonesia seperti perusahaan-
perusaahan yang dimiliki asing saharusnya dibebankan pajak sebesar
20%, apalagi sebagian besar perusaahan asing pemiliknya orang non
muslim. Jika pemerintah berani menerapkan konsep pajak pertambangan
menurut Abu Yusuf maka penerimaan negara akan melampai target,dan
mungkin saja terjadi surflus anggaran, beda dengan sekarang yang selalu
defisit.

65

Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam | 29


p-ISSN: 2252-5661, e-ISSN: 2443-0056
Rachmatullah Oky

Penutup
Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mensejahterakan rakyat
sebagaiman tertuang di dalam tujuan negara yang terdapat dalam
pembukaan UUD 1945. Islam sangat konsen dengan kesejahteraan umat,
hal ini sudah dicontohkan oleh Nabi Muhamad, para sahabat, maupun
khalifah islam yang memerintah ketika Islam jaya di jazirah arab.
Di dalam usaha mensejahterakan rakyat tentunya perlu biaya, pemerintah
harus mencari potensi penerimaan negara.Pajak merupakan potensi yang
sangat besar di dalam penerimaan negara. Pemerintah harus bisa
menerapkan pajak yang memberikan rasa adil kepada seluruh warga
negara.
Maka dari pemaparan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: (1). Tarif
pajak muqasomah yang dikemukakan oleh Abu Yusuf atau Tarif pajak
proposional sudah diterapkan di indonesia. seperti pajak PBB dan PPN,
namun penerapannya di Indonesia masih belum menyeluruh di semua
pajak pertanahan (2). Sistem self assesment yang diterpkan di indonesia
hampir sama dengan Qabalah yang dijelaskan oleh Abu Yusuf, akan
tetapi penggunaan sistem self assessment dibatasi oleh pemerintah,
khusus untuk perusaahan besar alangkah baiknya menggunakan
sistem official assesment (3). Pajak Kharaj yang berdasarkan tingkat
kesuburan, di indonesia sama dengan PBB yang berdasarkan luas
wilayah dan NJOP. Kalau kharaj diterapkan di indonesia maka potensi
pajak dari PBB lebih besar karena Indonesia negara agraris. (3). Usyur
diterapkan di Indonesia dengan adanya bea cukai, tetapi dengan tidak ada
pembeda hanya berdasarkan kepemilikan objek pajak (4).Pemerintah
dituntut bukan hanya intensifikasi pajak saja, tetapi pemerintah juga
harus berani ekstensifikasi dan diversifikasi pajak, terutama bidang
pertambangan yang punya potensi sangat besar. Banyak perusahaan
asing yang mengeruk kekayaan alam indonesia, tetapi mereka membayar

30 | Iqtishoduna Vol. 8 No. 1 April 2019


TERAKREDITASI SK Ristekdikti No. 21/E/KPT/2018
Teori Pajak Menurut Abu Yusuf
Sebuah Alternatif Solusi Perpajakan di Indonesia

pajak relatif kecil. Karena pajak pertambangan sama dengan rikhaj yaitu
1/5.
Daftar Pustaka

Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1997

Abu Yusuf, kitab Al kharaj (Beirut: Dar Al Ma‟arif, 1979), h. 50


Sebagaimana Dikutib Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran
Ekonomi Islam Jakarta: Raja Grafindo Persada: 2004

Adiwarman Azwar Karim, 2008 Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta


:PT. Raja Grafindo Persada hal

Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir: Kamus Arab – Indonesia,


Yogyakarta: Pon. Pes.Al-Munawir, 1984,

Al-Khatib Al-Baghdady, Tarikh Al-Baghdad Beirut: Dar Al-Fikri, 1989.

Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam (Bandung: Pustaka


Setia, 2010),.

Bohari, Pengantar Hukum Pajak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004

Casavera, Perpajakan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa


Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994

Faisal basri, 2009. Lanskap ekonomi indonesia kajian dan renungan atas
masalah- masalah struktural, transformasi baru dan prosfek
perekonomian indonesia. Jakarta: kencana Perdana Media Grup

Gusfahmi, Pajak Menurut Syariah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007)

http://www.bps.go.id/2015/

Iqtishoduna: Jurnal Ekonomi Islam | 31


p-ISSN: 2252-5661, e-ISSN: 2443-0056
Rachmatullah Oky

Ibrahim Hosen, Hubungan Zakat Pajak dan Pajak di Dalam Islam, dalam
Zakat dan Pajak,ed. Wiwoho dkk, Jakarta: Yayasan Bina
Pembangunan, cet 1, 1991

Irfan Mahmud Ra‟ana, Sistem Ekonomi Pemerintahan Umar Ibn Khattab,


Yogyakarta:Pustaka Firdaus, cet. 1, 1990,

M. Abdul Mannan, Teori &Praktek Ekonomi Islam, Jakarta: PT. Dana


Bhakti Wakaf, 1993,

Menurut Islam Teori dan Praktik, Jakarta: PT. Intermasa, cet. 1, 1988,

Mustafa Edwin, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: KPMG,


2007)

Naili Rahmawati, Pemikiran Ekonomi Islami Abu Yusuf, makalah


disajikan pada situs pemikiran ekonomi abu yusuf, 03 rabiul awal
1431 H, mataram, h. 1-2 P3EI UII Yogyakarta, Ekonomi Islam
(Jakarta, Rajagrafindo Persada: 2008)

Phillip K. Hitti, History of The Arab London: Macmillan,

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi


Islam Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi


Islam, Jakarta PT. Rajagrafindo Persada,

Rodney Wilson, “Islamic Business Theory and Practice”, (terj.) J.T. Salim,
Bisnis Islam

UU No 28 Tahun 2007, pasal 1

Yusuf al-Qardhawi, Peran Nilai dan Moral Perekonomian (Jakarta:


Rabbani press: 1997), h.431

32 | Iqtishoduna Vol. 8 No. 1 April 2019


TERAKREDITASI SK Ristekdikti No. 21/E/KPT/2018
An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah
Volume 05, Nomor 01, Oktober 2018

UPAYA PENCAPAIAN KESEJAHTERAAN


MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN
PAJAK: RELEVANSI KONSEP
AL KHARAJ ABU YUSUF DI INDONESIA

Syamsuri1, Ika Prastyaningsih2


Universitas Darussalam Gontor
syamsuri@unida.gontor.ac.id1, zafeenaaisyah@gmail.com2

Abstract: Islamic economic system is devided of three sectors namely sector of


public, private sector and social justice. In the public sector is usually called
fiscal policy, with a revenue source of three is taxes of the muslims, non-muslims
and common source. Althought there is one of instrument of state opinion can
be applied in Indonesia when the golden age of Islam is land tax (kharaj) for
all of muslims or non-muslims. Abu Yusuf is a thinker of Muslim economists
during the golden age of Caliph Harun al Rashid, with the publication of his
phenomenal book al-Kharaj as an administrative guide in managing the good
and true baitul mal to achieve the welfare of the people. It needs to be reviewed,
to see how relevant his concept of al-kharaj for today. Finally, this article
provides an offer with five concepts of al-kharaj Abu Yusuf which allows
applicable in the country of Indonesia namely tax rates muqosamah, self-
assessment system, tax collection based on soil fertility, usyur as customs,
intensification of tax management and intensification of tax supervision.
Keyword: al-Kharaj, Tax, Welfare Society

Abstrak: Secara umum sistem perekonomian Islam terbagi menjadi tiga


sektor yaitu publik, swasta dan keadilan sosial. Pada sektor publik atau
biasa disebut fiscal sendiri sumber penerimaannya dibagi lagi menjadi tiga;
[236]
Syamsuri & Ika Prastyaningsih: Upaya Pencapaian.….[237]

dari kaum muslimin, non-muslim dan sumber umum. Walau bagaimana pun
ada satu instrument pendapatan Negara yang memungkinkan diterapkan di
Negara Indonesia pada masa kejayaan Islam yaitu pemungutan pajak tanah
(kharaj) kepada seluruh penduduk muslim maupun non-muslim. Abu Yusuf
seorang tokoh pemikir ekonom muslim pada masa keemasan khalifah Harun
al Rasyid, dengan terbitnya kitab fenomenalnya al Kharaj sebagai buku
petunjuk administrasi dalam mengelola baitul mal yang baik dan benar
untuk mencapai kesejahteraan umat. Perlu kiranya dikaji ulang melihat
sejauhmana relevansinya konsep tersebut saat ini. Akhirnya artikel ini
memberikan tawaran dengan lima konsep al-kharaj Abu Yusuf yang
memungkin diterapkan di negara Indonesia yaitu tarif pajak muqosamah,
sistem self assesment, pemungutan pajak berdasarkan kesuburan tanah, usyur
sebagai bea cukai, intensifikasi pengelolaan pajak dan intensifikasi
pengawasan pajak.
Keyword: al-Kharaj, Tanah, Kesejahteraan Masyarakat

PENDAHULUAN
Dalam menjalankan pemerintahan yang baik berbagai
kebijakan ekonomi digunakan pemerintah untuk mengelola
perkonomian terutama terkait kebijakan fiskal meliputi penerimaan
dan belanja negara. Sektor fiskal ini adalah sektor yang melibatkan
peran negara dan dianggap sebagai alat yang efektif untuk mencapai
tujuan ekonomi.1 Dalam pemerintahan islam dimasa Rasulullah SAW
sumber penerimaan kebijakan fiskal digolongkan menjadi tiga yaitu
kaum muslim, kaum non muslim dan sumber umum. Dimana
pendapatan pemerintahan berasal dari berbagai jenis perpajakan
seperti Zakat,2 ushr,3 jizyas, kharaj, fai, ghanimah, khums4 dan kaffarat.

1 M. Nur Rianto al arif, Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik,


(Bandung,Pustaka Setia, 2015), hlm. 253- 255.
2 Ali Muhammad Ash Salabi, Umar bin Abdul aziz, Khalifah Pemburu dari Bani
Umayyah, (Jakarta Timur: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 440.
3 Nurul Huda, Ahmad Muti, Keungan Publik Islam Pendekatan Al Kharaj (Imam Abu
Yusuf), ( Bogor, Ghalia Indonesia, 2011), hlm.11.

ж Vol. 05, No. 01, Oktober 2018 ж


Syamsuri & Ika Prastyaningsih: Upaya Pencapaian.….[238]

Dasar-dasar kebijakan fiskal menyangkut penentuan subjek dalam


objek kewajiban membayar termasuk penentuan batas minimal
terkena kewajiban (nishab), umur, objek terkena (haul), dan tarifnya.
Setelah rasulullah wafat, pimpinan pemerintahan dipegang oleh para
khulafurrasyidin dan dilanjutkan oleh daulah ummayah dan abasiyah.5
Sejumlah perkembangan baru muncul di masa khalifaurasyidin
dan di masa- masa kepemimpinan daulah-daulah, terutama tercermin
dari kebijakan- kebijakan yang berbeda karena munculnya berbagai
masalah ekonomi baru. Banyak ekonom muslim lahir pada masa
dinasti abasiyah dibanding dimasa sebelumnya khulafaurrasyidin
ataupun dimasa dinasti umayyah. Dinasti abbasiyah mencapai
puncaknya pada zaman khalifah Harun arrasyîd (786-809) yang sangat
memperhatikan soal perpajakan, ia menunjuk Imam abu yusuf untuk
menyusun kitab pedoman mengenai keuangan negara secara syariah
yang berjudul al kharrâj. Penelitian ini akan mengkaji tentang kebijakan
publik islam yang bersumber dari al kharaj menurut pemikiran
ekonom muslim di masa daulah abasiyah yaitu abu yusuf. Masalah
utama yang akan dikaji didalam penelitian ini adalah bagaimanakah
pemikiran abuyûsuf dalam pengelolaan pajak negara di zaman dinasti
abasiyah.6

PEMBAHASAN

4 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran ekonomi islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), hlm. 58.
5 Ugi Suharto, Keuangan Publik Islam Reinterprestasi Zakat Dan Pajak, (Yogyakarta:
Pusat Studi Zakat, 2014), hlm. 94-113.
6 Nazori Majid, Pemikiran Ekonomi Islam Abu Yusuf, (Yogyakarta: Pusat Studi
Ekonomi Islam, 2003), hlm.78.

ж Vol. 05, No.01, Oktober 2018 ж


Syamsuri & Ika Prastyaningsih: Upaya Pencapaian.….[239]

Kondisi Internal Abû Yûsuf


Abû yûsuf lahir pada tahun 113 H/731/732 M di kuffah.
Beliau meninggal pada bulan rabîul awwal tahun 182 H/798 M di kota
Baghdad, pada masa khalifah Harun Arrasyîd, Abu yûsuf meninggal pada
usia 67 tahun.7 Dalam literatur islam Abu yûsuf sering disebut dengan
Imam abu yûsûf ya’qûb bin ibrâhîm bin abîb al- anshori al jalbi al-kufi
al-baghdadi. Dari nasab ibunnya, ia masih mempunyai hubungan
darah dengan salah satu sahabat Rasulullah SAW, yaitu Sa’ad al
anshari. Ibunya bernama ummu sa’ad bin ‘auf khabtah binti malik dari
bani Amru bin ‘auf al ausyi. Sehingga kata- kata anshor dalam nama
nya merupakan nisbah dari sebutan nasab tersebut. Abu yusuf bukan
berasal dari kalangan keluarga yang berada, akan tetapi abu yusuf
memiliki minat yang kuat dalan ilmu pengetahuan sejak kecil.
Keinginan dan minat ini dipengaruhi dan didukung juga oleh kedaan
kota kuffah yang pada zaman itu merupakan salah satu kota pusat
peradaban islam.8
Karir pendidikannya dimulai dari mempelajari hadist dari para
tabii’in yang mempunyai nama besar dan termashur pada zaman itu,
beliau adalah muhammad bin Abdu al–Rahman bin abi laila, dan
beberapa tokoh yangn mempengaruhi intelektualnya yaitu: Jalil ‘atho’
bin Al Sya’ba. Al-A’masy. Hisyam bin Urwah. Muhammad bin ishaq,
serta ajaj bin Arthoh. Setelah itu melanjutkan pengkajian kepada imam
abu hanifah (pendiri madhab hanafi). Selama 17 tahun, abu yusuf

7 Abdullah Mustofa Al Marghani, Fathu Al Mubin Fi Thabaqat Al Usuliyin, Terj.


Husein Muhammad, (Yogyakarta: LKPSM, 2001), hlm. 77.
8 Boedi Abdullah. Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka Setia,
2010), hlm.150.

ж Vol. 05, No. 01, Oktober 2018 ж


Syamsuri & Ika Prastyaningsih: Upaya Pencapaian.….[240]

belajar bersama abu hanifah dikenal sebagai tangan kanan abu hanifah
dalam menyebarkan madzhab hanafi. Abu yusuf tumbuh menjadi
menjadi seorang alim yang sangat dihormati oleh berbagai kalangan
baik ulama, pengusaha maupun masyarakat umum.
Penulisan kitab al kharaj abu yusuf didasarkan pada perintah dan
pertanyaan khalifah harun arasyid mengenai berbagai persoalan pajak.
Kitab ini mempunyai orientasi birokratik karena ditulis untuk
merespon permintaan khalifah harun arasyid yang ingin dijadikan
buku petunjuk administrasi dalam rangka mengelola baitul mal yang
baik dan benar, sehinngg bisa terbentuk yang makmur dan adil.9 Di
dalam ini, selain membahas mengenai al kharaj juga membahas
berbagai sumber pendapatan negara lainnya seperti, ghanimah, fai,
kharaj, usur, jizyas, dan shodaqoh yang dilengkapi mekanisme
pengumpulkan dan pendistribusian setiap harta negara sesuai dengan
syariat islam yang berpedoman pada dalil naqli pada al quran dan
hadist dengan dalil aqli. Metode penulisan inlah yang menjadi
pembeda dengan kitab-kitab al kharaj yang ditulis oleh ulama- ulama
pada periode berikutnya.10

Keadaan Sosial Ekonomi Di Masa Abu Yusuf


Berdasarkan kondisi sosial kehidupan abu yusuf, beliau hidup
pada masa transisi dua zaman kekhalifahan yang ditandai dengan
adanya persaingan perebutan kekuasaan di kalangan anggota bani
umayyah dengan kemewahan di istana yang membawa dinasti ini pada

9 Abu yusuf……, hlm. 3.


10 Azhari akmal tringan dkk, Dasar- Dasar Ekonomi Islam, (Bandung: Cipta Pustaka
Media, 2006), hlm.156.

ж Vol. 05, No.01, Oktober 2018 ж


Syamsuri & Ika Prastyaningsih: Upaya Pencapaian.….[241]

kelemahan yang pada gilirannya membawa kehancuran pada tahun


750 M.11 Dinasti Abasiyah mulai terlihat eksisi setelah munculnya
berbagai pemeberontakan yang dilakukan oleh keturunan al- abbas
ibnu abu muthalib ibnu Hasim. Setelah pemberontakan ini abu abas
memplokamirkan diri sebagai khalifah bani abasiyah 1 dengan gelar
saffah. Terjadi kemakmuran ekonomi yang dibuktikan dengan
meningkatnya kesejahteraan negara dan rakyat terutama pemerintahan
Harun al-Rashid. Beliau memajukan perekonomian, perdagangan dan
pertanian dengan sistem irigasi.
Kemajuan pada sektor ini menjadikan Baghdad sebagai pusat
perdagangan terbesar dan teramai di dunia saat itu. Dalam analisis
historis masa ini ditetapkan sebagai puncak kejayaan Islam atau sering
disebut zaman keemasan Islam (The Golden Age of Islam)12. Dibalik
pertumbuhan ekonomi yang dicapai dinasti abasiyah, terdapat
problem krusial yang menjadi tantangan stabilitas dan masa depan
perekonomian. Yaitu kurang harmonisnya relasi antara perintah dan
tokoh agama. Ulama tidak sependapat dengan para penguasa selalu
disihkan, bahkan tidak seidkit dari kalangan mereka yang harus
mendekam dalam tahanan penjara.13 Pada masa Harun al-Rashid inilah
Abu Yusuf mencapai puncak kariernya dalam jabatan kenegaraan,
dengan diangkatnya beliau sebagai Qādi al-Qdāh (Ketua Mahkamah
Agung). Sebagai seorang ulama yang mempunyai jabatan strategis di

11 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari berbagai Aspeknya, (Jakarata: UI Press, 1985),
hlm. 67.
12 Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam. (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoenoe, 1993),

hlm. 89.
13 Ahmad Amin, Daulah Al- Islami, (Kairo: Maktabah Al Nahdiah Al Misriyyah,

1974), hlm.184.

ж Vol. 05, No. 01, Oktober 2018 ж


Syamsuri & Ika Prastyaningsih: Upaya Pencapaian.….[242]

dalam sistem pemerintahan Khalifah Harun al-Rashid, beliau


menjadikan fenomena nondialogis antara masyarakat, penguasa dan
ulama.
Kondisi ini menjadikan pelajaran bagi Abu Yusuf untuk
memunculkan suatu ide pembenahan terhadap sistem pemerintahan
dan budaya masyarakat yang dianggap telah merambah ke arah krisis
etika tersebut. Kegelisahan Abu Yusuf itu termuat dalam ungkapan
surat panjang yang ditujukan kepada Khalifah Harun al-Rashid dalam
upaya membenahi sistem ekonomi pemerintahan yang tidak menindas
nilai-nilai etika dan mengedepankan asas-asas keseimbangan. Beberapa
poin pokok dalam surat tersebut sempat menjadi diskusi panjang
antara Khalifah Harun al-Rashid dan Abu Yusuf, terutama yang
berkaitan erat dengan pendapatan dan pengeluaran negara serta
beberapa hal yangterkait dengan mekanisme pasar.14

Pemikirian abu yusuf dalam pengelolaan pajak negara


Abu yusuf adalah orang pertama yang mengenalkan konsep
perpajakan di dalam buku karyanya yang berjudul al kharaj, kitab ini
dijadikan pedoman dalam pengaturan sistem baitul mal dan sumber
pendapatan negara seperti, al-kharaj, al-ushr dan al-jizyah.15 Berkaitan
dengan perbendaharaan negara, di dalam kitab al-kharaj karya abu
yusuf terdapat pembahasan ekonomi publik, yang mengkhususkan
tentang perpajakan dan peran negara dalam pembangunan.16 Abu
yusuf sangat menjunjung tinggi nilai keadilan, kewajaran, dan

14 Nazori majid….., hlm.75.


15 Ibid, hlm. 223.
16 Adimarwan azwar karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2008), hlm. 235.

ж Vol. 05, No.01, Oktober 2018 ж


Syamsuri & Ika Prastyaningsih: Upaya Pencapaian.….[243]

penyesuain terhadap kemampuan membayar pajak, serta pentingnya


akuntabilitas dalam pengelolaan keungan negara. Pedoman ini
menekankan pada teknik dan sistem pemungutan pajak, serta perlu
sentralisasi pengambilan keputusan dalam masalah perpajakan. Dalam
hal ini negara memiliki peranan penting dalam penyediaan fasilitas
publik yang dibutuhkan rakyat.17
Dalam pandangan abu yusuf, sumber pendapatan negara
berasal dari dua sumber yaitu: sumber pendapatan pertama berasal
dari al kharaj dan al jizyas dan usyur . Menurut abu yusuf sumber
pendapatan pertama yang sifatnya permanent revenue.
1. Jizyas yang hanya diberlakukan oleh orang-orang non muslim serta
pembahasan mengenai status sosial, hak dan kewajiban penduduk
non muslim dinegara islam. Pemungutan jizyas pada masa abu
yusuf berdasarkan prinsip keadilan. Jizyas diwajibkan kepada
seluruh ahli dhimmah, para ahli kitab yahudi dan nasrani, yang bukan
ahli kitab majusi, hindu, budha, dan komunis yang telah menjadi
warga muslim. Dengan syarat pengambilan jizyas ini dibebankan
kepada laki- laki baligh dan berakal sehat. Pajak ini berhenti
dipungut jika wajib pajak masuk beragam islam, dengan tarif
prosentase pembayaran jizyas: 48 dirham untuk orang kaya, 24
dirham untuk orang yang berstatus sosial menengah ke bawah,
yang terakhir 18 dirham diperuntukkkan bagi yang kurang mampu
dari golongan pekerja dan petani. Dimana pemungutan jizyas ini
akan ditagih setiap tahunnya. Jika mereka memiliki hewan ternak

17 P3EI…., hlm. 107.

ж Vol. 05, No. 01, Oktober 2018 ж


Syamsuri & Ika Prastyaningsih: Upaya Pencapaian.….[244]

dan perhiasan maka yang dihitung adalah harganya, karena jiizyas


tidak diambil atas barang.18
2. Usyur adalah pajak yang diambil dari barang dagang yang masuk ke
wilayah muslim. Pemungutan usyur dilakukan pertama kali pada
masa khalifah umar bin khattab. Pemungutan pajak ini bersumber
dari ijtihad para sahabat bukan berasal dari Al Quran dan Sunnah.
Dalam pelaksanaan usyur dibebankan kepada kaum muslim yang
menggambil barang dari daerah non muslim. Begitu juga untuk
pedagang muslim jika ingin masuk ke negara islam akan dikenakan
usyur hal ini dilakukan ummar bin khatab untuk menerapkan
keseimbangan perlakuan antara warga muslim19. Dua syarat dalam
pengambilan usyur yaitu barang tersebut harus merupakan barang
yang diperdagangkan dan nilai barang yang dibawa tidak kurang
dari 200 dirham. Tarif usyur ditetapkan sesuai dengan status
pedagang, jika muslim dikenakan 2,5% dari total barang yang
dibawa, dan 5% untuk ahli dhimmah dan yang terakhir 10%
dibebankan kepada kafir harbi.20
3. Pajak (kharaj) diartikan sebagai harta yang dikeluarkan oleh pemilik
tanah untuk diberikan kepada negara. Al-kharaj bisa juga diartikan
dengan apa yang dibayarkan untuk pajak tanah pertanian atau pajak
hasil bumi. Dana kharaj yang terkumpul akan digunakan untuk
penyelenggaran negara, sdana cadangan dan juga santunan fakir
miskin dan janda. Sedangkan untuk menghindari penyalah gunaan

18 Ibid, hlm.122.
19 Quthb Ibrahim. Kebijakan Ekonomi Islam Umar bin Khatab, terj. Ahmad syarifuddin
saleh, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), hlm.100.
20 Euis, mulya, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik hingga Kontemporer.

(Jakarta: Gratama Publising, 2010), hlm.127- 128.

ж Vol. 05, No.01, Oktober 2018 ж


Syamsuri & Ika Prastyaningsih: Upaya Pencapaian.….[245]

dana kharaj dan ketidak adilan seperti penyuapan, dan korupsi


maka gaji yang dibayarkan kepada aparat pemerintahan yang
bertugas terhadap negara diambil dari dana baitul maal tidak dari
dana kharaj. Yang dijadikan landasan oleh abu yusuf sebagai dalil
penerapan kharaj adalah Surat Al hasyr ayat 7- 10.21
Untuk sumber pendapatan yang kedua ghanimah dan fai,
menurut beliau dianggap sebagai aspek yang penting dalam kebijakan
publik. Pertama, ghanimah didapatkan sebagai hasil pertempuran pihak
musuh maka pendistribusianya sesuai dengan al quran yaitu 20%
untuk allah dan rasulnya serta orang miskin dan kerabat, sedangkan
sisanya untuk mereka yang berperang.22 Namun, karena pembayaran
ghanimah ini tidak rutin, maka menggolongkan sebagai pemasukan
yang tidak tetap (incidental revenue) bagi perbendaharaan negara.
Penditribusian ghanimah ini berpedoman terhadap panduan Al Qur’an
surat Al-Anfal ayat 41.23 Sedangkan fai adalah harta yang diperoleh
orang- orang islam tanpa melalu peperangan. 20% fai diberikan kepada
orang-orang yang berhak sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah SWT
dalam alquran dalam Surat al hasyr ayat 7.24
Dalam kitab al-kharaj juga dibahas tentang cara pendistribusian
harta-harta tersebut dan cara menghindari manipulasi, kezaliman, dan
mewujudkan harta- harta tersebut untuk kepentingan penguasa.25
Tanggung jawab pemerintah menurut abu yusuf adalah dengan

21 Yusuf…, hlm. 23-107.


22 Ibid,,hlm. 117.
23 Euis, mulya, Sejarah Pemikiran..…., hlm. 120.
24 Muhammad ash- shalabi, The Great Leader of Umar bin Khattab, (Jakarta: Al-

Kautsar, 2008), hlm. 389.


25 Pusat pengkajian dan pengembangan ekonomi islam ( P3EI). Ekonomi Islam,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 2008). hlm. 107.

ж Vol. 05, No. 01, Oktober 2018 ж


Syamsuri & Ika Prastyaningsih: Upaya Pencapaian.….[246]

menetapkan prinsip-prinsip perpajakan yang dikemudian hari diambil


oleh para ahli ekonom sebagai cononc of taxation.26 Cononc of taxation
merupakan kesanggupan membayar pajak, pemberian waktu yang
longgar bagi pembayar pajak dan sentralisasi pembuatan keputusan
dan administrasi pajak adalah beberapa prinsip yang ditekankan. 27
Berkaitan dengan penetapan pajak, Abu yusuf menentang keras
pengenaan pajak pertanian. Abu yusuf cenderung menyetujui negara
mengambil bagian dari hasil pertanian dari penggarap dari pada
menarik sewa dari lahan pertanian. Abu yusuf lebih
merekomendasikan penerapan muqasamah (proposal tax) dari pada
sistem misahah (fixed tax) yang telah berlaku sejak masa khalifa ummar
bin khatab hinggga periode awal dinasti abbasiyah.28
Pergantian sistem pemungutan pajak menggunakan sitem
muqasamah sebenarnya sudah dipelopori sebelumnya oleh Muawiyah
bin yasar wasir pada masa khalifah Al-Mahdi. Dimana penerapan
sistem muqasamah ini memberatkan para petani, sedangkan abu
yusuf menggunakan persentase bagian negara yang tidak memberatkan
petani.29 Berikut pandangan Abu Yusuf “dalam pandangan saya, sistem
perpajakan terbaik untuk mengahasilkan pemasukan lebih banyak bagi keungan
negara dan yang paling tepat untuk menghindari kezalimann terhadap para
pembayar pajak oleh para pengumpul pajak adalah pajak pertanian secara

26 Asmuni, Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf dan Ibn Adam: Eksploitasi awal tentag
konsep keuangan negara, MILLAH: Jurnal Studi Agama, Vol. 4, No. 2, 2005, hlm.
118.
27 M. Nejatullah siddiqi, Recent works on history of economic thougt in silamic, A survey

dalam abdul hasan M, Sadeq dan aidit ghazali, Readings in islamic economic thought,
(Selangor: Daril ihsan, 1992), hlm. 37-38.
28 Adiwarman azhar…, hlm. 242 dam Euis Amalia….. hlm. 121
29 Budi abdullah….., hlm. 158

ж Vol. 05, No.01, Oktober 2018 ж


Syamsuri & Ika Prastyaningsih: Upaya Pencapaian.….[247]

proposional. Sistem ini akan menghalau kezhaliman terhadap para pembayar


pajak dan menguntungkan keungan negara”.30
Argumen abu yusuf pada sistem misahah ini menunjukan
beberapa hal penting yaitu pengenaan pajak yang pasti berdasarkan
ukuran tanah dibenarkan hanya jika tanah tersebut subur. Berikutnya
penentangan pada sistem misahah adalah karena stidak adanya
ketentuan apakah pajak dikumpulkan dalam jumlah uang atau barang
tertentu31. Maka dalam hal ini dapat disimpulkan, jika harga gandum
turun dan pendapatan kharaj berbentuk gandum, perbendaharaan
negara secara moneter mengalami kerugian karena memperoleh
pemasukan yang rendang dengan menjual gandum dengan harga
rendah. Dikarenakan pemerintah harus membayar belanja negara
dalam bentuk uang, hal tersebut akan turut mempengaruhin
pendapatan pajak. Maka untuk mengatasi masalah ini, jika penguasa
memaksa petani membayar sejumlah uang, maka para petani akan
mengeluarkan jumlah gandum yang lebih banyak, akibatnya mereka
akan menderita secara moneter. Pembebanan pajak dalam sejumlah
gandum apabila harga naik akan mempengaruhi secara moneter para
pembayar pajak dan menguntungkan perbendaharaan negara.32

Relevansi Pemikiran abu yusuf terhadap pengelolaan pajak di


Indonesia
1. Bea Cukai atau Usyur

30 Abu yusuf….., hlm.45


31 Adimawarman Azhar….., hlm. 243.
32 Adiwarman azhar……, hlm. 245.

ж Vol. 05, No. 01, Oktober 2018 ж


Syamsuri & Ika Prastyaningsih: Upaya Pencapaian.….[248]

Dalam kitab al kharaj telah dijelaskan salah satu pendapatan


berasal dari usyur, pertama kali diterapkan pada masa khalifah umar bin
khatab.33 Usyur adalah pajak yang diambil dari barang dagangan yang
masuk ke wilyah muslim. Sementara itu, menurut UU No. 10 tahun
1995 yang telah diubah menjadi UU No.17 tahun 2006 tentang bea
cukai (kepabean), bea cukai adalah pungutan yang dikenakan atas suatu
kejadian atau perbuatan yang berupa lalu lintas barang dan perbuatan
lainnya atas peraturan undang- undang. Cukai adalah pungutan yang
ditetapkan terhadap barang tertentu yang mempunyai sifat dan
karakteristik yang ditetapkan undang.yaitu barang- barang yang dalam
pemakainnya perlu diawasi dan dibatasi maka barang- barang tersebut
telah melekat hak- hak negara.34

2. Pengelolaan Keungan Publik/Perbendaharaan Negara dan Fasilitas


Umum
Dalam pandangan abu yusuf, uang publik adalah amanah yang
akan diminta pertanggung jawababnya maka harus digunakan dengan
sebaik-baiknya untuk kemaslahatan rakyat. Berkaitan dengan
kebijakan belanja ekonomi islam, efektif dan efesien merupakan
landasan pokok dalam kebijakan pengeluaran yang dalam ajaran islam
dipandu oleh maqashid syariah dan penentuan skala prioritas.dan
relevansinya terdapat pengelolaan keuangan publik di indonesia.
Secara struktur APBN sekarang dilaksanakan oleh pemerintah

33 Abu yusuf, hlm. 123.


34 Ahmad muti, Keungan Publik Islam Menurut Kitab Al Kharaj Abu yusuf Relevansinya
dengan APBN, (Jakarta: UI, 2007), hlm.156.

ж Vol. 05, No.01, Oktober 2018 ж


Syamsuri & Ika Prastyaningsih: Upaya Pencapaian.….[249]
35
indonesia secara garis besar adalah sebagai berikut; Anggaran
pendapatan terdiri dari pajak dan bukan pajak: hibah, Anggaran
belanja terdiri dari belanja pemerintahan pusat dan belanja daerah, dan
Pembiayaan yakni penerimaan pembiayaan dan penngeluaran
pembiayaan.
Berkaitan dengan perbendaharaan negara, di dalam kitab al
kharaj karya abu yusuf terdapat pembahasan ekonomi publik, Dalam
hal ini negara memiliki peranan penting dalam penyediaan fasilitas
publik yang dibutuhkan rakyat. dimana relevansinya sekarang yaitu
adannya pembentukan BUMN sebagai pelaksanaan amanat
pembukaan UUD sudah sesuai dengan konsep ekonomi islam dimana
negara harus menyediakan berbagai fasilitas yang menjadi kebutuhan
pokok bagi masyarakat umum, namun sebaiknya pengelolaan BUMN
ini tidak melibatkan para penguasa atau para pemimpin negara untuk
menghindari hal hal yang menyimpang. Namun di indonesia
peninggkatan anggaran untuk pembangunan infrastruktu belum
kunjung meningkat secara memadai36.
3.PBB (Kharaj)
Dalam penerapan al-kharaj, menurut UU no.28 tahun 2007
pasal 1. Pajak adalah kontribusi wajib negara yang terutang oleh
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk

35 Sularto, St. Menggugat Masa Lalu, Mneggagas Masa depan Ekonomi Islam, (Jakarta:
Kompas, 2008), hlm. 53-54.
36 Faishal Basri, Lanskap Ekonomi Indonesia Kajian Dan Renungan Atas Masalah-

Masalah Struktural, Transformasi baru dan Prospek Perekonomian Indonesia, (Jakarta:


Kencana Perdana Media Grup, 2012), hlm. 353.

ж Vol. 05, No. 01, Oktober 2018 ж


Syamsuri & Ika Prastyaningsih: Upaya Pencapaian.….[250]

kemakmuran rakyat sedangkan pajak bumi dan bangunan pertama


kali diatur dalam UU. No.12. tahun 1985 kemudian diubah di dalam
UU no 12 tahun 1993. Didalam PBB ada yang namanya NJOP nilai
jual objek pajak yaitu harga rata- rata yang diperoleh transaksi jual beli
yang terjadi secara wajar. NJOP didasarkan pengenaan pajak yang
setiap tiga tahun ditentukan oleh menteri keuangan.37
Jika dibandingkan al-kharaj yang ditetapkan abu yusuf, maka
PBB mempunyai perbedaan kharaj diberlakukan untuk lahan
pertanian sedangkan PBB untuk semua jenis tanah. Kharaj
diberlakukan untuk kaum kafir yang kalah dalam peperangan dan tidak
memilih untuk masuk islam, sedangkan PBB diberlakuakn untuk
semua warna negara tanpa terkecuali.38 Adapun tarif PBB adalah 0,5%
sedangkan tarif penggunakan sistem muqasamah yaitu1 dirham dengan
26,112 kg gandum, jika 2,5% jika irigasi 1/5,5 jika membutuhkan
biaya, jika diterapkan di indonesia dengan karakter negara agraris maka
penerimaan negara dari sektor pajak akan sangat potensial.39
4. Sistem Pemungutan Pajak Qabalah atau Self Assesment
Indonesia dalam sistem pemungutan pajak menggunakan
prinsip self assement, yaitu suatu prinsip dengan memeberi wewenang,
kepercayaan dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk
menghitung, memperhitungkan dan membayar serta melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.40 Self assesmnet ini sama
dengan pelaksanaan pemungutan pajak yang disebut qabalah dimana

37 Caseva, Perpajakan, ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),. h.231


38Ibid, h.232
39 Ahmad Muti,Op.cit. h.145
40 Caseva, Op,cit, h. 3

ж Vol. 05, No.01, Oktober 2018 ж


Syamsuri & Ika Prastyaningsih: Upaya Pencapaian.….[251]

sistem ini sangat ditentang oleh abuyususf karena menimbulkan


kezaliman dimana pemungut pajak memungut besarnya pajak sesuai
keinginanannya, maka menurut abu yusuf pemerintah harus memiliki
lembaga khusus mengenai pajak dan di dalamnya terdapat petugas
pajak yang profesional. Namun sejarah mencatat, sampai tahun 1967
indonesia menerapkan official assement atau petugas aktif mencari
wajib pajak.

5. Barang Tambang atau Rikhaj


Undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang pertambangan
mineral dan batu bara pasal Pasal 129 menyebutkan Pemegang
Operasi Produksi untuk pertambangan mineral logam dan batubara
wajib membayar sebesar 4% kepada Pemerintah dan 6% kepada
pemerintah daerah dari keuntungan bersih sejak berproduksi.41
Sehingga pajak untuk pertambangan sebesar 10%. Jika dilihat dari
pendapat abu yusuf bahwa pertambangan sama dengan hukum rikhaj
maka seharusnya pajak pertambangan di indonesia 20% dari
keuntungan bersih, karena rikhaj mempunyai tarif 20%. Jika
pemerintah berani menerapkan konsep pajak pertambangan, Abu
Yusuf maka penerimaan negara akan melampai target dan mungkin
saja terjadi surflus anggaran, beda dengan sekarang yang selalu defisit.

KESIMPULAN
Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mensejahterakan
rakyat sebagaiman tertuang di dalam tujuan negara yang terdapat

41 Undang- undang no.4 tahun 29. Pasal 129

ж Vol. 05, No. 01, Oktober 2018 ж


Syamsuri & Ika Prastyaningsih: Upaya Pencapaian.….[252]

dalam pembukaan UUD 1945. Di dalam usaha mensejahterakan


rakyat tentunya perlu biaya, pemerintah harus mencari potensi
penerimaan negara. Hal itu karena pajak merupakan potensi yang
sangat besar di dalam penerimaan negara. Pemerintah harus bisa
menerapkan pajak yang memberikan rasa adil kepada seluruh warga
negara.
Beberapa relevansi konsep pajak Abu Yusuf dengan model pajak di
Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut;
1. Tarif pajak muqasomah yang dikemukakan oleh Abu Yusuf atau
Tarif pajak proposional sudah diterapkan di indonesia. seperti pajak
PBB dan PPN.
2. Sistem self assesment yang diterapkan di Indonesia hampir sama
dengan Qabalah yang dijelaskan oleh Abu Yusuf, sebaiknya
penggunaan sistem self assesment dibatasi, khusus untuk
perusaahan besar alangkah baiknya menggunakan sistem official
assesment.
3. Pajak Kharaj yang berdasarkan tingkat kesuburan, di indonesia
sama dengan PBB yang berdasarkan luas wilayah dan NJOP. Kalau
kharaj diterapkan di indonesia maka potensi pajak dari PBB lebih
besar karena Indonesia negara agraris.
4. Usyur diterapkan di Indonesia dengan adanya bea cukai, tetapi
dengan tidak ada pembeda hanya berdasarkan kepemilikan objek
pajak.
5. Pemerintah dituntut bukan hanya intensifikasi pajak saja, tetapi
pemerintah juga harus berani ekstensifikasi dan diversifikasi,
terutama bidang pertambangan yang punya potensi sangat besar.

ж Vol. 05, No.01, Oktober 2018 ж


Syamsuri & Ika Prastyaningsih: Upaya Pencapaian.….[253]

6. Dalam pengelolaan keuangan publik dan penyediaan fasilitas


umum di indonesia telah melakukan penyusunan APBN dan
pengelolaan BUMN untuk digunakan sebagai kesejahteraan rakyat.
akan tetapi pemerintah hendaknya lebih mengoptimalkan BUMN
dengan program yang komperehensif guna membuat sebagaimana
yang diharapkan.

ж Vol. 05, No. 01, Oktober 2018 ж


Syamsuri & Ika Prastyaningsih: Upaya Pencapaian.….[254]

DAFTAR PUSTAKA
Al arif, M. Nur Rianto. (2015). Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan
Praktik, Bandung: Pustaka Setia.
Al marghani, Abdullah Mustofa. (2001). Fathu al mubin fi thabaqat al
Usuliyin, Terj. Husein Muhammad, Pakar- pakar Fiqh Sepanjang
Sejarah. Yogyakarta: LKPSM.
Ash Salabi, Ali Muhammad. (2014). Umar bin Abdul aziz, Khalifah
Pemburu dari Bani Umayyah. Jakarta Timur: Pustaka Pelajar.
Ash- shalabi, Muhammad. (2008). The Great Leader of Umar bin Khattab,
jakarta: Al- Kautsar.
Asmuni. (2005). Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf Dan Ibn Adam:
Eksploitasi Awal Tentag Konsep Keuangan Negara. MILLAH:
Jurnal Studi Agama, Vol. 4, No. 2.
Azhari, Akmal Tringan Dkk. (2006). Dasar- Dasar Ekonomi Islam,
Bandung: Cipta Pustaka Media.
Azmi, Sabaudin. (2002). Islamic Economic: Public Finance In Early Islamic
Thought. New Delhi: Goodword Books.
Basri, Faishal. (2012). Lanskap Ekonomi Indonesia Kajian Dan Renungan
Atas Masalah- Masalah Struktural, Transformasi baru dan Prospek
Perekonomian Indonesia. Jakarta: Kencana Perdana Media Grup.
Boedi, Abdullah. (2010). Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, Bandung:
Pustaka Setia.
Chamid, Nur. (2010). Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dahlan, Abdullah Aziz. (1997). Enslikopedi Hukum Islam. Jakarta: PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve.

ж Vol. 05, No.01, Oktober 2018 ж


Syamsuri & Ika Prastyaningsih: Upaya Pencapaian.….[255]

Departemen Agama RI. (2005). Al Jumanatul ‘Ali Al Qur’an Dan


Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit J Art.
Dewan Redaksi. (1993). Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoenoe.
Euis, Mulya. (2010). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik
Hingga Kontemporer. Jakarta: Gratama Publising.
Karim, Adimarwan Azwar. (2008). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Majid, Nazori. (2003). Pemikiran Ekonomi Islam Abu Yusuf, Yogyakarta:
Pusat Studi Ekonomi Islam.
Mawardi. (1986). Al- Ahkam Al-Sulthaniyyah, Beirut: Dar- Al Fikri.
Nasution Harun. (1985). Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarata:
UI Press.
Nurul Huda, Ahmad Muti. (2011). Keungan Publik Islam Pendekatan Al
Kharaj (Imam Abu Yusuf). Bogor: Ghalia Indonesia.
Pusat Pengkajian Dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). (2008).
Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Rawas Muhammad. (1999). Mausu’ah Fiqih Umar Bin Al Khatab RA,
Terj. M. Abdul Mujieb As, Ensiklopedi Fiqh Umar Bin Kattab,
Jakarta: Raja Grafindo.
Siddiqi, M. Nejatullah. (1992). Recent Works On History Of Economic
Thougt In Silamic, A Survey Dalam Abdul Hasan M, Sadeq Dan
Aidit Ghazali, Readings In Islamic Economic Thought, Selangor:
Daril Ihsan.
Suharto, Ugi. (2014). Keuangan Publik Islam Reinterprestasi Zakat Dan
Pajak. Yogyakarta: Pusat Studi Zakat.

ж Vol. 05, No. 01, Oktober 2018 ж


Syamsuri & Ika Prastyaningsih: Upaya Pencapaian.….[256]

Yusuf, Abu. (1302 H). Kitab Al Kharaj. Kairo: Al Matba’ah As


Salafiyah.
Zahra, Muhammad Abu. (1988). Tarikh Al Madhab Al Isslami. Kairo:
Daar Al Fikri Alislamy.

ж Vol. 05, No.01, Oktober 2018 ж

Anda mungkin juga menyukai