Anda di halaman 1dari 9

Sabitha WIldani Hadi

Hendra

STUDI KASUS
Pelanggaran kode etik anggota DPR tahun ini meningkat
Merdeka.com - Badan Kehormatan DPR mencatat pelanggaran kode etik masih banyak dilakukan para anggota legislatif. Pelanggaran kode etik berupa tingkat ketidakhadiran, perilaku
dan tutur kata.
"Kalau dari penindakan BK tahun ini lebih banyak. Ada masalah absensi, perilaku, tutur kata,
sifatnya lebih rumah tangga," ujar Ketua BK DPR, Muhammad Prakosa di Gedung DPR, Rabu
(29/8).
Menurut Prakosa, banyaknya pelanggaran bukan menandakan DPR gagal. Justru ini menjadi
peringatan agar lebih baik di tahun yang akan datang.
"Bukan berarti ini lebih banyak, bukan berarti gagal. Tahun ke depan pelanggaran yang
dilakukan bisa berkurang," katanya.
Teguran secara tertulis banyak dikeluarkan oleh BK dalam memberikan hukuman terhadap para
anggota yang melakukan tindakan pelanggaran.
"Lebih banyak secara teguran tertulis itu juga lebih berat agar tidak mengulangi perbuatannya,"
terangnya.
Untuk itu, Prakosa berharap apa yang menjadi sorotan masyarakat, seperti masalah anggaran,
kunjungan ke luar negeri, kehadiran di rapat paripurna, pelanggaran-pelanggaran kode etik dan
masalah BURT seperti toilet dapat dikurangi.
"Maka masalah-masalah tersebut dapat diperbaiki," tandasnya.

PEMBAHASAN
Beberapa survey yang dilakukan
oleh litbang Kompas selalu membahas
citra buruk terhadap DPR. Bisa jadi hal
tersebut disebabkan oleh watak anggota
Dewan

yang kerap berlawanan dengan kode etik itulah

yang

membuahkan pandangan minor atas wakil rakyat.

Publik

berharap DPR dapat meningkatkan kinerjanya dari


tahun ke tahun. Namun harapan tersebut

tidak

akan

pernah

memperbaiki
banyak

terwujud
kinerja,

karena

para

jangankan

anggota

Dewan

yang terlibat dalam perilaku dan kasus-kasus yang


merendahkan martabat DPR.

Berita
terakhir

yang

cukup mengejutkan publik adalah kedatangan Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil

Ketua DPR Fadli Zon pada kampanye calon presiden Partai Republik Donald Trump
untuk pemilu Amerika Serikat tahun 2016. Padahal, agenda resmi pimpinan Dewan
beserta rombongan di AS pada 31 Agustus-2 September lalu adalah menghadiri Forum
Ketua Parlemen Sedunia di New York.
Kehadiran Setya Novanto dan Fadli Zon dalam momen kampanye tersebut tetap
menuai kontroversi meskipun mereka membalut pertemuan dengan Donald Trump ini
dengan alasan mempromosikan peluang investasi di Indonesia.. Sebab, apa yang
dikatakan oleh kedua unsur pimpinan Dewan ini tidak sesuai dengan kapasitas mereka.
DPR bukanlah lembaga yang berwenang untuk mengambil keputusan negara terkait
membangun kerja sama investasi dengan negara lain. Sementara Fadli Zon dalam aksi
foto bersamanya dengan Trump juga mendapat sorotan publik karena tindakan itu
dianggap mencoreng wibawa DPR sebagai lembaga negara yang berdaulat di Indonesia.
Selanjutnya kasus Setya Novanto mengenai rekaman pembicaraannya yang
terindikasi mencatut nama Presiden Joko Widodo dan nama Wakil Presiden Jusuf Kalla
dalam proses perpanjangan kontrak Freeport tentu saja menjadi ujian sesungguhnya
penegakan kode etik DPR.
Dalam batas penalaran wajar, apabila rekaman yang beredar luas di masyarakat
benar adanya, sulit mengatakan bahwa tindakan itu bukan merupakan pelanggaran kode
etik. Bahkan, dengan posisi sebagai Ketua DPR, kasus

ini berpotensi menggerus

martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas institusi DPR. Dalam posisi tersebut, sulit
mengatakan bahwa Novanto tidak menunggangi institusinya untuk kepentingan yang
sama sekali jauh dari kepentingan DPR.
Dalam kasus anggota dewan lainnya, sebut saja kasus perkelahian yang
melibatkan dua anggota DPR dari fraksi yang berbeda ketika berlangsung rapat Dewan
atau kasus anggota Dewan yang melihat video porno melalui handphone ketika rapat
paripurna. Selain itu, perilaku anggota Dewan yang malas rapat, suka tidur ketika rapat,

atau asyik dengan urusan masing-masing ketika rapat kerap menjadi sorotan media
massa.
Perilaku yang cukup memancing emosi publik adalah kebiasaan anggota Dewan
mengajak keluarga ketika melakukan perjalanan dinas ke luar kota atau ke luar negeri.
Tidak sedikit anggota Dewan yang menggunakan anggaran negara untuk membiayai
keluarga mereka. Padahal, di dalam kode etik sudah digariskan dengan jelas bahwa
perjalanan dinas anggota merupakan tugas kenegaraan yang sepenuhnya dibiayai oleh
negara. Karena itu, anggota Dewan tidak diperbolehkan membawa keluarga dalam
perjalanan dinas, kecuali dimungkinkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
atau atas biaya sendiri.
Kebiasaan inilah yang kerap menjadi kontroversi karena selain substansi
perjalanan ke luar negeri yang dinilai kurang relevan, keikutsertaan anggota keluarga ikut
membuat anggaran perjalanan dinas menjadi lebih besar. Aroma kepentingan pribadi di
balik perjalanan dinas ini sangat terasa sehingga harapan agar anggota Dewan bisa
dedikatif untuk kepentingan rakyat tidak terlihat. Sebaliknya, para anggota justru menjadi
rakus dan egois dalam menghabiskan anggaran negara untuk membiayai kebiasaan jalanjalan ini.
Majelis Kehormatan Dewan (MKD) dibentuk untuk menegakkan kode etik para
anggota Dewan. Tugas utama lembaga ini adalah menyidangkan para anggota Dewan
yang terindikasi melakukan pelanggaran kode etik. Peraturan DPR memang memberikan
wewenang kepada MKD untuk menindak anggota Dewan yang melanggar kode etik
dengan sanksi yang variatif. Selama ini, kiprah MKD memang jarang terdengar. Belum
ada sanksi tegas yang diberikan lembaga ini kepada pelanggar kode etik.
Boleh jadi, tanpa penindakan yang tegas, para anggota Dewan akan kian merasa
tidak tersentuh oleh kode etik ataupun ketentuan hukum.

PEMECAHAN MASALAH
Metode Diagram Alur
Banyaknya kasus
pelanggaran etika
dan kode etik oleh
anggota DPR

Sudah tegaskah
peringatan yang
diberikan pada
setiap
pelanggaran?

Melakukan
tindakan preventif
sebelum anggota
DPR terpilih?

Membuat aturan
tambahan agar
masyarakat
memahami
anggota DPR

Adannya sanksi
mulai dari ringan,
sedang, berat

Mengurangi
pembagian dapil
anggota DPR dan
merekayasa
tentang regulasi

Transparansi rekam
jejak anggota DPR
dan
mendokumentasika
n-nya

Mendapat anggota DPR yang beretika baik dan profesional


Apakah cara tersebut efektif?

pemindahan keanggotaan pada alat


kelengkapan
DPR anggota DPR yang lebih profesional
Mengganti
posisi dengan

Pemecatan anggota DPR

Pemecahan masalah pada kasus pelanggaran kode etik DPR bisa dimulai dari
pemberian teguran mulai teguran lisan sampai teguran tertulis. Sanksi dalam penegakan
etik di MKD diatur dalam ayat 8 pasal 147 UU tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD
(MD3). Ada tiga jenis sanksi yang bisa dikenakan, yaitu pelanggaran etik ringan, sedang
dan berat. Berdasarkan pasal 147 dimaksud sebagaimana dikutip detikcom, Rabu
(16/12/2015), dijelaskan bahwa dalam hal teradu terbukti melanggar, putusan disertai
dengan sanksi kepada teradu berupa:
a. Sanksi ringan dengan teguran lisan atau teguran tertulis
b. Sanksi sedang dengan pemindahan keanggotaan pada alat kelengkapan DPR atau
pemberhentian dari jabatan pimpinan DPR atau pimpinan alat kelengkapan DPR
c. Sanksi berat dengan pemberhentian sementara paling singkat 3 bulan atau
pemberhentian tetap sebagai anggota DPR.
Namun sepertinya sanksi-sanksi tersebut masih tidak membuat anggota Dewan
jera. Masih banyak anggota Dewan yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik. Hal
lain yang bisa dilakukan untuk mencegah pelanggaran etika adalah dengan langkah
preventif.

Beberapa langkah preventif yang bisa dilakukan yaitu mengurangi pembagian dapil
anggota

DPR dan merekayasa tentang regulasi saat pemilihan serta

melakukan

transparansi rekam jejak anggota DPR dan mendokumentasikannya.


Pembagian dapil dilakukan karena jika pembagian dapil terlalu banyak, maka
komunikasi wakil rakyat dengan rakyatnya akan sulit terjalin, sebab calon legislatornya
sangat banyak. Jika hubungan antara wakil rakyat dengan rakyat cukup dekat, ada
peluang pelanggaran kode etik

itu bisa berkurang, karena rakyat bisa langsung

mengkritik, tapi jika terlalu jauh justru membuat para legislator bisa berbuat apa saja
Cara lainnya yaitu dengan menyediakan anggaran khusus untuk mendokumentasikan rekam jejak anggota DPR, baik pengalaman maupun pernyataannya,
kemudian hasilnya diumumkan, apakah hal yang baik maupun hal yang kurang baik,
sehingga transparan. Dengan begitu calon pemilih bisa mengetahui seluk beluk dari calon
anggota Dewan.
Lalu jika peringatan dan langkah preventif masih tidak efektif hal yang bisa
dilakukan adalah dengan melakukan pemecatan anggota Dewan yang melakukan
pelanggaran kode etik.

ANALISIS PELANGGARAN ETIKA BERDASARKAN


KODE ETIK DAN PRINSIP ETIKA PROFESI
Jika kita mengamati kasus pelanggaran etika oleh Setyo Novanto dengan melihat
kode etik dari anggota DPR, setidaknya ada 4 pasal Kode Etik DPR yang dilanggar
Novanto. Berikut pasal-pasal Kode Etik Anggota DPR yang diduga dilanggar Novanto:

Pasal 2
(1) Anggota dalam setiap tindakannya harus mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara daripada kepentingan pribadi, seseorang, dan golongan.
(2) Anggota bertanggung jawab mengemban amanat rakyat, melaksanakan tugasnya

secara adil, mematuhi hukum, menghormati keberadaan lembaga legislatif, dan


mempergunakan fungsi, tugas, dan wewenang yang diberikan kepadanya demi
kepentingan dan kesejahteraan rakyat.
Pasal 3
(2) Anggota sebagai wakil rakyat memiliki pembatasan pribadi dalam bersikap,
bertindak, dan berperilaku.
(5) Anggota dilarang meminta dan menerima pemberian atau hadiah selain dari apa yang
berhak diterimanya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Pasal 4
(1) Anggota harus bersikap profesional dalam melakukan hubungan dengan Mitra Kerja.
(2) Anggota dilarang melakukan hubungan dengan Mitra Kerjanya untuk maksud tertentu
yang mengandung potensi korupsi, kolusi dan nepotisme.
Pasal 7
Anggota wajib menjaga Rahasia yang dipercayakan kepadanya, termasuk hasil Rapat
yang dinyatakan sebagai Rahasia sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan atau
sampai dengan masalah tersebut sudah dinyatakan terbuka untuk umum.

Pada kasus anggota dewan mengajak keluarga ketika melakukan perjalanan dinas
ke luar kota atau ke luar negeri dengan menggunakan anggaran negara , ada 4 pasal
Kode Etik DPR yang dilanggar. Berikut pasal-pasal Kode Etik Anggota DPR yang diduga
dilanggar :
Pasal 6
(4) Anggota dilarang menggunakan jabatannya untuk mencari kemudahan dan
keuntungan pribadi, Keluarga, Sanak Famili, dan golongan

Pasal 10
(3) Anggota tidak boleh membawa Keluarga dalam suatu Perjalanan
Dinas, kecuali dimungkinkan oleh ketentuan peraturan perundangundangan atau atas
biaya sendirikeuntungan pribadi, Keluarga, Sanak Famili, dan golongan
Kasus-kasus pelanggaran etika anggota dewan jika ditinjau dari prinsip etika profesi
adalah sebagai berikut :
1. Kejujuran
2. Tanggung jawab
3. Keadilan
4. Otonomi

SUMBER
http://www.merdeka.com/politik/pelanggaran-kode-etik-anggota-dpr-tahun-ini-meningkat.html
http://print.kompas.com/baca/2015/09/23/Menakar-Etika-Anggota-DPR
http://www.antaranews.com/berita/419525/bk-tanya-unair-cara-atasi-dpr-nakal
http://nasional.kompas.com/read/2015/10/02/15000021/Satu.Tahun.DPR.Menepis.Wajah.Buram.Wakil.R
akyat.2.?page=all
https://news.detik.com/berita/3097621/ini-ketentuan-sanksi-sedang-dan-berat-yang-disuarakan-mkd

Anda mungkin juga menyukai