Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN

Pandangan psikologi terhadap sumber keagamaan dapat di kelompokkan


menjadi dua kelompok yaitu: kelompok teori monistik dan kelompok teori
fakulti. Kelompok teori monistik melihat sumber jiwa beragama manusia
merupakan sebuah kesatuan dalam jiwa manusia. Sementara kelompok teori
fakulti melihat sumber jiwa beragama manusia merupakan gabungan dari
berbagai unsur kejiwaan dalam diri manusia.1
A. Teori Monistik
Menurut teori monistik sumber kejiwaan agama hanya ada satu.
Dan dari satu sumber tersebut ada yang lebih dominan sebagai sumber
kejiwaan agama. Ada beberapa pendapat yang dikemukakan sebagai
berikut:2
1. Thomas Van Aquino
Menurutnya, yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah berfikir.
Manusia bertuhan karena mereka berfikir. Kehidupan beragama
merupakan refleksi dari kehidupan berfikir manusia itu sendiri.
Pendapat ini masih ada sampai sekarang yang mana, para ahli
mengunggulkan rasio sebagai satu-satunya motif yang menjadi sumber
agama.
2. Fredrick Hegel
Hampir sama dengan pendapat Thomas. Agama adalah suatu
pengetahuan yang sungguh-sungguh benar dan tempat kebenaran
abadi. Berdasarkan hal tersebut agama semata-mata merupakan hal-hal
atau persoalan yang berhubungan dengan pikiran.
3. Fredrick Schleimacher
Yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah rasa ketergantungan
yang mutlak (sense of depend). Dengan adanya rasa ini maka manusia
merasa dirinya lemah. Kelemahan ini menyebabkan manusia selalu
bergantung kepada suatu kekuasaan yang berada diluar dirinya.
1
Masganti Sit, Psikologi Agama, (Medan: Perdana Publishing, 2015), 25.
2
Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), 21.
Manusia merasa tidak berdaya menghadapi tantangan-tantangan yang
dialami, makanya mereka menggantung harapannya kepada suatu
kekuasaan yang mereka angap mutlak adanya. Rasa ketergantungan ini
dapat dibuktikan dengan adanya upacara keagamaan dan pengabdian
kepada sesuatu yang kekuasaanyang mereka namakan Tuhan.3
4. Rudolf Otto
Sumber jiwa agama adalah rasa kagum yang berasal dari The
Whaly Other (yang sama sekali lain), jika seseorang dipengaruhi oleh
rasa kagum terhadap sesuatu yang dianggapnya lain dari yang lain,
maka keadaan mental seperti itu oleh Otto disebut
“Numinous”. Perasaan itulah menurut R. Otto sebagai sumber dari
kejiwaan agama manusia.
5. Sigmund Freud
Unsur kejiwaan yang menjadi sumber keiwaan agama adalah lidido
sexual (naluri seksual). Berdasarkan lidibo ini timbulah ide tentang
Tuhan dan upacara keagamaan, melalui proses:
a. Oedipus Complex
Oedipus Complex yaitu mitos Yunani kuno yang
menceritakan bahwa karena perasaan cinta kepada ibunya, maka
Oedipus membunuh ayahnya. Setelah ayahnya mati timbullah rasa
bersalah pada diri sendiri.
b. Father Image (cinta bapak)
Setelah membunuh bapaknya Oedipus dihantui rasa
bersalah, lalu timbul rasa penyesalan. Perasaan itu menerbitkan ide
untuk membuat suatu cara sebagai penebus kesalahan manusia
yang mereka lakukan. Timbullah keinginan untuk memuja arwah
ayah yang telah dibunuh itu. Realisasi dari pemujaan itulah
menurutnya sebagai asal dari acara kegamaan.
Sigmund Freud bertambah yakin akan kebenaran
pendapatnya berdasarkan kebencian setiap agama terhadap dosa.4
6. William Mac Dougall
3
Ibid,.........22.
4
Ibid,.........23-24.
Sebagai salah seorang ahli Psikologi Insting, Ia berpendapat bahwa
memang insting khusus sebagai sumber agama tidak ada. Ia
berpendapat, sumber jiwa keagamaan adalah kumpulan beberapa
insting, dimana pada diri manusia terdapat 14 insting dan agama
timbul dari dorongan insting yang terintegrasi. Namun demikian teori
insting agama ini banyak mendapat bantahan dari para ahli psikologi
agama. Alasannya, jika agama merupakan insting, maka setiap orang
tanpa harus belajar agama pasti akan terdorong secara spontan
kegereja, begitu mendengar lonceng gereja. Tetapi kenyataannya tidak
demikian.5

5
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), 57.

Anda mungkin juga menyukai