Anda di halaman 1dari 2

Resume

Pengertian Psikologi Islam


Oleh: Dr. Jarman Arroisi, M.Ud
26 Juni 2023

Mengapa perlu dilakukan islamisasi sains sosial? Bagaimana caranya? Ini menjadi permasalahan
epistemologi sekuler yang tidak memperhatikan dimensi spiritual. Hegemoni peradaban Barat yang
didominasi oleh pandangan hidup saintifik memiliki dampak positif dan negatif. Bagaimana kita bisa
eksis dalam epistemologi Barat?

Berbicara tentang epistemologi, kita harus membicarakan persoalan yang mendasar untuk dijadikan
bahasan. Persoalan fisika dan metafisika adalah persoalan epistemologi yang tidak melibatkan wahyu.

Standar kompetensi:

Mahasiswa mengetahui bahaya epistemologi Barat modern-sekuler sebagai dasar untuk memahami
pentingnya psikologi Islam yang dihadirkan dalam tradisi intelektual Islam, baik secara individual
maupun kolektif.
Mahasiswa mengetahui konsep-konsep kunci dalam Islam dan hubungannya dengan psikologi.
Ruang lingkup:

Materi islamisasi ilmu sosial ini dimulai dengan mengkaji epistemologi Barat modern-sekuler.
Kajian perilaku dari perspektif psikologi Barat modern:

Materi sosial, material, dan manusia merupakan faktor penting. Sumber energi manusia adalah ego,
aspek rasional, dan aspek moral yang digunakan.
Akar pemikiran psikologi Barat modern terletak pada pemahaman jiwa. Plato menyatakan bahwa jiwa
adalah substansi yang tinggi, sedangkan Aristoteles berpendapat bahwa jiwa adalah inti dari manusia.
Fokus ilmu pengetahuan:

René Descartes menyatakan, "Aku berpikir, maka aku ada" (rasio menjadi sumber kebenaran
berpikir). Pandangan ini diikuti oleh Thomas Hobbes dan lain-lain.
Immanuel Kant berpandangan bahwa pengetahuan adalah hasil dari proses yang terus berkembang.
Murid Hegel, Ludwig Feuerbach, menganggap prinsip filsafat yang paling tinggi adalah manusia.
Agama Kristen menyatukan bahwa Tuhan adalah manusia.
Karl Marx terpengaruh oleh pendapat Feuerbach dan menyatakan bahwa agama adalah keluhan,
candu, dan sekuler, dengan ekonomi sebagai primer.
Karl Marx memuji Robert Darwin.

Menurut Robert Charles Darwin, Tuhan tidak berperan dalam penciptaan manusia. Asal manusia
adalah spesies, bukan Tuhan, melainkan adaptasi terhadap lingkungan.
Auguste Comte menganggap agama sebagai bentuk kebodohan atau keterbelakangan. Manusia
berkembang melalui fase teologis, di mana fenomena dihasilkan oleh kekuatan gaib metafisik, dan
fase saintifik, di mana fenomena dihasilkan oleh kekuatan abstrak/entitas nyata. Manusia tidak
mampu menghasilkan kebenaran yang mutlak.
Pemahaman ateis berkembang dan masuk dalam aliran psikologi.

Aliran psikoanalisis Sigmund Freud menyatakan bahwa doktrin agama adalah ilusi yang tidak sesuai
dengan realitas dunia.
William James berpendapat bahwa manusia terdiri dari diri materi, diri sosial, dan diri spiritual.
Ekspresi berpakaian merupakan ekspresi spiritual manusia yang sesungguhnya.
Aliran behavioris menyatakan bahwa perilaku seseorang bergantung pada rangsangan/respon yang
diterima dari lingkungan sekitar.
Kepribadian dalam psikologi modern:

Menurut Sigmund Freud, id adalah sumber energi kepribadian, sedangkan ego dan superego adalah
bagian-bagian yang membentuk kepribadian.
Paham humanis (Abraham Maslow) menyatakan bahwa manusia akan berada dalam martabatnya jika
semua kebutuhannya terpenuhi. Ketika seseorang mencapai puncak kemampuannya, dia menjadi
manusia yang bermartabat.
Perspektif B.F. Skinner menyatakan bahwa perilaku seseorang tergantung pada stimulasi/respon yang
diterima dari lingkungan sekitar.
Kepribadian dalam perspektif Darwin:

Menurut Darwin, manusia berasal dari kera. Pandangan ini dikenal dengan teori Darwin dan Harun
Yahya: "Kami telah menciptakan kamu."
Kajian jiwa dalam filsafat Muslim:

Al-Kindi menyatakan bahwa substansi jiwa berbeda dengan badan. Ibnu Sina berpendapat bahwa jiwa
adalah keempurnaan yang menjadi jati diri manusia. Al-Ghazali berpendapat bahwa jiwa adalah
kesempurnaan pertama dan manusia melakukan ikhtiar.
Esensi manusia dalam Islam terdiri dari ruh, nafas, akal, dan qalbu. Ini adalah yang dikaji dalam
psikologi Islam (Psikologi Islam oleh Jarman Arroisi).

Ketika di sebut sain maka yang terlintas di pikiran adalah pengetahuan, hal yang empiris
Ilmu dengan sain itu beda
Visi unida adalah islamisasi sain Ilmu pengetahuan kontemporer untuk S1, S2, S3

Anda mungkin juga menyukai