Anda di halaman 1dari 124

STRATEGI ORANG TUA DALAM MENCEGAH PERILAKU

PENYIMPANGAN PADA ANAK (STUDI KASUS PADA


SISWA KELAS III MI JAMALUDDIN BAGIK NYAKA
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Oleh :

SITI ULYA
NIM.170106158

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2021
STRATEGI ORANG TUA DALAM MENCEGAH PERILAKU
PENYIMPANGAN PADA ANAK (STUDI KASUS PADA
SISWA KELAS III MI JAMALUDDIN BAGIK NYAKA
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk


melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

SITI ULYA
NIM.170106158

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2021

2
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi oleh: Siti Ulya, NIM: 170106158 dengan judul “Strategi Orang
Tua Dalam Mencegah Perilaku Penyimpangan Pada Anak (Studi Kasus
Pada Siswa Kelas III MI Jamaluddin Bagik Nyaka) Tahun Pelajaran
2020/2021” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Nujumuddin, M.Pd Ahmad Khalikul


Khairi, M.Ag
NIP. 196206141992031003 NIP.
197401262007011010

Nota Dinas Pembimbing

Mataram:

Hal : Ujian Skripsi

3
Yang Terhormat
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
di Mataram
Assalamua’alaikum, Wr, Wb.
Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan
koreksi, kami berpendapat bahwa skripsi Saudara :
Nama Mahasiswa : Siti Ulya
NIM : 170106158
Jurusan/Prodi : PGMI
Judul : “Strategi Orang Tua Dalam Mencegah
Perilaku Penyimpangan Pada Anak (Studi
Kasus Pada Siswa Kelas III MI Jamaluddin
Bagik Nyaka) Tahun Pelajaran 2020/2021”.
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang
munaqasyah skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat
segera di-munaqasyah-kan.

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. H. Nujumuddin, M.Pd Ahmad Khalikul Khairi,


M.Ag
NIP. 196206141992031003 NIP. 197401262007011010

4
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Siti Ulya


NIM : 170106158
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Strategi Orang Tua


Dalam Mencegah Perilaku Penyimpangan Pada Anak (Studi Kasus Pada
Siswa Kelas III MI Jamaluddin Bagik Nyaka) Tahun Pelajaran
2020/2021” ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya
sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya. Jika saya
terbukti melakukan plagiat tulisan/karya orang lain, siap menerima sanksi
yang telah ditentukan oleh lembaga.

Mataram,
Saya Menyatakan,

Siti Ulya

5
6
MOTTO

‫فَ ِإ َّن َم َع الْ عُ ْس ِر يُ ْس ًر ا‬


“Karena sesungguhnya setelah kesulitan ini ada kemudahan”
(Q.S Al-Insyirah Ayat 5) 1

1
Depang RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Semarang: Kumudasmoro Graindo,
1994) hlm.1072.

7
PERSEMBAHAN

“Skripsi ini ku persembahkan untuk: Kedua


orang tuaku Bapak Jumaah dan Ibu Haenayah yang
telah membesarkan dan merawatku, terimakasih
telah memberikan kasih sayang, dukungan dan
motivasi untuk putrinya ini dan pastinya yang selalu
memanjatkan do’a untukku setiap hari dan
malamnya sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan”.

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita
bisa melakukan aktivitas dengan baik, sehat wal’afiat khususnya kepada
penulis sehingga skripsi yang berjudul tentang “Strategi Orang Tua Dalam
Mencegah Perilaku Penyimpangan Pada Anak (Studi Kasus Pada Siswa

8
Kelas III MI Jamaluddin Bagik Nyaka) Tahun Pelajaran 2020/2021” ini
bisa selesai dengan baik.
Tidak lupa juga penulis sampaikan salam dan shalawat kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW telah mengayomi kita semua
dengan cinta kasih serta perjuangan beliau sehingga kita bisa menghirup
udara segar ini dengan penuh nikmat yang takakan mampu kita
menghitungnya.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak lepas
dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. H. Nujumuddin, M.Pd, sebagai pembimbing I dan Bapak
Ahmad Khalikul Khairi, M.Ag sebagai pembimbing II yang telah
sabar dan ikhlas membimbing penulis sehingga skripsi ini bisa
diselesaikan dengan baik.
2. Bapak Dr. Muammar, M.Pd sebagai ketua jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyyah.
3. Ibu Ramdhani Sucilestari, M.Pd sebagai sekretaris jurusan Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyyah.
4. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan bimbingan kepada
penulis selama melakukan studi di Universitas Islam Negeri Mataram.
5. Bapak Prof Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag selaku rektor UIN Mataram
yang telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan untuk mencapai
visi yang sudah ditetapkan.
6. Bapak Dr. Jumarim M.HI selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Mataram.
7. Bapak Kepala Madarasah Dr. Mahrarni dan Keluarga besar MI
Jamaluddin Bagik Nyaka yang senantiasa memeberikan tempat dan
kemudahan kepada penulis dalam mengumpulkan data menjadi fakta
yang di butuhkan.
8. Untuk Kakaku Yu’aini Faizah S.Pd dan Adik ku Haeril Apriandi yang
selalu memberikanku semangat dan Do’a dalam menyelesaikan
Skripsi ini.
9. Teman- temanku PGMI D angkatan 2017, teman- teman kosku yang
mendampingi penulis selama perjalanan dari awal perkuliahan sampai
tahap penulisan penelitian ini.

9
Semoga segala bantuan, motivasi serta doa yang diberikan
mendapat balasan yang lebih besar dari Allah SWT teriring Doa
Jazakumullah khairin katsiran.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi ilmu maupun dari segi penulusan, oleh karena itu
peneliti berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari dosen
pembimbing dan pembaca dalam usaha penyempurnaan penulisan skripsi
ini.
Akhirnya dengan segala kekurangan dan kelebihan, semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat dan mendapatkan ridho Allah SWT Amin.

Mataram, 29
September 2021

Siti Ulya
170106158

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...........................................................................................i
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................iii
NOTA DINAS PEMBIMBING............................................................................iv

10
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...............................................................v
HALAMAN MOTTO..........................................................................................vii
HALAMAN PERSEMBAHAN.........................................................................viii
KATA PENGANTAR............................................................................................x
DAFTAR ISI..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
ABSTRAK............................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................................................6
D. Ruang Lingkup................................................................................................8
E. Telaah Pustaka................................................................................................9
F. Kerangka Teori..............................................................................................11
1. Strategi Orang tua....................................................................................11
a. Pengertian Strategi............................................................................11
b. Pengertian Orang Tua.......................................................................12
2. Strategi Menanggulangi Kenakalan.........................................................14
3. Perilaku menyimpang..............................................................................17
a. Pengertian Perilaku...........................................................................17
b. Perilaku Menyimpang.......................................................................18
c. Teori Perilaku Menyimpang.............................................................19
d. Ciri- Ciri Perilaku Menyimpang.......................................................21
e. Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang...........................................23
f. Jenis- jenis Perilaku Menyimpang....................................................26
G. Metode Penelitian..........................................................................................29
1. Jenis Penelitian......................................................................................30
2. Kehadiran Peneliti Lokasi Penelitian ...................................................31
3. Lokasi Penelitian...................................................................................32
4. Sumber Data..........................................................................................32
5. Tehnik Pengumpulan Data....................................................................32
6. Tehnik Analisi Data...............................................................................34
H. Keabsahan Data.............................................................................................40
I. Sistematika Pembahasan...............................................................................40
BAB II PAPARAN DAN TEMUAN...................................................................44

11
A. Gambaran Umum MI Jamaluddin Bagik Nyaka.........................................44
1. Profil Mi Jamaluddin Bagik Nyaka.......................................................44
2. Visi Dan Misi Mi Jamaluddin Bagik Nyaka.........................................44
3. Keadaan Gru Madrasah Ibtidaiyah Jamaluddin Bagik Nyaka...............46
4. Keadaan Sarana Dan Prasarana Mi Jamaluddin Bagik Nyaka ............47
B. Hasil Penelitian............................................................................................48
1. Bentuk PerilakuMenyimpang Yang Terjadi di MI Jamaluddin
Bagik Nyaka.........................................................................................48
2. Faktor penyebab terjadinya penyimpangan pada iswa kelas
III MI jamaluddin Bagiknyaka..............................................................54
3. Strategi Orang Tua Dalam Mencegah Perilaku
Penyimpangan
4. (Studi Kasus Kelas III MI Jamaluddin Bagik Nyaka)..........................59
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................70
A. Bentuk Penyimpangan Perilaku Yang Terjadi Di Kelas III MI
Jamaluddin Bagik Nyaka..............................................................................70
B. Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Menyimpang Pada Siswa
Kelas
III MI Jamaluddin Bagik Nyaka .................................................................72
C. Strategi Orang Tua Dalam Mencegah Perilaku Menyimpang Di MI
Jamaluddin Bagik Nyaka..............................................................................74
BAB IV PENUTUP..............................................................................................90
A. Kesimpulan............................................................................................90
B. Saran......................................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

12
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Data Guru Dan Pegawai MI Jamaluddin Bagik Nyak, 47.
Tabel 2.3 Sarana Dan Prasarana MI Jama Ludiin Bagik Nyaka, 48

13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Wawancara Kepala Sekolah
Lampiran 2 Instrumen Wawancara Waka Kurikulum
Lampiran 3 Instrumen Wawancara Guru Kelas III
Lampiran 4 Instrumen Wawancara Siswa
Lampiran 5 Surat Rekomendasi Penelitian
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian
Lampiran 9 Surat Permohonan Rekomendasi Penelitian Ke
Bakesbangpoldagri Prov NTB,
Lampiran 10 Surat Balasan Penelitian Dari MI Jamaluddin Bagik Nyaka
Lampiran 11 Kartu Konsultasi Skripsi,
Lampiran 12 Surat Keterangan Plagiasi,

14
STRATEGI ORANG TUA DALAM MENCEGAH PERILAKU
PENYIMPANGAN PADA ANAK (STUDI KASUS PADA
SISWA KELAS III MI JAMALUDDIN BAGIK NYAKA
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Oleh :
Siti Ulya
NIM.170.106.158

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah perilaku menyimpang


yang dilakukan siswa khususnya siswa kelas III yang ada di MI Jamaludiin
bagik nyaka. Penyebabnya pun bermacam-macam baik dari dalam diri siswa
itu sendiri maupun dari luar individu. Sehingga di dalam lingkungan
sekolah, selain mengajarkan ilmu pengetahuan guru pun dituntut untuk
mendidik siswa dengan mengajarkan berbagai macam peraturan dan norma
yang berlaku dan pentingnya untuk orang tua untuk selalu menanamkan ilmu
agama dalam diri anak karena tidak semua hal di dapatkan dalam lingkungan
sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan bentuk
penyimpangan perilaku yang dilakukan siswa kelas III, 2) faktor penyebab
penyimpangan perilaku siswa kelas III, 3) strategi orang tua dalam
mencegah perilaku menyimpang pada siswa kelas III di MI Jamaluddin
Bagik Nyaka.
Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif jenis
penelitian study kasus. Subjek penelitian ini adalah siswa berperilaku
menyimpang. Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.Analisis data kualitatif
dilakukan dengan cara mengumpulkan data, memaparkan data, dan
kemudian menarik kesimpulan.
Dari hasil penelitian di peroleh kesimpulan sebagai berikut: 1)
penyimpangan yang dilakukan siswa kelas III di MI Jamaluddin Bagik
Nyaka yaitu penyimpangan yang bersifat ringan (Terlambat kesekolah,
bolos, atribut tidak lengkap, tidak mengikuti tahfiz, dan jajan di luar
sekoalah saat jam pelajaran) dan penyimpangan bersifat berat (mencuri di
kelas, dan berkelahi), 2) faktor penyebabnya adalah faktor keluarga, faktor
individu, teman sepergaulan, lingkungan masyrakat, dan media massa, 3)
strategi yang di lakukan oleh orang tua dalam mencegah perilaku
menyimpang yaitu dengan strategi preventif, refrensif, dan kuratif.
Kata Kunci : Perilaku Menyimpang.

15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu
lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini yang
mencangkup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan
intelektual dan nilai-nilai. Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan
alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat dan
sekaligus dukungan kadang-kadang juga menjadi hambatan bagi
berlangsungnya proses pendidikan.2
Pendidikan bertujuan untuk membentuk individu mencapai
perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Dan melalui pendidikan mampu mewujudkan generasi
muda yang berkualitas baik dalam bidang akademis, religius,
maupun moral. Pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa:
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mampu mengembangkan
potensinya untuk memiliki kekutan spritual keagamaan,
pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, ahklak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bagsa dan negara..3

Dalam Undang-Undang di atas tersurat bahwa berakhlak


mulia juga menjadi salah satu indikator dari tujuan pendidikan
Nasional Indonesia, hal tersebut merupakan usaha preventif yang
dilakukan Negara untuk mengendalikan perilaku penerus bangsa
agar tidak sampai melakukan tindakan- tindakan menyimpang
yang akan merugikan diri dan bangsanya.
Pendidikan keluarga termasuk juga pendidikan
masyarakat, karena disamping keluarga itu sendiri sebagai

2
Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Karisma
Putra Utama, 2016), hlm. 23.
3
 Pidarta Made, Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidkan
Bercorak Indonesia, (Jakarta:Rineka Cipta, 1997), hlm. 11.

16
kesatuan kecil dari bentuk kesatuan-kesatuan masyarakat, juga
karena pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya
sesuai dan dipersiapkan untuk kehidupan anak-anak itu
dimasyarakat kelak. Karena anak adalah anggota keluarga, dimana
orang tua adalah pemimpin keluarga, sebagai penanggung jawab
atas keselamatan warganya di dunia khususnya di akhirat, maka
orang tua wajib mendidik anak-anaknya..4
Karena keluarga itu merupakan ajang pertama dimana sifat-
sifat keperibadian anak bertumbuh dan terbentuk. Seseorang akan
menjadi masyarakat yang baik sangat tergantung pada sifat-sifat
yang tumbuh dalam keluarga dimana anak dibesarkan, sehingga
pendidikan keluarga itu merupakan dasar terpenting untuk
kehidupan anak sebelum masuk sekolah dan terjun ke dalam
masyarakat.5
Menekankan pentingnya pendidikan keluarga merupakan
salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
pendidikan seumur hidup karena pendidikan merupakan kewajiban
bersama antara orang tua, masyarakat dan pemeritah.6
Anak adalah mahluk yang sedang tumbuh, oleh karena itu
pendidikan penting sekali karena mulai sejak bayi belum dapat
berbuatsesuatu untuk kepentingan dirinya, baik untuk
mempertahankan hidup maupun merawat diri semua kebutuhan
tergantung orang tua. Oleh sebab itu anak/bayi manusia
memerlukan bantuan, tuntunan, pelayanan, dorongan dari orang
lain demi mempertahankan hidup dengan mendalami belajar tahap
demi setahap untuk memperoleh kepandaian, keterampilan dan
pembentukan sikap dan tingkah laku sehingga lambat laun dapat
berdiri sendiri yang semua itu memerlukan waktu yang cukup
lama.7

4
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyanti, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2003), hlm. 177.
5
Ibid, hlm. 178.
6
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan
Nasional di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), hlm. 17.
7
Ibid, hlm. 23.

17
Perilaku anak dapat dipengaruhi oleh faktor pribadi maupun
lingkungan, Seperti pendapat Fhilip Graham,8 faktor penyebab
perilaku dibagi menjadi dua, yang meliputi faktor pribadi yaitu
faktor yang terdapat dalam diri seseorang yang merupakan bawaan
sejak lahir. Misalnya faktor bakat yang mempengaruhi
temperamen dan ketidak mampuan seseorang dalam menyesuaikan
diri. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan seperti
pergaulan dengan teman, kemiskinan, lingkungan sekolah dan
pengasuhan dalam keluarga. Sikap seseorang merupakan sesuatu
yang tidak dibawa sejak lahir, tetapi dibentuk atau dipelajari,
seperti dari orang tua, orang-orang sekitarnya, atau dari
masyarakat. Sikap dibentuk atau dipelajari terhadap objek terentu
misalnya sikap terhadap norma yang ada dalam masyarakat, sikap
terhadap keluarga berencana, sikap terhadap anak, sikap terhadap
orang tua, atau sikap terhadap orang asing. Karena sikap itu
dibentuk atau dipelajari maka sikap dapat mengalami perubahan.
Orang dapat mengubah sikap disesuaikan dengan perilaku, namun
sebaliknya orang dapat mengubah perilaku sesuai dengan sikapnya
yang akhir ini (mengubah perilaku sesuai dengan sikapnya).
Berdasarkan hasil observasi di MI Jamalludin Bagik Nyaka.
Peneliti mendapati permasalahan yang dihadapi di Madrasah
tersebut baik dari segi kongnitif maupun afektif. Adapun
permasalahan yang berkaitan dengan aspek kongnitif yaitu terdapat
siswa berinisial “R” yang masih tertinggal dengan teman yang lain
siswa”R” masih kesulitan dalam memahami pembelajaran dan
menjawab soal.
Selain permasalahan kongnitif, “R” juga memiliki
permasalahan yang berkaitan dengan ranah afektif “R” berperilaku
menyimpang (pencurian) “R” didapati berapa kali mengambil
barang milik temannya seperti kotak pensil dan uang saku
temannya tanpa izin.
Sikap efektif yang kurang sesuai dengan norma lainnya
juga ditunjukkan oleh “R” seperti sikap malas belajar,
mengerjakan PR,dan menggangu teman saat pembelajaran di

8
Ibid, hlm. 24.

18
dalam kelas sehingga ia sering sekali mendapat teguran dari
gurunya.9
Guru menggungkapkan bahwa sikap yang kurang sesuai
dengan norma tersebut di duga disebabkan kurangnya perhatian
orang tua terhadap anak. Bentuk kurangnya perhatian orang tua di
rumah yaitu orang tua jarang menayakan kegiatan anak di sekolah
dan kurang menjalin komunikasi dengan sekolah terkait prestasi
perilaku anak di sekolah sehingga perilaku-perilaku tersebut timbul
pada diri anak itu sendiri. Wali kelas mengatakan bahwa selain
perhatian orang tua yang kurang, faktor lingkungan yang tidak baik
juga dapat mempengaruhi perilaku anak tersebut karena sebagian
besar pekerjaan di lingkungan anak tersebut bisa dikatakan kurang
baik. Karena sebagian besar masyrakat yang tinggal di lingkungan
tersebut tidak memiliki pekerjaan tetap.
Mengigat pentingnya peran siswa sebagai generasi penerus
bangsa tentunya diperlukan strategi-strategi orang tua dalam
menangani dan mencegah perilaku penyimpangan yang dilakukan
siswa. Di MI Jamaluddin Bagik Nyaka yang terletak dilingkungan
dimana sebagian besar orang tua atau ibu siswanya banyak yang
bekerja sebagai pedagang atau bekerja diluar negeri sebagai tenaga
kerja wanita yang menyebabkan siswa kurang mendapatkan
perhatian dirumah, selain itu lingkungan tempat tinggal juga sangat
berpengaruhi prilaku siswa dilingkungan sekolah menjadi
menyimpang. Maka masalah tersebut mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian terhadap orang tua dan siswa/siswi di MI
Jamaluddin Bagik Nyaka. Peneliti ingin melihat lebih dekat
strategi atau cara orang tua dalam mencegah perilaku
penyimpangan yang dilakukan siswa.10 Oleh karena itu, peneliti
mengambil judul “Strategi orang tua dalam mencegah perilaku
penyimpangan pada anak (studi kasus siswa kelas III) MI
Jamalludin Bagik Nyaka Tahun Pelajaran 2021”.

B. Rumusan Masalah
9
MI Jamaluddin Bagik Nyaka, Observasi, 2 Januari 2021.
10

19
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dalam
penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk penyimpangan perilaku siswa MI
Jamaluddin bagik nyaka (studi kasus kelas III)?
2. Apa Saja faktor penyebab perilaku penyimpangan siswa (Studi
kasus kelas III) di MI Jamaluddin Bagik Nyaka?
3. Bagaimana strategi orang tua dalam mencegah perilaku
penyimpangan pada anak yang berperilaku menyimpang di MI
Jamaluddin Bagik Nyaka?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian
bertujuan untuk:
a. Mengetahui bentuk penyimpangan perilaku siswa kelas III
di MI Jamalludin Bagik Nyaka.
b. Mengetahuai Faktor penyebab terjadinya perilaku
penyimpangan pada anak (siswa kelas III) di MI
Jamaluddin Bagik Nyaka.
c. Mengetahui strategi orang tua dalam mencegah
penyimpangan perilaku anak di MI Jamalludin Bagik
nyaka.
2. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan
kontribusi bagi pihak-pihak yang bersangkutan diantaranya:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi dan dapat dijadikan bahan kajian tentang
strategi orang tua dalam mencegah perilaku
penyimpangan yang dilakukan peserta didik.
b. Manfaat praktis
1) Bagi Lembaga dan Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi dalam mengetahui bentuk penyimpangan
perilaku dan norma yang dilakukan peserta didik serta
menjadi bahan masukan kepada pihak sekolah dan guru

20
dalam menanggulangi penyimpangan perilaku siswa
disekolah.
2) Bagi Orang Tua
Dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi dalam mengetahui bentuk penyimpangan
perilaku dan pelangaran norma yang dilakukan oleh
seorang anak atau peserta didik serta sebagai bahan
masukan agar (orang tua) mampu memberi masukan
dan pemahaman dalam menanggulangi peilaku
penyimpangan pada anak.
3) Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan kesiapan dalam
menghadapi dan menanggulangi penyimpangan
perilaku pada siswa yang akan datang.
4) Bagi Pihak Lain
Dapat di jadikan bahan informasi dan perbandingan
bagi peneliti yang melakukan penelitian yang sejenis.
D. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup suatu penelitian merupakan salah satu unsur
terpenting dalam sebuah penelitian pada karya ilmiah. Ruang
lingkup suatu penelitian karya ilmiah dimaksudkan untuk
memperjelas tujuan dari di lakukaknnya suatu penelitian ilmiah.
Hal ini dimaksudkan agar pembaca mengetahui cangkupan dan
fokus penelitian yang akan di lakukan peneliti.
Dalam penelitian ini peneliti telah memfokuskan kajian
tentang strategi orang tua dalam mencegah perilaku
penyimpangan pada anak (studi kasus anak pada siswa kelas III)
MI Jamalludin Bagik Nyaka Kecamatan Aikmel Kabupaten
Lombok Timur, Tahun pelajaran 2020/2021.
2. Setting Penelitian
Lokasi dan objek Penelitian ini akan dilakukan di MI
Jamaluddin Bagik Nyaka Santri Kecamatan Aikmel Kabupaten
Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Lokasi MI
Jamaluddin Bagik Nyaka ini terletak di tengah masyarakat
Bagik Nyaka Santri, sehingga 90% siswanya berasal dari anak-

21
anak masyarakat sekitar tempat tinggal. MI Jamalludin bagik
nyaka bergerak dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
agama maupun umum.
E. Telaah Pustaka
Setiap orang yang melakukan penelitian pasti memiliki
fokus permasalahan yang berbeda-beda dan beragam, begitupun
dengan penelitian ini. Untuk mencegah terjadinya duplikasi,
menjamin keaslian dan keabsahan penelitian ini, maka peneliti
melakukan telaah pustaka dari penelitian- penelitian sebelumnya,
ada beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan atau
mendekati judul penelitian ini. Hasil dari penelitian yang terdahulu
dijadikan refrensi bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini.
Adapun penelitian terdahulu diantarnya sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Gana Egar Febriyan.11
Penelitian ini meneliti tentang peran sekolah dalam
menanggulangi perilaku menyimpang siswa, dalam penelitian
tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan
dengan penelitian ini yaitu peneliti menggunakan penelitian
kualitatif, sama-sama meneliti perilaku menyimpang pada
siswa. Perbedaan dari penelitian tersebut meneliti peran
sekolah dalam menanggulangi perilaku menyimpang siswa,
serta lokasi penelitian dilaksanakan di kota Magelang.
Penelitian ini memperoleh hasil peran sekolah dalam
menanggulangi perilaku menyimpang siswa di sekolah
dilaksanakan dalam program tahunan yang berbasis karakter
yang meliputi aspek pembinaan dan pencegahan.
2. Penelitian lain yang dilakukan oleh Azmi Kusumastuti12
Penelitian ini meneliti tentang strategi sekolah dalam
menanggulangi penyimpangan perilaku siswa, dalam
penelitian ini berfokus pada strategi yang dilakukan sekolah
11
Gana Egar Febrian, “Peran Sekolah Dalam Menanggulangi Perilaku
Menyimpang Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 13 Kota Magelang,”
(Skripsi, FKIP Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2015), hlm. 12.
12
Azmi Kusumastuti, “Strategi Sekolah Dalam Menanggulangi
Penyimpangan Perilaku Siswa Di MTs Al-Azhar Sidorenggo Kabupaten
Malang, (Skripsi, FKIP Universitas Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2020).
hlm. 5.

22
dalam menanggulangi dan mencegah penyimpangan perilaku
remaja dalam penelitian ini juga memiliki persamaan dan
perbedaan. Perbedaan dari penelitian terletak pada yang
melaksanakan penanggulangan bukan masyarakat, begitu juga
yang diteliti bukan remaja secara umum melainkan siswa MTs
dan lokasi penelitian berada di Malang. Penelitian ini
memperoleh hasil faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
menyimpang siswa yang paling besar pertama adalah faktor
pertemanan, kemudian faktor keluarga, media masa, dan
lingkungan tempat tinggal.
3. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Erlin Okvianti. 13Dalam
penelitiannya Erlin Okvianti menfokuskan meneliti tentang
perilaku menyimpang pada faktor yang mempengaruhi
terjadinya penyimpangan pada siswa. Dalam penelitian ini
memiliki persamaan dan perbedaan, perbedaan dalam
penelitian ini adalah dalam penelitian yang sebelumnya hanya
fokus keperilaku menyimpang yang dilakukan siswa
sedangkan dalam penelitian ini berfokus pada strategi orang
tua dalam mencegah perilaku penyimpangan pada anak.
Persamaannya yaitu sama-sama meneliti perilaku yang
dilakukan pada anak di sekolah dasar.
F. Kerangka Teori
1. Strategi Orang Tua
a. Pengertian Strategi
Secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu
upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk sampai pada
tujuan.14Dalam istilah psikologi strategi memiliki arti
sebuah rencana yang terdiri dari seperangkat kegiatan
untuk memecahkan suatupersoalan atau untuk menggapai
suatu tujuan.15
13
Erlin Okvianti, “Studi Kasus Perilaku Menyimpang Siswa Kelas 1 SD
Negeri Ngemplak Nganti Selemen Yogyakarta,” (Skripsi, Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta, 2019), hlm. 24.
14
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011),
hlm.18.
15
Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru
(Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.24.

23
Pada dunia pendidikan strategi memiliki arti
metode, rancangan, atau serangkaian kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Strategi
juga memiliki makna sebagai rancangan yang didalamnya
terdapat seperangkat tindakan atau aktivitas yang sengaja
yang dibuat untuk suatu tujuan, sedangkan metode
merupakan suatu cara yang digunakan dalam pelaksanaan
strategi tersebut.16Strategi menurut Joni dan Hamdani
merupakan suatu ukuran untuk menciptakan suasana yang
nyaman dan mudah dalam pembelajaran sehingga siswa
mudah mencapai tujuan pembelajaran.17
Strategi juga bisa di artikan sebagai siasat, kiat, trik,
atau cara yang digunaan dalam bertindak untuk mencapai
sebuah tujuan yang telah ditentukan.18
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat
disimpulkan bahwa strategi adalah sebagai perencanaan
yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai sebuah tujuan yang diinginkan. Melalui strategi,
seseorang dapat menentukan keberhasilan dari suatu
kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada suatu proses
pembelajaran di sekolah maupun lingkungan, juga harus
memiliki strategi dalam mengatur tingkah laku seorang
anak agar proses belajar mengajar menjadi optimal,
sehingga tujuan dari pendidikan dapat dicapai secara
optimal.
b. Pengertian orang tua
Guru bukan satu-satunya pendidik bagi seorang
anak, tapi orang tua adalah orang yang paling berperan
dalam mendidik seorang anak. Karena orang tua memiliki
lebih banyak waktu dengan anak dibandingkan seorang
guru.
16
Martinis, Manajmen Pembelajaran Kelas, (Jakarta: GP Press,2009),
hlm. 135.
17
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar,(Bandung: Pustaka Setia 2006),
hlm. 18.
18
Sobry Sutikno, Strategi pembelajaran, (Jawa Barat: Cv.Adanu
Abimata, 2021), hlm. 33.

24
Orang tua dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
kata orang tua memiliki arti yaitu: Ayah dan Ibu kandung,
orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli, dsb) orang-
orang yang disegani dalam lingkungan keluarga atau
dikampung. Orang tua harus mampu menjadikan diri
mereka sebagai tauladan, pendidik dan membimbing anak-
anaknya. Mengajarkan, menilai, mengevaluasi dan
memberikan motivasi untuk anak agar bisa mencapai apa
yang diharapkan untuk anak. Karenanya orang tua harus
mampu menjaga dan mendampingi anak dalam setiap
langkah yang diambilnya. Hingga pada tahap tertentu yang
menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan
masyarakat.”19
Di dalam keluargalah kali pertama seorang anak
mendapat pengalaman awal langsung yang akan digunakan
sebagai bekal hidupnya dikehidupan yang selanjutnya
melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional dan
spiritual. Ahmad Tafsir berpendapat bahwa:
“Orang tua adalah pendidikan utama dan pertama
dalam hal penanaman keimanan bagi anak, disebut
pendidikan utama karena besar sekali pengaruhnya.
Disebut-sebut pendidikan pertama karena merekalah
yang pertama yang harus mendidik anaknya. Di
sekolah, pesantren, dan guru agama yang di undang
adalah institusi pendidikan dan orang yang sekedar
membantu orang tua”

Pendidikan berawal dari rumah, dimana seorang


anak mampu tumbuh dari didikan orang tuanya. Dan rumah
yang di dambakan oleh seorang anak adalah rumah yang
layaknya surga, yaitu suasana yang penuh kasih sayang
sehingga bisa memberikan rasa nyaman kepada anak untuh
bertumbuh kembang.Sebagai tugas dan kewajiban orang
19
Siti Maimunawati dan Muhammad Alif, Peran Guru, Orang Tua,
Metode dan Media Pembelajaran: Srategi KBM di Masa Pandemi Covid-19,
(Banten: 3M Media Karya Serang, 2020), hlm. 27.

25
tua adalah untuk membahagiakan anak di dunia sampai
dengan akhirat.
c. Peran Orang Tua
Peran orang tua ialah memenuhi kebutuhan-
kebutuhan si anak, baik dari sudut organis-psikologi, antara
lain makanan maupun kebutuhan-kebutuhan psikis, seperti
kebutuhan akan perkembangan intelektual melalui
pendidikan, kebutuhan akan rasa dikasihi, dimengerti dan
rasa aman melalui perawatan asuhan, ucapan-ucapan dan
perlakuan-perlakuan.20
Berikut ini ada beberapa peran orang tua antara lain:
1) Orang Tua Sebagai Pendidik
Orang tua berperan sebagai pendidik adalah
dengan mengasuh, membimbing, memberi teladan, dan
membelajarkan anak- anak sebagai pendidik yang
paling utama dan pertama, orang tua harus mengayomi,
memberikan motivasi, dorongan dari berbagai aspek
agar anak dapat terinspirasi menuju masa depan yang
diinginkan. Selain sebagai teman serumah juga sebagai
pendidik luar biasa yang selalu mendampingi semua
aktivitas yang dilakukan anak ketika belajar di rumah
dan mendapat tugas atau materi dari guru di sekolah.
2) Orang Tua Sebagai Pembimbing
Peran orang tua dalam mendampingi anak ini
sangat penting agar anak bisa saling berkomunikasi
dengan orang tua. Dengan dampingan orang tua, anak
akan lebih terawasi dan bisa belajar dengan efektif
berdasarkan waktu yang telah disepakati oleh orang tua
dan anak untuk belajar, meskipun belajar di rumah.
Bukan berarti orang tua harus menggantikan posisi
guru untuk mengajarkan ilmu keepada siswa, hanya
saja anak perlu didampingi orang tuanya ketika belajar

20
Siti Maemunawati dan Muhammad Alif, Peran Guru, Orang Tua,
Metode dan Media Pembelajaran: Strategi KBM di Masa Pandemi Covid-19,
(Banten: 3M Media Karya Serang, 2020), hlm. 27.

26
dirumah agar anak bisa motivasi yang lebih tinggi
untuk belajar ketika ditemani orang tuanya.21
3) Orang Tua Sebagai Contoh yang Baik/Tauladan.
Sebagai orang tua sudah menjadi kewajiban
mereka untuk menjadi contoh yang baik untuk
anaknya. Anak akan bersifat sebagaimana yang dia
lihat, terutama yang anak lihat dari kedua orang tuanya.
Dengan menjadi tauladan yang baik, orang tua sudah
mengajarkan anak untuk bersikap baik dan
menumbuhkan sikap dewasa dalam berperilaku. Anak
tidak akan ragu dalam mengambil keputusan karena dia
sudah belajar dari sikap kedua orang tuanya.

d. Macam-Macam Peran Orang Tua di Rumah


Ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh
orang tua selama dirumah bersama dengan anak mereka.
Diantaranya:
1) Memberikan suasana yang nyaman untuk anak belajar
2) Orang tua hendaknya mampu menciptakan suasana
kondusif atau nyaman, yaitu merupakan kondisi yang
diciptakan orang tua agar anak terdorong, termotivasi
dan semangat untuk belajar di rumah. Dengan sedikit
melakukan modifikasi suasana di rumah agar terasa
nyaman, aman, menyejukkan anak dapat fokus untuk
mengulang pelajaran atau mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan guru di sekolah tanpa merasa terbebani
atau sesuatu yang dipaksakan untuk dikerjakannya. Dan
Mendampingi Anak Belajar di rumah
Sebagai orang tua, sudah sewajarnya untuk
menyediakan dan mendampingi ketika anak belajar.
Anak akan merasa senang ketika mereka ditemani oleh
orang tuanya. Orang tua bisa ada disamping anak
mereka ketika anak sedang belajar di rumah. Peran
orang tua dalam mendampingi anak ini sangat penting
21
Siti Maimunawati dan Muhammad Alif, Peran ..., hlm. 32.

27
agar anak bisa saling berkomunikasi dengan orang tua.
Dengan dampingan orang tua, anak akan lebih terawasi
dan bisa belajar dengan efektif berdasarkan waktu yang
telah disepakati oleh orang tua dan anak untuk belajar,
meskipun belajar di rumah. Bukan berarti orang tua
harus menggantikan posisi guru untuk mengajarkan
ilmu keepada siswa, hanya saja anak perlu didampingi
orang tuanya ketika belajar dirumah agar anak bisa
motivasi yang lebih tinggi untuk belajar ketika ditemani
orang tuanya.22
3) Membimbing dan Menasehati Anak.
Peran orang tua dalam membimbing adalah sebagai
pendidik utama, termasuk menbimbing anak
menghadapi dunia persekolahan. Tujuan pendidikan
(bimbingan) dan pengajaran ialah membantu anak
menjadi orang dewasa mandiri dalam kehidupan
bermasyarakat. Jadi, anak harus mencapai kematangan
baik intelektual maupun emosional untuk dapat
menempuh studi tersier (akademis atau profesional).
Teras dari kematangan itu adalah kemampuan bernalar
dan bertutur yang telah terbentuk. Seseorang yang
secara bebas menyampaikan pendapatnya dan yang
kritis, mampu menilai kesimpulan-kesimpulan tanpa
terbawa oleh perasaan, dapat menjadi orang yang
berkomitmen, berani melibatkan diri, mempunyai rasa
keterbilangan (belonging). Jadi tujuan usaha bimbingan
sungguh luhur. Maka membimbing mencapai tujuan
tersebut sungguh berat.

4) Berkomunikasi Dengan Guru


Guru adalah orang tua kedua setelah orang tua yang
ada di rumah. Orang tua dan guru dapat bekerjasama
untuk membimbing anak agar tumbuh dan berkembang
dengan baik. Mereka berdua harus melakukan
komunikasi antara keduanya. Orang tua bisa bertanya
22
Siti Maimunawati dan Muhammad Alif, Peran ..., hlm. 36.

28
kepada guru seperti apa perkembangan anaknya di
sekolah dan orang tua pun bisa meminta solusi atas
masalah yang dihadapi oleh orang tua ketika anak
berada di rumah.
Komunikasi antara orang tua dan guru akan sangat
berguna bagi pertumbuhan anak, dan sangat dibutuhkan
dalam mendidik anak. Dengan komunikasi yang baik,
guru dan orang tua akan terhindar dari kesalahpahaman
yang disebabkan karena ketidak tahuan mereka masing-
masing.23
2. Strategi Menanggulangi Kenakalan
Dalam menanggulangi kenakalan siswa menurut
Singgih D.Guarsa dalam jurnal Muh.Iqbal ada beberapa
strategi untuk menanggulangi kenakalan pada siswa, antara
lain.24
a. Tindakan Preventif
Tindakan prepentif merupakan tindakan yang
bertujuan mencegah perilaku penyimpangan yang
dilakukan oleh siswa.

b. Tindakan Refresif
Tindakan refresif merupakan tindakan yang
dilakukan untuk mencegah perilaku penyimpangan
atau menghalangi terjadinya penyimpangan yang lebih
parah yang terjadi pada siswa.
c. Tindakan Kuratif
Tindakan kuratif dan biasa disebut rehabilitasi
merupakan tindakan untuk merevisi atau perbaikan
akibat perbuatan menyimpang yang terjadi dengan cara
memberikan pendidikan dan pengarahan kepada
meraka yang melakukan penyimpangan (merubah
keadaan yang salah menuju keadaan yang benar).

23
Ibid, hlm. 37.
24
 Muh.Iqbal, ”Penanggulangan Perilaku Menyimpang”, Jurnal, Vol.
17, Nomor 2, Desember 2014, hlm. 163.

29
Tindakan ini adalah tindakan terakhir dalam mengatasi
kenakalan pada siswa.”
Melalui Tri Pusat Pendidikan (keluarga, sekolah
dan mayarakat) dapat dilakukan dengan cara bekerja
sama dalam menanggulangi kenakalan anak untuk
mencapai tujuan baik dilakukan oleh para pendidik.
orang tua,masyrakat, pemuka agama, penegak hukum,
psikolog, dokter, dan pejabat pemerintahan baik secara
prentif, refresif dan kuratif.25
Strategi dalam menanggulangi kenakalan dapat
dilakukan dengan cara, sebagai berikut:26

a. Lingkungan keluarga
Keuarga memiliki peranan penting dalam upaya
mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang
penuh dengan kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-
nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang
diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk
mempersiapkan anak menjadi pribadi yang baik dan
anggota masyrakat yang sehat.27
Keluarga merupakan tempat pendidikan yang
pertama bagi seorang anak, dimana anak dilahirkan dan
dibesarkan ditempat itulah anak memperoleh
pengetahuan pertama dan belajar hal- hal yang
menunjang perkembangan diri selanjutnya. Orang tua
sebagai contoh keluarga dalam mengambil kebijakan
serta mencegah kenakalan anggota keluarganya dengan
cara, memberikan contoh yang baik dalam tumbuh
kembang seorang anak.

b. Lingkungan Sekolah

25
Gunawan,Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Tentang Problem
Pendidikan, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2010), hlm. 95.
26
Ibid, hlm. 95.
27
Tjipto Subadi, Sosiologi, ( Surakarta: 2008), hlm.31

30
Menurut Dreben, dalam lembaga pendidikan formal
seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung.
Aspek-aspek lain juga yang dipelajari adalah aturan-
aturan kemandirian, prestasi, dan ke khasan. Di
lingkungan rumah seorang anak seorang anak
mengharapkan bantuan dari orang tuannya dalam
melaksanaakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah
sebagian besar tugas sekolah harus di lakukan sendiri
dengan penuh rasa tanggung jawab.28
Tindakan pencegahan secara preventif adalah
menjaga keharmonisan hubungan aktifitas akademik
dengan melibatkannya dalam kesibukan-kesibukan kecil
sampai besar yang mensukseskan sehingga tidak
menimbulkan rasa patah semangat atau kebencian pada
tugas, khususnya dalam tugas akademik. Secara refrensif
dan kuratif harus di lakukan penyembuhan pada siswa
atapun anak.
c. Di lingkungan Masyarakat
Berdasarkan keluhan-keluhan yang ada di
masyarakat khususnya para orang tua dan guru tentang
kesulitan mereka dalam mengendalikan dan
meningkatkan minat belajar siswa karena semakin
meningkatnya tayangan TV yang perlu ditinjau kembali
mengenai jadwal penayangan acara termasuk radio
pemerintah atau swasta pada jam-jam belajar (jam
07.00-12.00 dan 18-00-20.00) hendaknya ditanyangkan
atau disiarkan. Acara yang bersifat akademis atau
penunjang pendidikan, sehingga anak dapat melakukan
kegiatan belajar lebih insentif.29
Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
strategi yang diterapkan untuk mencegah/meanggulangi
kenakalan dapat dilakukan dengan cara tindakan preventif,
persuasif, dan kuratif yang saling berhubungan dengan

28
Ibid, hlm. 28.
29
Ibid, hlm. 100.

31
melibatkan seluruh unsur pendidikan untuk mendapatkan
perubahan yang sesuai dengan harapan.
3. Perilaku Menyimpang
a. Pengertian Perilaku
Perilaku menyimpang yang juga bisa dikenal
dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau
kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan
(agama) secara individu maupun pembenarannya
sebagai bagian dari pada makhluk sosial.30
Alberto dan Trautman mengatakan perilaku
(behavior) merupakan sesuatu yang dikerjakan atau
dikatakan oleh seseorang. Hal senada juga disampaikan
Hanum Marimbi bahwa Perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati
oleh orang lain.
Marimbi berpendapat bahwa perilaku merupakan
respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi
spesifik durasi dan tujuan, baik yang di sadari maupun
tidak.
Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau
organisme itu timbul dengan sendirinya tetapi akibat
dari stimulus yang di terima oleh organime yang
bersangkutan baik stimulus eksternal atau stimulus
internal. Namun demikian sebagian besar dari perilaku
organism sebagai respons terhadap stimulus Eksternal.
Dari pendapat beberapa ahli di atas penulis dapat
simpulkan bahwa perilaku merupakan segala aktivitas
atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang individu
sebagai respons stimulus yang di terima oleh individu
yang bersangkutan baik stimulus yang internal maupun
yang eksternal.

30
Tjipto Subadi, Sosiologi, ( Surakarta: 2008), hlm.33.

32
b. Perilaku Penyimpangan
Penyimpangan sosial merupakan perilaku yang
menyimpang dapat diartikan sebagai segala tindakan
negatif yang mampu mempengaruhi individu dengan
lingkungannya serta hubungan sosialnya yang
dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan
atau norma sosial yang berlaku. Perilaku
penyimpangan juga dapat diartikan sebagai tingkah
laku yang tercela, yang dilakukan oleh individu yang
timbul akibat adanya faktor-faktor internal dan
eksternal, yang dalam hal ini biasa terjadi pada siswa.
Tindakan yang dilakukan orang-orang tidak selalu
berupa tindakan kejahatan yang besar seperti
merampok, mencuri korupsi, menganiaya. Tindakan
semacam ini dapat dikatakan sebagai penyimpangan
jamak. Melainkan bisa pula cuma berupa tindakan
pelangaran kecil-kecilan, semacam berkelahi dengan
teman, suka meludah disembarang tempat, makan
dengan tangan kiri, bolos dari sekolah dan
sebagainya.31
Menurut Robert M.Z. Lawang perilaku
menyimpang adalah semua tindakan ya ng
menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem
sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang
berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki
perilaku menyimpang.32
Menurut Dwi Narkowoko dan Bagong Suyanto
perilaku menyimpang itu adalah perilaku dari para
warga masyrakat yang di anggap tidak sesuai dengan
kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku.
Bahwa seeorang berperilaku menyimpang apabila
menurut anggapan sebagian besar masyrakat (minimal
disuatu kelompok) perilaku atau tindakan tersebut di
31
Ibid, hlm. 188.
32
M.Noor Syaid, Penyimpangan Sosial Dan Pencegahannya,
(Semarang Jawa Tengah: Alfrint, 2019), hlm. 4.

33
luar kebiasaan, adat istiadat, aturan, nilai- nilai atau
norma sosial yang berlaku.33
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa perilaku penyimpangan adalah
suatu tingkah laku menyimpang merupakan tingkah
laku yang dianggap tercela, melangar norma-norma,
nilai- nilai sosial yang dihasilkan dari suatu stimulus
negatif sehingga menyebabkan respons terhadap
tingkah laku masing- masing individu.
c. Teori Perilaku Menyimpang
Teori yang mencoba menjelaskan penyebab
kenakalan pada anak, yaitu, Lebelling (Edwin M,
Lemert): menurut teori ini seorang menjadi
menyimpang karena adanya proses Lebelling atau
pemberian cap atau sebuah julukan yang di berikan
seseorang atau masyarakat kepada seseorang. Proses
lebelling ini memebuat seseorang yang sebelumnya
tidak memeiliki kebiasaan menyimpang kemudian
menjadi terbiasa, bahkan kebeiasaan tersebut menjadi
gaya hidupnya. Contohnya seorang siswa yang bolos
sekolah satu kali kemudian dicap sebagai tukang bolos
oleh seorang guru, ataupun teman sebanya nya,
sehingga sejak saat itu, julukan pembolos melekat pada
dirinya .karena terlalu sering mendengarkan julukan
itu, ia malah terlalu sering mengulangi perbuatan
tersebut.34
Menurut James Vender Zanden perilaku
menyimpang merupakan perilaku yang dilakukan oleh
sejumlah orang yang dianggap sebagai hal yang tercela
dan di luar batas toleransi. Adapun menurut Dwi
Narkowoko dan Bagong Suyanto perilaku
menyimpang itu adalah perilaku dari para warga

33
J.Dwi Narkowoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar
dan Terapan,(Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 98.
34
Pip Jones,Dkk, Pengantar Teori-Teori Sosial, (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2016), hlm. 122.

34
masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan
kebiasaan tata aturan atau norma sosial yang berlaku.
Bahwa seorang yang berperilaku menyimpang apabila
menurut anggapan sebagian besar masyarakat, perilaku
atau tindakan tersebut di luar kebiasaan, adat istiadat,
aturan, nilai-nilai atau norma sosial yang berlaku.35
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat
disimpulakan bahwa perilaku penyimpangan adalah
suatu tingkah laku yang menyimpang merupakan
tingkah laku yang dianggap tercela, melanggar norma-
norma, nilai-nilai sosial yang di hasilkan dari suatu
stimulus negatif sehingga menyebabkan respons
terhadap tingkah laku masing-masing individu.36
d. Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang
Menurut Paul Horton Mengemukakan ada enam
ciri- ciri perilaku menyimpang yang di antaranya:
1) Penyimpangan harus dapat di definisikan, yaitu
perilaku tersebut memang bener-bener telah dicap
sebagai penyimpangan karena merugikan banyak
orang atau membikin keresahan pada masyarakat,
walaupun kenyataannya tidak semua perilaku
menyimpang merugikan orang lain. Dasar
pedomannya adalah nilai dan norma yang diakui
oleh sebagian besar mayoritas, sehingga jika
terdapat perilaku yang tidak sejalan dengan nilai-
nila dan norma subjektif masyarakat, Maka
perilaku tersebut dikatakan sebagai perilaku yang
menyimpang.
2) Penyimpang bisa diterima bisa juga ditolak, artinya
tidak semua perilaku yang menyimpang dianggap
negatif, tetapi adakalanya perilaku menyimpang itu
justru mendapatkan pujian. Seorang yang memiliki
kelebihan paling jenius diantara teman-temannya
35
M.Noor Syaid, Penyimpangan Sosial Dan Pencegahannya,
(Semarang Jawa Tengah: Alfrint, 2019), hlm. 6.
36
Tjipto Subadi, Sosiologi, (Surakarta: 2008), hlm.41.

35
adalah penyimpangan tetapi penyimpangan tersebut
justru disukai. Seperti didalam peristiwa
peperangan. Seorang prajurit yang berkhianat dan
memihak pada musuh dianggap sebagai pembelot
(menyimpang), tetapi dikalangan musuh adalah
sebagai sosok pahlawan, sebab sudah berjasa
membeberkan kelemahan musuhnya, tetapi
penyimpangan yang dilakukan tersebut tidak
menyebabkan pelaku dikucilkan oleh
masyarakatnya. Ini berarti tindakan mereka masih
bisa diterima dan ditoleransi oleh masyarakat.
3) Penyimpangan relative dan penyimpangan mutlak,
artinya tidak ada satupun manusia yang sepenuhnya
berperilaku selurus-lusrusnya sesuai dengan nilai
dan normasocialatau sepenuhnya menjadi perilaku
menyimpang. Patokan yang digunakan untuk
menentukan apakah tindakan menyimpang di
kategorikan sebagai penyimpangan mutlak atau
relatif adalah frekuensi penyimpangan yang di
lakukan. Jika perilaku menyimpang masih dapat
ditoleransi oleh banyak orang, maka perilaku
tersebut dianggap penyimpangan relatif, akan tetapi
jika tindakan penyimpangan tersebut frekuensinya
lebih besar maka tindakan yang demikian ini
digolongkan sebagai penyimpangan mutlak.
4) Penyimpangan terhadap budaya, artinya suatu
tindakan yang senyatanya jika dilihat dari budaya
yang berlaku dalam masyarakat tersebut dianggap
konfirm, namun oleh peraturan hukum positif
dianggap penyimpangan.
5) Terdapat norma-norma penghindaran dalam
penyimpangan, maksudnya dalah pola pembutan
yang dilakukan orang untuk memenuhi
keingginannya tampa harus menentang nilai dan
norma tetapi sebenrya perbuatan itu sebenernya
melanggar norma.

36
6) Penyimpangan sosial bersifat adaktif
(penyesuaian), artinya tindakan ini tidak
menimbulkan ancaman disintegrasi sosial, tetapi
justru di perlukan untuk memlihara integrasi
sosial.37

e. Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang


Dalam masa perubahan ini seorang anak sering
kali mengalami banyak permasalahan berupa
kekecewaan, kegelisahan, tekanan dan lain-lain yang
kemudian menyebabkan seorang mengeskpresikan diri
dalam menghadapi permasalahan dengan berbagai
bentuk penyimpangan, yang tujuannya menarik
perhatian orang-orang disekitarnya seperti orang tua,
guru, teman, keluarga dan masyarakat. Dari berbagai
perilaku menyimpang yang telah kita ketahui, faktor
penyebab penyimpangan perilaku pada siswa ada dua
macam yaitu ada faktor dari dalam diri siswa (intern)
dan faktor yang berasal dari lingkungan sekitar
(ekstern) yaitu38
1) Faktor Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama
seorang anak mendapatkan pendidikan juga
merupakan tempat anak untuk bersosialisasi.
Keluarga merupakan kelompok kecil dalam
masyarakat namun memiliki peran paling besar
dalam perkembangan seorang anak. Ada sejumlah
faktor yang dibutuhkan oleh seorang anak dalam
proses sosialnya. yaitu rasa aman, dihargai,
disayangi, diterima dan dibebaskan. Karena seorang
siswa juga hidup dalam lingkungan keluarga, salah
satu aspek penting yang dapat mempengaruhi
perilaku siswa didalam keluarga. Harmonis
37
Pip Jones,Dkk, Pengantar Teori-Teori Sosial, (Jakarta:Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2016), hlm. 194-196.
38
Ibid,… hlm. 24.

37
tidaknya, intensif atau tidaknya interaksi antar
keluarga akan mempengaruhi perkembangan sosial
siswa yang ada dalam keluarga.
2) Faktor Teman
Lingkungan teman sebaya merupakan suatu
interaksi dengan orang-orang yang mempunyai
kesamaan usia, hobi, lingkungan, status sosial dan
lain-lain. Karena seorang individu dalam hal ini
seorang siswa akan memiliki kelompok bermain
atau pergaulan dalam lingkungannya baik di
sekolah maupun di lingkungan diluar sekolah.
Dalam lingkungan pertemanan ini tidak semua anak
memiliki watak yang baik, ada anak-anak atau
siswa yang memiliki kebiasaan kurang baik yang
dapat mempengaruhi siswa atau temannya yang
lain.
3) Lingkungan Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan ketiga bagi
seorang siswa dan merupakan lingkungan terluas
dan banyak menawarkan pilihan.Sebagai anggota
masyarakat selalu mendapatkan pengaruh dari
lingkungannya baik secara langsung ataupun tidak
langsung, baik pengaruh yang baik maupun
pengaruh yang kurang baik.
4) Faktor Sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan
kedua seorang anak setelah keluarga. Pada usia
remaja umumnya seorang anak masih duduk
dibangku sekolah menengah pertama. Di sekolah
inilah kemudian terjadi juga interaksi antara siswa
dengan sesama siswa lainya, juga interaksi siwa
dengan guru atau pendidik. Jadi sekolah sangat
berpengaruh dalam perkembangan moral siswa.39
39
Azmi Kusumastuti, “Strategi Sekolah Dalam Menanggulangi
Penyimpangan Perilaku Siswa Di MTs Al-Azhar Sidorenggo Kabupaten
Malang, “(Skripsi, Universitas Maulana Malik Ibrahim,2020).

38
5) Faktor media masa
Fidellis Waruwu dalam singgih D. Gunarsa
menyatakan pengaruh televisi terhadap perilaku
anak–anak sangat nyata. Televisi mampu
menyentuh anak-anak dan mempengaruhi cara
berfikir serta perilaku mereka. Tanyangan televisi
mempengaruhi pola pikir, pola rasa, dan pola
tingkah laku anak-anak.
Bahwa televi sangat mempengaruhi perilaku
seorang anak apalagi orang tua tidak dapat
membatasi waktu anak untuk menonton TV,
idealnya anak cukup menonton televise selama dua
atau tiga jam sehari. Selebihnya di alihkan apada
kegiatan yang lain. Bahan tontonanpun sebaiknnya
harus melewati sensor orang tua.

f. Bentuk- bentuk perilaku menyimpang


Adapun bentuk- bentuk penyimpangan perilaku
yang dilakukan siswa dapat dikategorikan menjadi dua
perilaku yaitu:40
a) Penyimpangan Perilaku atau Kenakalan Ringan
Kenakalan ringan adalah suatu kenakalan yang
tidak sampai melanggar hukum, diataranya adalah:
1) Tidak patuh kepada orang tua dan guru
Hal ini biasanya terjadi dikalangan siswa
dimana siswa tidak segan untuk menentang apa
yang dikatakan oleh orang tua dan guru bila
yang dikatakan tidak sesuai dengan jalan
pikirannya. Pertentangan ini biasanta terjadi
ketika orang tua dan guru masih berpegang
pada nilai-nilai dan norma lama yang tidak
sesuai dengan perkembangan zaman meskipun
tujuan orang tua dan guru baik untuk diri siswa
itu sendiri.
40
Pip Jones, DKK, Pengantar Teori- Teori Sosiologi (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indoneesia.2016), hlm.122.

39
2) Bolos sekolah
Sering kita jumpai siswa yang berada diluar
kelas maupun diluar area sekolah pada jam
sekolah dengan tanpa izin, tujuannya pun
bermacam-macam mulai dari sekedar
menghilangkan kejenuhan di kelas, bermain
dengan teman diluar sekolah dan lain-lain. Hal
ini menimbulkan bayak dampak yang kurang
baik terhadap diri siswa itu sendiri seperti
kuarang menguasai plajaran karena ditinggal
membolos dan berakibat seperti prestasi
menurun.
3) Cara berpakaian
Salah satu bentuk ketaatan siswa terhadap
peraturan sekolah adalah dengan berpakaian
rapi sesuai dengan tata tertib. Akan tetapi, siswa
terutama yang berusia remaja cenderung
memiliki perilaku meniru orang lain atau idola
yang dianggap patut ditiru meskipun tidak
sesuai dengan norma atau tata tertib sekolah
b) Penyimpangan Perilaku atau Kenakalan Berat
Kenakalan ini tergolong dalam
penyimpangan perilaku berat dan kenakalan ini
biasanya sampai pada mengganggu ktentaraman
dalam masyrakat. Jika penyimpangan perilaku
ringan mingkin dampaknya hanya sebatas
lingkungan sekolah tetapi kenakalan atau
penyimpangan perilaku berat sudah berdampak
lebih luas yakni di lingkungan masyarakat.
Diantaranya adalah:

1) Mencuri
Kenakalan siswa ini dilakukan sebagai
ungkapan dari kecemasan dan tekanan batin.
Adanya pencurian dikalangan siswa sekolah
merupakan salah satu bentuk penyimpangan

40
perilaku siswa. Jika seorang siswa kanya
melakukan pencurian maka bukan berarti ia
melakukan bukan karena kekurangan uang
melainkan ungkapan dari rasa tidak puas,
kecewa atau rasa tertekan, atau bisa karena
kurang bisa mengatur keuangan yang telah
diberikan oleh orang tua beda halnya dengan
siswa yang kekurangan.
2) Perkelahian
Perkelahian antar siswa kebanyakan dipicu oleh
persoalan sepele, seperti perasaan tidak nyaman
karena diledek oleh siswa lain dari sekolah yang
sama maupun dari sekolah yang lain.
Perkelahian yang terjadi diantara siswa tersebut
sesungguhnya juga telah melanggar nilai-nilai
terpuji dalam Islam, dimana agama Islam
menganjurkan utuk setiap umatnya untuk
berbuat kasih sayang antar sesama manusia.
g. Jenis-jenis Perilaku Menyimpang
Adapun jenis-jenis perilaku menyimpang pada anak
SD/MI menurut Darwis sebagai berikut:41
1) Rasionalisasi
Dalam kehidupan sehari-hari biasa disebut
memberikan alasan. Memberikan alasan yang
dimaksud adalah memberikan penjelasan atas
perilaku yang dilakukan oleh individu dan
penjelasan tersebut biasanya cukup logis tapi pada
dasarnya apa yang dijelaskan itu bukan merupakan
penyebab nyata karena sebenarnya individu
tersebut bermaksud menyembunyikan latar
belakang perilakunya.
2) Sifat bermusuhan
Sifat bermusuhan adalah sifat individu yang
menganggap individu lain sebagai musuh atau
saingannya.
41
Ibid, hlm. 194-196

41
3) Menghukum diri sendiri
Perilaku ini terjadi karena individu merasa
cemas bahwa orang lain tidak akan menyukai dia
sekiranya dia mengkritik orang lain.
4) Penekanan
Ditunjukkan dalam bentuk
menyembunyikan dan menekan penyebab yang
sebenarnya keluar batas kesadaran. Individu
berupaya melupakan hal-hal yang menimbulkan
penderitaan hidupnya dari perasaan kecewa.
5) Sinis
Perilaku ini muncul dari ketidak berdayaan
individu untuk berbuat atau berbicara dalam
kelompok. Tidak berdayaan ini membuat dirinya
khawatir dan cenderung menghindar dari penilaian
orang lain.
Dari pendapat ahli diatas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa perilaku menyimpang pada anak
antara lain perilaku berkelahi (mendorong, memukul,
menggoda), mengamuk atau marah-marah, membantah,
mengamuk di depan umum, menggigit, bermalas-malasan,
meludah, jorok dan berantakan, berbohong, bersifat kasar,
berbicara kasar atau mengucapkan kata-kata kotor,
mengejek, mengeluh, mengadu, mencuri.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara pemecahan masalah yang
dijalankan dengan maksud untuk mendapatkan sebuah fakta dan
kesimpulan agar mampu memahami, menjelaskan, meramalkan
dan mengendalikan suatu keadaan. Metode juga dapat diartikan
sebagai sasaran dalam sebuah penelitian.42Penelitian ini bertujaun
mendapatkan gambaran mendalam tentang strategi yang dilakukan
wali murid dalam mencegah perilaku penyimpngan di MI
Jamalludin Bagik Nyaka Santri Kecamatan Aikmel kabupaten
Lombok Timur.
42
Syamsyuddin AR dan Vismaia S.Damaianti, Metode Penelitian
Pendidikan Bahasa, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011), hlm. 14.

42
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
Kualitatif yang bersifat deskriftif. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami
masalah yang di alami oleh subjek penelitian misalnya
persepsi, pendapat, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara
holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa dalam suatu kontek khusus yang dialami dan dengan
memanfaatkan berbagai bentuk metode alamiah.43
Penelitian ini dilakukan di MI Jamaluddin Bagik
Nyaka, Kaabupaten Lombok Timur. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Suharsimi
Arikunto mengungkapkan bahwa penelitian studi kasus
merupakan penelitian yang dilakukan secar intensif, terinci,
dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala
tertentu.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan
pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang
atau jasa. Penelitian kualitatif deskriftif ditandai dengan
langkah kerja untuk mendeskripsikan suatu objek, fenomena,
atau setting sosial. Artinya, data, fakta yang di himpun
berbentuk kata, atau gamabr dari pada angka-angka.
Mendeskripsikan sesuatu berarti mengambarkan apa, mengapa
dan bagaiman suatu kejadian yang terjadi.44
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah studi kasus. Suharsimi Arikunto mengungkapkan bahwa
penelitian study kasus merupakan penelitian yang dilakukan
secar intensif, terinci, dan mendalam terhadap suatu organisasi,
lembaga atau gejala tertentu.
Sedangkan menurut Lexy J.Meleong mendefinisikan,
bahwa penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian ilmiah, yang
bertujuan untuk memahami suatu kejadian atau fenomena
dalam konteks sosial secara ilmiah dengan mengedepankan
43
Lexy, L. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Desember 2014), hlm. 6.
44
Ibid, hlm. 177.

43
proses interaksi komunikasi yang mendalam yang akan di
laksanakn oleh peneliti dengan fenomena yang akan diteliti
dalam penelitiannya.45
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan
tentang Strategi orang tua dalam mencegah perilaku
menyimpang siswa kelas III di MI Jamaluddin Bagik Nyaka
Kabupaten Lombok Timur
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini kehadiran peneliti sangat
diperlukan, karena peneliti sendiri yang bertindak dalam
rangka melaksanakan penelitian yang berperan sebagai
instrumen kunci yang berlangsung melibatkan diri dalam
jangka waktu peneletian yang telah ditentukan peneliti.
Kehadiran peneliti tersebut hanya untuk mendapatkan data-data
yang akurat, valid, detail, dan mampu untuk di pertanggung
jawabkan.
Adapun Untuk memperoleh data peneliti langsung
terjun di lokasi peneletian sehingga dapat terjalin akrab dan
kerja sama dengan untuk memperoleh informasi yang sebanyak
banyaknya kehadiran peneliti untuk mengajukan pertanyaan
dan mengamati hal yang terkait dengan data yang diperlukan
dalam peroses penelitiannya. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati dan
mengumpulkan data yang dibutuhkan. Peneliti melakukan
penelitian di MI Jamalludin Bagik Nyaka Kecamatan Aikmel
Kabupaten Lombok Timur.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi dari obyk penelitian ini adalah MI Jamaluddin
Bagik Nyaka yang terletak di wilayah Kabupaten Lombok
Timur, tempatnya di Dusun Bagik Nyaka Santri. MI
Jamaluddin Bagik Nyaka terletak di samping jalan raya. Selain
itu, jalan yang ada di depan sekolah bisa di katakana jalan raya
besar yang sering di lewati oleh orang-orang.

45
Herdiyansyah Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Ilmu-
ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hlm. 9.

44
Adapun alasan peneliti mengambil MI Jamaluddin
Bagik Nyaka sebagai tempat penelitian , karena MI Jamaluddin
Bagik Nyaka merupakan salah satu sekolah yang di Desa Bagik
Nyaka yang dominan siswnya berasal dari Desa Bagik Nyaka
sehingga judul yang diangkat peneliti yaitu strategi orang tua
dalam mencegah perilaku penyimpangan pada anak (studi
kasus siswa kelas III) MI Jamaluddin Bagik Nyaka.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek penelitian
atau informasi atau subyek dari mana data diperoleh. Tehnik
pengumpulan data merupakan langkah utama dalam melakukan
penelitian, karena tujuan dari sebuah penelitian adalah
mendapatkan data dari sumber data utama melalui wawancara
atau pengamatan berperan sebagai hasil dari melihat,
mendengar dan bertanya. Untuk memperoleh data-data yang
valid dan obyektif terhadap apa yang diteliti perlu menjelaskan
informasi sekaligus karakteristiknya serta jenis data-data yang
akan dikumpulkan sehingga kualitas, validitas dan keakuratan
data benar-benar dijamin keabsahannya. Adapun yang
dimaksud dengan sumber data adalah subyek darimana data
diperoleh dan mampu memenuhi standar data yang sudah
ditetapkan.46
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini
adalah dari pihak sekolah, orang tua/wali murid, guru-guru,
perserta didik yang terlibat langsung sebagai sumber utama.
Penetuan sumber data yang lainnya juga berupa dokumen, foto,
dan lain sebagainya untuk pendukung dalam peneleitian.
Menyatakan sumber data dapat dibedakan menjadi 2
yaitu data primer dan sekunder.
a. Data Primer
Data primer atau data tangan pertama adalah data
yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan
mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data

46
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif,(Bandung:
Alfabeta, 2019), hlm. 296.

45
langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang
dicari.
Data primer juga disebut data asli atau data baru.
Sumber data primr dari dalam pnelitian ini dapat diprolh
melalui wawancara dngan Kepala Sekolah, guru kelas III,
Guru BK, Orang Tua dan siswa siswa di MI Jamaluddin
Bagik Nyaka.

b. Data Skunder
Data sekunder atau data tangan kedua adalah data
yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh
oleh peneliti dari subjek penelitian. Data sekunder biasanya
berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah
tersedia. Sumber data sekunder dalam penelitian ini dapat
berupa catatan lapangan, foto maupun dokumen lain terkait
dengan data struktur di MI Jamaluddin Bagik Nyaka.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat
dilakukan dalam berbagai Setting, Sebagai sumber, dan
berbagai cara. Bila dilihat dari setingannya, data dapat
dikumpulkan pada setting alamiah (Natural Setting) dengan
menggunakan metode eksperimen, di sekolah dengan tenaga
pendidikan dan kependidikan, di rumah dengan berbagai
responden dan lingkungan tempat tinggal. Bila dilihat dari
sumber datanya, maka penggumpulan data dapat digunakan
sumber primer dan sumber sekunder.47
Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik
pengumpulan data, maka dalam tehnik pengumpulan data dapat
dilakukan melalui observasi (pengamatan), interview
(wawancara), dokumentasi dan gabungan dari ke empatnya.
Teknik pengumpulan data merupakan prosedur
mengumpulkan data yang akan dilakukan peneliti untuk dapat
menjawab rumusan masalah dari suatu penelitian. Guna
memperoleh data yang valid dari lapangan sesuai dengan

47
Ibid, hlm. 297.

46
kebutuhan data yang diinginkan, maka disini peneliti
menggunakan tehnik:
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data
yang mengharuskan peneliti terjun langsung ke lapangan
untuk mengamati hai-hal yang berkaitan dengan ruang,
tempat, pelaku, kegiatan, waktu, peristiwa, tujuan dan
perasaan.48
Dari segi peroses pengumpulan data, observasi
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu participant
observasion (observasi berperan serta), dan observasi non
participant observasion (tidak berperan serata),49
Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka
observasi dapat di bedakan menjadi obsevasi tersetruktur
dan tidak tersetruktur.
Dalam penelitian ini proses pengumpulan data yang
digunakan peneliti adalah observasi non-partisipan yaitu
peneliti tidak terlibat secara langsung, peneliti hanya
mencatat, menganalisis, dan membuat kesimpulan tentang
perilaku objek yang akan diteliti.
Adapun hal yang menjadi perhatian peneliti dalam
kegiatan observasi antara lain adalah data-data atau fakta
lapangan mengenai perilaku menyimpang seorang anak
yang terjadi di MI Jamaluddin Bagik Nyaka.
b. Wawancara (interview)
Wawancara adalah tehnik pengumpulan data
dengan mengajukkan pertanyaan langsung oleh
pewawancara kepada responden, dan jawaban- jawaban
dari responden di catat atau di rekam. Wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat

48
Mamik, Metodologi Kualitatif,(Sidoarjo:Zifatama Publizher, 2015),
hlm.104.
49
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2010), hlm. 145.

47
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.50
Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan
tatap muka individual. Ada kalanya wawancara juga
dilakukan secara kelompok, jika memang tujuannya untuk
menghimpun data dari kelompok seperti wawancara
dengan satu keluarga, pengurus yayasan, dan lain
sebagainya.
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan
wawancara dengan beberapa guru, orang tua, dan pihak-
pihak yang terkait dengan strategi orang tua dalam
mencegah perilaku penyimpangan pada anak. Dan dalam
penelitian ini peneliti menggunakan jenis wawancara
berstruktur dimana peneliti mempersiapkan daftar
pertanyaan, atau daftar isian sebagai pedoman untuk
melakukan wawancara. Adapun orang yang di
wawancarai sebagai narasumber oleh peneliti adalah
Kepala Sekolah, guru wali kelas, orang tua, siwa-siswi
yang berperilaku menyimpang di MI Jamaluddin Bagik
Nyaka Lombok Timur.
Adapun pada teknik wawancara ini peneliti akan
mengali data dan informasi tentang:
1) Bentuk-bentuk penyipangan yang terjadi di kelas III MI
Jamaluddin Bagik Nyaka.
2) Faktor penyebab terjadinya perilaku penyimpangan
pada siswa kelas III MI Jamaluddin Bagik Nyaka.
3) Strategi orang tua dalam mencegah perilaku
penyimpangan pada anak siwa kelas III.
Sebelum wawancara, peneliti membuat pedoman
wawancara sebagai acuan proses observasi agar tetap
dengan focus penelitian dengan tujuan utama peneliti
yaitu mendeskripsikan strategi orang tua dalam mencegah
perilaku menyimpang pada siswa kelas III di MI
Jamaluddin Bagik nyaka.
c. Dokumentasi
50
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 231.

48
Dengan dokumentasi ini peneliti dapat
mengumpulkan data yang dapat meberikan keterangan
yang dibutuhkan dalam penilitian.51 Dalam penelitian ini
data- data yang akan dikumpulkan peneliti melalui
dokumentasi adalah:
1) Data Guru
2) Data Siswa
3) Informasi Tentang sejarah MI Jamaluddin Bagik
Nyaka
4) Data tentang sarana dan Prasarana
5) Data bahan penelitian
6) Foto dokumentasi hasil penelitian.
Terkait dengan hal proses pembelajaran juga
dokumentasi untuk mengetahui Strategi wali murid dalam
mencegah perilaku penyimpangan pada anak.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dipahami, dan
temuannya dapat dinformasikan kepada orang lain. Analisis
data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang
lain.52
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan empat
komponen dalam analisis data, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Miles dan Huberman bahwa aktivitas dalam analisis data
dilakukan secara interaktif dan berlangasung terus menerus
sampai tuntas. Aktifitas dalam analisis data peneliti yaitu:
a. Reduksi Data
Mereduksi data artinya merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
51
Ibid, hlm. 232.
52
 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 244.

49
dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.53
Dari penjelasan di atas peneliti memilih tehnik analisis
reduksi data ini untuk memudahkan peneliti dalam memilih
dan merangkap hasil penelitian yang di temukan di
lapangan untuk menganalisis data dari strategi orang tua
dalam mencegah perilaku menyimpang pada anak kelas III
MI jamaluddin Bagik Nyaka.
b. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya
adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif,
penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar katagori, flowchart dan sejenisnya.
Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
adalah dengan teks yang bersifat naratif.54
Setelah melakukan reduksi data, peneliti akan
menyajikan data yang telah dikumpulkan baik itu data dari
hasil wawancara, observasi maupun dokumentasi.
c. Verifikasi Data
Langkah ketiga dalam analisis data menurut Miles
dan Huberman adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
awal, di dukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten
saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan kredibel.55
Setelah data disimpulkan peneliti kemudian akan
mencari kesimpulan yang sudah dilakukan di lapangan
53
Ibid, hlm.247.
54
Ibid, ,hlm. 249.
55
Ibid, hlm. 252.

50
selanjutnya dikumpulkan (reduction), kemudian disajikan
(display) menggunakan deskripsi naratif, kemudian di buat
menjadi satu kesimpulan yang merupakan deskripsi atau
bersifat temuan secara umum untuk keperluan
transferability atau pengembangan guru lebih lanjut
mengenai strategi orang tua dalam mencegah perilaku
penyimpangan pada siswa kelas III MI Jamaluddin Bagik
Nyaka tahun pelajaran 2020/2021.
7. Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian membuktikan
bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan realita. Untuk
menguji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji
credibility (validitas interval), transferabality (validitas
eksternal), dependability (reabilitas,dan confirmability
(obyektifitas).
Kepercayaan terhadap data dapat dibuktikan peneliti
meliputi: perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan
dalam penelitian, triangulasi, triangulasi, diskusi dengan teman
sejawat, analisisi kasus negative dan memberchek.
a. Perpanjangan Pengamatan
Peneliti memasuki lapangan untuk mengecek
keabsahan data benar dengan realita, bila data diperoleh
setelah dicek kembali pada sumber data asli atau sumber
data lain ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan
pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga
diperoleh data pasti kebenarannya. Dengan perpanjangan
pengamatan peniliti dengan narasumber akan terjalin
keakraban, sehingga data yang diperoleh tidak diragukan
lagi.
b. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan
pengamatan secara terus menerus sehingga terjadi
kesenimbungan untuk dapat memperoleh data atau urutan
peristiwa dengan pasti dan sistematis.

c. Triangulasi

51
Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.56Tringulasi
dalam pengujian kredibilitas di artikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagi waktu.
1) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber berarti membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda.
2) Triangulasi Teknik
Merupakan pengecekan data sumber yang
sama dengan tehnik yang berbeda. Jika hasi berbeda
dari tehnik-tehnik tersebut, maka penilit akan
mendiskusikan lebih lanjut kepada sumber.
3) Menggunakan Bahan Referensi
Bahan referensi adalah adanya pendukung
untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh
peneliti.Bukti tersebut dapat berupa buku, foto, dan
gambar.
H. Sistematika Pembahasan
Dalam laporan penelitian ini terdiri dari empat bab yaitu
sebagai berikut:

a. Bab I Pendahuluan.
Pada bagian ini peneliti mulai membahas tentang kerangka
penelitian yang meliputi latar belakang dilakukannya
penelitian, apa yang menjadi focus penelitian, Tujuan serta
manfaat, telaah pustaka, kajian teori serta metode penelitian
yang akan peneliti gunakan dalam penelitian peneliti.
b. Bab II paparan data dan temuan.
Pada bagian ini yang akan peneliti bahas adalah
keseluruhan data dan temuan penelitian pada saat peneliti
berada di lokasi penelitian.
56
Lexy J.Moleong, Metode Logi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2014), hlm. 330.

52
c. Bab III pembahasan.
Pada bagian ini yang akan peneliti bahas yaitu mengenai
proses analisis terhadap temuan data penelitian sebagaimana di
paparkan pada bab paparan data dan temuan yang berdasarkan
pada persepektif penelitian atau kerangka teoritik sebagaiman
yang di paparkan di bagian pendahuluan.
d. Bab IV Penutup.
Pada bagain ini yang peneliti bahas adalah kesimpulan dan
saran terhadap hasil penelitian sesuai dngan analisis data dan
temuan data dalam kegiatan penelitian.

BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil Madrasah Ibtidaiyah Jamaluddin Bagik nyaka
Madrasah ibtidaiyah Jamaluddin bagik nyaka sebagai
lembaga pendidikan dasar yang berciri khas Islam sudah berdiri
pada tanggal (SK/Pendirian; 22, Oktober 1997) Pada saat ini
Madrasah Ibtidaiyah Jamaluddin bagik nyaka berstatus
Terakriditas Nomor: 102/Akr.MI/B/III/2007 dengan Nomor
Statistik Madrasah 111252030149. MI Jamaluddin ini di dirikan
oleh Tgh. H. Abdul Manan dan di teruskan oleh saudara
kandungnya Drs. Mahrarni sebagai kepala Madrasah saat ini.
Secara khusus letak geografis Madrasah Ibtida’iyah Jamaluddin
Bagik Nyaka berada di dataran rendah dan daerah terpencil di
Desa Bagik Nyaka Santri Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok
Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu

53
lembaga pendidikan formal tingkat pertama yang terletak di desa
bagik nyaka.57
2. Visi dan Misi Madrasah Ibtidaiyah Jamaluddin Bagik Nyaka
a. Visi
Terwujudnya peserta didik yang unggul dan berprestasi
religious islami dan sunnah, disiplin dan peduli.
b. Misi
1) Melaksanakan pembelajaran profesional dan bermakna
dengan pendekatan PAKEM yang dapat menumbuh
kembangkan potensi peserta didik secara maksimal dengan
landasan religius, dsiplin, dan peduli.
2) Melaksanakan program bimbingan secara efektif sehingga
setiap siswa berkembang secara optimal sesuai dengan
potensi yang dimiliki agar menjadi insan yang religius,
dsiplin, dan peduli.
3) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan siswa
terhadap ajaran agama Islam serta mengembangkan
pembiasaan yang religius, disiplin, dan peduli .
4) Menumbuhkan dan mengembangkan pembiasaan religius,
disiplin, dan pedulidi lingkungan madrasah.
5) Melaksanakan pengelolaan madrasah dengan manajemen
partisipatif dengan melibatkan seluruh warga madrasah dan
kelompok kepentingan dengan landasan nilai religius,
dsiplin, dan peduli.
6) Melaksanakan pembelajaran ekstrakurikuler melalui
kegiatan unit pengembangan bakat dan minat secara efektif
sesuai bakat dan minat sehingga setiap siswa memiliki
keunggulan dalam berbagai lomba non akademik dengan
landasan nilai religius, dsiplin, dan peduli.
7) Melaksanakan Pembelajaran yang ramah lingkungan
melalui kegiatan yang mengarah pada upaya pencegahan
terhadap terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan
serta upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup secara
integratif di dalam kegiatan intra dan ekstra kurikuler
dengan landasan nilai religius, disiplin, dan peduli.
57
MI Jamaluddin Bagik Nyaka, Dokumentasi, 13 Mei 2021.

54
8) Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan
kepedulian sosial warga madrasah dengan landasan nilai
religius, dsiplin, dan peduli.
3. Keadaan Guru Madrasah Ibtidaiyah Jamaluddin Bgaik
Nyaka
Guru merupakan seorang yang profesinya mengajar orang
lain dan mempengaruhi orang lain dalam melaksanakan proses
belajar mengajar. Guru berkewajiban untuk menjelaskan materi
pelajaran serta membimbing dan mengarahkan siswa kearah yang
lebih baik dalam mencapai tujuan pebelajran. MI Jamaluddin
Bagik Nyaka memiliki 10 tenaga tenaga pengajar yang terdiri
dari 3 orang laki- laki dan 7 orang perempuan. Adapun identitas
guru yang mengajar di MI Jamalludin Bagik Nyaka dapat di lihat
pada table berikut:

Table 2.1
Data Guru Madrasah Ibtidaiyah Jamalludin Bagik Nyaka
Tahun Pelajaran 2020/202158

NIP/NUPTK Nama Lengkap L/P Jabatan


Personal
956374664711041 Drs.Mahrarni L Kepala
3 Sekolah
556748651200303 Sukran, S.Pd.I L Operator
0 Sekolah
256374865011063 Hirsan, S,Pd.I L Guru Kelas V
3
256375966021018 Salwa, S.Pd.I P Guru Kelas
3 III
593575265521001 Baiq Nuraini, P Bendehara

58
MI Jamaluddin Bagik Nyaka, Dokumentasi, 13 Mei 2021.

55
2 S,Pd, SD Sekolah
755976066021001 Hizriana, S.Pd.SD P Guru Kelas
0 IV
556375265430029 Faizah, S,Pd.I P Guru Mata
3 Pelajaran
326276566721003 Nurul Wahidah, P Guru Kelas I
3 S.Pd
193575966312002 Lutfi, S.Pd.I L Guru Kelas
2 VI
- Yu’aini Faizah, P Guru Kelas II
S.Pd
- Yuspiana, S.Pd P Guru Olah
Raga

a. Jumlah Siwa
Jumlah siswa yang ada di MI Jamaluddin Bagik Nyaka
Kecamatan aikmel Kabupaten Lombok Timur Yaitu 150 siswa
yang terbagi ke dalam beberapa kelas. Kalas I berjumlah 23
siswa, kelas II berjumlah 20 siswa, kelas III berjumlah 27
Siswa, kelas IV 30 siswa, kelas V 20 siswa dan kelas VI yang
terdapat dua kelas yaitu kelas VI A 13 dan Kelas VI B 23
dengan total jumlah siswa 36 siswa.
4. Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah Madrasah
Ibtidaiyah Jamaluddin Bagik Nyaka.
Dalam proses belajar mengajar sarana dan prasarana
sekolah sangat penting dalam berjalannya proses pembelajaran di
MI Jamaluddin Bagik Nyaka. Adapun daftar sarana dan prasarana
yang tersedia di MI Jamaluddin Bagik Nyaka dapat di lihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.2
Daftar sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah
Jamaluddin Bagik NyakaTahun Pelajaran 2020/202159

No Jenis Jumlah Keterangan

59
MI Jamaluddin Bagik Nyaka, Dokumentasi, 13 Mei 2020.

56
Sarana/ Prasarana
1 Ruang Kepala sekolah 1 Baik
2 Computer 1 Baik
3 Laptop 2 Baik
4 Printer 1 Baik
5 Sofa 1 Baik
6 Lemari kantor 1 Baik
7 Perputakaan 1 Baik
8 Papan tulis 7 Baik
9 Madding 1 Baik
10 Meja guru siswa 6 Baik
11 Tempat parker 1 Baik
12 Lapangan 1 Baik
13 Wc umum 1 Baik
14 Jam dinding 3 Baik
15 Sound system 1 Baik
16 Alat peraga IPA 1 Baik
17 Bola Basket 1 Baik
18 Bola Volli 1 Baik
19 Lemari di ruang kelas 6 Baik
20 Ruang kelas 7 Baik
21 Kursi siswa 83 Sebagian kurang
baik
22 Meja siswa 80 Sebagian kurang
baik

B. Hasil Penelitian
1. Bentuk Perilaku Menyimpang yang Terjadi di Madrasah
Ibtidaiyah Jamaluddin Bagik Nyaka
Berbagai bentuk penyimpangan perilaku siswa yang
berhasil dikumpulkan oleh peneliti dari hasil wawancara dan
observasi maupun dokumentasi, dalam semester ini, diperoleh
data dari total 150 siswa dari kelas I sampai kelas VI A dan B,
ada 3 siswa yang melakukan penyimpangan ringan dan 1 siswa
melakukan penyimpangan tergolong berat dan itu terjadi di kelas

57
III MI Jamaluddin Bagik Nyaka Kec. Aikmel Kabupaten Lombok
Timur. Bentuk- bentuk penyimpangan yang dilakukan yaitu:
a. Penyimpangan Kenakalan Ringan.
Penyimpangan atau kenakalan yang dilakukan siswa
di MI Jamaluddin Bagik Nyaka Kabupaten Lombok Timur
yang tergolong dalam penyimpangan ringan seperti datang
terlambat, berada diluar gerbang sekolah ketika jam
istirahat, seragam yang tidak sesuai dengan ketentuan, atribut
sekolah sekolah ketika istirahat, tidak mengikuti sholat
berjamaah, rambut panjang atau bersemir, atribut seperti
sabuk dan kaos kaki yang tidak lengkap, tidak masuk sekolah
tanpa keterangan atau bolos sekolah dan lain sebagainya.
Senada dengan yang disampaikan oleh Bapak
Mahrarni selaku Kepala Sekolah bagian Kesiswaan yang
menuturkan bahwa bentuk-bentuk penyimpangan perilaku
siswa yang tergolong dalam kategori ringan dan sering
dilakukan yaitu:
“Bentuk kenakalan ringan yang di lakukan siswa itu
biasanya atribut sekolah yang kurang lengkap, keluar
kelas di jam pelajaran, jajan di luar gerbang sekolah
dijam istirahat, selain itu juga datang terlambat ke
sekolah yang seharusnya datang pagi agar dapat
mengikuti tahfiz bersama sebelum masuk kelas,
padahal di sekolah sebelum melakukan kegiatan
pembelajaran di adakan tahfiz pagi bersama tetapi
masih ada saja siswa yang datang setelah tahfiz
selesai. Bisa dikatakan kenakalan siswa di sini
tergolong ringan meskipun kita tidak membenarkan
kenakalan dalam bentuk apapun dan pelakunya ya
siswa itu-itusaja”.60

Seperti halnya yang disampaikan oleh Ibu Salwa


selaku guru BK dan Wali Kelas III menerangkan tata tertib di
Madrasah, menjelaskan bahwa siswa usia SD atau MI yang
menjadi jenjang pertama dalam perkembangan dan
60
Mahrarni, Wawancara, Bagik Nyaka 21 Mei 2021.

58
perubahan pertama di sekolah dasar merupakan jenjang yang
paling kompleks permasalahan nya. Pada jenjang tersebut
siswa mengalami peralihan tingkah laku dari taman kanak-
kanak menjadi siswa sekolah dasar anak mulai belajar
banyak hal di sekolah, dari hasil pembelajrannya anak mulai
menyadari kesamaan atau perbedaan degan teman-
temannya, maka biasanya mereka cenderung mencoba hal-
hal baru dan meniru seseorang yang mereka anggap panutan
meskipun yang mereka tiru adalah orang yang kurang tepat,
sehingga siswa akan cenderung melakukan kesalahan dan
pelanggaran baik di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan tempat tinggalnya.
Pelanggaran yang dilakukanpun bermacam-macam
baik pelanggaran ringan seperti atribut kurang lengkap,
terlambat datang ke sekolah, bersemir, jajan diluar gerbang
sekolah, tidak masuk sekolah tanpa keterangan atau
membolos sekolah dan lain sebagainya maupun pelanggaran
yang tergolong berat.61
Seperti yang disampaikan oleh Ilham salah satu siswa
yang pernah melakukan pelanggaran ringan yaitu kelas III
mengungkapkan :
“bentuk pelanggaran yang saya lakukan itu ramai di
kelas dengan teman-teman, keluar kelas pada jam
pelajaran dan seragam tidak sesuai hari yang
ditentukan kadang- kadang juga sering datang
terlambat dan tidak bisa mengikuti tahfiz sebelum
masuk kelas.”.62

Selain bukti wawancara, data yang diperoleh peneliti


juga di peroleh dari hasil observasi dan dokumentasi di
madrasah. Selama observasi peneliti menemukan beberapa
siswa yang atribut seragamnya memang kurang lengkap,
sepak bola tidak pada jam olah raga, keluar kelas pada jam
pelajaran dan juga jajan di luar gerbang sekolah padahal
61
Salwa, Wawancara, Bagik Nyaka 23 Mei 2021,
62
Ilham, Wawancara, Bagik Nyaka, 23 Mei 2021.

59
sudah ada larangan siswa untuk tidak keluar gerbang sekolah
kecuali ada kepentingan dan atas izin guru.
Selain itu menurut salah satu siswa kelas III Faris
yang pernah melakukan pelanggaran yaitu tidak seragam dan
terlambat kesekolah, ia menuturkan bahwa menyemir rambur
karena mengikuti teman-temannya di rumah dan kemudian
ketahuan guru ketika razia dan dihukum untuk memotong
rambut dan menyapu kelas.63
Dari beberapa pendapat diatas dan hasil observasi
peneliti, hasil temuan juga diperkuat dengan adanya
dokumen sekolah berupa catatan pelanggaran yang dilakukan
siswa, dimana dokumen tersebut menunjukkan rata-rata
pelanggar peraturan atau penyimpang dilakukan oleh siswa
yang sama.
b. Penyimpangan dan Kenakalan Berat.
Bentuk penyimpangan berat yang dilakukan siswa MI
Jamaluddin Bagik Nyaka pada siswa kelas III berupa
berkelahi, Mencuri barang yang bukan miliknya dan lain
sebagainya. Senada dengan pernyataan yang disampaikan
oleh Buk Salwa selaku Guru Wali Kelas III, ketika siswa
melakukan pelanggaran berat seperti berkelahi dengan teman
lainnya, mencuri barang yang bukan miliknya di sekolah
ataupun di luar sekolah maka akan diberi surat peringatan
dan hukuman yang sekiranya mendidik, ketika mengulang
kenakalan yang sama atau penyimpangan berat lainnya maka
orang tua siswa akan di panggil ke sekolah.64
“Selain itu Ibu Salwa juga menuturkan bahwa
sebelumnya ada seorang siswa yang diketahui
mencuri di koperasi diluar sekolah dan warga sekitar
yang mengetahui dan lapor kepada pihak sekolah
setelah ditelusuri ternyata siswa tersebut juga pernah
mengambil barang milik temannya di sekolah,
padahal siswa tersebut merupakan siswa yang sangat
63
Rahmatulloh, Wawancara, Bagik Nyaka, 26 Mei 2021.

64
Salwa, Wawancara, Bagik Nyaka, 23 Mei 2021.

60
pendiam di sekolah lain juga karena sering
melakukan pelanggaran disekolah sebelumnya.
Akhirnya dengan berbagai pertimbangan maka siswa
tersebut di beri hukuman dan surat peringatan agar
tidak mengulngi perbuatan tersebut lagi, karena
mengingat siswa tersebut dapat memberi dampak
yang kurang baik terhadap siswa lain di sekolah dan
tindakan siswa tersebut sudah melebihi batas.

Penuturan berbeda diperoleh dari seorang siswa kelas III


bernama Faris Azizi dimana ia juga melakukan penyimpangan
perilaku yang melanggar peraturan disekolah juga norma sosial
di luar sekolah dimana meskipun tindakan tersebut tidak
dilakukan di sekolah tapi cukup melanggar norma-norma dalam
masyarakat:
“Pelanggaran yang pernah saya lakukan seragam tidak
lengkap, membolos sekolah, selain itu kalau diluar
sekolah ya berkelahi pernah, terus Izin ke kamar mandi
padahal ikut main bola di lapangan dengan teman-
teman”.65

Selain itu juga ditemukan seorang siswa yang juga


melakukan pelanggaran berat baik disekolah maupun diluar
sekolah yang dituturkan oleh siswa kelas III bernama
Muhammad Ilham sering melanggar peraturan sekolah dan
norma sosial berupa menggunakan sandal ke sekolah, tidak
masuk tanpa keterangan, sering memukul temannya disekolah
dilingkungan luar sekolah. Dari hasil wawancara yang di
sampaikan oleh Ibu Salwa bahwa: 66
Memang ada siswa kelas III yang sering melakukan
perilaku menyimpang namun yang paling sering di
lakukan yaitu terlambat ke sekolah ini masuk dalam
kategori peilaku tergolong ringan dan satu anak yang
melakukan kenakalan berat dalam bentuk mencuri, dan
65
Faiz Azizi, Wawancara, Bagik Nyaka, 25 Mei 2021.
66
Salwa, Wawancara, Bagik Nyaka, 30 Mei 2021.

61
yang menyebabkan anak ini mengambil barang milik
orang orang lain saya rasa dari kurangnya control dari
kedua orang tuanya yang jarang berkomunikasi
dengannya hingga siswa ini melakukan penyimpangan.

Dari beberapa keterangan yang diperoleh dari guru maupun


siswa, hanya beberapa penyimpangan perilaku yang diketahui
pihak sekolah untuk penyimpangan bersifat ringan guru seperti
atribut sekolah tidak lengkap, terlambat datang ke sekolah,
bersemir dan rambut panjang, tidak mengikuti kegiatan
pembelajaran, akan lebih mudah dipantau dan diketahui karena
dilakukan di lingkungan sekolah. Selain hal tersebut seperti
mencuri, tidak masuk tampa keterangan sekolah kurang
mengetahui karena tidak dilakukan dilingkungan sekolah.

2. Faktor Penyebab Terjadinya Penyimpangan Pada Siswa


Kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Jamaluddin Bagik Nyaka
Kabupaten Lombok Timur
Selain mengetahui berbagai macam penyimpangan
perilaku yang dilakukan siswa disini juga menjelaskan mengenai
faktor baik faktor internal (dari dalam diri siswa) dan faktor
eksternal (dari luar atau lingkungan sekitar siswa) yang
menyebabkan penyimpangan perilaku yang dilakukan siswa
Kelas III di MI Jamaluddin Bagik Nyaka, yaitu :
a. Faktor Internal Penyebab Penyimpangan Perilaku Siswa di
MI Jamaluddin Bagik Nyaka Kabupaten Lombok Timur
1) Faktor Keluarga
Guru kelas III selalaku guru BK menjelaskan jika
faktor penyebab penyimpangan perilaku siswa ada
banyak yang pertama dan sangat berpengaruh adalah
faktor keluarga dimana perilaku seorang anak ditentukan
oleh bagaimana pengasuhan yang dilakukan oleh orang
tua, wali, atau siapapun yang bertanggung jawab atas
pengasuhan anak baik dalam lembaga individual.
Pengasuhan anak adalah upaya untuk memenuhi
kebutuhan akan kasih sayang, kedekatan, keselamatan,

62
dan kesejahtraan yang menetap dan berkelanjutan demi
kepentingan terbaik anak yang dilaksanakan baik oleh
orang tua, keluarga sedarah. Karena keluarga merupakan
tempat terbentuknya perilaku seorang anak atau siswa
jika didalam keluarga kurang mendapat kasih sayang,
komunikasi yang kurang lancar antaraorangtuadananak,
lalu adannya kekerasan didalam keluarga baik secara
fisik maupun verbal, orang tuanya sibuk
bekerjaterutama ibu dan dikalangan siswa banyak yang
ibunya kerja jauh seperti menjadi tenaga kerja luar
negeri dan broken home.67
Seperti yang di ungkapkan oleh orang tua asuh
dari siwa yang berperilaku menyimpang menuturka
bahwa:68
“Karena keadaan ekonomilah orang tuannya
memutuskan untuk berpisah, hingga akhirnya dia
jarang berkomikasi dengan kedua orang tuanya
bahkan kurangnya kontrol dan kurangnya rasa
kasih sayang yang seharusnya di dapatkan pada
orang tuannnya. Mungkin karena itu perilakunya
seperti itu.”

Menyambung yang disampaikan oleh Ibu Salwa,


guru BK merangkap koordinator Guru Tata Tertib,
mengungkapkan bahwa
“Meskipun disekolah ada guru yang mendidik
tentu peran keluarga atau orang tua lebih utama
karena bimbingan tentu dari rumah, jadi untuk
meminimalisir pelanggaran atau penyimpangan
perilaku siswa perlu dimulai dari rumah. Ketika
orang tua kurang peka,terlalu sibuk bekerja dan
lain lain maka sulit untuk mengontrol dan

67
Ijah, Wawancara, Bagi Nyaka, 22 Mei 2021.
68
Rosiah, Wawancara, Bagi Nyaka, 29 Mei 2021.

63
membimbing akibatnya terjadilah penyimpangan
tersebut”.69

Selain itu buk salwa juga menuturkan bahwa ada


seorang siswa yang melakukan pelanggaran karena
siswa tersebut tinggal bersama paman dan bibiknya
karena orang tuanya broken home hal ini menyebabkan
kurangnya pengawasan dikeluarga terhadap siswa
tersebut yang kemudian menyebabkan ia sering
melakukan pelanggaran baik di sekolah maupun di
lingkungan tempat tinggalnya.
Seperti yang di ungkapkan oleh orang tua asuh
siswa berperilaku menyimpang menuturkan bahwa:70
“Mungkin kuranngya kasih sayang dari orang
tuannya, yang tidak bisa di terima secara
langsung, dan saya selaku bibiknya mengetahui
perilakunya disekolah, namun saya juga berkerja
sebagai pedagang yang tidak bisa selalu
mengontrol kegiatannya di lingkungan sekolah
maupun dalam lingkungan rumahnya.”

Karna keluraga merupakan lingkungan yang


pertama dan utama bagi anak yang memberikan
sumbangan bagi perkembangan dan pertumbuhan mental
maupun fisik dalam perkembangan kehidupannya.
Keterangan lain juga diberikan oleh siswa yang
berperilaku menyimpang yang bernama Rahmatulloh
kelas III dia mengatakan bahwa:
Saya sering bolos itu ya mumpung dirumah gak
ada orang bu, kan ibu saya kerjanya sekarng di
luar daerah dan tidak pernah pulang untuk
mencari saya,dulu kadang biasa pulang hanya
satu kali dalam tiga tahun tapi sekarang gak
pernah,terus ayah saya kerja sebagai buruh di
69
Salwa, Wawancara, Bagi Nyaka, 25 Mei 2021.
70
Rosiah, Wawancara, Bagik Nyaka, 26 Mei 2021.

64
sembalun pulangnya 1 kali dalam seminggu jadi
ya gak ada yang marahin dan walapun saya pergi
main bibi saya jarang marah ke saya bu kalok
gak malem pas mau pergi ngaji aja saya ketemu
orang-orang di rumah saya.71

Dari keterangan-keterangan yang telah diperoleh,


peneliti dapat menyimpulkan bahwa salah satu penyebab
perilaku menyimpang siswa adalah kurangnya perhatian
dari orang tua sehingga seorang anak melakukan
penyimpangan tampa berpikir akibat dan dampaknya ke
depan bagi mereka.
Karena perilaku seorang anak di tentukan oleh
bagaimana pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua,
wali atau siapapun yang bertanggung jawab atas
pengasuhan anak baik lembaga maupun individual.
2) Faktor dari dalam individu
Faktor penyebab penyimpangan perilaku dari
dalam diri anak atau individu ini bermacam- macam
salah satunya kurangnya kontrol diri yang masih kurang
baik seperti yang disampaikan oleh Ibu Salwa selaku
Guru kelas III dan guru BK beliu mengatakan bahwa:
“Setiap anak memiliki potensi untuk melakukan
pelanggaran atau penyimpangan perilaku baik
dilingkungan keluarga, sekolah maupun
lingkungan masyrakat akan tetapi ketika seorang
anak memiliki kontrol diri yang baik tentu tidak
akan melakukan hal yang yang memang
berseberangan dengan peraturan dan norma yang
sudah di terapkan baik dari sekolah maupun dari
lingkungan keluarganya.”72

Selain itu karena merupakan usia yang masih


anak-anak yang akan kemudian beranjak ke usia yang
71
Rahmatulloh, Wawancara, 26 Mei 2021.
72
Salwa,Wawancara 22 Mei 2021.

65
selanjutnya ini biasanya yang menyebabkan anak
mengalami kebingungan seperti apa yang seharusnya
dilakukan ketika memasuki tahap usia ini, kurangnya
rasa percaya diri dan merasa belum mampu bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri da kemudian hal inilah
yang menyebabkan anak melakukan penyimpangan
perilaku.
Sehingga dari keterangan- keterangan yang di
peroleh peneliti menyimpulkan bahwa salah satu
penyebab perilaku seperti halnya yang di sampaikan oleh
Ibu Salwa selaku guru BK dan Wali kelas III di usia ini
biasanya anak-anak sudah berani memulai mencoba hal-
hal baru meskipun belum benar mengetahui apakah hal
yang dilakukan sudah benar atau salah, selain itu juga
tergantung dari sifat dasar masing- masing anak apakah
ia mampu untuk menghindari hal-hal buruk untuk tidak
dilakukan atau sebaliknya, misalkan seorang anak
tumbuh dalam lingkungan keluarga yang kurang
kondusif namun ia mampu dan sadar akan hal tersebut
tentu ia akan menghindarkan diri dari melakukan hal-hal
yang tidak baik ataupun penyimpangan perilaku.73
b. Faktor Eksternal Penyebab Penyimpangan Perilaku Siswa
Kelas III di MI Jamalludin Bagik Nyaka Kecamatan Aikmel
Kabupaten Lombok Timur
1) Faktor teman sepergaulan atausekolah

Selain di rumah seorang anak banyak menghabiskan


waktunya di sekolah begitu juga siswa kelas III di MI
Jamalludin kegiatan belajar dilaksanakan pada siang
hari sampai pukul 12 siang. Dimana secara tidak
langsung juga membawa dampak terhadap
perkembangan perilaku atau moral siswa.
Ibu Rosiah juga menuturkan bahwa:74
“penyebab anak-anak melanggar seperti itu
73
Rosiah, Wawancara, Bagik Nyaka, 25 Mei 2021.
74
Rosiah, Wawancara, Bagik Nyaka, 23 Mei 2021.

66
kebanyakan karena mereka siswa tetapi bergaul
dengan orang kampung meski tidak seumuran
sehingga belum masanya mereka melakukan sesuatu
hal dan tidak tahu konsekuensinya ya tetap
dilakukan”.75

Dari penuturan Ibu Ijah juga didapatkan fakta bahwa


banyak siswa yang bergaul dengan orang yang lebih
dewasa atau salah dalam memilih teman bergaul dimana
pada usia anak tersebut anak akan lebih mudah
menyerap atau menerima hal-hal atau pengaruh yang
diberikan teman karena mereka belum bisa membedakan
mana hal yang baik dan hal yang buruk ub\ntuk dirinya
sendiri.

Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Ibu


Salwa selaku guru BK yang menyatakan bahwa salah
satu penyebab penyimpangan perilaku atau pelanggaran
siswa adalah pengaruh teman baik di lingkungan sekolah
maupun dirumah, 76hal senada juga disampaikan oleh
para siswa yang di wawancara banyak yang melakukan
pelanggaran dikarenakan ajakan teman atau melihat
orang-orang sekitar yang melakukan pelanggaran yang
sama di luar sekolah.
3. Startegi Orang Tua dalam Mencegah perilaku
Penyimpangan Pada Anak Siswa Kelas III di Madrasyah
Ibtidaiyah Jamalludin Bagik Nyaka.
Berdasakan temuan penelitian terkaitdengan strategi
orang tua dalam mencegah perilaku menyimpang yang dilakukan
oleh siswa di MI Jamaluddin Bagik Nyaka, Kec. Aikmel,
dikelompokkan dalam 3 bagian yang diantaranya:

a. Strategi Preventif (Pencegahan)


Strategi preventif yaitu pengenalian sosia yang

75
Ijah, Wawancara, Bagik Nyaka 26 Mei 2021.
76
Salwa, Wawancara, Bagik Nyak, 25 Mei 2021.

67
dilakukan sebelum terjadi pelanggaran, artinya mementingkan
pada pencegahan agartidak terjadinya pelanggaran.77Upaya
preventif atau pencegahan adalah upaya atau strategi
dilakukan oleh orang tua ataupun Sekolah untuk mencegah
terjadinya kenakalan atau penyimpangan perilaku yang
dilakukan siswa atau setidaknya dapat memperkecil jumlah
kenakalan yang dilakukan oleh siswa.
Strategi yang dilakukan guru di luar maupun di dalam
kelas beraneka macam, Strategi yang pertama yaitu dengan
cara sosialisasi terkait program- program sekolah termasuk
peraturan sekolah dan sanksi yangdiberikan ketika melakukan
pelanggran. Seperti yang disampaikan Ibu Salwa bahwa:
“Upaya yang dilakukan dalam mencegah kenakalan
disekolah yang pertama dilakukan ketika pembinaan
setiap pagi senin di lapangan sekolah, siswa diberi
penjelasan tetang peraturan
sekolahdanberisisuratpernyataanbahwaketikamelangga
rakandiberi sanksi sesuai pelanggaran dan diberi
arahan terkait program tersebut, kemudian orang tua
juga diminta untuk melakukan kerja sama dalam
mematuhi program sekolah atau aturan selama dalam
lingkungan sekolah yang selalu di sampaikan saat di
adakan rapat antar murid, agar ketika siswa melakukan
pelanggaran orang tua tidak complaindan selain itu
juga agar memberi efek yang baik ke siswa dengan
tidak
melanggarperaturankarenasudahmengetahuikonsekuen
sinyadanwali murid juga dapat memantau perilaku
siswa”.

Selain itu juga terdapat beberapa pendekatan yang


dilakukan oleh guru dengan melakukan pertemuan dengan
wali murid yangdilaksanakan ketika penerimaan siswa baru
dan juga biasanyadiadakan sekaligus dengan pengambilan
77
Tjipto Subadi, Sosiologi, ( Surakarta: PT. Rosda Karya, 2008),
Hlm.57

68
raport yang bertujuan membicarakan kegiatan masing-masing
siswa dan permasalahan yang dihadapi siswa di sekolah.
Seperti yang di ungkapkan oleh orang tua siswa
berperilaku menyimpang menuturkan bahwa:78
“Saat melakukan kesalahanpun kami selalu
memberikan nasehat dan memberikan arahan bahwa
hal- hal yang mereka lakukan bukanlah hal yang baik
seperti datang terlambat, tidak menggunakan seragam
sekolah dengan lengkap, berkelahi dan bolos saat jam
pelajaran.”

Dan beberapa pendekatan juga yang dapat di lakukan


oleh orang tua dengan memberikan perhatian lebih dalam
perkembangan seorang anak agar kegiatan dan peraturan-
peraturan di sekolah bisa terarah dengan sebaik mungkin.
Menambahi yang disampaikan oleh Kepala sekolah
bidang kesiswaan, Bapak Mahrarni menyampaikan bahwa
sekolah juga membangun kedekatan dengan wali murid agar
terjadi kerjasama dalam pengawasan dan membimbing siswa
terjadi antara wali murid dengan wali kelas dan pihak sekolah.
Kegiatan temu wali murid dilaksanakan juga ketika
ada siswa yang sering melanggar peraturan sekolah atau telah
melakukan kenakalan berat. Karena orang tua merupakan
pusat kontrol anak maka harus mengetahui apa saja yang
terjadi dengan anak, ketika anak melakukan kenakalan
disekolah sebagai orang tua haruslah memberi pengarahan
dan lebih perhatian agar pelanggaran serupa tidak terjadi.
Selain itu di sekolah juga terdapat program program
keagamaan seperti sholat dzuhur berjamaah dan program
tahfidz dimana siswa akan diarahkan oleh guru sebelum
memulai pembelajran, program ini juga bertujuan mengurangi
tingkat kenakalan siswa dimana ketika siswa akan berperilaku
negatif akan menginggat Allah SWT dan program inidapat
membentuk siswa yang lebih berakhlak mulia.
Menurut Ibu Salwa yang merupakan guru BK dan
78
Rosiah, Wawancara, Bagik Nyaka, 29 Mei 2021.

69
merangkap wali kelas, dalam menanggulangi atau mencegah
kenakalan siswa yaitu dengan melakukan pendekatan kepada
siswa secara langsung baik sebagai wali kelas maupun guru
BK. Seperti yang disampaikan beliau dalam wawancara
bahwa :
“Ya sebagai guru BK saya berusaha dekat dengan
siswa tanpa terkecuali, yang saya lakukan mulai dari
mencari informasi penyebab kenakalan siswa,
memberikan informasi akibat dari kenakalan yang
dilakukan, mengingatkan untuk tidak melanggar
peraturan sekolah”.

Selain itu Ibu Salwa juga sering berkoordinasi dengan


warga sekitar sekolah dan pengurus masjid dalam memantau
siswa seperti untuk mengetahui pelanggaran yang dilakukan
siswa diluarlingkungan sekolah maupun mengetahui apakah
siswa mengikuti kegiatan sholat berjamaah.Hal ini bertujuan
untuk mengetaui perilaku siswa diluar sekolah dan tindakan
yang akan diambil terkait pelanggaran yang dilakukan siswa
diluar sekolah.
Dan yang di tuturkan oleh Ibu rosiah mengungkapkan
bahwa: 79

“Ya saya selaku bibiknya berusaha selalu mengikuti


kemauannya agar ia mau belajar dan tidak melakukan
kenakaln dalam bentuk apapun.”

Dengan berbagai informasi yang didapatkan peneliti


ketika wawancara dan observasi menyimpulkan langkah
preventif yang sudah dilakukan oleh guru dan orang tua
dengan berbagai cara antara lain: Sosialisasi tata tertib dan
peraturan sekolah untuk siswa baru, pertemuan dan
membangun kedekatan dengan wali murid, pendekatan antara
guru dengan siswa, dan program keagamaan, berusaha
mengikuti keinnginannya agar mau melakukan sesuatu yang
79
Rosiah, Wawancara, Bagik Nyaka, 24 Mei 2021.

70
baik. Dengan adanya upaya atau strategi tersebut diharapkan
akan meminimalisir penyimpangan perilaku siswa dan
memberikan perhatian yang lebih dalam mendidik seorang
anak bagi orang tua.

b. Strategi Represif (Pemberian Sanksi)


Strategi represif merupakan pengendalian sosial yang
di lakukan setelah orang melakukan tindakan penyimpangan
(Deviasi) yang tujuannya untuk memulihkan keadaan seperti
sebelum terjadinya tindakan penyimangan.80Usaha dalam
menindak lanjuti kenakalandan penyimpangan perilaku dapat
dengan pemberian hukuman kepada siswa. Dengan pemberian
sanksi, diharapkan anak menjadi jera dan tidakmengulan
perbuatannyalagi. Dalam pemberian sanksi yang berwenang
adalah Kepala sekolah atau wakil kepala sekolah bidang
Kesiswaan, guru tata tertib, selain itu guru kelas juga dapat
bertindak, tergantung bentuk pelanggaran yang dilakukan
siswa.
Untuk sanksi kenakalan berat seperti pemanggilan
orang tua, skorsing, maupun pengeluaran siswa merupakan
wewenang kepala sekolah berkoordinasi dengan wakil kepala
sekolah bidang Kesiswaan, wali kelas dan guru tata tertib.
Strategi yang dilakukan oleh seorang ibu (orang tua)
yaitu dengan penuh kasih sayang menasehati anaknya yang
ketahuan melakukan penyimpangan baik itu penyimpangan
ringan maupun dalam penyimpangan tergolong berat. Seorang
ibu berusa untuk memberikan pengertian kepada ananya
bahwa penyimpangan yang di lakkan itu merupakan
perbuatan yang tidak baik, terela, dosa, dan sangat merugikan
orang lain.
Ayah dan ibu adalah teladan pertama pembentukan
pribadi seorang anak. Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan
prilaku ayah dan ibu dengan sendirinya memiliki pengaruh
80
Ibid, hlm.59

71
yang sangat dalam terhadap pemikiran dan prilaku anak.
Fungsi dasar keluarga adalah memberikanrasa memiliki, rassa
aman, kasih sayang, dan mengembangkan hubungan yang
baik antar keluarga.
Penyimpangan yang di lakukan itu akan berakibat
buruk kepada kehidupannya suatu saat nanti yang meembuat
dirinya menjadi orang terkucil dan tersingkir dari lingkung
masyrakat.
Seorang guru membimbing dan membina muridnya
yang ketahuan melakkan penyimpangan disekolah guru
tersebut dengan penuh kewibawaan dan kesabaran
menanamkan pengertian bahwa penyimpangan yang
dilakukan itu dapat merusak nama baik dan juga merugikan
orang banyak. Mulai dari pelanggaran ringan mupun berat,
pernah diberlakukan pemberian poin yang kemudian akan
diberi tahukan kepada wali murid yang bersangkutan ketika
pengambilan raport, namun program tersebut kurang berjalan
baik dikarenakan beberapa kendala, oleh karena itu guru-guru
disekolah dalam memberikan hukuman dengan cara setelah
mengetahui pelanggran yang dilakukan siswa guru akan
memutuskan hukuman atau sanksi yang sudah ditetapkan
sekolah sesuai pelanggaran yang dilakukan, namun tetap
dicatat seperti yang disampaikan oleh wakil kepala sekolah
bidang kesiswaan, bahwa:81
“Dalam menangani kenakalan siswa kita sebagai guru
saling berkoordinasi untuk memantau perilaku siswa,
kemudian dulu sempat diberlakukan pemberian poin
bagi siswa yang melanggar kemudian dicatat dan diberi
tahukan kepada wali murid ketika penerimaan raport
akan tetapi program tersebut kurang berjalan karena ada
beberapa hambatan, tetapi kita mengakalinya dengan
memantau siswa secara langsung dan memberi
peringatan atau teguran saat itu juga sesuai peraturan
yang telah disepakati”.

81
Mahrarni, Wawancara, Bagik Nyaka, 21 Mei 2021.

72
Selain itu menurut Buk Salwa yang merupakan guru
BK merangkap Koordinator guru tatib menambahkan bahwa
dalam mengatasi kenakalan siswa, adalah dengan cara
berkoordinasi dengan guru untuk membuat peraturan sekolah
dan saling mengawasi perilaku siswa dan mengingatkan siswa
yang melanggar baik didalam kelas maupun diluar kelas.
Bentuk-bentuk hukuman atau sanksi yang diberikan untuk
pelanggaran yang dilakukan siswa antara lain:
a) Terlambat masuk sekolah maka untuk pertama kali akan
dicatat dan diperingatkan kemudian untuk keterlambatan
selanjutnya akan diminta hafalan surat pendek yang
ditentukan oleh guru.
b) Meninggalkan sekolah ketika pelajaran maka akan
mendapat hukuman berupa hafalan surat pendek dan
membersihkan kamar mandisiswa.
c) Atribut sekolah tidak lengkap tanpa izin maka akan di
beriperingatan dan untuk pelanggran ke dua akan diminta
membeli atribut yang tidak lengkap dan menyapu koridor
sekolah.
d) Berkelahi, untuk perkelahian baik didalam sekolah
maupun diluar sekolah apabila diketahui pihak sekolah
atau guru maka guru BK akan melakukan pemanggilan
dan diberikan pembinaan ketika melakukan kenakalan
yang sama untuk kedua kali maka akan dilakukan
pemanggilan wali murid.
e) Rambut bersemir dan rambut panjang bagi siswa laki-
laki, akan diberi peringatan untuk menghitamkan rambut
atau memotong rambut bila keesokan harinya masih
belum dilaksanakanmakan guru akan memotong rambut
siswa tersebut atau memberihukuman berupa
membersihkan area sekolah.
f) Membawa HP untuk pelanggaran ini maka guru akan
melakukan pemberian hukuman berupa hafalan surat
yang ditentukan dan penyitaan sementara ketika
dilakukan pelanggaran serupa untuk kedua kalinya maka
Hp akan disita dan orang tua yang akan dipanggil untuk

73
diminta kerjasamanya untuk melakukan pengawasan agar
siswa tidak lagi membawa Hp ke dalamsekolah.
g) Tidak masuk sekolah tanpa keterangan atau membolos
sekolah maka guru akan memanggil siswa yang
bersangkutan dan diberi hukuman berupa hafalan surat
dan membuat surat pernyataan dan untuk pelanggarn
yang kedua kali maka akan dilakukan pemanggilan orang
tua dan skorsing sesuai dengan pertimbangan Kepala
Sekolah dan wakil kepala sekolah bidangkesiswaan.
h) Mengambil milik orang lain, untuk pelanggran ini guru
akan memanggil siswa yang bersangkutan beserta orang
tua untuk diambil kebijakan dan pertimbangan. Dari
sanksi-sanksi yang telah diberikan, ternyata masih ada
siswa yang masih melanggar peraturan yang bersifat
ringan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberan hukuman
atau sanksi masih kurang tegas sehingga siswa tidak jera
dan masih melakukan pelanggran- pelanggaran tersebut.
Dari ketiga strategi yang dilakukan orang tua dan
sekolah strategi represif atau pemeberian sanksi inilah yang
paling efektif dalam menanggulangi penyimpangan perilaku
siswa baik untuk penyimpangan ringan maupun berat. Karena
dengan adanya sanksi yang diberikan ketika siswa melakukan
penyimpangan perilaku kemudian membuat sebagian besar
siswa menjadi jera dan tidak mengulang perbuatan yang sama
lagi.

c. Strategi Kuratif (Menyembuhkan)


Strategi kuratif atau upaya orang tua dan sekolah yang
dilakukan untuk menyebuhkan atau menghilangkan kebiasaan
siswa yang melakukan penyimpangan perilaku yang biasanya
merupakan penyimpangan perilaku tergolong berat seperti
mengambil milik orang lain, fornografi, dan pergaulan bebas.
Dalam hal ini upaya kuratif yang dilakukan oleh orang
tua dan guru untuk siswa yang melakukan pelanggaran berat
atau bermasalah yang tidak dikeluarkan dari sekolah yaitu
masih sebatas dengan membangun kedekatan langusng

74
kepada siswa yang bersangkutan untukmengetahui penyebab
siswa melakukan pelanggaran dan kemudian memberikan
bimbingan moral dan agama agar siswa mampu menghadapi
pengaruh- pengaruh kurang baik dan menghilangkan
keinginan untuk melakukan pelanggaran-pelanggran terhadap
peraturan dan norma yang pernah dilakukan dan ingat dengan
Allah SWT tetika akan melakukan penyimpangan perilaku.
Selain itu guru baik guru BK maupun wali kelas dan
berkoordinasi dengan wali murid juga memperketat
pengawasan terhadap siswa agar mengetahui perkembangan
siswa tersebut.
Upaya kuratif atau penyembuhan siswa dari
penyimpangan perilaku ini menurut penuturan pak Nur hanya
sebatas yang telah dijelaskan di atas karena tanpa keinginan
dan dorongan dari diri siswa sendiri untuk berubah tentu
upaya yang dilakukan guru masih kurang optimal dan upaya
ini merupakan upaya terakhir yang dapat dilakukan guru
terhadap siswa yang melakukan pelanggaran kategori berat.
Dari paparan data diatas dapat disimpulkan bahwa
penyimpangan perilaku yang dilakukan siswa MI Jamaludin
bagik Nyaka masih lebih banyak yang termasuk pelanggaran
ringan untuk pelanggaran berat lebih sedikit dan kurang
diketahui oleh guru dan pihak sekolah. Yang termasuk dalam
pelanggaran ringan yaitu terlambat masuk sekolah,
meninggalkan sekolah ketika pembelajaran masih
berlangsung, bolos sekolah, atribut kurang lengkap, bersemir
atau rambut panjang dan jajan diluar gerbang sekolah.
Sedangkan penyimpangan perilaku yang tergolong berat yaitu
mencuri, berkelahi.
Upaya atau strategi yang dilakukan orang tua dan guru
untuk mencegah penyimpangan perilaku siswa adalah dengan
berbagai cara yaitu upaya preventif atau pencegahan dengan
kegiatan keagamaan, sosialisasi peraturan sekolah untuk siswa
baru, dan pendekatan guru dan orang tua kepada siswa. Cara
selanjutnya yaitu upaya represif yaitu dengan membuat
sanksi-sanksi untuk siswa yang melakukan penyimpangan

75
perilaku agar tidak melakukan pelangarn dan yang terakhir
yaitu upaya kuratif yang dilakukan dengan cara pemberian
moral dan agama dengan lebih intensif serta memperketat
pengawasan terhadap siswa.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Bentuk Perilaku Menyimpang Yang Terjadi Di Madrasah
Ibtidaiyah Jamaluddin Bagik Nyaka
Dari Hasil Penelitian diketahui“R” merupakan siswa kelas
III MI Jamaluddin Bagik Nyaka yang terletak di Desa Bagik Nyaka
Santri, Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur, Nusa
Tenggara Barat. “R” menjadi siswa kelas III untuk yang kedua kali
karena tinggal kelas. Sehingga usianya sekarang 10 tahun. Alasan
“R” tinggal kelas disebabkan karena kurang mampu dalam hal
membaca dan memahami pelajaran serta prestasinya jauh tertinggal
dibandingkan dengan teman sekelasnyaIa sekarang duduk
dibangku kelas III MI Jamaluddin Bagik Nyaka, “R” Berasal dari
keluarga yang berkecukupan. “R” anak broken home. Tinggal
bersama bibinya. Ayahnya bekerja sebagai kuli bawang putih di
Sembalun karena tuntutan pekerjaan,ayahnya pulang setiap hari
minggu untuk mengantar kebutuhannya. Sedangkan ibunya pergi
kedaerah asalnya yaitu Semarang.
Selama bercerai “R” tidak pernah kontak dengan ibu
kandungnya. Karena tuntutan pekerjaan bapaknya “R”dititipkan
dibibinya (kakak bapaknya). Karena tuntutan pekerjaan bibinya
pun yang harus berangkat subuh-subuh kepasar. “R” menjadi
jarang terurus dan mempersiapkan segala sesuatunyauntuk
berangkat sekolah. Dengan keadaan seperti ini “R” ditemukan
mencuri uang teman kelasnya selama jam olahraga. “R”
dipergoki salah satu temannya yang ditugaskan untuk mengambil
absen kedalam. Setelah jam olahraga selesai temannya atas nama
“Akbar Maulana” merasa kehilangan uang tabungan dan uang
belanjanya yang jumlah nya 57 Ribu. Setelah mendengar masalah
tersebut, guru lansung menindak lanjuti permasalahan ini dan
mengumpulkan semua kelas III dengan menanyakan satu-persatu.
“R” memiliki sikap yang kurang baik yaitu suka mengambil

76
barang milik orang lain tanpa izin. Semua guru, Kepala Sekolah
dan siswa kelasIII dan II mengetahui sikap buruk “R” tersebut.
Tidak hanya pihak sekolah melainkan tetangga-tetangga rumah
yang tidak sedikit jauh dari rumah “R” mengetahui bahwa “R”
sering mengambil barang tanpa izin. Saat peneliti menanyakan hal
tersebut kepada keluarga “R”, keluarga “R” tidak mengakui bahwa
anaknya suka mengambil barang milik orang lain.
Objek dalam penelitian ini adalah Strategi orang tua dalam
mencegah perilaku menyimpang siswa kelas III MI Jamaluddin
Bagik Nyaka Kecamatan Aikmel.
Berdasarkan observasi, wawancara dengan siswa “R”
berperilaku menyimpang, orang tua asuh “R”, guru kelas III,
Kepala Sekolah SD Negeri Ngemplak Nganti, tetangga rumah “R”
dan beberapa teman sekelas “R” serta dokumentasi didapat hasil
penelitian yaitu (1) Faktor yang mempengaruhi “R” Melakukan
perilaku menyimpang dalam bentuk mencuri; dan (2) Dan
bagaiman strategi orang tua dalam mencegah perilaku tersebut (3)
Perilaku sehari-hari yang ditunjukkan “R” di kelas maupun di
rumah. Berikut merupakan penjabaran dari hasil penelitian yang
didapatpenliti.
B. Faktor yang Mempengaruhi Siswa Berperilaku Menyimpang(R)
Mencuri.
“R” beberapa kali didapati mengambil barang milik orang lain
tanpa izin. Adapun barang milik teman yang diambil “R” seperti baju
dan kotak pensil milik teman sekelas. Hal ini berdasarkan hasil
wawancara dengan beberapa teman sekelas “R” sebagai berikut:
Berdasarkan pernyataan hasil wawancara dengan beberapa
siswa yang berperilaku menyimpng, maka diketahui bahawa siswa
“R” sudah sering mengambil barang milik orang lain tanpa izin
meliputi, kotak pensil, uang milik temannya.
Perilaku menyimpang (mencuri) tersebut tidak lepas dari
faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru kelas III yang menjadi wali kelas “R” mengatakan bahwa: “R”
suka mengambil barang orang lain saya rasa dari kurangnya kontrol
dari kedua orang tuanya yang jarang berkomunikasi dengannya

77
hingga R melakukan penyimpangan tampa rasa takut sedikitpun.
Selain guru kelas III, tetangga rumah “R” mengutarakan
pendapat yang senada dengan guru kelas III mengenai faktor yang
dapat mempengaruhi “R” berperilaku menyimpang.
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan guru kelas III dan
tetangga rumah dari “R” maka dapat disimpulkan bahwa perilaku
mencuri “R” lebih disebabkan karena kurangnya perhatian dari kedua
orang tuanya dan rasa kepedulian keluargnya sehingga “R” tidak
mengetahui hal-hal yang kurang baik untuknya. Sehingga tanpa
adanya pemahaman yang disampaikan orang tua, “R” menganggap
bahwa mengambil barang orang lain tanpa izin pemiliknya
diperbolehkan.
a. Perilaku Sehari-hari Siswa Berperilaku Menyimpang
Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor keluarga,
budaya, dan sekolah. Begitu pula dengan perilaku “R” yang dapat
dipengaruhi oleh aspek keluarga, budaya maupun sekolah. Hasil
penelitian ini akan mengungkapkan perilaku lain yang dimiliki
“R” di luar perilaku mencurinya. Adapun hasil penelitian yang
diuraikan sesuai aspek yang mempengaruhinyameliputi:
Bagaimana orang tua mendidik dan mengajarkan anak
akan berpengaruh besar terhadap perilaku yang ditunjukkan
anak dalam kehidupannya sehari-hari. Anak berperilaku sesuai
apa yang dilihat dan dipelajarinya. Aspek keluarga ini dibagi
menjadi 4 indikator sebagai berikut:
1) Konsistensi dalam Mendidik dan Mengajar Anak-anak
Orang tua berkewajiban mendidik dan mengajarkan pada
anak mengenai perilaku yang baik dan tidak baik untuk
dilakukan. Dalam mendidik anak diperlukan konsistensi antara
ayah dan ibu dalam melarang atau memperbolehkan tingkah
laku tertentu pada anak. Tidak adanya konsistensi akan
mengaburkan pengertian anak tentang apa yang baik dan apa
yang tidak baik untukdilakukan.
C. Bentuk Penyimpangan Perilaku Siswa Kelas III Di Madrasah
Ibtidaiyah Jamaluddin Bagik Nyaka Kabupaten Lombok Timur
Segala bentuk tingkah laku anak menyimpang dari ketentuan
yang berlaku dalam masyrakat dalam norma agama, etika, peraturan

78
sekolah, dan kelurga dapat di sebut sebagai perilaku menyimpang. 82
Adapun bentuk penyimpangan perilaku yang di lakukan oleh siswa
kelas III di MI Jamaluddin Bagik Nyaka Lombok Timur yaitu;
1. Penyimpangan Perilaku ringan
Penyimpangan perilaku atau kenekalan bersifat ringan yang
dilakukan siswa di MI Jamaluddin Bagik Nyaka Kabupaten
Lombok Timur seperti terlambat datang ke sekolah, berada
diluar gerbang sekolah ketika istirahat sekolah, meninggalkan
sekolah pada jam pelajaran (bolos), atribut sekolahtidak
lengkap, tidak mengikuti solat zuhur berjamaah, tidak mengikuti
tahfis di setiap paginya, tidak masuk sekolah tampa keterangan
atau membolos sekolah dan lain sebagainya.
Dari segi usia, siswa MI Jamaluddin Bagik Nyaka termasuk
dalam kategori masih anak-anak yang membutuhkan bimbingan
banyak dari orangtua dan dari lingkungannya karena, pada fase
ini anak-anak mulai mengembangkan diri dan banyak
bergantung pada orang lain akan tetapi belum mampu
menguasai dan memfungsikan fisik dan psikisnya dengan baik.
Dari kasus di atas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa
penyimpangan perilaku yang di lakukan oleh siswa kelas III
masih tergolong ringan dan hanya berupa pelanggaran tata
tertib, tidak dapat di golongkan dalam pelanggaran berat atau
melanggar hukum.
Kendati demikian, sekecil apapun pelanggaran yang
dilakukan siswa adanya tindakan atau pencegahan yang di
lakukan oleh guru dan wali murid sehingga penyimpangan
perilaku tidak menjadi suatu yang kurang baik tersebut tidak
dilakukan oleh siswa.
2. Penyimpangan Perilaku Berat
Penyimpangan perilaku yang tergolong berat yang pernah
dilakukan oleh beberapa siswa yang cukup meresahkan baik
dilingkungan sekolah maupun lingkungan Masyrakat seperti
berbicara kotor, mencuri barang yang bukan miliknya dan
berkelahi”
82
Uyoh Sadulloh dan Agus Muharram, Pendagogik Ilmu Mendidik,
( Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.31.

79
Dari segi pendidikan, siswa yang melakukan
penyimpangan perilaku berat tersebut akan berpengaruh
terhadap keperibadian dan konsentrasinya dalam belajar, selain
itu juga dapat mempengaruhi teman- teman lain di sekolah dan
di sekitar lingkungannya.
Di MI Jamaluddin Bagik Nyaka Khusus nya di Kelas III
peneliti menemukan beberapa penyimpangan atau kenakalan
berat yang pernah dilakukan beberapa siswa, namun yang di
ketahui guru atau pihak sekolah hanya sebagian saja karena
penyimpangan perilaku di lakukan di luar lingkungan sekolah
namun cukup bertentangan dengan norma dalam masyrakat.
Beberapa siswa yang melakukan penyimpangan yang
tergolong berat ini diketahui karena mendapat pengaruh dari
teman sepergaulan atau lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
Untuk menanggulangi perilaku yang kurang baik diluar sekolah
Buk Salwa selaku guru BK sering melakukan pendekatan
kepada siswa terkait memperoleh informasi tentang pergaulan
siswa diluar sekolah.
D. Faktor Penyebab Penyimpangan Perilaku Siswa Di MI
Jamaluddin Bagik Nyaka Kabupaten Lombok Timur
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan siswa berperilaku
menyimpang dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Sebagaimana yang di jabarkan berikut ini :
1) Faktor Internal Penyebab Penyimpangan Perilaku Pada Siswa
Kelas III MI Jamaluddin Bagik Nyaka
a. Faktor Keluarga
Keluarga merupakan tempat seorang anak mengenal
dunia dan merupakan pendidikan pertama bagi seorang
anak, yang kemudian pendidikan termasuk dalam tri pusat
pendidik ananak.
Pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
seorang anak bermula dari keluarga. Lingkungan
keluargalah yang secara potensial dapatmembentuk
pribadi anak yang baik dan sesuai dengan norma dalam
masyrakat, apabila pendidikan dalam keluarga yang salah
satu kurang maka pribadi yang akan terbentuk akan

80
cenderung kurang baik atau samapi pada melakukan
tindakan- tindakan kriminal.83 Dari penjelasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa keluarga sangan berperan dalam
membentuk keperibadian anak yang cenderung
menyimpang.
Penyebab lain dalam keluarga yang menyebabkan
seorang anak berperilaku menyimpang adalah karena
kurang mendapat perhatian karena perceraian kedua orang
tua yang kemudian memicu perilaku menyimpang pada
anak.
Dari hasil penelitian ditarik kesimpulan bahwa
faktor-faktor di dalam keluarga yang menyebabkan
penyimpangan perilaku siswa Kelas III MI Jamaluddin
Bagik Nyaka adalah sebagai berikut:
1) Siswa mrupakan anak broken home atau anak yang
ditinggalakn orang tuanya bekerja jauh dari rumah
atau luar negeri sehingga hanya di asuh oleh salah
satu keluaga dari kedua orang tuanya.
2) Orang tua yang cenderung sibuk dengan
pekerjaanya sehingga anak kurang mendapat
perhatian dan pengarahan yang harusnya di dapat
dari kedua orang tuanya.
b. Faktor dari dalam individu
Faktor dari dalam individu anak juga sangat
mempengaruhi dalam melakukan tindakan penyimpangan
perilaku baik dalam norma di masyarakat maupun
peraturan disekolah. Pada usia peralihan dari anak-anak ke
usia remaja ini, status individu pun turut berubah yang
kemudian menyebabkan kebingungan dan terdapat
keraguan akan peran yang harus dilakukan. Bila anak
mampu atau berhasil mengembangkan identitas sebagai
remaja maka ia akan memiliki rasa percaya diri dan
mampu memutuskan bagaimana seharusnya sikap seorang

83
Elly M. Setiadi, Usman Kadip, Pengantar Sosiologi, ( Jakarta:
Pranda Media Grup, 2014), hlm.132-133.

81
remaja berperilaku dan bertanggung jawab terhadap
dirinyasendiri.
Selain itu, kurangnya kontrol diri menyebabkan
anak melakukan perilaku atau kebiasaan yang kurang baik
dan cenderung menyimpang. Apabila memiliki kontrol
diri yang baik maka meskipun lingkungan diluar diri
remaja atau siswa kurang baik maka tidak akan
berpengaruh terhadap perilakunya.84
2) Faktor Eksternal Penyebab Penyimpangan Perilaku Siswa
Kelas III MI Jamludin Bagik Nyaka
a. Faktor teman sepergaulan atau sekolah
Selain di rumah seorang anak banyak menghabiskan
waktunya di sekolah, pada jenjang pendidikan MI dan
SMP waktu belajar di sekolah tentu lebih panjang, maka
lingkungan sekolah juga berpengaruh terhadap
perkembangan moral anak.85
Sekolah merupakan tempat seorang siswa
berkembang dan juga terbentuk kepribadiannya, mendapat
pengalaman baru serta berbagai macam ilmu pengetahuan
selain itu juga di lingkungan sekolah terjadi interaksi
sosial antara para siswa. Selanjutnya sekolah merupakan
suatu lingkungan dan siswa sebagai masyarakatnya
dimana mereka menghabiskan sebagian besar waktunya,
disana mereka berkumpul antarasiswa dan siswi dalam
jangkau usia yang relative sama, dengan sikap yang
hampir bersamaan, oleh karena itu seorang anak akan
dapat menyatakan dirinya mendapat tempat di masyarakat
sekolah atauditengah-tengah teman-temannya.86
Dengan demikian sekolah merupakan tempat
pengganti bagi siswa untuk mendapatkan nilai-nilai moral
yang seharusnya didapat di dalam keluarga. Dalam hal ini
berarti sekolah memiliki peran ganda selain tugas

84
Mohammad Ali, Mohammad Asrori. Psikologi Remaja:
Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) hal. 67
85
Ibid, hlm 234
86
Ibid, hlm 235

82
mengajar juga mendidik. Jika dalam suatu keluarga anak
tidak mendapat pendidikan yang memadai maka tugas
sekolah untuk memperhatikan dan mewujudkan siswa
yang bermoral dalam lingkungan sekolah yang tidak
didapatnya di lingkungan keluarganya.
Namun dalam lingkungan sekolah juga seorang
siswa mendapat pengaruh untuk melakukan perilaku yang
bertentangan dengan peraturan sekolah dan norma
didalam masyarakat. Hal ini salah satunya terjadi karena
pengaruh teman sepermainannya. Seperti dalam teori
perilaku menyimpang Differential association diamana
menurut teori ini, kenakalan anak adalah akibat salah
dalam pergaulan. Anak-anak menjadi nakal karena
bergaul dengan anak-anak nakal. Paham ini masih banyak
dianut oleh para orang tua di indonesia.
Hal ini disebabkan teman merupakan orang dekat
setelah keluarga, apabila dalam keluaga kurang
mendapat perhatian danadanya
kedekatanmakaanakakanlebihdekatdenganteman-
temannya,dengandemikian, anak akan mudah terpengaruh
untuk melakukan tindakan- tindakan menyimpang yang
juga pengaruh dari teman-teman sepergaulannya.
Dari pengaruh teman yang kurang baik baik teman
di lingkungan sekolah maupun diluar sekolah akan
berdampak terhadap sikap siswa di sekolah, siswa akan
cenderung melakukan penyimpangan terhadap peraturan
sekolah.
b. Faktor media masa
Faktor selanjutnya yang menyebabkan
penyimpangan perilaku pada siswa adalah media massa.
Dengan kemajuan dan ketersediaan teknologi sekarang ini
sangat memudahkan siapapun yang mengaksesnya tanpa
adanya kontrol dan kesadaran maka akan membuat
seseorang memperoleh berbagai informasi yang negatif
dari internet atau televisi.

83
Pendapat serupa disampaikan oleh Ibuk Salwa
selaku guru BK da Wali kelas III yang menyatakan bahwa
salah satu penyebab perilaku meyimpang yang
kebanyakan dilakukan siswa pada zaman ini adalah
karena pengaruh dari perkembangan teknologi yang
semakin canggih namun kuranganya pola pikir yang
positif dan kontrol dari keluarga dan lingkungan sekitar.
Bahkan terkadang orang tua yang memberikan fasilitas
internet dantelevisi tujuannya untuk mempermudah akses
belajar dan hiuran siswa agar tidak bermain diluar rumah
akan tetapi, dalam penggunaaanya tidak di awasidan
diarahkan dan kemudian berdampak pada
perubahan perilaku kearah negatif kepada anak. Contonya
saja siswa yang sering dan kemudian kecanduan bermain
Play Station maka akan berdampak pada kegiatan
belajarnya disekolah siswaakan menjadi malas belajar dan
kurang konsentrasi, bahkan da yang sampai meninggalkan
sekolah pada jam pelajaran hanya untuk pergi bermain.87
Dengan demikian seharusnya penggunaaan media
massa baik internet, televisi maupun media lainnya
seharusnya digunakan sebagai media penyampai
informasi dan sumber belajar menjadi di salah gunakan,
karena pada anak usia remaja dengan rasa ingin tahu yang
tinggi ditambah kurangnya bimbingan dan kontrol dari
orang tua tentang penggunaaan
mediamassainikemudianmalahmenjadikananakmenirudan
mencobaapa yang di lihat dan didapat di internet sehingga
memicu timbulnya perilaku menyimpangyang dilakukan
oleh siswa.
c. Faktor lingkungan masyrakat.
Lingkungan masyarakat juga memiliki andil yang
cukup besar dalam membentuk perilaku siswa. Perilaku
yang dilakukan seorang anak sebagian besar merupakan

87
Salwa, Wawancara, Bagik Nyaka, 25 Mei 2021.

84
cerminan bentuk perilaku dalam masyarakat ditempatnya
tumbuh danberkembang.
Lingkungan di sekitar rumah atau di masyarakat
memberikan pengaruh sosial pertama kepada anak
setelah keluarga Disana ia mendapat pengalaman untuk
mengenal lingkungan baru yang berlainan dengan yang
dikenalnya dirumah. Kata-kata yang di ucapkan, tindakan
yang diambil, cara memperlakukan orang lain dengan cara
yang telah dikenalnya Ketika dalam masyarakat seorang
siswa tumbuh di lingkungan yang kurang kondusif dan
tidak peduli dengan perkembangan perilaku dan moral
seorang anak maka, anak akan tumbuh sebagaimana
lingkunganmasyarakat tempat tinggalnya dan di sekolah
pun akan melakukan penyimpangan perilaku karena sudah
dianggap hal yang lumrah.
E. Strategi Orang Tua Dalam Mencegah Perilaku Penyimpangan
Pada Siswa Kelas III MI Jamaluddin Bagik Nyaka
Berdasarkan temuan penelitian sebagaimna yang telah
diuraikan sebelumnya, kaitannya denganStrategi yang perlu dilakukan
oleh orang tua dalam mencegah penyimpangan perilaku yang di
lakukan siswa kelas III di MI-Jamalludin bagik nyaka Kecamatan
Aikmel Kabupaten Lombok Timur
1. Strategip Reventif
Strategi atau upaya preventif adalah suatu kegiatan yang
dilakukan secara sistematis, berencana dan terarah untuk menjaga
agar penyimpangan tidak terjadi.Strategi ini merupakan strategi
yang dilakukan untuk mecegah terjadinya penyimpangan perilaku
siswa sebelum terjadinya pelanggaran.88
Adapun upaya yang di lakukan orang tua di MI
Jamaluddin Bagik Nyaka Kecamatan Aikmel sebagai strategi
preventif diantaranya adalah :
a) Mengingatkan siswa untuk senantiasa menjaga diri dari
melanggar peraturan sekolah, selalu menjaga kerapian, serta
selalu berperilaku sesuai dengan ajaranagama.

88
Tipto Subadi, Sosiologi,(surakarta: PT. Rosda Karya, 2008), hlm. 57.

85
b) Memberi rasa nyaman bagi anak dananggota kelurga yang
lain.
c) Memberikan contoh yang baik untu anak, agar anak mampu
meniru perilaku yang kelurganya berikan.
d) Memberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara
sosia yang di anggap tepat.
e) Memberikan kasih sayang yang seharusntya kedua orang tua
berikan.
f) Mengadakan kegiatan keagamaan, program ini berupa
kegiatan sholat berjamaah dan program Hafidz. Kegiatan ini
bertujuan mengurangi tingkat kenakalan siswa dimana ketika
siswa akan berperilaku negatif akan menginggat Allah SWT
dan program ini dapat membentuk siswa yang lebih
berakhlakmulia.
g) Membangun kedekatan dengan anak agar mudah dalam
memberi nasihat dan arahan terkait peraturan sekolah dan tata
tertib.
2. Strategi Represif
Suatu usaha untuk menahan dan mencegah kenakalan
siswa sesering mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa
yang lebih kuat. Langkah ini diambil setelah siswa melakukan
penyimpangan, tujuannya untuk memulihkan keadaan atau agar
siswa menjadi jera dan tidak mengulangi penyimpangan perilaku
serupa di kemudianhari.89
Adapun bentuk-bentuk sanksi yang diberikan untuk siswa
yang melakukan penyimpangan perilaku adalah sebagai berikut:
a) Terlambat masuk sekolah maka untuk pertama kali akan
dicatat dan ditegur kemudian untuk keterlambatan selanjutnya
akan diminta hafalan surat pendek yang ditentukan olehguru.
b) Meninggalkan sekolah ketika pelajaran maka akan mendapat
hukuman berupa hafalan surat pendek dan membersihkan
kamarman disiswa.
c) Atribut sekolah tidak lengkap tanpa izin maka akan diberi
peringatan dan untuk pelanggran ke dua akan diminta

89
Ibid,… hlm.58

86
membeli atribut yang tidak lengkap dan menyapu koridor
sekolah.
d) Berkelahi, untuk perkelahian baik didalam sekolah maupun
diluar sekolah apabila diketahui pihak sekolah atau guru maka
guru BK akan melakukan pemanggilan dan diberikan
pembinaan ketika melakukan kenakalan yang sama untuk
kedua kali maka akan dilakukan pemanggilan wali murid.
e) Membawa HP untuk pelanggaran ini maka guru akan
melakukan
pemberianhukumanberupahafalansuratyangditentukandanpeny
itaan sementara ketika dilakukan pelanggaran serupa untuk
kedua kalinya maka Hp akan disita dan orang tua yang akan
dipanggil untuk diminta kerjasamanya untuk melakukan
pengawasan agar siswa tidak lagi membawa Hp ke
dalamsekolah.
f) Mengambil milik orang lain, untuk pelanggran ini guru akan
memanggil siswa yang bersangkutan beserta orang tua ntuk
diambil kebijakan dan pertimbangan apabila siswa tidak
memiliki catatan pelanggaran maka akan dipertimbangkan
untuk dilakukan pembinaan dan pengawasan lebih oleh guru
dan orang tua atau tidak dikeluarkan. Strategi Kuratif
(memulihkan) Merupakan suatu usaha untuk memulihkan
kembali atau menolong anak yang terlibat kenakalan agar
kembali dalam perkembangan yang normal atau sesuai
dengan aturan atau norma hukum yang berlaku sehingga pada
diri siswa tumbuh kesadaran dan terhindar dari keputusasan
3. Strategi kuratif
Strategi kuratif merupakan strategi yang dilakukan guru
yang dilakukan untuk memulihkan atau menghilangkan kebiasaan
siswa yang melakukan penyimpangan perilaku yang biasanya
merupakan penyimpangan perilaku tergolong berat seprti mencuri
dan berkelahi.90
Dalam hal ini langkah kuratif yang dilakukan oleh guru
baik di kelas maupun guru BK untuk siswa yang sering

90
Ibid, hlm 61

87
melakukan penyimpangan perilaku ringan dan penyimpangan
perilaku yang bersifat berat namun tidak dikeluarkan dari
sekolah. Strategi yang dilakukan guru yaitu membangun
komunikasi dan kedekatan kepada siswa bersangkutan untuk
diketahui penyebab melakukan penyimpangan perilaku dan
kemudian diberi nasehat dan solusi, memberikan perhatian
khusus namun wajar, memberikan bimbingan moral dan
keagamaan agar siswa menyadari kesalahan dan lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT dan Selain itu guru baik
guru BK maupun wali kelas dan berkoordinasi dengan wali murid
juga memperketat pengawasan dan bekerja sama membimbing
siswa agar tidak lagi melakukan penyimpangan perilaku terhadap
peraturan sekolah dan norma di masyarakat seperti.91
a) Bimbingan nilai agama dan nilai sosial
Anak diajak untuk memahami (tanpa paksaan atau
bentuk kekerasan lainnya) tentang pentingnya ajaran agama
dengan memperhatikan ahklak, akidah dan ibadah sesuai
dengan keyakinan dan agama masing- masing. Agama yang
di ajarkan dengan penuh kasih sayang dan lemah lembut
akan menumbuhkan kecerdasan spiritual dan sekaligus
menjadi banteng bagi anak untuk tidak berperilaku sosial
menyimpang. Sebaliknya, ajaran agama yang di ajarkan
dengan kekerasan atau paksaan akan berpengaruh buruk pada
perkembangan mental anak.
Bimbingan nilai agama dan nilai sosial dengan cara
anak di ajak dan di dorong agar memiliki motivasi untuk
melakukan perubahan perilaku melalui penyesuaian diri
dengan nilai- nilai sosial dengn memeperhatikan hal-hal
seperti:
a. Kemampuan pada anak yang selalu berkembang menjadi
lebi baik.
b. Meningkatnya kepedulian anak terhadap teman sebaya
maupun orang dewasa.
91
Hadi Utomo, Panduan Pencegahan Dan Penanganan anak
berperilaku Sosial Menyimpang, (Bandung: Yayaan Bahtara bandung, 2019)
Hlm.39

88
c. Anak memiliki pengetahuan dan mampu menghargai serta
mempelajari perbedaan pandangan, budaya, agama dan
bahasa, yang pada tiap wilayah memiliki perbedaan khas.
b) Konseling
Konseling merupakan proses interaksi antara konselor
(orang tua) dengan konseli (anak) yang bertujuan untuk
mengatasi masalah yang di hadapi oleh seorang anak. Dalam
konseling menekankan pada orang tua untuk membantu anak
dalam mencari alternatif pemecahan masalah. Konseling
terhadap anak dengan perilaku menyimpang dilakukan
dengan. :
a. Memberi bimbingan kepada anak
b. Di butuhkan serangkaian wawancara atau komunikasi
antara orang tua dan anak untuk membantu seorang anak
menemukan atau memutuskan langkah- langkah yang
harus di ambil dalam memecahkan masalah.
c. Orang tua harus memiliki wawasan yang luas agar
mampu memecahkan masalahnya sendiri maupun
terhadap lingkungannya.
c) Pedampingan sosial
Pedampingan sosial bagi anak yang berperilaku
menyimpang di tunjukan pada bantuan ADPS menyimpang
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi seperti: Emosi,
sosial, etika, moral dan kesehatan, sehingga terhindar dari
konflik hukum.
Pedampingan sosial juga dimaksudkan sebagai
bimbingan pribadi dan sosial dalam membantu ADPS
menyimpang untuk memahami bagaimana berperilaku
dengan menghormati orang lain, mamhami dirinya sendiri,
paham bagaiman bergaul dengan orang lain, memhami nilai-
nilai dan norma sosial, belajar sopan santun dan etika, pandai
memanfaatkan waktu- waktu luang dengan melakukan
kegiatan yang positif, melatih keterampilan sosial,
mengembangkan hubungan keluarga dan memahami peran
dan tanggung jawab sosial.

89
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian, serta
pembahsan, sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian
sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Bentuk penyimpangan perilaku siswa di MI Jamalludin Bagik
Nyaka Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur terbagi
menjadi dua bentuk yaitu penyimpangan perilaku yang dilakukan
siswa tergolong ringan yaitu seperti datang terlambat, tidak
lengkap menggunakan atribut sekolah, tidak ikut solat berjamaah,
keluar dari lingkungan sekolah atau kelas pada jam pelajaran,
jajan di saat jam pelajaran masih berlangsung dan penyimpangan
perilaku yang tergolong berat di temukan pada siswa kelas III
( stady kasus ) mencuri di sekolah.
2. Faktor penyebab perilaku menyimpang pada siswa kelas III di MI
Jamalludin Bagik Nyaka Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok
Timur dibagi menjadi dua yaitu faktor internal (dari dalam) yaitu
berupa faktor keluarga dan dalam individu sedangkan faktor
eksternal (dari luar) yaitu berupa: faktor teman sepergaulan atau
teman sekolah media masa dan lingkungan masyarakat.
3. Starategi orang tua dalam mencegah perilku penyimpangan pada
anak di MI Jamaluddin Bagik Nyaka Kecamatan Aikmel,
Kabupaten Lombok Timur adalah dengan cara:
a. Preventif (pencegahan) yaitu dengan melaksanakan kegiatan
sosialisasi tentang tata tertib mengikuti peraturan sekolah,
dengan rutin mengadakan atau mengikuti kegiatan
keagamaa, dan membangun kedekatan dengan siswa atau
anak agar orang tua mudah dalam memberi nasihat dan
arahan dalam membentuk pribadi anak menjadi lebih baik.
b. Represif (pemberian saksi) yang lebih di tekankan pada
pemberian teguran, yang dapat memberikan efek jera
terhadap siswa yang berperilaku menyimpang.
c. Kuratif (memulihkan) dengan cara membangun komunikasi

90
dan kedekatan apada anak kemudian diberikan nasihat dan
solusi, dan memberikan bimbingan moral dan keagamaan,
selain itu orang tua ataupun guru juga memberikan perhatian
dan kenyamanan bagi seorang anak agar tidak lagi
melakukan penyimpangan perilaku yang dapat merugikan
dirinya dan merugikan orang lain.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti dapat mengemukakan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
a. Upaya mengatasi penyimpangan prilaku yang dilakukan
siswa tidak hanya dilakukan oleh kepala sekolah, bidang
kesiswaan, guru saja, melainkan seluruh komponen sekolah
terutama kedua orang tua yaitu ayah dan ibu atapun
komponen keluarga lainnya harus ikut adil dalam
membentuk karakter siswa yang sesuai dengan norma dan
ajaran agama.
b. sebaiknya orang tua banyak berkerja sama dengan guru
atapun masyrakat sekitar untuk mencegah atau
menanggulangi penyimpangan perilaku siswa di dalam
maupun di luar sekoLAH.
2. Bagi Orang Tua
a. Hendaknya orang tua lebih intens dalam memberikan kasih
sayang, perhatian, bimbingan dan pengawasan terhadap
perilaku dan pergaulan anak dalam keseharian.
b. Orang tua selalu berkerja sama dengan sekolah dalam
memantau perilaku perkembangan anak di sekolah.
3. Bagi Siswa
a. Siswa harus senantiasa mempertahankan ahklak yang baik
yang sudah di tanamkan di keluarga dan sekolah serta
selalu berperilaku sesuai dengan peraturan dan norma yang
ada.

91
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka
Cipta,2003.

Aggis Karawachi, pola asuh orang tua terhadap perilaku menyimpang


Yogyakarta: UNY, 2015.

Azmi Kusumastuti, (SKRIPSI) Strategi Sekolah Dalam Menanggulangi


Penyimpangan Perilaku Siswa Di MTs Al-Azhar Sidorenggo
Kabupaten Malang, (Malang:Universitas Maulana Malik
Ibrahim,2020)

Ciek Julianti Hisyam,Perilaku Menyimpang Tinjauan Sosiologi. Jakarta


Timur: PT Bumi Aksara, 2008.

Dwi Narkowoko dan Bagong Suyanto,Sosiologi Teks Pengantar dan


Terapan, Jakrta: Kencana, 2011.

Desmita, Psikologi Perkembangn Peserta didik, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2009.

Erlin Oktavianti, “studi kasus perilaku menyimpang siswa kelas 1 SD


Negeri Ngelempak Nganti Slemen”,(Skripsi, Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta 2019)

Elly M.Setiadi, Usman KOlip,Pengantar Sosiologi, Jakarta: Prenada


Media Graoup, 2011.

Gana Egar Febrian, (SKRIPSI) Peran Sekolah Dalam Menanggulangi


Perilaku Menyimpang Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 13
Kota Magelang (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta,
2015)

92
Gunawan,Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Tentang Problem
Pendidikan, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2011.

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan


Nasional di Indonesia, Jakarta:Prenada Media Group, 2007.

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 2011.

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 2006.

Hariyanto, Akibat Kenakalan Remaja, http://belajarpsikologi.com/akibat-


kenakalan-remaja/ diakses pada tanggal 5 Mei 2019 pukul 14.25
WIB.

Herdiyansyah dan Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Ilmu-ilmu


Sosial. (Jakarta: Salemba Humanika, 2016.

Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:PT.


Remaja Rosdakarya, 2002

Pidarta, dan Made, Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidkan


Bercorak Indonesia, Jakarta:Rineka Cipta, 2017

Pip Jones,DKK, Pengantar Teori-Teori Sosial, Jakarta: Yayasan Pustaka


Obor Indonesia, 2016.

Sobry Sutikno, Strategi Pembelajaran, Indra Mayu Jawa Barat: Cv.Adanu


Abimata, 2021.

Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Karisma Putra


Utama, 2016.

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung:PT


Remaja Rosdakarya. 2014

93
Syamsyuddin AR, Vismaia S.Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif (Bandung: Alfabeta,


2019.

Sugiyono, metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D,


Bandung: Alfabeta, 2016.

Tim Penyusun,Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

Tjipto Subadi, Sosiologi, Surakarta: Remaja Rosdakarya, 2008.

94
LAMPIRAN - LAMPIRAN

95
LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA

Nama Kepala Sekolah : Drs. Mahrarni


Hari/ Tanggal : Selasa, 21 Mei 2021
Waktu : 09.00 Sampai selesai.

1. Bagaimana Sejarah MI Jamalludin bagik Nyaka?


Jawab : MI Jamaluddin Bagik Nyaka di dirikan pada tanggal 22,
Oktober 1997 di dirikan oleh tokoh agama yaitu Tgh. H.
Abdul Mannan dan sekarang di teruskan oleh saudara
kandungnnya yaitu Drs.Mahrarni selaku kepala sekolah di
MI Jamaluddin Bagik nyaka. Sebelum sekolah ini di dirikan
masyarakat yang ada di desa bagik nyaka bersekolah di SD 1
Dasan re yang berada di desa kalijaga yang tidak jauk dari
desa bagik nyaka. Maka dari itu tokoh agama tersebut
termotifasi untuk mendirikan madrasah atau skolah agar
siswa yang ada di bagik nyaka tidak terllu jauh untuk
bersekolah. Dan perkembangan sekolah dri dulu sampai
sekarang tetep beralan dengan dan lebih baik.
2. Kurikulum apa yang digunakan sekolah saat ini?
Jawab: Kita di MI Jamaluddin Bagik Nyaka ini menggunakan
kurikulum KTSP.
3. Apa misi dan misi sekolah?
Jawab: Kalo Visi dan Misi MI Jamalludin Bagik Nyaka ini sebagai
lembaga pendidikan dasar yang berciri khas Islam perlu
mempertimbangkan harapan peserta didik, orang tua peserta
didik, lembaga pengguna lulusan madrasah dan masyarakat.
Mi Jamaluddin Bagiknyaka juga diharapkan merespon
perkembangan dan tantangan masa depan dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi; era informasi dan global yang
sangat cepat. Untuk itu Madasah Ibtidaiyah Jamaluddin
Bagik nyaka ingin mewujudkan harapan tersebut melalui
visinya yang mulia, yaitu : “terwujudnya peserta didik yang
unggul dan berprestasi religius islami dan sunnah, disiplin,

96
dan peduli”. Sedangkan misinya saya kurang hafal. Nanti
saya kasi filnya ya nak nanti di baca sendiri.
4. Bagaimana cara guru mengajakan budi pekerti pada siswa?
Jawab: Guru menjelaskan dan memberikan contoh pada siswa
mengenai apa itu budi pekerti. Dari materi pelajaran saja
sudah ada nilai budi pekerti bagaimana guru dalam
mengembangkannya. Menurut saya, guru lebih
menggunakan pemberian contoh pada siswa.
5. Contoh teladan apa yang sering bapak/ibu guru sering lakukan?
Jawab: Memberikan contoh melalui kegiatan sehari- hari saja nak,
sepertimembuang sampah pada tempatnya, menjaga
kebersihan, berbicara yang sopan, beperilku jujur Itu semua
dilakukan agar siswa terbiasa dengan hal- hal tersebut.
6. Apa tanggapan bapak tentang perilaku menyimpng?
Jawab : Setiap dalam peroses pembelajran sekolah itukan ada aturan,
ada aturan yang sudah di sepakati oleh ketua yayasan, komite
sekolah, orang tua, siswa, guru, dan kepala madrasah. Aturan
itu bukan berarti untuk melebihi aturan yang sudah ada,
tetapi kita ingin meminimalisisr terjadinya ketimpangan.
Ketimpangan itu terjadi pertama kan karena tidak terjadiny
proses pembelajaran secara aktif, yang kedua tidak adanya
disiplin dalam sekolah, yang ketiga tidak adanya tindakan,
atau tindak lanjut ketika ada masalah atau terjadinya
penyimpangan terhadap siswa kalau tidak ada tindak lanjut
maka akan terjadi ketimpangan sepeti itiu.
7. Apa yang bapak ketahui tentang perilaku menyimpang?
Jawab ;Yang saya ketahui tentang perilaku menyimpang itu adalah
perilaku yang bisa dikatakan perilaku yang tercela, perilaku
yang keluar dari norma dan aturan-aturan yang sudah di
sepkati bersama baik itu dalam sekolah, masyrakat ataupun
keluarga.
8. Bentuk- bentuk perilaku menyimpang apa saja yang sering terjadi di
MI Jamaladdin Bagik Nyaka?
Jawab : Kebanyakan ini saya liat secara umumlah sekolah itu, seperti
bolos, datang terlambat ke skolah yang seharusnya datang
pagi tapi masih ada beberapa siswa datang setelah tahfiz

97
bersama, jajan di luar sekolah, main di lingkunagn sekolah
saat masih jam pelajaran, selain bolos biasanya namanya
anak-anak perselisishan faham dengan temannya karna hal-
hal sepele, sehingga timbul pertentangan, perkelahian itu
wajar, karena di dalam jati diri siswa itu pasti seperti itu.
9. Apa penyebab sehingga terjadinya perilaku menyimpang siswa di
MI Jamaluddin Bagik Nyaka?
Jawab : Penyimpangan itu terjadi terjadi pertama kan karena tidak
terjadinya peroses pembelajarn secara aktif, yang kedua
tidak adanya disiplin, yang ketiga tidak adanya tindakan,
atau tindak lanjut ketika ada masalah terhadap siswa kalau
tidak ada tindak lanjut maka akan terjadi penyimpangan
seperti itu.
10. Bagaimana langkah-langkah penyususnan program dalam
mengatasi perilaku menyimpang siswa MI Jamaluddi Bagik
Nyaka?
Jawab: Pertama adakan pembiasaan dengan bentuk tindakan yang
wajar. Dan kami selalu memberikan teguran, atau kami
surati dan apabila penyimpangan itu masih terjadi dan
tetap di ulangi maka kepala sekolah berhak
mengembalikan siswa itu kepada orang tua siswa untuk
lebih membina anaknya.
11. Bentuk-bentuk perilaku menyimpang yang sering dilakukan siswa
MI Jamaluddi Bagik Nyaka?
Jawab : Kalau perilaku menyimpng yang sering siswa disini itu
adalah perilaku- perilaku yang serig terjadi itu seperti
terlamabt apel, terlambat ikut tahfiz, sering keluar sekolah
ketika jam istirahat, dan sering juga siswa bolos sekolah
padahal masih ada gurunya, dan dari segi pakain ada ayng
tidak rapi tidak dikasi masuk. Itu adalah perilaku- perilaku
yang menyimpang yang tidak boleh dilakukan oleh siswa
dan tentu itu melanggar aturan sekolah.
12. Bagaiman bentuk hukuman yang di berikan kepada siswa yang
melakukan perilaku menyimpang?
Jawab : Bentuk hukuman yang diberikan tentu sesuaidengan
pelanggaran yang dilkukan oleh siswa. Karena sekolah

98
memiliki beberapa peraturan yang harus di taati oleh
Guru, siswa dan Kepala sekolah. Namun sansi yang di
berikan sekolah harus sesuai dengan perilaku yang di
lakukan oleh siswa.
13. Upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi perilaku menyimpang
siswa di MI Jamaluddin Bagik Nyaka?
Jawab : Di sekolah ini ada tiga tahap yang kita lakukan di sekolah
ini yang pertama kita memberikan teguran lisan,
kemudian jika itu masih terus terulang kami berikan
peringatan tertulis, dan ketiga kalau itu memang sudah
tidak bisa di bina anak itu kami kasih keluar. Karena kita
ini kan apalagi sekolah ini bernuansa islam tentu kita
menekankan pendidikan agama, pesan- pesan agama, itu
yang harus kita tekankan secara dini dengan demikian itu
adalah salah satu upaya mencegah sedini mungkin
melakukan tindakan prepentif sebelum anak-anak terlalu
jauh melakukan tindakan yang tidak di bolehkan ataupun
di benarkan oleh sekolah.
14. Menurut Bapak apa penyebab terjadinya perilaku menyimpang
siswa di MI Jamaluddin Bagik Nyaka?
Jawab: Faktor penyebab terjadinya penyimpangan yaitu faktor
dari lingkungan keluarga yang kurang memberikan
pembinaan, dan kurang memebrikan didikan agama, dan
kurangnya kontrol terhdap anak karena didikan pertama
yang di dapatkan oleh seorang anak itu di mulai dari
didikan keluarga terutama orang tua, kadang juga fator
teman sepergaulan.
15. Menurut Bapak apakah di sekolah ini ada siswa yang berperilaku
menyimpang?
Jawab: Bisa dikatakan ada, terakadang ada siswa yang melakukan
penyimpangan kenakalan ringanan ada siswa yang
melakukan penyimpangan kenalakan yang berat, bentuk
kenakalan ringan yag dilakukan siswa itu biasanya seperti
atribut sekolah yang kurang lengakap, keluar kelas dijam
pelajaran, jajan diluar gerbang sekolah di jam istirahat,
datang terlambat kesekolah yang seharusnya datang pagi

99
agar dapat mengikuti tahpiz bersama sebelum masuk
kelas, padahal disekolah sebelum melakukan kegiatan
pembelajaran diadakan tahpiz pagi bersama tetapi masih
ada saja mahasiswa yang datang terlambat dan sering
bermain didalam kelas saat jam pelajaran,usil ketemannya
saat belajar kenakalan siswa ini bisa digolongkan dengan
kenakalan ringan meskipun kita tidak membenarkan
kenakalan dalam bentuk apapun dan pelakunya siswa itu-
itu saja.
16. Menurut bapak siswa kelas berapa yang paling banyak melakukan
penyimpangan?
Jawab : Di sekolah ( MI Jamaluddin bagik Nyaka) memiliki Enam
kelas yang terdiri dari Kelas I, II, III, IV, V, VI, dan dari
enam kelas ini bisa di katakan bahwa ada beberapa siwa
dari masing-masing kelas yang sering datang terlamabat,
tidak seragam, tidak mengikuti tahfiz, bolos sekolah,
menggunakan sandal ke sekolah, dan bermain di luar
sekolah saat jam pelajaran sekolah tetapi ada satu siswa
yang melakukan penyimpangan dalam bentuk ( mencuri )
dan mengabil barang milik temannya.

100
Lampiran
Hasil Wawancara Dengan Guru Kelas
Guru Kelas III : Salwa S,
Pd
Hari/Tanggal : Selasa 23 Mei 2021
Waktu : 11.00 Sampai Selesai
Tempat : Ruang Kelas III

1. Apa yang ibu ketahui tentang perilaku menyimpang?


Jawab: Menurut ibu sendiri perilaku menyimpang itu adalah perilaku
yang tidak baik, melanggar aturan. Perilaku yang melanggar
aturan dan bisa merusak moral seorang anak, tetapi secara
umummnya sih bisa di katakana sebagai perbuatan yang
negatif dan bisa dikatana perbutan yang tercela.
2. Menurut ibu perilaku apa saja yang terjadi di kelas III?
Jawab: Perilaku yang biasanya terjadi di sekolah-sekolah pada
umummnya itu seperti terlambat, tidak mengikuti tahfiz,
bolos sekolah, dan tidak seragam ke sekolah. Dan
penyimpangan yang bisa di katakana berat seperti mencuri
dan berkelahi.
3. Apakah di kelas III ada siswa yang berperilaku menyimpang?
Jawab: Owh ya ada nak di kelas III ada beberapa anak yang
perilakunya kurang, seperti datang terlambat, bolos sekolah,
main-main saat jam pelajaran, tidak masuk sekolah tampa
izin, dan suka ngejahilin temannya di kelas. Namun ada 1
anak yang melakukan penyimpangan dalam bentuk ( mencuri
barang, uang kadang juga kotak pensil temennya).
4. Bentuk penyimpangan apa saja yang sering terajadi di MI Jamaludin
Bagik nyaka?
Jawab: Yaitu nak, terlamabat ke sekolah, tidak seragam, berkelahi,
jajn sebelum jam istirahat, tidak masuk tanpa keterangan tapi
kebiasan- kebiasaan itu tidak terjadi setiap hari hanya saja
pernah pernah beberapakali terjadi.
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi anak tersebut berperilaku
menyimpang?
Jawab: Bisa jadi karena faktor kelurga, karena kurangnya kontrol dan

101
komunikasi antara orang tua dengan anaknya, anak tidak
sepenuhnya mendapatkan pengetahuan dan didikan dari
sekolah saja, namun perhatian dari orang tua maupun
keluarganya juga di butuhkan untuk perkembangan seorang
anak baik itu dalam hal agama maupun umunya. Namun bisa
juga karena lingkungan tempat tinggal yang kurang memadai
untuk perkembangan agama dan sosial anak.
6. Upaya apa saja yang dilakukan sekolah atau ibu selaku guru dan wali
kelas di kelas III?
Jawab: Di sekolah ini ada tiga tahap yang kami lakukan yang
pertama kita memberikannya teguran lisan (seperti
memberikannya nasehat bahwa apa yang dilakukan itu
adalah hal yang buruk dan memberikan arahan bahwa yang
dilakukan itu bukanlah hal yang baik) kemudian jika hal itu
masih terulang kami memberikan peringatan tertulis
(memberikan surat panggilan untuk orang tuannya jika
perilakunya tergolong dalam kenakalan berat, dan ketika
kalau memang itu sudah tidak bisa dibina anak itu akan
dikluarkan dari sekolah. Karena sekolah MI Jamalaluddin
Bagik Nyaka ini bernuansa Islam tentu kita menekankan
pendidikan agama, pesan-pesan agama, itu hal yang harus
kita tekankan secara dini kepada siswa dan siswi kami di
sekolah, dengan demikian itu adalah salah satu upaya
mencegah sedini mungkin anak melakukan penyimpangan
dengan melakukan tindakan preventif sebelum anak-anak
terlau jauh melakukan tindakan yang dapat merugikan
mereka dan melanggar peraturan yang tidak di bolehkan oleh
sekolah.
7. Menurut ibuk kegiatan apa yang sekolah berikan dalam menanggulagi
perilaku menyimpang seorang anak tersebut?
Jawab: Kemudian kami mengadakan kegiatan tahfiz pagi,
memberikan sedikit nasehat sebelum melakukan
pembelajaran agar anak-anak punya banyak kegiatan dan dia
bisa melupakan hal-hal yang tidak mencirikan perilaku siswa
yang baik. Kami selalu memberikan nasehat, pendekatan,
dan memberikan pengarahan agar sesuatu yang buruk itu

102
tidak terjadi dan usaha kami pencegah jangan sampai mereka
jatuh ke dalam perbuatan yang paling dalam (buruk), bahwa
perbuatan mereka itu tidak bagus. Setidaknya guru-guru,
orang tua atau kepala madrasah yang paling berperan
memberikan arahan kepada anak-anak.
8. Jika ada anak yang melakukan penyimpangan sanksi apa yang di
berikan?
Jawab: Disetiap sekolah pasti memiliki sanksi yang berbeda-beda
yang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan oleh siswa
contohnya seperti terlambat datang ke sekolah biasanya
siswa diberikan sanksi untuk membersihkan halam sekolah
kalau itu pelanggarannya ringan, tidak ada hukuman fisik,
kami pengacu pada pemberian teguran secara lisan dan
tertulis.
9. Bagaimana bentuk kerja sama sekolah, guru dan orang tua dalam
mengatasi penyimpangan yang terjadi ?
Jawab: Kerja sama yang seharusnya di lakukan oleh orang tua
harusnya lebih bisa memantau atau mencari informasi
tentang bagaimana anaknya di sekolah, sehingga dalam
perkembangan anak bukan hanya guru saja yang melakukan
penanaman hai-hal yang baik tetapi keluargalah yang paling
berperan penting dalam hal ini.
10. Bagaimana langkah-langkah penyusunan program dalam mengatasi
perilaku menyimpang yang terjadi di MI Jamaluddin Bagik Nyaka?
Jawab: Menurut ibu yang hiasanya dilakukan di sekolah pertama
diadakan pembiasaan dengan bentuk tindakan yang wajar.
Dan kami selalu meberikan teguran, atau kami memberikan
surat peringan kepada orang tua. apabila terjadi hal seperti itu
maka kepala madrasah berhak menjalankan tata tertib dan
aturan yang sudah di sepakati oleh sekolah, orang tua, dan
guru untuk mendidik siswanya menjadi siswa yang lebih
baik.
11. Berapa anak yang sering melakukan penyimpangan di kelas III ini?
Jawab: Dari keseluruhan siswa kelas III yang berjumlah 27 orang dan
yang melakukan penyimpangan tergolong berat hanya 1 anak
dan penyimpangan ringan III anak, sejauh ini yang

103
melakukan penyimpangan hanya itu saja.
12. Terus seberapa sering orang tua menjalin komunikasi terkait
perkembangan anak di sekolah itu?
Jawab: Seperti yang saya lihat bahwa dari anak-anak yang
melakukan penyimpagan ini disebabkan kurangnya
komunikasi antara anak dan orang tua sehingga berdampak
pada perkembangan seorang anak. Dan orang tuannyapun
jarang sekali menayakan perkembangan anaknya di
lingkungan sekolah. Orang tua hanya datang kesekolah saat
pembagian rapot dan acara-acara yg di adakan ke sekolah
saja.
13. Setelah mengetahui penyimpangan yang dilakukan anaknya,
bagaiman reaksi orang tua siswa?
Jawab: “ Ya reaksi mereka marah ketika di beritahu kalok ananya
melakukan penyimpangan, tetapi setelah di rumah saya tidak
tau apa yang di beriakan oleh orang tuannya.
14. Terkait dengan sikap atau perilaku anak tersebut bagaimana buk,
apakah orang tua mereka mengetahuinnya?
Jawab: “ Tentu mereka mengetahuinya, namun tindakan yang
meraka berikan mungkin berbeda-beda. Karna setiap orang
tua tentu mendidik anak nya dengan cara yang berbeda.
Karena gak semua hal di dapatkan di sekolah. Di lingkungan
keluarga juga sangat berpengaruh untuk pertumbuhan anak.
15. Terkait dengan siswa “R” mengenai keluarganya. Menurut Ibu
bagaimana cara orang tua dalam mendidik anak tersebut?”
Jawab: Kalau itu saya tidak tahu nak. Soalnya orang tuanya tidak
pernah ke sekolah, Jarang kesekolah juga mungkin karena
tuntutan pekerjaan nya juga, jadi tidak paham gimana cara
mendidiknya. Kalau di kelas, saya mendidik anak tersebut
cenderung menggunakan sanksi. Kalau tidak begitu suka
menyepelekan.

104
Lampiran
Hasil Wawancara Orang Tua
Wawancara dengan : Orang tua Asuh (Bibik)
Hari/Tanggal : Rabu, 29 Desember 2021
Tempat : Rumah Bibik R

1. Menurut ibu bagaiman perilaku siswa R di Rumah?


Jawab; Seperti anak pada umummnya, bermain bersama
teman-temannya kadang pulang sekolah langsung
pergi main bersama teman-temannya.
2. Bahasa apa yang digunakan R saat berbicara degan keluga atau
teman di rumah?
Jawab: Bahasa yang di gunakan, bahasa yang baik kayak
teman- temannya yang lain.
3. Bagaiamana komunikasi R saat berbicara dengan orang Tua
nya di rumah?
Jawab: Komunikasinya sama bapaknya bisa di katakana baik
namun tidak terlalu sering berkomunikasi karena
tuntutan pekerjaan nya di luar daerah yang kadang
pulang 1 kali dalam 1 bln kadang juga tidak pulang
jadi R di titipkan ke saya, yang kebetulan bapaknya R
itu kaka saya.
4. Sejak Umur berapa R di tnggal orang tuanya untuk bekerja?
Jawab: Sejak umurnya 4 thn karena keadaan ekonomi orang
tuanya berpisah (cerai) hingga akhirnya ibunya
pulang kerumahnya yaitu semarang dan tidak pernah
mengabari anaknya apalagi menafkahinya.
5. Apakah ibu dan bapak nya R tau bahwa perilakunya kurang
baik di sekolah?
Jawab: Untuk saya sendiri tau bahwa R di sekolah nakal, R
juga pernah di laporkan karna ngambil uang temenya,
bolos sekolah, trus suka bangun saing sampe akhirnya
terlambat keskolah. Saya selaku bibiknya seringa
menasehatinya tapi dia mendengarkan saja, bapaknya
juga sering menashatinya tapi ya namanya anak yang
masih kecil agak susah untuk di beritahu.

105
6. Jika R tidak belajar melainkan lebih suka menonton televisi
bu? Apa yang ibu lakukan?
Jawab: saya mengikuti kemauannya agar mau disuruh belajar,
soalnya dia agak susah kalok di kasih tau. Setidanya
ikutin kemauan nya dulu baru mau denger kalok di
suruh.
7. Terkait dengan perilaku R yang kurang baik, Perbuatan itu kan
termasuk perbuatan yang tidak baik. Lalu apa yang ibu lakukan
setelah mengetahuinya?
Jawab: yang dilakukan pertama itu kan menasehatinya agar
tidak melakukan hal-hal yang tidak baik. Nati kalok
diulangi lagi bibik atau bapakmu di panggil lagi ke
sekolah.
8. R juga kan sering datang terlambat ke sekolah ya buk?
Itu penyebabnya apa?
Jawab: “iya” saya sebelum berangkat ke pasar terlebih dahulu
membangunkannya dulu agar tidak terlamabat ke
sekolah, tapi pas saya bangunin emang udah bangun
anaknya. Tapi kemungkinan pas saya sudah berangkat
di tidur lagi. Karna itu dia sering terlambat.
9. Terkait dengan kegiatan anak di sekolah dan di rumah.
Seberapa jauh ibu mengetahuinya?
Jawab: Kalau di rumah mungkin saya bisa mantau walapun
pergi pagi pulang mlm karena jualan. Tapi kalau di
sekolah saya tidak bisa mantau, begitulah kira-kira.
10. Kalau di rumah apa saja yang di kerjakan anak tersebut?
Jawab : Jarang di rumah dek, kadang pergi main pulangnya
malam. Palingan kalok di rumah juga nonton Tv,main
HP juga, yang namanya anak sekarang kan
kebiasaanya begitu- begitu saja.
11. Apakah ibu dan bapaknya R jarang menayakan perkembangan
R selama di sekolah?
Jawab: Mungkin bisa di bilang jarang ya, soalnya terkendala
karena pekerjaan juga, bapaknya jarang pulang juga
dek. Jadi kalok bibik sibuk kepasar kadang juga ke
sawah itupun pulangnya malam dek.

106
12. Bagaimana dengan kegitan yang sering R lakukan kalok di
rumah buk?
Jawaba: banyak kegitannya dek, kalau sore ngaji, malem juga
ngaji tapi itupun kalok dia mau dek. Dia agak susah
untuk di arahkan kalok belum kemauan nya sendiri.
13. Menurut Ibu faktor apa yang mempengaruhi sehingga
berperilaku nya seperti itu?
Jawab: Mungkin karena faktor kurang nya kasih sayang dari
orang tuannya dek. Yang namnnya anak jauh dari ibu
dan bapaknya susah untuk di arahkan. Bapaknya saja
tidak mau di dengarkan kalok di beri nasehat apalagi
saya dek.
14. Menurut ibu anak yang melakukan penyimpangan perilaku ini
kesehariannya di sekolah bagaimana?
Jawaba: Macam- macam ya nak kadang- kadang ada anak
yang di kasih tau langsung mendengarkan kata buk
gurunya, kadang juga anak yang sering di nasehati
tapi tidak mau mendengarkan juga. Tapi
keseharianya di sekolah, anak yang melakukan
penyimpangan ini bermacam- macam ada yang
pendiam yang jarang bergaul dengan temannya, ada
yang aktif di juga kelas/sekolah.

107
Lampiran
Hasil Wawancara Dengan Siswa Berperilaku Menyimpang
Nama : Rahmatulloh
Kelas : III
Tempat : Ruang Kelas III
Hari/Tanggal : Rabu, 24 Mei 2021

1. Apa bentuk pelanggaran yang pernah adik lakukan di sekolah?


Jawab: Banyak kakak saya pernah bolos sekolah, sering
terlambat, kadang juga tidak pakek sepatu dan pernah
ketahuan mencuri juga.
2. Apa yang melatar belakangi adik melakukan pelanggaran atau
penyimpangan perilaku tersebut?
Jawab: Karna kadang- kadang saya bangun nya kesiangan di
rumah cumin ada bibik saya tapi saya subuh-subuh
sudah di tinggalin ke pasar karena bibik saya jualan.
3. Ibu sama bapaknya tau tidak tentang perilakunya di sekolah?
Jawab: Gak tau…. soalnya Ibu saya pergi jauh gak pernah
pulang bapak saya juga jauh kerjanya, jadi di rumah saya
sendiri kalok bolos gak ada yang tau. Tapi ilham temen
saya yang suka ngasih tau biik saya kalok nyuri uangnya
di sekolah.
4. Terus setalah tau perilakunya di sekolah, bibiknya adek marah
gak?
Jawab: Marah, aku di Jewer.
5. Apakah setelah melakukan pelanggaran atau penyimpangan
perilaku tersebut adik merasa takut?
Jawab: Takut…. Kalok bapak saya tau.
6. Apakah adik melakukan pelanggaran yang sama ketika sudah
diberikan sansi/hukuman oleh sekolah?
Jawab: Iya Tapi sering terlambat saja.
7. Apa hukuman adik kalaumisalnya adik telamabat dan ketahuan
mencuri di sekolah?
Jawab: Saya kalau terlamabat sering di suruh membersihkan
halaman sekolah saja sama Buk Guru, kalau tidak
mengikuti tahfiz pagi saya denda 2000, terus kalok

108
ketahuan mencuri saya sering di kasih tau sama ibu guru
kalok mencuri itu tidak baik “ Nanti kalok di ulangi lagi
Buk Guru Panggil orang tuannya kesini.”
8. Setelah di berikan sanksi oleh guru, apakah adik jera dan tidak
mengulangi tindakan tersebut lagi?
Jawab: Iya saya merasa takut.
9. Perilaku adik yang mencuri itu karena apa?
Jawab: Mau beli mainan tapi uang saya tidak cukup.
10. Apakah adik tau kalok mengambil barang milik orang lain itu
adalah perbuatan yang salah?
Jawab: Tau kaka kalok ngaji sering di kasih tau kalau ngambil
milik orang orang lain itu Dosa.

109
Lampiran
Hasil Wawancara Dengan Siswa Berperilaku Menyimpang
Nama : Faiz Azizi
Kelas : III
Tempat : Ruang Kelas III
Hari/Tanggal : 25 Mei 2020.

1. Apa bentuk pelanggaran yang pernah adik lakukan di sekolah?


Jawab: Terlamaba ke sekolah dan tidk berpakain rapi.
2. Apa yang melatar belakangi adik melakukan pelanggaran atau
penyimpangan perilaku tersebut?
Jawab: Karena terlambat bangun,.
3. Apakah setelah melakukan pelanggaran atau penyimpangan
perilaku tersebut adik merasa takut?
Jawab: Takut kalok sudah di hukum sama buk guru.
4. Apakah adik melakukan pelanggaran yang sama ketika sudah
diberikan sansi/hukuman oleh sekolah?
Jawab: Tidak hanya 2 kali saja terlambat dan bolos 1 karena ikut
liat orang ada acara di Masjid kemarin.
5. Setelah di berikan sanksi oleh guru, apakah adik jera dan tidak
mengulangi tindakan tersebut lagi?
Jawab; Iya…. Tidak mengulanginya lagi karena takut di hukum
lagi.
6. Kalok bolos sekolah atau seragam tidak lengakap orang tua adik
marah tidak?
7. Kalok melakukan kesalahan orang tua marah tidak?
Jawab: Marah trus gak di kasih uang jajan juga.
8. Faktor apa yang mempengaruhi adek berperilaku seperti itu?
Jawab: Kalok yang suka bolos saya sering ikutan teman saya
terus kalo udah bolos langsung pergi main ke sungai
deket sekolh.
9. Kalok misalnya sudah melakukan kesalahan orang tua kasih
hukuman yang seperti apa ke adik?
Jawab; Disuruh pergi ngaji trus gak di kasih uang jajan, di jewer
juga pernah.
10. Kegitan apa saja biasanya yang dilakukan saat pulang sekolah?
Jawab: Ngerjain PR, Trus pergi main, klok udah sore pergi ngaji.

110
Lampiran
Hasil Wawancara Dengan Siswa Berperilaku Menyimpang
Nama : Muhammad Ilham
Kelas : III
Tempat : Ruang Kelas III

1. Apa bentuk pelanggaran yang pernah adik lakukan di sekolah?


Jawab: Terlambat datang kesekolah, Tidak masuk tampa
keterangan..
2. Apa yang melatar belakangi adik melakukan pelanggaran atau
penyimpangan perilaku tersebut?
Jawab: Karena terlambat bangun,.
3. Apakah setelah melakukan pelanggaran atau penyimpangan
perilaku tersebut adik merasa takut?
Jawab: Takut kalok sudah karena ibu saya suka marah.
4. Apakah adik melakukan pelanggaran yang sama ketika sudah
diberikan sansi/hukuman oleh sekolah?
Jawab: tidak karena takut sama ibu guru, kalok terlambat kan
disuruh bersihin kelas, pungut sampah sampe halamamn
sekolah terus juga denda 2000 kalok terlambat.
5. Setelah di berikan sanksi oleh guru, apakah adik jera dan tidak
mengulangi tindakan tersebut lagi?
Jawab; Iya…. Tidak mengulanginya lagi karena takut di hukum
lagi.
6. Kalok bolos sekolah atau seragam tidak lengakap orang tua adik
marah tidak?
7. Kalok melakukan kesalahan orang tua marah tidak?
Jawab: Marah trus gak di kasih uang jajan juga.
8. Faktor apa yang mempengaruhi adek berperilaku seperti itu?
Jawab: terlambat bangu karna malamnya nonton TV terus
subuh- subuh ibu saya udah ke sawah.
9. Kalok misalnya sudah melakukan kesalahan orang tua kasih
hukuman yang seperti apa ke adik?
Jawab; Marah terus di jewer.
10. Kegitan apa saja biasanya yang dilakukan saat pulang sekolah?
Jawab: Ngerjain PR, Trus pergi main, klok udah sore pergi ke
Musolla kalok udah Magrib.

111
112
113
114
115
116
117
118
119
LAMPIRAN
FOTO DAN DOKUMENTASI SELAMA PROSES
PENELITIAN

Dokumentasi : Wawancara dengan Ibu Rosiah (orang Tua asuh Wali


Murid)

Dokumentasi: Wawanara dengan Teman Kelas

120
Dokumentasi : Wawancara dengan Ibu Rosiah (orang Tua asuh Wali
Murid)

Dokumentasi: Wawancara dengan Ibuk Salwa S,Pd ( Wali Kelas III)

121
Wawancara Dengan Kepala sekolah

Wawancara Dengan Siswa berperilaku Menyimpang

122
Wawancara Dengan Siswa berperilaku Menyimpang

Wawancara Dengan Siswa Berperilaku Menyimpang

123
DATAR RIWYAT HIDUP

A. Identitas Diri
Nama : Siti Ulya
Tempat, Tanggal Lahir : Bagik Nyaka Utara, 13, September
1997
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jln.Labuhan Lombok, Desa Bagik
Nyaka Santri, Kec. Aikmel. Kab.
Lombok Timur.
Nama Ayah : Jum’ah
Nama Ibu : Haenayah
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. MI Jamalludin Bagik Nyaka
b. SMP Negeri 1 Aikmel
c. MA Al-Mannan Bagik Nyaka
2. Pendidikan Non Formal
C. Riwayat Pekerjaan ( Tidak Ada)
D. Pretasi Penghargaan ( Tidak Ada)
E. Pengalaman Organisasi ( Tidak Ada)
F. Karya Ilmiah (Tidak Ada)
Mataram, 29, September 2021.

Siti Ulya

Anda mungkin juga menyukai