Anda di halaman 1dari 98

PERAN GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MEMBINA AKHLAK

SISWA KELAS VIII DI MTS NW PUYUNG


TAHUN PELAJARAN 2021/2022

oleh
Diana Mayani
NIM. 180101054

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2022
PERAN GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MEMBINA AKHLAK
SISWA KELAS VIII DI MTS NW PUYUNG
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Skripsi
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram
untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar
Serjana Pendidikan

oleh
Diana Mayani
NIM. 180101054

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2022

ii
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh: Diana Mayani, NIM: 180101054 dengan judul “Upaya Guru Akidah
Akhlak Dalam Membina Akhlak Siswa Kelas VIII Di MTs NW Puyung Tahun
Pelajaran 2021/2022" telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal: _________________________

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr.Syukri, M.Pd Dr. Abdullah Fuadi, MA


NIP: 196212311991031025 NIP: 197610292011011003

iv
NOTA DINAS PEMBIMBING

Mataram,___________________

Hal: Ujian Skripsi


Yang Terhormat
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Di – Mataram

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.


Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi, kami
berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama Mahasiswi : Diana Mayani
NIM : 180101054
Jurusan/ Prodi : PAI
Judul : “Upaya Guru Akidah Akhlak Dalam Membina Akhlak
Siswa Kelas VIII Di MTs NW Puyung Tahun Pelajaran
2021/2022”
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram. Oleh karna itu, kami berharap agar skripsi
ini dapat segera di- munaqasyah-kan.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Syukri, M.Pd Dr. Abdullah Fuadi, MA


NIP: 196212311991031025 NIP: 197610292011011003

v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Diana Mayani


Nim : 180101054
Jurusan : PAI
Fakultas : FTK

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul ”Upaya guru akidah akhlak dalam
membina akhlak siswa kelas VIII di MTs NW Puyung” ini secara kseluruhan
adalah hasil penelitian/ karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang
dirujuk sumbernya. Jika saya terbukti melakukan plagiat tulisan/karya orang lain,
siap menerima sanksi yang telah ditentukan oleh lembaga.

Mataram,______________
Saya yang menyatakan

Diana Mayani

vi
PENGESAHAN

Skripsi oleh: Diana Mayani dengan judul “Upaya Guru Akidah Aklak Dalam
Membina Akhlak Siswa Kelas VIII Di MTs NW Puyung Tahun Pelajarn
2021/2022” telah dipertahankan di depan dewan penguji Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram pada
tanggal___________________

Dewan Penguji

Dr. Syukri, M.Pd


________________________________
(Ketua Sidang/Pemb. I)

Dr. Abdullah Fuadi, MA


(Sekretaris Sidang/Pemb. II) ________________________________

.......................................
________________________________
(Penguji I)

....................................... ________________________________
(Penguji II)

Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah

Dr. Jumarim, M. HI.


NIP. 1976612312005011000

vii
MOTTO

)11(....‫ َما بَِأ ْنفُ ِس ِه ْم‬V‫اِ َّن هللاَ اَل يُ َغ ْي ُر َما بِقَوْ ٍم َحتّى يُ َغ ْيرُوأ‬.

Artinya, “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga


mereka merubah keadaan yang ada pada mereka sendiri”. (QS. Ar -Ra’ad {13}:
11)1

1
Tafsir QS. Ar-Ra’d (13) : 11. Oleh Kementrian Agama RI

viii
PERSEMBAHAN

“kupersembahkan skripsi ini untuk Ibuku Nur Sehan

dan Almarhum Bapakku Napsiyah, Almamaterku,

semua guru, dosen, keluarga, serta teman-teman

yang selalu memberikan dukungan dan motivasi”

ix
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur bagi Allah SWT. Yang telah dilimpahkan

rahmat dan karunia-nya, sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada

junjungan Nabi Agung Muhammad SAW juga keluarga, sahabat dan semua

pengikutnya, Aamiin.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

sarjana (S1) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram, Peneliti menyadari

bahwa penyelesaian skripsi ini adalah berkat bantuan dan kerja sama yang baik

dari berbagai pihak, dan menyadari sepenuhnya tanpa adanya bantuan dan

dukungan tersebut skripsi ini mungkin tidak dapat terselesaikan tepat pada

waktunya. Untuk itu pada kesempatan yang sangat berbahagia ini peneliti

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Syukri, M.Pd, selaku dosen pembimbing I dan Dr. Abdullah Fuadi, MA,

selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, masukan

dan motivasi serta dorongan moril terhadap koreksi secara detail, sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan

2. M. Taisir, M.Ag dan Erwin Padli, M.Hum, selaku ketua dan sekretaris

jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Prof. Dr. H. Masnun, M. Ag selaku Rektor UIN Mataram.

4. Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah sabar dan memberikan

ilmu bagi penulis selama ini.

x
5. Sumatre, .Ag, selaku kepala sekolah MTs NW Puyung, yang telah

mengijinkan penulis untuk meneliti di Sekolah tersebut, serta para guru-guru

yang telah membantu selama proses penelitian.

6. Ibu dan almarhum bapak tercinta beserta keluarga yang selalu memberikan

dukungan dan doanya kepada penulis.

Kepada semua pihak yang berperan dan memberikan bantuan serta doanya

dalam menyelesaikan skripsi ini yang peneliti tidak dapat menyebutkan satu

persatu.Peneliti menyampaikan terimaksih.

Semoga amal ibadah dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang

berlipat-ganda dari Allah SWT. Dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi

penulis maupun pembaca pada umumnya, dan dapat menambah khazanah ilmu

pengetahuan dalam bidang pendidikan. Aamiin yaa rabbal’alamiin.

Wassalamu’alaikum wr wb.

Mataram , 30 Mei 2022

Peneliti

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................................... i
HALAMAN JUDUL............................................................................. ii
HALAMAN LOGO............................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................ iv
NOTA DINAS........................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN............................................................... vi
PENGESAHAN..................................................................................... vii
MOTTO.................................................................................................. viii
PERSEMBAHAN.................................................................................. ix
KATA PENGANTAR........................................................................... x
DAFTAR ISI.......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL.................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... xvi
ABSTRAK.............................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................... 5
1. Tujuan Penelitian................................................................... 5
2. Manfaat Penelitian................................................................. 5
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian........................................ 6
E. Telaah Pustaka............................................................................. 7
F. Kerangka Teori............................................................................ 10
1. Guru....................................................................................... 10
a. Pengertian Guru............................................................... 10
b. Tugas dan Tanggung Jawab Guru................................... 11
c. Upaya Guru..................................................................... 12
2. Akidah Akhlak...................................................................... 13

xii
a. Pengertian Akidah Akhlak.............................................. 13
b. Peran dan Fungsi Akidah Akhlak.................................... 14
3. Pembinaan Akhlak................................................................ 16
a. Pengertian........................................................................ 16
b. Sumber – sumber Pembinaan Akhlak............................. 16
c. Tujuan Pembinaan Akhlak.............................................. 18
4. Upaya Pembinaan Akhlak..................................................... 18
a. Pendidikan dengan Keteladanan..................................... 19
b. Pendidikan dengan Pembiasaan...................................... 20
c. Pendidikan dengan Nasihat............................................. 20
d. Pendidikan dengan Memberi Perhatian........................... 21
e. Pendidikan dengan Memberi Hukuman.......................... 22
G. Metode Penelitian........................................................................ 22
1. Pendekatan Penelitian............................................................ 22
2. Kehadiran Peneliti................................................................. 24
3. Lokasi Penelitian................................................................... 25
4. Sumber Data.......................................................................... 25
5. Prosedur Pengumpulan Data................................................. 26
6. Analisis Data......................................................................... 29
7. Validitas Data........................................................................ 31
H. Sistematika Pembahasan.............................................................. 33
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN....................................... 34
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................... 34
1. Sejarah Singkat MTs NW Puyung....................................... 34
2. Visi dan Misi MTs NW Puyung........................................... 34
3. Struktur Organisasi MTs NW Puyung ................................ 35
4. Data Guru MTs NW Puyung................................................ 37
5. Data Siswa MTs NW Puyung.............................................. 38
6. Sarana dan Prasarana MTs NW Puyung.............................. 39
B. Upaya Guru Akidah Akhlak dalam Membina Akhlak Siswa –
Kelas VIII MTs NW Puyung..................................................... 40

xiii
C. Kendala-Kendala dan solusi yang di alami oleh Guru Akidah -
Akhlak dalam Membina Akhlak Siswa Kelas VIII MTs –
NW Puyung................................................................................ 47
D. Solusi yang Dilakukan Oleh Guru Akidah Akhlak Dalam
Menghadapi Kendala – Kendala Membina Akhlak Siswa
Kelas VIII MTs NW Puyung..................................................... 50
BAB III PEMBAHASAN...................................................................... 48
A. Peran Guru Akidah Akhlak dalam Membina Akhlak Siswa –
Kelas VIII MTs NW Puyung Tahun Pelajaran 2021/2022......... 48
B. Kendala – kendala dan Solusi yang dialami oleh Guru Akidah –
Akhlak dalam Membina Akhlak Siswa Kelas VIII MTs –
NW Puyung Tahun Pelajaran 2021/2022.................................... 60
BAB IV PENUTUP............................................................................... 65
A. Kesimpulan................................................................................ 65
B. Saran.......................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA

xiv
DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Struktur organisasi MTs NW Puyung.............................................36

TABEL 2.2 Data Guru MTs NW Puyung...........................................................37

TABEL 2.3 Data Siswa MTs NW Puyung.........................................................38

TABEL 2.4 Sarana dan Prasarana MTs NW Puyung.........................................39

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Pedoman Dokumentasi

Lampiran 4 Surat Rekomendasi Penelitian Dri Akademik Fakultas Tarbiyah


Dan Keguruan UIN Mataram

Lampiran 5 Surat Rekomendasi Peneliti Bakesbangpol Provinsi NTB

Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian

xvi
PERAN GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MEMBINA AKHLAK
SISWA KELAS VIII DI MTS NW PUYUNG
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Oleh :
Diana Mayani
NIM 180101054

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya guru akidah akhlak


dalam membina akhlak siswa kelas VIII di MTs NW Puyung. Tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya guru Akidah Akhlak
dalam membina akhlak siswa di MTs NW Puyung, dan untuk mengetahui apa saja
yang menjadi kendala – kendala dihadapi dan solusi yang dilakukan guru Akidah
Akhlak dalam membina akhlak siswa di MTs NW Puyung.
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif karena mengingat teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan
analisis data non statistic sesuai dengan data deskriptif atau tekstural yang tidak
diwujudkan dalam bentuk angka. Dimana peneliti kualitatif merupakan sebuah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata tertulis
maupun lisan serta tingkah laku seseorang yang telah diamati.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru Akidah Akhlak mempunyai
peran dalam membina akhlak siswa. Dimana peran guru Akidah Akhlak tersbut
yang pertama ialah sebagai teladan, sebagai pembimbing, sebagai penasehat,
sebagai korektor, dan sebagai insprirator. Adapun yang menjadi kendala guru
Akidah Akhlak dalam membina akhlak siswa di MTs NW Puyung diantaranya
ialah guru kurang menguasai metode pembelajaran, faktor lingkungan yang
kurang kondusif dan kurangnya waktu bagi guru dalam pembinaan akhlak siswa.
Sedangkan yang menjadi faktor pedukungnya ialah sudah adanya pengawasan
dari pihak sekolah serta sudah terjalinnya kerjasama antara guru dan orang tua
siswa dalam memberikan pengawasan terhadap siswa-siswi baik di lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah.

Kata Kunci: peran guru, akidah akhlak, membina akhlak.

xvii
1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari – hari akhlak merupakan hal yang sangat

penting dalam bertingkah laku. Dengan akhlak yang baik seseorang tidak

akan terpengaruh pada hal – hal yang sifatnya negatif. Akhlak merupakan

salah satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannya hingga saat ini

masih dirasakan.2 Dalam agama Islam telah diajarkan kepada semua

pemeluknya agar menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya serta

bermanfaat bagi orang lain. Manusia yang berakhlak akan dapat menghiasi

dirinya dengan sifat kemanusiaan yang sempurna, menjadi manusia yang

shaleh dalam arti yang sebenarnya, dan selalu menjaga kualitas

kepribadiannya sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadis.

Menurut Al-Ghazali sebagaimana dikutip oleh Fadhilah; Suralaga,

akhlak merupakan gambaran tentang kondisi yang menetap di dalam jiwa.

Semua perilaku bersumber darinya tanpa memerlukan proses berpikir dan

merenung. Perilaku yang baik dan terpuji disebut (Akhlak Mahmudah) dan

berbagai perilaku buruk disebut (akhlak mazmumah).3 Kedudukan akhlak

dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu

maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat

tergantung kepada akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah

2
Muhammad Alim,Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.
149.
3
Fadhilah Suralaga, dkk,Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2005), hlm. 74.
2

lahir dan batinnya, dan apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah lahir dan

batinnya.

Akhlakul karimah ini merupakan sesuatu yang sangat penting, maka

harus ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun

masyarakat, agar menjadi manusia yang berjiwa suci dan memiliki budi

pekerti yang baik. Sekolah merupakan salah satu tempat membina,

mempersiapkan anak didik, dan tempat anak bergaul dengan teman sebaya

serta tempat berkumpul para guru. Oleh karena itu, sangat perlu sekali jika

pembinaan akhlak terebut dilakukan melalui pembelajaran Akidah Akhlak di

Madrasah, di samping dalam kehidupan keluarga, karena dalam pembelajaran

Akidah Akhlak banyak memuat materi – materi yang mengarahkan siswa

untuk selalu bersikap terpuji serta menjauhi perbuatan yang tercela.

Ketika guru menjadi pembelajar, maka siswa pun akan relatif mudah

didorong menjadi pembelajar. Asumsinya, upaya guru mengubah perilaku

siswa akan jauh lebih mudah dengan memberi contoh daripada menyuruh.

Siswa akan jauh lebih mudah diajak oleh orang dewasa ketimbang diperintah.

Kontinuitas perilaku siswa sebagai guru pembelajar akan lebih dapat

dipertanggung jawabkan jika pembentukannya dilakukan melalui penyadaran,

bukan melalui pengkondisian, apalagi pemaksaan.4

Guru dan peserta didik merupakan faktor penentu yang sangat

dominan dalam dunia pendidikan umumnya, karena guru dan peserta didik

memegang upayaan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran

4
Sudaran Danim, Pengembangan Profesi Guru: Dari Pra-Jabatan, Induksi, ke Profesional
Madani, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 205.
3

merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan

terjadinya perubahan tingkah laku anak.5

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di MTs NW

Puyung, peneliti melihat berbagai macam keadaan yang terjadi di lingkungan

sekolah, adapun budi pekerti, tingkah laku atau akhlak siswa di lokasi

penelitian yang akan dilakukan tidak terlepas dari adanya siswa yang

berakhlak baik dan buruk namun tidak hanya menemukan siswa yang

bermasalah atau berakhlak buruk, peneliti juga melihat banyak siswa yang

berakhlak baik dan bagi siswa yang berprilaku kurang baik, pada saat itulah

guru berupaya sebagai pembimbing dan menasehati jika tidak terdapat

kesalahan yang diperbuat oleh siswa yang ada di sekolah tersebut.6

Dengan adanya pembinaan akhlak siswa tersebut diharapkan

mampum memberikan perubahan ke arah yang lebih baik kepada anak didik

terutama sikap dan prilaku atau akhlak pada siswa itu sendiri. Adapun upaya

yang dilakukan oleh guru dalam membina akhlak siswa yaitu seperti

menanamkan nilai-nilai agama yakni membiasakan berdo’a bersama sebelum

memulai pelajaran dan menghafal surat pendek setelah itu baru pelajaran

dimulai selain itu juga siswa dibiasakan berpakaian rapi dan bersih. Hal

tersebut juga dipertegas dengan hasil wawancara dengan Halimah salah satu

siswa kelas VIII lainnya mengatakan, sebelum masuk kelas kami berbaris

5
khabul Kirom, “Peran Guru dan Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran Berbasis
Multikultural”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vo. 3, No. 1, Desember 2020, hlm. 69
6
Observasi, MTS NW Puyung, Tanggal 25 November 2021
4

dulu diperiksa kebersihan kuku, kerapian dan kebersihan baju yang kami

pakai baru bisa memasuki kelas dan berdo’a bersama.7

Berdasarkan wawancara awal dengan ibu Nurhayati sebagai Guru

Akidah Akhlak MTs NW Puyung bahwa siswa – siswi di MTs NW Puyung

mengalami perubahan dalam bertingkahlaku tetapi tidak signifikan, sehingga

diperlukan penelitian untuk mengamati cara yang digunakan oleh guru

tersebut dalam membina mereka sehingga memiliki akhlak yang baik.8

Penelitian ini menarik bagi peneliti untuk dikaji. Oleh karena itu,

peneliti ingin mengkaji lebih mendalam tentang bagaimanakah Peran Guru

Akidah Akhlak dalam Membina Akhlak Siswa Kelas VIII di MTs NW

Puyung Tahun Pelajaran 2021/2022.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Uraian di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peran guru aqidah akhlak dalam membina akhlak siswa

kelas VIII di MTs NW Desa Puyung?

2. Apa sajakah kendala – kendala dihadapi dan solusi yang dilakukan oleh

guru Akidah Akhlak dalam perannya membina akhlak siswa kelas VIII di

MTs NW Puyung?

7
Halimah, Wawancara MTS NW Puyung, 25 November 2021
8
Nurhayati, Wawancara MTs NW Puyung, Tanggal 25 November 2021.
5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui peran guru aqidah akhlak dalam membina akhlak

siswa kelas VIII di MTs NW Desa Puyung.

b. Untuk mengetahui kendala – kendala dan solusi yang dialami oleh

guru Aqidah Akhlak dalam perannya membina akhlak siswa di MTs

NW Puyung.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam melihat upaya guru

aqidah akhlak dalam membina akhlak siswa.

2) Sebagai salah satu syarat, guna mendapat gelar sarjana di

Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi guru dan calon guru, dapat menjadi bahan pertimbangan

dalam meningkatkan kualitas binaan dalam penanaman akhlak

mulia bagi siswa.

2) Bagi penuls sendiri, sebagai calon guru dan orang tua diharapkan

dapat menjadi acuan dalam mengatasi masalah – maslah yang

timbul dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak.

3) Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

lembaga dan acuan bagi peneliti selanjutnya.


6

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1. Ruang lingkup penelitian

Dalam penelitian ini penulis memberikan batasan terhadap fokus

permasalahan yang dibahas sehingga dapat lebih jelas dan terukur. Subyek

penelitian yang akan diteliti adalah guru akidah akhlak dan siswa kelas

VIII MTs NW Puyung. Alasan peneliti mengambil kelas VIII sebagai

subyek penelitian karena mereka telah melakukan pembelajaran lebih lama

dibanding kelas VII, sehingga mereka telah mendapatkan perlakukan yang

lebih lama dari para guru, sehingga diharapkan lebih memudahkan dalam

memahami maksud dan tujuan penelitian.

Adapun objek penelitian, peneliti memfokuskan pada pembahasan

tentang :

a. Upaya pembinaan akhlak siswa oleh guru Akidah Akhlak di MTs NW

Puyung.

b. Kendala – kendala dan solusi yang dilakukan oleh guru Akidah Akhlak

dalam membina akhlak siswa di MTs NW Puyung.

2. Setting penelitian

Penelitian ini di laksanakan di MTs NW Puyung yang terletak di

Desa Puyung Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah Nusa

Tenggara Barat. Alasan peneliti memilih sekolah ini untuk di jadikan

lokasi peneliti adalah karena sekolah ini memiliki visi misi yang baik,

serta mutu dan kualitas madrasah yang tidak kalah dengan kualitas

madrasah lainnya yang ada di kabupaten Lombok Tengah. Sekolah ini


7

juga memiliki sarana prasarana yang memadai untuk proses pembelajaran

yang di gunakan oleh guru. Disamping itu juga letak geografis MTs NW

Puyung dapat dijangkau oleh peneliti, sehingga mempermudah dalam

pengumpulan data dalam penyusunan skripsi.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap studi dan karya – karya

terdahulu, yang terkait untuk menghindari duplikasi, plagiasi, dan repitisi.

Terdapat beberapa jenjang pendidikan yang telah diteliti oleh peneliti

sebelumnya di antranya adalah sebagai berikut:

1. Fathiyah meneliti tentang Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Membina Akhlak Siswa kelas II di SMP NW Darussolihin Kalijaga

kecamatan Aikmel Lotim. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa

pendidikan Islam tidak hanya membentuk akhlak pada batas-batas

tertentu yaitu terbatas pada sikap dan tingkahlaku antara sesama muslim

dan keluarganya, tetapi meliputi bagaimana bersikap dan berakhlak dalam

arti yang luas, bagaimana seorang muslim menunjukkan sikap dan

akhlaknya kepada sesama manusia dan alam sekitar. Upaya guru

pendidikan agama Islam adalah membina akhlak yang mulia, sehingga di

sekolahpun mereka membiasakan diri untuk menampilkan prilaku yang

terpuji, seperti menepati janji dan memiliki disiplin yang baik, memiliki

jiwa yang mantap, sabar, lemah lembut, rendah hati, memiliki solidaritas,
8

dan sopan santun, tanpa akhlak siswa tidak akan memiliki prilaku yang

mulia.9

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama – sama

membahas tentang bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru dalam

membina akhlak siswa –siswinya supaya menjadi manusia yang

berkhlakul karimah. Sedang perbedaanya hanya terdapat pada teknik guru

tersebut dalam memberikan pembinaan terhadap akhlak siswa.

2. Kurnia Rahmi meneliti tentang Pola Interaksi Guru Pendidikan Agama

Islam dengan Siswa dalam membina akhlak mahmudah pada siswa kelas

V di SDN I Ampenan Kota Mataram. Penelitian tersebut mengungkapkan

bahwa pendidikan akhlak harus ditanamkan sejak anak masih dalam

kandungan agar nantinya terbiasa dengan hal-hal yang baik, hidupnya

mempunyai pedoman baik di rumah, di madrasah, maupun di lingkungan

masyarakat yang dihadapinya. Sebagai contoh adalah akhlak Nabi

Muhammad SAW sejak masih kanak – kanak hingga dewasa dan sampai

diangkat menjadi rasul, beliau terkenal sebagai seorang yang jujur,

berbudi luhur, dan mempunyai kepribadian yang tinggi, sehingga Allah

SWT memujinya “Dan sesungguhnya kamu benar – benar berbudi pekerti

yang agung”.10

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah hanya

berfokus pada pola interaksi yang dilakukan oleh guru dengan siswa

9
Fathiyah, “Peran Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa Kelas II di SMP NW
Darussolihin Kalijaga Kecamatan Aikmel Lotim”, (Skripsi,IAIN Mataram, 2004), hlm. 18.
10
Kurnia Rahmi, “Pola Interaksi Guru Pendidikan Agama Islam dengan Siswa dalamMembina
akhlak Mahmudah Pada Siswa Kelas V di SDN I Ampenan Kota Mataram Tahun Pelajaran
2014/2015”, (Skripsi, IAIN Mataram, 2015), hlm. 20.
9

dalam membina akhlak. Sedang perbedaanya adalah bagaimana upaya

guru dalam membina akhlak siswa yang akan di lakukan oleh guru akidah

akhlak.

3. Zainal hidayat dengan judul “upaya guru akidah akhlak dalam membina

akhlak siswa di MTs Ma’arif Sabiilul Huda Bogor” tujuan dari peneliti ini

adalah untuk mengetahui upaya guru akidah akhlak dalam membina

akhlak adapun metode yang di gunakan dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif. Desain yang di gunakan dalam

penelitian ini adalah desain deskriftif. Berdasarkan hasil analisis yang di

peroleh di lapangan, dapat di simpulkan bahwa deskripsi guru akidah

akhlak dalam membina akhlak siswa. Dari fenomena di lapangan terlihat

jelas bahwa pembelajaran akidah akhlak dapat di jadikan sarana efektif

dalam membina perkembangan kepribadian siswa. Kepribadian guru

akidah akhlak akan menjadi catatan penting dalam pembentukan akhlak

siswa.11.

Meskipun dalam telaah pustaka terdapat persamaan yang dibahas, seperti

upaya guru aqidah akhlak dalam membina akhlak pada anak didik namun,

yang membedakan penelitian saat ini dengan peneliti diatas adalah

penelitian ini difokuskan pada bagaimana upaya seorang guru dalam

membina akhlak siswa supaya tidak terjebak dalam gelapnya era

globalisasi saat ini.

11
Zainal hidayat “ upaya guru akidah akhlak dalam membina akhlak siswa di MTS ma’arif
sabilul huda bogor” (skripsi, UIN syarif hidayatullah jakarta 2014).
10

F. Kerangka Teori

1. Guru

a. Pengertian Guru

Dalam UU No 14 Tahun 2005 ayat 1 pengertian tentang guru

adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.12 Guru yang profesional

akan tercermin dalam penampilan pelaksanaaan pengabdian tugas-

tugas yang ditandai dengan keahlian, baik dalam materi maupun

metode.13

Para pakar pendidikan dalam Ramayulis menggunakan rumusan

yang berbeda tentang pendidik.

1) Moh. Fadhil al-Djamil menyebutkan, bahwa pendidik adalah orang

yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik sehingga

terangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar

yang dimiliki oleh manusia.

2) Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul

pertanggung jawaban sebagai pendidik, yaitu manusia dewasa yang

karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang

pendidikan peserta didik.

12
Departemen Pendidkan Nasional, Undang-undang Republik Indonesia tentang Guru dan
Dosen, (Jakarta: CV. Novindo Pustaka Mandiri, 2006), hlm. 2
13
M. Shabir U, “Kedudukan Guru sebagaiPendidik, (Tugas dan Tanggung Jawab, Hak dan
Kewajiban, dan Kompetensi Guru)”, Jurnal Auladuna, Vol. 2, No. 2, Desember 2015,
hlm.222
11

3) Ahmad Tafsir mengatakan bahwa pendidik dalam Islam sama

dengan teori di Barat, yaitu siapa saja yang bertanggung jawab

terhadap perkembangan peserta didik.14

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa guru

adalah orang yang memiliki wewenang dan tanggung jawab terhadap

pendidikan anak didik di sekolah.

b. Tugas dan tanggung jawab guru

Guru sebagai pelaku utama dalam proses pendidikan dan

pembelajaran juga memiliki tugas tanggung jawab, baik sebagai

individu maupun sebagai anggota masyarakat. Kaitannya dengan

tugas dan tanggung jawab guru, terdapat beberapa tugas pokok dan

tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang guru yaitu:

1) Guru sebagai pendidik, artinya suatu usaha yang dilakukan oleh

seorang dewasa secara sadar untuk membantu seseorang untuk

menjadi dewasa baik jasmani maupun rohani

2) Guru sebagai pengajar, yaitu suatu upaya mengorganisir dan

mengelola suatu komponen dan kompetensi belajar mengajar

sehingga terjadi proses belajar mengajar pada anak didik

3) Guru sebagai pembimbing, yaitu suatu usaha membimbing anak

didik dari kesulitan-kesulitan yang dihadapinya sehingga ia dapat

memecahkannya secara sendiri dan dapat mengembangkan

potensinya secara optimal


14
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. 4,
hlm. 43.
12

4) Guru Sebagai administrator, yaitu suatu koordinasi atau kerjasama

dalam pengelolaan, sehingga semua kegiatan siswa dapat

diarahkan dan dapat dicapai secara optimal.15

c. Upaya guru

Upaya adalah “usaha untuk mendapatkan sesuatu yang

diharapkan sesuai dengan rencana dan dilakukan secara terus

menerus dan berkesinambungan”.16

Guru dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 diartikan

sebagai “pendidik profesional dengan tuas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.17

Pendapat lain menyatakan bahwa guru adalah “salah satu

komponen manusiawi yang dalam proses belajar mengajar ikut

berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia (SDM)

yang potensial didalam pembangunan”.18

Berdasarkan paparan diatas dapat dipahami bahwa guru aqidah

akhlaq adalah orang yang memberikan pengarahan dan bimbingan

yang berisikan tentang keimanan dan keyakinan dan berbagai hal yang

berhubungan dengan tingkah laku atau moral.

15
Mukhtar, Profesi Keguruan, hlm. 77.
16
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai
Pustaka, 1995), h. 201.
17
Tim Penyusun, Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta,
Sinar Grafika, 2006), h. 2
18
Sadirman, AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta, Raja Grafindo, 2000),h. 1
13

2. Akidah Akhlak

a. Pengertian Akidah Akhlak

Sebelum mengetahui pengertian dari Akidah Akhlak, terlebih

dahuluakan dibahas tentang akidah dan akhlak secara bahasa dan

menurut istilah.Secara etimologis, akidah berasal dari kata ‘aqada-

ya’qidu-‘aqdan yang mengandung arti ikatan atau keterkaitan, atau

dua utas tali dalam satu buhul yang tersambung.Akidah juga berarti

janji, karena janji merupakan ikatan, kesepakatan antara dua orang

yang mengadakan perjanjian.19

Secara terminologis, akidah dalam Islam berarti keimanan atau

keyakinan seseorang terhadap Allah yang menciptakan alam semesta

beserta seluruh isinya dengan segala sifat dan perbuatan-Nya. Definisi

tersebut menggambarkan bahwa seseorang yang menjadikan

Islamsebagai akidahnya berarti ia sudah terikat oleh segala aturan atau

hukum yang terdapat dalam Islam.20

Akidah merupakan pondasi utama dalam ajaran Islam. Karena itu,

ia merupakan dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan

seseorang yang wajib dimilikinya untuk dijadikan pijakan dalam

segala sikap dan tingkah lakunya sehari – hari. Seseorang dipandang

muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya, apabila ia

berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai

19
Ali ANWar Yusuf, Studi Agama Islam, Untuk Perguruan Tinggi Umum,(Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2003), hlm. 110.
20
Ibid, hlm. 111.
14

sebagai amaliah seorang muslim, apabila tidak, maka segala amalnya

tidak akan bernilai sebagai amaliah muslim.21

Sedangkan pengertian akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari

bahasa Arab “Akhlak”, bentuk jamak dari kata “Khuluq” atau “al-

Khuluq” yang secara etimologis berarti budi pekerti, upayagai,

tingkah laku, atau tabi’at.22 Sementara dalam pengertian istilah, akhlak

adalah sifat yang melekat pada diri seseorang dan menjadi

identitasnya.Selain itu, akhlak dapat juga diartikan sebagai sifat yang

telah dibiasakan, ditabiatkan, didarah dagingkan, sehingga menjadi

kebiasaan dan mudah dilaksanakan, dan dilihat indikatornya, dan

dapat dirasakan manfaatnya.23

b. Peran dan fungsi Akidah Akhlak

Akidah sebagai ketentuan-ketentuan dasar mengenai keimanan

seseorang merupakan landasan bagi ketentuan ajaran Islam lainnya

yang merupakan pedoman bagi seseorang untuk berinteraksi antar

sesamanya. Oleh karena itu, akidah tidak hanya berfungsi sebagai

landasan yang pasif, melainkan ia berfungsi sebagai ukuran atau

patokan untuk mengukur perilaku seseorang dalam bertingkahlaku. 24

Pada hakikatnya, iman atau akidah adalah keseluruhan tingkah laku,

sehingga setiap perilaku yang tidak disertai dengan


21
Ali ANWar Yusuf, Studi Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum,(Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2003), hlm. 111.
22
Muhammad Daud Ali,Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011),
hlm. 346.
23
Abuddin Nata,Pemikiran Pendidikan Islam & Barat,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2012), hlm. 208.
24
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), hlm.
136.
15

keimanandinyatakan hampa, kosong, tidak berbobot atau tidak

mengandung arti apa – apa.

Lebih jauh Sayyid Sabiq memandang akidah sebagai roh bagi

setiap orang. Tanpa roh seseorang tidak dapat hidup, begitu juga tanpa

akidah.Sebab roh adalah akidah dan akidah adalah roh. Akidah

sebagai roh, sehingga hidup bernaung dan berpegang teguh kepadanya

akan memperoleh gairah, semangat, dan kebahagiaan. Sementara

hidup yang terlepas darinya akan terapung melayang tanpa arah dan

tujuan yang pasti.25

Oleh karena itu, akidah memiliki peran dan implikasi terhadap

sikap dan perilaku seseorang. Implikasi tersebut antara lain dapat

dilihat dalam sikap penyerahan diri secara total kepada Allah SWT

dengan meniadakan kekuatan dan kekuasaan yang mendominasi

dirinya selain Allah SWT. Keyakinan ini dapat menumbuhkan jiwa

bebas dan merdeka ditengah – tengah pergaulan hidupnya. Bebas dari

perbudakan dan penjajahan dalam segala dimensi kemanusiaannya.

3. Pembinaan akhlak

a. Pengertian

Pembinaan adalah usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan

secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang baik.26 Kata

akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari Khulqun yang berarti

kejadian, upayagai, tabiat, atau karakter.27 Sedangkan menurut istilah


25
Ibid, hlm. 137.
26
KBBI, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 197.
27
Rosihon ANWar, Akhlak Tasawuf,(Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 11.
16

adalah sifat yang melekat pada diri seseorang dan menjadi

identitasnya.

Pengaruh globalisasi yang terjadi saat ini ternyata juga

memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pembentukan

akhlak masyarakat dewasa ini khususnya kalangan pelajar yang

tampaknya belum begitu siap untuk menerima dan menyaring

perubahan zaman dan perkembangan masa.28 Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa pembinaan akhlak adalah usaha tindakan dan

kegiatan yang dilakukan oleh guru secara efektif dan efisien untuk

memperoleh perubahan sikap dan tingkah laku anak didik.

b. Sumber – sumber pembinaan akhlak

Dalam Islam, dasar atau alat pengukur yang menyatakan bahwa

sifat seseorang itu baik atau buruk adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah.29

Segala sesuatu yang baik menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, itulah

yang baik untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari,

sebaliknya, segala sesuatu yang buruk menurut Al-Qur’an dan As-

Sunnah, berarti tidak baik dan harus dijauhi. Ketika ditanya

tentangakhlak Rasulullah SAW, Aisyah menjawab yang artinya

“Akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Qur’an.”Maksud dari perkataan

Aisyah adalah segala tingkah laku dan tindakan Rasulullah SAW baik

yang zahir maupun yang batin senantiasa mengikuti petunjuk Al-

Qur’an. Al-Qur’an mengajarkan umat Islam untuk berbuat baik dan


28
Ria Andriyani, “Pelaksanaan Pembinaan Akhlak dalam Pembelajaran bagi Siswa
Tunagrahita” ,Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, Vol. 3, No. 3, September 2014, hlm. 771
29
Ibid, hlm. 23.
17

menjauhi segala perbuatan yang buruk, ukuran baik buruk ditentukan

oleh Al-Qur’an.

Kepentingan akhlak dalam kehidupan manusia dinyatakan dengan

jelas dalam Al-Qur’an.Al-Qur’an menerangkan berbagai pendekatan

yang meletakkan Al-Qur’an sebagai sumber pengetahuan mengenai

nilai dan akhlak yang jelas.Pendekatan Al-Qur’an dalam menerangkan

akhlak yang mulia melalui bentuk konseptual dan penghayatan.

Akhlak mulia dan akhlak buruk digambarkan dalam perwatakan

manusia. Pribadi Rasulullah SAW adalah contoh untuk dijadikan

teladan dalam membentuk pribadi yang akhlakul karimah.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ahzab ayat 21:

          
      
Artinya : Sesungguhnya, telah ada pada diri Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap Rahmat

Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.30

c. Tujuan pembinaan akhlak diantarnya adalah:

1) Mendapatkan Ridha Allah

Orang yang melaksanakn segala perbuatan karena mengharapkan

Ridha Allah berarti telah ikhlas atas segala amal perbuatannya.

Ridha Allah inilah yang melandasi ibadah seorang.

2) Membentuk kepribadian manusia

Segala perilaku baik ucapan, perbuatan, pikiran, dan kata hatinya

mencerminkan sikap ajaran Islam.


30
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Bandung: Sygma, 2005), hlm. 420.
18

Tujuan pembinaan akhlak adalah untuk mendapatkan Ridha Allah

dan membentuk kepribadian manusia. Sehingga segala perbuatan

manusia harus didasari dengan rasa ikhlas karena Allah SWT dan

segala ucapan, perbuatan, dan kata hatinya harus mencerminkan

sikap ajaran Islam.

4. Upaya pembinaan akhlak

Upaya adalah usaha atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud,

memecahkan persoalan, mencari jalan keluar.31 Maksudnya adalah suatu

usaha sadar untuk mencari jalan terbaik atau mengubah yang lebih baik

yaitu usaha atau kegiatan yang mengarahkan tenaga pikiran atau badan

untuk memecahkan persoalan atau mencari jalan keluar.

Sedangkan pembinaan berasal dari kata bahasa arab “bana” yang

berarti membina, membangun, mendirikan. Menurut kamus besar

Indonesia, pembinaan adalah suatu usaha tindakan dan kegiatan yang

dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil

yang baik.32

Dengan demikian membina bentujuan untuk memelihara dengan

cara pembimbingan, pengarahan serta pendampingan terhadap objek

sehingga tercapai yang diinginkan. Membina meletakkan konsistensi pada

setiap kegiatan yang dilakukan. Hal itulah yang menjadi fungsi

pembinaan.

31
KBBI, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 1534.
32
Syaepul Manan, “Pembinaan Akhlak Mulia Melaluui Keteladanan dan Pembiasaan” ,Jurnal
Pendidikan Agama Islam Ta’lim, Vol. 15, No. 1, 2020, hlm. 52
19

Abdullah Nashih Ulwan dalam Aat Syafaat menyatakan bahwa

metode pendidikan Islam yang harus digunakan oleh guru Akidah Akhlak

dalam upaya pembinaan akhlak anak seperti yang dicontohkan oleh

Rasulullah SAW ada beberapa macam, yaitu:

a. Pendidikan dengan keteladanan

Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang

paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan

membentuk anak di dalam moral (akhlak). Hal ini karena pendidik

adalah contoh terbaik dalam pandangan siswa yang akan ditirunya

dalam tindak-tanduk, dan tata santunnya, disadari ataupun tidak,

bahkan tercetak dalam jiwa dan perasaan suatu gambaran pendidik

tersebut, baik dalam ucapan atau perbuatan, baik materil atau

spiritual.

b. Pendidikan dengan pembiasaan

Islam menggunakan kebiasaan sebagai salah satu teknik

pendidikan, lalu mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi

kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan tanpa terlalu

payah, tanpa kehilangan banyak tenaga, dan tanpa menemukan

banyak kesulitan. Oleh karena itu, setelah diketahui bahwa

kecenderungan dan naluri anak-anak dalam pengajaran dan

pembiasaan adalah sangat besar dibanding usia lainnya, maka


20

hendaklah para pendidik untuk memusatkan perhatian pada

pengajaran siswa-siswi tentang kebaikan dan upaya

membiasakannya sejak ia sudah mulai memahami realita kehidupan

ini.

c. Pendidikan dengan nasihat

Metode ini sangat penting, sebab nasihat itu dapat

membukakan mata siswa – siswi pada hakikat sesuatu,

mendorongnya menuju situasi luhur, menghiasinya dengan akhlak

yang mulia.Setiap anak mempunyai kecenderungan untuk meniru

dan terpengaruh oleh kata – kata yang didengarnya, kemudian

direspon ke dalam tingkah lakunya. Pembawaan itu biasanya tidak

tetap dan oleh karena itu, kata-kata harus diulang – ulang. Nasihat

yang berpengaruh membuka jalannya ke dalam jiwa secara langsung

melalui perasaan.33 Dan akhlak mulia atau terpuji adalah sikap dan

tingkah laku manusia terhadap Allah, sesama manusia, makhluk lain,

serta lingkugannya.34 Al-Qur’an sendiri penuh berisi nasihat –

nasihat dan tuntunan – tuntunan, sebagaimana Allah SWT berfirman

dalam QS. Lukman Ayat 13:

           
   
Artinya: Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di

waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,

33
at Syafaat, dkk, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja,
(Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2008), hlm. 40-45.
34
Zulmaizarna, Akhlak Mulia Bagi Para Pemimpin, (Bandung: Pustaka Alfikris, 2009), hlm. 2
21

janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya

mempersekutukan Allah adalah benar – benar kezaliman

yang besar".35

d. Pendidikan dengan memberi perhatian

Mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa mengikuti

perkembangan siswa dalam pembinaan akhlak. Metode pendidikan

siswa dengan cara memberikan perhatian pada siswa akan

memberikan dampak positif, karena dengan metode ini siswa merasa

dilindungi, diberi kasih sayang karena ada tempat untuk mengadu baik

suka maupun duka. Sehingga siswa tersebut menjadi siswa yang

berani untuk mengutarakan isi hatinya atau permasalahan yang ia

hadapi kepada gurunya.

e. Pendidikan dengan memberi hukuman

Pada dasarnya, hukum-hukum syariat Islam yang lurus dan

adil, prinsip-prinsipnya yang universal, berkisar disekitar penjagaan

berbagai keharusan asasi yang tidak bisa dilepas oleh umat manusia.

manusia tida bisa hidup tanpa hukum. Para ahli berpendapat bahwa

hukuman yang kejam akan membuat si anak menjadi penakut, rendah

diri, dan akibat-akibat lain yang negatif seperti sempit hati, pemalas,

pembohong. Sebab-sebab yang mendorong diperbolehkannya sanksi

pukulan antara lain salah satunya adalah benar-benar diperkirakan ada

dampak positifnya dibalik sanksi pukulan.36


35
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 412.
36
Aat Syafaat, dkk, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja,
hlm. 406-48.
22

Demikianlah metode pendidikan Rasulullah SAW ketika

membina akhlak anak dengan contoh teladan beliau langsung. Bentuk

pendidikan inilah yang merupakan sebaik – baiknya metode yang

dapat diterapkan pada siswa.

G. Metode Penelitian

Dalam hal ini akan dibahas tentang prosedur penelitian yang meliputi:

Pendekatan penelitian, kehadiran peneliti, sumber data, prosedur pengumpulan

data, analisa data, dan keabsahan data.

1. Pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif, dikarenakan data yang diperoleh dilapangan kan lebih banyak

bersifat informasi dan keterangan bukan berbentuk simbol ataupun angka.

Mengenai penelitian kualitatif Sugiyono mengatakan, penelitian

kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi

obyek yang alamiah. Obyek dalam penelitian kualitatif adalah obyek apa

adannya.37

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan

pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu

fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti

menekankan sifat realistis yang terbangun secara sosial, hubungan erat

antara peneliti dan subjek yang diteliti.38 Adapun alasan peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang akan dikumpulkan

37
Sugiyono, Memahami penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012),
38
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 33.
23

adalah data yang bersifat deskriptif dimana gejala atau fenomena yang

diteliti diperoleh secara jelas tentang sifat – sifat atau obyek yang diteliti.

Sehinga penulis dapat memperoleh keterangan yang lebih luas dan

mendalam mengenai hal – hal yang menjadi pokok pembahasan yang

harus ditemukan jawabannya dalam skripsi ini sesuai dengan fakta yang

ada dan bukan rekaan semata. Dalam penelitian ini secara keseluruhan

menggunakan teknik analisis data atau menyelidiki suatu fenomena.

Beberapa ciri penelitian kualitatif, yaitu lingkungan alamiah

sebagai sumber data langsung, manusia merupakan alat (instrumen utama

pengumpul data), analisis data dilakukan secara induktif, tekanan

penelitian berada pada proses, pembentukan teori berasal dari data.39

Berangkat dari ciri – ciri penelitian kualitatif di atas, maka dalam

penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif yang sifatnya natural

(alamiah). Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti mengacu

pada pendapat Bogdan dan Taylor dalam Margono, mengemukakan bahwa

penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa data – data tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati, menurut mereka, penelitian ini diarahkan

pada latar belakang individu tersebut secara utuh.40

Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bersifat alami, yang digunakan untuk mendapatkan data

39
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), hlm. 60.
40
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hlm. 36.
24

yang lebih mendalam dan lebih baik serta menekankan pada makna atau

data yang sebenarnya.

2. Kehadiran peneliti

Kehadiran peneliti adalah hal yang sangat penting dalam penelitian

kualitatif karena peneliti berupaya sebagai instrumen kunci sekaligus

sebagai pengumpul data. Penelitian melibatkan diri dalam berbagai

aktivitas dengan subjek yang akan diteliti. Penelitian langsung terjun ke

lapangan, bergaul, berkomunikasi, mengamati, dan menganalisi berbagai

aktivitas, ungkapan, dan data-data yang relevan dengan subjek yang

diteliti. Kehadiran penelitian memungkinkan akses informasi dan data

yang relevan, terbuka dan mendalam tentang subjek yang akan diteliti.

Sebelum penelitian mulai melakukan penelitian terlebih dahulu

peneliti menginformasikan kepada kepala sekolah MTs NW puyung

bahwa peneliti akan melakukan penelitian di MTs NW Puyung. Dengan

demikian, kehadiran peneliti diketahui oleh informan sehingga peneliti

tidak dianggap orang asing nantinya di lokasi penelitian. Berdasarkan pada

prosedur yang berlaku, maka peneliti terjun langsung ke lapangan untuk

mencari data, disamping mengadakan pendekatan dengan informan akan

memudahkan peneliti menggali data yang valid, dimana informan sendiri

tidak merasa ditelusuri oleh peneliti tetapi pemberian data itu adalah suatu

kewajiban.

Dengan demikian, penelitian yang peneliti lakukan telah melalui

prosedur yang benar, sehingga peneliti memperoleh wewenang untuk


25

mengadakan penelitian yang peneliti sampaikan dalam permohonan izin

penelitian, sehingga sehingga akan mempermudah data yang dibutuhkan

dalam menyusun proposal skripsi.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs NW Puyung Kecamatan Jonggat,

Kabupaten Lombok Tengah.

4. Sumber data

Untuk memperoleh data dan informasi yang valid dan meyakinkan

kaiatannya dengan upaya guru bidang studi aqidah akhlak dalam membina

akhlak siswa Kelas VIII MTs NW Desa Puyung Kecamatan Jonggat

Kabupaten Lombok Tengah. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian

sampai memperoleh data yang jelas mengenai persoalan penelitian.

Sumber data disini adalah subyek atau orang yang akan

memberikan data atau informasi (informan) tentang apa yang akan diteliti

melalui:

1) Guru mata pelajaran Aqidah Akhlak

2) Siswa

3) Wali kelas

4) Kepala sekolah

5. Prosedur pengumpulan data

Dalam proses pengumpulan data sebagai sumber informasi tentang

latar atau permasalahan penelitian, diperluka cara – cara atau metode


26

dalam pengumpulan data agar pengumpulan data berjalan dengan lancar,

efektif dan efisien.

Adapun metode yang digunkan dalam pengumpulan data penelitian

adalah metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.

a. Teknik Observasi

Observasi adalah teknik pengamatan dan pencatatan sistematis dari

fenomena – fenomena yang diselidiki.41 Observasi dilakukan untuk

menemukan data dan informasi dari gejala atau fenomena secara

sistematis dan didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah

dirumuskan.

Selain mengmati suatu prosses metode observasi juga digunakan

untuk mengetahui letak giografis, keadaan fisik sekolah, keadaan

lingkungan sekolah, masyarakat sekitarnya, seperti halnya ditempat

penelitian melakukan penelitian, adpun topik yang telah diamati dalam

observasi ini yaitu;

1. Keadaan fisik

a) Situasi lingkungan kelas MTS NW Puyung.

b) Ruangan kelas.

c) Sarana dan prasarana penunjang kegiatan pembelajaran

2. Kegiatan guru ketika proses pembelajaran

a) Cara guru aqidah akhlak dalam menyikapi siswa yang nakal.

b) Kendala- kendala yang dihadapi guru dalam membina akhlak

siswa.
41
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 168.
27

b. Teknik Interview (wawancara)

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna

dalam satu topik tertentu.42

Esterberg mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu:

wawancara semiterstruktur, jenis wawancara ini sudah termasuk dalam

kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas

bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Dalam melakukan

wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa

yang dikemukakan oleh informan.43 Wawancara tidak terstruktur yaitu

pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan

ditanyakan. Kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil

wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari

pewawancara. Jenis penelitian ini cocok untuk penelitian kasus.44

Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur, peneliti

telah menyusun pertanyaan secara terstruktur untuk ditanyakan kepada

pihak informan. Adapun yang akan diwawancarai untuk memperoleh

data atau informasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru

Akidah Akhlak, dan siswa.

Adapun data yang ingin diperoleh dari teknik interview, antara

lain:

42
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta 2012), hlm. 72.
43
Sugiyono, Metode Penelitian, hlm. 413.
44
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm. 227.
28

1) Bagaimana upaya dalam membina akhlak siswa oleh guru akidah

akhlak di MTsNW Puyung.

2) Kendala – kendala yang dihadapi oleh guru Akidah Akhlak dalam

upayanya membina akhlak siswa kelas VIII di MTs NW Puyung.

c. Teknik Dokumentasi

Menurut Sugiyono, dokumentasi adalah catatan peristiwa yang

sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-

karya monumental dari seseorang. Dokumen berbentuk tulisan

misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan,

kebijaksanaan, dan dokumen yang berbentuk gambar, patung, film,

dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.45

Jadi dapat dipahami bahwa metode dokumentasi merupakan

metode yang penting dalam penelitian ini sebab data – data tertulis

sangat menunjang dalam menganalisis data.

Data yang akan diambil melalui teknik ini , yaitu:

1) Data tentang gambaran umum lokasi penelitian yaitu MTs NW

Puyung tahun 2021/2022

2) Data tentang keadaan guru, siswa, sarana dan prasarana MTs NW

puyung tahun 2021/2022

3) Dokumen atau arsip yang berkaitan dengan membina akhlak siswa

oleh guru akidah akhlak di MTs NW puyung 2021/2022.

6. Analisis Data
45
Sugiyono, Metode Penelitian, hlm. 422.
29

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit – unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.46

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah pengumpulan data dalam

periode tertentu. Saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis

terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai

setelah dianalisis belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan

pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap

kredibel. Miles and Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas

dalam analisis data, yaitu ada reduksi data, display data,

kesimpulan/verifikasi. Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-

hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari tema

dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya.47

46
Ibid, hlm. 428.
47
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi,(Bandung: Alfabeta 2014), hlm. 336.
30

Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah data secara

induktif. Analisis data secara induktif ini digunakan karena beberapa

alasan. Pertama, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-

kenyataan jamak sebagaimana terdapat dalam data.Kedua, analisis induktif

lebih dapat membuat hubungan peneliti – responden menjadi eksplisit,

akuntabel. Ketiga, analisis lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan

dapat membuat keputusan tentang dapat-tidaknya pengalihan pada suatu

latar lainnya. Keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh

bersama yang mempertajam hubungan-hubungan. Kelima, analisis dapat

memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur

analitik.48

7. Validitas Data

Validitas data adalah derajat ketetapan antara data yang terjadi

pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. 49

Berdasarkan eksplanasi tersebut, bahwa uji kredibilitas data atau

kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dapat

dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan

dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat. Dalam

penelitian ini, peneliti hanya menggunakan dua dari yang telah disebutkan

di atas, yakni sebagai berikut:

a. Ketekunan pengamatan

48
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
hlm. 10.
49
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif,(Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 117.
31

Meningkatkan ketekunan adalah melakukan pengamatan secara

lebih.cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut, maka

kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti

dan sistematis, .peneliti dapat melakukan pengecekan kembali, apakah

data yang telah ditemukan itu salah atau benar. Demikian juga dengan

meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat memberikan deskripsi

data yang akurat dan sistematis tentang yang diamati.50

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi non partisipan

adalah observasi yang menjadikan peneliti sebagai penonton atau

penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topic penelitian.51

Dalam observasi jenis ini, peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai

pengamat di kelas VIII di MTs NW Puyung.

b. Triangulasi

Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan

berbagai cara dan berbagai waktu.52 Adapun jenis triangulasi yang

akan digunakan peneliti yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik

pengumpulan data.

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber digunakan untuk menguji keterpercayaan

suatu informasi dengan cara mengecek informasi yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber informasi. Untuk menguji

kredibilitas data tentang upaya guru akidah akhlak, pengumpulan


50
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis,(Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 462-463.
51
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), hlm. 40
52
Sugiyono,Metode Penelitian,hlm. 464
32

dan pengujian data diperoleh dari guru akidah akhlak, siswa-siswi,

kepala sekolah, selanjutnya dideskripsikan, dikategorisasikan

pandangan yang sama. Data yang dianalisis oleh peneliti

selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data

tersebut.

2) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama

dengan teknik yang berbeda.53 Peneliti memperoleh data dengan

wawancara, untuk membuktikan kebenarannya, peneliti mengecek

dengan melakukan observasi di kelas. Bila dengan dua teknik

pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yeng

berbeda – beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut

kepada sumber data yang bersangkutan, untuk memastikan data

mana yang dianggap benar.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk dapat mempermudah pemahaman, maka dari itu di perlukannya

suatu gambaran singkat mengenai isi dari penelitian ini yang dapat di

rumuskan dalam sistematika pembahasan, yang di maksud dengan sistematika

pembahasan ini yaitu rangkaian pembahasan proposal ini dengan pola sebagai

berikut:

1. Bagian awal, terdiri dari bagian halaman sampul sampai abstrak.

2. Bagian isi, yang terdiri dari :


53
Ibid, hlm. 465-466.
33

a. Bab I, berisi pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup dan

setting penelitian, telaah pustaka.

b. Bab II, berisi paparan data dan temuan penelitian.

c. Bab III, berisi pembahasan tentang hasil penelitian.

d. Bab IV, penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

3. Bagian akhir, yang terdiri dari daftar pustaka, lampiran – lampiran.


34

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian MTs NW Puyung

1. Sejarah Berdirinya MTs NW Puyung

MTs NW Puyung didirikan pada tanggal 20 mei tahun 1981 yang

dipelopori oleh 3 orang sesepuh masyarakat. Para pendiri waktu itu

memberikan nama MTs NW Puyung yang lokasinya berada di Desa

Puyung Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah. Dalam

perkembangannya sampai saat ini telah mengelola dua lembaga yaitu

madrasah Tsanawiyah (MTs) dan madrasah aliyah (MA). MTs NW

Puyung dalam masa perkembangannya terus mengalami peningkatan,

baik dari segi kualitas maupun kuantias.

Madrasah Tsanawiyah NW Puyung Dalam masa perkembangannya,

Madrasah ini terus mengalami peningkatan, baik dari segi kualitas

maupun kuantitas. Hal ini terindikasi dari keberhasilan madrasah ini

sebagai madrasah yang berstatus diakui pada tahun 199454

2. Visi dan Misi MTs NW Puyung

Secara khusus dapat dilihat tujuan dan target yang akan dicapai oleh

MTs NW Puyung dalam mencetak anak didik yang maju dan religius dan

yang pastinya menjadi anak yang berakhlak mulia dengan visi dan misi

sebagai berikut:

54
Dokumentasi fail profil Sejarah Berdirinya MTs NW Puyung , 23 maret 2022
35

Visi: Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang agamis, berkualitas

berdasarkan iman, berilmu, dan berakhlak mulia yang berjiwa

Qur’ani.

Misi:

a. Melaksanakan pembelajaran agama Islam dan ilmu

pengetahuan umum.

b. Meningkatatkan kualitaas pembelajaran untuk meningkatkan

generasai yang tampil dan mampu memecahkan masalah yang

dihadapi.

c. Menanamkan dasar keilmuan berbagai disiplin ilmu.

d. Meningkatakan kualitas proses pendidikan untuk mengopti

malakan pembentuka kepribadian yang bermoral.

e. Mengembangkan kecakapan hidup yang bersandar pada iman,

ilmu, dan aklakul karimah

f. Meningkatkan kualitas pembelajarandan bimbingan secara

efektif55

3. Struktur Organisasi MTs NW Puyung

Sebagai suatu lembaga atau organisasi, maka struktur lembaga atau

organisasi tersebut harus ada sebagai pedoman atau gambaran dari

koordinasi dan terorganisasikannya pembagian tugas dan wewenang

dalam lembaga tersebut. Dimana struktur lembaga pendidikan mutlak

dibutuhkan guna untuk mengaktifkan dan mengefisienkan kinerja serta

mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan.


55
Dokumentasi, visi dan misi, MTs NW Puyung, dikutip tanggal 23 maret 2022
36

Untuk lebih jelasnya struktur organisasi MTs NW Puyung dapat

dilihat pada bagian di bawah ini.

Kepala Madrasah Komite Sekolah


Sumatre,S.Ag H.Nahwan

Wakil Kepala Ka. TU

Agus Supriadi S.pd Samsul, S.Pd

Wk. Kurikulum Wk. Kesiswaan Wk. Ur. Wk. Ur. Sarpras


Humas
Nurhijayati
Wardi, S.Pd.I Numal Hakim,S.Ag Nurman,S.Ag
S.Ag

Wali Kelas VII A Wali Kelas VII B Wali kelas VII C


Murniati, S.Pd Khairurrozi, S.Pd Nurmala, S.Pd.i

Wali Kelas VIII A Wali kelas VIII B Wali kelas VIII C


Fitri handayani S.pd
Pebriana ariyanti, Safinatun N,
S.Pd S.Pd
Wali kelas IX A Wali kelas IX B Wali kelas IX C
Syahri, S.Pd S.Pd.I
Yuliana , S.Pd Ida pitriana, S.Pd

GURU

SISWA

Tabel 2.1 Bagan Struktur Organisasi MTs NW Puyung56


4. Data Guru MTs NW Puyung

Dalam suatu lembaga pendidikan guru merupakan komponen yang

paling utama dalam pendidikan karena guru sangat berupaya penting


56
Dokumentasi, Struktur Organisasi, MTs NW Puyung 23 Maret 2022.
37

dalam menjalankan proses pembelajaran dan pembinaan kepada peserta

didik. Begitu pula dengan para staf atau pegawai Madrasah sangat

dibutuhkan dalam mengatur dan mempersiapkan perlengkapan dalam

proses belajar mengajar.

Dengan melihat pendidikan terakhir para guru menunjukan bahwa

dari segi kualitas maupun kuantitas para guru akan mampu

mengoptimalkan dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran karena tiap-

tiap guru ditempatkan menurut keahlian dan pendidikan yang

ditekuninya.

Sebagian besar guru di MTs NW Puyung sudah Sarjana (S1) bahkan

ada yang S2. Guru-guru di MTs NW Desa Puyung terdiri dari guru tetap

dan honorer. Mengenai keadaan guru di MTs NW Puyung Tahun

Pelajaran 2021/2022 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.2
Daftar Nama Guru MTs NW Puyung
Tahun Pelajaran 2021/2022

Pendidikan
No Nama L/P Jabatan
Terakhir
1 Sumatre, S.Ag L Kepala Madrasah S1
2 Agus Supriadi M.Pd L Wakil Kepala Madrasah S2
3 Nurman, S.Ag L Wk. Ur. Sarpras S1
4 Numal Hakim, S.Ag L Wk. Ur. Kesiswaan S1
5 Yuliana, S.Pd P Wali Kelas IX B S1
6 Ida Fitriana ,S.Pd P Wali Kelas IX C S1
7 Rohani, S.Ag P Guru IPS Terpadu S1
8 Khairurrozi S.Pd L Wali Kelas VII B S1
9 Syahri, S.Pd L Wali Kelas IX A S1
38

10 Pebriyana Ariyanti, S.Pd P Wali Kelas VIII B S1


11 BQ. Safinatun N, S.Pd P Wali Kelas VIII C S1
12 Samsul Rizalihadi L Ka. TU S1
13 Fitri Handayani, S.Pd P Wali Kelas VIII A S1
14 Murniati, S.Pd P Wali Kelas VII A S1
15 Siti Roksikhah, S.Pd.i P Wali Kelas VII C S1
16 Nurhayati, S.Pd.i P Guru Akidah Akhlak S1
17 Muhamad Nasir S.Pd.i L Guru Qur’an Hadis S1
18 Agus Setiawan, S.Pd L Guru Mtk S1
19 Nurul Aini, S.Pd P Guru Bahasa Indonesia S1
20 Badrun S.Pd L Guru Bahasa Inggris S1
21 Laohil Mahpuz, S. Pd.I L Guru Seni Budaya S1
22 Huri'ah, S.Pd P Guru PKN S1

5. Data Siswa MTs NW Puyung

Siswa adalah subjek yang terlibat dalam proses belajar mengajar.

Tanpa adanya kerjasama dengan siswa seorang guru tidak dapat mengajar

secara optimal dan maksimal sesuai dengan ilmu yang telah dimilikinya.

Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan siswa di MTs NW Puyung dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.3
Data Siswa Kelas VIII MTs NW Puyung
Tahun Pelajaran 2021/2022
Kelas Jumlah Siswa Kelas VIII MTs NW Puyung
L P Jumlah
VIII A 30 23 53
VIII B 19 28 47
VIII C 19 22 41
Jumlah 141
39

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah siswa di MTs NW

Puyung sebanyak 141 orang yang terdiri dari 68 orang laki-laki dan 73

perempuan.

6. Sarana dan Prasarana MTs NW Puyung

Dalam mempermudah berlangsungnya aktivitas belajar mengajar,

tidak terlepas dari perlengkapan sarana dan prasarana belajar mengajar,

karena sarana dan prasarana ini sangat penting dalam proses belajar

mengajar untuk membantu para pendidik dan peserta didik dalam

mempermudah proses belajar mengajar yang tujuannya untuk

mengoptimalkan kegiatan pembelajaran.

Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MTs NW Puyung

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.4
Sarana dan Prasarana MTs MTs NW Puyung
Tahun Pelajaran 2021/2022
Kondisi
NO Nama Ruangan Jumlah
Baik Rusak
1 Ruang Kepala Sekolah 1 1
2 Ruang Guru 1 1
3 Ruang Belajar 8 1 10
4 Ruang Perpustakaan 1 1
5 Tata Usaha (TU) 1 1
6 Lapangan Olahraga 1 1
7 Ruang Osis 1 1
8 Mushalla 1 1
9 Laboratorium Komputer 1 1
40

Dari tabel 3 di atas terlihat bahwa perlengkapan kelas MTs NW

Puyung sebagian besar dalam keadaan lumayan baik. Hal ini tentunya

dapat mendukung terhadap kelancaran proses belajar mangajar.

B. Upaya Guru Akhlak dalam Membina Akhlak Siswa Kelas VIII MTs NW

Puyung

Guru Aqidah akhlak di MTs NW Puyung harus melaksanakan tugas

dan tanggung jawabnya dengan baik yang salah satunya adalah melakukan

pembinaan akhlak peserta didik. Dalam pembinaan akhlak, upaya guru

aqidah akhlak yang diharapkan adalah:

1. Menanamkan nilai-nilai agama.

Berdasarkan hasil interview dengan guru aqidah akhlak, beliau

mengatakan bahwa dalam pembinaan akhlak peserta didik MTs NW

Puyung dilakukan dengan cara menanamkan nilai-nilai agama Islam

kepada peserta didik. Penanaman nilai- nilai agama ini dilakukan guru

aqidah akhlak pada saat proses belajar mengajar didalam kelas, sesuai

dengan materi pelajaran yang disampaikan.

2. Memberikan contoh perbuatan yang baik

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, diketahui bahwa guru

aqidah akhlak dalam melakukan pembinaan akhlak peserta didik MTs NW

Puyung dilakukan dengan selalu memberikan contoh perbuatan-perbuatan

yang baik. Perbuatan – perbuatan baik yang dicontohkan oleh guru aqidah

akhlak di MTs NW Puyung salah satunya dengan bertutur kata yang


41

lemah lembut, sopan dan ramah. Selain itu, guru aqidah akhlak juga

membrikan contoh dalam hal badah kepada Allah SWT.

3. Mengadakan kegiatan keagamaan

Berdasarkan hasil interview dengan guru aqidah akhlak, beliau

menyatakan bahwa dalam pembinaan akhlak di MTs NW Puyung

dilakukan dengan mengadakan berbagai kegiatan ekstrakulikuler

keagamaan secara rutin seperti memperingati hari – hari besar Islam.

4. Membimbing tatacara beribadah

Berdasarkan hasil interview dengan guru aqidah akhlak, beliau juga

menyatakan dalam pembinaan akhlak di MTs NW Puyung dilakukan

dengan membimbing peserta didik tentang tatacara beribadah kepada

Allah SWT. Bimbingan tatacara beribadah ini dilakukan agar peserta

didik tidak hanya tau tentang apa saja ibadah yang harus dilakukan, tetapi

juga bagaimana cara untuk beribadah dengan benar.

5. Menegur yang berakhlak buruk

Berdasarkan hasil interview dengan guru aqidah akhlak, bahwa dalam

upaya membina akhlak di MTs NW Puyung dalah dengan menegur peserta

didik yang melakukan kesalahan. Cara ini dilakukan agar peserta didik

tahu bahwa yang dilakukannya itu salah dan tidak boleh untuk dilakukan

lagi.

6. Memotivasi untuk senantiasa beribadah kepada Allah SWT

Berdasarkan hasil interview dengan guru aqidah akhlak, beliau

menyatakan dalam upayanya melakukan pembinaan akhlak kepada


42

peserta didik di MTs NW Puyung dengan cara memberikan motivasi

kepada peserta didik untuk selalu beribadah kepada Allah SWT.

Pemberian motivasi ini dilakukan agar peserta didik terbangun suatu

kebiasaan positif dalam kehidupannya untuk selalu melaksanakan

ibadah kepada Allah SWT.

C. Kendala - Kendala dan Solusi yang Dilakukan oleh Guru Akidah Akhlak

dalam Membina Akhlak Siswa Kelas VIII MTs NW Puyung

Dalam proses pembinaan terhadap para siswa sebagaimana diuraikan di

atas, tampak bahwa hal tersebut tidak terlepas dari adanya hambatan atau

kendala – kendala yang dihadapi oleh para guru terutama guru Aqidah Akhlak

pada khususnya. Kendala – kendala yang dihadapi guru bersifat internal dan

eksternal. Problematika itu merupakan tanggung jawab yang harus dihadapi

dan dipecahkan oleh guru.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Nurhayati selaku guru Akidah

Akhlak kelas VIII, ia mengatakan bahwa kendala – kendala yang dihadapi

dalam membina akhlak siswa di MTs NW Puyung, antara lain:

a. Kurang menguasai metode

Dari hasil wawancara dengan Ibu Nurhayati selaku guru Akidah

Akhlak kelas VIII mengatakan, kendala yang dia hadapi dalam membina

akhlak siswa adalah bahwa dia belum menguasai metode pada saat proses

pembelajaran sehingga mereka bosan, jadi belum berhasil mengontrol

siswa – siswi dalam proses pembelajaran berlangsung, dan berdampak

pada tingkah laku mereka yakni susah diatur dalam kelas.57


57
Nurhayati ( Guru akidah akhlak kelas VIII MTs NW Puyung), Wawancara , 14 April 2022.
43

Menurut hasil wawancara dengan Hardianto salah satu siswa kelas

VIII, ia mengatakan:

“ketika Ibu Nurhayati mengajar, jarang membuat kita


semangat dalam belajar, yang digunakan hanya metode
ceramah, tanya jawab, kalau praktek pernah, tapi jarang saat
belajar.58Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti
dengan siswa-siswi kelas VIII yang lainnya mengatakan: “Ibu
guru kebanyakan ceramahnya di kelas, kita dikasih tugas
sendiri-sendiri, jadi bosan, jarang dikasih tugas
berkelompok.59
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti dalam kelas, anak –

anak dibiarkan sendiri mengerjakan tugasnya masing – masing tidak

adanya kontrol yang dilakukan, sehingga mereka merasa bebas untuk ribut,

mengganggu temannya yang lain.60

Peneliti menyimpulkan bahwa adanya kesesuaian antara apa yang

dikatakan oleh Ibu Nurhayati dan apa yang dirasakan oleh siswanya,

bahwa salah satu kendalanya adalah kurang menguasai metode, sehingga

suasana belajar kurang menyenangkan.

b. Lingkungan yang kurang kondusif

Dari hasil wawancara dengan Ibu Nurhayati selaku guru Akidah

Akhlak kelas VIII, ia mengatakan:

Salah satu kendala saya dalam membina akhlak siswa, karena


faktor lingkungan anak itu sendiri, baik dari keluarga maupun
lingkungan mayarakat, saya sedikit mengalami kesulitan,
karena menghadapi watak siswa yang berbeda-beda, ada anak
yang susah diatur, cenderung tertutup, dari fakta yang saya
ketahui bahwa faktor lingkungan disini kurang baik.61

58
Hardianto, Wawancara, Siswa MTs NW Puyung, 14 April 2022.
59
Lindayani, Wawancara, MTs NW Puyung, 14April 2022.
60
Observasi, MTs NW Puyung, 15 April 2022.
61
Nurhayati, Wawancara, MTs NW Puyung, 15 April 2022.
44

Dari hasil wawancara dengan Elisa salah satu siswa kelas VIII MTs

NW Puyung, ia mengatakan:

“saya jarang belajar, kalau sudah di rumah, saya biasanya


keluar dan banyak bermain, menghabiskan waktu bersama
teman-teman saya, saya dan teman saya pergi ke warung
internet, membuka permainan, jarang saya belajar.62

Berdasarkan hasil observasi peneliti, bahwa lingkungan tempat tinggal

siswa-siswi MTs NW Puyung kurang kondusif dan kurang terkontrol.63

c. Kurangnya waktu bagi guru

Guru merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap peserta

didiknya selama berada di lingkungan sekolah terutama mengenai

pembinaan akhlak siswa, untuk itu tidak banyak waktu yang dimiliki oleh

semua guru terutama dalam membina akahlak siswa. Karena pembinaan

bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, dan butuh waktu yang panjang

dalam menanganinya.

Dari hasil wawancara dengan Ibu Nurhayati selaku guru Akidah

Akhlak kelas VIII, ia mengatakan:

Kendala-kendala yang saya alami dalam pembinaan akhlak


siswa yaitu kurangnya perhatian dari orang tua siswa. Untuk
membina akhlak siswa, tidak bisa terlepas dari faktor orang
tua, karena orang tua adalah pendidikan pertama terhadap
anaknya, terutama dalam membina akhlaknya, agar bisa
menjadi anak yang berakhlakul karimah sesuai dengan
ajaran Islam. Oleh karena itu, solusinya adalah baik guru
maupun orang tua siswa harus lebih dalam memberikan
perhatian, memberikan kasih sayang terhadap anak, agar
anak tidak merasa ditelantarkan.64

62
Elisa, Wawancara, MTs NW Puyung, 16 April 2022.
63
Observasi, Lingkungan MTs NW Puyung, 16 April 2022.
64
Nurhayati, Wawancara, MTs NW Puyung, 18 April 2022.
45

Berdasarka hasil observasi peneliti, dalam pembinaan akhlak siswa

kelas VIII MTs NW Puyung, bahwa kendala yang dialami guru Akidah

Akhlak dalam membina akhlak siswa adalah kurangnya waktu bagi guru

dalam melakukan pembinaan terhadap siswa.65

D. Solusi yang Dilakukan Oleh Guru Akidah Akhlak Dalam Menghadapi

Kendala – Kendala Membina Akhlak Siswa Kelas VIII MTs NW Puyung

Berdasarkan paparan tentang kendala – kendala yang dihadapi guru

akidah akhlak dalam membina akhlak siswa di MTs NW Puyung di atas maka

selanjutnya peneliti melakukan penelitian lanjutan dengan mencari solusi –

solusi yang guru tersebut lakukan dalam menyikapi kendala – kendala

tersebut.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Nurhayati selaku guru Akidah

Akhlak kelas VIII, ia mengatakan bahwa solusi- solusi yang dilakukan untuk

menyikapi kendala-kendala yang dihadapi dalam membina akhlak siswa

adalah sebagai berikut:

a. Kurang menguasai metode

Sebagaimana paparan di atas tentang kendala – kendala yang

dihadapi guru, peneliti selanjutnya menanyakan langsung kepada guru

yang mengajar di MTs NW Puyung dalam hal ini guru akidah akhlak yang

menjadi informan dalam penelitian ini, tentang bagaimana solusi yang dia

terapkan ketika para dewan guru masih belum terlalu menguasai metode

pembelajaran di kelas. Guru tersebut memaparkan kepada peneliti:

65
Observasi, MTs NW Puyung, 18 April 2022.
46

“Dalam hal ini sebenarnya solusi yang paling efektif adalah


kami meminta kepada pihak sekolah untuk mengadakan
pelatihan guru supaya bapak ibu guru disini bisa
memperoleh ilmu yang cukup terkait dengan metode dan
strategi mengajar yang lebih menarik dan tidak monoton
dengan metode – metode konvensional yang berakibat pada
kejenuhan siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar”66

b. Lingkungan yang kurang kondusif

Sementara itu, dalam menanggapi kendala atau permasalahan

tersebut peneliti mewawancarai guru akidah akhlak di MTs NW Puyung

yang selaku sumber informasi penelitian ini terkait bagaimana solusi dari

sekolah atau dari dewan guru yang mengampu mapel di kelas yang

menjadi objek penelitian ini. Guru tersebut memberikan paparan kepada

peneliti sebagai berikut:

“Dalam menyikapi kendala terkait masalah kurang


kondusifnya lingkungan belajar siswa baik di dalam kelas
maupun di luar kelas, kami bekerjasama dengan pihak
BP/BK dan semua pihak di sekolah untuk menjaga
kenyamanan, ketertiban dan keindahan sekolah sehingga
tercipta lingkungan belajar yang kondusif dan nyaman
untuk siswa dan semua warga sekolah, sehingga akan
menjadikan siswa lebih nyaman belajar dan nyeman dalam
mengerjakan segala bentuk tugas yang diberikan oleh
gurunya, sehingga dengan sendirinya akan bisa membentuk
pribadi dan akhlak siswa yang lebih baik, rajin, sopan dan
santun dalam menghadapi dan mengikuti semua mata
pelajaran di sekolah”67

c. Kurangnya waktu bagi guru

Menanggapi permasalahan waktu dalam mendidik siswa – siswi di

sekolah, hal tersebut merupakan kendala yang lumrah bagi para pendidik
66
Hasil wawancara dengan guru akidah akhlak MTs NW Puyung,15 April 2022.
67
Hasil wawancara dengan guru akidah akhlak MTs NW Puyung, 16 April 2022.
47

di manapun mereka mengajar karena waktu sekolah yang hanya beberapa

jam saja dan para siswa – siswi lebih banyak waktunya bergaul dengan

teman – teman di luar sekolah, dengan keluarga mereka. Sehingga dalam

menata atau membina akhlak seorang siswa merupakan tugas yang sangat

kompleks karena factor waktu yang sangat singkat bagi seorang guru

untuk mengawasi sikap dan perilaku peserta didiknya.

Oleh karena itu, peneliti menemui guru akidah akhlak yang ada di

MTs NW Puyung selaku informan dalam penelitian ini untuk mencari

informasi tentang solusi sekolah khusunya solusi dari guru akidah akhlak

dalam menanggapi permasalahan waktu yang sedikit dalam membina

akhlak siswa siswinya. Guru tersebut menjelaskan kepada peneliti:

“Dalam menyikapi waktu yang sangat sedikit atau singkat


di sekolah untuk membina dan mengawasi perilaki dan
akhlak siswa kami melakuakan komunikasi dengan para wali
murid untuk menjalin kerjasama dalam mengawasi tingkah
dan akhlak siswa ketika berada di luar lingkungan sekolah, di
samping itu kami sebagai gurunya secara terjadwal
melakukan kunjungan ke rumah – rumah siswa untuk melihat
secara langsung bagaimana sikap dan perilaku siswa – siswi
ketika berada di luar lingkungan sekolah”68

68
Guru akidah akhlak MTs NW Puyung, Wawancara, 18 April 2022
48

BAB III

PEMBAHASAN

A. Upaya Guru Akidah Akhlak dalam Membina Akhlak Siswa Kelas VIII

di MTs NW Puyung Tahun Pelajaran 2021/2022.

Upaya guru dalam membina akhlak anak merupakan langkah yang

baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak adalah individu yang

sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan

religious, mereka membutuhkan orang lain dalam pertumbuhannya.

Berdasarkan hasil analisis data, upaya – upaya yang dilakukan oleh

guru Akidah Akhlak dalam membina akhlak siswa kelas VIII dalam proses

pembelajaran yaitu:

1. Menanamkan nilai-nilai agama

Berdasarkan hasil interview dengan guru Aqidah Akhlak, beliau

menyatakan bahwa dalam pembinaan akhlak di MTs NW Puyung

dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai agama Islam kepada peserta

didik pada saat proses belajar mengajar sesuai dengan materi pelajaran

yang disampaikan.

Dalam proses pembelajaran, pendidik harus memiliki totalitas dalam

menjalankan tugasnya sebab yang memegang kendali dalam

menghasilkan output yang handal adalah guru. Melalui perannya sebagai

demonstrator, pengelola kelas, mediator, fasilitator, pengajar dan

evaluator, selain itu guru yang juga disebut sebagai ustadz, muallim,

murabbiy, mudarris dan muaddih, maka guru hendak


49

senantiasamenguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diberikan

kepada peserta didik.

Dengan demikian guru akan mudah menyajikan berbagai teori yang

berkaitan dengan shalat dan mampu menginternalisasi nilai-nilai ajaran

Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pemberian teori tentang nilai-nilai

ajaran Islam kepada peserta didik terarah dan mempunyai dasar dalam

melakukan segala hal khususnya yang terkait dengan teori tersebut.

Peserta didik yang belajar pendidikan agama Islam diharapkan

memiliki karakteristik tersendiri sebagai ciri khas dari pendidikan agama

Islam yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, guru Aqidah

Akhlak di MTs NW Puyung memberikan segala materi yang berkaitan

dengan nilai-nilai ajaran Islam sesuai dengan kurikulum yang ada seperti

misalnya tentang keimanan kepada Allah SWT, keimanan kepada

Malaikat, keimanan kepada kitab Allah, keimanan kepada Rasul,

keimanan kepada hari Akhir dan keimanan kepada Qadha dan Qadar.

Selain itu disampaikan tentang tatacara berakhlak kepada Allah,

tatacara berakhlak kepada Rasulullah, tatacara berakhlak kepada orang

tua, tatacara berakhlak kepada guru, tatacara kepada hewan, tatacara

berkahlak kepada alam sekitar dan lain-lain.

Berdasarkan hasil observasi peneliti, guru Aqidah Akhlak di MTs

NW Puyung dalam proses mengajarnya menggunakan pendekatan antara

lain pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan keteladanan,

pendekatan fungsional.
50

Pengajaran disajikan dengan metode ceramah dan metode belajar

lainnya. Hasil interview dengan guru Aqidah Akhlak, beliau menyatakan

bahwa dalam pembinaan akhlak di MTs NW Puyung selain hal diatas

juga dilakukan dengan melalui kegiatan ekstrakulikuler keagamaan

diantaranya baca tulis Al-Qur‟an yang dilaksanakan setiap hari sabtu,

melaksanakan kegiatan shalat dhuha pada pagi hari, istighosah dan doa

bersama yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu.

2. Memberikan contoh perbuatan yang baik

Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa guru Aqidah Akhlak

dalam melakukan pembinaan akhlak di MTs NW Puyung dilakukan

dengan selalu memberikan contoh perbuatan yang baik.

Hal ini terlihat pada diri guru Aqidah Akhlak dalam bertutur kata,

beliau selalu lemah lembut, sopan dan ramah, hal ini dimaksudkan agar

peserta didik dapat meniru perilaku tersebut dan dapat membiasakannya

dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu juga guru Aqidah Akhlak membiasakan mengucapkan

salam apabila bertemu dengan sesama guru maupun orang lain dan

memberikan arahan kepada peserta didik untuk mengucapkan salam

apabila bertemu dengan guru, orang tua maupun orang lain khususnya

disekolah dan menganjurkan agar bersalaman apabila bertemu guru

ataupun sesama peserta didik. Upaya ini dimaksudkan untuk menanamkan

kebiasaan kepada peserta didik akan pentingnya mengucapkan dan


51

menjawab salam. Perilaku ini apabila dibiasakan semenjak kecil

diharapkan tidak akan hilang hingga dewasa.

Berdasarkan hasil observasi diketahui juga bahwa guru Aqidah

Akhlak selalu memberikan teladan yang baik dalam hal pelaksanaan

ibadah seperti shalat khususnya shalat Dzuhur dan Ashar disekolah,

berwudhu yang benar, berpuasa pada saat bulan Ramadhan, membaca Al-

Qur‟an, berdoa dan berzikir kepada Allah dan lain-lain juga memberikan

contoh dalam hal berbicara yang sopan dan benar sesuai dengan nilai-nilai

Islam.

Menurut Kepala MTs NW Puyung, guru aqidah akhlak mereka

mampu menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya. Penilaian

Kepala MTs tersebut didasarkan pada hasil observasi beliau pada kinerja

gurunya yang menurut beliau cukup baik, tidak pernah bolos mengajar

tanpa keterangan yang jelas, tidak pernah datang terlambat, cukup dekat

dengan peserta didik, mampu menjaga perkataan dan sikapnya didepan

peserta didik.

Menurut seorang peserta didik MTs NW Puyung, guru aqidah akhlak

mereka cukup baik. Apa yang diajarkan dan dilakukannya cukup sesuai.

Menurut pandangan mereka, guru aqidah akhlak tersebut taat

menjalankan agama, ramah, tidak mudah marah, apabila marah tidak

mengeluarkan perkataan yang buruk, dan sopan santun kepada peserta

didiknya. Dan mereka menyatakan sangat menyukai guru aqidah akhlak

mereka tersebut.
52

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut dapat dipahami

bahwa guru aqidah akhlak di MTs NW Puyung cukup mampu menjadikan

dirinya sebagai teladan yang baik bagi peserta didiknya. Hal tersebut

ditunjukkan dari kedisiplinannya dan kinerja guru aqidah akhlak di MTs

NW Puyung yang cukup baik, ketaatannya menjalankan ajaran agama dan

akhlaknya kepada peserta didiknya.

3. Mengadakan kegiatan keagamaan

Berdasarkan hasil interview dengan guru Aqidah Akhlak, beliau

menyatakan bahwa dalam pembinaan akhlak di MTs NW Puyung

dilakukan dengan mengadakan berbagai kegiatan ekstrakulikuler

keagamaan secara rutin seperti memperingati hari-hari besar Islam seperti

Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra‟ Mi‟raj Nabi Muhammad SAW,

tahun baru Islam dan lain-lain.

Semua kegiatan keagamaan tersebut dilakukan dimasjid yang ada

didekat sekolah. Waktu-waktu ini sengaja dimanfaatkan oleh pihak

sekolah khususnya guru Aqidah Akhlak MTs NW Puyung untuk

menanamkan pemahaman akan pentingnya meneladani berbagai akhlak

dan perilaku yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Dengan upaya ini

diharapkan peserta didik mempunyai figur dalam hidupnya yang harus

dicontohkan dan diteladani dalam berbagai hal.

4. Membimbing tatacara beribadah

Berdasarkan hasil interview dengan guru Aqidah Akhlak, beliau juga

menyatakan bahwa dalam pembinaan akhlak di MTs NW Puyung


53

dilakukan dengan membimbing peserta didik tentang beribadah kepada

Allah SWT.

Teori tanpa praktik bagaikan pohon tanpa buah, dan hal ini juga

bermakna ilmu yang telah dipelajarinya tidak bermanfaat. Dengan

demikian mengamalkan ajaran Islam sangatlah penting agar peserta didik

dapat melaksanakannya dengan baik dan terbiasa (mempunyai konsistensi

tinggi dalam menjalankannya).

Guru Aqidah Akhlak menyatakan bahwa dalam upaya meningkatkan

pengalaman ibadah peserta didik, selain memberikan pengarahan ketika

berada dikelas pada saat proses belajar mengajar, guru juga mengajak

peserta didik untuk melakukan shalat berjamaah di masjid yang berada

didekat sekolah. Dengan diterapkannya pembinaan ibadah shalat secara

praktik langsung diharapkan peserta didik MTs NW Puyung dapat

diinternalisasi nilai-nilai shalat dalam kehidupannya dan mampu

mempertahankannya hingga mereka dewasa kelak.

Dalam kata lain setidak-tidaknya hal ini dapat melatih kedisiplinan

diri peserta didik. Meskipun dalam konsep Islam orang tualah (pendidikan

keluarga) yang memegang peranan dalam pendidikan anak yang pertama

dan utama, namun disekolah guru juga tak kalah pentingnya dalam

menempa pribadi anak atau peserta didik. Sebab ketika anak memasuki

usia sekolah, maka mau tidak mau separuh aktifitas kesehariannya dilalui

disekolah dan menjalani proses pendidikan maupun pembinaan

didalamnya sehingga apapun yang terjadi disekolah atau apapun yang


54

telah didapat peserta didik disekolah akan mempunyai dampak dalam

kehidupan peserta didik selanjutnya.

5. Menegur yang berakhlak buruk

Berdasarkan hasil interview dengan guru Aqidah Akhlak, beliau

menyatakan bahwa dalam pembinaan akhlak di MTs NW Puyung

dilakukan dengan metode pembiasaan, paksaan dan teguran.

Metode pembiasaan diantaranya anak dibiasakan untuk mengucapkan

salam dan berjabat tangan dengan guru setiap hari ketika datang

kesekolah begitu pula ketika bertemu dijalan, baik disekolah maupun

diluar sekolah. Kemudian anak juga diwajibkan untuk shalat Dzuhur dan

Ashar di masjid dekat sekolah yang merupakan metode pembiasaan dan

paksaan, dimana terdapat absen kehadiran yang dapat mendorong anak

untuk melaksanakan shalat Dzuhur dan Ashar berjamaah dan bagi yang

tidak mengikuti diingatkan atau ditegur dan jika berulang kali diingatkan

tetapi masih membandel maka peserta didik yang bersangkutan diberi

sanksi berupa menulis atau menghafal surat-surat pendek dalam Al-

Qur‟an dan lainnya yang bersifat mendidik.

Metode teguran diberikan oleh guru Aqidah Akhlak ketika mendapati

seorang peserta didiknya melakukan kesalahan yaitu melanggar tata tertib

sekolah atau melakukan tindakan yang tidak diperbolehkan menurut

agama, seperti tidak melaksanakan sholat yang wajib dilakukan disekolah,

maka guru secara langsung memberikan teguran kepada peserta didik

yang melakukan pelanggaran tersebut.


55

Apabila pendidikan tidak bisa lagi dilakukan dengan cara memberi

nasehat, arahan, petunjuk, kelembutan ataupun suri tauladan maka dalam

kondisi semacam ini, cara mendidik peserta didik MTs NW Puyung

dengan memberikan hukuman dapat diterapkan. Akan tetapi yang perlu

diingat oleh guru Aqidah Akhlak bahwa hukuman tersebut ada beberapa

macam dan bukan hanya dengan memukul saja. Dan terkadang hukuman

dengan cara memukul sangat tidak efektif atau dapat menimbulkan

dampak negatif.

Dalam menghadapi peserta didik yang melakukan pelanggaran, guru

aqidah akhlak selalu menjaga sikapnya untuk tidak terpancing emosinya.

Yang guru aqidah akhlak lakukan adalah dengan pemberian nasihat

kepada peserta didik yang melakukan pelanggaran tersebut.

Upaya dalam memberikan nasihat kepada peserta didiknya yang

melakukan akhlak tercela tersebut biasanya dilakukan dengan lembah

lembut. Mengajak para peserta didiknya untuk memikirkan dan

merenungi segala perbuatan dan akibat dari perbuatannya tersebut. Guru

aqidah akhlak di MTs NW Puyung tidak langsung marah-marah dengan

memukul atau mengatakan perkataan yang menyakitkan hati mereka,

akan tetapi mengajak mereka bertukar pikiran dan berbincang-bincang

sebagaimana teman karib mereka. Walaupun memang terkadang guru

aqidah akhlak kurang mampu menahan emosi amarahnya akan tetapi guru

aqidah akhlak di MTs NW Puyung berdasarkan hasil observasi penulis

selalu berusaha menekan emosinya dengan cukup baik.


56

Dalam pemberian nasihatpun, berdasarkan observasi penulis,

langsung dilaksanakan apabila ada peserta didik yang melakukan akhlak

tercela tanpa menunda – nunda lagi. Hal ini cukup efektif agar siswa

dapat cepat dikontrol perilakunya sehingga tidak terlanjur melakukan

perbuatan atau akhlak tercela tersebut sehingga sulit untuk diperbaiki.

Apa yang menjadi hasil wawancara dan observasi tersebut, kemudian

penulis melakukan wawancara dengan para siswa untuk mengetahui

kebenaran apa yang dikemukakan oleh guru aqidah akhlak tersebut.

Menurut salah seorang siswa di MTs NW Puyung menyatakan bahwa

guru aqidah akhlak cukup perhatian kepada peserta didiknya. Hal ini

ditunjukkan apabila dari temannya ada yang melakukan akhlak tercela,

maka guru aqidah akhlak tersebut akan langsung memberikan nasihat

kepada siswa tersebut. Bahkan dalam memberikan nasihatpun tidak hanya

kepada peserta didik yang melakukan akhlak tercela saja akan tetapi

kepada peserta didik yang lainnya juga. Pemberian nasihat menurut

peserta didik tersebut tidak sebatas ketika pembelajaran dikelas akan

tetapi juga pada waktu senggang misalnya ketika waktu istirahat atau

ketika pulang sekolah.

Dalam memberikan nasihat menurut salah seorang peserta didik di

MTs NW Puyung tersebut cukup baik. Maksudnya adalah dalam

memberikan nasihat oleh guru aqidah akhlak tersebut tidak langsung

marah-marah atau memaksa akan tetapi memberikan berbagai pemikiran

kepada mereka dan menyerahkan kepada mereka sendiri keputusannya.


57

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tersebut dapat dipahami

bahwa upaya pemberian nasihat yang dilakukan guru aqidah akhlak di

MTs NW Puyung cukup baik, yaitu memberikan nasihat secara langsung

apabila ada peserta didik yang melakukan akhlak yang tercela,

menjadikan dirinya sebagai sahabat bagi peserta didiknya, berupaya agar

nasihat yang diberikan dengan cara arif dan bijaksana.

6. Memotivasi beribadah kepada Allah SWT

Berdasarkan hasil interview dengan guru Aqidah Akhlak, beliau

menyatakan bahwa dalam membina akhlak di MTs NW Puyung

dilakukan dengan memotivasi untuk selalu beribadah kepada Allah SWT.

Ibadah yang dimaksud adalah ibadah mahdhah seperti shalat lima

waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, membaca Al-Qur‟an, berdoa,

berszikir dan lain sebagainya. Pemberian motivasi ini dilakukan ketika

jam pelajaran akan berakhir dengan mengaitkannya dengan kehidupan

sehari-hari.

Menurut guru Aqidah Akhlak MTs NW Puyung ini sangat penting

dilakukan agar peserta didik terbangun suatu kebiasaan positif dalam

kehidupannya untuk senantiasa beribadah kepada Allah dan tidak mudah

untuk meninggalkan ibadah kecuali diperbolehkan menurut ajaran agama

Islam dan nantinya agar dibawa pada saat mereka menempuh kehidupan

setelah sekolah.

Motivasi ini diberikan oleh guru aqidah akhlak pada saat menjelang

pelajaran didalam kelas selesai. Selain diberikan didalam kelas sebelum


58

pelajaran selesai, guru aqidah akhlak juga memberikan motivasi kepada

peserta didik yang melakukan pelanggaran dengan memberikannya

semangat bahwa sikapnya itu dapat berubah menjadi yang lebih baik lagi.

Guru Akidah Akhlak dalam membina akhlak siswa harus memiliki

kompetensi – kompetensi yang lengkap yaitu:

1) Kompetensi pedagogik

Kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru menciptakan dan

menumbuhkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan rencana yang telah

disusun.

2) Kompetensi kepribadian

Guru sebagai sosok yang ditiru memiliki karakteristik kepribadian

yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak didik. Kepribadian

yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan tauladan yang

baik terhadap anak didik.

3) Kompetensi profesional

Menurut Undang – undang No. 14 Tahun 2015 tentang guru dan

dosen, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi

pelajaran secara luas dan mendalam.

4) Kompetensi sosial

Menurut Undang – undang guru dan dosen, kompetensi sosial adalah

kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif

dan efisien dengan anak didik. Kompetensi – kompetensi tersebut,

mutlak harus dimiliki oleh guru dalam upaya membina akhlak siswa.
59

Merujuk pada teori Nurhijayati, guru Akidah Akhlak harus mampu

berkomunikasi aktif dengan siswa agar suasana belajar menjadi lebih

aktif dan siswa – siswi semangat mengikuti proses belajar mengajar.

Adapun upaya informal dalam membina akhlak siswa – siswi

melalui kegiatan imtaq, pidato, dan hafalan surat pendek. Dari hasil

analisis data, adanya bimbingan dan motivasi yang diupayakan oleh guru

Akidah Akhlak dalam membina siswa untuk mengikuti setiap kegiatan

yang diadakan oleh sekolah. Kegiatan informal dalam membina akhlak

siswa yang diupayakan oleh pihak – pihak sekolah di atas, merupakan

suatu cara dalam membina akhlak siswa, kegiatan imtaq tujuannya

adalah membiasakan mereka dalam aktivitas yang baik sehingga mereka

akan menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari sebagaimana

ungkapan dari sumber data di atas. Sedangkan pidato tujuannya adalah

untuk membiasakan mereka berani tampil dan mandiri. Sedangkan

hafalan surat pendek adalah cara belajar menghafal Al-Qur’an dengan

tujuan mengajarkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan

mengamalkan serta mendakwahkannya. Hafalan surat Al-Ashr, nilai-nilai

yang diajarkan adalah penghargaan terhadap waktu dan orang-orang

yang beruntung, agar siswa tidak banyak membuang waktunya untuk

bermain. Jadi upaya – upaya yang dilakukan di atas, merupakan salah

satu jalan untk merubah perilaku siswa menjadi manusia yang memiliki

akhlak yang mulia.


60

B. Kendala – kendala dan Solusi yang dialami oleh Guru Akidah Akhlak

dalam membina akhlak siswa kelas VIII MTs NW Desa Puyung.

Berdasarkan hasil analisis data, kendala – kendala dan solusi yang

dialami oleh guru Akidah Akhlak dalam upaya membina akhlak siswa, antara

lain:

1. Guru Kurang menguasai metode pembelajaran

Berasal dari guru artinya usaha yang dilakukan oleh guru kurang

maksimal dalam membina akhlak siswa, seperti penuturan beliau dari

awal, bahwa metode yang diterapkan kurang maksimal dalam membina

akhlak siswa sehingga berdampak pada rendahnya motivasi belajar siswa.

Guru Akidah Akhlak dalam proses pendidikan Islam, tidak hanya dituntut

untuk menguasai sejumlah materi yang akan diberikan kepada siswa-

siswinya, tetapi guru harus menguasai berbagai metode dalam

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Merujuk pada teori Abdullah Nashih Ulwah dalam Aat Syafaat

bahwa metode yang harus diterapkan oleh guru Akidah Akhlak dalam

membina akhlak siswa adalah metode yang dicontohkan oleh Rasulullah

SAW dalam membina akhlak anak.

Mengacu pada teori Abdullah Nashih Ulwan dalam Aat Syafaat,

guruAkidah Akhlak tidak menerapkan metode memberi hukuman.

Sedangkan dalam Islam metode memberi hukuman merupakan cara yang

baik dalam mendidik anak agar mereka beradab.


61

Ibn Sahnun dalam Maukuf Al-Masykuri mengatakan sebagai

berikut;

Beberapa etika seorang guru diantaranya: “seorang guru


diperkenankan untuk “menghukum” anak didiknya dengan
memukul bagian kepala atau mukanya. Hukuman itu bertujuan
untuk mendisiplinkan anak dan bukan sebagai wujud kemarahan
guru.69
Mengacu pada teori Ibnu Sahnun, seharusnya guru Akidah Akhlak

memberikan hukuman kepada siswanya dalam membina akhlak anak

sehingga mereka memiliki kedisiplinan dan adab.

Dari pemaparan di atas, tergambar bahwa Islam memiliki metode

yang tepat untuk membentuk anak didik berakhlak mulia sesuai dengan

ajaran Islam.Dengan demikian peneliti berharap kepada guru agar mampu

memberi kontribusi besar terhadap perbaikan akhlak anak melalui metode

pendidikan Islam yang disebutkan di atas.

2. Faktor eksternal (Lingkungan)

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat mendukung

terjadinya interaksi yang baik dalam menjalani kehidupan.dalam

berinteraksi di lingkungan masyarakat, orang harus pandai-pandai memilih

teman dalam bergaul, karena dengan pergaulan juga bisa merubah

kepribadian seseorang, baik dalam berkeluarga maupun dalam

bermasyarakat. Lingkungan pergaulan yang kurang baik akan memberikan

dampak yang kurang baik terhadap kepribadian dan tingkah laku anak.

69
Maukuf Al-Masykuri, Guru Harapan Bangsa, (Jakarta: Muda Cendikia, 2011), hlm. 101.
62

Tetapi sebaliknya, lingkungan yang baik akan membentuk kepribadian dan

tingkah laku anak menjadi baik.

Kendala yang dihadapi guru Akidah Akhlak dalam membina

akhlak siswa disebabkan oleh faktor lingkungan, karena beberapa siswa

bergaul dengan orang yang kurang baik, seperti cara berpakaian, gaya

rambut, dan kata-kata yang tidak baik. Faktor lingkungan sangat

berpengaruh dalam membentuk kepribadian siswa, karena lingkungan

tempat mengimplementasikan semua yang pernah didapatkan selama

mengikuti proses pendidikan.

Dalam lingkungan keluarga, anak banyak menghabiskan waktu,

jika hubungan orang tua kurang harmonis akan menumbuhkan kehidupan

emosional terhadap anak yang berdampak pada perilaku. Predikat sebagai

pendidikan utama mengindikasikan betapa esensialnya upaya dan

pengaruh lingkungan keluarga dalam membentuk perilaku dan kepribadian

anak.

Anak merupakan amanat Allah SWT bagi kedua orang tuanya, ia

mempunyai jiwa yang suci dan cemerlang, apabila sejak kecil dibiasakan

baik, dididik dan dilatih dengan kontinu, maka ia akan tumbuh dan

berkembang menjadi anak yang baik pula. Sebaliknya, apabila ia

dibiasakan berbuat buruk, maka ia akan terbiasa berbuat buruk pula. Oleh

karena itu, dalam keluarga perlu dibentuk lembaga pendidikan, walaupun

dalam format yang paling sederhana, karena pendidikan keluarga

merupakan pendidikan yang pertama dan utama.


63

Dalam usaha membina akhlak siswa, seorang pendidik harus

memiliki kompetensi pedagogik yakni merencanakan pengelolaan kelas,

mampu menentukan metode / strategi pembelajaran, artinya kompetensi

pedagogik tercermin dari indikator kemampuan melaksanakan interaksi

atau pengelola proses belajar mengajar. Etika dalam proses belajar

mengajar harus diperhatikan oleh guru yaitu seni mengajar yang

menyenangkan, sehingga anak didik tidak merasa bosan, suasana belajar

yang menyenangkan harus diciptakan oleh guru agar siswa termotivasi dan

bergairah dalam belajar, dan yang harus diperhatikan oleh guru adalah

mampu memilih materi sesuai dengan pemahaman siswa. Ali Bin Abi

Thalib mengatakan: Didiklah anak kalian dengan pendidikan yang

berbeda dengan yang diajarkan kepadamu, karena mereka diciptakan

untuk zaman yang berbeda dengan zaman kalian.70

Menurut peneliti, hendaknya guru Akidah Akhlak ketika membina

akhlak siswa-siswinya memiliki kompetensi-kompetensi yang menunjang

keprofesionalannya, sehingga memudahkan guru tersebut membimbing

siswa-siswinya, guru yang berhasil membina siswa-siswinya adalah yang

memiliki kompetensi yang lengkap dan salah satu kompetensinya yaitu

penguasaan strategi yang mencakup pendekatan, metode, dan teknik. Jika

strategi sudah dikuasai untuk membina siswa-siswi menjadi generasi yang

berakhlak mulia akan berhasil.

3. Kurangnya waktu bagi guru


70
Abdul Mujib, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 101.
64

Kendala yang dialami guru Akidah Akhlak selama dalam membina

akhlak siswa, yaitu kurangnya waktu yang dimilikinya.Membina akhlak

siswa sangatlah penting, karena akhlak merupakan sifat yang sudah

melekat pada diri seseorang. Jika akhlak siswa tidak dibina, maka lama

kelamaan akan dapat merusak kehidupan yang akan dijalaninya. Oleh

karena itu, guru harus mempunyai banyak waktu dalam membina akhlak

siswa, sebab membina tidak sekedar asal bicara saja, tetapi butuh

kesabaran, ketekunan, keuletan serta tidak pilih kasih sehingga tujuan

dalam membina akhlak siswa dapat tercapai dengan maksimal.Dengan

kurangnya waktu bagi guru, maka hal yang dapat menjadi faktor

pendukung dalam masalah ini yaitu harus adanya kerjasama antara guru

dan orang tua siswa di rumah.

Sedangkan solusi yang harus dilakukan dalam mengatasi hal

tersebut yaitu antara guru dan orang tua siswa harus bisa mengawasi

keberadaan anakanya baik saat di sekolah maupun diluar sekolah. Dengan

mengawasi keberadaan siswa, maka akan dapat memudahkan guru

maupun orang tua dalam membina akhlak siswa terutama dengan siapa

siswa bergaul.
65

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sesuai dengan uraian pada bab - bab di atas maka selaku peneliti

menarik beberapa kesimpulan terkait masalah upaya guru akidah akhlak

dalam membina akhlak siswa di MTs NW Puyung.

1. Peran guru akidah akhlak dalam membina akhlak siswa di MTs NW

Puyung adalah; pertama, peran guru sebagai pendidik, Kedua, guru

sebagai penasehat, tiga guru sebagai pembimbing sangat berkaitan erat

dengan praktik keseharian siswa, untuk dapat menjadi seorang

pembimbing harus mampu memperlakukan peserta didik dengan

menghormati dan menyayanginya.

2. Kendala – kendala yang dialami oleh guru Akidah Akhlak dalam

membina akhlak siswa kelas VIII MTs NW Puyung antara lain:

a. Guru Kurang menguasai metode Pembelajaran

b. Lingkungan yang kurang kondusif dalam membina akhlak

c. Kurangnya waktu bagi guru dalam pembinaan akhlak

3. Solusi – solusi yang diupayakan oleh guru di MTs NW Puyung untuk

menyikapi kendala – kendala tersebut, di antaranya adalah sebagai berikut:

a) Meminta pihak sekolah untuk melaksanakan atau menganjurkan para

dewan guru untuk mengikuti pelatihan – pelatihan guru untuk

mendapatkan ilmu tentang metode pembelajaran yang lebih update


66

dan tidak monoton dalam menggunakan metode – metode

konvensional dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

b) Dalam menyikapi lingkungan yang kurang kondusif guru tersebut

memaparkan solusinya dengan cara mengajak semua pihak yang ada

di sekolah mulai dari kepala sekolah sampai petugas keamanan

sekolah untuk bersama – sama menjaga keamanan, keindahan,

kebersihan dan ketertiban lingkungan sekolah untuk menciptakan

lingkungan belajar yang kondusif dan nyaman bagi semua penduduk

sekolah.

c) Terkait masalah waktu, guru tersebut memberikan paparan solusi

dengan mengajak wali murid siswa untuk bekerjasama dalam

mengawasi sikap dan perilaku siswa ketika berada di luar lingkungan

dan jadwal sekolah serta melakukan kunjungan langsung ke rumah

siswa secara terajdwal.

B. Saran

Melalui skripsi ini, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran-saran

terkait dengan hasil penelitian yang dilakukan, dan semoga dapat bermanfaat

bagi semua pihak, adapun saran-saran tersebut sebagai berikut:

1. Saran Kepada Guru Akidah Akhlak

Diharapkan kepada guru Akidah Akhlak dan guru bidang studi

lainnya yang ada di MTs NW Puyung, untuk menguasai kompetensi-

kompetensi guru, dan semoga lebih aktif dalam berinteraksi dengan


67

siswa-siswi dengan melakukan berbagai pendekatan sehingga benar-

benar akan memperoleh hasil yang maksimal.

2. Saran Kepada Kepala Sekolah

Diharapkan kepada bapak kepala sekolah MTs NW Puyung untuk

terus berusaha mencetuskan ide-ide bapak dalam mengadakan kegiatan-

kegiatan yang positif dalam membina akhlak siswa, agar siswa memiliki

kemajuan taraf berpikir dan berakhlak mulia dengan bimbingan kegiatan

yang dilakukan di sekolah.

3. Saran Kepada Adik-adik yang ada di MTs NW Puyung

Harapan peneliti untuk para siswa-siswi untuk terus belajar dengan

giat, terus semangat, banyak membaca buku, ilmunya diterapkan dalam

tingkah laku adik-adik, dan intinya harus memiliki kemauan tinggi untuk

menggapai cita-cita yang adik-adik impikan.

4. Saran Untuk Peneliti

Diharapkan kepada peneliti agar hasil penelitian bisa bermanfaat

dan menambah pengetahuan, dan menjadi acuan peneliti-peneliti

setelahnya dalam mengadakan penelitian lanjutan.


68

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid Hamzah,Pola Dasar Ajaran Islam, Sebuah Pengantar,(Surabaya:


Yayasan Al-Ikhlas, 2006)
Abdul Mujib, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010)
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,(Jakarta: PT. Rineka Cipta 1991)
Abuddin Nata,Pemikiran Pendidikan Islam & Barat,(Jakarta: PT. Raja Grafind
Persada, 2012)
Halimah, Wawancara, MTs NW Puyunng , 25 November 2022.
Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum,(Bandung:
CV. Pustaka Setia, 2003)
Nur Hayati ,Wawancara MTs NW Puyung, 25 November 2022.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Bandung: Sygma, 2005)
Departemen Pendidkan Nasional, Undang-undang Republik Indonesia tentang
Guru dan Dosen, (Jakarta: CV. Novindo Pustaka Mandiri, 2006)
Muhammad Ilham ,Wawancara, MTs NW Pyung, 23 Maret 2022.
Didiek Ahmad Supadie dan Sarjuni, Pengantar Studi Islam,(mJakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2011)
Dokumentasi, fail profil Sejarah Berdirinya MTs NW Puyung, 23 Maret 2022.
Dokumentasi, Data Guru/Pegawai, MTs NW Puyung, 23 Maret 2022.
Dokumentasi, Fail Profil MTs NW Puyung, 23 Maret 2022.
Dokumentasi, fail visi dan misi, MTs NW Puyung, Tanggal 23 Maret 2022.
Dokumentasi, Struktur Organisasi, MTs NW Puyung 23 Maret 2022.
Elisa, Wawancara, MTs NW Puyung 24 Maret 2022.
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali
Pers,2002)
Fadhilah Suralaga, dkk,Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2005)
69

Fathiyah, “Upaya Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa Kelas
II di SMP NW Darussolihin Kalijaga Kecamatan Aikmel Lotim (Skripsi,IAIN
Mataram, 2004)
Hairun Nisak,Wawancara, MTs NW Puyung, 24 Maret 2022.
Halimah, Wawancara, MTs NW Puyung , 23 Maret 2022.
Sopian hadi, Wawancara, MTs NW Puyung, 26 Maret 2022.
Muhammad helmi ,Wawancara, MTs NW Puyung , 12 April 2022.
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian,(Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,2011)
KBBI, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 197.
Khabul Kirom, “Upaya Guru dan Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran
Berbasis Multikultural”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vo. 3, No. 1,
Desember 2020
Kurnia Rahmi, “Pola Interaksi Guru Pendidikan Agama Islam dengan Siswa
dalam Membina akhlak Mahmudah Pada Siswa Kelas V di SDN I Ampenan
Kota Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015”, (Skripsi, IAIN Mataram,
2015)
Ahyar rosyidi, Wawancara, MTs NW Puyung, 13 April 2022.
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009)
Lindayani, Wawancara, MTs NW Puyung, 14 April 2022.
M. Shabir U, “Kedudukan Guru sebagaiPendidik, (Tugas dan Tanggung Jawab,
Hak dan Kewajiban, dan Kompetensi Guru)”, Jurnal Auladuna, Vol. 2, No. 2,
Desember 2015
Mahmud dan Ija Suntana,Antropologi Pendidikan,(Bandung: CV. Pustaka
Setia,2012)
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: Pustaka Setia, 2011)
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004)
Maukuf Al-Masykuri, Guru Harapan Bangsa, (Jakarta: Muda Cendikia, 2011).
Moh.Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2009)
70

Muhammad Alim,Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya,2011)
Muhammad Daud Ali,Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2011)
Mukhtar Hully, Profesi Keguruan,(Yogyakarta: Alam Tara Institut, 2012)
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010)
Nurhayati, Wawancara, MTs NW Puyung, 23 Maret 2022.
Nurhayati, Wawancara, MTs NW Puyung, 24 Maret 2022.
Nurhayati, Wawancara, MTs NW Puyung,25 Maret 2022.
Nurhayati, Wawancara, MTs NW Puyung, 25 Maret 2022.
Nurhayati, Wawancara, MTs NW Puyung, 26 Maret 2022 .
Nurhayati, Wawancara, MTs NW Puyung, 11 April 2022.
Observasi, Lingkungan MTs NW Puyung, 23 Maret 2022.
Observasi, MTs NW Puyung, 25 November 2021.
Observasi, MTs NW Puyung, 23 Maret 2022.
Observasi, MTs NW Puyung, 24 Maret 2022.
Observasi, MTs NW Puyung, 25 Maret 2022.
Observasi, MTs NW Puyung, 26 Maret 2022.
Observasi, MTs NW Puyung,11 April 2022.
Observasi, MTs NW Puyung, 12 April 2022.
Observasi,MTs NW Puyung, 13 April 2022.
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar Membantu Guru dalam
Perencanaan Pengajaran, Penilaian Perilaku, danMemberi Kemudahan
Kepada Siswa dalam Belajar,(Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2012)
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,
2005),Cet. 4
Ria Andriyani, “Pelaksanaan Pembinaan Akhlak dalam Pembelajaran bagi Siswa
Tunagrahita” ,Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, Vol. 3, No. 3,
September2014
Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008)
71

Rusmayanti, Wawancara, MTs NW Puyung, 13 April 2022.


Sri Wahyuni, Wawancara, MTs NW Puyung,14 April 2022.
Sudaran Danim, Pengembangan Profesi Guru: Dari Pra-Jabatan, Induksi, ke
Profesional Madani, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011)
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta 2012)
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis,(Bandung: Alfabeta, 2012)
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi,(Bandung: Alfabeta 2014)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta:
Rineka Cipta, 1998)
Syaepul Manan, “Pembinaan Akhlak Mulia Melaluui Keteladanan dan
Pembiasaan” ,Jurnal Pendidikan Agama Islam Ta’lim, Vol. 15, No. 1, 2020,
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005)
Undang-undang RI No. 20 Th. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2003)
Zulmaizarna, Akhlak Mulia Bagi Para Pemimpin, (Bandung: Pustaka Alfikris,
2009)
72

LAMPIRAN-LAMPIRAN
73

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


74
75
76
77
78
79
80
81

Anda mungkin juga menyukai