Anda di halaman 1dari 64

MENUMBUHKAN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI METODE

USWATUN HASANAH DI MADRASAH IBTIDAIYAH AL-MUNAWARAH

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)


Jurusan Pendidikan Agama Islam

OLEH

Mohammad Nurfajar Mooduto


NIM 161012125

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SULTAN AMAI GORONTALO

2020

I
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing penelitian skripsi yang berjudul “MENUMBUHKAN

KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI METODE USWATUN HASANAH

DI MADRASAH IBTIDAIYAH AL-MUNAWWARAH” yang ditulis oleh

saudara Mohammad Nurfajar Mooduto NIM 161012125 Mahasiswa Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo, setelah dengan seksama meneliti

dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan memandang bahwa skripsi tersebut telah

memenuhi syarat-syarat ilmiyah dan dapat disetujui untuk diajukan pada sidang

munaqasyah.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk dapat diproses selanjutnya.

Gorontalo, Juni 2021

Pembimbing I pembimbing II

Dr. Razak H. Umar, M.Pd Dr. Hj. Munirah, M.Pd

NIP. 197611052007101002 NIP. 196712312007012270

Mengetahui
Ketua Jurusan PAI

Dr. H. Abdurahman R. Mala, M.Pd


NIP. 196607162003121002
II
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

III
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur senantiasa penulisan panjatkan

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan nikmat

kepada semua hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada

panutan kita Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa risalah untuk

membimbing manusia dari kebodohan menuju jalan yang terang. Semoga kita semua

senantiasa mendapatkan syafa‟at dari beliau di dunia dan di akhirat. Amiin.

Penelitian skripsi yang berjudul “Menumbuhkan Karakter Peserta didik

Melalui metode Uswatun Hasanah Kecamatan Kabila. Tahun Pelajaran 2020/2021”.

Hal ini merupakan sebuah hasil karya ilmiah yang menjadi syarat untuk mencapai

gelar sarjana (S.1) dalam Pendidikan Agma Islam di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan IAIN SULTAN AMAI GORONTALO.

Adapun dalam menyelesaikan buah karya ini, penulis mengalami beberapa

kendala dan hambatan yang pada akhirnya semuanya mampu penulis hadapi dengan

bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak yang membantu dalam penyelesaiannya

sampai akhir.

Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada seluruh

pihak yang telah memberikan bantuan, pengarahanserta bimbingan baik secara moril

maupun materiil.

IV
Maka dalam kesempatan ini dengan segala hormat penulis mengucapkan

banyak terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN SULTAN AMAI

GORONTALO, Dr. H. Lukman Arsyad, M.Pd. yang telah memberikan izin

penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Dr. H. Abdurahman R. Mala, M.Pd


3. Pembimbing Bapak Dr. H. Razak Umar, M.Pd dan Ibu Dr. Hj. Munirah,

M.Pd yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk selalu

memberikan bimbingan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Kepala Madrasah Mi Al-Munawarah beserta anggotanya yang telah

bersedia menerima dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

5. Segenap dosen, pegawai dan seluruh civitas akademik di lingkungan IAIN

SULTAN AMAI GORONTALO yang telah memberikan berbagai

pengetahuan dan pengalaman selama di bangku perkuliahan.

6. Ibunda tersayang Ibu Dra. Hj. Asna Hanapi M.Pd.I dan pemdamping saya

Siti Mutia Kasim yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, perhatian,

kesabaran dan do‟a yang tulus serta memberi semangat dan dukungan yang

luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah serta skripsi ini

dengan lancar.

7. Sahabat-sahabat saya Marwan Olandju, Andre Harun, Rizkiyanto Harun,

Abdul Wahab Yunus, yang selalu memberi warna, semangat serta do‟a

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

V
8. Sahabat-sahabat Resimen Mahasiswa yang selama ini telah berjuang

bersama dalam meraih cita-cita.

9. Semua pihak yang telah ikut serta membantu dalam penyusunan skripsi ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis tidak dapat

memberikan sesuatu yang berharga, hanya do‟a yang dapat penulis

panjatkan semoga Allah swt menerima amal baik mereka, serta

membalasnya dengan sebaik-baik balasan. Amiin. Tiada gading yang tak

retak, tidak ada sesuatu yang tidak ada cacatnya, begitu pula dengan skripsi

ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik dalam sistematika penulisan, penyusunan kata,

referensi, dan beberapa aspek inti didalamnya.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis secara khusus

dan umumnya bagi para pembaca semuanya. Amiin.

Gorontalo, November 2020

Mohammad Nurfajar Mooduto


Nim 161012125

VI
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................I

PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................II

MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................III

KATA PENGANTAR...............................................................................IV

DAFTAR ISI..............................................................................................VII

ABSTRAK..................................................................................................IX

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1

A. Permasalahan..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................5

C. Pengertian Judul.....................................................................................6

D. Tujuan dan Kegunaan............................................................................7

BAB II LANDASAN TEORITIS............................................................8

A. Pengetian Uswatun Hasanah..................................................................8

B. Mendidik Melalui Uswatu Hasanah (Tauladan)....................................11

C. Sosialisai Uswatun Hasanah..................................................................14

BAB III METODE PENELITIAN..........................................................28

A. Jenis Penelitian.......................................................................................28

B. Metode Yang Digunakan........................................................................28

C.Populasi dan Sampel...............................................................................29

D. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data.................................................30

E. Teknik Analisis Data..............................................................................32

VII
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN...........................33

A. Tinjauan Umum MI Al-Munawarah.....................................................33

B. Hasil Penelitian......................................................................................37

C. Pembahasan...........................................................................................51

BAB V KESIMPULAN................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

LAMPIRAN...............................................................................................

ABSTRAK

VIII
Judul : Menumbuhkan Karakter Peserta didik Melalui Metode Uswatun
Hasanah.
Penulis : Mohammad Nurfajar Mooduto
NIM :161012125
Skripsi ini membahas tentang Keteladanan guru dalam membentuk
karakter peserta didik karimah peserta didik yang uswatun hasanah di Mi Al-
Munawarah kecamatan Kabila. Kajiannya dilatarbelakang oleh adanya peserta
didik yang memiliki akhlaq yang kurang baik dikarenakan para gurunya kurang
memberikan keteladanan yang baik bagi peserta didiknya. Studi ini dimaksudkan
untuk menjawab permasalahan:
Bagaimana keteladanan guru dalam membentuk karakter peserta didik di
Mi Al-Munawarah kecamatan Kabila tahun pelajaran 2020/2021?. Permasalahan
tersebut di bahas melalui studi lapangan yang dilaksanakan di Sekolah Mi Al-
Munawarah kecamatan Kabila. Melalui guru, kepala Madrasah, peserta didik Mi
Al-Munawarah di jadikan sebagai sumber data untuk mendapat potret
keteladanan guru dalam Uswatun Hasanah. Datanya diperoleh dengan cara
wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Semua data dianalisis
dengan pendekatan kualitatif deskritip analitik yang diperoleh dari hasil
pengamatan, hasil wawancara, analisis dokumen, catatan lapangan,. Kajian ini
menunjukkan bahwa :
keteladanan guru dalam menerapkan karakter yang uswatun hasanah yang
baik untuk peserta didik melalui meteode ceramah, cerita manfaat, hadis akhlaq,
tersenyum, kegembiraan. Peran guru dalam menerapkan karakter yang uswatun
hasanah untuk peserta didik sudah sangat baik.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi

dan masukan bagi mahasiswa, guru Pendidikan Agama Islam, para peneliti dan

semua pihak yang membutuhkan.

IX
BAB I

PENDAHULUAN

A. Permasalahan

Keteladanan dalam sistim pendidikan adalah metode influentif yang paling

meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan mem-bentuk prilaku,

moral, spiritual dan sosial. Hal ini karena pendidik adalah contoh terbaik dalam

pandangan anak, yang akan ditirunya dalam tindak tanduknya, dan tata santunnya,

disadari ataupun tidak, bahkan tercetak dalam jiwa dan perasaan suatu gambaran

pendidik tersebut, baik dalam ucapan atau perbuatan, baik material atau spritual,

diketahui atau tidak diketahui.1

Marwah Daud dalam bukunya Teknologi Emansipasi dan Transendensi

mengatakab bahwa: Metode pandidikan paling efektif adalah lewat contoh dan

pelaziman yang secara konsisten diikuti oleh anak didik. Pembiasaan ibadah shalat

dan puasa, misalnya bisa sangat efektif dengan melihat para pendidik (orang tua

dan guru) melaku-kannya secara rutin.2

Berbicara tentang pendidikan berarti memperbincangkan tentang pembinaan

kepribadian, dalam hal ini pembinaan kepribadian muslim. Pengaktualisasian nilai-

nilai pendidikan agama Islam diwu-judkan melalui lembaga-lembaga pendidikan

Islam.

1
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyat al-Aulad fi al-Islam, Diterjemahkan oleh Saifullah
Kamalie dan Hery Noer Ali dengan Judul “Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam”, Jilid II
(Bandung : Asy-Syifa’, 1988), h. 2.
2
Marwah Daud, Teknologi Emansipasi Dan Transendensi (Wacana Peradaban dengan Visi
Islam), ( Bandung: Mizan, l995), h. 208.
X
Di dalam lembaga pendidikan Islam terdapat berbagai aspek yang menjadi

sasaran utama dalam proses pelaksanaannya, misalnya masalah tujuan, materi, alat,

sumber, metode, dan evaluasi, di samping adanya pendidik dan peserta didik.

Terkait dengan aspek ini yang penting di antaranya mengenai metode dalam

penerapan proses pembelajaran yang bertujuan dalam perubahan tingkah laku.

Metode yang perlu diangkat misalnya saja metode uswatun hasanah, dengan tidak

menapikan metode pendidikan lainnya.

Uswatun hasanah adalah istilah dalam agama Islam yang berarti suri tauladan

atau contoh yang baik.3 Istilah ini memerlukan aplikasi dalam segala aspek hidup

dan kehidupan umat manusia.

Di dalam kehidupan umat manusia tidak terlepas dari adanya kecenderungan

untuk mencontoh terhadap siapa figur yang menjadi idolanya. Kecenderungan

mencontoh, adalah sifat bawaan sejak dari kecil dan akhirnya dibawa sampai

besar.

Penulis menyadari bahwa di dalam proses pembelajaran terdapat berbagai

ragam metode yang diterapkan, misalnya metode ceramah, diskusi, sosiodrama,

demonstrasi, tanya jawab, dan lain-lain. Namun dalam kegiatan pembelajaran di

taman-taman pengajian sebagai lembaga pendidikan Islam non-formal, persoalan

metode belum menjadi satu keharusan yang ketat sebagaimana di lembaga-

lembaga pendidikan formal.

Mengingat Taman Pendidikan Alquran (MI) yang lebih menitikberatkan pada

pembinaan pengajian dasar dan pembinaan akhlak, maka penulis terilhami dengan
3
Lihat Lois Ma’luf, al Munjid fil lugaty wal adaby wal ulum (Cet. V; Beirut; Al Maktabah al
Kasualikiyah, l965), h. 10
XI
keinginan untuk mencari suatu metode yang praktis dan cukup strategis dalam

pembinaan intelektual lebih-lebih pembinaan mental spiritual anak-anak Peserta

Didik di Taman Pendidikan Alquran Al-Munawwarah Kabupatan Bone Bolango.

Dengan memperhatikan kondisi seperti ini, maka penulis mencoba

menghadirkan metode uswatun hasanah. Pemikiran seperti ini muncul ketika

memperhatikan para Peserta Didik yang ingin mencontoh perilaku guru dan para

pendidik yang ada di sekelilingnya, dalam melaksanakan kegiatan pengajian

maupun dalam bersosialisasi dengan lainya.

Penulis menyadari bahwa berbagai metode atau teknik di dalam memberikan

atau menjabarkan pendidikan, khususnya kepada anak-anak. Kenyataan

menunjukkan bahwa metode uswatun hasanah menjadi suatu metode yang patut

untuk dijadikan pola baru di dalam melaksanakan pendidikan, khususnya pada

pembinaan moral pada Madrasan Ibtidaiyah Al- Munawarah.

Mengajarkan al-Quran kepada anak-anak dengan suatu peniruan atau contoh

yang dilakukan oleh seorang guru atau ustaz di taman pengajian lebih berkesan

bila dibandingkan dengan pola lain, ini seirama dengan irama perkembangan anak-

anak, yang mana mereka lebih dominan meniru apa yang diungkapkan dan

diperbuat oleh gurunya.

Madrasan Ibtidaiyah Al- Munawarah Kabupaten Bone Bolango (MI) adalah

sebuah lembaga pendidikan yang konstruksinya dipersiapkan untuk melayani serta

memberantas buta aksara al-Qur’an. Selain dari pelajaran inti tersebut, juga

diberikan beberapa tambahan ilmu seperti pelajaran tauhid, akhlak, terjemahan

XII
surah-surah pendek. Dan beberapa pula bentuk kesibukan yang dipersiapkan

seperti pesantren kilat, kursus bahasa dan lain-lain.

Pendidikan dan beberapa kesibukan yang diberikan itu, maksudnya adalah

untuk mengantisipasi atau memfilter perkembangan dan kemajuan teknologi

komunikasi yang semakin cangih itu. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

komunikasi di satu sisi banyak mem-berikan manfaat yang bernilai positif yang

membawa manusia hidup sejahtera. Namun pada sisi lain, juga dapat menimbulkan

nilai negatif yang dapat diterima secara realitas. Keadaan ini berakibat mengubah

sikap dan pola hidup yang cenderung mengikuti hawa nafsu dan cenderung

materialistik, hedonistik, komsumtif.4

Hidup materialistik berarti segalanya diukur dengan materi, sehingga segala

bentuk pelayanan tergantung pada besar kecilnya imbalan yang tersiap, maka

lunturlah nilai persaudaraan, pertolongan dari padanya.

Hidup hedonistik berarti rasa kesenangan jadi ukuran, walaupun bertentangan

dengan norma akidah dan akhlak, tetapi bisa membawa kesenagan, maka akan

dikerjakan. Sikap yang seperti ini membawa kepada situasi yang tidak diinginkan

oleh agama.

Untuk mengantisipasi agar umat Islam, khususnya anak-anak sebagai generasi

pelanjut, tidak terpengaruh dalam dampak negatif kehidupan modern, perlu

diarahkan agar tetap berpegang teguh pada prinsip ajaran Islam. Islam harus

dijadikan sumber dari segala putusan. Oleh karena itu, ciptakan suasana Qur’ani

pada usia kanak-kanak dengan cara masukkan belajar di MI yang ada. Disadari
4
Lihat PP Muhammdiyah Majelis Tabligh,Gerakan Dakwah Muhammadiyah Menatap Masa
Depan (Yogyakarta : Rakernas,1988), h. 4
XIII
bersama bahwa metode uswatun hasanah merupakan ujung tombak dalam

menanamkan pembiasaan akhlakul karimah. Pada MI al-Munawwarah kecamatan

sudah dikondisikan pelaksanaan metode uswatun hasanah, demi terbentuknya

pribadi muslim yang cerdas.

Di Kecamatan Kabila , khususnya di MI al-Munawwarah telah diefektifkan

pelaksanaan metode uswatun hasanah di dalam penjabaran pendidikan.

Pendidikan dimaksud bukan saja pemberantasan buta aksara al-Quran, tetapi juga

pendidikan akhlak, tauhid, dan ibadah juga dilaksanakan dengan menggunakan

metode uswatun hasanah. Inilah yang menjadi pendorong penulis di dalam

mengadakan penelitian tentang perma-salahan dimaksud.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari pemikiran di atas, penulis merumuskan permasalahan pokok

yaitu : Bagaimana bentuk penerapan metode uswatun hasanah dalam pembinaan

anak-anak di MI Al- Munawarah Kecamatan Kabila? Adapun sub-sub pokok

masalah adalah:

1. Bagaimana bentuk penerapan metode uswatun hasanah dalam pendidikan ?

2. Bagaimana pengaruhnya terhadap Menumbuhkan Karakter Peserta Didik pada

MI Al-Munawwarah Kecamatan Kabila?

C. Pengertian Judul

Skripsi ini berjudul “Penerapan uswatun hasanah dalam pembinaan di MI

Al-Munawarah. Untuk memudahkan pemahaman tentang arah dan maksud judul

XIV
tersebut, maka dipandang perlu untuk mengemukakan pengertian singkat yaitu

sebagai berikut.

Penerapan berasal dari kata “terap” yang berarti pasang, ukir, praktek.

Kemudian diberikan awalan “pe” dan akhiran “an” se-hingga menjadi kata

penerapan yang berarti memasang atau mempraktekkan .5

1. Penerapan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah pelaksanaan.

2. Metode adalah suatu cara atau pola yang dilakukan secara sistematis untuk

mencapai sesuatu.

3. Dalam kaitan dengan penulisan skripsi ini metode adalah suatu strategi untuk

membangkitkan kinerja guru atau pun Peserta Didik.

4. Uswatun hasanah adalah bahasa Arab yang berarti suri tauladan atau contoh

tauladan yang baik sesuai ajaran agama Islam.6

Jadi yang dimaksud dengan judul ini adalah pelaksanaan strategi atau

metode uswatun hasanah dalam rangka kegiatan pendidikan pada Mi Al-

Munawarahdi Kabupaten Bone Bolango. Penerapan metode uswatun hasanah

dilaksanakan dalam pembelajaran materi-materi yang terdapat dalam

kurikulum Madrasah Ibtidaiyah, sehingga hal tersebut berpengaruh dalam

pembentukan Peserta Didik yang berkualitas.

D. Tujuan dan Kegunaan

1. Adapun tujuan penulisan skripsi adalah :

5
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia , (Cet. V, Jakarta : Penerbit Balai
Pustaka, 1976), h. 1059
6
Lois Ma’luf,Al-Munjid, op. cit., h. 10
XV
a. Untuk mengetahui secara mendalam bagaimana bentuk

penerapan metode uswatun hasanah dalam membentuk Peserta Didik MI

Al-Munawarah.

b. Untuk mengkaji langkah-langkah yang diterapkan dalam

pengaplikasian metode uswatun hasanah dan pengaruhnya terhadap

pembentukan Peserta Didik Mi Al-Munawarah. Dan selanjutnya akan

men-jadi bahan acuan (pikiran banding) bagi MI lainnya.

2. Adapun kegunaan penelitian ini antara lain adalah :

a. Sebagai bahan kajian dan menambah hazanah intelektual

Islam, khususnya memperkaya pendekatan pendidikan, demi terca-painya

tujuan pendidikan Islam secara optimal.

b. Penelitian ini berguna sebagai tawaran dan wacana kreatif

untuk bahan banding bagi tokoh agama, pemerintah khususnya organisasi

keislaman yang bergerak di bidang pendidikan, bahwa dalam pelaksanaan

proses belajar mengajar haruslah diterapkan berbagai macam metode

pendidikan, di ataranya adalah metode uswatun hasanah.

c. Sebagai bahan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas

tenaga pendidik dan kependidikan untuk mencapai hasil yang memuaskan.

XVI
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Uswatun Hasanah

Kata majemuk uswatun hasanah adalah merupakan salah satu istilah

dalam agama Islam yang mengandung beberapa pengertian. Pada pembahasan ini

penulis akan mengetengahkan pengertiannya baik dari segi etimologi maupun

dari segi terminologi.

Adapun pengertian uswatun hasanah dari segi etimilogi adalah sebagai

berikut :

Uswatun hasanah adalah “suri teladan yang baik”.7 yang selanjutnya Shadiq

SC., A. Shalehuddin Chaery, dalam buku Kamus Istilah Agama mengatakan :

‫ اسوة حسنة‬yaitu cara hidup yang diridhai oleh Allah SWT sebagaimana yang

telah dicontohkan oleh Rasulullah.8

Sedangkan menurut terminologi sebagaimana yang dikemu-kakan oleh Ar-

Raghib dalam Tafsir Ruhul Bayaan :

.‫ حسنة حصلة حسنة وسنة صالحة‬,‫واالسوة كا لقد وة احالة يكون النسان عليها في ا تباع غيره‬

Terjemahnya :

7
Shadiq SC, A. Shalehuddin Chaery, Kamus Istilah Agama (Jakarta : CV Sienttarama, 1983),
h. 387.
8
Ibid.
XVII
Uswatun sama dengan Al-Qudwatun (ikutan) yaitu keadaan yang ada pada

manusia yang dapat diikuti orang lain baik atau buruk. Sedangkan Hasanah

adalah contoh yang baik sunnah yang bagus.9

Selanjutnya Ar-Raghib mengatakan bahwa ‫حسنة‬kata yang disandarkan

kepada semata-mata jiwa yang bersih yakni bahwa Rasululllah pada jiwanya

terdapat uswatun yang baik yang dapat dicontoh dan diikuti.10

Dari beberapa pengertian kata uswatun hasanah di atas, maka dapat

dipahami bahwa yang dimaksud adalah sifat Nabi Muhammad SAW. yang mulia

dan luhur, tidak dapat seorang hamba menentukan di antara sifat-sifat Rasulullah

SAW. yang lebih baik, oleh karena sikap dan tingkah lakunya adalah sama nilai

dan derajatnya. Hal inilah yang mendasari keberhasilan dalam menjalankan tugas

risalahnya, sehingga hanya dalam masa 23 tahun sudah hampir menguasai seluruh

jazirah Arab.

Sehubungan dengan masalah ini Ali bin Ali Thalib berkata :

Sesungguhnya beliau adalah manusia yang paling pemurah, hatinya paling berani,

kata-katanya paling jujur menepati janji, paling baik pergaulannya, orang yang

baru kenal dengan beliau akan merasa takut, dan yang telah bergaul dengan beliau

tentu mencintainya.11

Keluhuran dan kemuliaan budi pekerti dan kesuksesannya di dalam

memimpin dan mengubah peradaban bangsa Arab, juga diakui oleh bangsa Barat,

9
Terjemahan Penulis
10
Ibid.
11
Ahmad Muhammad Al-Kufi, Min Akhlaqin-Nabiy. Diterjemahkan oleh Mazdar Helmi dan
KH. Abd. Khalik Anwar dengan judul “Akhlaq Nabi Muhammad SAW (Keluhuran dan
Kemuliaannya)” (Jakarta : Bulan Bintang, 1982 ), h. 85.
XVIII
seperti yang dikatakan oleh Michael H, Hart dalam bukunya “Seratus Tokoh yang

Paling Berpengaruh dalam Sejarah” . Mengatakan :

Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad SAW pada urutan pertama

adalah dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam sejarah yang

berhasil meraih sukses-sukses luar biasa, baik ditilik dari ukuran agama maupun

ruang lingkup duniawi.12

Keberadaan Rasulullah SAW dengan akhlaq yang mulia ini, yang

dipraktekkan dalam tingkah lakunya merupakan suri teladan yang baik bagi umat

Islam.

Perjuangan Rasulullah SAW dalam membangun masyarakat Arab dan

membawa perubahan yang cukup handal meliputi segala aspek kehidupan manusia

Perubahan tersebut meliputi bidang agama juga perubahan dari segi-segi

kehidupan sosial, ekonomi dan pen-didikan sehingga dalam kurun waktu yang

tidak terlalu lama dia dapat menguasai bangsa arab dan membentuknya sebagai

bangsa yang beradab. Rasulullah mampu mempersaudarakan antara dua kubu yang

saling bersengketa.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa uswatun hasanah

yakni tauladan yang baik, yang patut ditiru dan dicontoh menurut kemampuan

setiap muslim dalam situasi dan kondisi, di mana setiap orang dapat berkembang

tanpa mengubah prinsip dan dasar-dasar yang dicontohkan Rasulullah SAW, sebab

ajaran Islam yang di bawa oleh Rasulullah SAW mengandung arti dan petunjuk

12
Michael H. Hart. The 100 a rangking of the Most Influential Person ini History.
Diterjemahkan oleh Mahbub Djunaidi dengan Judul “Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam
Sejarah” (Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya, 1982), h. 27
XIX
yang telah ditetapkan oleh Allah SWT untuk manusia, sebagaimana yang telah

dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

B. Mendidik Melalui Uswatun Hasanah (Keteladanan)

1. Pentingnya Figur Teladan

Kurikulum pendidikan yang sempurna telah dibuat dengan rancangan yang

jelas bagi perkembangan manusia melalui siste-matisasi bakat, psikologi, emosi,

mental, dan potensi manusia. Namun tidak dapat dipungkiri jika timbul masalah

bahwa kurikulum seperti itu masih tetap memerlukan pola pendidikan realistis yang

dicon-tohkan oleh seorang pendidik melalui perilaku dan metode pendi-dikan yang

dia perlihatkan kepada anak didiknya sambil tetap ber-pegang pada landasan, meode,

dan tujuan kurikulum pendidikan. 13

Untuk kebutuhan itulah, Allah mengutus Muhammad SAW sebagai hamba

dan rasul-Nya menjadi teladan bagi manusia dalam mewujudkan tujuan pendidikan

Islam, melalui firmannya dalam surat al-ahzab ayat 21 :

.‫لقد كان لكم في رسول هللا اسوة حسنة لمن كان يرجوا هللا واليوم االخر وذكر هللا كثيرا‬

Terjemahannya :

Sesungguhnya pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)

bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dia

banyak menyebut Allah.

Abdurrahman An-Nahlawi, Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibiha fi al-bait wa al-


13

Madrasa wa al-mujtama’, Diterjemahkan oleh Shihabuddin, dengan Judul “Pendidikan Islam di


Rumah, Sekolah dan Masyarakat” (Jakarta : Gema Insani Press, 1995), h. 260.
XX
Pada dasarnya, manusia sangat cenderung memerlukan figur teladan dan anutan

yang mampu mengarahkan manusia pada jalan kebernaran. Untuk itu Allah mengutus

para rasulnya dengan berbagai syariat. Namun untuk umat Islam, khususnya dan

manusia pada umumnya diutuslah nabi Muhammad SAW menjadi suri teladan, hal ini

sesuai dengan sabdanya :

.)‫انما بعثت التمم مكارم االخالق ( رواه احمد‬

Terjemahnya :

Sesungguhnya aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlaq (budi

pekerti) yang mulia.14

Akhlakul karimah merupakan syarat utama keberhasilan us-watun hasanah

yang ditampilkan oleh Rasulullah. Akhlakul Karimah sering diistilahkan dengan etika

“ethos” (Yunani) berarti watak kesusilaan yang identik dengan moral atau akhlak, 15

aturan sopan santun atau akhlak (moral),16 ajaran keluhuran budi.17

Etika sangat menentukan ukuran penilaian perbuatan manusia apakah dapat

diterima atau ditolak dapat diikuti atau tidak bisa dicontoh atau tidak.

Untuk melihat keteladanan Rasulullah SAW, maka sepintas kita melihat dari

tiga ciri kepribadiannya yaitu dari sisi perkataan, perbuatan dan takrirnya.

a. Dari sisi perkataannya Rasulullah SAW :

1) Selalu benar (tidak pernah bercanda dan bohong)


14
Imam Malik bi Anas, Al- Muatta, Juz. IV (Beirut/Libanon: Dar Al- Nafas, t.th), h. 651
15
Achmad Charis Zubair, Kuliah etika (Jakarta : Rajawali Press, 1990), h. 13.
16
Team penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.Kamus Besar
Bahasa indonesia, (Jakarta : Rajawali Press, 1990 ), h. 13
17
M. Satrapradja, Kamus Istilah (Surabaya : Usaha Nasional, 1981), h. 144
XXI
)9 :‫قوال شديدا (النساء‬

2) Nabi berbicara sangat fasih, terang (jelas) sehingga kena sasaran, puas

pendengar, berkesan dalam jiwa pendengar.

)63 :‫قوال بليغا (النساء‬

3) Nabi berbicara dengan memakai ucapan yang pantas dan mudah dipahami

)28 :‫ميسورا (االسراء‬

4) Nabi berkata lemah lembut, mudah diingat (sederhana)

)44: ‫قوال لينا (طه‬

5) Berkata dengan perkataan yang mulia (tidak menghina)

)23 : ‫قوال كريما (االسراء‬

b. Dari sisi perbuatannya

Rasul SAW senantiasa menyatukan perkataan dan perbuat-annmya, dalam

artian apa yang pernah diucapkan oleh lidahnya, maka itu pulalah perbuatannya.

.‫يا ايها الذين امنوا لم تقولون ماال تفعلون‬

Terjemahannya:

Hai Orang-orang yang beriman, mengapa kamu katakan apa yang tidak kamu

kerjakan.

Dengan demikian, tergambarlah kepribadian Rasulullah bahwa semua

perkataanya selalu seirama dengan perbuatannya, bahkan berbuat lebih banyak dari

pada perkataannya bukan sebaliknya. Jadi orang lain mengerti dan mau

mencontohnya karena sudah melihatnya.

XXII
c. Dari sisi taqrirnya

Dalam ilmu ushul hadis, istilah taqrir dapat diartikan adanya Rasulullah SAW

mendiamkan sesuatu. Kadang kala para sahabat mempertanyakan suatu masalah, akan

tetapi Rasulullah tidak menjawabnya dengan penjelasan melalui perkataan atau

perbuatan, akan tetapi Rasulullah menjawabnya dengan diam.

Sebagaimana Allah berfirman Surah Al-Isra : 36

            

.     

Terjemahnya :

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak punya pengetahuan

terhadapnya, sesungguhnya pendengaran, pengli-hatan dan hati, semuanya itu

akan diminta pertanggungan jawab.

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa bila ada sesuatu masalah, lalu tidak

ada pengetahuan kita ataukah sebenarnya ada pengetahuan kita tetapi mudharatnya

lebih besar daripada manfaatnya, maka tak usahlah ikut campur atau lebih baik diam

Dari akumulasi tiga bentuk besar kepribadian nabi di atas, maka tercermin

dalam implementasi dasar pendidikan sebagaimana suruhan Allah dalam Surat an-

Nahl ayat 125 :

        

              

 

XXIII
Terjemahannya :

Seruhlah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang

baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu.

Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dijalannya dan Dialah

yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Pesan ayat di atas merupakan pedoman dan tuntunan kepada para pendidik.

Dalam dunia pendidikan sikap bijaksana, nasehat yang menyejukkan dan sikap

dialogis sangat mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Nilai-nilai pendidikan

yang dapat dipetik dalam ayat ini adalah:

1) Al-hikmah

Syekh Muhammad Abduh menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan al-

hikmah ialah :

‫اما لحكمة فهي كل شبئ معرفة سره وفائد ته‬

Terjemahnya :

Adapun Alhikmah ialah memahamkan rahasia dan faedah tiap-tiap sesuatu.18

M. Natsir menjelaskan bahwa pendekatan pendidikan melalui al-hikmah

dimaksudkan sebagai berikut :

Kemampuan memilih saat yang tepat untuk memilih langkah, kemapuan

mencari kontak dalam alam pemikiran guna menjadikan titik tolak

kemampuan memilih kata dan cara yang tepat sesuai dengan pokok persoalan,

sepadan dengan suasana serta keadaan orang yang sedang dihadapi. Hikmah
18
Sayyed Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Juz. I (Kairo : Almaktabul Kahirah, t.
th), h. 472.
XXIV
itu menjelma antara lain berupa qaulun syadid, qaulun ma’ruf, qaulun baligh,

hajrun jamil, uswatun hasanah dan lisanul hal.19

Dari keterangan di atas pada dasarnya pendekatan pendidikan melalui al-

hikmah (penuh sikap bijaksana), mengarah pada kecerdasan pendidik memilih waktu

dan situasi untuk memberikan nasehat.

2) Al-Mauzatul-Hasanah

Yang dimaksud dengan al-Mauzatul-Hasanah menurut Ahmad Mustafa Al-

Maragi ialah :

.‫ الدالئل الظنية للعامة والجدل الحوار والمناطرة القلع المعائد‬: ‫الموعظة الحسنة‬

Terjemahnya :

Al-Mauizatul-Hasanah ialah dalil zanni dan keterangan-keterangan yang kuat

yang memuaskan bagi orang awam, membatasi pembicaraan dan menjadi

bandingan untuk menyelesaikan pertentangan.20

Pendidikan dengan pendekatan al-mauidzatul-hasanah ialah :

Uraian-uraian yang berupa petunjuk dan nasehat-nasehat yang dapat

menyadarkan dan membuka pintu hati untuk mentaati semua petunjuk Islam, yaitu

berupa bimbingan-bimbingan, nasehat-nasehat, petunjuk dan dorongan untuk

mentaati dan melakukan semua ajaran dan perintah agama, berubudiyah terhadap

19
Muhammad Natsir, Fiqhul Da'wah (Jakarta: Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, 1978), h.
225.
Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsirul Maragy, juz XIV (Kairo : Mustafa al-Babi al- Halbi
20

wa- Alwaduh,1963), h. 158


XXV
Tuhan, beramal shaleh, menjauhi segala macam bid’ah, maksiat dan dosa memajukan

dan menegakkan Islam itu di segala lapangan.21

3) Mujadalah dengan cara yang baik.

Ahmad Mustafa menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mujadalah adalah :

‫الجدال الحوار والمناضرة القناع المعا عد‬

Terjemahnya :

Al-Jadal adalah percakapan dan bertukar pikiran untuk mem-berikan kepuasan

bagi orang-orang yang menentang.22

Teori pendidikan yang digariskan Rasulullah SAW di atas merupakan konsep

pendidikan yang sempurna. Rasulullah sangat memperhatikan karakteristik dan

intelektual seseorang, sehingga dikenal bahwa pendidikan Islam memiliki missi

sebagai pelayan kemanusiaan dalam mewujudkan kebahagiaan individu dan

masyarakat.

2. Nilai Edukatif Dalam Uswatun Hasanah

Pada dasarnya keteladan memiliki nilai edukatif. Abdurrahman An-Nahlawi

mengemukakan :

a. Pendidikan Islam merupakan konsep yang senantiasa menyeruh

kepada jalan Allah. Dengan demikian, seorang pendidik dituntut untuk

K.H. Roesli Abd. Wahid, Islam dan dalam Forum Pendidikan (Jakarta : Pusat Dakwah
21

Islam Indonesia, 1972 ), h. 378.


22
Ahmad Mustafa al-Maragi, loc. cit..
XXVI
menjadi teladan di hadapan anak didiknya, bersegera untuk berkorban, dan

menjauhkan dari hal-hal yang hina.

b. Sesungguhnya Islam telah menjadikan kepribadian Rasulullah SAW

sebagai teladan abadi dan aktual bagi pendidi dan generasi muda, sehingga

setiap kali kita membaca riwayat beliau, semakin bertambahlah kecintaan dan

hasrat kita untuk meneladani beliau. 23

Memperhatikan keterangan di tas, jelas bahwa setiap anak didk akan

meneladani pendidiknya dan benar-benar puas terhadap ajaran yang diberikan

kepadanya, sehingga prilaku ideal yang diharapkan dari setiap anak

merupakan tuntutan realistis dan dan diaplikasikan.

Islam menyajikan keteladanan, agar manusia menerapkan suri teladan

itu kepada dirinya sendiri. Dengan begitu, ternyata nilai edukatif dalam

uswatun hasanah menjadi suatu hal yang penting. Pendidik adalah figur yang

harus tampil dengan penuh tanggung jawab yang diwarnai dengan keteladanan

seperti halnya keteladan yang dimiliki oleh Rasulullah SAW.

C. Sosialisasi Uswatun Hasanah

1. Uswatun Hasanah melalui Rumah Tangga

Teknologi modern dan kecanggihannya terus berkembang, membuat

manusia mampu memecahkan problema-problema hidup, dan mudah

mencapai taraf hidup yang lebih maju. Namun di saat yang sama manusia pun

23
Abdurrahman An-Nahlawi, op. cit., h. 262-263.
XXVII
menghadapi tantangan berat agar tidak terjebak kedalam proses penghambaan

diri terhadap kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Mobilitas yang sangat tinggi akibat teknologi transportasi, gaya hidup

yang beragam yang digelarkan televisi dan media komunikasi lainnya,

membuat orang bersentuhan dengan nilai-nilai yang mungkin amat berbeda

dengan apa yang dianutnya selama ini. Penomena seperti ini turut mewarnai

terbentuknya globalisasi, professionalisasi, individualisas, materialisasi dan

bahkan skularisasi.

Dalam menyikapi dampak negatif alam modern di atas, maka

pendidikan Islam diharapkan menjadi suluh dalam aspek keseim-bangan,

penyaring dan memberi arah hidup bagi manusia.

Setiap manusia memiliki naluri senang meniru dan mencontoh atau

meneladani sosok pribadi yang menjadi idolanya. Orang tua sebagai pendidik

utama dan pertama dalam rumah tangga dituntut untuk menjadi teladan

dihadapan putra-putrinya, olehnya itu dia harus segera berkorban untuk

menjauhkan diri dari hal-hal yang hina. Artinya setiap anak akan meneladani

pendidikya dan benar-benar puas terhadap ajaran yang diberikan kepadanya

sehingga prilaku ideal yang diharapkan dari setiap anak merupakan tuntutan

realistis dan dapat diaplikasikan.

Kehadiran seorang anak di permukaan bumi ini adalah dalam keadaan

fitrah, suci bersih bagaikan kertas putih. Ibu bapaknyalah yang akan

memberikan warna sesuai dengan apa yang diinginkannya kepada anaknya,

Rasulullah SAW bersabda :


XXVIII
‫ مامن مولود يولد علي الفطرة فابواه يهودانه او ينصرانه‬:‫ قال رسول هللا صلي هللا عليه وسلم‬:‫عن ابي هريرة قال‬

.‫او يمجسانه‬

Terjemahnya :

Dari Abu Hurairah r.a. Katanya : Bersabda Rasulullah SAW “Tiap-tiap anak

yang dilahirkan dengan keadaan fitrah, maka kedua ibu bapaknyalah yang

menjadikan ia Yahudi atau Nasrani, atau Majusi.24

Dalam lingkungan keluarga, anak berusaha untuk mengem-bangkan

naluri, jasmani dan rohaninya dengan melihat dan mencontoh terhadap apa-apa

yang dilakukan oleh orang tua atau siapa saja yang sering mendampinginya.

Dalam proses perkembangan anak, sifat meniru dan mencontoh itu tetap

berlangsung, sampai si anak tadi dapat menentukan sendiri mana yang dianggap

baik dan mana yang di-anggap jelek. Oleh sebab itu, metode uswatun hasanah

merupakan salah satu cara mendidik anak yang baik terutama dalam usaha

mendidik anak kepada terbentuknya kepribadian yang utuh yang sesuai dengan

norma agama Islam., agar apa yang menjadi tujuan hidup manusia sebagai

hamba Allah yang beriman dan bertaqwa dapat tercapai sebagaimana firman

Allah SWT dalam surat ke 25 Al-Furqan ayat 74 :

         

   

Terjemahnya :

24
Imam Abi Husainy Muslim Ibnu Hajjaj Al-Qusyairy An-Naisyabury, Shahih Muslim Juz
IV ( t.tp. : Isya al-Baby al-Halabiy wa Syirkahu, t.th), h. 2048
XXIX
Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan

kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami iman bagi orang-

orang yang bertawakkal.

Upaya mendidik anak dalam rangka tercapainya tujuan di atas, anak harus

didik sejak dini mungkin, sebab ketika anak telah dewasa nanti akan sulit

menanamkan ide-ide atau gagasan kepadanya.

Abdullah Nashih Ulwan dalam buku Tarbiyatul-Awlad Fil-Islam, mengatakan:

Sebagaimana dimaklumi, jelas bahwa hati kedua orang tua secara fitrah

mencintai anak, mengakar dalam dengan perasaan jiwa, emosi ibu-bapak untuk

memelihara, mengasihi, dan menyayangi anak serta memperhatikan urusannya.25

Secara fundamental penanaman pendidikan Islam dalam lingkup keluarga

tergambar pada sabda Rasulullah Saw. di bawah ini:

‫ الغالم يعق عنه يوم السابع ويسمي ويماط عنه االذي ف’’اذا بل’’غ س’’ت‬: ‫قال انس قال رسول هللا صلي هللا عليه وسلم‬

‫سنين ادب فاذا بلغ تسع سنين عزل فراشه فاذا بلغ ثالث عشر سنة ضربت علي الصالة فاذا بلغ ست عش’’رة س’’نة‬
26
.‫زوجه ابوه ثم اخذ بيده وقال ادبتك وعلمتك وانكحتك اعوذ باهلل من فتنتك في الدنيا وعذابك في االخرة‬

Terjemahnya :

Berkata Anas Bin Malik, Rasulullah SAW bersabda: Anak itu pada hari ketujuh

dari lahirnya disembelihkan aqiqah dan diberi nama yang bagus, disingkirkan

dari kotoran. Jika ia telah berumur enam tahun ia dididik beradab susila, jika ia

25
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyat al-Aulad fi al-Islam, Diterjemahkan oleh Saifullah
Kamalie dan Hery Noer Ali dengan Judul “Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam”, Jilid II
(Bandung : Asy-Syifa’, 1988), h 20.
26
Imam Muslim, Shahih Muslim , op. cit., h. 654
XXX
berumur sembilan tahun dipisah tempat tidurnya, jika telah berumur tiga belas

tahun dipukul agar mau melaksanakan shalat, jika telah berumur enam belas

tahun dikawinkan. Setelah itu ayahnya berjabat tangan dengannya dan

mengatakan: Saya telah men-didik, mengajar dan mengawinkanmu, saya mohon

perlindungan kepada Allah dari fitnah-fitnah di dunia dan siksaan diakhirat.

Teori pendidikan Islam yang terkandung pada hadis di atas sangat

padat, pengimplementasiannya dalam kehidupan sehari menun-tut para orang

tua untuk kerja keras dan senantiasa menjadi uswatun hasanah di mata anak-

anaknya.

Agus Sujanto dkk, dalam buku Psikologi Kepribadian mengatakan :

Apa yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya, akan ditiru oleh anak.

Dengan demikian betapa harus berhati-hatinya orang tua membawa diri di depan

anak-anak mereka, sebab tiap gerak-nya, tiap ucapan akan diisikannya kedalam

kandungan kepriba-diannya di dalam perkembangannya.27

Pendapat di atas betapa pentingnya sifat dan tingkah laku yang mulia

bagi orang tua sebagai pendamping anak, sebab dengan penam-pilan seperti itu

akan memudahkan bagi anak-anak melakukannya dalam memecahkan

masalahnya. Indra penglihatan dan pendengaran manusia, terutama bagi anak-

anak sangat berperan dalam gerak-geriknya karena dengan jalan melihat dan

mendengar mereka ingin meniru dan melakukannya.

2. Penerapan Uswatun Hasanah di Sekolah.

27
Agus Sujato dkk, Psikologi Kepribadian (Cet. I; Jakarta : Aksara Baru, 1980), h. 159
XXXI
Setelah beberapa tahun lamanya anak diasuh dan dididik dalam

lingkungan keluarga, maka untuk pengembangan pendidikan selanjutnya

dialihkanlah kepada sekolah atau lembaga pendidikan. Pertumbuhan dan

perkembangan anak yang semakin hari semakin maju, dapat dilihat dengan

kegiatan anak misalnya ketika anak selalu ingin mencontohi orang lain itu

pertanda bahwa anak tersebut sudah saatnya harus di sekolahkan, agar apa yang

timbul dalam hatinya itu ditemukan dan dikembangkan di sekolah melalui

perantaraan guru dan kawan-kawannya. Dan mengenai hal menyekolahkan anak

ini, ten-tunya kita harus memilih sekolah yang sesuai dengan tujuan pendidikan

apa yang kita inginkan, sebab dewasa ini banyak sekolah dan lembaga

pendidikan yang siap menerima dan mendidik anak.

Orang muslim yang mempunyai cita-cita menjadikan anaknya shaleh,

maka ia akan menyekolahkan anaknya kepada lembaga pendidikan Islam,

seperti Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan Perguruan

Tinggi yang sejalur.

Jika dalam keluarga terdapat beberapa orang putera-puteri dan orang

tua ingin menjadikan anaknya insinyur, dokter, atau wira-swastawan, maka

orang tua hendaknya menyekolahkan anaknya pada sekolah yang

membidanginya, terutama jika memang hal itu sesuai dengan bakat si anak.

Tetapi pilihlah yang berdisiplin tinggi, semen-tara itu orang tua harus menutupi

kekurangan pendidikan agama yang didapati di sekolahnya.

Dari lingkungan keluarga yang sempit, maka setelah anak masuk

sekolah lingkungannya menjadi lebih luas yang mempunyai situasi dan kondisi
XXXII
yang berbeda pula, si anak tidak lagi dihadapi oleh orang tuanya, saudaranya,

akan tetapi dia akan dihadapi oleh beberapa orang guru dalam hal ini Kartini

Kartono dalam buku Psikologi Anak mengatakan :

Sekolah akan memberikan pengaruh yang sangat besar kepada anak

sebagai individu dan sebagai makhluk sosial. Peraturan sekolah dan otoritas

guru, disiplin kerja, cara belajar, kebiasaan bergaul dan macam-macam tuntunan

sekolah yang cukup ketat akan memberikan segi-segi keindahan dan kenangan

belajar pada masa anak.28

3. Penerapan Uswatun Hasanah dalam Lingkungan Masyarakat

Selain pendidikan formal sekolah dan keluarga sebagai penye-lenggara

pendidikan yang sangat intensif maka sesungguhnya ling-kungan juga dapat

diciptakan sebagai wahana pendidikan yang tak kalah pentingnya. Sebab-sebab

lingkungan besar pengaruhnya terhadap manusia.

Pengertian lingkungan justru sangat luas yang meliputi lingkungan famili

sendiri, lingkungan kampung halaman, lingkungan kota, lingkungan bangsa dan

negara, bahkan sampai lingkungan internasional. Sedangkan hal-hal yang timbul

dalam arena lingkungan itu juga sangat heterogen. Misalnya media massa, radio,

televisi, film, surat kabar, tempat rekreasi, lembaga-lembaga kebudayaan, perpus-

takaan, organisasi pemuda, taman-taman hiburan, lalu lintas kota keanekaragaman

pergaulan hidup, olahraga, seni, lahu, bahasa, ke-semrautan, dan ketertiban

masyarakat, kegemaran sosial, kenakalan remaja, kemerosotan moral masyarakat,

28
Kartini Kartono, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Rosda Karya, l971), h. 79
XXXIII
pencemaran lingkungan, polusi industri, dan ekonomi, juga menambah ramainya

persoalan lingkungan, kesemuanya mempengaruhi keadaan dan suasana dalam

masyarakat.

Kemudian itu sampai kepada sasaran uswatun hasanah dengan membagi

kedalam keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kerja.

Terlihat dengan jelas bahwa keluarga adalah fokus pewarisan generasi yang

lebih tua kepada yang lebih muda pendidikan di sekolah akan lebih menitikberatkan

kepada pemindahan, sedangkan pada lingkungan masyarakat atau lingkungan kerja

adalah untuk mencip-takan situasi dan kondisi yang lebih baik. Maka jelaslah bahwa

uswatun hasanah harus dimanifestasikan kedalam ketiga unsur pokok tersebut dengan

baik. Sehingga nampak dengan nyata dalam kehidupan manusiawi.

Apabila Islam memerintahkan manusia dengan seruan :

‫يا بني اقم الصالة‬

Terjemahnya :

Wahai anakku dirikanlah shalat.

Maka sesungguhnya hal itu merupakan manifestasi agama dalam keluarga dan

apabila Nabi Muhammad SAW meminta agar manusia mencari ilmu pengetahuan

mulai dari ayunan hingga liang lahat, maka situasi yang diinginkan ialah

berlangsungnya pendidikan seumur hidup. Disini dapat kita lihat bahwa Islam dapat

menciptakan situasi dan kondisi masyarakat, apabila kita mempraktekkan ajaran-

ajarannya dalam kehidupan.

Prinsip-prinsip uswatun hasanah dalam lingkungan sedapat mungkin di mulai

dari golongan-golongan pemimpin masyarakat atau orang yang terpandang dan


XXXIV
berpengaruh atau orang yang berpen-didikan. Sebab uswatun hasanah akan lebih

tersebar apabila telah menjadi kebijaksanaan dan dimulai atas dasar kesadaran para

pemuka masyarakat.

Pokok-pokok uswatun hasanah dalam lingkungan adalah sebagai berikut :

a. Hendaknya setiap insan meresapkan dalam hati setiap apa yang

akan dilakukan dengan penuh kesadaran. Setiap perbuatan harus dimulai dengan

niat yang baik serta bertujuan yang nyata dalam semua tingkah laku kehidupan

dan apa yang paling penting ialah harus di mulai dengan mengucapkan basmalah.

b. Menanamkan suatu prinsip yang mudah dalam agama bahwa segala yang

menyangkut agama atau prinsip larangan untuk mengerjakan sesuatu sampai ada

perintah yang nyata untuk mengerjakan ibadah tersebut.

c. Menunjukkan kepada seluruh masyarakat, bahwa telah jelas dalam agama mana

yang halal dan yang haram.

d. Menerapkan perlunya manusia beragama yang seutuhnya serta memadukan

dirinya dengan iman, Islam, dan ihsan, yakni kepercayaan agama harus benar-

benar sejalan dengan petunjuk agama sesuai ajaran tauhid. Kemudian Islam

dikerjakan dengan baik dan penuh kesadaran tanpa paksaan dan ikhsan adalah

pengejawantahan manusia mu’min dan muslim dalam kehidupan sosial dalam

membina manusia menjadi bertanggung jawab, Tuhan sebagai Tuhan, alam

semesta sebagai alam, sehingga tidak ada kebingungan dalam kehidupan

persoalan tauhid.

Penerapan uswatun hasanah dalam lingkungan bukanlah suatu hal yang

mudah, melainkan harus menggunakan waktu yang cukup lama, mengingat uswatun
XXXV
hasanah tidak terbatas mengenai masalah agama, akan tetapi mencakup seluruh aspek

kehidupan manusia.

XXXVI
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode dalam suatu penelitian akan sangat mewarnai bahkan mempengaruhi

ketepatan hasil yang diperoleh. Hal ini disebabkan metode penelitian yang digunakan

sangat erat kaitannya dengan permasalahan dan tujuan penelitian tersebut. Oleh

karena itu, dalam suatu penelitian diperlukan metode yang tepat agar dapat mencapai

hasil yang optimal.

A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian

survey penelitian lapangan. Pengumpulan data utama-nya melalui wawancara,

kuesioner atau angket melalui sejumlah sampel yang diambil dari suatu populasi.

Pendekatan survey dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis

tentang penerapan metode uswatun hasanah dan pengaruhnya terhadap pem-binaan

Peserta Didik Madrasah Ibtidaiyah al-Munawwarah Kota Gorontalo.

B. Metode yang Digunakan

Ada beberapa metode pendekatan yang dipergunakan dalam pengumpulan data

pada skripsi ini antara lain :

1. Pendekatan historis yakni suatu pendekatan dengan cara

kembali membuka lembaran sejarah Rasulullah SAW tentang perilaku dan

XXXVII
pendekatan yang dipakai dalam membina umat Islam serta bagaimana

menyampaikan ide terhadap orang banyak, lalu dijadikan sebagai acuan.29

2. Pendekatan paedagogis yakni melihat bagaimana usaha

membe-rikan pengaruh dan keteladan dalam proses belajar mengajar antara guru

dan peserta didik, kiranya dapat tertarik terhadap apa yang disampaikan dan apa

yang diperaktekkan oleh pendidik.30

3. Pendekatan sosiologis yaitu melihat hubungan antara

individu terhadap individu yang lainnya atau pada kelompok dalam berinteraksi

menyampaikan ide-ide pendidikan atau gagasan lainnya.

C. Populasi dan Sampel

Adapun populasi target dalam penelitian ini adalah semua tenaga guru (ustaz,

ustazah), Peserta Didik, tenaga administrasi, orang tua Peserta Didik, tokoh

masyarakat, dan tokoh pemerintah setempat.

Oleh karena populasi penelitian ini terdiri dari berbagai unsur dan personnya

terhitung minim, maka penulis akan menarik sampel secara bertujuan. Dalam

arti, peneliti yang akan menentukan siapa yang akan memberikan informasi

yang jelas dan benar dari masing-masing elemen.

Untuk menentukan besarnya sampel pada penelitian ini digunakan

“Nomogram Harry King”. Ukuran sampel ditetapkan dengan taraf kepercayaan 95 %

terhadap populasi, yakni:

29
Lihat Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi (Cet. II; Bandung : Remaja Karya,
1985), h. 30
Abd.Rahman, Ilmu Pendidikan Sebuah Pengantar dengan Pendekatan Islami (Cet. I ; PT
30

Al-Quswah,1988), h. 3
XXXVIII
1. Peserta Didik sebanyak 3 orang

2. Guru sebanyak 3 orang

3. Orang tua peserta didik sebanyak 3 orang

Jumlah 9 orang

D. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

skunder.

a) Data primer adalah yang diperoleh langsung dari responden, yakni melalui

wawancara, observasi langsung dan koesioner atau daftar pertanyaan yang

merupakan informasi utama dalam penelitian ini. Data primer terutama

menyangkut penerapan metode uswatun hasanah dan pengaruhnya terhadap

pembinaan Peserta Didik MI al-Munawwarah.

b) Data skunder adalah data yang diperoleh dari Departemen Agama, dan

lembaga-lembaga yang relevan dengan penelitian ini, berupa dokumen/data

tentang MI al-Munawwarah Kecamatan .

2. Teknik pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu

sebagai berikut :

1. Library research yaitu penelitian dengan cara membaca buku-buku di

perpustakaan atau majalah yang berhubungan dengan judul ini.31

31
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Cet. X ; Yogyakarta : Fak. Psikologi UGM,1982), h.
42
XXXIX
2. Field research yaitu mengumpulkan data-data sesuai obyek penelitian yang

dilakukan di lapangan, dengan menggunakan teknik sebagai berikut :

 Observasi. Kegiatan observasi ini diawali dengan observasi awal, dengan

mendatangi lokasi yang akan dijadikan obyek penelitian. Selanjutnya dengan

mempelajari hasil observasi awal, dilakukan observasi kedua dengan

mendatangi langsung Taman Pengajian Al-Quran al-Munawwarah di Kec.

Kab. Gorontalo.

 Dokumentasi, dilakukan untuk mengumpulkan data tertulis yang relevan

dengan penelitian ini.

 Interviu (wawancara), dilakukan dengan menggunakan wawancara

terpimpin, yaitu dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah

disusun sebelumnya.

 Kuesioner (angket), dilakukan untuk mengumpulkan data berupa responden

yaitu Peserta Didik dan guru mengenai penerapan metode uswatun hasanah,

pengaruhnya, dan upaya-upaya penerapannya.

E. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul melalui angket/daftar pertanyaan, maka teknik analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik statistik non parametrik berbentuk

tabulasi silang sehingga mengha-silkan rosentase. Selanjutnya data yang ada dianalisa

dengan teknik sebagai berikut :

XL
1. Induktif yaitu menganalisis data dengan memulai dari hal yang khusus

kemudian akhirnya menarik kesimpulan yang bersifat umum.

2. Deduktif yaitu di antara data yang diperoleh ada juga di antaranya dianalisis

dengan memulai dari hal yang umum, lalu akhirnya ditarik kesimpulan yang

bersifat khusus.

3. Komparatif yaitu menganalisis hasil penelitian dengan teknik membandingkan

antara data yang satu dengan data yang lainnya.

XLI
BAB IV

PENYAJIAN DAN HASIL ANALISIS DATA

A. Tinjauan Umum

1. Sejarah Sekolah

MI Al-Munawarah Kabila Desa Dutohe Barat Kecamatan Kabila

Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo berdiri pada tahun 2004. Sejak

berdiri, status MI Al-Munawarah Kabila adalah Madrasah Ibtidaiyah Swasta

dengan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) 60724172 dan nomor

statistic madrasah (NSM) 111275030007 .

Sejak awal berdirinya MI Al-Munawarah Kabila ini yakni tahun 2004

sampai sekarang telah mengalami tiga kali pergantian Kepala Madrasah.

Kepala yang menjabat saat ini adalah Ibu Lies Junus, S.Pd.I. Pergantian

Kepala Madrasah dilakukan melalui prosedur yang benar sesuai dengan

peraturan yang ada. MI Al-Munawarah Kabila telah terakreditasi terakhir

pada tahun 2015 dengan nilai B (87). Hal ini mendorong pihak madrasah

untuk berusaha dalam meningkatkan kinerja dalam rangka mempertahankan

dan meningkatkan nilai akreditasi sekolah/madrasah tersebut.

MI Al-Munawarah Kabila Kab. Bone Bolango pada tahun 2019

dipimpin oleh seorang Kepala Madrasah dan memiliki 20 orang tenaga

pendidik terdiri dari yang berstatus pegawai negeri sipil berjumlah 7 orang

dan Honor Daerah 13 orang. Selain itu madarsah ini memiliki 2 orang tenaga

kependidikan. Semua personil telah melaksanakan tugasnya masing-masing

dengan baik sesuai dengan tanggungjawabnya. Bukan hanya tenaga pendidik


XLII
dan kependidiakan dan Kepala madrasah yang bertanggungjawab dalam

membimbing siswa namun peran orang tua dan masyarakat juga sangat

penting. Hal ini telah diwujudkan di MI Al-Munawarah Kabila dalam wadah

Komite madrasah. Keberhasilan pendidikan siswa merupakan tanggungjawab

bersama sehingga harus ada kerjasama yang baik dari semua pihak.

Siswa berasal dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda-beda.

Sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai Petani dan Abang Bentor

yang pendidikannya masih terhitung rendah.

2. Visi dan Misi

Visi

Membentuk generasi Islam yang Beriman, Berakhlak Mulia, Tangguh

dan Peduli Bangsa, Negara dan Agamanya

Misi

a) Memberikan kemampuan dasar kepada anak didik, baik berupa ilmu

pengetahuan dan keterampilan untuk melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi maupun kemampuan hubungan sosial

yang dapat diragukan oleh mereka dalam kehidupan sehari-hari.

b) Menyatukan kemampuan, Keterampilan dan Sikap Islam sehingga

dapat tumbuh dan berkembang potensi Fitrahnya kearah terbentuknya

insan yang ber-IMTAQ dan ber-IPTEK

Membina dan Membentuk anak didik menjadi manusia yang mempunyai

akidah yang benar, amal yang shaleh, akhlak yang mulia, akal yang

XLIII
cerdas, Fisik yang Sehat dan Kuat serta Dekat dan Cinta kepada Allah,

Rasul dan Sesamanya

3. Letak Goegrafis

Secara geografis, MI Al-Munawarah Kabila berada di Desa Dutohe

Barat, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango. MI Al-Munawarah

Kabila berada di antara pemukiman padat penduduk dan lokasi persawahan.

Lokasinya sangat tenang sehingga memberikan banyak keuntungan bagi

madrasah ini, diantaranya adalah memberikan kemudahan bagi madrasah

dalam melaksanakan pembelajaran yang nyaman dan tenang dan tersedia

berbagai sumber belajar yang dapat digunakan secara langsung untuk proses

pembelajaran sehingga menarik minat siswa untuk belajar.

4. Sarana dan Prasarana Mi Al-Munawarah

Bangunan gedung MI Al-Munawarah Kabila berdiri di atas tanah

seluas 2499 meter persegi, dengan luas bangunan 250 meter persegi. MI Al-

Munawarah Kabila juga mempunyai halaman yang cukup yang biasanya

digunakan untuk pembelajaran olahraga, upacara dan berbagai kegiatan

ekstrakurikuler yang diadakan oleh madrasah serta tempat bermain bagi para

siswa ketika jam istirahat. Taman madarsah juga tertata secara rapi sehingga

memberikan suasana nyaman bagi para siswa dalam mengikuti pembelajaran

ketika di luar ruangan.

XLIV
Keadaan sarana prasarana di MI Al-Munawarah Kabila pada tahun 2019 dapat dilihat

pada tabel dibawah ini

Tabel 1 ; Data Sarana Prasarana MI Al-Munawarah Kabila Tahun 2019

Jumlah Jumlah KategoriKerusakan

N Jumlah Ruang Ruang


Jenis Prasarana Rusak Rusak Rusak
O Ruang Kondisi Kondisi
Ringan Sedang Berat
Baik Rusak

1 RuangKelas 12 9 - - - 3

2 Perpustakaan - - - - - -

R. Lab.
3 - - - - - 1
Komputer

4 R. Pimpinan 1 - - 1 - -

5 R. Guru 1 - - - - -

6 R. Tata Usaha 1 - - 1 - -

7 R. UKS - - - - - -

8 Jamban/toilet 4 4 - - - -

B. Hasil Penelitian
XLV
1. Menumbuhkan Karakter Peserta Didik Melalui Metode Uswatun

Hasanah

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di MI Al-

Munawarah dalam menumbuhkan karakter peserta didik peran guru sangat

berpengaruh seperti halnya memberi contoh kepada peserta didik untuk tidak

makan dan minum berdiri dan juga menasehati peserta didik untuk makan

denga tangan kanan dan tidak lupa mengucapkan basmalah atau do’a makan

sebelum makan inilah salah satu contoh dari perilaku yang akan menjadi

kebaikan bagi peserta didik baik di masa sekrang maupu di masa mendatang,

ketika seorang guru memberikan contoh yang buruk bagi peserta didik maka

peserta didik akan memiliki karakter yang buruk juga.

Hal ini di karenakan seorang guru adalah contoh uswatun hasana bagi

peserta didik baik melalui perkataan perbuatan dan dalam hal apapun itu

karena hal ini dapat di tiru oleh peserta didik. Karena perkataan dari pada

pendidik itu harus menggunakan bahsa yang baik, sopan bentuk uswatun

hasanah yang dilaksanakan di Mi Al-Munawarah ini adalah bentuk yang harus

diberikan kepada peserta didik. Proses analisis data dimulai dari menelaah

data yang tersedia dari berbagai sumber wawancara, observasi dan

dokumentasi. Analisis data juga berarti proses yang berkelanjutan selama

penelitian berlangsung, dan pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif deskriptif analitik.

XLVI
Untuk mengungkapkan penerapan metode uswatun hasanah terhadap

karakter peserta didik di Mi Al-Munawarah Kecamatan Kabila. Maka peneliti

melakukan wawancara dengan Ibu Lies yunus, S.Pd.I, selaku kepala Madrasah

di Mi Al-Munawarah Kecamatan Kabila, sebelum menanyakan lebih jauh

bagaimana penerapan metode uswatun hasanah di lingkungan Madrasah

Ibtidaiyah Al-Munawarah Kecamatan Kabila. Peneliti terlebih dahulu

menanyakan tentang “Bagaimana menurut pendapat Ibu mengenai penerapan

metode uswatun hasanah melalui kegiatan wawancara. Ibu Lies Yunus S.Pd.I,

memberikan pendapatnya yaitu sebagai berikut.

Menurut Ibu Lies Yunus S.Pd.I bahwa:

Jadi menurut saya sebagai kepala madrasah Mi Al-Munawarah

Kecamatan Kabila. Penerapan metode uswatun hasanah ini sangat penting

dikalangan pendidikan, karena metode ini dapat menentukan baik buruknya

karakter peserta didik dimasa yang akan datang. Karena seperti yang kita

ketahui bersama bahwa yang mana salah satu sifat karakter murid itu dia

meniru apasaja yang dilakukan oleh gurunya, jadi ketika gurunya

mencerminkan perilaku yang baik maka murid itu juga akan melakukan hal

yang baik pula dan begitu juga sebaliknya ketika gurunya mencerminkan

perilaku yang buruk maka murid itu juga akan meniru perilaku yang

dicerminkan oleh gurunya.

Setelah penjelasan mengenai penerapan metode uswatun hasanah tadi

saya juga sering mengingatkan untuk selalu berperilaku baik terhadap para

murid agar para murid dapat meniru perilaku-perilaku yang baik yang
XLVII
dicerminkan oleh para guru. Dan mengingatkan para guru agar selalu

mengajarkan para murid tentang bersikap baik dilingkungan manapun mereka

berada dan selalu mengingatkan mana yang baik ditiru dan mana yang tidak

baik untuk ditiru. Jadi kami staf dewan guru itu tidak hanya mengajarkan

mereka bagaimana bersikap baik ketika berada dimadrasah saja akan tetapi

diluar madrsah juga.32

Berdasarkan hasil wawancara Ibu Lies Yunus. S.Pd.I. Maka peneliti

menyimpulkan bahwa penerapan metode uswatun hasanah dimadrasah Mi Al-

Munawarah sangat penting karena demi mewujudkan karakter peserta didik

yang uswatun hasanah dibutuhkan figur-figur yang baik misalnya Guru, Orang

tua,dan para tokoh-tokoh masyarakat yang selau mencerminkan perilaku yang

uswatun hasanah. Maka dari itu untuk menumbuhkan karakter peserta didik

yang baik maka diperlukan pendidik yang baik untuk mereka jadikan cermin

sebagai alat yang pantas untuk ditiru. Jadi ketika peserta didik berada

dimadrasah maka guru sebagai alat mereka bercermin harus menunjukan sikap

atau perilaku yang baik agar mereka dapat menirukannya.

Untuk mengungkapkan apa saja yang dilakukan guru untuk

menumbuhkan karakter peserta didik maka peneliti melakukan wawancara

dengan Ibu Yanti Kadir, S.Pd selaku guru bidang studi Agama di Mi Al-

Munawarah Kecamatan Kabila. Peneliti menanyakan “upaya apa saja yang

dilakukan untuk menumbuhkan karakter peserta didik dilingkungan Mi Al-

Lies Yunus, sebagai kepala Mi Al-Munawarah keacmatan kabila wawancara pada tanggal 11
32

November 2020
XLVIII
Munawarah Kecamatan Kabila dengan melalui wawancara. Ibu Yanti Kadir

mengemukakan pendapatnya sebagai berikut.

Menurut Ibu Yanti Kadir, S.Pd bahwa:

Upya yang saya lakukan dalam menumbuhkan karakter peserta didik yang

uswatun hasanah di Mi Al-Munawarah sebagai berikut:

1) Melalui ceramah tentang sifat keteladanan Nabi Muhammad SAW

Malalui ceramah ini saya rasa cara mengajar yang tradisional dan sudah

tidak asing lagi dan sudah lama dijadikan dalam sejarah pendidikan. Jadi saya

rasa cara ini mungkin cukup membosankan bagi para murid, maka dalam

pelaksanaannya perlu keterelampilan khusus, agar penyajiannya menjadi tidak

membosankan dan dapat menarik perhatian dari peserta didik. Akan tetapi

saya selaku guru bidang studi Agama masih mengakui bahwa metode ini

sangat penting dengan tujuan agar peserta didik mendapatkan informasi yang

mungkin belum mereka ketahui.

Jadi dengan menggunakan metode ceramah yang disampaikan kepada

peserta didik saya rasa metode inilah yang terbaik bagi guru untuk melakukan

interaksi belajar mengajar untuk proses memberikan informasi kepada peserta

didik. Maka dari itu saya selaku guru bidang studi Agama Mi Al-Munawarah

sering berceramah didepan para murid tentang kisah para Nabi dan sifatnya

agar peserta didik dapat menerapkan di kehidupan mereka sehari-hari.

2) Mewajibkan shalat jama’ah

Jadi menurut saya shalat itu pada hakekatnya sarana yang terbaik dalam

mendidik jiwa dan mempengaruhi semangat sekaligus penyucian akhlak para


XLIX
murid. Berhubung staff dewan guru Mi Al-Munawarah menjadikan contoh

kepada peserta didik untuk ikut serta dalam pelaksanaan shalat berjama’ah.

Maka dengan kebiasaan ini saya sangat berharap peserta didik dapat mengerti

bahwa shalat itu merupakan sebuah keharusan bagi setiap umat Islam.

Terus dengan pembiasaan melaksanakan shalat sebagai kewajiban bagi

setiap umat Islam maka uswatun hasanah guru sangat penting, terutama dalam

shalat bejama’ah akan menjadi contoh yang baik bagi peserta didik agar

mereka dapat meniru tingkah laku seorang guru yang baik.

3) Menggunakan bahsa yang sopan

Bahasa sebagai alat utama dalam melakukan interaksi dengan peserta

didik jadi hal ini suatu kekuatan yang sangat penting dalam berbagai macam

pelaksanaan sebagai pengatar kegiatan. Dalam dunia pendidikan juga sebagai

media pengantar. Bahasa bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

antara lain.

Pengunaan bahasa yang baik dan tidak baik akan memperlihatkan wajah

asli dari seorang pendidik. Dari cara berbicara orang akan mudah menebak

sifat asli yang dimiliki orang tersebut.begitu juga dengan pendidik apabila

pendidik memiliki bahasa yang sopan maka pendidik itu pasti akan mudah

mentransfer nilai-nilai kesusilaan kepada peserta didik, sedangkan sebaliknya

pendidik yang tidak menggunakan bahsa yang sopan maka pendidik itu akan

sulit mentransfer nilai-nilai kesusilaan, dan juga tidak patut dijadikan sebagai

pendidik. Kemudian guru menggunakan kata yang lebih sopa seperti adik-

L
adik, bapak, ibu agar peserta didik juga terbiasa menggunakan bahasa yang

sopan.

4) Guru menyuruh peserta didik mencium tangan

Mencium tangan menunjukan bahwa suatu perkara yang baik bagi peserta

didik untuk penanaman nilai karakter yang baik dengan pembiasaan dan

uswatun hasanah. Melalui pembiasaan peserta didik akan menjadi keterbiasaan

untuk membuat sesuatu yang baik tanpa paksaan. Berhubung di Mi Al-

Munawarahini mencium tangan sudah menjadi adat yang baik untuk

menjadikan kebiasaan peserta didik mencium tangan dengan guru ketika

masuk ruangan dan juga bagi peserta didik mencium tangan dengan orang

yang lebih tua ini suatu uswatun hasanah yang diberikan oleh guru supaya

mereka menjadi anak yang baik dalam lingkungan masyarakat.

5) tersenyum kepada peserta didik

Seorang guru harus bisa menjadi uswatun hasanah ketika proses belajar

mengajar untuk membuat suasana terasa begitu menyenangkan bagi peserta

didik dengan menggunakan wajah yang sama atau tersenyum lebih

menyenangkan jiwa senyuman tersebut akan membuat peserta didik sukai

dalam proses pembelajaran berlangsung. Maka berhubung di Mi Al-

Munawarahbahwa tersenyum juga sudah menjadi kebiasaan guru kepada

peserta didik dalam proses pembelajaran dengan menggunakan wajah yang

ceria dan gembira untuk menyenangkan peserta didik.

LI
6) mengajarkan tentang shadaqah

Mengajarkan peserta didik shadaqah sebagai persyaratan rasa syukur

kepada Allah SWT yang diwujudkan dengan memberikan sebagian harta

kepada orang yang lebih membutuhkan. Maka Mi Al-Munawarah

membiasakan keteladanan guru untuk peserta didik agar terbiasa dengan

shadaqah, oleh sebab itu setiap hari jum’at melakukan seminggu sekali peserta

didik shadaqah kepada Mi Al-Munawarah maka uang ini juga untuk

melakasanakan suatu kegiatan seperti lomba adzan, tilawah dan lain

sebagainya.

7) Mengajarkan kegembiraan

Kegembiraan seorang guru saling berhubungan dengan tanggung

jawabnya mendidik peserta didik untuk menggerakan, mengubah diri mereka

menjadi lebih baik. Jadi jiika seorang guru semakin bahagia, maka ia akan

menjadi inspirasi para peserta didik untuk belajar lebih giat lagi. Berhubung

dengan Mi Al-Munawarah proses pembelajaran al-qur’an di dalam masjid

maka hal ini guna untuk menyejukkan hati dan membuat peserta didik menjadi

bahagia.

8) Mengajak peserta didik untuk meniru sifat-sifat Nabi Muhammad SAW

Melalui penerapan metode ini peserta didik langsung dapat mengerti

apa yang di sudah di sampaikan guru melalui metode ceramah jadi peserta

didik langsung dapat memahami dan mengerti apa yang disampaikan guru

melaui metode sebelumnya hal ini juga dapat memberi informasi serta

LII
pemahaman bagi peserta didik, adapun sifat-sifat nabi yang dapat kita ajak

kepeda peserta didik untuk ditiru sebagai berikut:

a) Shidiq

Shidiq yang artinya benar. Jadi sejak kecil Nabi Muhammad SAW

memang telah menunjuka sifat shidiq di kehidupan sehari-seharinya tidak

pernah berkata bohong. Dan itulah yang membuatnya menjadi panutan kita

semua bahkan aktifitas berdagangnya pun beliau selalu jujur. Kemudian kami

menceritakan peristiwa pada waktu nyaris terjadi perang antar suku yang

besar. Karena masing- masing sukunya yang meletakan kembali Hajar

Aswadketempatnya semula, yaitu di dinding ka’bah. Tetapi berkat

kebijaksannanNabi, pertengkran tersebut dapat terhindarkan. Mereka semua

mengikuti nasehat dan usulan Nabi Muhammad agar Hajar Aswad diletakkan

diatas sorban beliau. Lalu masing-masing kepala suku yang telah berjasa,

membangun kembali Ka’bah. Dan saat itu ka’bah mengalami kerusakan akiba

banjir besar yang melanda Kota Mekkah, dan sifat shidiq Nabi ini terus

melekat sampai beliau menghembuskan nafas terakhir.

b) Amanah

Amanah yang artinya dapat dipercaya. Jadi Nabi Muhammad SAW itu

adalah penerima wahyu yang sempurna karena Nabi pada saat menerima

wahyu waktu itu beliau tidak pernah menambah-nambah maupun mengurangi

wahyu yang telah diterimanya dari Allah SWT. Jadi apa yang beliau

sampaikan kepada umat islam adalah apa yang beliau terima dari Allas SWT.

LIII
Dan sifat dapat dipercaya rasul itu sudah ditunjukan sejak kecil saat beliau

membawa barang dagangan sitti Khadijah ke negri syam beliau menjaga

amanah ini dengan sungguh-sungguh dan Karena sifat beliau yang dapat

dipercaya inilah membuat kagum sitti Khadijah karena beliau tidak pernah

mengambil keuntungan sedikitpun dari apa yang beliau peroleh dan semua

keuntungan tetap diserahkan kepada sitti Kahdija.

c) Fathanah

Fathanah artinya bijaksana. Jadi kalau menurut saya mustahil bagi

seorang Rasul bersifat bodoh atau jahil karena dalam menyampaikan firman

Allah kemudian menjelaskannya dalam puluhan ribu hadis memerlukan

kebijaksanaan dan kecerdasan yang luar biasa.33

Berdasarkan hasil wawancara Ibu Yanti Kadir S.Pd. Dapat peneliti

simpulkan bahwa menumbuhkan karakter peserta didik itu tidak semudah

yang saya bayangkan mengapa demikian? Karena dalam menumbuhkan

karakter peserta didik itu membutuhkan keterampilan khusus dan hal ini

dikarenakan ketika kita memberikan contoh yang buruk maka karakter peserta

didik juga akan ikut buruk juga begitu pun sebaliknya ketika kita

mencerminkan karakter yang uswatun hasanah maka mudah saja bagi kita

untuk menumbuhkan karakter peserta didik yang uswatun hasanah karena kita

sebagai pendidik adalah cermin bagi peserta didik. Di samping itu juga kita

memerlukan strategi dalam menumbuhkan karakter peserta didik yang

33
Yanti Kadir selaku Guru Bidang Studi di Mi Al-Munawarah keacmatan kabila wawancara pada
tanggal 11 November 2020

LIV
uswatun hasanah karena jika kita sebagai pendidik tidak mempunyai stragtegi

dalam menumbuhkan karakter peserta didi maka kita akan sulit menumbuhkan

karakter peserta didik yang uswatun hasanah, sehingganya kita sebagai

pendidik perlu mempersiapkan strategi untuk melakukan rencana yang sudah

kita susun. Kemudian kita sebagai pendidik juga harus mempunyai kesabaran

yang ekstra dalam menumbukan karakter peserta didik yang uswatun hasanah

hal ini dikarenkan dalam menghadapi karakter siswa yang berbeda maka kita

sebagai pendidik perlu mempunyai kesabaran yang ekstra. Dan tidak hanya itu

saja kita sebagai pendidik harus selalu memberikan cerminan dan informasi

yang baik sehinga peserta didik dapat menirunya karena yang kita ketahui

bersama bahwa salah satu karakter murid ialah peniru dalam segala hal apa

yang dilihatnya.

Proses pembentukkan aklaq yang dilakukan oleh Ibu Yanti Kadir, S.Pd

inisalah satu hal terpenting dalam pembelajaran sehingga mampu

menumbuhkan karakter peserta didik yang uswatun hasanah memiliki sifat

keteladanan yang baik meliputi bersalaman dengan guru, kebersihan kelas,

mencium tangan dengan guru sebelum pulang. Pembentuk karakter peserta

didik yang telah ditetapkan target dan tujuan oleh pihak Mi Al-Munawarah

nanti mereka terjun dalam masyarakat dengan baik memilik karakter yang

uswatun hasanah.

Setelah peneliti melakukan wawancara kepada Ibu Yanti Kadir, S.Pd

selanjutnya peneliti melakukan wawancara kepada Ibu Yanti Pakaya, S.Ag

dengan pertanyaa sebagai berikut “Apa peran Ibu sebagai Guru Bimbingan
LV
Konseling terhadap Menumbuhkan karakter peserta didik yang uswatun

hasanah? Kemudian Ibu Yanti Pakaya S.Ag Menjawab sebagai berikut.

Jadi kalau dilihat dari segi karakter peserta didik tentunya saya selaku

guru BK sangat peran aktif dalam hal ini. Karena kalau dilihat dari segi tugas

dan fungsi itu adalah tanggung jawab saya selaku guru bimbingan konseling.

Jadi peran saya sebagai guru bimbingan konseling yaitu yang pertama

memantau dan dan menganalisa karakter peserta didik kemudian bertindak

mengkonseling peserta didik apabila iya mempunyai masalah terutama dalam

masalah kedisiplinan contohnya datang terlambat ketika kesekolah,

mengenakan seragam yang tidak sesuai dengan hari yang telah ditentukan.

Kemudian peran saya yang ke dua sebagai guru BK saya juga membina

peserta didik ketika ada peserta didik yang berkelahi. Dan mengkonseling

peserta didik yang terlihat sedang mempunyai masalah dan cara saya

mengkonseling peserta didik yaitu melalui pendekatan salah satunya

pendekatan emosional dalam pendekatan emosianal ini saya saya bisa

mengetahui apa masalah apa saja yang di alami peserta didik kemudian saya

baru bisa membrinya solusi dan masukan-masukan yang menurut saya dapat

memecahkan masalahnya.34

Dari penjelasan Ibu Yanti Pakaya, S.Ag peneliti dapat menyimpulkan

bahwa peran dari Ibu Yanti Pakaya, S.Ag sebagai guru bimbingan konseling

sangat penting dalam menumbuhkan karakter peserta didik yang uswatun

hasanah hal ini dikarenakan tugas pokok dan fungsi dari Ibu yanti yaitu

Yanti Pakaya selaku guru bimbingan konseling di Mi Al-Munawarah Munawarah keacmatan kabila
34

wawancara pada tanggal 11 November 2020


LVI
membina dan mendidik peserta didik yang belum mencerminkan karakter

peserta didik yang uswatun hasanah menjadi karakter yang uswatun hasanah

itu sendiri. Sehingga peran dari Ibu Yanti Pakaya, S.Ag selaku guru

bimbingan konseling mempunyai peranan penting dalam pendidikan karakter

peserta didik di Mi Al-Munawarah kecamatan kabila.

Setelah melakukan wawancara kepada Ibu Yanti Pakaya, S.Ag

kemudian peneliti melanjutkan wawancara terhadap peserta didik dengan

menyakan pertanyaan “Kegiatan apa saja yang dia lakukan di Mi Al-

Munawarah dari pertama sampai di madrasah sampai dia pulang dari

madrasah?. Namun karena keterbatasannya dalam menggunakan bahasa

Indonesia yang benar maka peneliti menuliskan apa yang menjadi maksud dari

peserta didik itu sendiri yaitu sebagai berikut.

Yang saya lakukan di madrasah yaitu ketika sampai kesekolah saya di

sambut guru saya di gerbang sekolah kemudian mencium tangannya lalu

mengikuti apel pagi yang di pimpin oleh seorang yang menyampaikan arahan

kepada kami peserta didik kemudian setelah itu saya masuk kelas dan kami

menunggu guru yang akan mengajar lalu kami melakukan proses belajar

sampai jam 9 kemudian istrahat lalu kami masuk kembali melaksanakan

proses belajar sampai jam 12 kami di istirahatkan untuk sholat dzuhur

kemudian kami melakukan proses membaca Al-qur’an dan membaca buku

yang kami sukai bagi yang sudah selesai mengaji kemudian setelah itu kami

kami membersihkan kelas sebelum pulang kerumah setelah itu kami

LVII
berpamitan dengan guru kami dengan cara bersalaman dan mencium

tangannya setelah itu kami baru pulang kerumah kami masing-masing.35

Berdasarkan hasil wawancara peserta didik maka peneliti

menyimpulkan bahwa proses belajar mengajar yang ada di Mi Al-Munawarah

kecamatan kabila sepertinya berjalan dengan sangat baik mulai dari mereka

sampai di madrasah sampai mereka pulang kerumah masing-masing. Dan

sepertinya proses pembelajaran di Mi Al-Munawarah kecamatan kabila sangat

teratur dengan sangat baik sehingga peserta didik dapat mengingat apa saja

yang mereka kerjakan mulai dari pertama masuk kelas samapai pulang

kerumah mereka masing-masing.

Setelah peneliti mewawancarai peserta didik peneliti kemudian

melanjutkan wawancara terhadap orang tua murid yang bernama Ibu Amna

hanapi selaku salah satu orang tua murid di Mi Al-Munawarah kecamatan

kabila peneliti bertanya tentang apakah ada perubahan karakter pada anak ibu

setelah mendapatkan pembelajaran di Mi Al-Munawarah? Kemudian Ibu

Amna Hanapi menjawab sebagai berikut.

Perubahan yang saya rasa terhadap anak saya setelah mendapatkan

pembelajaran di Mi Al-Munawarah mungkin cukup banyak yaitu:

1. Bangun pagi-pagi untuk datang kesekolah lebih awal karena anak saya

sebelumnya sangat sulit untuk bangun pagi-pagi tetapi setelah mendapat

pembinaan dari guru-guru yang ada di Mi Al-Munawarah anak saya menjadi

rajin untuk bangun pagi-pagi

35
Peserta didik di Mi Al-Munawarah kecamatan kabila wawancara 11 November 2020
LVIII
2. Menjadi ramah dan menjadi memiliki sopan santun terhadap orang yang lebih

tua sekarang anak saya sudah mulai tau bagaimana cara menghargai orang

yang lebih tua dan ketika mau berangkat kesekolah dia bersalaman terlebih

dahulu dan mencium tangan saya lalu berangkat kesekolah

3. Menjadi mana yang buruk dan mana yang baik contohnya menasehati teman

sebayanya untuk tidak makan dengan tangan kiri dan menasehati untuk makan

dengan tangan kanan.36

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada Ibu Amna

Hanapi selaku orang tua murid dari salah satu peserta didik yang ada di Mi Al-

Munawarah dapat peneliti simpulkan bahwa penerapan metode uswatun hasanah

di Mi Al-Munawarah dapat membawa pengaruh positif terhadap karakter peserta

didik sehingga dapat dikatakan metode uswatun hasanah dalam menumbuhkan

karakter peserta didik sangat efektif di Mi Al-Munawarah kecamatan kabila.

C. Pembahasan

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa penerapan metode uswatun

hasanah ini dilaksanakan di berbagai macam lembaga pendidikan sehingga


36
Amna Hanapi selaku orang tua murid dari salah satu peserta didik yang ada di Mi Al-Munawarah
kecamatan kabila wawancara 11 November 2020
LIX
peneliti mewawancarai Ibu Lies Yunus, S. Pd dengan pertanyaan bagaimana

pendapat menurut pendapat beliau tentang penerapan metode uswatun

hasanah. Kemudian beliau mengemukakan pendapat beliau melalui kegiatan

wawancara.

BAB V

KESIMPULAN

LX
DAFTAR PUSTAKA

Al-Abrasyi, Athiyah Muhammad, At Tarbiyatul Islamiyah, Alih Bahasa Prof. H.

Bustami Adalah, Gani dan Djohar Bahry, L.S. I dengan judul “Dasar-Dasar
LXI
Pokok Pendidikan Islam “ Jakarta: Aksara, l974.

Arifin, M. ED. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Dan Penyuluhan Agama,

Jakarta: Bulan Bintang, l977.

Bahri, Syaiful, MA, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Cet I ; Jakarta:

PT. Rineka Cipta, 2000.

Boechari, Agama Sumber Nilai-Nilai Pembinaan Anak, Solo; Ramadhani, l985.

Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta : Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/Penafsir al-Quran, 1993.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi

Kedua. Cet. III ; Jakarta : Balai Pustaka, 1994.

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. Cet. I ; Jakarta : Rineka Cipta,

1999.

Djaelani, Timur. Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pembangunan Perguruan

Agama. Ce. II ; Jakarta : Dermaga, 1983.

Encyclopedia Americana. Vol. 23. New York : Americana Corporation, 1912.

Ensiklopedi Islam, Jilid 3. Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993.

Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 10. Jakarta : PT Cipta Adi Pustaka, 1990.

Feisal, Yusuf Amir. Reorientasi Pendidikan Islam. Cet. I ; Jakarta : Gema Insani

Press, 1995.

Gibb, H. A. R. and H. Kramers. Shorter Encyclopedia of Islam. Leiden : E. J. Brill.

1981.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Cet. X ; Fak. Psikologi UGM,1982.

H. Hart. The 100 adalah Rangking the Most Influential Person in History, alih bahasa
LXII
Mahbub Junaidi dengan Judul Searatus Tokoh Yang Paling Berpengaruh

Dalam Sejarah, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, l982.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultaaas

Psikolgi UGM, 1984.

Husain, Syed Sajjad.dan Syed Ali Ashraf, Krisis Pendidikan Islam. Cet. I; Bandung

: Risalah, 1986,

IKIP Muhammadiyah Jakarta, Reorientasi Metodologi Pendidikan di Indonesia.

Jakarta : Majalah Educatio Indonesia, 1996.

Jalaluddin, Teologi Pendidikan. Cet. I ; Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001.

Jurnal Madrasah, Vol. I, No. 1, 1996,

Ma’luf, Lois,.al Munjid fil lugaty wal adaby wal ulum. Cet. V; Beirut; Al

Maktabah al Kasualikiyah, l965.

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Cet. V ; Jakarta :

Penerbit Balai Pustaka, 1976.

PP Muhammdiyah Majelis Tabligh. Gerakan Dakwah Muhammadiyah Menatap

Masa Depan. Yogyakarta : Rakernas,1988.

Rahman, Abd. Ilmu Pendidikan Sebuah Pengantar dengan Pendekatan Islami.

Cet. I ; PT Al-Quswah,1988.

Rahmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Cet. II; Bandung :

Remaja Karya, 1985.

Soekanto, Soejono, Anak Dan Pola Prilakunya, Jakarta: Bulan Bintang, l973.

Surahmat. Winarno. Dasar Tekhnik Research. Bandung : Tarsito, 1977.

LXIII
Zaidan, Abdul Karim, Ushul al-Dakwah , Alih Bahasa Asywadi Syukur dengan judul

Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Jakarta; Media Dakwah, l983

LXIV

Anda mungkin juga menyukai