Anda di halaman 1dari 74

PENERAPAN KEGIATAN MENGGAMBAR, MENGGUNTING, DAN

MENEMPEL KULIT BUAH UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS


SENI RUPA PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI RA DINUL HASANAH

SKRIPSI

DIAJUKAN Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Pendidikan

Oleh:

DILIA MEILANDRY SIRAIT

NIM 0308193123

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
DISETUJUI DAN DISAHKAN

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Junaidi Arsyad, M.A Nurlaili, M.Pd


NIP.19761202009031001 NIP.19890832019081001
Ketua Program Studi Pendidikan Sekretaris Program Studi
Islam Anak Usia Dini Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Prof. Dr. Khadijah, M.Ag Dr. Ahmad Syukri Sitorus, M.Pd


NIP. 196503272000032001 NIP. 198908312015031006
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Sumtera Utara Medan 2023

Prof. Dr. Tien Rafida, M. Hum


NIP. 197011101997032004
Nomor : Istimewa Medan,
2023
Lampiran :- Kepada Yth,
Hal : Skripsi Ibu Dekan Fakultas
a.n Dilia Meilandry Sirait Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN-SU
Di
Medan

Assalamu’alaikumWr. Wb

Dengan Hormat,

Setelah membaca, meneliti, dan member saran-saran perbaikan


seperlunya terhadap skripsi saudara:

Nama : Dilia Meilandry Sirait

NIM : 0308193123

Jurusan/Prodi : Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Judul : Penerapan Kegiatan Menggambar, Menggunting, dan Menempel


Kulit Buah Untuk Meningkatkan Kreativitas Seni Rupa Pada Anak Usia 5-
6 Tahun di RA DINUL HASANAH

Dengan ini kami menilai Skripsi tersebut dapat disetujui untuk diajukan
dalam Sidang Munaqasah Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sumatera Utara Medan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Junaidi Arsyad, M.A Nurlaili, M.Pd
NIP. 197601202009031001 NIP. 198908032019082001

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dilia Meilandry Sirait

NIM : 0308193123

Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Judul : Penerapan Kegiatan Menggambar, Menggunting, dan Menempel


Kulit Buah Untuk Meningkatkan Kreativitas Seni Rupa Pada Anak Usia 5-6 tahun
di RA Dinul Hasanah

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya serahkan


ini benar-benar karya saya sendiri. Pengutipan yang terdapat dalam skripsi ini
dilakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan etika keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan


peraturan perundang-undangan yang berlaku apabila suatu hari nanti ada pihak
lain yang keberatan terhadap keaslian skripsi saya ini atau ditemukan bukti yang
sangat kuat adanya unsure plagiasi atau penciplakan atau penggutipan yang
melanggar etika keilmuan.
Medan, 2023

Yang membuat pernyataan

Dilia Meilandry Sirait

NIM 0308193123

PENERAPAN KEGIATAN MENGGAMBAR, MENGGUNTING, DAN


MENEMPEL KULIT BUAH UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS
SENI RUPA PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI RA DINUL HASANAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Pendidikan (S.Pd) Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh :

Dilia Meilandry Sirait

NIM. 0308193123

Pembimbing I Pembing II

Dr. Junaidi Arsyad, M.A Nurlaili, M.Pd


NIP. 197601202009031001 NIP. 1989008032019082001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2023

ABSTRAK

Nama : Dilia Meilandry Sirait


NIM : 0308193123
Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Pembimbing I : Dr. Junaidi Arsyad, M.A
PembimbingII : Nurlaili, M.Pd
Judul : Penerapan Kegiatan Menggambar, Menggunting, dan
Menempel Kulit Buah Untuk Meningkatkan Kreativitas Seni Rupa Pada
Anak Usia 5-6 Tahun di RA Dinul Hasanah
Skripsi ini membahas tentang Penerapan Kegiatan Menggambar,
Menggunting, dan Menempel Kulit Buah Untuk Meningkatkan Kreativitas Seni
Rupa Pada Anak Usia 5-6 tahun di RA Dinul Hasanah dengan tujuan untuk
mengetahui peningkatan kreativitas seni rupa. Jenis penelitian ini adalah
menggunakan penelitian tindakan kelas, dengan siklus. Metode pengumpulan data
menggunakan tes lembar observasi, lembar pengamatan, lembar penilaian, dan
dokumentasi.
Hasil penelitian ini pada awal pra siklus yaitu BB (Belum Berkembang)
80% dan MB (Mulai Berkembang) 20% dengan rata-rata 4,22%, hal ini
menunjukkan bahwa peningkatan kegiatan menggambar, menggunting dan
menempel kulit buah pada anak masih tergolong rendah atau belum berkembang
sepenuhnya. Hasil penelitian observasi pada siklus I MB (Mulai Berkembang)
100% dan hasil penelitian pada siklus II yaitu terdapat an 11 anak termasuk BSH
(Berkembang Sesuai Harapan) 47% dan 12 anak termasuk BSB (Berkembang
Sangat Baik) 53%.
Kata Kunci : Menggambar, Menggunting dan Menempel.
ABSTRACK

Name :Dilia Meilandry Sirait

NIM : 0308193123

Major : Pendidikan Islam Anak Usia Dini

SupervisorI : Dr. Junaidi Arsyad, M.A

Supervisor II : Nurlaili, M.Pd

Title : Penerapan Kegiatan Menggambar, Menggunting, dan


Mmenempel Kulit Buah Untuk Meningkatkan Kreativitas Seni Rupa Pada Anak
Usia 5-6 tahun di RA Dinul Hasanah

This thesis discusses the implementation of drawing, cutting and sticking


fruit skin activities to increase fine arts creativity in children aged 5-6 years at RA
Dinul Hasanah with the aim of finding out how to increase fine arts creativity.
This type of research uses classroom action research, with cycles. Data collection
methods use observation sheet tests, observation sheets, assessment sheets, and
documentation.

The results of this research at the beginning of the pre-cycle were BB (Not
Yet Developing) 80% and MB (Starting to Develop) 20% with an average of
4.22%, this shows that the increase in children's activities of drawing, cutting and
sticking fruit skin is still relatively low or not yet fully developed. The results of
observational research in cycle I MB (Starting to Develop) were 100% and the
results of research in cycle II were that there were 11 children including BSH
(Developing According to Expectations) 47% and 12 children including BSB
(Developing Very Well) 53%.

Keywords : Drawing, Cutting and Pasting.


i

KATA PENGANTAR

‫ِبْس ِم ِهّللا الَّرْح َمِن الَّرِح ْي‬

Penulis mengucapkan kalimat puja dan puji syukur kepada Allah SWT, yang berkat
rahmat dan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi. Selain itu, penulis
mengucapkan sholawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad SAW, yang telah membawa
kita dari zaman gelap ke zaman terang benderang seperti saat ini. Penulis menyadari bahwa
skrpsi ini, yang merupakan masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi kualitas maupun
jumlah.

Pada akhirnya, penyusunan skripsi ini adalah hasil dari kerja keras, kegigihan,
kesabaran, dukungan doa, motivasi, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis
harus mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
orang yang telah membantunya. Ucapan terimakasih setulusnya dan penghargaan setinggi-
tingginya, disampaikan kepada yang terhormat:

1. Ibu selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara


2. Ibu selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara Medan,
Bapak/Ibu dosen staf di lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan
Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang telah mengarahkan penulis selama
perkuliahan.
3. Ibu Prof. Dr. Khadijah, M.Ag selaku Ketua Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini
(PIAUD) beserta jajarannya yang telah banyak membantu dalam proses
menyelesaikan tugas akhir diperkuliahan ini.
4. Bapak Dr. Junaidi Arsyad, M,A selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Ibu Nurlaili, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda tercinta Hendri Cipto Sirait dan ibunda
Juli Syafriani Ginting yang telah memberikan banyak pengorbanan, kasih sayang,
rasa cinta, kata-kata penuh semangat, serta do’a yang tiada henti yang mereka
panjatkan kepada Allah SWT untuk saya, sehingga penulis bersemangat untuk
menyelesaikan pendidikan dan program sarjana (S-1) di UINSU. Semoga Allah
memberikan balasan kepada orang tua saya dengan balasan yang sebaik-baiknya.
ii

7. Ibu Lisa Dwi Afri, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan pengarahan dan bimbingan selama kuliah, dan selalu memberikan
bantuan dengan suka rela kepada saya.
8. Seluruh Dosen dan Staf Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang senantiasa
memberikan ilmu pengetahuan kepada saya selama kuliah.
9. Kepada Ibu Syarifah Nursya selaku kepala sekolah beserta guru yang mengajar di RA
Dinul Hasanah yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di
sekolahnya ;
10. Teman teman seperjuangan Pendidikan Islam Anak Usia Dini Stambuk 2019 terutama
kelas PIAUD-4 yang tidak dapat dituliskan satu persatu yang selama ini saling
memberi semangat, dukungan, dan saling membantu untuk menyelesaikan skripsi ini
dan memiliki sebuah harapan dapat menyelesaikan pendidikan ini bersama-sama.
11. Kepada teman dekat saya,Diah Juliani, Milwana Harahap Nurhariyana, Nilsya
Rezky apilia, Atika dhini nasution, Tirani Delia Syahna, Ulmi Wahyu Kartika
Naution, dan Putri Zulaykha terimakasih karena memberikan semangat dan dukungan
yang luar biasa untuk penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
12. Terkhusus kepada seseorang spesial, Rahman Arif, terimakasih karna selalu ada dan
tak henti-hentinya memberikan semangat dan dukungan serta menjadi bagian
perjalanan saya untuk menyelesaikan skripsi ini

Selain itu, berkat kebaikan ini, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang
tulus kepada orang tua penulis, ibu Dewi Elia Br Surbakti, atas kemampuan penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.

Semoga atas segal adoa, dukungan, bimbingan, dorongan, dan bantuan yang
telahdiberikan oleh semua pihak di atas mendapat pahala berlimpah dari Allah SWT,
AamiinYaRabbal ‘Alamiin.

Medan, 28 November 2023

Penulis,

Dilia Meilandry Sirait

NIM 0308193123
iii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL........................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 3

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN................................................................. 4

2.1 Kemampuan Kreativitas Seni Rupa...................................................... 4


2.1.1 Pengertian Kreativitas Seni Rupa.............................................. 4
2.1.2 Seni dalam Pendidikan Anak Usia Dini................................... 7
2.1.3 Perkembangan Kreativitas Seni Rupa...................................... 8
2.1.4 Pembelajaran Seni Rupa bagi AUD ......................................... 9
2.1.5 Ciri-Ciri Kreativitas.................................................................... 9
2.1.6 Faktor Pendukung Kreativitas.................................................... 10
2.1.7 Faktor Penghambat Kreativitas................................................. 11
2.1.8 Aspek-Aspek Kreativitas............................................................ 11
2.1.9 Tujuan Pengembangan Kreativitas........................................... 11
2.1.10 Unsur-Unsur Seni Rupa.............................................................. 12
2.1.11 Tahap Perkembangan Seni Rupa Anak Usia Dini.................. 14
2.2 Pengertian menggambar,menggunting,dan menempel kulit buah..... 15
2.2.1 Pengertian media kulit buah.......................................................... 17
2.2.2 Manfaat media kulit buah ....................................................... 18
2.3 Kerangka Berfikir...................................................................................... 21
2.4 Penelitian Relevan..................................................................................... 21
2.5 Hipotesis Tindakan.................................................................................... 22
iv

BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 23

3.1 Jenis Penelitian..................................................................................... 23


3.2 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 23
3.3 Subjek Penelitian.................................................................................. 24
3.4 Prosedur Penelitian............................................................................... 24
3.5 Hipotesis Tindakan............................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 50
v

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Rubrik Penilaian Kemampuan Menggambar,

Menggunting, dan Menempel Kulit Buah Pada Anak.................................... 28

Tabel 3.2 Indikator Pencapaian Perkembangan Anak...................................... 31

Tabel 3.3 Kriteria Persentase Keberhasilan...................................................... 32

Tabel 4.1 Data Anak Kelompok A (Usia 5-6 tahun)

Di RA Dinul Hasanah....................................................................................... 33

Tabel 4.2 Hasil Observasi Pra Siklus............................................................... 36

Tabel 4.3 Ringkasan Peningkatan Kreativitas Seni Rupa

Permulaan Anak................................................................................................ 37

Tabel 4.4 Data Peningkatan Kreativitas Seni Rupa

Anak Usia 5-6 Tahun Siklus I.......................................................................... 40

Tabel 4.5 R ingkasan Peningkatan Kreativitas Seni Rupa

Permulaan Anak................................................................................................ 41

Tabel 4.6 Data Peningkatan Kreativitas Seni Rupa Pada Siklus II.................. 45

Tabel 4.7 Ringkasan Hasil Peningkatan Kreativitas Seni Rupa....................... 46


vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Desain dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas.......................... 24

Gambar 3.2 Hasil Obsevasi Pada Siklus I........................................................ 39

Gambar 4.3 Diagram Batang Siklus I dan Siklus II......................................... 47


vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Indikator

Lampiran 2 InstrumenPeningkatan kreativitas seni rupa

Lampiran 3 Lembar Observasi menggambar,menggunting,

menempel kulit buah

Lampiran 4 RPPH

Lampiran 5 IndikatorPenilaian

Lampiran 6 Dokumentasi
1
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumanto (2006: 10) menegaskan bahwa proses penciptaan sebuah karya dari kreativitas
menggambar bukan hanya berupa kepandaian secara fisik saja dalam proses berkaryanya,
melainkan juga termasuk kemampuan mencurahkan segenap potensi pribadi, baik berupa
bakat, kepekaan, pengalaman, dan sebagainya. Menggambar merupakan aktivitas spontan
bagi anak untuk menggambar. Anak “menggambar” sesudah mereka mampu memegang
pensil atau alat tulis yang lain. Anak dapat melalukan hal itu mulai berusia kurang lebih 52
minggu. Menggambar merupakan suatu gerakan motoris yang global bagi anak; seluruh
badan seakan-akan terlibat melakukan gerakan itu (Haditono, 2001).

Menggambar adalah salah satu kegiatan yang digemari anak. Kegiatan menggambar
sangat sering dipilih guru dalam rancangan dan pelaksanaan pembelajaran pada Pendidikan
Anak Usia Dini. Guru tidak perlu memaksa anak untuk melakukan kegiatan menggambar
karena anak dengan mudah berkreasi, sesuai dengan teori yang dikemukakan Olivia (2013:2),
mengatakan bahwa, menggambar bebas merupakan aktivitas mencoret-coret suatu media
kertas yang merupakan hasil dari ide dan gagasan pemikiran seseorang, mengenai apa yang
dilihatnya atau apa yang disampaikan orang lain, baik itu berupa suatu objek yang ada
dilingkungan, maupun murni dari hasil pemikiran seseorang mengenai sesuatu sehingga
menghasilkan kepuasan tersendiri.

Pamadhi, dkk (2010) menggunting adalah kegiatan menggunakan peralatan dengan


mnggunakan proses dan pengendalian tangan serta kordinasi tangan, maka kegiatan ini akan
dapat memberikan rasa percaya diri pada anak. Menggunting adalah jenis kegiatan yang
sangat menarik bagi anak, karena dengan menggunting anak dapat membuat bentuk yang
baru dan dilakukan secara bertahap dari yang mudah ke yang sulit. Menggunting kertas
mengikuti pola garis miring, mengikuti pola garis lengkung.

Sumanto (2005: 102) menempel merupakan suatu teknik penyelesaian dalam membuat
aneka bentuk kerajinan tangan dari bahan kertas dengan memakai lem secara langsung
dengan menggunakan jari-jari tangan. Menempel merupakan suatu teknik penyelesaian dalam
membuat aneka bentuk kerajinan tangan dari bahan kertas dengan memakai lem secara
langsung dengan menggunakan jari-jari tangan Menempel merupakan salah satu kegiatan
2

yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus pada anak.
Kegiatan menempel adalah salah satu kegiatan yang menarik minat anak-anak karena
berkaitan dengan meletakkan dan merekatkan sesuatu sesuka mereka. Proses dalam
menempel mempunyai tujuan motorik yang sangat nyata, karena dalam menempel potongan
gambar diperlukan ketelitian, kesabaran, keterampilan dalam proses penempelan gambar.
Untuk kegiatan menempelkan gambar telah disediakan tempat yang biasanya sudah ada
batas-batasnya, yaitu ruangan kosong/kertas kosong.

Karena media pembelajaran memiliki peranan yang penting dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Dengan adanya media, maka proses kegiatan belajar menggambar, menggunting,
dan menempel dengan baik dan dirasakan manfaatnya. Penggunaan media diharapkan akan
menumbuhkan hal positif, seperti munculnya proses pembelajaran yang lebih kondusif,
terjadinya umpan balik dalam proses belajar mengajar, dan tercapainya hasil yang optimal.
Dengan begitu media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat, metode, atau teknik yang
dipergunakan dalam menyalurkan pesan, membantu mempertegas bahan pembelajaran,
sehingga mampu membangkitkan minat dan motivasi anak didik ketika mengikuti proses
pembelajaran.(Guslinda, Rita Kurnia, 2018, p. 1)

Dari yang peneliti amati dilapangkan stimulasi pembelajaran untuk mengembangkan


kemampuan menempel pada kulit buah anak pada RA Dinul Hasanah masih rendah, masih
banyak anak yang belum mampu menempel gambar pada kulit buah, kurangnya
kemaksimalan guru dalam menyiapkan strategi dan media pembelajaran yang menarik,
sehingga anak melihat hal ini, karena peneliti mencoba mengatasi kenyataan tersebut dengan
mengajak anak belajar dengan menempel menggunakan media dari kulit buah untuk
mengembangkan kreativitas seni rupa pada anak usia 5-6 tahun Karena media kulit buah
tersebut terdapat bentuk buah di setiap gambarnya

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul“
Penerapan Kegiatan Menggambar, Menggunting, Menempel Kulit Buah Untuk
Meningkatkan Kreativitas Seni Rupa Pada Anak Usia 5-6 Tahun di RA Dinul Hasanah .

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang di uraikan diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah
3

1. Bagaimana kreativitas seni rupa pada anak usia 5-6 tahun di RA Dinul Hasanah
sebelum diterapkannya kegiatan menggambar, menggunting dan menempel ?
2. Bagaimana penerapan kegiatan menggambar, menggunting dan menempel untuk
meningkatkan kreativitas seni rupa pada anak usia 5-6 tahun?
3. Bagaimana peningkatan kreativitas seni rupa anak usia 5-6 tahun di RA Dinul
Hasanah ketika diterapkan kegiatan menggambar, menggunting dan menempel?
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti ini bertujuan untuk mengetahui

1. Untuk mengetahui kreativitas seni rupa pada anak usia 5-6 tahun di RA Dinul
Hasanah sebelum diterapkannya kegiatan menggambar, menggunting dan menempel
2. Untuk mengetahui penerapan kegiatan menggambar, menggunting dan menempel
untuk meningkatkan kreativitas seni rupa pada anak usia 5-6 tahun
3. Untuk mengetahui peningkatan kreativitas seni rupa anak usia 5-6 tahun di RA Dinul
Hasanah ketika diterapkan kegiatan menggambar, menggunting dan menempel
1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yaitu:

1. Secara teoretis

Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan anak usia dini terutama dalam peningkatan
kegiatan menggambar, menggunting, dan menempel pada kulit buah untuk meningkatkan
kreativitas seni rupa pada anak usia 5-6 tahun di RA Dinul Hasanah.

2. Secara Praktis
a. Bagi Guru

Guru biasa meningkatkan kemampuan kegiatan menggambar, menggunting, dan


menempel kulit buah dengan menggunakan media pembelajaran yang menyenangkan, yang
biasa menarik perhatian anak sehingga tidak bosan saat belajar kegiatan menggambar,
menggunting, dan menempel kulit buah.

b. Bagi Peneliti

Untuk mengetahui apakah kegiatan menggambar, menggunting, dan menempel kulit buah
untuk meningkatkan kreativitas seni rupa pada anak usia 5-6 tahun di RA Dinul Hasanah.

c. Bagi Orang Tua

Orang tua dapat mengetahui informasi terkait perkembangan anak mereka


4

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Kemampuan Kreativitas Seni Rupa


2.2.1 Pengertian Kreativitas Seni Rupa

Menurut Suratno (2005: 24) bahwa kreativitas sangat dekat dengan imajinasi atau
kecerdikan dalam mencari suatu hal yang bernilai. Hal ini didukung pula oleh Danasee (2013:
97) bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan gagasan atau
produk ketika berinteraksi dengan lingkungannya.

Kreativitas seni rupa adalah kemampuan menemukan, menciptakan, membuat,


merancang ulang dan memadukan sesuatu gagasan baru maupun lama menjadi kombinasi
baru yang divisualisasikan ke dalam komposisi suatu karya seni rupa dengan dukungan
kemampuan terampil yang dimilikinya.

Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik
berupa gagasan maupun karya nyata, yang relative berbeda dengan apa yang telah ada
sebelumnya.1. Menurut Semi awan dalam Yeni Rachmawati kreativitas merupakan
kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan
masalah. Selanjutnya menurut Chaplin dalam Yeni Rachmawati juga berpendapat bahwa
kreativitas adalah kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam seni, atau dalam permesinan,
atau dalam memecahkan masalah-masalah dengan metode-metode baru. Dari beberapa
defenisi kreativitas di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan
untuk memberikan suatu gagasan yang baru dalam memecahkan masalah, serta menghasilkan
seni dan metode-metode yang baru dalam teknik permesinan.

Oleh Sternberg (1986:122) yang menyatakan bahwa titik pertemuan yang khas antara
atribut psikologis :

a. Inteligensi, gaya kognitif, dan kepribadian atau motivasi Ketiga segi alam Pikiran ini
bersama sama membantu memahami apa yang melatar belakangi individu yang
kreatif.
5

b. Definisi proses, oleh Torrance yang menyatakan bahwa kreativitas pada dasarnya
menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah yaitu definisi yang meliputi
seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari menemukan masalah sampai dengan
menyampaikan masalah.
c. Definisi produk, oleh Barron dalam Agus Makmur yang menyatakan bahwa
kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang
baru. Hal ini terfokus pada produk kreatif yang menekankan orisinalitas. Menurut
Haefele dalam Agus Makmur kretivitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi–kombinasi baru yang .mempunyai makna sosial.
d. Definisi press, dari ketiga definisi dan pendekatan terhadap krativitas menekankan
faktor “ press “ atau dorongan baik dorongan internal (diri sendiri berupa keinginan
dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif ) maupun dorongan
eksternal dari lingkungan sosial psikologi. Menurut James J. Gallagher dalam Yeni
Rachmawati mengatakan bahwa “Creativity is a mental process by which an
individual creates new ideas or products, or recombines existing ideas and product, in
fashion that is novel to him or her” (kreativitas merupakan suatu proses mental yang
dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru, atau mengombinasikan
antara keduanya.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah sebuah metode
ilmiah yang di hasilkan dari suatu pikiran seseorang untuk menghasilkan suatu produk yang
dapat menggasah kognitif seseorang. a. Ciri-ciri Kreativitas Supriadi dalam Yeni Rachmawati
(2010:15) mengatakan bahwa ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori,
kognitif dan non kognitif. Ciri kognitif diantaranya orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan
elaborasi. Sedangkan ciri non kognitif diantaranya motivasi sikaf dan kepribadian kreatif.
Kedua ciri ini sama pentingnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif
tidak akan menghasilkan apapun. Kreativitas hanya dapat dilahirkan dari orang cerdas yang
memiliki kondisi psikologis yang sehat. Kreativitas tidak hanya perbuatan otak saja namun
variable emosi dan kesehatan mental sangat berpengaruh terhadap lahirnya sebuah karya
kreatif. Kecerdasan tanpa mental yang sehat sulit sekali dapat menghasilkan karya kreatif.4
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kreativitas adalah sifat
motivasi dan kepribadian kreatif yang berupa kondisi psikologis.

Ayat tentang kreativitas seni rupa : Surah An Nahl / 78


6

‫َو ُهّٰللا َاْخ َر َج ُك ْم ِّم ْۢن ُبُطْو ِن ُاَّم ٰه ِتُك ْم اَل َتْع َلُم ْو َن َش ْئًـۙا َّوَجَعَل َلُك ُم الَّسْمَع َو اَاْلْبَص اَر َو اَاْلْفِٕـَدَةۙ َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُرْو َن‬

Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar
kamu bersyukur.

Ayat Tentang Kreativitas Seni Rupa : Surah Ar-Rad/11

‫َل ۥُه ُمَع ِّقَٰب ٌت ِّم ۢن َبْيِن َيَد ْيِه َوِم ْن َخ ْلِفِهۦ َيْح َفُظوَن ۥُه ِم ْن َأْم ِر ٱِهَّللۗ ِإَّن ٱَهَّلل اَل ُيَغِّيُر َم ا ِبَقْو ٍم َح َّتٰى ُيَغِّيُرو۟ا َم ا ِبَأنُفِس ِه ْم ۗ َو ِإَذ ٓا َأَر اَد ٱُهَّلل ِبَقْو ٍم‬
‫ُس ٓو ًء ا َفاَل َم َر َّد َلُهۥۚ َو َم ا َلُهم ِّم ن ُدوِنِهۦ ِم ن َو اٍل‬

Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di


muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak
ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Berdasarkan ayat diatas, dapat dipahami bahwa anak lahir dalam keadaan lemah tak
berdaya dan tidak mengetahui (tidak memiliki pengetahuan) apapun. Akan tetapi allah telah
membekali anak yang baru lahir tersebut dengan pendengaran, penglihatan dan hati nurani.
Inilah bekal yang sangat potensial bagi tumbuh kembangnya pada anak diusiausia
selanjutnya. Surat ini menekankan pada kemampuan manusia yakni akal, indra, dan nurani.
Ketiga potensi tersebut harus dikembangkan secara seimbang, apabila salah satu dari ketiga
tidak dapat terpenuhi maka seorang tidak dapat tumbuh secara normal. Semua kemampuan
yang diberikan Allah SWT tersebut dapat dijadikan sebagai dasar dalam mengembangkan
kreativitas seseorang.

2.2.2 Seni dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pendidikan yang diberikan kepada
anak sejak lahir sampai usia 6 tahun, yang dilakukan dengan memberikan rangsangan untuk
mengembangkan seluruh aspek perkembangananak baik perkembangan fisik, kecerdasan,
sosial emosional, bahasa, kepribadian, jasmani maupun rohani agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal untuk memasuki pendidikan lebih lanjut. Salah satu
perkemabangan yang penting adalah kemampuan seni anak. Hakikat seni untuk anak usia
dini adalah seni sebagai media bermain.
7

Bermain imajinasi bagi anak mempunyai peran penting, karena di dalam bermain bentuk
anak-anak dapat membayangkan atau berimajinasi tentang kejadian di tahun 2020; anak akan
menampilkan bermacam-macam ide dan gagasan. Seni rupa bagi anak merupakan alat untuk
memainkan ide serta pikiran yang penuh dengan gagasan. Kegiatan menggambar yang
dilakukan anak kadangkala disertai dengan gerakan fisik. Seni untuk pendidikan anak usia
dini juga sebagai media berkomunikasi. Tidak setiap anak mempunyai perkembangan bicara
dan mengutarakan pendapatnya secara lisan, oleh karenanya gambar dapat digunakan sebagai
alat untuk mengutarakan pendapat. Seni sebagai ungkapan rasa, kegiatan anak dilakukan
dengan sadar maupun hanya sekedar mencoret kertas atau dinding, kesemuanya ini tetap
diakui sebagai karya rupa atau gambar.

Ketika seorang anak melakukan kegiatan mencoret dinding dengan sadar, maka segala
bentuk yang diutarakan kembali dengan urut dan tidak berubah. Kegiatan ini disebut ekspresi
seni. Seni untuk mengutarakan ide, gagasan dan angan-angan. Karya seni yang dilakukan
anak, lebih cenderung merupakan kebutuhan biasa sebagai makhluk hidup yang harus
bercerita kepada orang lain, atau membayangkan sesuatu yang seiring dengan perkembangan
usianya. Keterbatasan kata-kata membuat perasaan anak semakin sesak karena keinginannya
mengutarakan pendapat tidak diketahui orang lain. Akhirnya, anak hanya mampu
mengutarakan lewat gambar dan simbol. Simbol yang muncul dari pikiran anak ini ternyata
mempunyai arti yang sangat kompleks, mulai keinginan sesuatu, gagasan serta angan-angan
yang meluap atas benda pujaannya. Seni dalam pendidikan anak usia dini memiliki banyak
manfaat yang dapat diterima secara langsung oleh anak dalam pengalamnnya dengan seni.

Anak dapat bermain dengan riang dan gembira dan belajar bagaimana kearifan lokal
daerahnya diajarkan, dan ini akan menumbuhkan rasa nasionalisme yang kuat nantinya,
menanamkan nilai-nilai keluhuran bangsa dilakukan sejak dini merupakan langkah yang tepat
bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan usia dini agar generasi masa depan tidak akan
kehilangan ruh jati diri mereka sebagai insan Bangsa Indonesia yang hakiki. Pendidikan seni
pada anak merupakan salah satu upaya untuk menggali kemampuan dasar dan potensi anak.
Pendidikan seni memiliki banyak manfaat yang dapat diterima secara langsung maupun tidak
langsung oleh anak. Fungsi yang dapat diterima secara langsung yakni sebagai media
ekspresi diri, media komunikasi, media bermain, dan menyalurkan minat serta bakat anak
tersebut.

2.2.3 Perkembangan Kreativitas Seni Rupa


8

Pada awal perkembangannya, seorang bayi dapat memanipulasi gerakan atau pun suara
hanya dengan kemampuan pengamatan dan pendengarannya. 6 Ia belajar mencoba, meniru,
berkreasi dan mengekspresikan diri sesuai dengan gayanya sendiri yang khas dan unik. Anak
usia 3-4 tahun pun dapat menciptakan apapun yang dia inginkan melalui benda-benda di
sekitarnya. Ia dapat menciptakan roket dengan ember cucian ibunya, mobil bus dengan kursi
terbalik, dan sebagainya.

Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya anak-anak telah memiliki jiwa kreatif.
Persoalan yang terjadi pada perkembangan selanjutnya daya kreatif anak semakin berkurang.
Peraturan-peraturan yang tidak perlu, pola kebiasaan, pola penghargaan dan pola asuh orang
dewasa di sekitar anak dapat menghambat daya kreativitas tersebut. Di sekolah mereka tidak
dapat lagi bebas memiliki warna langit, bebas memilih posisi duduk, mereka tidak dapat
belajar sambil tengkurap di karpet, tidak dapat belajar di halaman, menggambar benda-benda
aneh atau pun banyak bertanya. Banyak hal yang membuat daya kreativitas anak tereduksi.

2.2.4 Pembelajaran Seni Rupa bagi AUD

Menurut Sternberg, kualitas emosional yang tampaknya penting, penting bagi


keberhasilan kualitas ini adalah kemampuan mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan
atau emosi itu muncul, dan ia mampu mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki
kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil
keputusan- keputusan secara mantap. Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan
sesorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri, sehingga tidak meledak dan akhirnya
dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar.17 Menurut Pitcer mengatakan kemampuan
membina hubungan bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang
lain. Dengan seni rupa akan membantu anak-anak untuk mengerti orang lain dan memberikan
kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap emosional mereka. Anak-
anak dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul.18
Melalui belajar kelompok dituntut untuk bekerjasama, mengerti orang lain. Anak merupakan
pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk
memanusiakan dirinya.

2.2.5 Ciri-Ciri Kreativitas


1) Ciri-Ciri Kemampuan Berpikir Kreatif (Aptitude)
9

Ciri-ciri aptitude ialah ciri-ciri yang berhubungan dengan kognisi, proses berpikir. Ciri-
ciri ini antara lain:

a. Keterampilan berpikir kreatif, yaitu mencetuskan banyak gagasan, jawaban,


penyelesaian masalah, atau pertanyaan.
b. Keterampilan berpikir luwes (fleksibel), yaitu menghasilkan gagasan, jawaban, atau
pertanyaan yang bervariasi sehingga dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang
yang berbeda-beda, mencari banyak alternative atau arah yang berbeda-beda, dan
mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
2) Ciri-ciri Afektif (Non-Aptitude)

Ciri-ciri Non-Aptitude ialah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan.

a. Rasa ingin tahu, yaitu selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak sesuatu dengan
cara mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang, objek, dan situasi,
serta peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti.
b. Bersifat imajinatif, yaitu mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang
tidak atau belum pernah terjadi dan menggunakan khayalan, tetapi mengetahui
perbedaan anatara khayalan dan kenyataan.
2.1.6 Faktor Pendukung Kreativitas

Kreativitas merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat dikembangkan. Dalam
mengembangkan kreativitas tersebut, terdapat faktor-faktor yang dapat mendukung upaya
menumbuh kembangkan kreativitas. Faktor-faktor yang dapat mendukung atau mendorong
munculnya kreativitas tersebut adalah

1) Lingkungan Keluarga

Orang tua memberikan kebebasan kepada anak, orang tua yang menghormati anak
sebagai individu, percaya kemampuan mereka dan menghargai keunikan anak. Orang tua
yang kreatif mendorong anak untuk berusaha dan menghasilkan karya yang baik, namun
tidak terlalu menekankan untuk mencapai anka atau peringkat tertentu.

2) Lingkungan Sekolah

Guru menerima anak sebagaimana adanya, tanpa syarat dengan segala kelebihan dan
kekurangannya, serta memberikan kepercayaan bahwa pada dasarnya anak baik dan mampu.
Guru memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku
10

anak sehingga guru dapat merasakan diri dalam situasi anak dan melihat dari sudut pandang
anak.

2.1.7 Faktor Penghambat Kreativitas

Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai perlakuan dan tindakan anak dengan
berbagai pola dan tingkah lakunya. Artinya ekspresi kreativitas anak kerap menimbulkan efek
kurang berkenan bagi orang tua. Misalnya, orang tua melarang anak merobek-robek kertas
karena takut rumah jadi kotor, atau berteriak, marah-marah saat anak main pasir karena takut
kena kuman. Padahal tiap anak memiliki ekspresi kreativitas yang berbeda, ada yang terlihat
suka mencoret-coret, beraktivitas gerak, berceloteh, dan melakukan eksperimen. Penyikapan
orang tua seperti itu berarti merupakan salah satu contoh dari sekian banyak faktor yang
menghambat kreativitas seorang anak.

2.1.8 Aspek-Aspek Kreativitas

Aspek kreativitas menurut Pernes ( Nursisto, 2015: 31) meliputi:

a. Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan dalam mengemukakan ide-ide untuk


memecahkan suatu masalah.
b. Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide
guna memecahkan suatu masalah diluar kategori yang biasa.
c. Originality ( keaslian), yaitu kemampuan memberikan respon unik.
d. Elaboration (keterperincian), yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide secra
terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan.
e. Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan dalam menangkap dan menghasilkan masalah
sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.

Selain itu, aspek kreativitas menurut Martini Jamaris (2014 : 67) yaitu:

a. Kelancaran yaitu kemampuan untuk memberikan jawaban dan mengemukakan


gagasan atau ide-ide yang ada dalam pikiran anak dengan lancar.
b. Kelenturan yaitu kemampuan anak untuk mengemukakan berbagai alternatif dalam
pemecahan masalah sesuai dengan ide-ide yang dimilikinya.
2.1.9 Tujuan Pengembangan Kreativitas

Pengembangan kreativitas anak usia dini dilaksanakan melalui pelaksanaan program


kegiatan belajar dalam rangka pengembangan kemampuan dasar, yakni pengembangan daya
11

cipta/kreativitas. Menurut Sumanto (2017 : 43) pengembangan daya cipta bertujuan membuat
anak-anak kreatif, yaitu lancar, fleksibel dan orisinil dalam bertutur kata, berpikir, serta
berolah tangan, berolah seni dan berolah tubuh sebagai latihan motorik haus dan motorik
kasar. Dari pendapat Sumanto dapat diketahui bahwa daya cipta merupakan kemampuan anak
dalam memfisualisasikan segenap potensi pikir, pengalaman dan keterampilan 17 melalui
media rupa yang digunakan sehingga menghasilkan hasil karya anak yang orisinil.

Sejalan dengan Sumanto, Utami munandar (2019: 31) mengemukakan bahwa ada empat
alasan utama perlunya pengembangan kreativitas sejak usia dini yaitu:

a. Kreativitas untuk merealisasikan perwujudan diri Salah satu kebutuhan pokok


manusia adalah perwujudan diri. Untuk mewujudkan dirinya manusia perlu berkreasi,
karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya sehingga karyanya diakui
oleh orang lain.
b. Kreativitas untuk memecahkan suatu permasalahan Kreativitas atau berfikir kreatif
merupakan kemampuan untuk melihat berbagai kemungkinan penyelesaian terhadap
suatu permasalahan. Oleh karena itu kemampuan untuk melihat berbagai
kemungkinan perlu dikembangkan sejak dini melalui kegiatan yang menstimulus
kreativitas anak di TK. Pemberian stimulus melalui kegiatan-kegiatan kreatif yang
diadakan di TK melatih anak untuk kreatif dalam menyelesaikan
permasalahanpermasalahan yang akan dihadapi anak dimasa dewasa.
2.1.10 Unsur-Unsur Seni Rupa

Secara umum terdapat dua unsur dalam seni rupa yaitu unsur fisik dan non fisik. Unsur
fisik adalah bagian yang secara langsung dapat dilihat dan di raba dalam sebuah karya seni
rupa seperti garis, bidang, bentuk, ruang, tekstur, warna dan tone (nada gelap terang). Adapun
unsur non fisik adalah prinsip atau kaidah-kaidah umum yang digunakan untuk menempatkan
unsur-unsur fisik dalam sebuah karya seni seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu
kesatuan (unity); keseimbangan (balance) dan irama (rhythm), penekanan, proporsi dan
keselarasan. Unsur seni rupa fisik yang harus dipahami dalam menciptakan karya seni
diantaranya (Garha,1987).

a. Garis

Garis merupakan unsur yang paling elementer di bidang seni rupa. Dengan hanya
meletakkan posisi mata pensil di atas kertas dan selanjutnya digerakkan, maka jejak mata
12

pensil itu akan menghasilkan garis. Oleh karenanya ada yang menyatakan bahwa garis adalah
hubungan dua buah titik atau jejak titik-titik yang bersambungan atau berdempetan. Oleh
karena itu garis dapat muncul secara rapi atau dapat juga muncul bergigi, bintik-bintik dan
sebagainya, arah garis dapat menimbulkan garis lurus, garis lengkung, garis zig-zag. dan
garis dapat berposisi tegak, datar, dan melintang.

b. Raut (Bidang dan Bentuk)

Raut adalah tampang, potongan, bentuk suatu objek. Raut dapat terbentuk dari unsur garis
yang melingkup dengan keluasan tertentu sehingga membentuk bidang. Raut juga berarti
perwujudan atau perawakan dari suatu objek, dalam hal ini raut berarti bangun, atau dalam
pengertian lain raut sering dipahami atau dikenal sebagai bentuk atau bidang. Penampilan
raut dapat berujud sebagai (1) raut geometris, seperti segi tiga, segi empat, lingkaran. (2) raut
organik atau biomorfis seperti raut yang terbentuk dari lengkungan-lengkungan bebas. (3)
raut bersudut berarti raut yang terbentuk dengan banyak sudut atau berkontur garis zig-zag.
(4) raut tak beraturan, adalah jenis raut yang terbentuk secara kebetulan seperti tumpahan cat
atau semburan cat dan sebagainya.

c. Gelap Terang

Gelap terang berkaitan dengan cahaya, artinya bidang gelap berarti tidak kena cahaya dan
yang terang adalah yang kena cahaya. Goresan pensil yang keras dan tebal akan memberi
kesan gelap sementara goresan pensil yang ringan akan memberi kesan lebih terang. Gelap
terang dalam gambar dapat dicapai melalui teknik arsir yaitu teknik mengatur jarak atau
tingkat kerapatan suatu garis atau titik, semakin rapat akan menghasilkan kesan semakin
gelap demikian sebaliknya.

d. Tekstur

Tekstur adalah sifat atau kualitas nilai raba dari suatu permukaan, oleh karena itu tekstur
bisa halus, licin, kasar, berkerut, dan sebagainya. Dalam tekstur visual boleh jadi kesan yang
di tangkap oleh mata itu kasar akan tetapi sesungguhnya halus atau sebaliknya. Kita dapat
menentukan halus kasarnya suatu permukaan juga dapat merasakan kualitas permukaan
antara kertas, kain, kaca, batu, kayu. Sedangkan pada tektur semu kesan yang di tangkap oleh
mata tidak sama dengan kesan yang di tangkap oleh perabaan.

e. Warna
13

Warna merupakan unsur rupa yang memberikan nuansa bagi terciptanya karya seni,
dengan warna dapat ditampilkan karya seni rupa yang menarik dan menyenangkan. Melalui
berbagai kajian dan eksperimen, jenis warna diklasifikasi ke dalam jenis warna primer, warna
sekunder, warna tersier. Warna Primer adalah warna yang tidak diperoleh dari pencampuran
warna lain, warna pokok atau dengan kata lain warna yang terbebas dari unsur warna-warna
lain. seperti (merah, kuning, biru). Warna Sekunder adalah merupakan pencampuran dari dua
warna Primer. misalnya warna biru dicampur dengan warna kuning jadi warna hijau, warna
biru dicampur dengan warna merah jadi warna ungu atau violet, warna merah dicampur
dengan warna kuning jadi warna orange. Warna Tersier adalah pencampuran dari dua warna
sekunder dan primer.

f. Ruang

Dalam bidang seni rupa, unsur ruang adalah unsur yang menunjukkan kesan keluasan,
kedalaman, cekungan, jauh dan dekat. Dua bidang yang sama jenisnya misalnya lingkaran,
akan memberikan kesan yang berbeda jika ukuran kedua lingkaran itu berbeda. Lingkaran
besar akan memberi kesan luas sedangkan lingkaran kecil akan memberi kesan sempit. Jika
ke dua lingkaran itu berimpit akan memberi kesan dekat akan tetapi jika diatur berjarak akan
memberi kesan ruang yang jauh.

2.1.11 Tahap Perkembangan Seni Rupa Anak Usia Dini

Perkembangan anak melalui pikiran dan perasaan menentukan sifat dan bentuk pada
lukisan anak. Dimulai dalam mengenal bentuk dan mengungkapkan obyek dalam gambarnya
sampai dapat memahami arti gambar itu sendiri. Hajar Pamadi (2012: 183-194)
Perkembangan dapat dikategorikan melalui periodisasi gambar pada anak melalui 5 tahapan
yaitu : masa coreng-mencoreng (1-4) tahun, masa pra-bagan (preschematic) usia 4-7 tahun,
masa bagan (schematic) usia 7-9 tahun,masa realisme awal (drawing realism) usia 9-11
tahun, masa realisme semu (pseudo realisme) usia 11-14 tahun.Masa pra-bagan ini anak
sudah mulai mengenal diri sendiri baik jenis kelamin, eksistensi dirinya dalam hubungan
keluarga maupun masyarakat. Saat pemahaman anak tinggi, sifat ke-akuan sering berlebihan,
mengakibatkan anak menjadi raja dalam keluarga, pengalaman dan ketrampilan anak mulai
berkembang dari meniru perilaku orang dewasa.

Kreativitas anak tidak nampak karena adanya campur tangan dari orangtua. Pada masa
pra-bagan belum memberikan sangat kuat, warna yang anak pilih belum relevan untuk
14

gambarnya, anak perempuan sudah dapat memberikan warna sesuai gambar obyeknya,
sedangkan anak lelaki cenderung ke bentuk gambarnya. Usia anak 5-6 tahun sudah dapat
menggambar bebas dengan berbagai media (kapur tulis, pensil warna, krayon, arang, spidol,
dan bahan-bahan alam) dengan rapi, menggambar bebas dari bentuk dasar titik garis,
lingkaran, segitiga dan segiempat, menggambar orang dengan lengkap dan proposional, dan
dapat mencetak dengan berbagai media dengan lebih rapi.

Usia 5–6 tahun tahapan kreativitas pada usia ini yaitu : 1) Gambar anak menjadi lebih
ramai namun masih berupa simbol dari yang pernah anak lihat, bukan gambaran kenyataan.
2) Anak menggambar bayi dalam perut ibu dan jika anak menggambar orang sedang duduk di
bangku, akan tampak orang mengambang di atas bangku. 3) Anak mulai menggunakan bahan
model lain dan semakin ingin menyimpan model buatannya. 4) Bisa mengikuti instruksi
membuat perhiasan, menggunakan cetakan rumit, dan mencampur warna-warna. Berdasarkan
uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tahapan periodisasi seni rupa pada anak TK
khususnya dikelompok B yang berusia 4-7 tahun, dilihat dari tahapan periodisasi adalah masa
pra-bagan atau preschamatic. Tahap masa prabagan adalah anak sudah dapat menggambar
bentuk geometri sepertilingkaran, segitiga, persegi dan persegi panjang. Bentuk geometri
digunakan anak dalam menggambar simbol-simbol bentuk seperti rumah, orang dan gunung.
Anak dapat menggambar bebas menggunakan berbagai media dengan rapi. Dapat dibedakan
melalui jenis kelamin bahwa anak laki-laki cenderung kuat ke bentuk obyek gambar daripada
warna yang digunakan, sedangkan anak perempuan sudah dapat memberikan warna yang
kuaat sesuai gambar obyeknya. d. Metode Pembinaan Seni Rupa Hajar Pamadhi (2012: 204-
205).

2.2 Pengertian Menggambar, Menggunting, Dan Menempel Kulit Buah

Menggambar merupakan aktivitas spontan bagi anak untuk menggambar. Anak


“menggambar” sesudah mereka mampu memegang pensil atau alat tulis yang lain. Anak
dapat melalukan hal itu mulai berusia kurang lebih 52 minggu. Menggambar merupakan
suatu gerakan motoris yang global bagi anak; seluruh badan seakan-akan terlibat melakukan
gerakan itu (Haditono, 2014).

Sumanto (2016: 10) menegaskan bahwa proses penciptaan sebuah karya dari kreativitas
menggambar bukan hanya berupa kepandaian secara fisik saja dalam proses berkaryanya,
melainkan juga termasuk kemampuan mencurahkan segenap potensi pribadi, baik berupa
bakat, kepekaan, pengalaman, dan sebagainya.
15

Menggambar adalah salah satu kegiatan yang digemari anak. Kegiatan menggambar
sangat sering dipilih guru dalam rancangan dan pelaksanaan pembelajaran pada Pendidikan
Anak Usia Dini. Guru tidak perlu memaksa anak untuk melakukan kegiatan menggambar
karena anak dengan mudah berkreasi, sesuai dengan teori yang dikemukakan Olivia (2013:2),
mengatakan bahwa, menggambar bebas merupakan aktivitas mencoret-coret suatu media
kertas yang merupakan hasil dari ide dan gagasan pemikiran seseorang, mengenai apa yang
dilihatnya atau apa yang disampaikan orang lain, baik itu berupa suatu objek yang ada
dilingkungan, maupun murni dari hasil pemikiran seseorang mengenai sesuatu sehingga
menghasilkan kepuasan tersendiri.

Pamadhi, dkk (2015) menggunting adalah kegiatan menggunakan peralatan dengan


mnggunakan proses dan pengendalian tangan serta kordinasi tangan, maka kegiatan ini akan
dapat memberikan rasa percaya diri pada anak.

Menggunting adalah jenis kegiatan yang sangat menarik bagi anak, karena dengan
menggunting anak dapat membuat bentuk yang baru dan dilakukan secara bertahap dari yang
mudah ke yang sulit. Menggunting kertas mengikuti pola garis miring, mengikuti pola garis
lengkung.

Sumanto (2015: 102) menempel merupakan suatu teknik penyelesaian dalam membuat
aneka bentuk kerajinan tangan dari bahan kertas dengan memakai lem secara langsung
dengan menggunakan jari-jari tangan.

Menempel merupakan suatu teknik penyelesaian dalam membuat aneka bentuk kerajinan
tangan dari bahan kertas dengan memakai lem secara langsung dengan menggunakan jari-jari
tangan Menempel merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan keterampilan motorik halus pada anak. Kegiatan menempel adalah salah
satu kegiatan yang menarik minat anak-anak karena berkaitan dengan meletakkandan
merekatkan sesuatu sesuka mereka Proses dalam menempel mempunyai tujuan motorik yang
sangat nyata,karena dalam menempel potongan gambar diperlukan ketelitian,
kesabaran,keterampilan dalam proses penempelan gambar. Untuk kegiatan menempelkan
gambar telah disediakan tempat yang biasanya sudah ada batas-batasnya, yaitu ruangan
kosong/kertas kosong.

Karena media pembelajaran memiliki peranan yang penting dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Dengan adanya media,maka proses kegiatan belajar menggambar, menggunting,
16

dan menempel dengan baik dan dirasakan manfaatnya. Penggunaan media diharapkan akan
menumbuhkan hal positif, seperti munculnya proses pembelajaran yang lebih kondusif,
terjadinya umpan balik dalam proses belajar mengajar, dan tercapainya hasil yang optimal.
Dengan begitu media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat, metode, atau teknik yang
dipergunakan dalam menyalurkan pesan, membantu mempertegas bahan pembelajaran,
sehingga mampu membangkitkan minat dan motivasi anak didik ketika mengikuti proses
pembelajaran.(Guslinda, Rita Kurnia, 2018, p. 1)

2.2.1 Pengertian media kulit buah

Kulit buah naga adalah salah satu limbah organik atau sisa dari buah naga yang jarang
sekali di olah kembali sementara itu kulit buah naga memiliki isi berbentuk dietary fiber,
flavonoid, fenolik, dan zat warna antosianin. Zat warna antosianin iyalah sebagian dari
contoh pigmen warna yang menghasilkan warna merah sampai dengan biru dan tersebar
besar pada penggalan tanaman. Antosianin adalah kelompok pigmen dari golongan flavonoid.
6 Antosianin adalah salah satu zat warna yang sering dipakai menjadi pewarna alami
alternatif pemakaian.

Buah naga merupakan salah satu tanaman pendatang yang digemari oleh masyarakat
Indonesia dengan tampilan uniknya, dan beberapa kandungan gizi baik senyawa antioksidan
dan vitamin, selain itu buah ini memiliki manfaat yan terkandung di dalamnya. 4 Dragon
fruita berasal dari Negara Amerika Selatan, Tengah dan Meksiko yang masih memiliki
kerkerabatan dengan tanaman kaktus. Buah naga memiliki beberapa jenis yang terdiri dari
buah naga berdaging merah, super red, berkulit kuning, dan berdaging putih. Salah satu buah
naga yang tumbuh baik dan sering digunagakan sebagai bahan olahan di Indonesia adalah
buah naga berdaging merah, dalam setiap 100 gram buah naga berdaging merah memiliki gizi
yang dapat dijabarkan.

Buah naga merah menciptakan elemen warna yang bisa dipakai sebgai pewarna alami
yang baik dikonsumsi tubuh dengan olahan makanan dan minuman yang meliputi agar-agar,
selai, pewarna alami produk mie basah, sementara kulit buah naga yang hanya dianggap
sebagai salah satu penyumbang limbah organik yang jarang sekali dimanfaatkan kembali
sebagai bahan olah pangan ternyata memiliki beberapa kandungan gizi yang dapat digunakan
sebagai bahan tambahan pangan.
17

2.2.2 Manfaat media kulit buah

Pembelajaran kulit buah untuk anak usia dini bertujuan untuk mengenalkan
danmemahami manfaat buah sejak dini kepada anak. Media pembelajaran diharapkan dapat
membantu anak mengenal dan memahami materi kulit buah secara interaktif.
Dikembangkannya pembelajaran ini diharapkan dapat membantu pengetahuan anak serta
menjadikan anak tertarik untuk gemar mengkonsumsi buah dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun materi pembelajaran pengenalan kulit buah dalam penelitian ini berfokus pada
pengenalan nama-nama buah dengan tujuan anak mampu memahami nama-nama buah
manfaat pengenalan buah bagi anak usia dini diharapkan dapat memperoleh pengalaman
langsung mengenai pengenalan buah secara aktif, kreatif dan menyenangkan. Dengan
bermain gambar dan audio visual anak usia dini akan lebih cepat menguasai materi yang
diajarkan sesuai dengan perkembangan berpikirnya (Aminah 2013).

Pengadaan sumber belajar merupakan kelanjutan dari langkah perencanaan. Langkah


ini merupakan langkah guru atau pihak sekolah mewujudkan perencanaan media
pembelajaran yang telah dibuat. Sebaik apa pun perencanaan media pembelajaran yang
dibuat jika guru tidak diwujudkan dan realisasikan dalam bentuk kegiatan selanjutnya yaitu
pengadaan, maka perencanaan tersebut hanya merupakan daftar keinginan atau dokumen
tertulis saja. Oleh sebab itu proses pengadaan menjadi sangat penting dilakukan sebagai
proses selanjutnya sehingga kegiatan pembelajaran akan ditunjang dengan ketersediaan
berbagai media pebelajaran.

Yang menjadi pertanyaan adalah apa ukuran atau kriteria kesesuaian tersebut. Beberapa
faktor perlu dipertimbangkan, misalnya: tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
karakteristik siswa atau sasaran, jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual,
gerak, dan seterusnya), keadaan latar atau lingkungan, kondisi setempat dan luasnya
jangkauan yang ingin dilayani. Faktor-faktor tersebut pada akhirnya harus diterjemahkan
dalam norma atau kriteria keputusan pemilihan. Penetapan rambu-rambu dan kriteria untuk
pemilihan media pembelajaran merupakan patokan yang harus dijadikan pegangan bersama.
Rambu-rambu tersebut diperlukan agar dapat menyediakan berbagai media pembelajaran
yang tepat dan berdaya guna tinggi. Dalam konteks pemilihan media pembelajaran untuk
anak usia dini, beberapa dasar pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media
pembelajaran tersebut diantaranya adalah :
18

1. Media pembelajaran yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan pemakai


(anak usia dini) yang dilayani serta mendukung tujuan pembelajaran.
2. Media pembelajaran yang dipilih perlu didasarkan atas azas manfaat, untuk apa dan
mengapa media pembelajaran tersebut dipilih.
3. Pemilihan media pembelajaran hendaknya berposisi ganda baik berada pada sudut
pandang pemakai (guru, anak) maupun dari kepentingan lembaga. Dengan demikian
kepentingan kedua belah pihak akan terpelihara dan tidak ada yang dirugikan
manakala kepentingan masing-masing ada yang kurang selaras.
4. Pemilihan media pembelajaran harus didasarkan pada kajian edukatif dengan
memperhatikan kurikulum yang berlaku, cakupan bidang pengembangan yang
dikembangkan, karakteristik peserta didik serta aspek-aspek lainnya yang berkaitan
dengan pengembangan pendidikan dalam arti luas.
5. Media pembelajaran yang dipilih hendaknya memenuhi persyaratan kualitas yang
telah ditentukan antara lain relevansi dengan tujuan, persyaratan fisik, kuat dan tahan
lama, sesuai dengan dunia anak, sederhana, atraktif dan berwarna, terkait dengan
aktivitas bermain anak serta kelengkapan yang lainnya.
6. Pemilihan media pembelajaran hendaknya memperhatikan pula keseimbangan koleksi
termasuk media pembelajaran pokok dan bahan penunjansesuai dengan kurikulum
baik untuk kegiatan pembelajaran maupun media pembelajaran penunjang untuk
pembinaan bakat, minat dan keterampilan yang terkait.

Mengingat pemilihan media ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pengembangan pembelajaran secara umum, maka selain berbicara kriteria pemilihan harus
dipahami pula tentang alur proses pemilihan media pembelajaran. Berikut ini langkah-
langkah yang dapat ditempuh dalam proses pemilihan media. Dalam pembuatan media
pembelajaran ini ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan :

a. Media pembelajaran yang dibuat hendaknya multi guna. Multiguna disini maksudnya
adalah bahwa media tersebut dapat digunakan untuk pengembangan berbagai aspek
Perkembangan anak. Contoh media pembelajaran tersebut adalah kulit buah kulit
buah dapat digunakan untuk pengembangan kreativitas seni rupa anakdengan cara
anak menggunakannya untuk saling menggunakannya. Selain untuk perkembangan
kreativitas seni rupa anak media tersebut bisa dikembangkan untuk pengembangan
aspek kognitif/pengetahuan anak.
19

b. Bahan mudah didapat di lingkungan sekitar lembaga PAUD dan murah atau bisa
dibuat dari bahan kulit buah. Membuat media pembelajaran sebenarnya tidak harus
selalu dengan biaya yang mahal. Banyak kulit-kulit buah disekitar kita yang dapat
digunakan untuk membuatnya. Sebagai contoh kulit buah dapat kita gunakan untuk
membuat kelinci, kupu-kupu Keuntungan dengan menggunakan kulit buah selain
kulit buah ada nilai pendidikan yang kita tanamkan kepada anak yang anak dilatih
untuk bersikap hidup sederhana dan kreatif.
c. Tidak menggunakan bahan yang berbahaya bagi anak. Aspek keselamatan anak
merupakan salah satu hal yang harus menjadi perhatian guru sebagai pembuat media
pembelajaran Bahan-bahan tertentu yang mengandung bahan kimia yang berbahaya
perlu dihindari oleh guru. Misalnya penggunaan gunting yang digunakan untuk
menggunting alat permainan tertentu sebaiknya yang tidak membahayakan
mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi anak.
d. Dapat menimbulkan kreativitas, dapat dimainkan sehingga menambah kesenangan
bagi anak, menimbulkan daya khayal dan daya imajinasi serta dapat digunakan untuk
bereksperimen dan bereksplorasi.
e. Sesuai dengan tujuan dan fungsi sarana. Tiap media pembelajaran itu sudah memiliki
fungsi yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Guru harus menjadikan tujuan
dan fungsi sarana ini sebagai bagian yang penting untuk diperhatikan
f. Dapat digunakan secara individual, kelompok, dan klasikal. Media pembelajaran yang
dirancang harus memungkinkan anak untuk menggunakannya baik secara individual,
digunakan dalam kelompok atau secara klasikal.

Fungsi-fungsi tersebut adalah:

a. Menciptakan situasi bermain (belajar) yang menyenangkan bagi anak dalam proses
pemberian perangsangan indikator kemampuan anak. Sebagaimana yang telah
dikemukakan sebelumnya bahwa kegiatan bermain itu ada yang menggunakan alat,
ada pula yang tidak menggunakan alat. Khusus dalam permainan yang menggunakan
alat, dengan penggunaan alat-alat permainan tersebut anak-anak tampak sangat
menikmati kegiatan belajar karena banyak hal yang mereka peroleh melalui kegiatan
belajar tersebut.
b. Menumbuhkan rasa percaya diri dan membentuk citra diri anak yang positif Dalam
suasana yang menyenangkan, anak akan mencoba melakukan berbagai kegiatan yang
mereka sukai dengan cara menggali dan menemukan sesuai yang ingin mereka
20

ketahui. Kondisi tersebut sangat mendukung anak dalam mengembangkan rasa


percaya diri mereka dalam melakukan kegiatan. Media tersebut memiliki fungsi yang
sangat strategis sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan anak dalam
melakukan kegiatan-kegiatannya sehingga rasa percaya diri dan citra diri berkembang
secara wajar.
2.3 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir adalah suatu kerangka yang digunakan untuk menganalisis dan mencari
secara mendalam yang diambil dari konsep tertentu yang telah ditampilkan. Hal ini
diperlukan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penelitian “Penerapan Kegiatan
Menggambar,Menggunting, dan Menempel Kulit Buah Untuk Meningkatkan Kreativitas Seni
Rupa Pada Anak Usia 5-6 Tahunn di RA DINUL HASANAH Kota Stabat Kecamatan
Stabat Kabupaten Langkat.

Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat diajukan kerangka berfikir sebagai
berikut: bahwasannya jika penerapan kegiatan menggambar, menggunting, dan menempel
mampu meningkatkan kemampuan motorik halus anak, karena kegiatan menggambar anak-
anak dapat menggerakkan otot-otot kecil dan kematangan syaraf, serta dengan kegiatan ini
juga anak dapat berkreasi melalui potongan-potongan kertas. Kegiatan menggambar,
menggunting, dan menempel ini juga membantu anak dalam mengkoordinasikan antara
tangan dan mata, melatih kreativitas anak melalui jari-jari tangan. Selain itu, dapat melatih
kepekaan jari serta kematangan syaraf pada otot-otot kecil anak.

Penelitian ini membahas mengenai penerapan kegiatan menggambar, menggunting, dan


menempel kulit buah Anak adalah manusia kecil yang dikaruniai Allah SWT. kemampuan
atau potensi yang masih harus dikembangkan. Menggambar, menggunting, dan menempel
merupakan suatu seni rupa dengan menempel berbagai bahan yang lunak ataupun keras.
Menggambar, menggunting, dan menempel juga merupakan suatu kegiatan yang dapat
menstimulus perkembangan motorik halus anak.

2.4 Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan adalah suatu penelitian sebelumnya yang sudah pernah di buat
dan sudah dianggap cukup relevan atau mempunyai keterkaitan dengan judul dan referensi
yang berhubungan dengan penelitian yang akan dibahas. Adapun peneliti mengambil jurnal
dan skripsi yang memiliki tema relevan.
21

2.5 Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang
dihadapi. Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian sampai
terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis dapat diartikan dugaan atau kesimpulan
sementara yang dijadikan sebagai landasan untuk melakukan penelitian. (Syahrum & Salim,
2019:98)

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian tindakan di atas, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah : dengan menggunakan kegiatan menggambar,menggunting, dan
menempel dapat meningkatkan kreativitas seni rupa pada anak di RA DINUL HASANAH
Kota Stabat Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat T.A 2023/2024.
22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan
untuk memperbaiki proses pembelajaran yakni penerapan kegiatan menggambar,
menggunting, dan menempel kulit buah untuk meningkatkan kreativitas seni rupa pada anak
usia 5-6 tahun di RA DINUL HASANAH Kota Stabat Kecamatan Stabat Kabupaten
Langkat pada pelaksanaan penelitian ini dengan menggunakankegiatan teknik ini . Penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
tindakan dan dilanjutkan adanya refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. (Suhardjono, 2014:58)

Menurut David Hopkins, 1993, Kemmis, 1982, dan Mc Taggart, 19991, penelitian
tindakan kelas merupakan bentuk strategi dalam mendeteksi dan memecahkan masalah yang
dihadapi pendidik dengan tindakan nyata, yaitu melalui prosedur penelitian yang berbentuk
siklus (daur ulang) (Tampubolon, 2014:19).

Suyanto dikutip Laksono & Siswono (2018:4) mendefinisikan PTK sebagai satu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.

Berdasarkan beberapa definisi PTK tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa
pengertian PTK merupakan (a) bentuk kajian yang sistematis reflektif, (b) dilakukan oleh
pelaku tindakan (guru), dan (c) dilakukan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran. PTK
bersifat reflektif, artinya dalam proses penelitian itu kita sebagai guru sekaligus peneliti
selalu memikirkan apa dan mengapa suatu dampak tendakan terjadi di kelas. dari pemikiran
itu, kita kemudian dapat mencari pemecahannya melalui tindakan-tindakan pembelajaran
tertentu..

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RA DINUL HASANAH Kota Stabat Kecamatan Stabat


Kabupaten Langkat TA 2023 /2024 pada bulan September -Oktober 2023.
23

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa/siswi RA DINUL HASANAH Kota Stabat Kecamatan
Stabat Kabupaten Langkat . Adapun anak yang akan menjadi subjek penelitian berjumlah 23
orang anak terdiri dari 12 anak perempuan dan 11 anak laki-laki.

3.4 Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang menggunakan dua siklus.
PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat
kegiatan utama yang ada pada setiap siklus yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan
(action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflective). Tahap-tahap penelitian dalam
masing-masing tindakan terjadi secara berulang yang akhirnya menghasilkan beberapa
tindakan dalam penelitian tindakan kelas.

Gambar 3.1 Desain dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Imam Fachruddin (2009) : “ desain penelitian merupakan kerangka atau


perincian prosedur kerja yang akan dilakukan pada waktu meneliti,sehingga diharapkan dapat
memberikan gambaran dan arah mana yang akan dilakukan dalam melaksanakan penelitian
tersebut,serta memberikan gambaran jika penelitian itu telah jadi atau selesai penelitian
tersebut diberlakukan”.
24

Prosedur penelitian menjelaskan tentang 4 prinsip umum siklus penelitian tindakan kelas.
Sebagaimana sudah diketahui ada 4 prinsip siklus pellaksanaan PTK yaitu: 1) perencanaan,
2) pelaksanaan (tindakan), 3) pengamatan, dan 4) refleksi.

a. Siklus I

Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus I yang terdiri dari empat kegiatan yaitu:
perencanaan, pelaksanaan (tindakan), peengamatan, dan refleksi. Berikut ini dijelaskan
rincian kegiatan dari masing-masing tahap tersebut.

1) Perencanaan

Perencanaan di setiap siklus disusun perencanaan pembelajaran untuk perbaikan


pembelajaran. Dengan demikian dalam perencanaan bukan hanya berisi tentang tujuan atau
kompetensi yang harus dicapai akan tetapi juga harus lebih ditonjolkan perlakuan khususnya
oleh guru proses pembelajaran, ini berarti perencanaan yang disusun harus dijadikan
pedoman seutuhnya dalam proses pembelajaran (Sanjaya, 2013: 79).

Pada tahap perencanaan, peneliti bersama guru kelas membahas teknik pelaksanaan.
Penelitian tindakan kelas dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPPH)


b. Lembar bahan ajar (materi pembelajaran)
c. Lembar kerja peserta didik (LKPD)
d. Media/alat/sumber belajar
2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan merupakan perlakuan yang dilakukan guru berdasarkan


perencanaan yang telah disusun. Sesuai dengan rencana yang telah disusun, pelaksanaan
tindakan dilakukan sesuai jadwal. Dalam proses ini peneliti melakukan pengamatan terhadap
pelaksanaan tindakan sesuai dengan prinsip pratisipatif dan kolaboratif. Hasil pengamatan
dari pelaksanaan tindakan merupakan dokumentasi untuk melaksanakan langkah-langkah
tindakan selanjutnya. Dalam kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan adalah
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran sesuai dengan rencana
pembelajaran yang sudh dirancang dengan menonjolkan kegiatan yang ingin diterapkan yaitu
permainan bola estafet. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan ini adalah:

a. Mengkondisikan ruang belajar bagi siswa dan kolaborator


25

b. Peneliti melaksanakan pembelajaran atau peneliti menggunakan perangkat


pembelajaran sesuai skenario pembelajaran dan RPPH
c. Melaksankan penilaian atau tes siklus pertama
d. Kegiatan akhir untuk menarik kesimpulan, pemberian tugas, dan informasi materi
pembelajaran lebih lanjut (Tampubolon, 2014: 30)
3) Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi selama pelaksanaan proses
pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dicapai oleh peserta didik. Dalam tahap observasi
ini peneliti mengisi lembar observasi dengan check list harus sesuai dengan kondisi yang ada
dilapangan.

Melalui pengumpulan informasi, observer dapat mencatat berbagai kelemahan dan


kekuatan yang dilakukan guru dalam melakukan tindakan, sehingga hasilnya dapat dijadikan
masukan ketika guru melakukan refleks untuk penyusunan rencana ulang memasuki putaran
atau siklus berikutnya (Sanjaya, 2013: 79).

a. Secara simutan pada saat pembelajaran berlangsung, kedua kolabolator melakukan


penilaian atas pelaksanaaan pembelajaran di kelas dengan menggunakan instrumen
penilaian pelaksanaan pembelajaran dikelas.
b. Kemmudian observer bersama peeneliti melakukan pengumpulan data tentang
perkembangan motorik halus anak dengan menggunakan instrumen
c. Melakukan observasi keaktifan siswa secara berkelompok (Tampubolon, 2014:30)
4) Refleksi

Refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan guru selama
tindakan. Refleksi dilakukan dengan melakukan diskusi dengan observer yang biasanya
dilakukan oleh teman sejawat (Sanjaya, 2013:79). Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar
untuk tahap perencanaan pada siklus berikutnya.

Merefleksi hasil evaluasi analisis data penelitian siklus I temtang aspek/indikator berikut:

Penilaian kualitas proses pembelajaran dikelas

a. Perkembangan kreativitas seni rupa pada anak


b. Hasil peningkatan perkembangan kreativitas seni rupa pada anak
b. Siklus II
26

Siklus II dilaksanakan apabila siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang


diharapkan. Tindakan siklus II dilaksanakan untuk memperbaiki siklus I. Pada siklus II juga
melalui tahapan seperti siklus I, yaitu:

i. Perencanaan

Perencanaan merupakan tahapan yang paling penting di dalam penelitian, termasuk PTK.
Pada tahap ini peneliti menjelaskan tentang argumentasi logis dan sistematis yang dapat
menjawab berbagai pertanyaan seperti : apa, mengapa, kapan, dimana, siapa, dan bagaimana
tindakan dilakukan. Pada tahap ini perencanaan perlu dijabarkan lima komponen, yaitu :
identifikasi masalah, merumuskan masalah, pengajuan tindakan yang dilandasi teori,
hipotesis tindakan, dan penyusunan rencana tindakan. (Maisarah, 2020:61)

Langkah-langkah penyusunan rencana tindakan antara lain :

1. Menyusun kembali rencana pembelajaran sebagai perbaikan dari rencana siklus I


2. Menyiapkan kembali langkah-langkah kegiatan yang akan digunakan dalam proses
kegiatan media kulit buah
3. Menyiapkan instrumen penelitian, yakni wawancara, observasi dan dokumentasi
ii. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan dalam kegiatan menggambar, menggunting, dan menempel untuk
meningkatkan motorik halus anak secara garis besar sama dengan siklus I.

iii. Observasi

Pada observasi secara garis besar bisa diktakan sama pada siklus I, peneliti dan guru
pendamping akan mengamati aktivitas anak dalam perkembangan kreativitas seni rupa pada
anak, sehingga akan dilihat tingkat pencapaian kemampuan anak.

iv. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan menganalisis tentang hasil observasi sehingga memunculkan


program atau rencana baru. (Fitriani, 2016:21)

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengunpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih
27

cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang digunaan dalam
penelitian ini adalah lembar observasi berbentuk cheklist. Cheklist adalah daftar variabel
yang akan dikumpulkan datanya. Dalam hal ini peneliti tinggal memberikan tanda tally pada
setiap permunculan gejala yang dimaksud. Adapun kisi-kisi rubrik penilaian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi-kisi Rubrik Penilaian Kemampuan Menggambar, Menggunting, dan


Menempel Kulit Buah Pada Anak

Indikator Kriteria Skor Deskripsi


Terampil Belum Berkembang 1 Anak belum mampu
menggerakkan kedua (BB) menempel harus dibimbing
tangan kanan dan kiri dan dicontohkan
(menempel, Mulai Berkembang 2 Anak mulai mampu
menggunting) (MB) menempel dengan bantuan
guru
Berkembang Sesuai 3 Anak sudah mampu
Harapan (BSH) menempel tanpa bantuan
guru
Berkembang Sangat 4 Anak mampu menempel
Banyak (BSB) tanpa bantuan guru dan
dapat membantu temannya
Menggerakkan kedua Belum Berkembang 1 Anak belum mampu
tangan (mengambil (BB) memindahkan kulit buah
benda dan dengan bantuan guru
memindahkan) Mulai Berkembang 2 Anak mulai mampu
(MB) memindahkan kulit buah
dengan bantuan guru
Berkembang Sesuai 3 Anak sudah mampu
Harapan (BSH) memindahkan kulit buah
dengan bantuan guru
Berkembang Sangat 4 Anak mampu memindahkan
Baik (BSB) kulit buah tanpa bantuan
guru dan dapat membantu
temannya
Menempel pada pola Belum Berkembang 1 Anak belum mampu dengan
28

dengan tepat (rapi) (BB) rapi harus dibimbing dan


dicontohkan
Mulai Berkembang 2 Anak mulai mampu
(MB) menempel dengan rapi
dengan bantuan guru
Berkembang Sesuai 3 Anak sudah mampu
Harapan (BSH) menempel dengan rapi
tanpa bantuan guru
Berkembang Sangat 4 Anak mampu menempel
Banyak (BSB) dengan rapi tanpa bantuan
guru dan dapat membantu
teman

3.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data. Adapun jenis-jenis teknik pengumpulan data yang dapat digunakan
dalam penelitian ini adalah angket, wawancara, pengamatan, dokumentasi, ujian atau tes,
dan lain sebagainya. Bertumpu pada pandangan tersebut, maka teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hal ini dikarenakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi sangat sesuai digunakan
dalam penelitian yang berhubungan dengan interaksi belajar mengajar seperti pada
meningkatkan kemampuan motorik halus.

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian
yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan
diamati atau diteliti. Observasi ini dilakukan dengan mengamati perkembangan motorik
halus pada anak saat melakukan kegiatan di dalam ruangan sebelum dan sesudah
diberikannya tindakan dengan kegiatan menggambar, menggunting, dan menempel kulit
buah.

2. Dokumentasi
29

Metode ini digunakan oleh peneliti karena dapat melengkapi dan menguatkan data-data
yang sudah diperoleh mengenai kemampuan anak-anak. Dokumen ini berupa catatan harian,
lembar observasi dan buku laporan perkembangan anak. Pada pengumpulan data berupa
dokumentasi juga berupa pengambilan gambar berupa foto-foto pada saat kegiatan kulit buah
untuk mengembangkan motorik halus pada anak Dokumentasi berupa foto ini untuk
menjadikan bukti mengenai adanya proses kegiatan. Pengambilan foto ini juga bertujuan agar
mengantisipasi kesalahan pada proses penilaian.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya
tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini dapat dilihat dari seberapa persen
tingkat keberhasilan yang akan diperoleh.

Analisis lembar observasi untuk mengetahui peningkatan perkembangan motorik halus


pada anak menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kuantitatif dan
kualitatif dilakukan dengan cara menganalisis data dan hasil obervasi selama penelitian
dengan instrumen yang telah dibuat oleh penulis sebagai acuan dalam mengobservasi anak
agar dapat terlihat setiap peningkatan yang terjadi pada anak. Analisis presentase yang
menggunakan rumus adapaun untuk menghitung presentase ketuntasan individual yang
diperoleh setiap anak menggunakan rumus:

N
p X 100 %
A

Keterangan:

P : Presentase tingkat Perubahan

N : Nilai yang diperoleh

A : Jumlah anak

% : Tingkat keberhasilan yang dicapai


30

3.8 Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila 80% perkembangan kreativitas seni rupa pada
anak di RA DINUL HASANAH Kota Stabat meningkat melalui kegiatan kulit buah . Hal ini
terlihat dari presentase pencapaian pada semua indikator yang tertera dalam instrumen
penelitian.
31

Tabel 3.2 Indikator Pencapaian Perkembangan Anak

Kompetisi Dasar Indikator Pencapaian Perkembangan


(Kemampuan Menempel)
1.3 Mengenal media untuk meningkatkan • Melakukan kegiatan (1) Gambar
kreativitas seni rupa anak menjadi lebih ramai namun masih
berupa simbol yang pernah anak lihat,
bukan gambaran kenyataan. (2) Anak
menggambar bayi dalam perut ibu dan jika
anak menggambar orang yang sedang
duduk dibangku akan tampak orang
mengambang di atas bangku.
• Menggerakkan kedua tangan
1.4 Menggunakan bahan untuk (mengambil dan memindahkan kulit buah).
menggunakan media kulit buah • Menempel pada gambar yang tepat
Untuk mengetahui presentase keberhasilan meningkatkan kegiatan
menggambar,menggunting, dan menempel kulit buah pada anak secara klasikal peneliti
menggunakan rumus sebagai berikut:

Banyak anak yang mengalami perubaℎan >65 %


PKK = x 100
Banyak subjek penelitian

Keterangan:

PKK : Presentase kemampuan klasikal

Kelas dikatakan mengalami perkembangan apabila keberhasilan telah mencapai ≥ 80%

Tabel 3.3 Kriteria Persentase Keberhasilan

NO. Nilai Keterangan


1. 76-100% Berkembang sangat baik
2. 51-75% Berkembang sesuai harapan
3. 26-50% Mulai berkembang
4. 0-25% Belum berkembang
32

Keterangan:

BSB : Berkembang sangat baik jika mampu mengenal nama-nama buah pada skala 76-
100%

BSH : Berkembang sesuai harapan jika mampu mengenal nama-nama buah pada skala 51-
75%

MB : Mulai berkembang jika mampu mengenal nama-nama buah pada skala 26-50%

BB : Belum berkembang jika mampu mengenal nama-nama buah pada skala 0-25%

Setelah mengetahui presentase tersebut, langkah selanjutnya yaitu menentukan


predikat yang telah dijadikan pedoman penilaian. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
dinyatakan berhasil apabila terjadi perubahan yaitu berupa peningkatan kreativitas seni rupa
pada anak.

Hasil kemampuan mengembangkan kreativitas seni rupa pada satu pertemuan, yaitu
dihitung dari persentase rata-rata dari jumlah keseluruhan yang diperoleh oleh anak dalam
satu kelas. Hasil persentase rata-rata kemampuan mengembangkan kreativitas seni rupa pada
Siklus I dan Siklus II, yaitu diperoleh dari hasil pertemuan akhir, karena pada pertemuan
ketiga hasil persentase rata-rata mencapai hasil tertinggi dibandingkan hasil persentase rata-
rata pada pertemua pertama dan kedua. Hasil akhir persentase peningkatan kemampuan
mengembangkan kreativitas seni rupa pada anak, yaitu diambil dari menghitung selisih hasil
persentase rata-rata pada Pra Siklus dengan hasil persentase rata-rata pada Siklus I, dan
menghitung selisih dari hasil persentase rata-rata pada Siklus I dengan hasil persentase rata-
rata pada Siklus II.
33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Umum dan Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan di RA DINUL HASANAH Tahun


Ajaran 2022–2023. Subjek PTK adalah kelompok A (usia 5-6 tahun), terdiri dari 23 siswa,
terdiri dari 12 anak Perempuan dan 11 anak Laki-laki. Guru kelasnya adalah Linda Larasati,
Juli, Rahma.

Tabel 4.1

Data Anak Kelompok A (usia 5-6 tahun) RA DINUL HASANAH

NO. Nama Anak Kode Anak


1. Muhammad Muzaffar Hadziq MMH
2. Shabira Alzena SA
3. Gabby Arsyla GA
4. Karan Habib Maulana KHM
5. Aulia Izzhatunnisa AI
6. Azzam AL Khalif Kusuma AAKK
7. Rizqa Fajrina RF
8. Muhammad Ihsan Sulaiman MIS
9. Sheza Almahyra Nasution SAN
10. Ghani Apta Bastian GAB
11. Nahda Adara NA
12. Naura Fazilla Rizky NFR
13. Alesha Orlin AO
14. Zufarino Fatariandi ZF
15. Ririn Dwi Heryani RDH
16. Arsyila Putri AP
17. Muhammad Aijaz Muzakki Hamdi MAMH
18. Abizar Alifandra Sembiring AAS
19. Arsyila Sastro AS
20. Hamas Yusuf Al Fatih HYAF
21. Wildan Naufal Habibi WNH
22. Yuichi Zaid Al Hafizi YZAH
23. Inara Kania Farzana IKF
34

Dengan menggunakan media Kulit Buah di RA DINUL HASANAH penelitian tindakan


kelas ini akan menyajikan analisis peningkatan Penerapan kegiatan menggambar,
menggunting, dan menempel kulit buah pada anak 5-6 tahun. .

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian


4.2.1 Deskripsi Hasil Perkembangan Penerapan Menggambar, Menggunting,
dan Menempel Kulit Buah
a. Pengamatan

Tujuan dari proses pengamatan dalam pembelajaran adalah untuk mengetahui bagaimana
cara meningkatkan kreativitas seni rupa yang semakin berkembang. Metode pembelajaran
yang digunakan guru selama kegiatan pembelajaran merupakan komponen penting dalam
pengamatan. Oleh karena itu, guru harus memiliki pengetahuan tentang berbagai pendekatan
pembelajaran untuk memimpin kelas sehingga keadaan menjadi nyaman dan menyenangkan
selama proses pembelajaran.

Sebelum menggunakan media , peneliti melakukan wawancara dengan guru dan satu
anak untuk mengetahui kondisi awal anak serta program belajar mengajar di RA DINUL
HASANAH terutama tentang cara penerapan kegiatan menggambar, menggunting, dan
menempel kulit buah.

Pada tahap prasiklus, pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti
menunjukkan bahwa menggunakan media kulit buah pada anak masih kurang. Jika indikator
tidak tercapai pada tindakan prasiklus sini, maka diperlukan penelitian tambahan. Anak
belum memiliki kemampuan untuk menggambar buah secara efektif dan benar, yang
merupakan indikator yang belum tercapai. Beberapa anak gagal untuk menggunting kulit
buah : beberapa lainnya tidak tahu urutan cara melipat menempel : beberapa lainnya tidak
tahu berapa kali menggambar, menggunting, dan menempel : dan beberapa lainnya belum
memahami cara menggunting Ini didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman guru yang
kurang untuk meningkatkan perkembangan kreativitas seni rupa pada anak . Salah satu alasan
mengapa anak-anak tidak memahami cara menggambar, menggunting, dan menempel adalah
kurangnya pendekatan instruksional yang digunakan guru.

Sebelum tindakan, tindakan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan awal cara
menggambar, menggunting, dan menempel pada anak. Kemudian, data keadaan awal
35

menggunting buah pada anak akan dibandingkan dengan data hasil setelah tindakan. Hasil
penelitian dari lembar observasi berikut.
36

Tabel 4.2

Hasil Observasi Pra Siklus

NO. Pra Siklus Persentase Keteramgam


Kode Anak Indikator
1 2 3
1. MMH 1 1 1 0,13% BB
2. SA 1 1 2 0,17% BB
3. GA 1 1 1 0,13% BB
4. KHM 1 2 1 0,17% BB
5. AI 1 2 1 0,17% BB
6. AAKK 1 2 1 0,17% BB
7. RF 1 2 1 0,17% BB
8. MIS 2 2 2 0,26% BB
9. SAN 2 2 2 0,26% BB
10. GAB 2 2 2 0,26% BB
11. NA 1 1 1 0,17% BB
12. NFR 1 1 1 0,17% BB
13. AO 1 1 1 0,17% BB
14. ZF 1 2 1 0,17% BB
15. RDH 2 1 1 0,17% BB
16. AP 1 1 1 0,17% BB
17. MAMH 1 1 2 0,17% BB
18. AAS 2 1 1 0,17% BB
19. AS 2 1 2 0,21% BB
20. HYAF 1 2 1 0,17% MB
21. WNH 2 1 2 0,21% BB
22. YZA 2 2 1 0,21% MB
23. IKF 1 2 2 0,21% MB
Jumlah Skor 96
Rata-Rata 4,17%
37

Keterangan

Nilai rata-rata pra siklus = 96 : 23 = 4,17%

Dilakukan tindakan pra siklus memperoleh rata-rata nilai setiap anak adalah . Dari 23
orang anak, 11 anak mendapatkan nilai mulai berkembang ada 3 anak dengan persentase
(20%), kemudian ada 20 anak yang mendapatkan nilai belum berkembang dengan persentase
(80%) dan tidak ada satu pun anak yang mendapatkan nilai berkembang sangat baik.

Ringkasan perkembangan anak dapat dilihat dari table berikut ini perkembangan anak
dapat dilihat dari table berikut ini:

Tabel 4.3

Ringkasan Peningkatan Kreativitas Seni Rupa Permulaan Anak

Persentase Jumlah Anak Persentase Jumlah Keterangan


Anak
80 % - 100 % 0 0% BSB
60 % - 79 % 0 0% BSH
40 % - 59 % 3 20% MB
0 % - 39 % 20 80% BB

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan kreativitas seni rupa
permulaan anak belum berkembang dengan baik. Dengan keadaan perkembangan melipat
permulaan anak yang rendah ini peneliti akan melanjutkan tahap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan media berbasis bahan kulit buah yang dibuat dengan beraneka ragam
warna dan diberi contoh pada setiap kulit buah pembelajaran kepada anak, anak akan terlibat
langsung dalam permainan dan memberikan anak pengalaman dan pengetahuan baru yang
langsung dialaminya.

1. Hasil Dan Pembahasan Siklus I


a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Pada perencanaan tindakan siklus 1 Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti
membantu guru untuk menyiapkan pembelajaran hari ini. Selanjutnya peneliti
38

menyiapkan alat-alat untuk melakukan tindakan. Peneliti mengadakan penelitian


perencanaan sebagai berikut:
1) Membuat satuan perencanaan tindakan yang telah disusun oleh peneliti dan di
diskusikan bersama dengan kolaborator. Ini dimakasudkan untuk memaksimalkan
kegiatan tindakan agar efektifnya peningkatan kemampuan kreativitas seni rupa
permulaan anak usia 5-6 tahun menggunakan media kulit buah.
2) Membuat RPPH agar tindakan terstruktur dengan Membuat RPPH agar tindakan
terstruktur dengan baik dan segala stimulus kreativitas seni rupa anak usia 5-6 tahun
bisa terpenuhi.
3) Menyiapkan instrumen penilaian
b. Tindakan Siklus I

Pemberian tindakan dilakukan dengan cara anak Membilang dengan cara dengan
membuat kertas , mengenal gambar bentuk kulit , mengenal bentuk kulit dengan namanya
sesuai dengan arahan guru.

Tahap pengembangan dan pelaksanaan dari rencana yang telah disusun pada tahap
perencanaan akan dilakukan saat kegiatan berlangsung. Sebelum memulai kegiatan peneliti
akan membuka pembelajaran, dengan mengucapkan salam, berdoa serta bernyanyi sebelum
pembelajaran, dan mendata kehadiran anak hari itu.

Pembukaan dari sebuah kegiatan dilakukan sebagai upaya untuk mencairkan suasana
belajar dan tahapan untuk meningkatkan perkembangan kreativitas seni rupa permulaan anak
usia 5-6 tahun menngunakan media kulit buah yaitu:

1) Memberikan arahan dan informasi mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan.


2) Memberikan pertayaan seputar informasi yang baru diterima oleh anak sesuai dengan
peran masing-masing anak.
3) Memberikan kesempatan pada anak untuk bertanya pada peneliti.
4) Memberikan dorongan atau dukungan untuk anak agar anak semakin berminat untuk
melakukan kegiatan.
5) Membuat kelompok yang akan dimainkan anak agar anak semakin bersemangat
selama proses pembelajaran berlangsung dan tidak bingung.
6) Pengarahan terhadap anak dalam melakukan kegiatan yang akan dimainkan anak.
c. Hasil Pengamatan (Observasi)
39

Gambar 3.2 Hasil Obsevasi Pada Siklus I

Pada tahap ini pengamatan anak akan dilakukan oleh peneliti yang bekerjasama dengan
guru kelas dan guru pendamping menggunakan lembar observasi perkembangan kreativitas
seni rupa permulaan anak menggunakan media kulit buah.

Pada siklus I dapat disimpulkan bahwa kemampuan kreativitas seni rupa permulaan anak
usia 5-6 tahun menggunakan media berbasis kulit buah berbagai ukuran yang diwarnai
dengan beraneka ragam warna dan diberi contoh pada setiap kertas mengalami peningkatan
yang cukup meningkat dibanding sebelum dilakukannya tindakan melalui permainan media
berbasis media kulit buah berbagai ukuran yang diwarnai dengan beraneka ragam kertas
tersebut dibentuk. Selanjutnya paparan data pratindakan atau paparan data sebelum
melakukan tindakan pada siklus I maka didapatkan hasil penilaian perkembangan sosial anak
pada tabel di bawah ini
40

Tabel 4.4

Data Observasi Peningkatan Kreativitas Seni Rupa Anak Usia 5-6 Tahun Siklus I
41

NO. SIKLUS I Persentase Keterangan


Kode Indikator
Anak 1 2 3
1. MMH 2 2 2 0,26% MB
2. SA 2 2 2 0,26% MB
3. GA 2 2 2 0,26% MB
4. KHM 2 3 2 0,30% MB
5. AI 3 3 2 0,34% MB
6. AAKK 2 3 2 0,34% MB
7. RF 2 2 2 0,26% MB
8. MIS 2 2 2 0,26% MB
9. SAN 2 2 2 0,26% MB
10. GAB 2 2 2 0,26% MB
11. NA 2 2 2 0,26% MB
12. NFR 2 2 2 0,26% MB
13. AO 2 2 2 0,26% MB
14. ZF 2 2 2 0,26% MB
15. RDH 2 2 2 0,26% MB
16. AP 2 2 2 0,26% MB
17. MAMH 2 2 2 0,26% MB
18. AAS 2 2 2 0,26% MB
19. AS 2 2 2 0,26% MB
20. HYAF 2 2 3 0,30% MB
21. WNH 3 3 2 0,34% MB
22. YZA 2 2 3 0,30% MB
23. IKF 2 3 3 0,34% MB
Jumlah Skor 148
Rata-Rata 6,43%

Keterangan

Nilai rata-rata siklus I = 148 : 23 = 6,43%


42

Untuk memperoleh nilai rata-rata indikator peranak yaitu:

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑛𝑎k = 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒊𝒏𝒅𝒊𝒌𝒂𝒕𝒐𝒓 𝒂𝒏𝒂𝒌

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒏𝒂𝒌

Hasil perkembangan kreativitas seni rupa permulaan anak setelah dilakukan


tindakan I memperoleh rata-rata nilai setiap anak adalah . Dari 23 orang anak mendapatkan
nilai mulai berkembang dengan persentase (100%), dan kemudia tidak ada satupun anak
yang mendapatkan nilai berkembang sesuai harapan atau berkembang sangat baik.
Ringkasan perkembangan anak dapat dilihat dari table berikut ini.

Tabel 4.5

Ringkasan Peningkatan kreativitas seni rupa Permulaan Anak

Persentase Jumlah Anak Persentase Jumlah Keterangan


Anak
80 % - 100 % 0 0% BSB
60 % - 79 % 0 0% BSH
40 % - 59 % 23 100% MB
0 % - 39 % 0 0% BB
Untuk memperoleh nilai Persentase Kemampuan Klasikal (PKK) yaitu:

Jumlaℎ anak yang mengalami peningkatan> 60 %


PKK = x 100
Jumlaℎ anak

4
PKK= x 100=19 , 04 %
21

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan kreativitas seni rupa
permulaan anak 5-6 tahun secara keseluruhan belum tercapai. Berdasarkan penilaian dari
pengamatan perkembangan kreativitas seni rupa.

d. Refleksi
43

Berdasarkan hasil penilaian dan pengamatan yang telah dilaksanakan, dapat dinyatakan
bahwa peningkatan perkembangan kreativitas seni rupa permulaan anak masih tergolong
rendah. Dengan kondisi ini, maka peneliti membuat perbaikan atas tindakan yang akan
dilakukan di siklus berikutnya yang diharapkan nantinya perbaikan itu dapat meningkatkan
perkembangan kreativitas seni rupa permulaan anak menjadi optimal. Hasil refleksi pada
siklus I yaitu:

1) Kurangnya respon anak terhadap kehadiran penelti.

2) Anak masih malu malu menjawab pertanyaan yang di ajukan peneliti

3) Belum kondusifnya keadaan kelas.

2. Hasil dan Pembahasan Siklus II


a. Perencanaan

Melalui hasil yang didapatkan pada saat pelaksaan siklus I maka dapat dinyatakan
perlunya perbaikan terhadap tindakan sebelumnya. Kekurangan yang terdapat pada saat
melaksanakan siklus I akan diperbaiki pada siklus II yang beracuan pada mengubah
kekurangan yang ditemukan, yaitu:

1) Kurangnya respon anak terhadap kehadiran penelti.


2) Anak Masih Malu Malu menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti
3) Belum kondusifnya keadaan kelas.

Penggunaan media berbasis kulit buah berbagai ukuran yang diwarnai dengan beraneka
ragam warna pada setiap gambar akan tetap dilakukan di siklus II, dengan melihat
kekurangan di atas, maka yang perlu dilakukan peneliti adalah:

1) Membuat ulang rancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPPH) dengan


buah / buah yang unik
2) Memberikan ransangan berupa motivasi ataupun benda yang menarik agar anak lebih
tertarik dengan kegiatan yang dilakukan dan nyaman dengan kedatangan peneliti.
Dalam hal ini peneliti memberikan tambahan seperti yang diberi gambar yang akan
digambarkan anak.
3) Memulai kegiatan dengan membuat lagu yang membuat semangat anak meningkat
dan anak semakin ingin melakukan kegiatan yang akan dilaksanakan.
44

4) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam menggambar permulaan dan
memperlihatkan kepada anak, dalam hal ini peneliti selalu melakukan pembelajaran
saintifik dengan mengenalkan media kulit buah yang akan digunakan anak. Hal
dilakukan agar rasa ingin tau anak meningkat dan meningkatkan semangat anak.
5) Mempersiapkan lembar penilaian untuk hasil observasi peningkatan perkembangan
kreativitas seni rupa pada anak.
b. Pelaksanaan

Sebelum menggunakan media berbasis kulit buah berbagai ukuran yang diwarnai dengan
beraneka ragam warna dan diberi kolase pada setiap gambar dalam kegiatan belajar, adapun
hal yang harus dipersiapkan oleh peneliti agar tidak melakukan kesalahan yang sama dari
pelaksanaan sebelumnya. Pelaksaan pada siklus ini peneliti akan menjalankannya sesuai
dengan RPPH untuk meningkatkan kreativitas seni rupa permulaan anak, yang dilakukan
dengan cara sebagai berikut:

1) Melakukan pembukaan kegiatan pembelajaran salam dan bernyanyi bersama anak.


2) Memotivasi anak untuk lebih fokus dan semangat.
3) Memberikan properti yang telah diperlihatkan kepada anak yang akan membuat anak
lebih tertarik.
4) Menjelaskan masing masing kepada anak sesuai dengan indikator yang akan dinilai
dan diamati.
5) Membuat demonstrasi kegiatan pada masing masing anak agar lebih mudah dipahami.
6) Peneliti dan guru memantau berlangsungnya kegiatan bermain peran anak.
c. Hasil Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dan penilaian terhadap peningkatan perkembangan menggambar,


menggunting, dan menempel permulaan anak peneliti bekerjasama dengan guru kelas dan
guru pendamping. Sebelum dilakukannya tindakan siklus II anak-anak masih salah terbalik
dalam menggambar, seperti apa bentuk buah , mereka cenderung asal dalam menjawab ada
juga yang lebih memilih diam ketika diberikan pertanyaan mengenai buah.

Dari pengamatan siklus II yang peneliti lakukan, dapat disimpulkan bahwa


kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun meningkat dari siklus 1 Perolehan hasil dari
observasi. Dalam kemampuan mengenal konsep bilangan hanya sebagian kecil yang dapat
membedakan berdasarkan jumlah. Contohnya peneliti meminta anak menggambar
menggunakan kulit buah 1 buah , sementara masing-masing atas dan bawah hanya terdapat 2
45

buah jadi kekurangan dari yang atas anak belum paham berapa buah alhasil ketika sudah
sampai 2 buah anak malah menggambar ulang bukan melanjutkan hasil dari yang di atas.

Dari setelah dilakukannya penelitian tindakan pada siklus II anak mulai mengalami
peningkatan dalam memahami konsep menggambar hampir seluruh anak memahami
kemampuan mengenal konsep menggambar dan bisa menggunting menggunakan kertas
Dengan meggunakan cara yang berbeda dari siklus I, di siklus II anak menggunakan media
menggunting yang diberi kemudian anak mencocokkan gambar pada kertas dan gunting
Anak sudah bisa mengurutkan buah dari jumlah yang terkecil sampai terbesar.

Selanjutnya mengaitkan gambar setelah dilakukannya penelitian siklus II yang


dilakukan sudah mengalami peningkatan dan perubahan. Untuk proses pembelajaran di
dalam kelas, guru dan peneliti melakukan kegiatan pengamatan terhadap kegiatan dari awal
sampai akhir pembelajaran. Berikut ini merupakan tabel mengenai kegiatan pembelajaran
dari awal sampai akhir pada siklus II. Peningkatan kreativitas seni rupa permulaaan anak
pada siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
46

Tabel 4.6

Data Observasi Peningkatan Kreativitas Seni Rupa Pada Siklus II

NO. SIKLUS II Persentase Keterangan


Kode Anak Indikator
1 2 3
1. MMH 3 3 2 0,54% BSH
2. SA 2 2 3 0,30% BSH
3. GA 2 2 2 0,26% BSB
4. KHM 2 2 3 0,30% BSB
5. AI 2 3 2 0,30% BSH
6. AAKK 2 2 2 0,26% BSB
7. RF 2 2 2 0,26% BSH
8. MIS 2 2 2 0,26% BSH
9. SAN 2 2 2 0,26% BSB
10. GAB 2 2 2 0,26% BSB
11. NA 2 3 2 0,26% BSH
12. NFR 2 2 2 0,26% BSB
13. AO 2 2 2 0,26% BSH
14. ZF 2 2 2 0,26% BSB
15. RDH 2 2 2 0,26% BSB
16. AP 2 2 2 0,26% BSB
17. MAMH 2 2 2 0,26% BSB
18. AAS 2 2 2 0,26% BSB
19. AS 2 2 2 0,26% BSH
20. HYA 3 3 3 0,39% BSH
21. WNH 3 3 3 0,39% BSH
22. YZA 3 3 3 0,39% BSB
23. IKF 4 3 3 0,43% BSH
Jumlah Skor 157
Rata-Rata 6,82%
47

Keterangan

Nilai rata-rata siklus II = 157 : 23 = 6,82%

Untuk memperoleh nilai rata-rata indikator per-anak adalah:

Jumlaℎ skor indikator


Nilai rata− rata indikator per anak=
Jumlaℎ anak

Tabel diatas menunjukkan bahwa 12 anak dengan nilai berkembang sangat baik,
sedangkan 11 anak dengan nilai berkembang sesuai harapan. Tidak ada nilai mulai
berkembang atau belum berkembang.

Tabel 4.7

Ringkasan Hasil Peningkatan Kreativitas Seni Rupa

Persentase Jumlah Anak Persentase Jumlah Anak Keterangan


80 % - 100 % 12 53% BSB
60 % - 79 % 11 47% BSH
40 % - 59 % 0 0% MB
0 % - 39 % 0 0% BB
Untuk memperoleh nilai Persentase Kemampuan Klasikal (PKK) yaitu:

Jumlaℎ anak yang mengalami peningkatan> 60 %


PKK = x 100
Jumlaℎ anak

Dengan demikian, berdasarkan perolehan nilai dan pengamatan terhadap peningkatan


kretivitas seni rupa pada anak pada siklus II, peningkatan kreativitas seni rupa secara
keseluruhan telah meningkat, seperti yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini.

Gambar 4.3

Diagram Peningkatan Kreativitas Seni Rupa Siklus II


48

Diagram Batang Peningkatan Kreativitas Seni


Siklus I ke Siklus II
60.00%

50.00%

40.00%
Siklus I
Siklus II
30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
H A A I K S N B A R O F H P H S S F H A F
M S G KHM A AK MI SA GA N NF A Z RD A AM AA A HYA WN ZYZ IK
M A M

Gambar di atas menunjukkan hasil observasi peningkatan kreatibitas seni siklus I ke


siklus II anak usia 5-6 tahun yaitu: siklus I Terdapat 23 anak dikategorikan MB (Muli
Berkembang) 100%, dan pada siklus II terdapat 12 anak dikategorikan BSB (Berkembang
Sesuai Harapan) 53,00 % dan 11 anak 47,00%.

4.2.2 Bagaimana Peningkatan Kreativitas Seni Rupa Anak Usia 5-6 Tahun Di
RA Dinul Hasanah Ketika Diterapkan Kegiatan Menggambar, Menggunting
Dan Menempel

Pengembangan seni di taman kanak-kanak merupakan salah satu dari bidang


pengembangan kemampuan dasar yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan
kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan perkembangannya. Ada tujuh fungsi dari
pengembangan seni yaitu : Melatih ketelitian dan kerapian anak, mengembangkan fantasi dan
kreativitas anak, melatih motorik halus anak, menambah pengamatan, pendengaran, dan daya
cipta anak, mengembangkan perasaan estetika, dan menghargai hasil karya anak lain,
mengembangkan imajinasi anak.

Jadi dalam menetapkan rancangan pemberian tugas ada beberapa langkah yang
harus dilakuin guru yaitu contohnya sebagai berikut: rancangan mengkomunikasikan tujuan
dan tema pemberian tugas, membagikan buku tugas kepada masing-masing untuk
mengerjakan tugas tersebut dengan menggunakan alat (pensil), menjelaskan cara
49

mengerjakan tugas untuk memasangkan gambar yang sesuai satu dengan yang lain, dan
membimbing anak dalam mengerjakan tugas lebih teliti, berkerja lebih baik, dan lebih rapi.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti sebelum melakukan tindakan


penelitian, kemampuan awal motorik halus anak di RA DINUL HASANAH Tahun Ajaran
2022–2023. kelompok A (usia 5-6 tahun), terdiri dari 23 siswa, terdiri dari 12 anak
Perempuan dan 11 anak Laki-laki masih rendah. Sebagian besar anak mengalami kesulitan
pada saat melakukan kegiatan menempel kulit buah dan meletakkan dengan rapi. Anak
masih mengalami kesulitan dalam menggunakan jari jemari dan koordinasi mata-tangan
dalam melakukan gerakan yang agak rumit. Anak masih menggunakan cottonbud, dan
bahan lainnya.

Selama ini kegiatan pembelajaran yang sering diberikan guru untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak adalah menempel sesuai pola, menggunting gambar
mengikuti pola kemudian menempelkan hasilnya di buku menempel, mencocok bentuk
gambar dan menempelkan hasil cocokkan di buku menempel, melipat kertas kemudian
ditempel pada buku menempel, menggambar dan mewarnai, mencetak dengan kulit buah,
menjahit dan menganyam.

Untuk itu penelitian ini diharapkan anak-anak bisa dan mau menggunakan jari
jemarinya secara langsung dalam kegiatan menempel kulit buah. Sebelum diadakannya
tindakan, untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak di kelompok A RA Al Dinul
Hasanah, observasi dari kegiatan menempel kulit buah difokuskan pada aspek-aspek sebagai
berikut: kemampuan anak dalam mengontrol gerakan tangan yang menggunakan otot-otot
halus dalam aktivitas memberi lem pada pola gambar, menyusun bahan untuk menempel
kulit buah. Hasil pengamatan tersebut diuraikan.

BAB V

PENUTUP

5.2 Kesimpulan
50

Berdasarkan analisis pada BAB IV yang dilakukan di RA Dinul Hasanah maka dapat
disampaikan:

Dari setelah dilakukannya penelitian tindakan pada pra siklus, siklus I dan siklus II
anak mulai mengalami peningkatan dalam memahami konsep menggambar Hampir seluruh
anak memahami kemampuan mengenal konsep menggambar dan bisa menggunting
menggunakan kertas Dengan meggunakan cara yang berbeda dari siklus I, di siklus II anak
menggunakan media menggunting yang diberi kemudian anak mencocokkan gambar pada
kertas dan gunting anak sudah bisa mengurutkan buah dari jumlah yang terkecil sampai
terbesar.

Dan selama penelitian ini kegiatan pembelajaran yang sering diberikan guru untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak adalah menempel sesuai pola, menggunting
gambar mengikuti pola kemudian menempelkan hasilnya di buku menempel, mencocok
bentuk gambar dan menempelkan hasil cocokkan di buku menempel, melipat kertas
kemudian ditempel pada buku menempel, menggambar dan mewarnai, mencetak dengan
kulit buah, menjahit dan menganyam.

5.2 Saran
1. Bagi guru kelas agar meningkatkan lagi suasana dalam pembelajaran yang
dapat memberi anak pengalaman yang baik dan menyenangkan sehingga dapat
meningkatkan minat belajar anak.
2. Bagi sekolah yaitu sebagai bahan masukan supaya dapat menyediakan media
pembelajaran yang dapat meningkatkan daya tarik belajar anak.
3. Bagi mahasasiswa/i, khususnya bagi jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini
diharapkan penelitian ini dikembangkan dan diteliti lebih lanjut tentang
menggambar, menggunting, dan menempel kulit buah.

DAFTAR PUSTAKA

Acep Yoni. (2014). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.


51

Anggito, & Setiawan. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. CV Jejak.

Danasee. (2013). Perkembangan Kreativitas Anak Usia Dini.

Danim, S. (2010). Perkembangan Peserta Didik.

Depdiknas. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Emzir. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data (2nd ed.). PT Raja Grafindo

Persada.

Garha, Oho. 1987. Memahami Dunia Kesenirupaan Anak-Anak. Bandung: Binacipta.

Ghony, D., & Almanshur, F. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Ar-Ruzz Media.

Guslinda dan Rita Kurnia. (2018). Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakad Publishing.

Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi. (2010). Seni Keterampilan Anak. Yogyakarta: Universitas
Terbuka.

Igak Wardhani, dkk. (2017). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Kunandar. (2016). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan


Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Martini Jamaris. (2016). Proses Kreativitas Anak. Jakarta: Erlangga.

Olivia, F. (2013). Gembira Bermain Coret-Coret. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Pamadhi Hajar. (2012). Seni Keterampilan Anak. Perpustakaan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Pamadhi, Hajar. 2010. Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sternberg, R. J. (1986). A triangular theory of love. Psychological Review, 93, 119-135.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sumanto. (2006). Pengembangan Kreativitas Senirupa Anak SD. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Ketenagaan
Perguruan Tinggi.
52

Sumanto.(2005) Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak TK. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional, Dirjen Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan
Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi.

Suratno. (2005). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.

Susanto, A. (2015). Bimbingan & Konseling Di Taman Kanak-Kanak.

Susanto, A. (2017). Pendidikan Anak Usia Dini Konsep Dan Teori.

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. (2015). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Indeks.

Yeni Rachmawati & Euis Kurniati. Strategi Pengembangan Kreativitass Pada Anak Usia
Taman Kanak-kanak. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan
Ketenagaan Perguruan Tinggi. 2010)., h. 15.

LAMPIRAN
53

Gambar Surat Izin Riset Dari UINSU-Medan


54

Gambar Visi Misi RA

Gambar Ruang Kelas


55

Gambar Peneliti Dengan Anak Didik

Gambar Peniliti Dengan Anak Didik Setelah Kegiatan


56

Anak Mengerjakan Tugas Yang Diberi Peneliti

Gambar Anak Dengan Hasil KKegiatannya


57

RPPH RA Dinul Hasanah


58
59

Anda mungkin juga menyukai