SKRIPSI
Oleh:
NIM 0308193123
MEDAN
2023
DISETUJUI DAN DISAHKAN
Pembimbing I Pembimbing II
Assalamu’alaikumWr. Wb
Dengan Hormat,
NIM : 0308193123
Dengan ini kami menilai Skripsi tersebut dapat disetujui untuk diajukan
dalam Sidang Munaqasah Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sumatera Utara Medan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Junaidi Arsyad, M.A Nurlaili, M.Pd
NIP. 197601202009031001 NIP. 198908032019082001
PERNYATAAN KEASLIAN
NIM : 0308193123
NIM 0308193123
SKRIPSI
Oleh :
NIM. 0308193123
Pembimbing I Pembing II
SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
ABSTRAK
NIM : 0308193123
The results of this research at the beginning of the pre-cycle were BB (Not
Yet Developing) 80% and MB (Starting to Develop) 20% with an average of
4.22%, this shows that the increase in children's activities of drawing, cutting and
sticking fruit skin is still relatively low or not yet fully developed. The results of
observational research in cycle I MB (Starting to Develop) were 100% and the
results of research in cycle II were that there were 11 children including BSH
(Developing According to Expectations) 47% and 12 children including BSB
(Developing Very Well) 53%.
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan kalimat puja dan puji syukur kepada Allah SWT, yang berkat
rahmat dan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi. Selain itu, penulis
mengucapkan sholawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad SAW, yang telah membawa
kita dari zaman gelap ke zaman terang benderang seperti saat ini. Penulis menyadari bahwa
skrpsi ini, yang merupakan masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi kualitas maupun
jumlah.
Pada akhirnya, penyusunan skripsi ini adalah hasil dari kerja keras, kegigihan,
kesabaran, dukungan doa, motivasi, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis
harus mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
orang yang telah membantunya. Ucapan terimakasih setulusnya dan penghargaan setinggi-
tingginya, disampaikan kepada yang terhormat:
7. Ibu Lisa Dwi Afri, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan pengarahan dan bimbingan selama kuliah, dan selalu memberikan
bantuan dengan suka rela kepada saya.
8. Seluruh Dosen dan Staf Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang senantiasa
memberikan ilmu pengetahuan kepada saya selama kuliah.
9. Kepada Ibu Syarifah Nursya selaku kepala sekolah beserta guru yang mengajar di RA
Dinul Hasanah yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di
sekolahnya ;
10. Teman teman seperjuangan Pendidikan Islam Anak Usia Dini Stambuk 2019 terutama
kelas PIAUD-4 yang tidak dapat dituliskan satu persatu yang selama ini saling
memberi semangat, dukungan, dan saling membantu untuk menyelesaikan skripsi ini
dan memiliki sebuah harapan dapat menyelesaikan pendidikan ini bersama-sama.
11. Kepada teman dekat saya,Diah Juliani, Milwana Harahap Nurhariyana, Nilsya
Rezky apilia, Atika dhini nasution, Tirani Delia Syahna, Ulmi Wahyu Kartika
Naution, dan Putri Zulaykha terimakasih karena memberikan semangat dan dukungan
yang luar biasa untuk penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
12. Terkhusus kepada seseorang spesial, Rahman Arif, terimakasih karna selalu ada dan
tak henti-hentinya memberikan semangat dan dukungan serta menjadi bagian
perjalanan saya untuk menyelesaikan skripsi ini
Selain itu, berkat kebaikan ini, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang
tulus kepada orang tua penulis, ibu Dewi Elia Br Surbakti, atas kemampuan penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Semoga atas segal adoa, dukungan, bimbingan, dorongan, dan bantuan yang
telahdiberikan oleh semua pihak di atas mendapat pahala berlimpah dari Allah SWT,
AamiinYaRabbal ‘Alamiin.
Penulis,
NIM 0308193123
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL........................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 50
v
DAFTAR TABEL
Di RA Dinul Hasanah....................................................................................... 33
Permulaan Anak................................................................................................ 37
Permulaan Anak................................................................................................ 41
Tabel 4.6 Data Peningkatan Kreativitas Seni Rupa Pada Siklus II.................. 45
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Indikator
Lampiran 4 RPPH
Lampiran 5 IndikatorPenilaian
Lampiran 6 Dokumentasi
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sumanto (2006: 10) menegaskan bahwa proses penciptaan sebuah karya dari kreativitas
menggambar bukan hanya berupa kepandaian secara fisik saja dalam proses berkaryanya,
melainkan juga termasuk kemampuan mencurahkan segenap potensi pribadi, baik berupa
bakat, kepekaan, pengalaman, dan sebagainya. Menggambar merupakan aktivitas spontan
bagi anak untuk menggambar. Anak “menggambar” sesudah mereka mampu memegang
pensil atau alat tulis yang lain. Anak dapat melalukan hal itu mulai berusia kurang lebih 52
minggu. Menggambar merupakan suatu gerakan motoris yang global bagi anak; seluruh
badan seakan-akan terlibat melakukan gerakan itu (Haditono, 2001).
Menggambar adalah salah satu kegiatan yang digemari anak. Kegiatan menggambar
sangat sering dipilih guru dalam rancangan dan pelaksanaan pembelajaran pada Pendidikan
Anak Usia Dini. Guru tidak perlu memaksa anak untuk melakukan kegiatan menggambar
karena anak dengan mudah berkreasi, sesuai dengan teori yang dikemukakan Olivia (2013:2),
mengatakan bahwa, menggambar bebas merupakan aktivitas mencoret-coret suatu media
kertas yang merupakan hasil dari ide dan gagasan pemikiran seseorang, mengenai apa yang
dilihatnya atau apa yang disampaikan orang lain, baik itu berupa suatu objek yang ada
dilingkungan, maupun murni dari hasil pemikiran seseorang mengenai sesuatu sehingga
menghasilkan kepuasan tersendiri.
Sumanto (2005: 102) menempel merupakan suatu teknik penyelesaian dalam membuat
aneka bentuk kerajinan tangan dari bahan kertas dengan memakai lem secara langsung
dengan menggunakan jari-jari tangan. Menempel merupakan suatu teknik penyelesaian dalam
membuat aneka bentuk kerajinan tangan dari bahan kertas dengan memakai lem secara
langsung dengan menggunakan jari-jari tangan Menempel merupakan salah satu kegiatan
2
yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus pada anak.
Kegiatan menempel adalah salah satu kegiatan yang menarik minat anak-anak karena
berkaitan dengan meletakkan dan merekatkan sesuatu sesuka mereka. Proses dalam
menempel mempunyai tujuan motorik yang sangat nyata, karena dalam menempel potongan
gambar diperlukan ketelitian, kesabaran, keterampilan dalam proses penempelan gambar.
Untuk kegiatan menempelkan gambar telah disediakan tempat yang biasanya sudah ada
batas-batasnya, yaitu ruangan kosong/kertas kosong.
Karena media pembelajaran memiliki peranan yang penting dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Dengan adanya media, maka proses kegiatan belajar menggambar, menggunting,
dan menempel dengan baik dan dirasakan manfaatnya. Penggunaan media diharapkan akan
menumbuhkan hal positif, seperti munculnya proses pembelajaran yang lebih kondusif,
terjadinya umpan balik dalam proses belajar mengajar, dan tercapainya hasil yang optimal.
Dengan begitu media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat, metode, atau teknik yang
dipergunakan dalam menyalurkan pesan, membantu mempertegas bahan pembelajaran,
sehingga mampu membangkitkan minat dan motivasi anak didik ketika mengikuti proses
pembelajaran.(Guslinda, Rita Kurnia, 2018, p. 1)
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul“
Penerapan Kegiatan Menggambar, Menggunting, Menempel Kulit Buah Untuk
Meningkatkan Kreativitas Seni Rupa Pada Anak Usia 5-6 Tahun di RA Dinul Hasanah .
Berdasarkan batasan masalah yang di uraikan diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah
3
1. Bagaimana kreativitas seni rupa pada anak usia 5-6 tahun di RA Dinul Hasanah
sebelum diterapkannya kegiatan menggambar, menggunting dan menempel ?
2. Bagaimana penerapan kegiatan menggambar, menggunting dan menempel untuk
meningkatkan kreativitas seni rupa pada anak usia 5-6 tahun?
3. Bagaimana peningkatan kreativitas seni rupa anak usia 5-6 tahun di RA Dinul
Hasanah ketika diterapkan kegiatan menggambar, menggunting dan menempel?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti ini bertujuan untuk mengetahui
1. Untuk mengetahui kreativitas seni rupa pada anak usia 5-6 tahun di RA Dinul
Hasanah sebelum diterapkannya kegiatan menggambar, menggunting dan menempel
2. Untuk mengetahui penerapan kegiatan menggambar, menggunting dan menempel
untuk meningkatkan kreativitas seni rupa pada anak usia 5-6 tahun
3. Untuk mengetahui peningkatan kreativitas seni rupa anak usia 5-6 tahun di RA Dinul
Hasanah ketika diterapkan kegiatan menggambar, menggunting dan menempel
1.4 Manfaat Penelitian
1. Secara teoretis
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan anak usia dini terutama dalam peningkatan
kegiatan menggambar, menggunting, dan menempel pada kulit buah untuk meningkatkan
kreativitas seni rupa pada anak usia 5-6 tahun di RA Dinul Hasanah.
2. Secara Praktis
a. Bagi Guru
b. Bagi Peneliti
Untuk mengetahui apakah kegiatan menggambar, menggunting, dan menempel kulit buah
untuk meningkatkan kreativitas seni rupa pada anak usia 5-6 tahun di RA Dinul Hasanah.
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Menurut Suratno (2005: 24) bahwa kreativitas sangat dekat dengan imajinasi atau
kecerdikan dalam mencari suatu hal yang bernilai. Hal ini didukung pula oleh Danasee (2013:
97) bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan gagasan atau
produk ketika berinteraksi dengan lingkungannya.
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik
berupa gagasan maupun karya nyata, yang relative berbeda dengan apa yang telah ada
sebelumnya.1. Menurut Semi awan dalam Yeni Rachmawati kreativitas merupakan
kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan
masalah. Selanjutnya menurut Chaplin dalam Yeni Rachmawati juga berpendapat bahwa
kreativitas adalah kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam seni, atau dalam permesinan,
atau dalam memecahkan masalah-masalah dengan metode-metode baru. Dari beberapa
defenisi kreativitas di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan
untuk memberikan suatu gagasan yang baru dalam memecahkan masalah, serta menghasilkan
seni dan metode-metode yang baru dalam teknik permesinan.
Oleh Sternberg (1986:122) yang menyatakan bahwa titik pertemuan yang khas antara
atribut psikologis :
a. Inteligensi, gaya kognitif, dan kepribadian atau motivasi Ketiga segi alam Pikiran ini
bersama sama membantu memahami apa yang melatar belakangi individu yang
kreatif.
5
b. Definisi proses, oleh Torrance yang menyatakan bahwa kreativitas pada dasarnya
menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah yaitu definisi yang meliputi
seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari menemukan masalah sampai dengan
menyampaikan masalah.
c. Definisi produk, oleh Barron dalam Agus Makmur yang menyatakan bahwa
kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang
baru. Hal ini terfokus pada produk kreatif yang menekankan orisinalitas. Menurut
Haefele dalam Agus Makmur kretivitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi–kombinasi baru yang .mempunyai makna sosial.
d. Definisi press, dari ketiga definisi dan pendekatan terhadap krativitas menekankan
faktor “ press “ atau dorongan baik dorongan internal (diri sendiri berupa keinginan
dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif ) maupun dorongan
eksternal dari lingkungan sosial psikologi. Menurut James J. Gallagher dalam Yeni
Rachmawati mengatakan bahwa “Creativity is a mental process by which an
individual creates new ideas or products, or recombines existing ideas and product, in
fashion that is novel to him or her” (kreativitas merupakan suatu proses mental yang
dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru, atau mengombinasikan
antara keduanya.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah sebuah metode
ilmiah yang di hasilkan dari suatu pikiran seseorang untuk menghasilkan suatu produk yang
dapat menggasah kognitif seseorang. a. Ciri-ciri Kreativitas Supriadi dalam Yeni Rachmawati
(2010:15) mengatakan bahwa ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori,
kognitif dan non kognitif. Ciri kognitif diantaranya orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan
elaborasi. Sedangkan ciri non kognitif diantaranya motivasi sikaf dan kepribadian kreatif.
Kedua ciri ini sama pentingnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif
tidak akan menghasilkan apapun. Kreativitas hanya dapat dilahirkan dari orang cerdas yang
memiliki kondisi psikologis yang sehat. Kreativitas tidak hanya perbuatan otak saja namun
variable emosi dan kesehatan mental sangat berpengaruh terhadap lahirnya sebuah karya
kreatif. Kecerdasan tanpa mental yang sehat sulit sekali dapat menghasilkan karya kreatif.4
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kreativitas adalah sifat
motivasi dan kepribadian kreatif yang berupa kondisi psikologis.
َو ُهّٰللا َاْخ َر َج ُك ْم ِّم ْۢن ُبُطْو ِن ُاَّم ٰه ِتُك ْم اَل َتْع َلُم ْو َن َش ْئًـۙا َّوَجَعَل َلُك ُم الَّسْمَع َو اَاْلْبَص اَر َو اَاْلْفِٕـَدَةۙ َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُرْو َن
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar
kamu bersyukur.
َل ۥُه ُمَع ِّقَٰب ٌت ِّم ۢن َبْيِن َيَد ْيِه َوِم ْن َخ ْلِفِهۦ َيْح َفُظوَن ۥُه ِم ْن َأْم ِر ٱِهَّللۗ ِإَّن ٱَهَّلل اَل ُيَغِّيُر َم ا ِبَقْو ٍم َح َّتٰى ُيَغِّيُرو۟ا َم ا ِبَأنُفِس ِه ْم ۗ َو ِإَذ ٓا َأَر اَد ٱُهَّلل ِبَقْو ٍم
ُس ٓو ًء ا َفاَل َم َر َّد َلُهۥۚ َو َم ا َلُهم ِّم ن ُدوِنِهۦ ِم ن َو اٍل
Berdasarkan ayat diatas, dapat dipahami bahwa anak lahir dalam keadaan lemah tak
berdaya dan tidak mengetahui (tidak memiliki pengetahuan) apapun. Akan tetapi allah telah
membekali anak yang baru lahir tersebut dengan pendengaran, penglihatan dan hati nurani.
Inilah bekal yang sangat potensial bagi tumbuh kembangnya pada anak diusiausia
selanjutnya. Surat ini menekankan pada kemampuan manusia yakni akal, indra, dan nurani.
Ketiga potensi tersebut harus dikembangkan secara seimbang, apabila salah satu dari ketiga
tidak dapat terpenuhi maka seorang tidak dapat tumbuh secara normal. Semua kemampuan
yang diberikan Allah SWT tersebut dapat dijadikan sebagai dasar dalam mengembangkan
kreativitas seseorang.
Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pendidikan yang diberikan kepada
anak sejak lahir sampai usia 6 tahun, yang dilakukan dengan memberikan rangsangan untuk
mengembangkan seluruh aspek perkembangananak baik perkembangan fisik, kecerdasan,
sosial emosional, bahasa, kepribadian, jasmani maupun rohani agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal untuk memasuki pendidikan lebih lanjut. Salah satu
perkemabangan yang penting adalah kemampuan seni anak. Hakikat seni untuk anak usia
dini adalah seni sebagai media bermain.
7
Bermain imajinasi bagi anak mempunyai peran penting, karena di dalam bermain bentuk
anak-anak dapat membayangkan atau berimajinasi tentang kejadian di tahun 2020; anak akan
menampilkan bermacam-macam ide dan gagasan. Seni rupa bagi anak merupakan alat untuk
memainkan ide serta pikiran yang penuh dengan gagasan. Kegiatan menggambar yang
dilakukan anak kadangkala disertai dengan gerakan fisik. Seni untuk pendidikan anak usia
dini juga sebagai media berkomunikasi. Tidak setiap anak mempunyai perkembangan bicara
dan mengutarakan pendapatnya secara lisan, oleh karenanya gambar dapat digunakan sebagai
alat untuk mengutarakan pendapat. Seni sebagai ungkapan rasa, kegiatan anak dilakukan
dengan sadar maupun hanya sekedar mencoret kertas atau dinding, kesemuanya ini tetap
diakui sebagai karya rupa atau gambar.
Ketika seorang anak melakukan kegiatan mencoret dinding dengan sadar, maka segala
bentuk yang diutarakan kembali dengan urut dan tidak berubah. Kegiatan ini disebut ekspresi
seni. Seni untuk mengutarakan ide, gagasan dan angan-angan. Karya seni yang dilakukan
anak, lebih cenderung merupakan kebutuhan biasa sebagai makhluk hidup yang harus
bercerita kepada orang lain, atau membayangkan sesuatu yang seiring dengan perkembangan
usianya. Keterbatasan kata-kata membuat perasaan anak semakin sesak karena keinginannya
mengutarakan pendapat tidak diketahui orang lain. Akhirnya, anak hanya mampu
mengutarakan lewat gambar dan simbol. Simbol yang muncul dari pikiran anak ini ternyata
mempunyai arti yang sangat kompleks, mulai keinginan sesuatu, gagasan serta angan-angan
yang meluap atas benda pujaannya. Seni dalam pendidikan anak usia dini memiliki banyak
manfaat yang dapat diterima secara langsung oleh anak dalam pengalamnnya dengan seni.
Anak dapat bermain dengan riang dan gembira dan belajar bagaimana kearifan lokal
daerahnya diajarkan, dan ini akan menumbuhkan rasa nasionalisme yang kuat nantinya,
menanamkan nilai-nilai keluhuran bangsa dilakukan sejak dini merupakan langkah yang tepat
bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan usia dini agar generasi masa depan tidak akan
kehilangan ruh jati diri mereka sebagai insan Bangsa Indonesia yang hakiki. Pendidikan seni
pada anak merupakan salah satu upaya untuk menggali kemampuan dasar dan potensi anak.
Pendidikan seni memiliki banyak manfaat yang dapat diterima secara langsung maupun tidak
langsung oleh anak. Fungsi yang dapat diterima secara langsung yakni sebagai media
ekspresi diri, media komunikasi, media bermain, dan menyalurkan minat serta bakat anak
tersebut.
Pada awal perkembangannya, seorang bayi dapat memanipulasi gerakan atau pun suara
hanya dengan kemampuan pengamatan dan pendengarannya. 6 Ia belajar mencoba, meniru,
berkreasi dan mengekspresikan diri sesuai dengan gayanya sendiri yang khas dan unik. Anak
usia 3-4 tahun pun dapat menciptakan apapun yang dia inginkan melalui benda-benda di
sekitarnya. Ia dapat menciptakan roket dengan ember cucian ibunya, mobil bus dengan kursi
terbalik, dan sebagainya.
Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya anak-anak telah memiliki jiwa kreatif.
Persoalan yang terjadi pada perkembangan selanjutnya daya kreatif anak semakin berkurang.
Peraturan-peraturan yang tidak perlu, pola kebiasaan, pola penghargaan dan pola asuh orang
dewasa di sekitar anak dapat menghambat daya kreativitas tersebut. Di sekolah mereka tidak
dapat lagi bebas memiliki warna langit, bebas memilih posisi duduk, mereka tidak dapat
belajar sambil tengkurap di karpet, tidak dapat belajar di halaman, menggambar benda-benda
aneh atau pun banyak bertanya. Banyak hal yang membuat daya kreativitas anak tereduksi.
Ciri-ciri aptitude ialah ciri-ciri yang berhubungan dengan kognisi, proses berpikir. Ciri-
ciri ini antara lain:
Ciri-ciri Non-Aptitude ialah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan.
a. Rasa ingin tahu, yaitu selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak sesuatu dengan
cara mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang, objek, dan situasi,
serta peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti.
b. Bersifat imajinatif, yaitu mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang
tidak atau belum pernah terjadi dan menggunakan khayalan, tetapi mengetahui
perbedaan anatara khayalan dan kenyataan.
2.1.6 Faktor Pendukung Kreativitas
Kreativitas merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat dikembangkan. Dalam
mengembangkan kreativitas tersebut, terdapat faktor-faktor yang dapat mendukung upaya
menumbuh kembangkan kreativitas. Faktor-faktor yang dapat mendukung atau mendorong
munculnya kreativitas tersebut adalah
1) Lingkungan Keluarga
Orang tua memberikan kebebasan kepada anak, orang tua yang menghormati anak
sebagai individu, percaya kemampuan mereka dan menghargai keunikan anak. Orang tua
yang kreatif mendorong anak untuk berusaha dan menghasilkan karya yang baik, namun
tidak terlalu menekankan untuk mencapai anka atau peringkat tertentu.
2) Lingkungan Sekolah
Guru menerima anak sebagaimana adanya, tanpa syarat dengan segala kelebihan dan
kekurangannya, serta memberikan kepercayaan bahwa pada dasarnya anak baik dan mampu.
Guru memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku
10
anak sehingga guru dapat merasakan diri dalam situasi anak dan melihat dari sudut pandang
anak.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai perlakuan dan tindakan anak dengan
berbagai pola dan tingkah lakunya. Artinya ekspresi kreativitas anak kerap menimbulkan efek
kurang berkenan bagi orang tua. Misalnya, orang tua melarang anak merobek-robek kertas
karena takut rumah jadi kotor, atau berteriak, marah-marah saat anak main pasir karena takut
kena kuman. Padahal tiap anak memiliki ekspresi kreativitas yang berbeda, ada yang terlihat
suka mencoret-coret, beraktivitas gerak, berceloteh, dan melakukan eksperimen. Penyikapan
orang tua seperti itu berarti merupakan salah satu contoh dari sekian banyak faktor yang
menghambat kreativitas seorang anak.
Selain itu, aspek kreativitas menurut Martini Jamaris (2014 : 67) yaitu:
cipta/kreativitas. Menurut Sumanto (2017 : 43) pengembangan daya cipta bertujuan membuat
anak-anak kreatif, yaitu lancar, fleksibel dan orisinil dalam bertutur kata, berpikir, serta
berolah tangan, berolah seni dan berolah tubuh sebagai latihan motorik haus dan motorik
kasar. Dari pendapat Sumanto dapat diketahui bahwa daya cipta merupakan kemampuan anak
dalam memfisualisasikan segenap potensi pikir, pengalaman dan keterampilan 17 melalui
media rupa yang digunakan sehingga menghasilkan hasil karya anak yang orisinil.
Sejalan dengan Sumanto, Utami munandar (2019: 31) mengemukakan bahwa ada empat
alasan utama perlunya pengembangan kreativitas sejak usia dini yaitu:
Secara umum terdapat dua unsur dalam seni rupa yaitu unsur fisik dan non fisik. Unsur
fisik adalah bagian yang secara langsung dapat dilihat dan di raba dalam sebuah karya seni
rupa seperti garis, bidang, bentuk, ruang, tekstur, warna dan tone (nada gelap terang). Adapun
unsur non fisik adalah prinsip atau kaidah-kaidah umum yang digunakan untuk menempatkan
unsur-unsur fisik dalam sebuah karya seni seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu
kesatuan (unity); keseimbangan (balance) dan irama (rhythm), penekanan, proporsi dan
keselarasan. Unsur seni rupa fisik yang harus dipahami dalam menciptakan karya seni
diantaranya (Garha,1987).
a. Garis
Garis merupakan unsur yang paling elementer di bidang seni rupa. Dengan hanya
meletakkan posisi mata pensil di atas kertas dan selanjutnya digerakkan, maka jejak mata
12
pensil itu akan menghasilkan garis. Oleh karenanya ada yang menyatakan bahwa garis adalah
hubungan dua buah titik atau jejak titik-titik yang bersambungan atau berdempetan. Oleh
karena itu garis dapat muncul secara rapi atau dapat juga muncul bergigi, bintik-bintik dan
sebagainya, arah garis dapat menimbulkan garis lurus, garis lengkung, garis zig-zag. dan
garis dapat berposisi tegak, datar, dan melintang.
Raut adalah tampang, potongan, bentuk suatu objek. Raut dapat terbentuk dari unsur garis
yang melingkup dengan keluasan tertentu sehingga membentuk bidang. Raut juga berarti
perwujudan atau perawakan dari suatu objek, dalam hal ini raut berarti bangun, atau dalam
pengertian lain raut sering dipahami atau dikenal sebagai bentuk atau bidang. Penampilan
raut dapat berujud sebagai (1) raut geometris, seperti segi tiga, segi empat, lingkaran. (2) raut
organik atau biomorfis seperti raut yang terbentuk dari lengkungan-lengkungan bebas. (3)
raut bersudut berarti raut yang terbentuk dengan banyak sudut atau berkontur garis zig-zag.
(4) raut tak beraturan, adalah jenis raut yang terbentuk secara kebetulan seperti tumpahan cat
atau semburan cat dan sebagainya.
c. Gelap Terang
Gelap terang berkaitan dengan cahaya, artinya bidang gelap berarti tidak kena cahaya dan
yang terang adalah yang kena cahaya. Goresan pensil yang keras dan tebal akan memberi
kesan gelap sementara goresan pensil yang ringan akan memberi kesan lebih terang. Gelap
terang dalam gambar dapat dicapai melalui teknik arsir yaitu teknik mengatur jarak atau
tingkat kerapatan suatu garis atau titik, semakin rapat akan menghasilkan kesan semakin
gelap demikian sebaliknya.
d. Tekstur
Tekstur adalah sifat atau kualitas nilai raba dari suatu permukaan, oleh karena itu tekstur
bisa halus, licin, kasar, berkerut, dan sebagainya. Dalam tekstur visual boleh jadi kesan yang
di tangkap oleh mata itu kasar akan tetapi sesungguhnya halus atau sebaliknya. Kita dapat
menentukan halus kasarnya suatu permukaan juga dapat merasakan kualitas permukaan
antara kertas, kain, kaca, batu, kayu. Sedangkan pada tektur semu kesan yang di tangkap oleh
mata tidak sama dengan kesan yang di tangkap oleh perabaan.
e. Warna
13
Warna merupakan unsur rupa yang memberikan nuansa bagi terciptanya karya seni,
dengan warna dapat ditampilkan karya seni rupa yang menarik dan menyenangkan. Melalui
berbagai kajian dan eksperimen, jenis warna diklasifikasi ke dalam jenis warna primer, warna
sekunder, warna tersier. Warna Primer adalah warna yang tidak diperoleh dari pencampuran
warna lain, warna pokok atau dengan kata lain warna yang terbebas dari unsur warna-warna
lain. seperti (merah, kuning, biru). Warna Sekunder adalah merupakan pencampuran dari dua
warna Primer. misalnya warna biru dicampur dengan warna kuning jadi warna hijau, warna
biru dicampur dengan warna merah jadi warna ungu atau violet, warna merah dicampur
dengan warna kuning jadi warna orange. Warna Tersier adalah pencampuran dari dua warna
sekunder dan primer.
f. Ruang
Dalam bidang seni rupa, unsur ruang adalah unsur yang menunjukkan kesan keluasan,
kedalaman, cekungan, jauh dan dekat. Dua bidang yang sama jenisnya misalnya lingkaran,
akan memberikan kesan yang berbeda jika ukuran kedua lingkaran itu berbeda. Lingkaran
besar akan memberi kesan luas sedangkan lingkaran kecil akan memberi kesan sempit. Jika
ke dua lingkaran itu berimpit akan memberi kesan dekat akan tetapi jika diatur berjarak akan
memberi kesan ruang yang jauh.
Perkembangan anak melalui pikiran dan perasaan menentukan sifat dan bentuk pada
lukisan anak. Dimulai dalam mengenal bentuk dan mengungkapkan obyek dalam gambarnya
sampai dapat memahami arti gambar itu sendiri. Hajar Pamadi (2012: 183-194)
Perkembangan dapat dikategorikan melalui periodisasi gambar pada anak melalui 5 tahapan
yaitu : masa coreng-mencoreng (1-4) tahun, masa pra-bagan (preschematic) usia 4-7 tahun,
masa bagan (schematic) usia 7-9 tahun,masa realisme awal (drawing realism) usia 9-11
tahun, masa realisme semu (pseudo realisme) usia 11-14 tahun.Masa pra-bagan ini anak
sudah mulai mengenal diri sendiri baik jenis kelamin, eksistensi dirinya dalam hubungan
keluarga maupun masyarakat. Saat pemahaman anak tinggi, sifat ke-akuan sering berlebihan,
mengakibatkan anak menjadi raja dalam keluarga, pengalaman dan ketrampilan anak mulai
berkembang dari meniru perilaku orang dewasa.
Kreativitas anak tidak nampak karena adanya campur tangan dari orangtua. Pada masa
pra-bagan belum memberikan sangat kuat, warna yang anak pilih belum relevan untuk
14
gambarnya, anak perempuan sudah dapat memberikan warna sesuai gambar obyeknya,
sedangkan anak lelaki cenderung ke bentuk gambarnya. Usia anak 5-6 tahun sudah dapat
menggambar bebas dengan berbagai media (kapur tulis, pensil warna, krayon, arang, spidol,
dan bahan-bahan alam) dengan rapi, menggambar bebas dari bentuk dasar titik garis,
lingkaran, segitiga dan segiempat, menggambar orang dengan lengkap dan proposional, dan
dapat mencetak dengan berbagai media dengan lebih rapi.
Usia 5–6 tahun tahapan kreativitas pada usia ini yaitu : 1) Gambar anak menjadi lebih
ramai namun masih berupa simbol dari yang pernah anak lihat, bukan gambaran kenyataan.
2) Anak menggambar bayi dalam perut ibu dan jika anak menggambar orang sedang duduk di
bangku, akan tampak orang mengambang di atas bangku. 3) Anak mulai menggunakan bahan
model lain dan semakin ingin menyimpan model buatannya. 4) Bisa mengikuti instruksi
membuat perhiasan, menggunakan cetakan rumit, dan mencampur warna-warna. Berdasarkan
uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tahapan periodisasi seni rupa pada anak TK
khususnya dikelompok B yang berusia 4-7 tahun, dilihat dari tahapan periodisasi adalah masa
pra-bagan atau preschamatic. Tahap masa prabagan adalah anak sudah dapat menggambar
bentuk geometri sepertilingkaran, segitiga, persegi dan persegi panjang. Bentuk geometri
digunakan anak dalam menggambar simbol-simbol bentuk seperti rumah, orang dan gunung.
Anak dapat menggambar bebas menggunakan berbagai media dengan rapi. Dapat dibedakan
melalui jenis kelamin bahwa anak laki-laki cenderung kuat ke bentuk obyek gambar daripada
warna yang digunakan, sedangkan anak perempuan sudah dapat memberikan warna yang
kuaat sesuai gambar obyeknya. d. Metode Pembinaan Seni Rupa Hajar Pamadhi (2012: 204-
205).
Sumanto (2016: 10) menegaskan bahwa proses penciptaan sebuah karya dari kreativitas
menggambar bukan hanya berupa kepandaian secara fisik saja dalam proses berkaryanya,
melainkan juga termasuk kemampuan mencurahkan segenap potensi pribadi, baik berupa
bakat, kepekaan, pengalaman, dan sebagainya.
15
Menggambar adalah salah satu kegiatan yang digemari anak. Kegiatan menggambar
sangat sering dipilih guru dalam rancangan dan pelaksanaan pembelajaran pada Pendidikan
Anak Usia Dini. Guru tidak perlu memaksa anak untuk melakukan kegiatan menggambar
karena anak dengan mudah berkreasi, sesuai dengan teori yang dikemukakan Olivia (2013:2),
mengatakan bahwa, menggambar bebas merupakan aktivitas mencoret-coret suatu media
kertas yang merupakan hasil dari ide dan gagasan pemikiran seseorang, mengenai apa yang
dilihatnya atau apa yang disampaikan orang lain, baik itu berupa suatu objek yang ada
dilingkungan, maupun murni dari hasil pemikiran seseorang mengenai sesuatu sehingga
menghasilkan kepuasan tersendiri.
Menggunting adalah jenis kegiatan yang sangat menarik bagi anak, karena dengan
menggunting anak dapat membuat bentuk yang baru dan dilakukan secara bertahap dari yang
mudah ke yang sulit. Menggunting kertas mengikuti pola garis miring, mengikuti pola garis
lengkung.
Sumanto (2015: 102) menempel merupakan suatu teknik penyelesaian dalam membuat
aneka bentuk kerajinan tangan dari bahan kertas dengan memakai lem secara langsung
dengan menggunakan jari-jari tangan.
Menempel merupakan suatu teknik penyelesaian dalam membuat aneka bentuk kerajinan
tangan dari bahan kertas dengan memakai lem secara langsung dengan menggunakan jari-jari
tangan Menempel merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan keterampilan motorik halus pada anak. Kegiatan menempel adalah salah
satu kegiatan yang menarik minat anak-anak karena berkaitan dengan meletakkandan
merekatkan sesuatu sesuka mereka Proses dalam menempel mempunyai tujuan motorik yang
sangat nyata,karena dalam menempel potongan gambar diperlukan ketelitian,
kesabaran,keterampilan dalam proses penempelan gambar. Untuk kegiatan menempelkan
gambar telah disediakan tempat yang biasanya sudah ada batas-batasnya, yaitu ruangan
kosong/kertas kosong.
Karena media pembelajaran memiliki peranan yang penting dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Dengan adanya media,maka proses kegiatan belajar menggambar, menggunting,
16
dan menempel dengan baik dan dirasakan manfaatnya. Penggunaan media diharapkan akan
menumbuhkan hal positif, seperti munculnya proses pembelajaran yang lebih kondusif,
terjadinya umpan balik dalam proses belajar mengajar, dan tercapainya hasil yang optimal.
Dengan begitu media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat, metode, atau teknik yang
dipergunakan dalam menyalurkan pesan, membantu mempertegas bahan pembelajaran,
sehingga mampu membangkitkan minat dan motivasi anak didik ketika mengikuti proses
pembelajaran.(Guslinda, Rita Kurnia, 2018, p. 1)
Kulit buah naga adalah salah satu limbah organik atau sisa dari buah naga yang jarang
sekali di olah kembali sementara itu kulit buah naga memiliki isi berbentuk dietary fiber,
flavonoid, fenolik, dan zat warna antosianin. Zat warna antosianin iyalah sebagian dari
contoh pigmen warna yang menghasilkan warna merah sampai dengan biru dan tersebar
besar pada penggalan tanaman. Antosianin adalah kelompok pigmen dari golongan flavonoid.
6 Antosianin adalah salah satu zat warna yang sering dipakai menjadi pewarna alami
alternatif pemakaian.
Buah naga merupakan salah satu tanaman pendatang yang digemari oleh masyarakat
Indonesia dengan tampilan uniknya, dan beberapa kandungan gizi baik senyawa antioksidan
dan vitamin, selain itu buah ini memiliki manfaat yan terkandung di dalamnya. 4 Dragon
fruita berasal dari Negara Amerika Selatan, Tengah dan Meksiko yang masih memiliki
kerkerabatan dengan tanaman kaktus. Buah naga memiliki beberapa jenis yang terdiri dari
buah naga berdaging merah, super red, berkulit kuning, dan berdaging putih. Salah satu buah
naga yang tumbuh baik dan sering digunagakan sebagai bahan olahan di Indonesia adalah
buah naga berdaging merah, dalam setiap 100 gram buah naga berdaging merah memiliki gizi
yang dapat dijabarkan.
Buah naga merah menciptakan elemen warna yang bisa dipakai sebgai pewarna alami
yang baik dikonsumsi tubuh dengan olahan makanan dan minuman yang meliputi agar-agar,
selai, pewarna alami produk mie basah, sementara kulit buah naga yang hanya dianggap
sebagai salah satu penyumbang limbah organik yang jarang sekali dimanfaatkan kembali
sebagai bahan olah pangan ternyata memiliki beberapa kandungan gizi yang dapat digunakan
sebagai bahan tambahan pangan.
17
Pembelajaran kulit buah untuk anak usia dini bertujuan untuk mengenalkan
danmemahami manfaat buah sejak dini kepada anak. Media pembelajaran diharapkan dapat
membantu anak mengenal dan memahami materi kulit buah secara interaktif.
Dikembangkannya pembelajaran ini diharapkan dapat membantu pengetahuan anak serta
menjadikan anak tertarik untuk gemar mengkonsumsi buah dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun materi pembelajaran pengenalan kulit buah dalam penelitian ini berfokus pada
pengenalan nama-nama buah dengan tujuan anak mampu memahami nama-nama buah
manfaat pengenalan buah bagi anak usia dini diharapkan dapat memperoleh pengalaman
langsung mengenai pengenalan buah secara aktif, kreatif dan menyenangkan. Dengan
bermain gambar dan audio visual anak usia dini akan lebih cepat menguasai materi yang
diajarkan sesuai dengan perkembangan berpikirnya (Aminah 2013).
Yang menjadi pertanyaan adalah apa ukuran atau kriteria kesesuaian tersebut. Beberapa
faktor perlu dipertimbangkan, misalnya: tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
karakteristik siswa atau sasaran, jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual,
gerak, dan seterusnya), keadaan latar atau lingkungan, kondisi setempat dan luasnya
jangkauan yang ingin dilayani. Faktor-faktor tersebut pada akhirnya harus diterjemahkan
dalam norma atau kriteria keputusan pemilihan. Penetapan rambu-rambu dan kriteria untuk
pemilihan media pembelajaran merupakan patokan yang harus dijadikan pegangan bersama.
Rambu-rambu tersebut diperlukan agar dapat menyediakan berbagai media pembelajaran
yang tepat dan berdaya guna tinggi. Dalam konteks pemilihan media pembelajaran untuk
anak usia dini, beberapa dasar pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media
pembelajaran tersebut diantaranya adalah :
18
Mengingat pemilihan media ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pengembangan pembelajaran secara umum, maka selain berbicara kriteria pemilihan harus
dipahami pula tentang alur proses pemilihan media pembelajaran. Berikut ini langkah-
langkah yang dapat ditempuh dalam proses pemilihan media. Dalam pembuatan media
pembelajaran ini ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan :
a. Media pembelajaran yang dibuat hendaknya multi guna. Multiguna disini maksudnya
adalah bahwa media tersebut dapat digunakan untuk pengembangan berbagai aspek
Perkembangan anak. Contoh media pembelajaran tersebut adalah kulit buah kulit
buah dapat digunakan untuk pengembangan kreativitas seni rupa anakdengan cara
anak menggunakannya untuk saling menggunakannya. Selain untuk perkembangan
kreativitas seni rupa anak media tersebut bisa dikembangkan untuk pengembangan
aspek kognitif/pengetahuan anak.
19
b. Bahan mudah didapat di lingkungan sekitar lembaga PAUD dan murah atau bisa
dibuat dari bahan kulit buah. Membuat media pembelajaran sebenarnya tidak harus
selalu dengan biaya yang mahal. Banyak kulit-kulit buah disekitar kita yang dapat
digunakan untuk membuatnya. Sebagai contoh kulit buah dapat kita gunakan untuk
membuat kelinci, kupu-kupu Keuntungan dengan menggunakan kulit buah selain
kulit buah ada nilai pendidikan yang kita tanamkan kepada anak yang anak dilatih
untuk bersikap hidup sederhana dan kreatif.
c. Tidak menggunakan bahan yang berbahaya bagi anak. Aspek keselamatan anak
merupakan salah satu hal yang harus menjadi perhatian guru sebagai pembuat media
pembelajaran Bahan-bahan tertentu yang mengandung bahan kimia yang berbahaya
perlu dihindari oleh guru. Misalnya penggunaan gunting yang digunakan untuk
menggunting alat permainan tertentu sebaiknya yang tidak membahayakan
mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi anak.
d. Dapat menimbulkan kreativitas, dapat dimainkan sehingga menambah kesenangan
bagi anak, menimbulkan daya khayal dan daya imajinasi serta dapat digunakan untuk
bereksperimen dan bereksplorasi.
e. Sesuai dengan tujuan dan fungsi sarana. Tiap media pembelajaran itu sudah memiliki
fungsi yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Guru harus menjadikan tujuan
dan fungsi sarana ini sebagai bagian yang penting untuk diperhatikan
f. Dapat digunakan secara individual, kelompok, dan klasikal. Media pembelajaran yang
dirancang harus memungkinkan anak untuk menggunakannya baik secara individual,
digunakan dalam kelompok atau secara klasikal.
a. Menciptakan situasi bermain (belajar) yang menyenangkan bagi anak dalam proses
pemberian perangsangan indikator kemampuan anak. Sebagaimana yang telah
dikemukakan sebelumnya bahwa kegiatan bermain itu ada yang menggunakan alat,
ada pula yang tidak menggunakan alat. Khusus dalam permainan yang menggunakan
alat, dengan penggunaan alat-alat permainan tersebut anak-anak tampak sangat
menikmati kegiatan belajar karena banyak hal yang mereka peroleh melalui kegiatan
belajar tersebut.
b. Menumbuhkan rasa percaya diri dan membentuk citra diri anak yang positif Dalam
suasana yang menyenangkan, anak akan mencoba melakukan berbagai kegiatan yang
mereka sukai dengan cara menggali dan menemukan sesuai yang ingin mereka
20
Kerangka berfikir adalah suatu kerangka yang digunakan untuk menganalisis dan mencari
secara mendalam yang diambil dari konsep tertentu yang telah ditampilkan. Hal ini
diperlukan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penelitian “Penerapan Kegiatan
Menggambar,Menggunting, dan Menempel Kulit Buah Untuk Meningkatkan Kreativitas Seni
Rupa Pada Anak Usia 5-6 Tahunn di RA DINUL HASANAH Kota Stabat Kecamatan
Stabat Kabupaten Langkat.
Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat diajukan kerangka berfikir sebagai
berikut: bahwasannya jika penerapan kegiatan menggambar, menggunting, dan menempel
mampu meningkatkan kemampuan motorik halus anak, karena kegiatan menggambar anak-
anak dapat menggerakkan otot-otot kecil dan kematangan syaraf, serta dengan kegiatan ini
juga anak dapat berkreasi melalui potongan-potongan kertas. Kegiatan menggambar,
menggunting, dan menempel ini juga membantu anak dalam mengkoordinasikan antara
tangan dan mata, melatih kreativitas anak melalui jari-jari tangan. Selain itu, dapat melatih
kepekaan jari serta kematangan syaraf pada otot-otot kecil anak.
Penelitian yang relevan adalah suatu penelitian sebelumnya yang sudah pernah di buat
dan sudah dianggap cukup relevan atau mempunyai keterkaitan dengan judul dan referensi
yang berhubungan dengan penelitian yang akan dibahas. Adapun peneliti mengambil jurnal
dan skripsi yang memiliki tema relevan.
21
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang
dihadapi. Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian sampai
terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis dapat diartikan dugaan atau kesimpulan
sementara yang dijadikan sebagai landasan untuk melakukan penelitian. (Syahrum & Salim,
2019:98)
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian tindakan di atas, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah : dengan menggunakan kegiatan menggambar,menggunting, dan
menempel dapat meningkatkan kreativitas seni rupa pada anak di RA DINUL HASANAH
Kota Stabat Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat T.A 2023/2024.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan
untuk memperbaiki proses pembelajaran yakni penerapan kegiatan menggambar,
menggunting, dan menempel kulit buah untuk meningkatkan kreativitas seni rupa pada anak
usia 5-6 tahun di RA DINUL HASANAH Kota Stabat Kecamatan Stabat Kabupaten
Langkat pada pelaksanaan penelitian ini dengan menggunakankegiatan teknik ini . Penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
tindakan dan dilanjutkan adanya refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. (Suhardjono, 2014:58)
Menurut David Hopkins, 1993, Kemmis, 1982, dan Mc Taggart, 19991, penelitian
tindakan kelas merupakan bentuk strategi dalam mendeteksi dan memecahkan masalah yang
dihadapi pendidik dengan tindakan nyata, yaitu melalui prosedur penelitian yang berbentuk
siklus (daur ulang) (Tampubolon, 2014:19).
Suyanto dikutip Laksono & Siswono (2018:4) mendefinisikan PTK sebagai satu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.
Berdasarkan beberapa definisi PTK tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa
pengertian PTK merupakan (a) bentuk kajian yang sistematis reflektif, (b) dilakukan oleh
pelaku tindakan (guru), dan (c) dilakukan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran. PTK
bersifat reflektif, artinya dalam proses penelitian itu kita sebagai guru sekaligus peneliti
selalu memikirkan apa dan mengapa suatu dampak tendakan terjadi di kelas. dari pemikiran
itu, kita kemudian dapat mencari pemecahannya melalui tindakan-tindakan pembelajaran
tertentu..
Subjek penelitian ini adalah siswa/siswi RA DINUL HASANAH Kota Stabat Kecamatan
Stabat Kabupaten Langkat . Adapun anak yang akan menjadi subjek penelitian berjumlah 23
orang anak terdiri dari 12 anak perempuan dan 11 anak laki-laki.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang menggunakan dua siklus.
PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat
kegiatan utama yang ada pada setiap siklus yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan
(action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflective). Tahap-tahap penelitian dalam
masing-masing tindakan terjadi secara berulang yang akhirnya menghasilkan beberapa
tindakan dalam penelitian tindakan kelas.
Prosedur penelitian menjelaskan tentang 4 prinsip umum siklus penelitian tindakan kelas.
Sebagaimana sudah diketahui ada 4 prinsip siklus pellaksanaan PTK yaitu: 1) perencanaan,
2) pelaksanaan (tindakan), 3) pengamatan, dan 4) refleksi.
a. Siklus I
Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus I yang terdiri dari empat kegiatan yaitu:
perencanaan, pelaksanaan (tindakan), peengamatan, dan refleksi. Berikut ini dijelaskan
rincian kegiatan dari masing-masing tahap tersebut.
1) Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti bersama guru kelas membahas teknik pelaksanaan.
Penelitian tindakan kelas dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Observasi dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi selama pelaksanaan proses
pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dicapai oleh peserta didik. Dalam tahap observasi
ini peneliti mengisi lembar observasi dengan check list harus sesuai dengan kondisi yang ada
dilapangan.
Refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan guru selama
tindakan. Refleksi dilakukan dengan melakukan diskusi dengan observer yang biasanya
dilakukan oleh teman sejawat (Sanjaya, 2013:79). Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar
untuk tahap perencanaan pada siklus berikutnya.
Merefleksi hasil evaluasi analisis data penelitian siklus I temtang aspek/indikator berikut:
i. Perencanaan
Perencanaan merupakan tahapan yang paling penting di dalam penelitian, termasuk PTK.
Pada tahap ini peneliti menjelaskan tentang argumentasi logis dan sistematis yang dapat
menjawab berbagai pertanyaan seperti : apa, mengapa, kapan, dimana, siapa, dan bagaimana
tindakan dilakukan. Pada tahap ini perencanaan perlu dijabarkan lima komponen, yaitu :
identifikasi masalah, merumuskan masalah, pengajuan tindakan yang dilandasi teori,
hipotesis tindakan, dan penyusunan rencana tindakan. (Maisarah, 2020:61)
Pada tahap pelaksanaan dalam kegiatan menggambar, menggunting, dan menempel untuk
meningkatkan motorik halus anak secara garis besar sama dengan siklus I.
iii. Observasi
Pada observasi secara garis besar bisa diktakan sama pada siklus I, peneliti dan guru
pendamping akan mengamati aktivitas anak dalam perkembangan kreativitas seni rupa pada
anak, sehingga akan dilihat tingkat pencapaian kemampuan anak.
iv. Refleksi
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengunpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih
27
cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang digunaan dalam
penelitian ini adalah lembar observasi berbentuk cheklist. Cheklist adalah daftar variabel
yang akan dikumpulkan datanya. Dalam hal ini peneliti tinggal memberikan tanda tally pada
setiap permunculan gejala yang dimaksud. Adapun kisi-kisi rubrik penilaian sebagai berikut:
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data. Adapun jenis-jenis teknik pengumpulan data yang dapat digunakan
dalam penelitian ini adalah angket, wawancara, pengamatan, dokumentasi, ujian atau tes,
dan lain sebagainya. Bertumpu pada pandangan tersebut, maka teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hal ini dikarenakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi sangat sesuai digunakan
dalam penelitian yang berhubungan dengan interaksi belajar mengajar seperti pada
meningkatkan kemampuan motorik halus.
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian
yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan
diamati atau diteliti. Observasi ini dilakukan dengan mengamati perkembangan motorik
halus pada anak saat melakukan kegiatan di dalam ruangan sebelum dan sesudah
diberikannya tindakan dengan kegiatan menggambar, menggunting, dan menempel kulit
buah.
2. Dokumentasi
29
Metode ini digunakan oleh peneliti karena dapat melengkapi dan menguatkan data-data
yang sudah diperoleh mengenai kemampuan anak-anak. Dokumen ini berupa catatan harian,
lembar observasi dan buku laporan perkembangan anak. Pada pengumpulan data berupa
dokumentasi juga berupa pengambilan gambar berupa foto-foto pada saat kegiatan kulit buah
untuk mengembangkan motorik halus pada anak Dokumentasi berupa foto ini untuk
menjadikan bukti mengenai adanya proses kegiatan. Pengambilan foto ini juga bertujuan agar
mengantisipasi kesalahan pada proses penilaian.
Analisis data dalam penelitian dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya
tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini dapat dilihat dari seberapa persen
tingkat keberhasilan yang akan diperoleh.
N
p X 100 %
A
Keterangan:
A : Jumlah anak
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila 80% perkembangan kreativitas seni rupa pada
anak di RA DINUL HASANAH Kota Stabat meningkat melalui kegiatan kulit buah . Hal ini
terlihat dari presentase pencapaian pada semua indikator yang tertera dalam instrumen
penelitian.
31
Keterangan:
Keterangan:
BSB : Berkembang sangat baik jika mampu mengenal nama-nama buah pada skala 76-
100%
BSH : Berkembang sesuai harapan jika mampu mengenal nama-nama buah pada skala 51-
75%
MB : Mulai berkembang jika mampu mengenal nama-nama buah pada skala 26-50%
BB : Belum berkembang jika mampu mengenal nama-nama buah pada skala 0-25%
Hasil kemampuan mengembangkan kreativitas seni rupa pada satu pertemuan, yaitu
dihitung dari persentase rata-rata dari jumlah keseluruhan yang diperoleh oleh anak dalam
satu kelas. Hasil persentase rata-rata kemampuan mengembangkan kreativitas seni rupa pada
Siklus I dan Siklus II, yaitu diperoleh dari hasil pertemuan akhir, karena pada pertemuan
ketiga hasil persentase rata-rata mencapai hasil tertinggi dibandingkan hasil persentase rata-
rata pada pertemua pertama dan kedua. Hasil akhir persentase peningkatan kemampuan
mengembangkan kreativitas seni rupa pada anak, yaitu diambil dari menghitung selisih hasil
persentase rata-rata pada Pra Siklus dengan hasil persentase rata-rata pada Siklus I, dan
menghitung selisih dari hasil persentase rata-rata pada Siklus I dengan hasil persentase rata-
rata pada Siklus II.
33
BAB IV
Tabel 4.1
Tujuan dari proses pengamatan dalam pembelajaran adalah untuk mengetahui bagaimana
cara meningkatkan kreativitas seni rupa yang semakin berkembang. Metode pembelajaran
yang digunakan guru selama kegiatan pembelajaran merupakan komponen penting dalam
pengamatan. Oleh karena itu, guru harus memiliki pengetahuan tentang berbagai pendekatan
pembelajaran untuk memimpin kelas sehingga keadaan menjadi nyaman dan menyenangkan
selama proses pembelajaran.
Sebelum menggunakan media , peneliti melakukan wawancara dengan guru dan satu
anak untuk mengetahui kondisi awal anak serta program belajar mengajar di RA DINUL
HASANAH terutama tentang cara penerapan kegiatan menggambar, menggunting, dan
menempel kulit buah.
Pada tahap prasiklus, pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti
menunjukkan bahwa menggunakan media kulit buah pada anak masih kurang. Jika indikator
tidak tercapai pada tindakan prasiklus sini, maka diperlukan penelitian tambahan. Anak
belum memiliki kemampuan untuk menggambar buah secara efektif dan benar, yang
merupakan indikator yang belum tercapai. Beberapa anak gagal untuk menggunting kulit
buah : beberapa lainnya tidak tahu urutan cara melipat menempel : beberapa lainnya tidak
tahu berapa kali menggambar, menggunting, dan menempel : dan beberapa lainnya belum
memahami cara menggunting Ini didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman guru yang
kurang untuk meningkatkan perkembangan kreativitas seni rupa pada anak . Salah satu alasan
mengapa anak-anak tidak memahami cara menggambar, menggunting, dan menempel adalah
kurangnya pendekatan instruksional yang digunakan guru.
Sebelum tindakan, tindakan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan awal cara
menggambar, menggunting, dan menempel pada anak. Kemudian, data keadaan awal
35
menggunting buah pada anak akan dibandingkan dengan data hasil setelah tindakan. Hasil
penelitian dari lembar observasi berikut.
36
Tabel 4.2
Keterangan
Dilakukan tindakan pra siklus memperoleh rata-rata nilai setiap anak adalah . Dari 23
orang anak, 11 anak mendapatkan nilai mulai berkembang ada 3 anak dengan persentase
(20%), kemudian ada 20 anak yang mendapatkan nilai belum berkembang dengan persentase
(80%) dan tidak ada satu pun anak yang mendapatkan nilai berkembang sangat baik.
Ringkasan perkembangan anak dapat dilihat dari table berikut ini perkembangan anak
dapat dilihat dari table berikut ini:
Tabel 4.3
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan kreativitas seni rupa
permulaan anak belum berkembang dengan baik. Dengan keadaan perkembangan melipat
permulaan anak yang rendah ini peneliti akan melanjutkan tahap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan media berbasis bahan kulit buah yang dibuat dengan beraneka ragam
warna dan diberi contoh pada setiap kulit buah pembelajaran kepada anak, anak akan terlibat
langsung dalam permainan dan memberikan anak pengalaman dan pengetahuan baru yang
langsung dialaminya.
Pemberian tindakan dilakukan dengan cara anak Membilang dengan cara dengan
membuat kertas , mengenal gambar bentuk kulit , mengenal bentuk kulit dengan namanya
sesuai dengan arahan guru.
Tahap pengembangan dan pelaksanaan dari rencana yang telah disusun pada tahap
perencanaan akan dilakukan saat kegiatan berlangsung. Sebelum memulai kegiatan peneliti
akan membuka pembelajaran, dengan mengucapkan salam, berdoa serta bernyanyi sebelum
pembelajaran, dan mendata kehadiran anak hari itu.
Pembukaan dari sebuah kegiatan dilakukan sebagai upaya untuk mencairkan suasana
belajar dan tahapan untuk meningkatkan perkembangan kreativitas seni rupa permulaan anak
usia 5-6 tahun menngunakan media kulit buah yaitu:
Pada tahap ini pengamatan anak akan dilakukan oleh peneliti yang bekerjasama dengan
guru kelas dan guru pendamping menggunakan lembar observasi perkembangan kreativitas
seni rupa permulaan anak menggunakan media kulit buah.
Pada siklus I dapat disimpulkan bahwa kemampuan kreativitas seni rupa permulaan anak
usia 5-6 tahun menggunakan media berbasis kulit buah berbagai ukuran yang diwarnai
dengan beraneka ragam warna dan diberi contoh pada setiap kertas mengalami peningkatan
yang cukup meningkat dibanding sebelum dilakukannya tindakan melalui permainan media
berbasis media kulit buah berbagai ukuran yang diwarnai dengan beraneka ragam kertas
tersebut dibentuk. Selanjutnya paparan data pratindakan atau paparan data sebelum
melakukan tindakan pada siklus I maka didapatkan hasil penilaian perkembangan sosial anak
pada tabel di bawah ini
40
Tabel 4.4
Data Observasi Peningkatan Kreativitas Seni Rupa Anak Usia 5-6 Tahun Siklus I
41
Keterangan
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒏𝒂𝒌
Tabel 4.5
4
PKK= x 100=19 , 04 %
21
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan kreativitas seni rupa
permulaan anak 5-6 tahun secara keseluruhan belum tercapai. Berdasarkan penilaian dari
pengamatan perkembangan kreativitas seni rupa.
d. Refleksi
43
Berdasarkan hasil penilaian dan pengamatan yang telah dilaksanakan, dapat dinyatakan
bahwa peningkatan perkembangan kreativitas seni rupa permulaan anak masih tergolong
rendah. Dengan kondisi ini, maka peneliti membuat perbaikan atas tindakan yang akan
dilakukan di siklus berikutnya yang diharapkan nantinya perbaikan itu dapat meningkatkan
perkembangan kreativitas seni rupa permulaan anak menjadi optimal. Hasil refleksi pada
siklus I yaitu:
Melalui hasil yang didapatkan pada saat pelaksaan siklus I maka dapat dinyatakan
perlunya perbaikan terhadap tindakan sebelumnya. Kekurangan yang terdapat pada saat
melaksanakan siklus I akan diperbaiki pada siklus II yang beracuan pada mengubah
kekurangan yang ditemukan, yaitu:
Penggunaan media berbasis kulit buah berbagai ukuran yang diwarnai dengan beraneka
ragam warna pada setiap gambar akan tetap dilakukan di siklus II, dengan melihat
kekurangan di atas, maka yang perlu dilakukan peneliti adalah:
4) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam menggambar permulaan dan
memperlihatkan kepada anak, dalam hal ini peneliti selalu melakukan pembelajaran
saintifik dengan mengenalkan media kulit buah yang akan digunakan anak. Hal
dilakukan agar rasa ingin tau anak meningkat dan meningkatkan semangat anak.
5) Mempersiapkan lembar penilaian untuk hasil observasi peningkatan perkembangan
kreativitas seni rupa pada anak.
b. Pelaksanaan
Sebelum menggunakan media berbasis kulit buah berbagai ukuran yang diwarnai dengan
beraneka ragam warna dan diberi kolase pada setiap gambar dalam kegiatan belajar, adapun
hal yang harus dipersiapkan oleh peneliti agar tidak melakukan kesalahan yang sama dari
pelaksanaan sebelumnya. Pelaksaan pada siklus ini peneliti akan menjalankannya sesuai
dengan RPPH untuk meningkatkan kreativitas seni rupa permulaan anak, yang dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
buah jadi kekurangan dari yang atas anak belum paham berapa buah alhasil ketika sudah
sampai 2 buah anak malah menggambar ulang bukan melanjutkan hasil dari yang di atas.
Dari setelah dilakukannya penelitian tindakan pada siklus II anak mulai mengalami
peningkatan dalam memahami konsep menggambar hampir seluruh anak memahami
kemampuan mengenal konsep menggambar dan bisa menggunting menggunakan kertas
Dengan meggunakan cara yang berbeda dari siklus I, di siklus II anak menggunakan media
menggunting yang diberi kemudian anak mencocokkan gambar pada kertas dan gunting
Anak sudah bisa mengurutkan buah dari jumlah yang terkecil sampai terbesar.
Tabel 4.6
Keterangan
Tabel diatas menunjukkan bahwa 12 anak dengan nilai berkembang sangat baik,
sedangkan 11 anak dengan nilai berkembang sesuai harapan. Tidak ada nilai mulai
berkembang atau belum berkembang.
Tabel 4.7
Gambar 4.3
50.00%
40.00%
Siklus I
Siklus II
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
H A A I K S N B A R O F H P H S S F H A F
M S G KHM A AK MI SA GA N NF A Z RD A AM AA A HYA WN ZYZ IK
M A M
4.2.2 Bagaimana Peningkatan Kreativitas Seni Rupa Anak Usia 5-6 Tahun Di
RA Dinul Hasanah Ketika Diterapkan Kegiatan Menggambar, Menggunting
Dan Menempel
Jadi dalam menetapkan rancangan pemberian tugas ada beberapa langkah yang
harus dilakuin guru yaitu contohnya sebagai berikut: rancangan mengkomunikasikan tujuan
dan tema pemberian tugas, membagikan buku tugas kepada masing-masing untuk
mengerjakan tugas tersebut dengan menggunakan alat (pensil), menjelaskan cara
49
mengerjakan tugas untuk memasangkan gambar yang sesuai satu dengan yang lain, dan
membimbing anak dalam mengerjakan tugas lebih teliti, berkerja lebih baik, dan lebih rapi.
Selama ini kegiatan pembelajaran yang sering diberikan guru untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak adalah menempel sesuai pola, menggunting gambar
mengikuti pola kemudian menempelkan hasilnya di buku menempel, mencocok bentuk
gambar dan menempelkan hasil cocokkan di buku menempel, melipat kertas kemudian
ditempel pada buku menempel, menggambar dan mewarnai, mencetak dengan kulit buah,
menjahit dan menganyam.
Untuk itu penelitian ini diharapkan anak-anak bisa dan mau menggunakan jari
jemarinya secara langsung dalam kegiatan menempel kulit buah. Sebelum diadakannya
tindakan, untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak di kelompok A RA Al Dinul
Hasanah, observasi dari kegiatan menempel kulit buah difokuskan pada aspek-aspek sebagai
berikut: kemampuan anak dalam mengontrol gerakan tangan yang menggunakan otot-otot
halus dalam aktivitas memberi lem pada pola gambar, menyusun bahan untuk menempel
kulit buah. Hasil pengamatan tersebut diuraikan.
BAB V
PENUTUP
5.2 Kesimpulan
50
Berdasarkan analisis pada BAB IV yang dilakukan di RA Dinul Hasanah maka dapat
disampaikan:
Dari setelah dilakukannya penelitian tindakan pada pra siklus, siklus I dan siklus II
anak mulai mengalami peningkatan dalam memahami konsep menggambar Hampir seluruh
anak memahami kemampuan mengenal konsep menggambar dan bisa menggunting
menggunakan kertas Dengan meggunakan cara yang berbeda dari siklus I, di siklus II anak
menggunakan media menggunting yang diberi kemudian anak mencocokkan gambar pada
kertas dan gunting anak sudah bisa mengurutkan buah dari jumlah yang terkecil sampai
terbesar.
Dan selama penelitian ini kegiatan pembelajaran yang sering diberikan guru untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak adalah menempel sesuai pola, menggunting
gambar mengikuti pola kemudian menempelkan hasilnya di buku menempel, mencocok
bentuk gambar dan menempelkan hasil cocokkan di buku menempel, melipat kertas
kemudian ditempel pada buku menempel, menggambar dan mewarnai, mencetak dengan
kulit buah, menjahit dan menganyam.
5.2 Saran
1. Bagi guru kelas agar meningkatkan lagi suasana dalam pembelajaran yang
dapat memberi anak pengalaman yang baik dan menyenangkan sehingga dapat
meningkatkan minat belajar anak.
2. Bagi sekolah yaitu sebagai bahan masukan supaya dapat menyediakan media
pembelajaran yang dapat meningkatkan daya tarik belajar anak.
3. Bagi mahasasiswa/i, khususnya bagi jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini
diharapkan penelitian ini dikembangkan dan diteliti lebih lanjut tentang
menggambar, menggunting, dan menempel kulit buah.
DAFTAR PUSTAKA
Emzir. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data (2nd ed.). PT Raja Grafindo
Persada.
Ghony, D., & Almanshur, F. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Ar-Ruzz Media.
Guslinda dan Rita Kurnia. (2018). Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakad Publishing.
Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi. (2010). Seni Keterampilan Anak. Yogyakarta: Universitas
Terbuka.
Igak Wardhani, dkk. (2017). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Pamadhi Hajar. (2012). Seni Keterampilan Anak. Perpustakaan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suratno. (2005). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. (2015). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Indeks.
Yeni Rachmawati & Euis Kurniati. Strategi Pengembangan Kreativitass Pada Anak Usia
Taman Kanak-kanak. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan
Ketenagaan Perguruan Tinggi. 2010)., h. 15.
LAMPIRAN
53