Anda di halaman 1dari 19

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN

EFEKTIVITAS BELAJAR MENGAJAR

Makalah

OLEH

SULANI, S.Pd.

LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF NU KAB. PACITAN


MADRASAH TSANAWIYAH MA’ARIF 7 BOMO
TAHUN 2008
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi

gangguan dalam proses belajar mengajar. Suatu kondisi yang optimal dapat

tercapai jika guru mampu siswa dan sarana pengajaran serta mengedalikannya

dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.

Pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan mutlak bagi terjadinya

proses belajar mengajar. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam

kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar

merupakan suatu usaha pengorganisasian lingkungan dalam hubungannya dengan

anak didik dan bahan pengajar yang menimbulkan proses belajar (Uzer Usman,

1988:6).

Dari kutipan di atas mengandung makna bahwa gurulah yang

mengatur mengawasi dan mengelola kelas agar tercapainya proses belajar

mengajar yang berarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Hal ini sejalan dengan

yang dikatakan oleh Syarifudin Nurdin bahwa guru sebagai salah satu komponen

dalam kegiatan belajar mengajar, memiliki posisi yang sangat menentukan

keberhasilan pembelajaran karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola,

melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran (Syarifudin Nurdin, 2002:1).

1
Di samping itu pula guru bertanggung jawab memelihara lingkungan

fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan lingkungan yang

baik adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar,

memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuannya (Uzer Usman,

1998:10). Dari beberapa keterangan di atas telah menunjukan betapa pentingnya

suatu pengelolaan kelas yang baik agar tercapainya proses belajar mengajar yang

akhirnya berdampak baik terhadap pencapaian prestasi belajar mengajar siswa

atau anak didik. Karena dorongan itulah maka perlu adanya suatu penelitian yang

mengamati tentang usaha apa yang akan dilakukan oleh guru dalam mengelola

kelas maka dalam penelitian ini penulis mencoba mengamati guru dalam

mengelola kelas agar tercapainya proses belajar mengajar.

B. Rumusan Masalah

Dari beberapa uraian diatas,timbul beberapa permasalahan sebagai

berikut :

1. Usaha-usaha apa yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas ?

2. Bagaimana proses pelaksanaan belajar mengajar yang efektif di sekolah

dasar ?

3. Bagaimana memanfaatkan efektifitas waktu belajar siswa ?

2
C. Tujuan Pembahasan

Dari uraian diatas,penulis mempunyai tujuan pembahasan,diantaranya

sebagai berikut:

1. Mencoba meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan

tugasnya

2. Mahasiswa mencoba melaksanakan tugasnya sebagai calon pendidik

(Guru) untuk memberikan beberapa variasi metode belajar,guna

menghindari kejenuhan siswa dalam belajar.

3. Meningkatkan produktifitas waktu belajar siswa,guna tercapainya

efektivitas belajar siswa dalam kaitannya denga pendidikan Nasional.

D. Metode Pembahasan

Metode yang di gunakan penulis dalam menyusun karya ilmiah ini

adalah metode studi pustaka, yaitu mengutip, menyusun serta merumuskan

kembali pernyataan para ahli dalam bidang pendidikan.

3
BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Hakikat Guru Sebagai Pembimbing Belajar Dan Pendidikan

Sebagai mana telah diuraikan pada pendahuluan, bahwa mendidik

ialah meminpin anak ke arah kedewasaan, jadi yang kiata tuju dalam pendidikan

ialah kedewasaan si anak. Tidak mungkin Seorang pendidik membawa anak

kepada dewasanya bukan hanya dengan nasihat-nasihat, perintah-perintah,

anjuran-anjuran dan larangan-larangan saja. Melainkan yang utama ialah dengan

gambaran kedewasaan yang senan tiasa dapat dibayangkan oleh anak dalam diri

pendidiknya didalam pergaulan mereka (antara pendidik dan anak didik).

Seiring berjalannya waktu suatu pendidikan berubah mengikuti

perkembangan jaman. Sehingga sampailah pada saat dewasa ini, guru bukan

merupakan satu-satunya kontrol sosaial, melainkan dalam hal ini guru mempunyai

posisi sebagai pasilitator setelah menjalankan fungsinya sebagai pelatih, pengajar

dan pembimbing. Manusai sejak lahir sudah di anugrahi fitrah, untuk membina

dan mendidik serta melatih anak agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa. Ini ditegaskan dalam Al- Qur’an QS. Ar-Rum ayat 30.

Artinya : Maka hendaklah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah

Fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan

pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui. Depag RI (992: 615).

4
1. Kode Etik Guru

Kode etik dapat diartikan tatalaksana pelaksana guru dalam

Mengembangkan misi pendidikan. Adapun kode etik tersebur :

1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk

pembangunan yang ber-Pancasila.

a. Guru menghendaki hak individu dan kepribadian anak didiknya masing-

masing.

b. Guru berusaha mensukseskan pendidikan yang serasi (jasmaniah dan

rohaniah) bagi anak didiknya.

c. Guru harus menghayati dan mengamalkan Pancasila.

d. Guru dengan bersungguh-sungguh mengintensifkan Pendididkan Moral

Pancasila bagi anak didiknya.

e. Guru melatih dalam memecahkan masalah-masalah dan membina daya

kreasi anak didik agar kelak dapat menunjang masyarakat yang sedang

membangun.

f. Guru membantu sekolah di dalam usaha menanamkan pengetahuan

keterampilan kepada anak didik.

2. Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai

dengan kebutuhan anak didik masing-masing.

a. Guru menghargai dan memperhatikan perbedaan dan kebutuhan anak

didiknya masing-masing.

b. Guru Hendaknya luas di dalam menerapkan kurukulum sesuai dengan

kebutuhan anak didik masing-masing.

5
c. Guru memberi pelajaran di dalam menerapkan kurikulum tanpa membeda-

bedakan jenis dan posisi orang tua muridnya.

3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang

anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.

a. Komunikasi guru dan anak didik di dalam dan di luar sekolah dilandaskan

pada rasa kasih saying.

b. Untuk berhasilnya pendidikan, maka guru harus mengetahui kepribadian

anak dan latar belakang keluargannya masing-masing.

c. Komunikasi guru ini hanya diadakan semata-mata untuk kepentingan

pendidikan anak didik.

4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan

dengan orang tua murid dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.

a. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah sehingga anak didik betah

berada dan belajar di sekolah.

b. Guru menciptakan hubungan baik dengan orang tua murid sehingga dapat

terjalin pertukaran informasi timbal balik dengan anak didik.

c. Pertemuan dengan orang tua murid harus diadakan secara teratur.

5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya

maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.

a. Guru memperluas pengetahuan masyarakat mengenai profesi keguruan.

b. Guru turut menyebarkan program-program pendidikan dan kebudayaan

kepada masyarakat sekitarnya,sehingga sekolah tersebut turut berfungsi

sebagai pusat pembinaan dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan

di tempat itu.

6
c. Guru harus berperan agar dirinya dan sekolahnya dapat berfungsi sebagai

unsur pembaru bagi kehidupan dan kemajuan daerahnya.

d. Guru turut bersama-sama masyarakat sekitarnya di dalam beraktivitas.

e. Guru mengusahakan terciptanya kerja sama yang sebaik-baiknya antara

sekolah, orang tua murid, dan masyarakat bagi kesempurnaan usaha

pendidikan atas dasar kesadaran bahwa pendidikan merupakan tanggung

jawab bersama antara pemerintah,orang tua murid dan masyarakat.

6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama Mengembangkan dan

meningkatkan mutu profesinya.

a. Guru melanjutkan studinya dengan :

1. Membaca buku-buku

2. mengikuti lokakarya,seminar,gerakan kopersi,dan pertemuan-

pertemuan pendidikan dan keilmuan lainnya.

3. mengikuti penataran

4. mengadakan kegiatan-kegiatan penelitian.

b. Guru selalu bicara, bersikap, dan bertindak sesuai dengan martabat

profesinya.

7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru baik

berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.

a. Guru senantiasa bertukar informasi,,pendapat,saling menasihati dan Bantu

membantu satu sama lainnta,baik dalam kepentingan pribadi maupun

dalam menunaikan tugas prfesinya.

7
b. Guru tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan nama baik

rekan-rekan seprofesinya dan menunjang martabat guru baik secara

keseluruhan maupun pribadi.

8. Guru secara bersama-sama memelihara,membina,dan meningkatkan

organisasi guru professional sebagai sarana pengabdiannya.

a. Guru menjadi anggota dan membantu organisasi guru yang bermaksud

membina profesi dan pendidikan pada umumnya.

b. Guru senantiasa berusaha meningkatkan persatuan diantara sesama

pengabdi pendidikan.

c. Guru senantiasa berusaha agar menghindarkan diri dari sikap-skap,ucapan-

ucapan dan tindakan-tindakan yang merugikan organisasi.

9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan

pemerinah dalam bidang pendidikan.

a. Guru senantiasa tunduk terhadap kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan

pemerintah dalam bidang pendidikan.

b. Guru melekukuan tugas profesinya dengan diplin dan rasa pengabdian.

c. Guru berusaha membantu menyebarkan kebijaksanaan dan program

pemerintah dalam bidang pendidikan kepada orang tua murid dan

masyarakat sekitarnya

d. Guru berusaha menunjang terciptanya kepemimpinan pendidikan di

lingkungan atau di daerah sebaik-baiknya. (Dikutip dari buku landasan

Organisasi PGRI)

8
2. Guru sebagai pembimbing, pengajar dan pendidikan

Banyak diantara guru yang merasa bahwa pekerjaan sebagai guru

adalah rendah atau hina jika dibandingkan dengan pekerjaan kantor atau bekerja

disuatu PT. Hal ini di sebabkan pandangan masyarakat terhadap guru masih

sempit dan ficik, suatu pandangan yang umumnya yang bersifat meteriallistik,

hanya pada keduniawian belaka.

Dari uraian dimuka telah jelas bahwa pekerjaan guru itu berat, tetapi

luhur dan mulia. Tugas guru tidak ada “mengajar”,teapi juga “mendidik”.maka

untuk melakukan tugas sebagai guru,tidak sembarangan orang dapat

menjalankannya.sebagai guru yang baik harus memiliki syarat-syarat yang di

dalam undang-undang No 12 tahun 1945 tentang dasar-dasar pendidikan dan

pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia,pada pasal 15 dinyatakan tentang

guru sebagai berikut:

“Syarat utama untuk menjadi guru,selain ijazah dan syarat-

syarat yang mengenai kesehatan jasmani dan rohani,ialah sifat-

sifat yang yang perlu untuk dapat memberi pendidikan dan

pengajaran seperti yang dimaksud dalam pasal 3,pasal 4 dan

pasal 5 undang-undang ini”

Di samping persyaratan diatas,tentu masih banyak syarat yang lain

yang harus dimiliki guru jika kita menghendaki agar tugas atau pekerjaan guru

mendatangkan hasil yang lebih baik.

9
B. Manajemen Waktu Belajar Siswa

Waktu belajar merupakan masa dimana para siswa mendapatkan

pengajaran. Suatu tujuan pendidikan akan senantiasa dapat tercapai dengan baik

apabila di tunjang oleh alokasi waktu yang baik,akan tetapi efektivitas waktu

bukan satu-satunya factor penunjang keberhasilan pendidikan.lingkungan sebagai

bentuk pendidikan informal juga dapat mempengaruhi terwujudnya suatu tujuan

pendidikan. Proses pendidikan senantiasa harus mengacu kepada manajemen atau

alokasi waktu yang baik.hal ini berarti waktu sebagai Batasan (kontrol) proses

berjalannya suatu pendidikan.

C. Proses belajar mengajar

1. Pengertian belajar

Terdapat berbagai sumber mengenai pengertian belajar,diantaranya

sebagai berikut:

a. menurut Reber pengertian belajar di bagi ke dalam dua definisi, yaitu:

- “Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan”

- “Belajar merupakan suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatip

langgeng sebagai hasil latihan,” (Muhibbin Syah:1995:90)

b. Menurut Sardiman (1986:23) bahwa “Belajar adalah proses interaksi natara

diri manusia berwujud pribadi, fakta, konsep atau teori”.

c. Menurut Hoard kinglay (1957:12) bahwa “Belajar adalah proses dimana

tingkah laku ditimbulkan atau di rubah melalui pratek dan pengalaman”.

10
2. Kesiapan Belajar

Setiap bahan pelajaran dapat diajarkan pada anak secara epektif bila

sesuai dengan tingkat perkembangan anak tersebut ada tiga masalah penting

berkenaan dengan penyesuaian bahan ajar dengan perkembangan anak

diantaranya sebagai berikut :

a. Perkembangan intelek

Hasil penelitian berkenaan dengan perkembangan intelek anak menunjukan

bahwa tiap tingkat perkembangan mempunyai karakteristik tertentu tentang

cara anak melihat lingkungannya dengan cara memberi arti bagi doiri sendiri.

b. Kegiatan belajar

Dalam mempersiapkan bahan pelajaran Biasanya kita susun bahan pelajaran

yaitu yang umumnya disebut sebagai satuan pelajaran.

c. Sepiral kurikulum

Kurikulum bukan sesuatu yang setatis tertutup, tetapi merupakan sepiral

terbuka. Kurikulum memiliki struktur bahan ajar, yang disusun atau dibentuk

disekitar prinsip-prinsip, masalah-masalah dan nilai-nilai dalam masyarakat.

Kurikulum selalu membutuhkan baik anak didik maupun masyarakat

sekitarnya.

3. Minat dan motif belajar

Pembangktan motif belajar pada anak, sukar dilaksanakan apabila

proses belajar lebih menekankan pada satuan kurikulum,sistem kenaikan

kelas,sistem Ujian,serta menekankan kontiunitas dan pendalaman belajar.

Mengenai pemusatan perhatian dan minat belajar terletak dalam sustu kontinum

11
yang bergerak dari sikap apatis atau tidak menaruh minat sampai dengan yang

sangat berminat.Minat atau perhatian ini sangat erat kaitannya dengan proses

belajar siswa di sekolah.

Pembangkitan minat belajar siswa ada yang bersifat sementara (jangka

pendek).dan ada juga yang bersifat menetap (jangka panjang). Beberapa hal yang

dapat diusahakan untuk membangkitkan belajar pada anak yaitu pemilihan bahan

pelajaran yang berarti pada anak menciptakan kegiatan belajar yang dapat

membangkitkan dorongan untuk menemukan (Discovery),menerjemahkan apa

yang dapat diajakan dalam bentuk pikiran yang yang sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.

12
BAB III

PEMBAHASAN

A. Komponen Proses Belajar Mengajar

Sebagaimana telah di kemukakan pada uraian bab II, bahwa belajar

merupakan, suatu proses perubahan tingkah laku indifidu melalui interaksi dengan

lingkungan (Oemar Hamaliah, 1978:50). Ini berarti proses tercapainya suatu

tujuan pendidikan sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: bentuk

pendidikan

metode pendidikan, bahan kajian pendidikan, profesionalisme pendidik (Guru).

Maka dalam kesempatan ini penulis mencoba memaparkan beberapa upaya dalam

meningkatkan kinerja guna tercapainya prestasi belajar yang membanggakan.

Bentuk pendidikan baik informal (Lingkungan), non formal (keluarga), maupun

formal (Sekolah) merupakan salah satu penunjang tercapainya suatu tujuan

pendidikan maka dalam hal ini pendidikan memberikan stimulasi yang kuat

terhadap proses pembelajaran itu sendiri bentuk pendidikan tertentu akan sangat

mempengaruhi pembelajaran siswa di sekolah sebuah bentuk pendidikan yang

memegang erat tujuan pendidikan nasional senantiasa akan mencapai tujuan itu

sendiri dengan baik.

Pendidikan ialah pimpinan orang dewasa terhadap anak dalam

perkembangannya ke arah dewasaan. M. Ngalim Purwanto (1998:19) bahwa

tujuan pembelajaran di sekolah ialah membawa anak pada kedewasaannya , yang

13
berarti ia hurus dapat menentukan diri sendiri dan tanggung jawab sendiri. Namun

pada kenyataannya di lapangan anak belum mengenal diri sendiri “Aku” baru

pada puberitas anak mulaa mengenal “Akunya”, mulai Memilih dan mengenal

nilai-nilai hidup.

B. Proses Belajar Siswa

Kegiatan belajar tidak dapat di lepaskan dari belajar, karena keduanya

merupakan dari dua sisi dari sebuah mata uang. Hawa Syaodih (2005:131).

belajar merupakan suatu upaya yang dilakukan guru agar siswa belajar. Apa bila

kita mengkaji teori-teori belajar pada bab II, hampir seluruhnya di kembangkan

atau bertolak diri dari belajar.

1. Belajar intuitif

Pengamatan menunjukan bahwa dalam berbagai kegiatan belajar

penelitian di sekolah, tekanan lebih banyak diberikan pada kemampuan untuk

memformulasikan secara eksfisit, dan pada kemampuan anak memproduksikan

penguasaan anak secara verbal dan numerical. Berpikir intuitif tidak memiliki

langkah-langkah yang dapat di rumuskan secara pasti dan teliti, lebih merupakan

suatu monuver yang di dasarkan pada persepsi inplisif dari keseluruhan masalah.

Intusi adalah penguasaan dan pengenalan tak langsung dengan menggunakan

metode formal analisis dan pembuktian-pembuktian.

2. Belajar bermakna

Ausubel Robinson (1969) membedakan dua dimensi dari proses

belajar, yaitu dimensi cara menguasai pengetahuan dan cara menghubungkan

pengetahuan baru dalam struktur ide yang telah ada. Dalam belajar menerima

keseluruhan bahan pelajaran di sejikan kepada si pelajar dalam bentuk yang sudah

14
sempurna, pada proses pembelajaran discovery learning (mencari) karena bahan

pelajaran di sajikan belum selesai, maka si pelajar harus mencari menyelsaikan

sendiri.

Ada dua hal penting dalam konsep belajar bermakna, yaitu stuktur

kognitif dan materi pengetahuan baru. Stuktur kognitif adalah segala pengetahuan

yang telah dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan belajar yang lalu. Syarat dalam

proses pembelajaran bermakna adalah:

a. Materi yang di pelajari harus dapat dihubungkan dengan struktur

kognitif secara beraturan karena adanya kesamaan isi.

b. Siswa harus memiliki konsep yang sesuai dengan materi yang akan

dipelajari.

c. Siswa harus mempunyai kemajuan atau motif untuk menghubungkan

konsep tersebut dengan stuktur kognitifnya.

Belajar bermakna akan menghasilkan konsep-konsep, ide-ide baru

yang punya makna, penuh arti, jelas nyata pembedaannya dengan yang lain.

Dengan belajar bermakna, siswa akan menguasai dan Mengingat konsep-konsep

inti. Maka merupakan isi dari stuktur kognitif,yang terjadi karena materi yang

memiliki kebermaknaan potensial di satukan dengan struktur kognitif.

C. Kesiapan Belajar

Bahan pelajar diajukan kepada anak semua efektif bila sesuai dengan

tingkat perkembangan anak tersebut. Mengerjakan suatu bahan pelajaran kepada

anak adalah memprensentasikan strutur bahan pelajaran sesuai dengan cara anak

memandang atau mengartikan bahan pelajaran tersebut. Pengajaran merupakan

15
suatu translation suatu dugaan umum bahwa ide atau konsep dapat di sepresikan

dengan sebenar –benarnya dan sebaik-baiknya dengan tingkat anak pada tingkat

usia tertentu. Menurut Piaget (2005:142) ada empat tingkat perkembangan anak,

yaitu

a. Tingkat sensory motor: masa lahir sampai dengan 2 tahun merupakan

tingkat perkembangan kemauan bergerak dan merespon terhadap

rangsangan.

b. Tingkat preoperasional: masa 2 sampai 7 tahun yaitu bentuk hubungan

antara pengalaman dengan kegiatan.

c. Tingkat anak sekolah: masa 7 sampai 11 tahun merupakan tingkat

operasional yang berbeda dengan tingkat pertama yang semeta-mata aktif.

d. Tingkat formal operation: masa 11 sampai 14 thun, merupakan kegiatan

intelektual anak di usia ke atas kemampuan berpariasi pada tingkat

hepotesis dan bukan lagi pada tingkat pengalaman atau terbatas pada apa

yang telah dikenalkan.

Sebuah proses pembelajaran siswa akan senantiasa efektif apabila di

tunjang oleh beberapa komponen pendidikan diantaranya sebagai berikut:

- Perencanaan pengajaran

Perencanaan di maksudkan agar program pengajaran Hendaknya

dapat menjadikan guru lebih siap dalam mengajar dan perencanaan

yang matang. Dalam pengajaran sekurang-kurangnya harus

mempersiapkan hal-hal tersebut:

a. Tujuan

b. Bahan pelajaran

16
c. Kegiatan belajar mengajar

d. Metode, media dan

e. sumber

Mengenai kelima komponen ini Seorang guru dituntut untuk

dapat mempersiapkan atau membuat perencanaan pengajaran

dengan mempertimbangkan dan memperhatikan kebutuhan

siswa serta perkembangan intelektual dan imosionalnya.

- Penyesuaian program dengan situasi kelas

Program pengajaran adalah pengembangan kurikulum pada taingkat

kelas yang dalam pelaksanaannya yang bersipat plesibel ini berarti

perkembangan kurikulum tingkat intitusi pengembangan kurikulum

tingkat bidang studi (GBPP), termasuk perkembangan kurikulum

tingkat kelas (Program Pengajran), dalam pelaksanaannya

menghendaki penyesuaian, antara lain dengan situasi kelas.

Pentingnya penyesuaian program pengajaran ini dengan situasi kelas

ini karena digunakannya asas lingkungan.

- Penyesuaian jenis interaksi belajar mengajar

Hal yang penting untuk di perhatikan guru kelas perencanaan dan

pelaksanaan program pengajaran ialah interaksi belajar mengajar

yang berlangsung selama proses belajar mengajar. Yang perlu

mendapat perhatian guru selama dilaksanakannya program

pengajaran dalam hal interaksi belajar mengajar ini ialah penggunaan

berbagai jenis interaksi belajar mengajar ke arah yang optimal

dengan demikian, interaksi belajar mengajar yang berlangsung tidak

hanya guru kepada siswa saja, tetapi juga interaksi timbal balik

antara guru dan siswa.

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas,maka dapat disimpulkan yaitu sebagai
berikut :
1. Profesionalisme Guru dalam mengalokasikan waktu belajar siswa didorong
oleh rasa tanggung jawab mereka sebagai tenaga pendidik yang harus
mencapai tujuan pendidikan semaksimal mungkin yang sesuai dengan GBPP
yang berlaku
2. Proses belajar mengajar yang di tunjang oleh loyalitas dan disiplin tinggi akan
menciptakan kegiatan belajar mengajar yang lancar dan kondusif. Hal itu
karena tidak lepas dari peranan yang besar dari guru-guru dalam mengelola
kelas
3. Untuk mencapai tujuan pembelajaran siswa,perlu adanya Variasi metoda
pembelajaran siswa, guna membangkitkan minat dan bakat belajar siswa
dalam kaitannya dengan pendidikan Nasional.

B. Saran
1. Hendaknya guru-guru yang mengajar lebih meningkatkan lagi peranannya
dalam pengelolaan kelas, sehingga dengan demikian akan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa
2. Hendaknya untuk kelancaran KBM, para siswa juga ikut berperan aktif dalam
KBM sehingga akan terjalin suatu hubungan yang harmonis antara siswa
dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya.
3. Untuk kelancaran KBM hendaknya lembaga menyediakan sarana dan fasilitas
yang mendukung kegiatan belajar mengajar.

18

Anda mungkin juga menyukai