Anda di halaman 1dari 13

MEMAHAMI AL-QURAN: PERSPEKTIF SEJARAHNYA1,2 UNDERSTANDING THE QURAN: ITS HISTORICAL PERSPECTIVE

By

IWAN SUDRAJAT
Portland, OR, USA

Al-Quran adalah Kitab Suci umat Islam yang telah diturunkan sekitar 1,500 tahun yang lampau. Bagaimanakah proses dari mulai turunnya Wahyu, kodifikasi/penulisan Al-Quran yang pertama sampai kepada Al-Quran yang kita dapati saat ini? Adakah persamaan dan/atau perbedaannya? Bagaimana pula disiplin-disiplin ilmu yang berkembang dalam menjaga kelangsungan keaslian Al-Quran baik dari segi tulisan, pembacaan, maupun isi kandungannya? The Glorious Quran is the Moslems Holy Book revealed about 1,500 years ago. How was the process from its revelation, first codification, to the Quran we have nowadays? Are there any similarities and/or differences? What are the body of knowledge that have been developed for preserving the Qurans authenticity, in terms of its writing, recitation, and meaning?

1 2

Dibawakan pada acara Pengajian Usrah Portland di kediaman Keluarga Rustam Kocher, Aloha, OR Tanggal: 29 Desember 2001/ 14 Syawal 1422 H

IS-PDX.122901

MEMAHAMI AL-QURAN: PERSPEKTIF SEJARAHNYA UNDERSTANDING THE QURAN: ITS HISTORICAL PERSPECTIVE

Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; (QS: Al-Baqarah [2]: 2) This is the Book; in it is guidance sure, without doubt,
(QS: Al-Baqara [2]:2)

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
(QS: Al-Hijr [15]:9)

We have, without doubt, sent down the Message; and We will assuredly guard it (from corruption).
(QS: Al-Hijr [15]:9)

I. Pendahuluan
Al-Quran terdiri dari 114 Surat, 6.236 Ayat, 77.439 kata, dan 323.015 huruf yang diturunkan dalam kurun waktu 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari. [1] Pada masa pra kedatangan Islam, bangsa Arab mencapai puncak kejahiliyahannya. Sebagian besar mereka antara lain menyembah berhala-berhala yang diletakkan di sekitar Kabah, senang bermabukmabukkan, berjudi, saling berperang, bahkan mempunyai kebiasaan mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka. Namun demikian di sisi lain, bangsa Arab terkenal dengan keindahan puisi-puisi dan keelokan pidato mereka. Bahasa Arab merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan mereka. Namun budaya yang berkembang pada saat itu lebih pada budaya lisan/oral ketimbang budaya baca-tulis. Tak mengherankan bila sebagian besar mereka buta huruf. Kendatipun begitu, bangsa Arab mempunyai daya ingat yang sangat kuat. Untuk memelihara dan meriwaytkan syair-syair Arab, silisah keturunan mereka, peperangan yang terjadi, dan peristiwa lainnya, mereka hanya mengandalkan daya ingat dan hapalan semata.

I. Introduction
The Quran consists of 114 Surah, 6,236 Verses, 77,439 Arabic words, and 323,015 letters, revealed to Prophet PBUH in 22 years, 2 months, and 22 days. [1] During a pre-Islamic time, Arabs was in the age of Ignorance. Most of them worshiped idols placed around Kabah, drunk of wine, gambled, liked to fight, even buried alive their own daughters. On the other side, Arabs were famed for their excellent poetry and eloquent speech. Arabic language was an embedded part of their ways of life. However, an oral culture was more developed than a writing & reading culture. No wonder, most of the Arabs at that time were illiterate. But, they had a very strong memory by heart. To preserve and convey Arabic poetry, their genealogy, legends of Arabia, and other daily events, the Arabs depended solely on their memorization. Before receiving a first revelation from God (that made him as a prophet), Mohammed PBUH was uneasy with the many bad customs and habits of Arabs. He did not know what to do about it. Then he often secluded himself by retreating to the mountain high area for meditation in hope for an answer.

* 1*

IS-PDX.122901

II. Dari Wahyu Sampai Kodifikasi Al-Quran


A. Masa Nabi Muhammad SAW - Wahyu pertama turun pada saat Nabi SAW berusia 40 tahun di saat beliau sedang bermeditasi di Gua Hira (17 Ramadhan). - Wahyu berikutnya turun 3 tahun kemudian. - Urut-urutan Surat yang terdapat dalam AlQuran bukan berdasarkan urutan turunnya ayat-ayat tersebut.

II. From the Revelation To the Writing of Quran


A. Prophet Mohammad PBUH Period - The first revelation was sent down to the Prophet PBUH at an age of 40 in his meditation in the Cave of Hira (Ramadan 17). - The second revelation was revealed 3 years later. - A sequence of Surah in The Quran is not based on a time sequence of its revelation.

Bandingkan: Surat pertama yang diwahyukan adalah Al-Alaq (QS: 96) dan yang turun terakhir adalah An-Nasr (QS: 110). Sedangkan surat pertama yang terdapat dalam Al-Quran adalah AlFatihah (QS: 1) dan yang terakhir An-Nas (QS: 114).

Compare: The first Surah revealed was Al-Alaq (QS: 96) and the last one was An-Nasr (QS: 110). However, the first Surah written down in The Quran is Al-Fatihah (QS: 1) and the last one is AnNas (QS: 114).

- Urutan-urutan dalam Al-Quran tersebut semata-mata berdasarkan petunjuk dari Allah SWT kepada Nabi SAW. - Al-Quran diturunkan tidak secara sekaligus tapi secara berangsur-angsur. Di Mekah selama 13 tahun dan di Madinah 10 tahun. - Terbagi menjadi ayat-ayat Makkiyyah (19/30 = 86 surat) dan Madaniyyah (11/30 = 28 surat) - Periodisasinya sbb: [2]
Mekah I (4-5 tahun): Dakwah Islam masih dalam ruang lingkup yang kecil. Belum begitu banyak resistansi. Ayat-ayat yang turun umumnya tentang (i) pelajaran bagi Rasulullah dalam membentuk kepribadiannya, (ii) pengetahuan dasar tentang sifat-sifat Allah, (iii) keterangan tentang dasar-dasar akhlak islamiyah dan bantahan tentang pandangan hidup masyarakat jahiliyah saat itu. Mekah II (8-9 tahun): Dakwah Islam mulai terbuka. Oposisi terhadap Islam dari penduduk Mekah mulai terbentuk untuk menghalangi dakwah. Ayat-ayat yang turun umumnya tentang (i) kewajiban prinsipal penganutnya, (ii) kecaman & ancaman kepada kaum musyrik yang berpaling dari kebenaran, (iii) argumentasi tentang keesaan Tuhan dan kepastian hari kiamat. Madinah (10 tahun): Masyarakat Islam mulai terbentuk di Madinah setelah Nabi SAW hijrah dari Mekah. Selain oposisi dari jahiliyah Mekah, warga Yahudi di Medinah yang semula berikrar untuk hidup berdampingan dengan Muslim juga mulai menghalangi-halangi dakwah Nabi SAW.

- The prescription of this sequential order in The Quran is based solely on the guidance from Allah SWT to Prophet PBUH. - The Quran was not revealed all at once but gradually. Thirteen years in Mecca and then 10 years in Medina. - The Quran consists of Makkiyyah verses (19/30 = 86 Surahs) and Madaniyyah verses (11/30 = 28 Surahs) - Its periods are the following: [2]

Mecca I (4-5 years): Messages of Islam was conveyed only limited to close families and friends. Mecca II (8-9 years): Messages of Islam was spread to Mecca people at large. Medina (10 years) : Moslem community has been established in Medina after the flight of the Prophet PBUH and his followers from Mecca to Medina (marking as the first year of Moslem lunar calendar Hegira/Hijra)

- Pada masa Nabi SAW, kertas seperti yang kita kenal sekarang belum lagi sampai ke Jazirah Arab, walaupun sudah ditemukan di Cina. Karena Nabi SAW tidak bisa membaca dan menulis, pada saat turunnya wahyu, Nabi SAW langsung menyampaikan wahyu tersebut kepada sahabat-sahabatnya. Para sahabat

- During the Prophets lifetime, paper was yet to be known in Arabia Continents, although it had been found and used in China. Due to his illiteracy, once the Prophet received a revelation from God through Angel Gabriel, he would convey it right away to his companions. His companions then

* 2*

IS-PDX.122901

kemudian menghafalnya di luar kepala dengan bimbingan Nabi SAW. Beberapa sahabat yang pandai menulis selain diminta menghafal juga diminta untuk menuliskan di media tulis kayu, batu, kain, kulit, dsb. Untuk menjaga kemurnian Al-Quran ini setiap tahun Malaikat Jibril akan mengulang hafalan Al-Quran bersama Nabi SAW. Pada tahun terakhir menjelang ajalnya, bahkan Jibril bersama Nabi SAW mengulang hafalan tersebut dua kali. B. Masa Para Khalifah - Kodifikasi Al-Quran Pertama

memorized it under a guidance of the Prophet. Those companions who were also able to write, were also asked to record it on writing media such as woods, stones, clothes, leather, etc. To preserve the purity of The Quran, Gabriel along with the Prophet recited The Quran every year. Even in the last year of the Prophets lifetime, Gabriel and the Prophet recited The Quran twice. B. Caliphs Period - The First Codification of The Quran

Dilakukan pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq Atas usulan Umar bin Khaththab yang sangat khawatir akan keberlangsungan Al-Quran mengingat banyak penghafal Al-Quran yang ikut perang Yamamah mati syahid. Kodifikasi dipimpin oleh Zaid bin Tsabit dengan mengumpulkan catatan ayat-ayat dari para sahabat Nabi yang telah ditulis di kain, kulit, tulang, dan batu. Ini adalah kodifikasi lengkap Al-Quran resmi yang pertama. Dan buku pertama dalam bahasa Arab! Hasil kodifikasi ini kemudian disimpan oleh Abu Bakar RA sampai wafat yang kemudian disimpan oleh Umar RA sampai wafat dan lalu disimpan oleh Hafsah (anak Umar dan juga salah satu istri Nabi SAW).

Done in the era of Abu Bakar Ash-Shiddiq Umar bin Khaththab who was worrisome for the existence of The Quran by seeing the fact that many companions who memorized Quran by heart martyred in a Yamamah war, gave suggestion to Abu Bakar RA to codify Quran. Then this effort was led by Zaid bin Tsabit by collecting scattered verses recorded by Prophets companions on clothes, leather, bones, stones. This is the first officially complete Quranic codification. Also the first book in Arabic language! This codification was kept by Abu Bakar RA until he died and then kept by Umar RA (the second caliphs) until he died. He inherited it to his daughter who was also one of Prophets wives Hafsah.

- Penggandaan Al-Quran & Pendistribusian


Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, Islam telah tersebar sampai Bizantium dan Iran. Huzaifah bin Yaman sekembalinya dari peperang di Azerbaijin (25H/645M) melaporkan kepada Utsman RA tentang perselisihan umat Islam di daerah sekitar tersebut tentang perbedaan tata cara membaca Al-Quran. Lalu Utsman RA membentuk panitia yang diketuai Zaid bin Tsabit untuk memperbanyak Al-Quran berdasarkan Kodifikasi Quran yang asli yang dipegang oleh Hafsah dan bila ada perbedaan dalam bacaan harus dituliskan berdasarkan dialek suku Quraisy. Satu kopi dipegang oleh Utsman RA di Madinah dan kopi lainnya dikirim ke Mekah, Syiria, Yaman, Bahrain, Basra, dan Kufa untuk dijadikan standard acuan. Versi-versi yang tidak resmi yang beredar sebelumnya kemudian dimusnahkan atas perintah Utsman RA. Versi Al-Quran Utsman RA ini dikenal dengan Al Mushhaf dimana penulisannya seperti tulisan Arab gundul dan tanpa perbedaan penulisan huruf-huruf yang berbentuk sama.

- Duplication of original The Quran & Its Distribution


During the era of the third Caliphs Utsman bin Affan, Islam had reached Byzantium and Iran. Huzaifah bin Yaman once returned from campaign in Azerbaijan (25H/645M) reported to Utsman RA about disputes by Moslems there regarding differences in The Quran recitation. And one claimed his way was better than others. Then Utsman RA assigned a committee chaired by Zaid bin Tsabit to duplicate The Quran from the original copy of Quran kept by Hafsah. If there was found any differences in the committee of their recitation, the Quraisy dialect should be used and prioritized. Then one copy was kept by Utsman RA in Medina and other copies were distributed each to Mecca, Syria, Yemen, Bahrain, Basra, and Kufa as an official standard reference of The Quran. Other unofficial versions were destroyed under an order of Utsman RA. The Utsmans Quranic version was then known as Al Mushhaf where its writing only in a calligraphic form without vowelling and distinctions of similar shape of Arabic letters yet.

* 3*

IS-PDX.122901

C. Masa Setelah Khalifah - Vowelisasi menggunakan tanda titik (dot)


Dilaksanakan pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan (41-60H/661-668M) yang menugaskan Abul Aswad Ad-Duali. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahan membaca antara vowel (huruf hidup) a (fathah), i (kasrah), u (dhammah) atau an, in, un (tanwin) (contoh: ba, bi, bu, ban, bin, bun) Untuk bunyi a satu titik diletakkan diatas huruf, i dibawah huruf, u dipojok kiri atas huruf dan dua titik untuk tanwin. Tanda titik untuk vowelisasi ini menggunakan tinta merah.

C. Post Caliphs Period - Dotting signs for syntactical marks


This was in the era of Muawiyah bin Abu Sufyan (41-60H/661-668M) who put Abul Aswad Ad-Duali in charge to prevent people from a faulty reading of the Quran. The dot was used to vowel a consonant for a (fathah), ee (kasrah), oo (dhammah) or an, een, oon (tanween) (e.g.: ba, bee, boo, ban, been, boon). For a sound a dot is placed on the top of an Arabic consonant letter, for ee below it, for oo sound on upper left of the letter, and for tanween using double dots. Red color dot was used for these purposes.

- Tanda titik (dot) untuk pembedaan bentuk huruf yang serupa (misal: P V Z atau ^ b f ).
Dilaksanakan pada masa Abdul Malik bin Marwan (65-86H/685-705M) yang menugaskan Nashir bin Ashim dan Yahya bin Yamar.

- Using different dotting for distinction of similar shape of Arabic letter (e.g.: P

V Z or ^ b f

).

Done in the era of Abdul Malik bin Marwan (65-86H/685-705M) who put Nashir bin Ashim and Yahya bin Yamar in charge.

- Penyempurnaan tanda vowelisasi untuk fathah ( ), kasrah ( ), dhammah ( ), tanwin ( ), sukun ( ), tasydid ( ), dan mad ( ) yang menggantikan sistem tanda titik.
Penyempurnaan ini ditemukan oleh Al Khalil bin Ahmad Al-Farahidi. (w. 170H/786M) Penulisan dengan cara inilah yang kita gunakan sampai saat ini.
[3,4]

- Improvement of vowelling systems for fathah ( ), kasrah ( ), dhammah ( ), tanween ( ), sukoon ( ), tasydeed ( ), and mad ( ) replacing the confusing dotting approach.
Invented by Al Khalil bin Ahmad AlFarahidi. (d. 170H/786M) This style is what we are commonly used now.
[3,4]

- Penyempurnaan tanda-tanda untuk bacaan

- Improvement signs for recitation of The Quran

Untuk lebih menyempurnakan pembacaan AlQuran sesuai dengan bacaan aslinya terutama bagi pembaca berbahasa asal non-arab, terbitlah Mushhaf Amiri tahun 1337H/1918M di Mesir. Dalam Mushhaf ini ditambahkan tanda-tanda tajwid (seperti:

To match with original Quranic recitation especially for non-Arabic, Amiri Mushhaf was printed in 1337H/1918M in Egypt. In this Mushhaf, signs for correct reading were added (such as:

c , ) dan tanda-tanda stop/non-stop


(seperti:

c , ) and signs for pause/non-pause (such


as:

* *). See Appendix I.

* *). Lihat Lamp I.


- Innovation on The Quran printing Dar Al Maarifah (Damascus, Syria) [5] published Tajweed Qur'an (Wa-rattel-el

- Inovasi terbaru pencetakan Al-Quran Dar Al Maarifah (Damaskus, Syria) [5] menerbitkan Tajweed Qur'an (Wa-rattel

el-Qur'ana tartila) sekitar tahun 1990an. Yang menarik dari pencetakan Al-Quran ini adalah ide penggunaan warna-warna pada huruf-huruf, disesuaikan dengan aturan tajwid yang berlaku. Hal ini akan memudahkan untuk menuntun pembaca melantunkan Al-Quran dengan tartil.

Qur'ana tartila) around 1990s. The idea is to use different colors in writing letters whenever arise a certain recitation rule to be imposed on pronouncing those letters. This method helps a beginner recite the Quran less arduous.

* 4*

IS-PDX.122901

III. 4 T (Transliterasi, Translasi, Tafsir, dan Tajwid)


A. Transliterasi Definisi: Penulisan karakter huruf Arab ke dalam huruf Latin. Kemungkinan asalnya adalah agar pembaca yang tidak bisa membaca huruf Arab dapat membaca Al-Quran. Mungkin juga untuk mempermudah percetakan pada waktu itu (yang karakter hurufnya menggunakan abjad Latin) bila akan mengutip ayat-ayat Al-Quran. Tidak ada transliterasi standard yang berlaku sampai saat ini. Diperlukan kehati-hatian dalam membaca transliterasi; perhatikan versi transliterasi mana yang sedang digunakan. Misal, dalam suatu versi transliterasi th digunakan untuk Z padahal versi lainnya untuk merujuk pada

III. 4 Ts (Transliteration, Translation, Tafseer, and Tajweed)


A. Transliteration Definition: Converting Arabic characters (in this case) into Latin characters. The idea probably came up as a guide tool for non-Arabic speaker to read Arabic language. It is also possible for easier printing purposes when citing the Quranic verses where only Latin character printing device available at that time. No single common Arabic-Latin transliteration standard up to now. Be cautious whenever we see the transliteration; pay a special attention to which transliteration version is being used. For example, one transliteration version using th for pronouncing a letter Z , whereas it refers to a letter in another version! Several transliteration versions can be found in Appendix II.

.
Beberapa transliterasi yang sering digunakan dapat dilihat pada Lampiran II.

B. Translasi (Terjemahan) Definisi: Penterjemahan Al-Quran ke dalam bahasa selain bahasa Arab. Awalnya Al-Quran diterjemahkan ke dalam bahasa Latin (1145M) oleh para Orientalis dan kemudian diterjemahkan juga ke bahasa-bahasa Eropa lainnya (1616-1840M). Tujuannya untuk mendistorsi AlQuran dan agama Islam. Pada tahun 1689, Maracci (seorang Roma Katholik) menterjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Latin dengan teks Arabnya untuk persembahan kepada Emperor Romawi. Alexander Ross (pendeta Raja Charles I) menerbitkan terjemahan pertama ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1649. [6,7] Selanjutnya di sini hanya akan disinggung terjemahan ke dalam bahasa Inggris saja karena ini merupakan bahasa yang banyak digunakan. Pada awalnya Muslim enggan menerjemahkan AlQuran ke bahasa lain karena kekhawatiran akan terdistorsinya kemurnian ajaran Islam. Namun karena terjemahan para Orientalis selama ini bertujuan untuk mendukung kegiatan misionaris mereka dengan memutar-balikkan isi Al-Quran, penerjemahan ke dalam bahasa Inggrispun mulai dilakukan oleh para Penerjemah Muslim untuk dapat mengimbangi terjemahan Orientalis tersebut.

B. Translation Definition: Translating The Quran from Arabic to other non-Arabic languages. Initially, The Quran was translated into Latin language (1145M) by Orientalists and later on into other European languages as well (1616-1840M). Its main purpose was to distort the Qurans message and twist Islamic teachings. In 1689, Maracci (a Roman Catholic) translated The Quran into Latin along with Arabic text to be presented to Roman Empire. Meanwhile, Alexander Ross (a chaplain of King Charles I) published a first translation of The Quran in English version in 1649. [6,7] For the purpose of our discussion, only the English translations of The Quran will be touched upon here. At the very outset, Moslems were reluctant to translate The Quran into other languages in order to prevent any effort distorting the purity of Quranic message. However, due to the Orientalists twisted translations of The Quran for the sake of their missionary efforts, some Moslems were stood up to counter the corrupting translations.

* 5*

IS-PDX.122901

Usaha ini dimulai sekitar tahun 1905M dengan diterbitkannya The Holy Quran oleh M. Abdul Hakim Khan walaupun kualitas terjemahannya belum memadai. Terjemahan Inggris yang kualitasnya lebih baik (lebih mendekati dengan maksud yang terkandung dalam Al-Quran berbahasa Arab) yang beredar saat ini antara lain: [8] The Meaning of the Glorious Quran (London, 1930) oleh M. Marmaduke William Pickthall, berkebangsaan Inggris yang memeluk Islam. Terjemahan Inggrisnya cukup baik tapi tanpa keterangan atau catatan kaki sehingga agak menyulitkan bagi pembaca pemula. The Holy Quran: Translation and Commentary (Lahore, 1934) oleh Abdullah Yusuf Ali. Terjemahannya bukan berdasarkan kata per kata tapi pengungkapan berdasarkan substansinya (paraphrase). Terjemahan Inggrisnya cukup baik disertai dengan catatan kaki dan keterangan lainnya. Terjemahannya terlalu banyak menekankan pada hal-hal tentang spiritual dari pada tentang keduniaan. The Message of the Quran (Gibraltar, 1980) oleh Muhammad Asad. Terjemahannya menggunakan bahasa Inggris yang baik namun banyak hal-hal yang agak jauh dari pandangan Muslim Ortodoks. Misalnya penolakannya terhadap kejadian pelemparan Nabi Ibrahim ke dalam bara api. The Quran: The First American Version (Vermont, 1985) oleh T.B. Irving, berkebangsaan Amerika Serikat yang memeluk Islam. Terjemahannya menggunakan bahasa Inggris modern namun terlalu banyak memakai idiom Inggris Amerika sehingga mengurangi nilai kebesaran Kitab Suci. Catatan tekstual dan penjelasannya tidak cukup memadai. Sedangkan beberapa terjemahan Muslim yang terlalu bias kepada sekte alirannya adalah: [9] Aliran Shiah: M.H. Shakir, Holy Quran (NY, 1982), S.V. Mir Ahmad Ali, The Holy Quran with English Translation and Commentary (Karachi, 1964) Aliran Barelvi: Ahmad Raza Khan, Holy Quran yang diterjemahkan dari bahasa Urdu oleh Hanif Akhtar Fatmi (Lahore). Aliran Qadiyani: Muhammad Ali, The Holy Quran: English Translation (Lahore, 1917), Sher Ali, The Holy Quran: Arabic Text with English Translation (Rabwah, 1955), dll.

This work was initiated around 1905M through a publication of The Holy Quran by M. Abdul Hakim Khan. Since he was not a scholar, its translation quality was still far from perfect. Later on, some better English translations of The Quran (which are close to the original meanings of The Quran in Arabic language) were published and are still widely available today. Some of them are briefly described here: [8] The Meaning of the Glorious Quran (London, 1930) by M. Marmaduke William Pickthall, a British Moslem convert. His translation is very eloquent, but short of explanations and footnotes. An uninitiated reader found a little bit hard to follow. The Holy Quran: Translation and Commentary (Lahore, 1934) by Abdullah Yusuf Ali. His translation is based on his paraphrases rather than literally words by words. Its English language is very good and many footnotes and other explanation notes are provided. However, his overemphasis on things spiritual also distorts the Quranic worldview. The Message of the Quran (Gibraltar, 1980) by Muhammad Asad. His translation uses a chaste English. His downside is he included many issues that deviate from the viewpoints of Moslem orthodoxy. For example, just to mention one of them, Asad did not believe an event of the throwing of Abraham into the fire had occurred. The Quran: The First American Version (Vermont, 1985) by T.B. Irving, an American Moslem convert. His translation uses a modern English and employed too many American English idioms which are not befitting of the Quranic diction and style. His textual and explanatory notes are not bereft. Some other Moslem translations which are too biased toward translators strong sectarian doctrines are: [9] Shias: M.H. Shakir, Holy Quran (NY, 1982), S.V. Mir Ahmad Ali, The Holy Quran with English Translation and Commentary (Karachi, 1964) Barlevis: Ahmad Raza Khan, Holy Quran translated from Urdu language by Hanif Akhtar Fatmi (Lahore). Qadiyanis: Muhammad Ali, The Holy Quran: English Translation (Lahore, 1917), Sher Ali, The Holy Quran: Arabic Text with English Translation

* 6*

IS-PDX.122901

Beberapa terjemahan non-Muslim & Orientalis yang perlu diwaspadai, karena banyaknya penghilangan ayat, distrosi, dan interpolasi dalam penerjemahannya: [10] The Koran (London, 1956) oleh N.J. Dawood, seorang Yahudi. The Al Koran of Mohammed (London, 1734) oleh George Sale. The Koran (London, 1861) oleh J.M. Rodwell. The Quran (London, 1880) oleh E.H. Palmer. The Koran Interpreted (London, 1957) oleh Arberry. Meskipun pendekatan dan kualitas terjemahannya jauh lebih baik dari terjemahan non-musim lainnya, terjemahan Arberry masih mengandung beberapa kesalahankesalahan. C. Tafsir Definisi: Penjabaran (pembahasan) kandungan ayat-ayat Al-Quran secara lebih mendalam. Ada beberapa metoda penafsiran Al-Quran yang telah dilakukan: [11] a. Periwayatan (Matsur) (abad pertama H) Yaitu pada masa sahabat, tabiin (generasi kedua) di mana tafsir belum tertulis dan secara umum periwayatan ketika itu tersebar secara lisan. Penafsiran ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan hadits-hadits Rasulullah SAW atau bila tidak ditemukan penjelasannya merujuk kepada penggunaan bahasa dan syair-syair Arab. b. Penalaran i. Metode Tahliliy ( abad kedua H 1300anH/ abad 8M 1960an)
Menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Quran dari berbagai seginya berdasarkan ayat demi ayat sesuai dengan susunannya dalam mushhaf. Pembahasannya menjadi terpisah-pisah dan tidak tersajiakan secara menyeluruh kepada pembacanya. Tokoh: Al-Farra (w. 207H), At-Thabari (w. 310H), Fakhruddin Al-Razi (w. 606H/1210M), Ibrahim bin Umar Al-Biqai (890-885H), Muhammad Rasyid Ridha (1865-1935M)

(Rabwah, 1955), etc. The translations by non-Moslems & Orientalists that need special attention due to frequent omission of verses, distortion, mistranslation, and unaccountable faults in their translations are: [10] The Koran (London, 1956) by N.J. Dawood, a Jew. The Al Koran of Mohammed (London, 1734) by George Sale. The Koran (London, 1861) by J.M. Rodwell. The Quran (London, 1880) by E.H. Palmer. The Koran Interpreted (London, 1957) by Arberry. Although his approach and quality is much better than that of others in this category, his translation is still not free from some errors. C. Tafseer (Exegesis) Definition: Interpretation of The Quranic verses beyond their translation. There are several methods known in the exegesis of the Quran. [11] a. Oral Transmission (Matsur) (first century H)

b. Deduction & Induction i. Tahliliy Method ( second century H 1300s H/ 8M 1960s)


Scholars: Al-Farra (d. 207H), At-Thabari (d. 310H), Fakhruddin Al-Razi (d. 606H/1210M), Ibrahim bin Umar AlBiqai (890-885H), Muhammad Rasyid Ridha (1865-1935M)

* 7*

IS-PDX.122901

ii. Metode Mawdhuiy (Tematik) (1960 kini)

Menghimpun ayat-ayat Al-Quran dari berbagai surah dan yang berkaitan dengan persoalan atau topik yang ditetapkan sebelumnya. Kemudian dibahas dan dianalisis kandungan ayat-ayat tersebut sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Ada dua pengertian dalam penggunaan metode ini: [12] a.) penafsiran menyangkut satu surat dalam Al-Quran dengan menjelaskan tujuan-tujuannya secara umum dan yang merupakan tema sentralnya, serta menghubungkan persoalan-persoalan yang beraneka ragam dalam surat tersebut antara satu dengan lainnya dan juga dengan tema tersebut, sehingga satu surat tersebut dengan berbagai masalahnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. b.) penafsiran yang bermula dari menghimpun ayat-ayat Al-Quran yang membahas satu masalah tertentu dari berbagai ayat atau surat Al-Quran dan yang sedapat mungkin diurut sesuai dengan urutan turunnya, kemudian menjelaskan pengertian menyeluruh dari ayat-ayat tersebut, guna menarik petunjuk Al-Quran secara utuh tentang masalah yang dibahas itu.

ii. Metode Mawdhuiy (Tematik) (1960 kini)


Scholars: Al-Syathibi (d. 1388M), Mahmud Syaltut (1960 M), Ahmad Sayyid Al-Kumiy (1960an M), Abdul Hay Al-Farmawiy (1970M), M. Quraish Shihab.

Tokoh: Al-Syathibi (w. 1388M), Mahmud Syaltut (1960 M), Ahmad Sayyid AlKumiy (1960an M), Abdul Hay AlFarmawiy (1970M), M. Quraish Shihab.

D. Tajwid Definisi: Tata cara membaca Al-Quran yang baik dan benar (tartil). Kurang lebihnya ada 4 hal pokok dalam ilmu tajwid: a. Pengucapan (artikulasi) huruf-huruf Arab dengan benar. b. Aturan pengucapan dalam kata atau kalimat (seperti: Ikhfa, Iqlab, Idgham, Idzhar, dll.). c. Auran panjang pendeknya bacaan (seperti: Hukum Mad) d. Aturan berhenti (stop) atau tidak berhenti (Aturan Waqof) dalam pembacaan ayat-ayat sehingga sesuai dengan arti yang terkandungnya. Lihat Lampiran I.

D. Tajweed Definition: Rules of reading The Quran the way the Prophet PBUH recited it. There are at least 4 main elements in tajweed: a. Proper articulation of individual Arabic letter. b. Proper articulation in Arabic words or sentences. (e.g.: Ikhfa, Iqlab, Idgham, Idzhar, etc.). c. Lengthenings (e.g.: Medd Rules) d. Pause and non-pause rules in order to recite the verses as their meanings are meant to be. See Appendix I.

* 8*

IS-PDX.122901

IV. Kesimpulan & Penutup


!" Al-Quran adalah kumpulan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia. !" Walaupun proses turunnya wahyu sampai kodifikasi Al-Quran begitu panjang, kemurnian AlQuran tetap terjaga seperti yang dijanjikan oleh Allah SWT. (QS: 15:9). !" Inovasi-inovasi penulisan Al-Quran tidak terletak pada perubahan cara tulis (kaligrafi) seperti yang tertulis dalam Mushhaf Utsman, tetapi lebih pada penambahan tanda-tanda baca untuk menghindari kesalahan membaca dan untuk mempermudah pembacaan tajwidnya terutama bagi Muslim yang berbahasa non-Arab. !" Selain usaha-usaha yang berkaitan dengan pembacaan Al-Quran yang baik dan benar (tartil), juga ada usaha-usaha untuk lebih memahami kandungan ayat-ayat suci Al-Quran. Translasi dan Tafsir merupakan dua hal pokok dalam hal ini. Wallahualam bishshawab.

IV. Conclusion & Closing Remarks


!" The Quran is a compilation of the divine revelation sent down from God The Almighty to the Prophet Mohammad PBUH as the guidance for all humankind. !" Although it took a long process from its revelation to the codification/writing of The Quran, God The Almighty has protected its authenticity as His promise in (QS: 15:9). !" Innovations in writing styles of the Quran are not on the changes of its originally basic calligraphic forms found in the Utsmans Mushhaf, but more on the additions of recitation signs to prevent a faulty reading committed, especially, by non-Arab speaking Moslems. !" In addition to the works to improve proper Quranic recitation, other works to better understand the meaning of The Quranic verses have been accomplished. Translation and Exegesis are two essential works in this subject. Allah knows best.

References:
1 2

Dr. M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, Mizan, Bandung, 1998, p. 4. Dr. M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Mizan, Bandung, 1994, pp. 35-39. 3 Departemen Agama, Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, PT. Intermasa, 1974, p. 20. 4 Prof. M. A. S. Abdel Haleem, The Written Representation of the Recited Text of The Qur'n, Islamic Quarterly, 19??, pp. 171-192 accessed from Islamic Awareness web page at http://www.islamic-awareness.org/Quran/Text/Scribal/haleem.html on December 2001. 5 http://www.easyquran.com/english/default.htm, accessed on Dec. 27, 2001 6 Departemen Agama, Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, PT. Intermasa, 1974, pp. 35-36. 7 A. R. Kidwai, Translating the Untranslatable: A Survey of English Translations of the Quran, Muslim World Book Review, Vol. 7, No. 4, Summer 1987, pp. 66-71 accessed from http://www.quran.org.uk/ieb_quran_untranslatable.htm on December 2001. 8 ibid. 9 ibid. 10 ibid. 11 Dr. M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Mizan, Bandung, 1994, pp. 83-87, 111-117. 12 ibid., p. 74.

* 9*

IS-PDX.122901

Lampiran/Appendix I

Pause/Non-Pause Rules
Waqof*
1 2 3 4 5 6 7

Maksudnya
Harus berhenti Tidak boleh berhenti Boleh berhenti, tapi meneruskan bacaan lebih utama Boleh berhenti, boleh terus Lebih baik berhenti

Meaning
Mandatory pause Prohibited pause Optional pause, but preferably not to pause Preferred non-pause Preferred pause Selective pause (if pause at either of the two places, then no pause at the other) Optional pause, but preferably to pause

**

Berhenti pada salah satu kata Boleh terus boleh berhenti, tapi lebih baik berhenti

*These pause/non-pause signs are placed higher than all other signs in the Quranic verses writing. * Tanda Waqof ini ditulis lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan tanda-tanda lainnya dalam penulisan ayat-ayat Al-Quran.

* 10 *

IS-PDX.122901

Lampiran/Appendix II

Transliteration Versions
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Letters

Version 1* (DepAg-RI) a b t ts j h kh d dz r z s sy sh dh th zh

Version 2** (MSA-USC) a b t th j h kh d th r z s sh s d t th

Version 3*** (geckil) e b t th j H kh d dh r z s $ S D T Z

Sound like dad

B P V Z ^ b f j l n p r v z

three jam

this

ship

thus

* 11 *

IS-PDX.122901

No. 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

Letters

Version 1* (DepAg-RI) a gh f q k l m n w h y

Version 2** (MSA-USC) AA gh f q k l m n w h y

Version 3*** (geckil) a g f q k l m n w h y

Sound like

want

yes

Notes: * Source from Al-Quran dan Terjemahannya, Dep. Agama, Republik Indonesia ** Source from MSA-USC website at http://www.usc.edu/dept/MSA/quran/transliteration/table.html *** Source from http://www.geckil.com/~harvest/quran/c2-255.htm shaded area indicate where each version has different transliteration.

Important Message: Letter #4 in version 1 is ts and in other versions is th, meanwhile in the version 1, th refers to letter #16. Letter #13 in version 1 is sy and in version 2 is sh, meanwhile in the version 1, sh refers to letter #14.

* 12 *

Anda mungkin juga menyukai