Anda di halaman 1dari 4

Amang Syafrudin:

Hakikat Ukhuwah Menurut Ikhwanul Muslimin

Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam atas Rasulullah saw beserta keluarganya
dan para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya.

Wahai Ikhwan sekalian: sungguh Islam telah memberikan perhatian penuh akan adanya
ikatan yang kuat pada sendi-sendi ukhuwah yang darinya melahirkan cinta karena Allah
SWT, dan menjadikan ukhuwah sebagai sarana pemersatu jiwa dan hati dan bahkan
merupakan dasar pokok utama keimanan yang tidak akan sempurna keimanan seseorang
kecuali dengannya, dan tidak akan terwujud hakikat keimanan kecuali dengan
keberadaannya; bahkan ukhuwah dijadikan sebagai ikatan yang paling erat dari pokok-pokok
keimanan dan kesempurnaan nilai-nilainya, Allah berfirman:
“Hanyalah orang-orang beriman yang memiliki ukhuwah”. (Al-Hujurat:10).

Dan Nabi saw bersabda:


“Seorang muslim adalah saudara dengan muslim lainnya, tidak boleh menzhaliminya, tidak
membiarkannya, tidak merendahkannya dan menghinakannya”. (Muttafaq alaih).

Dan Nabi saw juga bersabda:


“Perumpamaan orang-orang beriman dalam kasih sayang, cinta kasih dan empati adalah
seperti satu tubuh, jikasalah satu tubuh darinya mengadu pada suatu penyakit maka anggota
tubuh lainnya akan merasa sakit dan begadang”.(Muttafaq alaih)

Karena itulah di antara salah satu rukun dari rukun baiat kita adalah al-ukhuwah, dan di
antara salah satu dasar perbaikan sosial secara universal yang dibawa oleh Islam adalah
memproklamirkan adanya ukhuwah di tengah umat manusia.

Makna ukhuwah menurut Ikhwanul Muslimin


Imam al-muassis (pendiri) jamaah ikhwanul muslimin, Hasan Al-Banna, semoga Allah
merahmatinya berkata:
“Yang sangat maksud dengan ukhuwah adalah: mengikatnya hati-hati dan jiwa-jiwa ini
dengan ikatan aqidah, dan aqidah merupakan ikatan yang paling kokoh dan paling mahal
harganya, dan ukhuwah adalah saudara keimanan, sementara perpecahan adalah teman
dari kekufuran, kekuatan yang utama adalah persatuan dan tidak ada persatuan tanpa cinta,
dan cinta paling rendah adalah lapang dada, sementara yang paling tinggi adalah itsar.”

“Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun
mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah
orang orang yang beruntung”. (Al-Hasyr:9)

Al-akh yang jujur adalah yang melihat saudaranya lebih utama daripada dirinya sendiri dan
nabi saw bersabda:
“Seorang Mukmin terhadap mukmin yang lainnya seperti bangunan, saling memperkokoh
sebagiannya dengan sebagian lainnya”. (Muttafaq alaih).
“Dan orang-orang beriman laki-laki dan wanita sebagian mereka menguatkan sebagian
lainnya”. (At-Taubah:71).

Demikianlah yang seharusnya terjadi,


Ukhuwah menurut kami adalah agama, dan Ikhwanul Muslimin masih terus berambisi dan
bersemangat untuk mewujudkan ukhuwah yang benar dan sempurna di antara mereka,
bersungguh-sungguh untuk tidak memperkeruh kemurnian dan kesucian hubungan mereka
sedikitpun, menyadari bahwa ukhuwah dalam agama adalah sebaik-baik sarana yang dapat
mendekatkan diri kepada Allah, dan sarana meraih kemuliaan derajat yang tinggi. Karenanya
mereka – ikhwanul muslimin- juga berambisi untuk selalu memperhat

lainnya, atau berusaha meremehkan kelebihannya, atau menghina perbuatan dan


pemberiannya. Al-Faruq Umar bin Khattab memberikan satu nasihat: “Janganlah cintamu
dijadikan sebagai beban, dan jangan jadikan pula marahmu sebagai kehancuran. Kemudian
ada yang bertanya: bagaimanakah maksudnya?
Umar berkata:
“Jika Anda mencintai jangan berlebihan seperti cintanya seorang bayi pada sesuatu secara
berlebihan, dan jika Anda marah maka jangan membuat Anda senang hancurnya saudaramu
dan celaka”. (Bukhari dalam kitab Adab)

Hasan bin Ali berkata:


“Janganlah Anda berlebihan dalam mencintai sesuatu, dan jangan pula berlebihan dalam
membenci sesuatu, dan barangsiapa yang menemukan pada saudaranya tanpa sitar
(penutup) maka janganlah disingkap lagi”. (Abdul Razaq).

Dan diantara hak-hak ukhuwah adalah memberikan nasihat dengan adab-adab syar’i: jangan
diumbar di depan umum, jangan disakiti dihadapan khalayak ramai atau pada suatu lembaga
resmi, dan jangan diungkap rahasia dirinya, jangan dibuat-buat dan dusta, tidak ada
pembenaran penggunaan segala cara terhadap suatu kesalahan, tidak ada mujamalah dalam
menghitung suatu kebenaran, tidak cenderung pada sakit hati dan pemenangan hawa nafsu,
namun harus dengan nasihat yang aman dan benar serta jujur, bebas dari tuduhan, ditunaikan
sesuai dengan amanah, dengan dingin adalah kasih sayang, dan menumbuhkan perasaan
ukhuwah.

Ukhuwah adalah rahasia kekuatan dakwah kita


Sesungguhnya ukhuwah yang kami sebutkan hak-haknya, wahai Ikhwanul Muslimin adalah
sebongkah batu yang mampu menghancurkan gelombang konspirasi dan usaha menguasai
dakwah kita yang penuh berkah ini, dan ia merupakan titik awal sebuah kemenangan.

“Dan jika mereka bermaksud menipumu, Maka Sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi
pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan Para
mukmin, dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman)[622]. walaupun
kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat
mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.
Sesungguhnya Dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana. Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi
Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu”. (Al-Anfal:62-64)
Wahai Ikhwanul Muslimin: Sungguh nabi saw telah memaklumatkannya dengan jelas dan
gamblang:
“Jauhilah kalian akan buruk sangka, karena buruk sangka adalah sedusta-dusta ucapan, dan
janganlah kalian saling menduga-duga, jangan saling mengintai, jangan saling hasad,
jangan saling berkonspirasi, jangan saling benci (marah), namun jadilah kalian hamba
Allah yang saling bersaudara“. (Muttafaq alaih).

Umat Islam di masa awal memahami dari Islam akan makna ukhuwah ini, merasuk dalam
aqidah dan agama Allah secara kekal akan perasaan cinta dan bersatu serta berkasih sayang,
dan fenomena yang paling mulia adalah ukhuwah dan ta’aruf, seakan mereka menjadi sosok
yang satu; satu hati, satu tangan, maka Allah pun mewujudkan pada mereka kemenangan,
kemuliaan dan kejayaan.

Karena itulah, marilah kita berpegang teguh pada ukhuwah yang kekal ini yang niscaya tidak
akan sirna sekalipun dunia akan hancur, sekalipun hari-hari akan hilang dan berlalu namun
ukhuwah akan tetap kek

ikan hak-haknya sehingga mampu membersihkan hal-hal yang dapat membuat keruh dan dari
bisikan-bisikan syaitan, dan para ulama telah menjadikan serendah-serendahnya derajat
ukhuwah adalah berinteraksi dengan saudaranya dengan apa yang dicintai nya.
Dan di antara hak-hak ukhuwah adalah sabar terhadap kesalahan al-akh sampai dirinya
mampu mengembalikannya pada kebenaran tanpa dibesar-besarkan (publikasi) akan
kesalahannya atau menyebarkan kesalahan dan kekeliruannya. Abu Darda berkata:
“Jika saudaramu berubah dan bertingkah dari apa dalam dirinya maka janganlah ditinggal
karena hal tersebut; karena boleh jadi saudaramu bengkok (salah) pada suatu saat namun
lurus kembali pada saat yang lain”.

Ibrahim An-Nakha’i berkata:


“Janganlah engkau memutus hubungan saudara atau meninggalkannya disaat bersalah,
karena boleh jadi suatu kali dirinya melakukan salah namun esoknya dia dapat
meninggalkannya (kesalahan)”.

Dalam atsar yang lain disebutkan:


”Nabi Isa berkata kepada al-hawariyun: Bagaimana kalian memperlakukan saudara kalian
jika melihatnya tidur lalu angin bertiup dan menyingkap pakaiannya? Mereka menjawab:
akan kami singsingkan bajunya dan menutupinya. Nabi Isa: namun kalian akan
menyingkapkan auratnya! Mereka berkata: Maha suci Allah! Siapakah yang melakukan
demikian? Beliau berkata: Salah seorang dari kalian yang mendengar ucapan tentang
saudaranya kemudian ditambah-tambah olehnya dan disebarkannya dengan sesuatu yang
lebih darinya”.

Dan bahkan pada saat berbeda pendapat dengan Ikhwan, maka ikatan ukhuwah harus mampu
melindungi mereka dari terjadinya saling membuka aib, atau menyebarkan syubhat, atau
membuat cerita bohong, dan hendaknya mereka memelihara ungkapan seorang ulama fiqih
imam Syafi’i semoga Allah merahmatinya:
“Orang yang merdeka adalah orang yang mampu melindungi kasih sayang sesaat, dan loyal
pada orang yang memanfaatkannya walau sekejap”.

Dan di antara hak-hak ukhuwah yang diserukan oleh Ikhwanul Muslimin adalah apa yang
telah disampaikan oleh Al-Fudhail bin Iyadh semoga Allah merahmatinya:
Pandangan al-akh pada wajah saudaranya dengan penuh kasih sayang dan rahmah adalah
ibadah, karena itu, tidak sah kecintaan kepada Allah kecuali jika memenuhi syarat di
dalamnya yaitu berkasih sayang dalam pertemuan dan perjumpaan, bahkan saat perpisahan
sekalipun; dengan menampakkan nasihat, menjauhi ghibah, memenuhi janji, mewujudkan
kelemnutan, menghilangkan kebencian dan menghancurkan kegundahan.

Dan juga disebutkan: Jika terjadi ghibah maka hilanglah ukhuwah. Begitu indah dan lembut
ungkapan seorang salaf yang menyampaikan nasihat kepada saudaranya yang meninggalkan
dirinya:
Sampaikanlah kepada saya; saya telah jahat seperti yang engkau katakan
Karena itu, dimanakah kasih sayang dalam ukhuwah
Atau jika Anda jahat sebagaimana aku jahat
Maka, dimanakah karuniamu dan kasih sayangmu
Dan bukanlah bagian dari akhlaq seorang akh muslim ketika selalu membeberkan  sebab-
sebab aib pada saat berdirinya berbeda pendapat dari saudaranya.

Anda mungkin juga menyukai