Anda di halaman 1dari 4

Bab 5

Tarbiyah Kita Adalah


Ukhuwah & Jamaah
___

A. Urgensitas Ukhuwah dalam Tarbiyah

“Dakwah kita ditegakkan di atastiga pilar, yaitu pemahaman yang


mendetail, iman yang mendalam, dan cinta yang kukuh.”
- Imam Hasan Al Banna Rahimahullah

Salah satu kualitas dasar yang menjadi fondasi tarbiyah adalah ukhuwah
dan cinta kasih karena Allah. Bahkan Imam Hasan Al-Banna menjadikan
ukhuwah sebagai salah satu dari 10 arkanul bai’ah (rukun bai’at Ikhwan).
Beliau menafsirkan makna ukhuwah sebagai,

Suatu ikatan yang mengikat hati dan jiwa dalam ikatan akidah. Akidah adalah
perekat yang paling kuat dan paling tinggi.

Ukhuwah adalah saudara iman, sedangkan perpecahan adalah bentuk kekuatan


paling rendah yang dimiliki oleh suatu masyarakat, dan persatuan tidak mungkin
terwujud tanpa cinta.

Tingkatan cinta paling rendah adalah hati yang tulus, sedangkan tingkatan
cinta yang paling tinggi adalah sikap mengutamakan orang lain.

Setiap kader, baik yang dekat maupun yang jauh, perlu memahami kadar
hubungan erat yang mempersatukan antar sesame mereka. Jamaah kita adalah
gambaran hidup dari apa yang diinginkan oleh hadits Nabi saw, “Seorang
mukmin bagi mukmin yang lain adalah ibarat sebuah bangunan yang tiap-tiap
bagiannya memperkuat bagian yang lain”. (HR. Bukhari-Muslim)
B. Tarbiyah Melebur Semua Sekat yang Ada

“Demi Allah, aku belum perah berjumpa dengan mereka,


dan mereka pun belum pernah berjumpa denganku. Tapi karena ukhuwah
akidah dan berkah dakwah—semoga Allah tidak menghalangiku dari berkahnya
—aku merasa bahwa mereka adalah sahabat-sahabat
karib yang sudah kukenal bertahun-tahun.”
(Musthafa As-Sibai)

Musthafa As-Sibai, seorang da’I kondang asal Suriah, pernah bercerita


kepda saya bahwa ketika Ia pergi ke Eropa untuk mengobati penyakit lumpuh
yang Ia derita saat usia uzur, hampir setiap kali turun dari pesawat, dia
menjumpai pemuda-pemuda dari pelbagai Negara yang siap menunggu dan
menjemputnya. Mereka telah mempersiapkan segala sesuatu yang dia butuhkan
bahkan lebih dari sekadar yang Ia butuhkan.

Tarbiyah telah berhasil menghilangkan semua sekat dan menghapus


perbedaan, seperti etnis, nasionalisme, bahasa, warna kulit, dan strata sosial
yang dapat memisahkan sesama manusia. Di kantor-kantor cabang Al-Ikhwan
Al-Muslimun, Anda dapat melihat seorang insinyur, karyawan, dokter, penjual
kurma, guru, petani, orang kota, orang kampong, tua dan muda; berasal dari dari
semua golongan dan usia.

Sungguh benar yang difirmankan oleh Allah SWT.,

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu


adalah bersaudara.(QS. Al-Hujurat: 10)

C. Nikmatnya Ukhuwah dalam Bingkai Tarbiyah

“Apa yang dilakukan karena Allah akan kekal dan berkelanjutan, sedang apa
yang dilakukan karena selain Allah makan akan terhenti dan berakhir.”

Tidak diragukan bahwa nikmat ukhuwah karena Allah, saling mencintai


karena Dzat-Nya, dan saling berserikat di atas agama-Nya, merupakan
anugerah keimanan paling besar yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-
Nya. Ukhuwah adalah salah satu buah keimanan. Dalam salah satu firman-Nya,
Allah menyeru kaum mukmin Madinah,

“Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah)
bermusuh-musuhan maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.” (QS. Ali Imran : 103)

Allah SWT berfirman kepada Rasulullah, menunjukkan rasa bangga-Nya atas


ukhuwuah yang terjalin di antara orang-orang beriman,

“Dialah yang memperkuat mu dengan pertolongan-Nya dan dengan para


mukmin, dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman).
Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi,
niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah
mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi
Mahabijaksana”. (QS. Al-Anfal : 62-63)

Seperti itulah ukhuwah di antara orang yang beriman, yang dibangun di atas
keimanan dan mahabbah lillah. Hal ini akan berbeda dengan hubungan
persahabatan, cinta, kasih sayang, dan kedekatan yang dibangun di atas
motivasi duniawi sehingga tidak mampu bertahan lama.

D. Ujian Ukhuwah

“Tiada guna cnta orang yang tak berpendirian


Sebab ia akan mengikuti kemana angin berjalan
Ia dermawan ketika engkau tidak membutuhkan hartanya
Namun pelit saat engkau jatuh papa
Betapa banyak sahabat yang dapat engkau hitung
Namun dalam derita mereka berkurang”
(Imam Ali radhiallaahu’anhu)

Jalinan ukhuwah yang paling kuat dan kukuh akan teruji saat menghadapi
masa-masa cobaan, penderitaan, dan fitnah. Pada masa-masa seperti ini,
sebuah jalinan ukhuwah benar-benar diuji, sehingga menjadi jelas siapa
pencinta yang tulus dan siapa pencinta yang berpura-pura atau penuh
kepalsuan.

Berbagai ujian bertubi-tubi yang dialami para kader mengundang decak


kagum semua orang. Berapa banyak kader yang dagingnya tersayat ujung
cambuk hingga mengelupas, atau darah mereka memuncrat sampai kering, tapi
mereka tetap diam seribu bahasa dan tidak mau memberi tahu rahasia
keberadaan ikhwan-ikhwan seperjuangan mereka. Bahkan sikap diam ini ada
yang sampai menyebabkan mereka harus kehilangan nyawa di sel-sel
penyikasaan.meski demikian, hati mereka ridho selama tidak menyakiti saudara-
saudaranya dengan membocorkan rahasia.

Betapa banyak kader muda yang memilih menerima siksaan yang sangat
berat dan di luar batas kemampuannya hanya karena ingin membebaskan
ikhwan lain yang ia ketahui lebih besar tanggung jawabnya atau lebih rendah
kesanggupannya untuk menerima siksaan.

Bahkan banyak kader-kader muda yang tidak tega membiarkan keluarga


ikhwan-ikhwannya yang terlantar di penjara kemudian membentuk jaringan kerja
sama guna menghimpun dana bantuan dan sumbangan berkala demi
membantu keluarga-keluarga yang kehilangan tulang punggungnya, di mana
sebelumya kaya, terpandang, kini menjadi miskin dan direndahkan. Dalam
benak seorang kader tidak terlintas sedikitpun keinginan menelantarkan sanak
keluarga saudaranya yang sedang mengalami cobaan.

“Kader bukan malaikat yang suci atau nabi yang maksum. Tapi secara
keseluruhan, mereka mewakili putra-putra terbaik ummat ini. Mereka memiliki
karakter pemikiran yang merdeka, berhati bersih, berjiwa jernih, berakhlak lurus,
berperilaku bersih, bersemangat tinggi untuk menegakkan agama Allah,
mencintai kebaikan untuk seluruh ummat manusia, memiliki ghirah yang kuat
terhadap islam, juga berusaha untuk mengembalikan kejayaannya, menerapkan
syariatnya, dan membimbing sekalian ummatnya.”

Anda mungkin juga menyukai