Salah satu kualitas dasar yang menjadi fondasi tarbiyah adalah ukhuwah
dan cinta kasih karena Allah. Bahkan Imam Hasan Al-Banna menjadikan
ukhuwah sebagai salah satu dari 10 arkanul bai’ah (rukun bai’at Ikhwan).
Beliau menafsirkan makna ukhuwah sebagai,
Suatu ikatan yang mengikat hati dan jiwa dalam ikatan akidah. Akidah adalah
perekat yang paling kuat dan paling tinggi.
Tingkatan cinta paling rendah adalah hati yang tulus, sedangkan tingkatan
cinta yang paling tinggi adalah sikap mengutamakan orang lain.
Setiap kader, baik yang dekat maupun yang jauh, perlu memahami kadar
hubungan erat yang mempersatukan antar sesame mereka. Jamaah kita adalah
gambaran hidup dari apa yang diinginkan oleh hadits Nabi saw, “Seorang
mukmin bagi mukmin yang lain adalah ibarat sebuah bangunan yang tiap-tiap
bagiannya memperkuat bagian yang lain”. (HR. Bukhari-Muslim)
B. Tarbiyah Melebur Semua Sekat yang Ada
“Apa yang dilakukan karena Allah akan kekal dan berkelanjutan, sedang apa
yang dilakukan karena selain Allah makan akan terhenti dan berakhir.”
“Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah)
bermusuh-musuhan maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.” (QS. Ali Imran : 103)
Seperti itulah ukhuwah di antara orang yang beriman, yang dibangun di atas
keimanan dan mahabbah lillah. Hal ini akan berbeda dengan hubungan
persahabatan, cinta, kasih sayang, dan kedekatan yang dibangun di atas
motivasi duniawi sehingga tidak mampu bertahan lama.
D. Ujian Ukhuwah
Jalinan ukhuwah yang paling kuat dan kukuh akan teruji saat menghadapi
masa-masa cobaan, penderitaan, dan fitnah. Pada masa-masa seperti ini,
sebuah jalinan ukhuwah benar-benar diuji, sehingga menjadi jelas siapa
pencinta yang tulus dan siapa pencinta yang berpura-pura atau penuh
kepalsuan.
Betapa banyak kader muda yang memilih menerima siksaan yang sangat
berat dan di luar batas kemampuannya hanya karena ingin membebaskan
ikhwan lain yang ia ketahui lebih besar tanggung jawabnya atau lebih rendah
kesanggupannya untuk menerima siksaan.
“Kader bukan malaikat yang suci atau nabi yang maksum. Tapi secara
keseluruhan, mereka mewakili putra-putra terbaik ummat ini. Mereka memiliki
karakter pemikiran yang merdeka, berhati bersih, berjiwa jernih, berakhlak lurus,
berperilaku bersih, bersemangat tinggi untuk menegakkan agama Allah,
mencintai kebaikan untuk seluruh ummat manusia, memiliki ghirah yang kuat
terhadap islam, juga berusaha untuk mengembalikan kejayaannya, menerapkan
syariatnya, dan membimbing sekalian ummatnya.”