Anda di halaman 1dari 31

Sistem

Masyarakat Islam
Dr. Yusuf Al Qordhowi

PASAL 4: PERASAAN,
SELERA, DAN KASIH SAYANG
Perasaan dalam Masyarakat

Masyarakat Islam juga memiliki ciri khas dalam masalah


PERASAAN DAN KASIH SAYANG

Berbagai tipe perasaan dalam masyarakat :


• Dengki / sentimen rasial (kesukuan)
• Fanatisme kebangsaan
• Cinta tanah air membabi buta

Berbeda-beda sikap dalam sikap:


Mendukung, memusuhi, mencintai, membenci, perasaan marah atau
ridha(senang).

2
Masyarakat Islam

• Walanya diberikan kepada Islam dan kaum muslimin


• Permusuhan diberikan kepada musuh-musuh Islam
dan orang-orang yang memeranginya.
• Tegak di atas prinsip wala’ kepada Allah dan Rosulnya.
• Persaudaraan yang kuat
• Cinta yang dalam
• Meskipun tempat tinggal berjauhan, warna kulit
berbeda dan status sosial

3
"Dia-lah (Allah) yang memperkuatmu (Muhammad) dengan
pertolongan-Nya dan dengan para mukmin, dan yang
mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Jikalau
kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi,
niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan
tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Al Anfal: 62-63)

4
Tidak ada peluang:
• Tumbuhnya perasaan benci dan pertarungan antar
kelas/tingkatan
• Tidak pula perasaan sombong dan sentimen antara jenis
dan warna
• Tidak pula perasaan fanatisme terhadap asal daerah
dan bumi mana pun dari bumi Islam atau kaum yang
mana pun dari kaum Muslimin meskipun itu keluarga dan
kerabataya, karena tanah air seorang Muslim adalah
Darul Islam dan keluarga seorang Muslim adalah
keluarga Islam

5
Persi (Salman), Romawi (Shuhaib), Habasyah (Bilal), kaya
(Utsman bin 'Affan, Abdur Rahman bin 'Auf ), fakir (Abu Dzar dan
'Ammar). Ada yang Badui (orang pegunungan) dan ada yang dari
kota, ada yang berpendidikan dan ada yang buta huruf, ada yang
berkulit putih dan ada yang berkulit hitam, laki-laki dan wanita,
yang lemah dan yang kuat, yang budak dan yang merdeka,
semuanya bersaudara di bawah naungan Islam dan di bawah
panji Al Qur'an.

6
Sesungguhnya persaudaraan Islam itulah perekat yang mengikat
antara batu bata individu Muslim dalam sebuah bangunan yang
kokoh dan tidak mudah roboh. Sebagaimana dijelaskan dalam
hadits Rasulullah SAW, muttafaqun 'alaih:
"Mukrmin yang satu terhadap mukmin yang lain itu bagaikan
bangunan yang mengikat antara sebagian dengan sebagian yang
lainnya." (HR. Muttafaqun 'Alaih)

7
"Mukmin yang satu terhadap mukmin yang lain itu bagaikan bangunan yang
mengikat antara sebagian dengan sebagian yang lainnya." (HR. Muttafaqun
'Alaih)

Ukhuwah  buah konsekuensi keimanan.


"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara." (Al Hujurat: 10)

Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud, bahwa Nabi SAW pernah berdoa
setelah shalat dengan doa yang menarik berikut ini:
"Ya Allah, ya Tuhan kami! dan Tuhan segala sesuatu dan pemiliknya,
sesungguhnya saya bersaksi bahwa Engkau adalah Allah Yang Esa, tiada sekutu
bagi-Mu. Ya Allah, ya Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu serta pemiliknya,
saya bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusanMu.
Ya Allah ya Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu serta pemiliknnya, saya
bersaksi bahwa seluruh hamba-Mu itu bersaudara."

8
"Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, sungguh kalian
tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak
akan beriman hingga kalian saling menciritai." (HR. Muslim)
"Belum sempurna iman salah seorang di antara kamu hingga ia
mencintaii saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya." (HR.
Muttafaqun 'Alaih)
"Seorang Muslim saudara Muslim lainnya, ia tidak
menzhaliminnya, tidak menyerahkan (kepada musuh), tidak
menghinanya dan tidak merendahkanrya, cukuplah bagi
seseorang dikatakan buruk jika ia menghina saudaranya Muslim."
(HR. Muslim)

9
Satu-satunya ikatan yang diakui oleh Islam adalah ikatan
persaudaraan antar kaum Muslimin, tanpa ikatan yang lainnya,
sungguh Islam telah memerangi fanatisme (kebanggaan) dengan
segala macamnya, kebanggaan terhadap kabilah atau
kebangsaan, warna kulit, tanah air, tingkatan atau golongan, atau
selain itu yang pada umumnya dibanggakan oleh manusia,
kecuali kebanggan terhadap kebenaran yang ditegaskan oleh
wahyu dan tegak dengannya langit dan bumi.

10
Rasulullah SAW bersabda:
"Bukan termasuk golongan kami orang yang menyeru pada ashabiyah
(kebanggaan golongan), dan bukan termasuk golongan kami orang yang
berperang karena ashabiyah, dan bukan termasuk golonganku orang
yang mati karena ashabiyah." (HR. Abu Dawud)

Rasulullah SAW telah menggambarkan masyarakat Islam sebagai


masyarakat yang penuh mawaddah, saling mencintai den saling kasih
mengasihi sebagaimana dalam sabdanya:
"Kami, melihat orang-orang yang beriman itu dalam mencintai, lemah
lembut dan saling mengasihi (di antara mereka) seperti tubuh yang satu,
apabila ada anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuh ikut sakit,
demam dan tidak bisa tidur." (HR. Muslim)

11
TUGAS MASYARAKAT TERHADAP
MASYA'IR ISLAMIYAH

Peranan masyarakat Islam:


1. Memperkuat masya'ir itu dan meluruskannya serta menyebarkannya
dengan segala sarana penerangan dan pendidikan, seperti masjid,
sekolah, buku, surat kabar, radio, televisi' dan theater dan seluruh
sarana yang dapat merealisasikan tujuan.

Doa Rasululloh : "Ya Allah Tuhan kami, dan Rabb segala sesuatu
serta pemiliknya, saya bersaksi bahwa sesungguhnya seluruh
hamba-Mu itu bersaudara."
Doa ini untuk memperkuat nilai yang besar. Dipelihara dengan syiar ibadah dan tata
cara kehidupan sehari-hari seperti
Sholat  berupa ta'aruf (saling berkenalan), persaudaraan, cinta dan persamaan hak
Demikian juga puasa dan haji, adab menghormati, mendoakan orang yang bersin,
menjenguk orang yang sakit dan lain-lain dari tata cara bermasyarakat yang
ditekankan oleh Islam.

12
2. Mewujudkan perasaan yang Islami dalam realita yang
bisa dirasakan dan kondisi-kondisi strategis.
Perasaan kasih sayang dan cinta di antara kerabat harus
diwujudkan dalam bentuk silaturahim, saling mengunjungi dan
saling menanggung.
kerabat yang kaya berinfak kepada kerabatnya yang
membutuhkan, sebagaimana firman Allah SWT:
"Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan
haknya." (Al Isra': 26)
"Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu
sama lain lebih berhak (waris mewarisi) di dalam Kitab Allah."
(Al Ahzab: 6)

13
Sebagaimana juga aturan waris, dalam firman Allah SWT:
"Bagi laki-laki ada hak bagian dan harta peninggalan ibu bapak
dan kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dan harta
peninggalan ibu bapa dan kerabataya, baik sedikit atau banyak
menurut bagian yang telah ditetapkan." (An-Nisaa': 7)

Perasaan bersaudara & cinta antar kaum Muslimin wajib diwujudkan dalam bentuk saling
memikul beban ma'isyah, saling mendukung dari segi militer, bersatu dalam politik,
bekerja sama dalam perekonomian, dengan arti lain hendaklah persaudaraan ini
terwujud dalam bentuk seperti zakat yang diambil dari orang-orang kaya mereka untuk
diberikan kepada fuqarat mereka, dan juga seperti berjihad yang wajib bagi kaum
Muslimin dengan saling menghimpun kekuatan untuk membela setiap bumi Islam
yang diinjak-injak oleh telapak kaki musuh yang kafir, juga seperti masalah khilafah
yang wajib bagi kaum Muslimin untuk menyatukan qiyadah (kepemimpinan) yang
terpancar dari kesatuan aqidah, kesatuan berfikir, kesatuan perilaku dan kesatuan
tanah air.
14
Rasul mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar dengan
persaudaraan yang penuh kasih sayang dan penuh beramal.
Ketika persaudaraan yang khusus ini telah selesai, maka tinggal
persaudaraan secara umum yang ada pada masyarakat Islam
sebagai gambaran tentang sistem takaful (saling melengkapi)
yang unik dengan berbagai macam dan bentuknya dan sistem
ta'awun (saling kerja sama) yang syamil (universal) antara seluruh
individu dan jamaahnya, itulah ta'awun yang digambarkan oleh
Rasulullah SAW dengan sebaik-baik ilustrasi yaitu seperti
bangunan yang saling memperkokoh antara bagian dengan
bagian yang lain.

15
TUGAS MASYARAKAT TERHADAP
MASYA'IR ISLAMIYAH

3. Hendaknya masyarakat Islam tidak memberi kesempatan


kepada segala sikap yang bertentangan dengan Islam
dengan memunculkan dan mempengaruhi dalam
masyarakat Islam, bahkan akarnya harus dicabut
sehingga tidak akan muncul, dan mengusirnya jika
muncul sehingga akan mati dalam sarangnya.

"Barangsiapa yang berperang di bawah bendera


kesombongan di mana ia mengajak untuk berbangga,
dan mendukung karena kesombongan, lalu ia terbunuh
maka matinya mati jahiliyah."

16
Ketika ada seorang Yahudi jahat berhasil
membangkitkan semangat kesombongan
jahiliyah antara Aus dan Khazraj pada suatu hari
maka Rasulullah memadamkan api fitnah
dengan cahaya iman dan mengembalikan
mereka pada persaudaraan Islam.

17
4. Hendaknya masyarakat Islam menutup jendela yang
berhembus darinya angin permusuhan dan perpecahan,
dan berusaha memberantas berbagai faktor yang
merusak nilai-nilai persaudaraan Islam dan merobohkan
perasaan yang Islami (solidaritas Islam).

Inilah rahasia Islam mengharamkan ghibah (menggunjing), mengadu domba, menghina


terhadap orang lain' dan memasukkan itu semua sebagai kerusakan moral yang merobek
tali dan membunuh ruh mahabbah di antara manusia.
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya orangyang paling aku cintai di antara kamu dan yang paling dekat dariku di
akhirat adalah yang paling baik akhlaqnya, dan sesungguhnya orang yang paling aku benci
dan yang paling jauh dariku di akhirat adalah orang yang paling burak akhlaqnya, mereka
itulah orang-orang yang tsar-tsaruun (banyak orang), mutafaiqihuun, dan orang-orang yang
mutasyaddiquun." (HR. Ahmad dan Thabrani)

18
Dari sinilah Islam mengingkari perbedaan yang tajam antara
individu dan kelompok-kelompok, di mana terdapat kemiskinan
yang menonjol di sisi kekayaan yang luas, kemewahan yang
berlebihan di sisi ketiadaan yang menyedihkan, karena tidak
tergambar dalam kehidupan bersaudara antara si kaya yang
tenggelam dalam kenikmatan dan si miskin yang selalu merintih
karena kelaparan dan kehausan.

19
BUKANLAH MASYARAKAT ISLAM

1. Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang diliputi oleh


perasaan dendam (dengki)
"Sesungguhnnya (permusuhan), itulah yang memotong, bukan
(memotong) rambut, tetapi memotong agama." (HR. Ahmad
dan Tirmidzi)

2. Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang lebih


mengutamakan fanatisme nasionalis atau kebangsaan atas
persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyah) sehingga seorang
Muslim mengatakan, "Tanah airku sebelum agamaku," atau
seorang Muslim Arab berkata, "Ke-Arab-anku sebelum
Islamku," atau seorang Muslim India atau Persi, Nigeria, atau
Somalia berkata, "Kebangsaanku sebelum aqidahku."
20
3. Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang menjadikan
tanah air dan kebangsaan sebagai berhala yang disembah
selain Allah , yang diagung-agungkan oleh pena, lesan, dan
seluruh alat komunikasi dan penerangan

4. Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang memusuhi


kaum Muslimin dan mencintai musuh-musuh Islam, atau
menyamakan antara kaum Muslimin dengan orang-orang
musyrik atau orang-orang kafir dalam mu'amalah (pergaulan),
perasaan wala' (cinta) terhadap Islam dan ummatnya

21
Dari sinilah Al Qur'an Al Karim berkali-kali menyeru:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang
mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi
Allah (untuk menyiksamu)." (An-Nissa': 144)

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil


musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu
sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena
rasa kasih sayang." (Al Mumtahanah: 1)

22
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan
penolongmu kaum yang dimurkai Allah." (Al Mumtahanah: 13)

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengarnbil


orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-
pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian
yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengarnbil mereka
menjadi pemumpin, maka sesunggahrya orang itu terrnasuk
golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang dhalim." (Al Maaidah: 51)

23
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-
bapak dan saudara-saudaramu pemimpin-penumpinmu, jika
rnereka lebih mengutamakan, kekafiran atas keimanan dan siapa
di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpin,
maka mereka itulah orangorang yang zhalim." (At-Taubah: 23)

Allah menyifati mereka (orang zalim) sebagai sifat-sifat orang


munafik, Allah SWT berfirman:
"Kabarkan kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan
mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang
mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong
dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka
mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya
semua kekuatan adalah milik Allah." (An-Nisaa': 138-139)
24
Allah SWT telah menafikan keimanan mereka, sebagaimana
diterangkan dalam ayat berikut:
"Kamu tidak akan mendapat sesuatu kaum yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orarig-
orarig yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-
orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara
ataupun keluarga mereka." (Al Mujadalah: 22)

25
Dalam ayat yang ketiga Allah menjadikan mereka tidak
mendapatkan sesuatu pun dari Allah, Allah SWT berfirman:
"Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir
menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin.
Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari
pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari
sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan
kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hannya kepada Allah
kembali(mu)." (Ali Imran: 28)

26
Dengan demikian maka wala' itu milik Allah, Rasul-Nya dan orang-
orang yang beriman. Adapun kebajikan dan keadilan itu berlaku
untuk seluruh manusia, selama mereka tidak memerangi kaum
Muslimin atau memusuhi, Allah SWT berfirman:

"Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama
dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." (Al Mumtahanah:
8)

27
Bernald Louis berkata: "Asas pengelompokan manusia menurut
kaum Muslimin dan yang membedakan antara manusia dengan
yang lainnya dan yang membedakan antara saudara dengan
orang lain adalah keimanan. Bergabungnya dengan ummat Islam
atau tidak, dan yang kami maksudkan dengan iman menurut
kaum Muslimin adalah agama atau kekuatan sosial dalam ummat
dan satu-satunya standar identitas ummat, pusat loyalitas
berjamaah."

28
Di dalam masyarakat Islam secara internasional bahwa setiap
Muslim itu saudara bagi Muslim yang lainnya (minimal secara
konsepsi) apa pun bahasanya, asalnya, keturunannya, setanah
air, satu bahasa dan satu keturunan, tetapi tidak memiliki aqidah
yang sama, sampai seorang Muslim itu menolak hubungan
dengan para pendahulu nenek moyangnya pada masa-masa
jahiliyah, karena la tidak merasa bahwa antara dirinya dengan
mereka itu ada ikatan dan identitas aqidah atau hubungan rohani.

29
Dengan demikian maka ketika kaum Muslimin tidak atau kurang
memperhatikan ilmu sejarah kuno atau peninggalan-peninggalan
masa lalu itu bukan berarti bahwa kaum Muslimin itu bodoh atau
tidak mampu memahami pentingnya ilmu ini, tidak, bahkan
sebaliknya mereka adalah kaum yang memiliki peradaban yang
tinggi, dan memliki perasaan yang kuat dan luar biasa terhadap
sejarah dan kedudukan mereka dalam sejarah itu. Hanya karena
sejarah kaum Muslimin itu dimulai sejak munculnya Islam, orang-
orang salaf mereka yang shalih, mereka itulah permulaan kaum
Muslimin, di sisi kiblat Islam, di jantung jazirah Arab. Sementara
orang-orang Mesir dahulu yang musyrik, orang-orang Babilonia
dan juga selain mereka dari ummat masa lalu, mereka adalah
asing dan dianggap jauh dengan mereka, meskipun mempunyai
hubungan darah dan tanah."11)
30
PENUTUP

SEKIAN

31

Anda mungkin juga menyukai