Anda di halaman 1dari 12

Pendahuluan

Menurut bahasa kata iman berasal dari tiga huruf asal a-m-n (hamzah-mim-nun)
mengandung makna tentram, tenang, aman, jujur dan dapat dipercaya dan tidak
khianat.adapun iman merupakan kata nominal dari kata dasar aamana-yu'aaminu, yaitu
perubahan bentuk kata dasar a-m-n yang ditambah huruf hamzah pada bagian fa fi'ilnya
(tsulatsi mazid bi harf wahid) yang berarti memiliki rasa aman (saara zaa amn) atau
menjadikannya aman (ja'alahu ya'man).
Pengertian istilah Iman

Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah


syar’i, iman adalah "Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota
badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat". Para
ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa
bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang". Ini adalah
definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin
Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama selainnya.

A. Hadis Tentang Mencintai Sesama Muslim

‫ ٍال ٍيؤ ٍمٍناٍٍحٍ دٍكم‬: ‫ٍسرضي اهلل عنه عن الٍ بن ٍيص ٍلاهلل عليه وسلٍم قال‬ ‫عن ان‬
‫حٍ ٍتى ٍيٍحٍٍبأل ٍيخٍه‬
)‫ه (رواه البخاري ومسلم واحمد ونساء‬. ٍ‫ماٍ يح ٍٍبٍلٍ نف ٍس‬

1. Terjemah hadits

Anas. R. A berkata bahwa nabi SAW bersabda : tidaklah termasuk beriman seseorang
diantara kamu sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
(H. R. Bukhari, Muslim, Ahmad, Nasa'i).

Hadist tersebut dikeluarkan oleh Imam Bukhori dalam Shahihnya, Kitab Al-
Iman, Bab Min al-Iman an Yuhibba Liakhihi Ma Yuhibbu Linafsihi, no.13 dan Imam
Muslim dalam Shahih-nya, kitab al-Iman, Bab al-Dalil 'Ala Ana Min Khishal al-Iman
An Yuhibbu liakhihi al-Muslim Ma Yuhibbu Linafsihi Min al-Khairi, No.45 (buku 2)
2. Tujuan bahasa

Mencintai. Bentuk mashdarnya‫ يح ٍب‬:

(‫ )المحّ بة‬, Sering digunakan yang berarti : kecenderungan terhadap sesuatu yang
ada pada orang yang dicintai.

Saudara. : ‫أخ‬

Tetapi maksud saudara pada hadits di atas adalah saudara seiman dan seislam

Seseorang : ‫أ ٍحد‬

3. Biografi perawi

Anas bin malik, nama lengkapnya adalah Anas Ibn Malik Ibn Nazhar Al-
Anshary Al-Khazary. Dia menerima 2.286 hadits.
Ia menerima hadits dari Nabi SAW, Abu bakar, Umar, Utsman, Abdullah Ibn
Ruwahah, Fatimah Az-Zahra, Tsabit bin Qais ibn Syams Abd Ar-Rahman ibn 'Awf, ibn
Mas'ud, Malik ibn Sha'shah Abu Dzar, Ubai ibn Ka'ab, Abi Thalhah, Abu Bakar, ibn
Abdullah Al-Mazani, Qatadah, Muhammad ibn Sirin, Az-Zuhri, Ruba'ah ibn Abd Ar-
Rahman, DLL.

Ia adalah pelayan Rasulullah SAW, dan telah mengabdi kepadanya selama 10


tahun, ia meninggal dunia pada tahun 92 atau 93 atau tahun 100 H.

Menurut Az-Zuhri yang diterima dari Anas ibn Malik ia berkata: "Rasulullah SAW
datang ke madinah ketika usiaku 10 tahun kemudian ibuku menjadikan aku sebagai
pelayan atau pembantu Rasulullah SAW".

Ja'far ibn Sulaiman Adz-Dzahaby dari Tsabit, dari Anas berkata: "ummu sulaim
(ibu anas) telah membawaku ke hadapan Rasulullah SAW., ketika aku masih kecil lalu
ummu sulaim berkata kepada Nabi SAW., "Ya Rasulullah SAW., berdoalah kepada
Allah untuknya. Maka Rasulullah SAW berdoa, "Ya Allah.. Perbanyaklah harta dan
keturunannya dan masukkanlah ke syurga.

4. Penjelasan Singkat

Seorang mukmin yang ingin mendapat Ridha Allah SWT. harus berusaha untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang diridhai-Nya. Salah satunya adalah mencintai
sesama saudaranya seiman reperti ia mencintai dirinya, sebagaimana dinyatakan dalam
hadits diatas.

Namun demikian hadits diatas tidak dapat diartikan bahwa seorang mukmin
yang tidak mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya berarti tidak beriman.

Maksud penyataan V‫ح ٍدٍكم‬Vٍٍ‫ي ؤ ٍمٍنأ‬Vٍ ‫ ال‬pada hadits diatas "tidak sempurna
keimanan
seseorang" jika tidak mencintai dirinya sendiri. jadi, huruf nafi ‫ ال‬pada hadits tersebut
berhubungan dengan ketidaksempurnaan.

Hadits diatas juga menggambarkan bahwa islam sangat menghargai


persaudaraan dalam arti sebenarnya. persaudaraan yang datang dari hati nurani, yang
dasarnya keimanan dan bukan hal-hal lain. Sehingga betul-betul merupakan
persaudaraan murni dan suci. Persaudaraan yang akan abadi seabadi imannya kepada
Allah SWT. Dengan kata lain, persaudaraan yang didasarkan Lillah, sebagimana
diterangkan dalam banyak hadits tentang keutamaan orang yang saling mencintai karena
Allah SWT diantaranya:

‫ اٍٍ ٍانهللٍ ٍتٍ اعلٍى ٍيٍ قٍوٍل‬: ‫عن أبي هريرة رضي اهلل عنه قال قال رسول اهلل ص ٍلاهلل عليه وسلٍم‬
‫ٍيٍوٍم‬
‫ (رواه‬.‫ٍ لظٍٍى‬ ‫ اٍٍ يٍناٍ لٍمٍ تٍاح ٍٍبٍبٍجٍ اللٍى الٍ ي ٍي ٍوٍم ٍ ٍظ‬:‫اٍ لٍ قٍ اي ٍمٍة‬
)‫المسلم‬ ‫ٍظلي ال ٍٍل‬ ‫ٍوٍماٍٍ لظٍٍٍهٍم ٍفي‬
ٍ
‫ا ال‬

Artinya:

"Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW. Bersabda, 'pada hari kiamat Allah SWT.
Akan berfirman 'dimanakah orang yang saling terkasih sayang karena kebesaran-Ku,
kini aku naungi dibawah naungan-Ku,pada saat tiada naungan, kecuali naungan-Ku."
(H.R.Muslim).
Orang yang mencintai saudaranya karena Allah akan memandang bahwa dirinya
merupakan salah satu anggota masyarakat, yang harus membangun suatu tatanan untuk
kebahagian bersama. Apapun yang dirasakan oleh saudaranya, baik kebahagian ataupun
kesengsaraannya juga. Dengan demikian, terjadi keharmonisan hubungan antar individu
yang akan memperkokoh persatuan dan kesatuan. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW
menyatakan:

‫اٍٍٍنال ٍمٍؤٍمٍنلٍل ٍمٍؤٍمٍنٍ اكٍ لٍ بٍ نٍ اي ٍنٍيٍشٍ ٍدٍبٍعٍضٍهٍمٍبٍع‬


Artinya: .‫ٍ ا‬
)‫ض (رواه البخاري ومسلم‬
"sesungguhnya antara seorang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan bangunan
yang saling melengkapi (memperkokoh) satu sama lainnya."
Masyarakat seperti itu, telah dicontohkan pada zaman Rasulullah SAW. Kaum
Anshar dengan tulus ikhlas menolong dan merasakan penderitaan yang dialami oleh
kaum Muhajirin sebagai penderitaannya. Perasaan seperti itu bukan didasarkan
keterkaitan darah atau keluarga, tetapi didasarkan pada keimanan yang teguh. Tak heran
kalau mereka rela memberikan apa saja yang dimilikinya untuk menolong saudaranya
dari kaum Muhajirin, bahkan ada yang menawarkan salah satu istrinya untuk
dinikahkan kepada saudaranya dari Muhajirin.
Persaudaraan seperti itu sungguh mencerminkan betapa kokoh dan kuatnya
keimanan seseorang. Ia selalu siap menolong saudaranya seiman tanpa diminta, bahkan
tidak jarang mengorbankan kepentingannya sendiri demi menolong saudaranya.
Perbuatan baik seperti itulah yang akan mendapat pahala besar di sisi Allah SWT.,
yakni memberikan sesuatu yang sangat dicintainya kepada saudaranya, tanpa
membedakan antara saudaranya seiman dengan dirinya sendiri.
Allah SWT. berfirman:
‫م (العمران‬. ٍ‫ٍوٍام ٍشٍ يٍئٍافٍ ٍعٍ لٍ ي‬ ‫لٍٍنٍتٍ انلٍٍاو الٍ بٍٍر ٍحٍ ٍتى ٍتٍ نٍ فٍ قوا‬
)92 : ‫او ٍٍنا للهٍبه‬V ٍ‫ٍمٍٍام ٍتٍحٍ ٍبٍو ٍتٍ نٍ فٍ ق‬
‫ٍمٍن‬ ‫ٍن‬

Artinya:
"kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebijakan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan,
sesungguhnya Allah mengetahuinya." (Q.S. Ali Imron: 92).
Sebaliknya, orang-orang mukmin yang egois, yang hanya mementingkan
kebahagiaan dirinya sendiri, pada hakikatnya tidak memiliki keimanan yang
sesungguhnya. Hal ini karena perbuatan seperti itu merupakan perbuatan orang kufur
dan tidak disukai Allah SWT.tidaklah cukup dipandang mukmin yang taat sekalipun
khusyuk dalam shalat atau melaksanakan semua rukun Islam bila ia tidak peduli
terhadap nasib saudaranya seiman.
Namun demikian, dalam mencintai seorang mukmin, sebagaimana dikatakan
diatas, harus didasari Lillah. Oleh karena itu, harus tetap memperhatikan rambu-rambu
syara'. Tidaklah benar, dengan alasan mencintai saudaranya seiman sehingga ia mau
menolong saudaranya tersebut dalam berlaku maksiat dan dosa kepada Allah SWT.
sebaiknya, dalam mencintai sesama muslim, harus mengutamakan saudara-
saudara seiman yang betul-betul taat kepada Allah SWT. Rasulullah SAW. Memberikan
contoh siapa saja yang harus terlebih dahulu dicintai, yakni mereka yang berilmu,orang-
orang terkemuka, orang-orang yang suka berbuat kebaikan, dan lain-lain
sebagaimana diceritakan dalam hadits:
‫ٍو ل‬
‫ٍيلٍين ٍي‬ ٍ‫ص اهلل ٍ لع‬V ٍ ٍ ‫س‬V ٍ‫قا ٍر‬Vٍ : ‫قا‬Vٍ ‫ٍر اهلل ٍع‬ ‫س‬V ٍ‫ٍعٍن ٍغ ٍ اٍ ب ٍم‬
: ٍ‫س‬‫ل‬V ٍ‫ي‬V ٍ ٍٍ ‫ن ٍل ٍل ٍوٍل ا له‬V ٍ ‫ض‬V ٍ ‫ٍع‬ ‫ٍ ب له ٍن‬
‫ٍٍ م‬ ‫ٍه‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ٍه‬ ‫ٍوٍ د ٍي‬ ‫ٍ اد ل‬
‫م ٍاولٍ ٍنٍهى ٍثٍ ٍم ٍاوٍ ٍوٍهٍ يٍاش ٍ ا‬Vٍ‫اٍٍ لوٍٍ اوا ٍالٍحٍال‬
‫ق‬. ٍ ‫تٍ ٍ الٍسٍاو‬
) ‫( رواه مسلم‬ ‫ٍليٍٍوٍ نٍهٍمٍث ٍ ٍاي‬
Artinya:
‫ٍاثلٍ ا ٍكٍم‬
"Abdullah Ibn Mas'ud r.a., ia berkata Rasulullah SAW. bersabda: hendaknya mendekat
kepadaku orang-orang dewasa dan yang pandai, ahli-ahli pikir. Kemudian berikutnya
lagi. Awaslah! Janganlah berdesak-desakkan seperti orang-orang pasar." (H.R.
Muslim).
Hal itu tidak berarti diskriminatif karena islampun memerintahkan umatnya
untuk mendekati orang-orang yang suka berbuat maksiat dan memberikan nasihat
kepada mereka atau melaksanakan amar ma'ruf dan nahi munkar.
5. Fiqh Al-Hadits
Salah satu tanda kesempurnaan seorang mukmin adalah mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Hal itu direalisasikan dalam kehidupannya
sehari-hari dengan berusaha untuk menolong dan merasakan kesusahan maupun
kebahagiaan saudaranya seimanyang didasarkan atas keimanan yang teguh kepada
Allah SWT.
Dia tidak berpikir panjang untuk menolong saudaranya sekalipun sesuatu yang
diperlukan saudaranya adalah benda yang paling ia cintai. Sikap ini timbul karena ia
merasakan adanya persamaan antara dirinya dan saudara seiman.
❖ Macam-macam perbuatan
a. perbuatan hati, misalnya kita takut kepada Allah, beribadah kepada-Nya,dan
bertawakkal kepada-Nya.
b. perbuatan lidah, mislanya: mengucapkan dua kalimah syahadat, bertasbih,
beristighfar, dan berdakwah.
c. perbuatan anggota badan, misalnya: "shalat, zakat, puasa, jihad dijalan Allah,
mencari ilmu karena Allah, berdangan, bertani, dan bekerja di bidang industri
dalam rangka melaksnakan perintah Allah untuk mengelola bumi sesuai dengan
ajaran-ajaran Islam. (buku 2)
B. Ciri Seorang Muslim Tidak Mengganggu Orang Lain
‫ال ٍمٍ لسٍ ٍم لٍ ٍو‬ ‫ٍس‬ ‫ ال ٍم ٍم‬: ‫ ٍاق‬.‫ م‬.‫ٍع الٍ ص‬ ‫ٍعٍن ٍع ا اٍ ب ٍع‬
‫ٍمٍوٍن ٍ ٍاسٍ ن ٍ ي‬ ٍ‫ل‬ ٍ ‫ٍل ٍ لسٍٍم‬ ‫ٍن ٍنٍ ب‬ ‫ٍ ب ٍهلل ٍن ٍم‬
‫ن ٍه ٍ د‬ ‫ٍم‬ ‫ن‬ ‫ٍٍي‬ ‫ٍر‬ ‫ٍد‬
‫ٍه‬
‫ه (رواه البخاري وابو داود‬. ٍ‫ٍعٍ ن‬ ‫ٍم ٍن ٍر ٍما ٍن ٍهى‬
Artinya: ) ‫والٍ نسائ‬ ‫اهلل ٍهٍج‬
"Abdillah Bin Umar berkata bahwa Nabi SAW. Telah bersabda "seorang muslim
adalah orang yang menyebabkan orang-orang islam (yang lain) selamat dari lisan dan
tangannya dan orang yang hijrah adalah orang yang hijrah dari apa yang telah
dilarang Allah SWT." (H.R. Bukhari, Abu Dawud, dan Nasa'i)
Hadits di atas mengandung dua pokok bahasan, yakni tentang hakikat seorang
muslim, dalam membina hubungan dengan sesame muslim dalam kehidupan sehari-
hari, dan juga menjelaskan hakikat hijrah dalam pandangan Islam.
Orang yang mengucapkan dua kalimah syahadat telah tergolong Muslim. Akan
tetapi,untuk dikatakan muslim yang sebenarnya (haqiqi), ia harus memiliki tingkah laku
yang sesuai dengan ketentuan Islam, tanpa memilih atau membedakan syari'at yang
disukai atau tidak disukai olehnya.
Tidaklah dikatakan sempurna keislaman seseorang jika ia hanya memperhatikan
Ibadan ritual yang berhubungan dengan Allah SWT., tetapi melupakan atau
meremehkan hubungannya dengan manusia. dalamAl-Qur'an, banyak ayat yang
mengatur tentang hal ini sehingga tercipta keharmonisan hidup, tidak terjadi
pertentangan atau bentrokan antar sesama muslim.
Dalam hadits diatas dinyatakan bahwa seorang muslim adalah orang yang
mampu menjaga dirinya sehingga orang lain selemat dari kedzaliman atau perbuatan
jelek tangan dan mulutnya. Dnegan kata lain, ia harus berusahaagar saudarnya sesama
muslim tidak merasa disakiti oleh tangannya, baik fisik seperti dengan memukulnya,
merusak harta bendanya, dan lain-lain ataupun dengan lisannya. Kalaupun ia pernah
menyakiti saudaranya tanpa disengaja, ia harus segera memberikan pertolongan sesuai
kemampuannya.
Adapun menyakiti orang lain dangan ucapan atau lisannya, misalnya dengan
fitnah, cacian, umpatan, hinaan, dan lain-lain. Perasaan sakit yang disebabkan oleh
ucapan lebih sulit dihilangkan daripada sakit akibat pukulan fisik. Tidak jarang
terjadinya perpecahan, perkelahian, bahkan peperangan di berbagai daerah akibat tidak
dapat mengatur lisan sehingga menyebabkan orang lain sakit hati. Salah satu pepatah
arab menyatakan:

‫ٍحٍفٍظ‬ ‫ٍسٍ الٍمٍةا ٍالٍ نٍاسٍنٍفي‬


Artinya: ‫اللٍٍٍاسٍن‬
"keselamatan seseorang adalah dengan menjaga lisannya"
Dengan demikian, seseorang harus berusaha untuk tidak menyakiti saudaranya
dengan cara apapun dan kapanpun. Sebaliknya, ia selalu berusaha menolong dan
menyayangi saudaranya seiman sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Setiap muslim harus berhati-hati dalam bertingkah laku. Jangan asal berbicara
bila tidak ada manfaatnya. jangan berbuat sesuatu bila hanya menyebabkan penderitaan
orang lain. Karena segala tindakan dan perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban
kelak di akhirat.
C. Realisasi Iman dalam Menghadapi Tamu
‫ ٍم ٍكا ٍؤ ٍم ٍ ٍهل ٍاولٍ اال ٍخ ٍفٍ لٍ ي‬:‫ م‬.‫ٍرٍس ٍ ص‬ ‫ ٍاق‬: ‫ٍر اهلل ٍع ٍاق‬ ‫ٍه‬ ٍ‫ٍع ا‬
‫ك ٍر‬Vٍ ‫ٍ ٍن ٍنٍي اب ل يٍوٍم ٍر‬ ‫ٍوٍل ا له‬ ‫ن ٍل ٍل‬ ‫ٍض‬ ‫ٍرٍ ي‬ ‫ٍن ٍ ب‬
‫ٍم‬ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫ٍه‬ ‫ٍي‬ ‫ٍرٍ ة‬ ‫ي‬
‫ ٍل‬V‫اال ليٍفق‬ ٍ‫ٍ لفٍ ي الى ٍجا وٍم ٍكا ٍؤ ٍم ٍ ٍهل ٍاول‬ ‫اال‬ ٍ‫ٍضٍ يٍ ف وٍم ٍكا ٍؤ ٍم ٍ ٍهل ٍاول‬
‫ٍره ٍن ٍن ٍنٍي اب ل يٍوٍم ٍخر‬ ‫ٍحٍس‬ ‫ٍه ٍن ٍن ٍنٍي اب ل يٍوٍم ٍخر‬
‫ٍن‬
) ‫ت ( اخرجه الشيخان وابن ماجه‬. ٍ‫ٍخٍ يراٍاٍٍوٍلٍ ي ٍصٍم‬

Artinya:

"Abu Hurairah r.a., ia berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda. "barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, dia harus memuliakan tamunya; Barang siapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dia harus berbuat baik kepada
tetangganya; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dia harus
berkata baik atau diam."

Hadist diatas menerangkan bahwa ada tiga perkara yang didasarkan atas
keimanan seseorang kepada Allah SWT dari hari akhir, yaitu:
1. memuliakan tamu
2. menghormati tetangga
3. berbicara yang baik atau diam. (buku 2)
Adapun alasan penyebutan dua keimanan, yakni iman kepada Allah dan hari
akhir karena iman kepada Allah merupakan permulaan segala sesuatu dan ditangan-
Nyalah segala kebaikan dan kejelekan sedangkan hari akhir merupakan akhir kehidupan
dunia, yang didalamnya mencakup hari kebangkitan, mahsyar, hisab, dan syurga-
neraka, dan banyak sekali yang harus betul-betul beriman kepada Allah dan hari akhir,
ia akan berbuat kebaikab dan menjauhi segala kemunkaran dan kemaksiatan.
Namun demikian, tidak berarti bahwa orang yang tidak memuliakan tamu dan
tetangga, serta tidak berkata yang baik dianggaptidak beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya. Maksud iman kepada Allah dan hari akhir adalah sebagai penyempurna iman.
Ketiga hal diatas sangat penting dalam kehidupan sosial.
1. Memuliakan Tamu
Maksud memuliakan tamu dalam hadis di atas mencakup perseorangan maupun
kelompok. Tentu saja halini dilakukan berdasarkan kemampuan, bukan karena riya.
Dalam syari'at islam, batas memuliakan tamu adalah tiga hari tiga malam, sedangkan
selebihnya merupakan sedekah.
Dizaman era modern ini memang manusia dihadapkan kepada dua dilema,
disatu sisi kita disuruh untuk menghormati tamu, namun disisi lain ada kekhawatiran
bahwa tidak setiap tamu berbuat baik.
Agama islam dalam menghadapi seperti tersebut, kita tetap menghormati tamu,
tetapi bila ada hal-hal yang mencurigakan, kitapun harus waspada. Oleh karena itu
islampun menganjurkan agar kita bisa menjaga diri, harta, agama dan akal. (buku 2)

2. Memuliakan Tetangga
Maksud tetangga di sini adalah umum, baik yang dekat maupun yang jauh,
muslim, kafir, ahli ibadah, orang fasik, musuh, dan lain-lain, yang bertempat tinggal
dilingkungan rumah kita. Namun demikian, dalam memuliakan mereka, terdapat
tingkatan-tingkatan antara satu tentangga dengan lainnya. Seorang muslim dan ahli
ibadah yang dapat dipercaya dan dekat rumahnya lebih utama untuk dihormati daripada
para tentangga lainnya.
Berbuat baik kepada tetangga itu dapat dilakukan dengan berbagai cara,
misalnya memberikan pertolongan, memberikan pinjaman, menengoknya jika sakit,
melayat jika ada keluarga yang meninggal, dan lain-lain.
Diantara akhlakyang terpenting kepada tetangga adalah:
o Menyampaikan ucapan selamat ketika tetangga sedang bergembira.
o Menjenguknya tatkala sakit.
o Bertakziyah ketika ada keluarganya yang meninggal.
o Menolongnya ketika memohon pertolongan.
o Memberikan nasihat dalam berbagai urusan dengan cara yang ma'ruf, dan lain-
lain.
3. Berbicara Baik atau Diam
Sesungguhnya ucapan seseorang menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan
dirinya. Orang yang selalu menggunakan lidahnya untuk berbicara baik, memerintah
kepada kebaikan dan melarang kepada kejelekan, membaca Al-Qur'an, membaca ilmu
pengetahuan, dan lain-lain, ia akan mendapatkan kebaikan dan dirinya pun terjaga dari
kejelekan. Sebaliknya orang yang apabila menggunakan lidahnya untuk berkata-kata
jelek atau menyakiti orang lain, ia akan mendapat dosa dan tidak mustahil orang lain
pun akan berbuat demikian kepadanya. Maka perintah Rasulullah SAW untuk berkata
baik atau diam merupakan suatu pilihan yang akan mendatangkan kebaikan.
Memang sangat sulit untuk mengatur lidah agar selalu berkata baik atau diam.
Akan tetapi, kalau berusaha untuk membiasakannya, tidaklah sulit apalagi kalau sekedar
diam. Bagaimanapun juga, lebih baik diam daripada berbiacara yang tiada berguna dan
tidak karuan.
‫ه ( اخرجه البيهقى‬. ٍٍ‫ ال ٍك ٍم ٍوٍ قٍ لٍ يٍلٍاف ٍ لع‬: ‫ م‬.‫ٍللهص‬ ‫ ٍرٍس‬:‫ٍع ٍن اٍن ٍسٍاق ٍل‬
‫بسند ضعيف‬ ‫ٍٍصٍمٍت ٍة ٍح‬ ‫ٍاق ٍل ٍوٍلا‬
) ‫و صحح انه موقوف من قول لقمان حكيم‬
Artinya:
Dari Anas. Ia berkata, telah bersabda Rasulullah SAW., "Diam itu suatu kebijaksabaan,
tetapi sedikit orang yang berbuatnya." ( dikeluarkan oleh Al-Baihaqi, dengan sanad
yang dha'if, dan ia menyahihkan bahwa hadis tersebut mauquf dari ucapan Luqman
Hakim )
Orang yang tidak banyak berbicara, kecuali hal-hal baik, lebih banyak terhindar
dari dosa dan kejelekan, daripada orang yang banyak berbicara tanpa membedakan hal
yang pantas dibicarakan dan yang tidak pantas dibicarakan.
A. Kesimpulan

Dalam mencintai seorang mukmin, harus didasari lillah. Oleh karena itu, harus
tetap memperhatikan rambu-rambu syara’. Tidaklah benar, dengan alasan mencintai
saudaranya seiman sehingga ia mau menolong saudaranya tersebut dalam berlaku
maksiat dan dosa kepada Allah Swt. Ciri kesempurnaan iman seseorang adalah bahwa
ia mencintai sesamanya seperti mencintai dirinya sendiri. Kecintaan yang dimaksudkan
termasuk di dalam rasa bahagia jika melihat sesamanya muslim mendapatkan kebaikan
yang ia senangi, dan tidak senang jika sesamanya muslim mendapat kesulitan dan
musibah yang ia sendiri membencinya.

DAFTAR PUSTAKA
Syafei Rahmat, Al-Hadis, Bandung: Pustaka Setia: 2000

Sohari, dkk. Hadis Tematik, Jakarta: Diadit Media: 2006

http://windu2008.blogspot.com/2008/07/kiat-membahagiakan-orang-menurut.html

Anis, I, al-mu'jam al-wasit. Kairo: Dar al-Ma'arif: 1972


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rukun_Iman

Anda mungkin juga menyukai