Anda di halaman 1dari 33

Memahami Ayat dengan Sirah, dan

Memahami Sirah dengan Ayat


(Sebuah Pengantar)

Pertemuan 1
(Kajian Tafsir Tafsir Ma’arij al-tafakkur

wadaqāiq al-tadabbur)

Anugerah
َ
ُ‫آيات ِه َو ُي َزكيه ْم َو ُي َعل ُم ُهم‬ َ َ ُ ْ ُ ْ
َ ‫ولا م ْن أنفسه ْم َيتلو عل ْيه ْم‬ ً ُ َ ْ َ ََ ْ َ ْ ُ ْ َ َ ُ َّ َّ َ ْ َ َ
ِ ِ ِ ِ ُِ َ َ َ ِ ُ ِ َ ْ ِ ُ َ ‫يهم ْرس‬
ِ َ
‫لقد من اَّلل على المؤ ِ ْم ِنين ِإذ بع ْث ْ ِف‬
َ
ْ َ َ ِ ‫و‬ َ َ
‫اب‬ ‫ت‬ ‫ال ِك‬
ٍ ‫الحكمة و ِإن كانوا ِمن قبل ل ِفي ضل ٍال م ِب‬
‫ين‬
“”Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika (Allah) mengutus
seorang rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab (Alquran ) dan hikmah (sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam
kesesatan yang nyata”. (QS Ali ‘Imran [3]: 164)

ٰ ْ ُّ ٌ ْ َ َّ َ ُ ْ ٰ َ ْ َ ُ ْ َ
‫َوما َين ِطق ع ِن الهوى ِان هو ِالا وحي يوحى‬

“dan tidak pula berucap (tentang Al-Qur’an dan penjelasannya) berdasarkan hawa nafsu(-nya). Ia
(Al-Qur’an itu) tidak lain, kecuali wahyu yang disampaikan (kepadanya)”. (QS An-Najm [53] 3-4)

Contoso 2
S u i t e s
1. Pendahuluan
Berinteraksi dengan Al-Qur’an Antara Sahabat dan Kita

Contoso 3
S u i t e s
Perbedaan Keadaan dan Cara Memahami Al-Qur’an
antara Saat ini dan Generasi Sahabat

Generasi Sahabat Kita


Al-qur’an belum lengkap Al-qur’an sudah lengkap
Al-qur’an turun secara berangsur-angsur Mushaf Al-qur’an sudah tercetak
Pengagungan dan perhatian pada AQ. Banyak penghalang dari Al-qur’an
Memahami peristiwa yang melatarinya Kurang memahami peristiwa yg melatari
Merasakan Ruh dan Perasaan Al-qur’an Kehilangan Ruh dan Perasaan Al-Qur’an
Menginternalisai dan Mengamalkan Al-qur’an Menjadikan Al-qur’an hanya sebagai konsumsi
intelektual
Iman sebelum Al-Qur’an Al-Qur’an Sebelum Keimanan
Sikap Sami’na wa atho’naa/ kepercayaan Sami’naa wa ‘asoinaa/ ragu dan
mutlaq terkontaminasi ro’yi dan hawah
Memahami Kebahasaan Kurang Memahami Kebahasaan
Rasulullah sebagai Mufassir, Uswah secara Kehilangan Ruang implementasi Al-qur’an
implementatif dalam kehidupan secara total
Generasi Sahabat Kita
Al-qur’an belum lengkap Al-qur’an sudah lengkap
Al-qur’an turun secara berangsur-angsur Mushaf Al-qur’an sudah tercetak

Dari Anas r.a.. katanya: Abu Bakr telah berkata kepada ‘Umar r.a selepas wafatnya
Rasulullah s.a..w.: “Marilah pergi bersama kami ke rumah Ummu Aiman r.a. untuk
mengunjunginya sebagaimana Rasulullah s.a.w. selalu mengunjunginya” Apabila
kedua duanya datang menemui Ummu Aiman ia pun menangis, lalu kedua-duanya
berkata:
“MengapaEngkau menangis? Tidakkah Engkau tahu bahwa balasan yang disediakan
di sisi Allah itu adalah lebih baik untuk Rasulullah s.a.w.?’ Jawab Ummu Aiman: “Ya
Aku tahu bahwa balasan yang disediakan di sisi Allah itu adalah lebih baik untuk
Rasulullah s.a.w., tetapi Aku menangis karena wahyu telah terputus dari Allah.”
Perkataan Ummu Aiman itu telah mengharukan kedua-duanya lalu kedua-duanya
menangis bersama Ummu Aiman. (HR Muslim)
Generasi Sahabat Kita
Al-qur’an belum lengkap Al-qur’an sudah lengkap
Al-qur’an turun secara berangsur-angsur Mushaf Al-qur’an sudah tercetak

Surat Al-'Ankabut Ayat 49

‫ين أُوتُوا الْعِّْل َم ۚ َوَما َْي َح ُد ِِّب ََيتِّنَا‬‫ذ‬ِّ ‫ور ال‬


ِّ ‫ص ُد‬ ِّ ِّ
َ ُ ٌ َ‫ت بَي‬
‫ِف‬ ‫ات‬‫ن‬ ٌ ‫آَي‬
َ ‫بَ ْل ُه َو‬
‫إَِّّل الظالِّ ُمو َن‬
“Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-
orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami
kecuali orang-orang yang zalim”.
Perbedaan Keadaan dan Cara Memahami Al-Qur’an
antara Saat ini dan Generasi Sahabat

Generasi Sahabat Kita


Pengagungan dan perhatian pada AQ. Banyak penghalang dari Al-qur’an

Al-qur'an merupakan satu satunya materi yang dipelajari di Darul Arqam. Rasulullah hanya
menghendaki satu sumber yang menjadi rujukan, baik sebagi metodologi atau pemikiran
bagi seorang muslim, masyarakat dan negara. Malaikat jibril yang turun membawa wahyu tak
ubahnya seorang yang datang membawa daging empuk yang masih panas dan siap
dihidangkan untuk para sahabat. Mereka mendengarnya secara langsung dari lisan Rasulullah
SAW. Dan meresapi maknanya ke dalam hati hingga relung-relung tulang dan urat. Akhirnya
mereka benar benar menampakan dirinya sebagai orang-orang yang baru, dengan
persepektif, perasaan dan target dan perencanaannya yang juga baru. Bahkan Rasulullah
SAW. Sangat menekankan bahwwa hanya Al-qur'an satu-satunya materi dan metode yang
dipelajari di Darul Arqam. Hal ini bertujuan agar Al-qur'an tidak tercampur dengan yang
lainnya. (Sejarah Lengkap Rasulullah SAW. Prof. DR. Muhammad al ashshalabi hal 101)
Perbedaan Keadaan dan Cara Memahami Al-Qur’an
antara Saat ini dan Generasi Sahabat

Generasi Sahabat Kita


Pengagungan dan perhatian pada AQ. Banyak penghalang dari Al-qur’an

hadis riwayat Imam Ahmad dari Ibnu Abbas, dia berkata;


ْ َ َ
َ‫ َجد فينا – َي ْعني عظم‬،‫ َوآل ع ْم َران‬،‫الر ُج ُل إ َذا ق َرأ ال َبق َرة‬
ُ َ َ َّ َ َ َ َ َّ َ َ
‫كان‬
ِ ِ ِ ِ
"Dulu jika seseorang menghafal surah Al-Baqarah dan Ali Imran, maka ia sangat mulia di sisi
kami."
Perbedaan Keadaan dan Cara Memahami Al-Qur’an
antara Saat ini dan Generasi Sahabat

Generasi Sahabat Kita


Pengagungan dan perhatian pada AQ. Banyak penghalang dari Al-qur’an

َ ْ ُ ْ َ ْ ُ َّ َ َ ْ ْ َ ْ َ ٰ ْ ُ ْ َ ٰ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ُ َ َ َ ْ َّ َ َ َ
‫وقال ال ِذين كفروا لا تسمعوا ِلهذا القرا ِن والغوا ِفي ِه لعلكم تغ ِلبون‬

“Orang-orang yang kufur berkata, “Janganlah kamu mendengarkan (bacaan) Al-Qur’an ini
dan buatlah kegaduhan terhadapnya agar kamu dapat mengalahkan (mereka).” (QS
Fussilat [41]: 26)
Perbedaan Keadaan dan Cara Memahami Al-Qur’an
antara Saat ini dan Generasi Sahabat

Generasi Sahabat Kita


Memahami peristiwa yang melatarinya Kurang memahami peristiwa yg melatari
Merasakan Ruh dan Perasaan Al-qur’an Kehilangan Ruh dan Perasaan Al-Qur’an

َ ُ ُ ٰ َ َ َ َّ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ً ْ َ َ َ َ َّ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ َ َ َ َ ْ
‫ۚوالقل ِم َوما ي ْسط ُر ْون مآ انت ِب ِنع َم ِة َر ِبك ِب َمجنو ٍن َو ِان لك لاجرا غير َمنو ٍنۚ َو ِانك لعلى خل ٍق ع ِظ ْي ٍم‬َ ‫ۤن‬

“Nūn. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan,berkat karunia Tuhanmu engkau (Nabi
Muhammad) bukanlah orang gila. Sesungguhnya bagi engkaulah pahala yang tidak putus-
putus. Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS Al-Qalam
[68]: 1-4)
Sebab Turunnya Ayat
Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Jarir yang berkata, “ Mereka (orang-
orang kafir Quraisy) mengatakan bahwa Nabi saw. adalah seorang gila.
Selanjutnya, mereka juga mengatakan bahwa beliau adalah setan. Sebagai
responnya, turunlah ayat ini.”
Teror Yang Dihadapi Rasulullah

Urwah bin Zubair tatkala ia bertanya kepada ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash:
“Beritahukan kepadaku tentang perbuatan terburuk yang dilakukan orang-
orang musyrik terhadap Rasululloh?” ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash menjawab:
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang melakukan shalat di
serambi Ka’bah, tiba-tiba ‘Uqbah bin Abu Mu’ayith datang, lalu ia memegang
pundak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , lantas menjeratkan bajunya
ke leher beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mencekiknya dengan
keras. Abu Bakr z datang, lantas merengkuh pundak Uqbah al La’in dan
mendorongnya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berseru:
ُ ْ ُ َ َ ُ ْ ًَ َ ُ ْ َ
ْ‫اءك ْم بال َبي َنات م ْن َربكم‬ ُ ‫أ َتق ُتلون َر ُجلا أن َيقول َرب َي‬
َ ‫اَّلل َوق ْد َج‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
“Apakah engkau akan membunuh seorang laki-laki karena ia menyatakan
‘Rabbku ialah Alloh’ padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa
keterangan-keterangan dari Rabbmu” HR Bukhari. Lihat Fat-hul Bariy (8/554,
7/22, 165)
Teror Yang Dihadapi Rasulullah

Telah diceritakan pula oleh ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu , dia berkata: Saat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berdiri melakukan shalat di dekat Ka’bah,
sementara itu ada sekelompok orang-orang kafir Quraisy sedang berkumpul dalam majelis
mereka. Tiba-tiba salah seorang di antara mereka berkata: “Tidakkah kalian melihat orang
yang sedang pamer ini? Siapakah di antara kalian yang berani pergi ke unta si fulan yang
baru disembelih itu lalu mengambil kotoran, darah serta bagian dalamnya, dan dibawa
kemari. Kemudian menunggu, jika dia sujud, dia letakkan bawaannya tadi di pundaknya
(Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam )”. Baca Juga Kisah Perang Badar Orang paling celaka
di antara mereka pun terdorong untuk melakukan perbuatan keji ini. Maka, saat Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang bersujud, dia letakkan kotoran unta itu ke atas
pundak beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap
dalam keadaan bersujud. Mereka tertawa-tawa, sampai badan mereka terguncang karena
gelak tawa. Kemudian ada seseorang yang pergi (yaitu Juwairiyah) ke Fathimah
Radhiyallahu anhuma , dan Fathimah pun datang dengan berlari, sedangkan Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih dalam keadaan bersujud sampai kemudian Fathimah
Radhiyallahu anhuma menyingkirkan kotoran itu dari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Setelah itu Fathimah mencaci-maki mereka. (HR Bukhari, lihat Fat-hul Bariy (1/594) dan
Muslim (3/1418-1420))
Perbedaan Keadaan dan Cara Memahami Al-Qur’an
antara Saat ini dan Generasi Sahabat

Generasi Sahabat Kita


Memahami peristiwa yang melatarinya Kurang memahami peristiwa yg melatari
Merasakan Ruh dan Perasaan Al-qur’an Kehilangan Ruh dan Perasaan Al-Qur’an

ً َّ ُ َ ْ َ ْ َ ْ ُّ َ ْ ْ َ َ ٰ ْ ُ َ َْ ْ َ ْ ْ ُ ْ ُ َ ْ َّ َّ ْ ُ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ ٰ ْ ُ
‫ان سجدا‬ ِ ‫قل ا ُ ِمنوا ِب ٓه او لا تؤ ِمنواۗ ِا َن ال ِذين اوتوا َال ِعلم ً ِمن َقب ِل ٓه ِاذا ْيت َلى علي ِه ُم يِخرون ِللاذق‬
ً ْ ُ ُ ْ ُ ُْ َ َ َ ْ َْ َْ َ ْ ُّ َ ْ ُ ْ َ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ ٰ ْ ُ َ ْ ْ ُ َ َّ
‫ان يبكون وي ِزيدهم ُُوعا‬ ِ ‫ويقولون سبحن ر ِبنآ ِان كان وعد ر ِبنا لمفعولا ويِخرون ِللاذق‬
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Berimanlah kamu kepadanya (Al-Qur’an) atau tidak
usah beriman (itu sama saja bagi Allah)! Sesungguhnya orang-orang yang telah diberi
pengetahuan sebelumnya, apabila (Al-Qur’an) dibacakan kepada mereka, mereka
menyungkurkan wajah (dengan) bersujud.” Mereka berkata, “Mahasuci Tuhan kami.
Sesungguhnya janji Tuhan kami pasti terlaksana.” Mereka menyungkurkan wajah
seraya menangis dan ia (Al-Qur’an) menambah kekhusyukan mereka”. (QS Al-Isra’
[17] 107-109)
Perbedaan Keadaan dan Cara Memahami Al-Qur’an
antara Saat ini dan Generasi Sahabat

Generasi Sahabat Kita


Memahami peristiwa yang melatarinya Kurang memahami peristiwa yg melatari
Merasakan Ruh dan Perasaan Al-qur’an Kehilangan Ruh dan Perasaan Al-Qur’an

ُ ٰ ْ َ ٰ ُ ْ َ ٰ ْ ْ َ َ ْ ُ َ َ َ َ َ َ َ ٰ َ
ُ َ َ ً ْ َ
‫ت تد ِر ْي َما ال ِكت ُب َولا ال ِا ْيمان َول ِك ْن جعلنه ن ْو ًرا‬ ٰ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫ا‬ َ ‫َ ذلك ا ْوحينآ ال ْيك ُر ْوحا م ْن ا ْمرنا‬
‫ۗم‬ َ ِ ِ ِ َّ ِ ‫وك‬
َ َ
ْ ‫ۗوانَّك ل َت ْهد‬ َِ ‫َّن ْهد ْي به َم ْن ن َشا ُۤء م ْن ع َباد َنا‬
‫اط ُّم ْست ِق ْي ٍم‬
ٍ ‫ر‬َ ‫ص‬ ‫ى‬
ِ ِ ٓ ِ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ِ ِ ِ ِ ِ
“Demikianlah Kami mewahyukan kepadamu (Nabi Muhammad) rūh (Al-Qur’an) dengan
perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur’an) dan apakah
iman itu, tetapi Kami menjadikannya (Al-Qur’an) cahaya yang dengannya Kami memberi
petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Sesungguhnya engkau
benar-benar membimbing (manusia) ke jalan yang lurus”. (QS Asy-Syura [42]: 52)
Perbedaan Keadaan dan Cara Memahami Al-Qur’an
antara Saat ini dan Generasi Sahabat

Generasi Sahabat Kita


Menginternalisai dan Mengamalkan Al-qur’an Menjadikan Al-qur’an hanya sebagai konsumsi
intelektual
Iman sebelum Al-Qur’an Al-Qur’an Sebelum Keimanan

Pada perang Badar ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bangkitlah kalian menuju Surga
yang lebarnya seluas langit dan bumi.” Umair bertanya, “Wahai Rasulullah, Lebar Surga seluas langit dan bumi?”
Beliau menjawab, “Benar,” Umair berkata, “Bah-bah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa
yang menyebabkan kamu mengatakan Bah-bah?” Umair menjawab, “Demi Allah, Tidak wahai Rasulullah, aku
hanya berharap, mudah-mudahan aku termasuk penghuninya.” Rasulullah bersabda, “Sungguh, engkau
termasuk penghuni Surga.”

Umair lalu mengambil beberapa biji kurma dari tempat makanannya lalu menyuapnya. Kemudian berkata,
“Sekiranya aku masih hidup sehingga menghabiskan kurma ini, sungguh ini merupakan kehidupan yang sangat
panjang.” Selanjutnya ia melemparkan kurma yang masih tersisa untuk maju berperang sebentar kemudian ia
terbunuh dalam peperangan ini. (HR. Muslim, 1901.)
Perbedaan Keadaan dan Cara Memahami Al-Qur’an
antara Saat ini dan Generasi Sahabat

Tatkala Alla ̅h subhaanahu wa ta‘aala menurunkan ayat (QS Ali Imran 3: 92) yang berbunyi:
ُ َ
َ ّٰ ‫ل ْن تَ َنالوا الْبَّر َح ّٰتى ُت ْنف ُق ْوا ََِّما ُتح ُّب ْو َنۗ َو َما ُت ْنف ُق ْوا م ْن َش ْيء َفاَّن‬
ٌ‫اَّلل به َعل ْيم‬
ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian
harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”.

Zaid bin Haritsah sahabat Rasulullah langsung datang kepada Rasulullah dengan membawa kuda tunggangan
miliknya dan kuda itu sangat disenanginya. Lalu Zaid berkata : Ya Rasulullah aku ingin mengamalkan ayat ini.
Inilah kuda tungganganku yang sebagai engkau ketahui kuda ini adalah tunggangan yang sangat aku senangi.
Terimalah kuda ini sebagai sedekahku dan sudilah engkau memberikannya kepada yang patut menerimanya.

Demikian pula sahabat lainnya Abu Thalhah datang kepada Rasulullahh dan berkata : Sesungguhnya harta
kekayaan yang paling aku sukai adalah Bairuha’ dan aku bermaksud untuk menyedekahkannya yang dengannya
aku berharap mendapat kebaikan dan simpanan di sisi Allah. Maka manfaatkanlah kebun itu ya Rasulullah
seperti apa yang ditunjukkan Allah kepada engkau
Perbedaan Keadaan dan Cara Memahami Al-Qur’an
antara Saat ini dan Generasi Sahabat

Abu Abdurrahman as-Sulami seorang pembesar tabi’in berkata, “Kami diberitahu


bahawa para sahabat meminta Rasulullah untuk membacakan kepada mereka al-
Qur’an. Mereka akan mempelajari 10 ayat dan beramal dengannya. Setelah
beramal barulah mereka mempelajari ayat-ayat yang lain. Sehingga kami
mempelajari al-Qur’an dan mengamalkan secara keseluruhan.” (Hadith Riwayat Al-
Hakim, sahih menurut Adz-Dzahabi dan Ahmad Syakir)

Abdullah bin Mas'ud berkata, “Sesungguhnya kami mengalami kesulitan dalam


menghafalkan al Qur’an tetapi mudah bagi kami mengamalkannya. Dan kelak akan
datang kaum setelah kami, ketika itu begitu mudah menghafalkan al Qur’an tetapi
sulit bagi mereka mengamalkannya.” [Al Jami’ li Ahkam al Qur’an 1/69]
Perbedaan Keadaan dan Cara Memahami Al-Qur’an
antara Saat ini dan Generasi Sahabat

َ َ ْ َ ْ َّ َ َ َ ٌ َ َ َ ٌ َ ْ ُ ْ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ َّ َ َ َُّ َ َ َّ ْ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ
‫ «فتعلمنا ال ِإيمان‬،‫اورة‬
ِ ‫اَّلل ً علي ِه وسلم ونحن ِفتيان حز‬ ‫النبي صلى‬
ْ َ َ َ ‫ ك ْنا ُ مع‬:‫ال‬
َّ ِ ُ َ ‫َع َن َج ْند ِبَّ ب ِن ْ ُعب ِد‬
‫ ق‬،‫اَّلل‬
َ َ ِْ ِ َ ْ َ َ َّ َََ
‫ ثم تعلمنا القرآن فازددنا ِب ِه ِإيمانا‬،‫ق ْبل أن نتعلم القرآن‬
ْ ْ َ

Dari Jundub bin Abdullah, beliau berkata:

"Kami bersama dengan Nabi sallahu 'alaihi wasallam dan kami masih muda belia dan kuat. Kami mempelajari
tentang iman sebelum mempelajari al-Quran. Kemudian barulah kami mempelajari al-Quran, maka bertambah-
tambah dengan sebab al-Quran tersebut iman kami.“ (HR Ibnu Majah)
َ ْ َّ َّ ُْ ْ َّ ً َ ََْ ْ َ َ ْ ُْ َ َْ ََ َ ُ َ َ ْ َ َْ ََ
"‫ وأنتم تتعلمون القرآن ثم تتعلمون ال ِإيمان‬،‫ "تعلمنا ال ِإيمان ثم تعلمنا القرآن فازددنا إيمانا‬:‫قال ابن عمر‬
.)‫(أُرجه الحاكم وغيره وصححه‬
Ibnu ‘Umar berkata: “ Kami mempelajari Iman kemudian mempelajari Al-qur’an sehingga bertambahlah
keimanan kami, sedangkan kalian mempelajari Al-qur’an kemudian mempelajari Iman (Mengeluarkannya Al-
Hakim dan selainnya dan menshahihkannya)
Generasi Sahabat Kita
Memahami Kebahasaan Kurang Memahami Kebahasaan
Rasulullah sebagai Mufassir, Uswah secara Kehilangan Ruang implementasi Al-qur’an secara
implementatif dalam kehidupan total
َ ُ ُ َ ً َ ْ َ َ َّ َّ َ ْ َ َ
ُ َ َ َ ْ ْ ْ َ َ ْ َ
َ ‫اَّلل على ال ُمؤ ِمنين إذ بعث فيه ْم َر ُسولا من أنفسه ْم َيتلو عل ْيه ْم‬ ْ ُ ‫لقد من‬
‫يه ْم َو ُيع ِل ُمه ُم‬ ‫ك‬
ِ ِ ‫ز‬ ُ ‫آيات ِه َو‬
‫ي‬ ِ ُِ َ َ َ ِ ُ ِ َ ْ ِ ُ َ ْ َِ ِ ْ ْ ِ َ ِْ
‫ين‬ ‫ب‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ل‬ ‫ض‬ ‫ي‬‫ف‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ب‬ْ ‫الحك َمة َوإن كانوا من ق‬
ِ ‫و‬ َ ‫اب‬ َ ‫الكت‬
ٍ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ

”Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika (Allah) mengutus “
seorang rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab (Alquran ) dan hikmah (sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam
kesesatan yang nyata”.

ٰ ْ ُّ ٌ ْ َ َّ َ ُ ْ ٰ َ ْ َ ُ ْ َ
‫َوما َين ِطق ع ِن الهوى ِان هو ِالا وحي يوحى‬

“dan tidak pula berucap (tentang Al-Qur’an dan penjelasannya) berdasarkan hawa nafsu(-nya). Ia
(Al-Qur’an itu) tidak lain, kecuali wahyu yang disampaikan (kepadanya)”. (QS An-Najm [53] 3-4)
Generasi Sahabat Kita
Memahami Kebahasaan Kurang Memahami Kebahasaan
Rasulullah sebagai Mufassir, Uswah secara Kehilangan Ruang implementasi Al-qur’an secara
implementatif dalam kehidupan total

ً ْ َ ُ ٰ ْ ََّ َ َ َ َ ُ َ َ ُ َ ٰ َ ً َ ً َ ْ ُ ُ ٰ ُ ْ َْ َ َ ُ َْ َ َ َ َ ْ َّ َ َ
‫احدةۛ كذ ِلكۛ ِلنث ِبت ِبه فؤادك ورتلنه ت ْر ِتيلا‬ َّ
‫و‬ ‫ة‬ ‫ل‬ ‫م‬‫ج‬ ‫ن‬ ‫ا‬‫ر‬ ْ
ْ ‫َوقال ال ِذين كف ُروا لولا نزل علي ِه الق‬
ِ ِ

“Orang-orang yang kufur berkata, “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?”
Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Nabi Muhammad) dengannya dan Kami
membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan, dan benar).Al-Qur’an tidak diturunkan
sekaligus, tetapi secara berangsur-angsur agar hati Nabi Muhammad saw. menjadi kuat dan
mantap”. (QS Al-Furqan [25]: 32)
Disadur dari presentasi Dr. Imam Jamrazi, MA
Beliau lahir di Syria dan pernah kuliah di
Fakultas Syariah Universitas al Azhar, lalu
menjadi dosen di Universitas al Imam
Muhammad bin Sa'ud Riyadh, lalu dosen di
Universitas Ummul Quro Makkah.
Muridnya yang menjadi tokoh ulama:
Mustafa al-Khin, Mustafa al-Bugha
(pengarang fiqah Manhaji), Muhamad Said
Ramadan al-Buti dan Abdul Karim Rajih

Contoso 22
S u i t e s
Dalam mukadimah tafsirnya beliau menuliskan tentang
alasan dipilihnya susunan berdasarkan tartiib nuzul
dalam tafsirnya, yaitu untuk melihat secara kronologis
tumbuhnya kontruksi keilmuan dan kontruksi
pendidikan/pembinaan yang utuh dan menyeluruh,
dengan menyingkapnya melalui analisis dan
kontemplasi (tadabbur) perkara-perkara yang berkaitan
dengan gerakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
dan sahabat dalam mengkontruksi keilmuan islam dan
gerakan dalam menata dan memperbaiki keadaan
masyarakat dengan pendidikan Rabbani (tarbiyyah
rabbaniyyah) yang sempurna dan menyeluruh kepada
Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam dan kepada orang-
orang yang beriman dan mengikutinya

Mayda>ni, Abd Al-Rah{man H{abannakah, Ma’^>rij al-Tafakkur wa Contoso 23


S u i t e s
Daqa^’iq al-Tadabbur, vol I, Damaskus: Dar al-Qalam, 2000. h. 6.
2. Jenis Pendekatan Tafsir

Contoso 24
S u i t e s
Pengertian Tafsir

al-hafizh al-suyūthīy :

،‫ وبيان معانيه‬،‫علم يفهم به كتاب اَّلل المنزل على يبيه محمد صلى اَّلل عليه وسلم‬
‫واستخراج حكمه وأحكامه‬

“Ilmu yang dengannya dipahami kitabullah yang diturunkan kepada nabi-Nya Muhammad

shallallāhu ‘alaihi wasallama, menjelaskan makna-maknanya dan menarik hikmah-hikmahnya

serta mengeluarkan hukum-hukumnya” )3/169( ،‫)اإلتقان ِف علوم القرآن‬

Contoso 25
S u i t e s
Al-Tafsīr bi al-Ma’tsūr Al-Tafsīr bi al-Ra’yi

Riwayat/transmisi Ra’yi/ijtihaad
sebagai dasar sebagai dasar Pembagian Tafsir
penafsirannya penafsirannya Berdasarkan
Al-Tafsīr bi al-Isyārah sumbernya

Isyaarat/Kasyf
sebagai dasar
penafsirannya
Contoso 26
S u i t e s
‫التفسير بالمأثور‬ ‫التفسير بالرأي‬ ‫التفسير بالإشارة‬

‫‪Definisi‬‬ ‫التفسير المقتصر على النقل عن رسول اَّلل‬ ‫الاجتهاد وإعمال العقل والنظر في‬ ‫تأويل آيات القرآن الكريم على‬
‫صلى اَّلل عليه وسلم‪ ،‬أو عن الصحابة رضي‬ ‫فهم القرآن الكريم في ضوء المعرفة‬ ‫خلاف ما يظهر منها بمقتضى‬
‫اَّلل عنهم‪ ،‬أو عن تلاميذتهم من التابعين‪،‬‬ ‫بلسان العرب‪ ،‬وفي إطار ما ينبغي أن‬ ‫إشارات ُفية‪ ،‬تظهر لأهل‬
‫وربما عن الأتباع‪ ،‬أي تلاميذ التابعين‪.‬‬ ‫يتوافر للمفسر من أدوات وشروط‬ ‫السلوك‪ ،‬ويمكن التطبيق بينها‬
‫معرفية وأخلاقية‪.‬‬ ‫وبين الظواهر المرادة‬

‫‪Sumber‬‬ ‫‪Naql/Riwayat/transmisi‬‬ ‫‪Ra’yi/ijtihaad /Aql/Nazhr‬‬ ‫‪Isyaarat/Kasyf‬‬


‫التفسير‬ ‫التفسير بالرأي‬ ‫التفسير بالإشارة‬
‫بالمأثور‬
Syarat Shahiihul- Ilmu bahasa Arab, baik berupa 1) Tidak bertentangan dengan makna (zhahir) ayat,
manquul al-nahwu wa al-sharf, al- 2) Maknanya sendiri shahih,
isytiqāq dan ‘ilmu-ilmu 3) Pada lafazd yang ditafsirkan terdapat indikasi bagi
balaghah, qirāāt, ushul al-Dīn, (makna isyari) tersebut ,
ushul al-Fiqh, Asbābu al- 4) Antara makna isyari dengan makna ayat terdapat
nuzūl, al-nāsikh waal- hubungan yang erat.
mansūkh, hadis-hadis yang 5) Tidak meniadakan makna lahir ayat Al-Qur’an.
menjadi penjelas bagi Alquran, 6). Tidak menyatakan bahwa makna isyarat itu
Fiqh, merupakan murad satu satunya, tanpa ada makna
lahir.
7) Tidak bertentangan dengan syara’ maupun akal.
8) Tidak menimbulkan keraguan pemahaman
manusia.
Manna’ Khalil al-Qattan, Mubahist fi Ulumil Qur’an,
Terj. Drs. Mudzakir AS, (Jakarta: Pustaka Lintera Antar
Nusa, 1992, h. 496.
Muhammad Abdul ‘Azhim Al-Zarqani, Manahil al-Irfan fi
ulum al-Quran,h. 81.
‫التفسير بالمأثور‬ ‫التفسير بالرأي‬ ‫التفسير بالإشارة‬
Jenis Pertama: Tafsīru al-qurān bi al- Pertama: al-Tafsīr bi al-ra’yi al- Pertama: Al-tafsīr bi al-isyārah al-
qurān mahmūd nadhārīy

Kedua: Tafsīru al-qurān bi Al- Kedua: al-Tafsīr bi al-ra’yi al- Kedua: al-tafsīr bi al-isyārah al-
sunnah. madzmūm akhlāqīy

Ketiga: Tafsīru al-qurān bimā


shahha naqluhu ‘an al-
shahābah

Keempat: Tafsīru al-qurān bi


aqwāli al-tābi’īn.
‫التفسير بالمأثور‬ ‫التفسير بالرأي‬ ‫التفسير بالإشارة‬

Hukum Tidak ada perbedaan dalam Terjadi perbedaan pendapat di Terjadi perbedaan pendapat
membolehkannya. antara para ulama, berkaitan di antara para ulama,
dengan memahami Alquran berkaitan dengan
dengan At-Tafsīr bi al-Ra’yi. memahami Alquran dengan
Sebagian ulama membolehkan At-Tafsīr bi al-Isyārah .
dan sebagian lagi tidak Sebagian ulama
memperbolehkannya. membolehkan dan sebagian
lagi tidak
memperbolehkannya.
‫التفسير بالمأثور‬ ‫التفسير بالرأي‬ ‫التفسير بالإشارة‬

Kelebihan a. Menekankan pentingnya bahasa a. Memberi ruang kepada a. Mempunyai kekuatan


dalam memahami Quran; mufasir dalam berijtihad hukum dari Syara`
b. Memaparkan ketelitian redaksi untuk memperoleh b. Menambah wawasan
ayat ketika menyampaikan pemahaman baru serta dan pengetahuan
pesan-pesan; mengistinbathkan makna terhadap isi kandungan
c. Mengikat mufassir dalam bingkai dan hikmah dari Alquran Alqur`an dan Hadis.
teks ayat-ayat, sehingga b. merupakan pengamalan c. Penafsiran dari mereka
membatasinya terjerumus dalam perintah Allah yang memiliki sifat
subyektivitas yang berlebihan; Subhānahu wata’āla kesempurnaan Iman
d.Dapat dijadikan khazanah untuk berijtihad dan kemurnian
informasi kesejarahan dan c. memberikan kontribusi ma`rifat.
periwayatan yang bermanfaat yang sangat banyak d. Pertama, menguasai
bagi generasi berikutnya terhadap berbagai makna lahir ayat.
persoalan umat di era Kedua, memahami
modern, makna isyaratnya.
‫التفسير بالمأثور‬ ‫التفسير بالرأي‬ ‫التفسير بالإشارة‬

Contoh: tafsir Abī hātim, dan tafsir Ibn 1.Mafātih al-Ghaib, juga umum 1. Tafsīr al-tasturī atau tafsīr
Mardawaih dari mufasir klasik. disebut dengan Tafsir al-Kabir, al-Qur`ān al-`Azhīm karya
Di dalam kitab-kitab hadis karangan Muhammad al-Rāzi Fakhr Abu Muhammad Sahal
al-Din (544-604 H/1149-1207 M) ibnu Abdullah al-Tastury.
sekitar tafsir Alquran juga
2.Tafsīr al-Jalalayn, karya Jalal al-Din 2. Gharaāib Al-Qur``ān wa
ditemukan tafsir kelompok ini. al-Mahalli (w. 864 H/1459 M) dan Raghā`ib al-Furqān atau
Seperti dalam hadis shahih Jalal al-Din Abd al-Rahman al- tafsīr al-Naisaburi. Karya
Bukhārī dan Muslim, kitab Suyūthi (849-911 H/1445-1505 M). Nizhamuddin al-Hasan
sunan Abī Dāwud, al-Tirmidzī, 3.Anwār al-Tanzīl waAsrār al-Ta’wīl, Muhammad al-Naisaburi
dan Ibnu Mājah. Kitab tafsir buah pena al-Imam al-Qashadhi (W.728 H).
karya al-Nasā`īy, shahih Ibn Nashr al-Din Abi Sa’id Abd Allah Ali 3. Tafsīr al-Alusi (Tafsīr
Khuzaimah, shahih Ibn hibbān, Umar bin Muhammad al-Syairazi al- Ruhul Ma`’āni) Karya
Baidhawi (w. 791 H/ 1388 M). Syihabuddin al-Sayid
mustadrak al-Hākim, dan
4.Irsyād al-Aql al-Salīm ila Mazaya al- Muhammad al-Alusi al-
sebelum itu di dalam mushnaf qur`ān al-Karīm, tulisan Abu Al- Baghdadi (w.1270 H).
‘abdu al-Razzāq. Tafsir-tafsir ini Sa’ud Muhammad bin Muhammad 4. Tafsir Ibnu ’Arabīy karya
valid dalam sanad-sanadnya Mushthafa al- ‘Ammadi (w. 951 Abdullah Muhammad Ibnu
termasuk ke dalam yang H/1544 M). Ahmad Ibnu Abdullah
diriwayatkan dari sahabat, Tafsir Muhyiddin Ibnu ‘Arabīy
Al-Thabary, Tafsi al-Qurthubiy, (w.238 H / 1240 M).
Tafsir Ibn Katsiir, dll

Anda mungkin juga menyukai