Nama Kelompok:
1. Bayu Roniadi
2. M.Raozi
3. Rahmadi Amri
4. Rezi Arifqi
5. Sul Patra Dika
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.
DAFTAR ISI:
Wali Songo........................................................................................................ 7
Tidak dapat dipungkiri, hadirnya agama Islam di Indonesia bukan tanpa awal dan
proses yang panjang. Justru kalau kita lihat pada masa Nabi Muhammad SAW di
Mekah pun perjuangan penyebaran agama Islam sangat berisiko sekali!
Lantas, bagaimana caranya bisa masuk Indonesia, ya? Awal mula agama Islam
berada di Indonesia sebenarnya melalui proses yang panjang. Salah satu prosesnya
melalui para pedagang. Namun, ada beberapa teori lain yang menyebut dibawa oleh
siapa agama ini.
Kalau berdasarkan sejarah yang paling sering diperbincangkan, Islam diduga masuk
wilayah Indonesia sejak anak ke-2. Dibuktikan dengan hijrahnya para pedagang asal
Ceylon pada abad ke-7, mereka mengalami perkembangan yang cukup pesat saat
bekerja sama dengan China.
Nah! Omong-omong soal awal masuknya agama Islam sendiri ada beberapa teori
yang berbeda. Di antaranya adalah teori Gujarat , teori Mekah dan teori Persia.
Masing-masing dari teori ini mengalami kisah yang berbeda dalam perkembangan
Islam.
Dalam teori Gujarat yang berasal dari India, kabarnya Islam dibawa oleh para
pedagang muslim. Sekitar abad ke-13 M, Islam masuk ke wilayah Indonesia dan
lama-kelamaan menyebar ke seluruh wilayah Nusantara. Selain teori Gujarat, ada
teori Mekah. Teori yang satu ini mengungkap kalau awal masuknya Islam ke
Indonesia dibawa oleh para pedagang muslim asal Arab.
Waktu kejadiannya sekitar anak ke-7 M. Tentunya lebih awal dari teori Gujarat, ya!
Nah! Ada pula teori Persia yang mengungkap pendapat lain. Untuk teori Persia ini
sendiri kabarnya tidak jauh berbeda dengan kedua teori di atas. Lagi-lagi peran para
pedagang sangat penting. Namun, untuk Persia para pedagangnya sebenarnya
bertujuan ke Gujarat.
Lebih tepatnya mereka singgah sebentar untuk beristirahat di wilayah Indonesia.
Kalau menurut sejarah, para pedagang asal Persia tiba sekitar abad ke-14 M. Jadi,
hampir serupa dengan teori Gujarat, bukan? So, banyaknya teori ternyata tidak
selalu memberikan dampak yang baik. Beda kepala beda pemikiran pula. Nah! Salah
satu teori lain mengenai temuan Marcopolo juga mendukung adanya agama Islam di
suatu pulau Indonesia
Lebih tepatnya di wilayah Sulawesi bagian Utara. Kabarnya orang sana sudah
mengenal adanya agama Islam karena mereka sudah begitu sering berkomunikasi
dengan orang Perlak. Bahkan saking seringnya bisa jadi mereka saling mengenal
satu sama lain.
Beda halnya dengan wilayah Sumatera, kalau wilayah Sulawesi kabarnya Islam
masuk melalui kerajaan. Tentu saja para penyebarnya tidak jauh-jauh dari
Hadramaut. Ada pun pengaruh lainnya mengajak warga beragama Islam juga
karena pengaruh ulama yang sangat penting.
Indonesia adalah salah satu wilayah luas yang ada di muka bumi. Bahkan jika mau
dihitung dengan jari jumlah pulaunya sangat banyak sekali. Mulai dari Sabang
sampai Merauke. Pun demikian pula dengan Malaka. Masih menjadi bagian dari
Indonesia hingga saat ini, Malaka juga punya kisah tersendiri terkait seperti apa
agama Islam masuk ke wilayahnya.
Masih tidak jauh-jauh dari para pedagang pastinya. Namun, versi kisahnya berbeda
lagi. Namun, jika diulas secara runtut berdasarkan sejarahnya, kabarnya Malaka
adalah salah satu tempat di mana pintu gerbang utama Islam di Asia tenggara
menjadi terkenal. Lebih tepatnya dimulai dari semenanjung Malaka, agama Islam
menjadi jauh lebih dikenal hingga sampai kini.
Namun, ada versi lain yang juga menyebutkan kalau Islam sebelum masuk ke
Malaka menyentuh wilayah Samudra Pasai, Aceh dulu. Perkembangan Islam yang
menyentuh Samudra Pasai inilah pada akhirnya berkembang pesat hingga ke
Malaka berkat kerajaan Perlak.
Tidak heran jika ada teori lain yang menyebut Malaka-lah pintu gerbang utama
jalannya Islam di wilayah Asia Tenggara. Karena pada dasarnya perdagangan pun
sangat pesat di wilayah sana. Termasuk ragam kegiatan semacam jual beli, para
kerajaan di sekitar memetik banyak untung
Seperti halnya yang dibahas di dalam buku Islam Dalam Arus Sejarah
Indonesia Dari Negeri Di Bawah Angin Ke Negara Kolonial Edisi 2 yang
membahas proses awal islamisasi yang terkait erat dengan perdagangna
laut serta pembentukan kerajaan.
Salah satu segi keuntungan yang didapat dari segi ekonominya. Namun, rupanya
bukan hanya itu saja. Mengenal Islam justru menjadi sisi keuntungan tersendiri bagi
mereka dalam memperluas relasi terutama di dunia perdagangan. Tercatat pada
sejarah, kabarnya sejak 1409 Masehi orang Malaka sudah mulai masuk Islam.
Sementara itu, jika menilik dari Samudra Pasai pun tidak heran. Karena kabarnya
istri sang raja Malaka sendiri juga berasal dari keturunan kerajaan Samudra Pasai.
Karena beristrikan seorang keturunan kerajaan Samudera pasai, tidak heran setelah
mereka menikah sang istri masuk Islam. Karena istrinya masuk Islam, maka seluruh
rakyat yang dipimpinnya pun juga ikut masuk Islam.
Pasca itu, ada banyak orang mulai dari perdagang, guru sufi, mubaligh, dan lain
sebagainya pergi ke Thailand. Nah! Di sanalah mereka singgah dan kembali
menyebarkan agama Islam untuk dikenalkan pada warga Thailand. So, tidak heran
jika Malaka diduga sebagai gerbang utama tersebarnya Islam di Asia tenggara, ya!
Sekalipun pada akhirnya kerajaan Malaka telah runtuh, namun keturunan mereka
pada akhirnya menyebar dan membawa pengaruh Islam ke banyak orang
4. Daerah Lain
Penyebaran Islam pada masanya memang tidak lepas dari sejarah.
Termasuk di daerah lainnya. Sebelum abad ke-16 tepatnya, masih belum
ditemukan seperti apa sejarah Islam di wilayah Nusantara. Terutama
oleh rakyat Indonesia sendiri, pun tidak ada.
Uraian lengkap mengenai sejarah peradaban Islam juga dapat Grameds
temui pada buku Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia karya Prof. Dr.
H. J. Suyuthi Pulungan, M.A.
1.Teori Mekah
Menurut teori Mekah, proses masuknya Islam ke Indonesia adalah
langsung dari Mekah atau Arab pada abad pertama Hijriyah atau abad
ke-7 Masehi. Para pedagang dari Timur Tengah memiliki misi dagang
dan dakwah sekaligus. Bahkan motivasi dakwah menjadi pendorong
utama mereka datang ke Nusantara. Orang-orang Arab yang datang ini
kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad saw. yang
menggunakan gelar “sayid” atau “syarif” di depan namanya. Menurut
para ahli sejarah, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab
telah berlangsung jauh sebelum masehi.
2.Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari
Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Menurut teori ini, orang-orang Arab
bermazhab Syafi’i telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak awal Hijriyah
(abad ke-7 Masehi). Namun yang menyebarkan Islam ke Indonesia bukanlah dari
orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan
berdagang ke Nusantara. Orang-orang Gujarat
Telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan
pedagang Arab
3.Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari
daerah Persia atau Parsi (sekarang Iran). Sebagai buktinya, ada kesamaan budaya
dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia. Tradisi
tersebut antara lain adalah tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro.
4.Teori China
Menurut teori Cina, proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di tanah
Jawa) berasal dari para pedagang Cina. Mereka telah berhubungan dagang dengan
penduduk Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia, yakni sejak masa
Hindu-Buddha.
Ajaran Islam sendiri telah sampai di Cina pada abad ke-7 M. Pada masa Dinasti
Tang (618-960) di daerah Quanzhou, Kanton, Zhang-zhao, dan pesisir Cina selatan,
telah terdapat sejumlah pemukiman Islam.
Sebagai pembuktian teori Cina ini, bahwa raja Islam pertama di Jawa, yakni Raden
Patah dari Bintoro Demak, merupakan keturunan Cina. Ibunya disebutkan berasal
dari Campa, Cina bagian selatan (sekarang termasuk Vietnam). Bukti lainnya adalah
adanya masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur Cina atau Tiongkok di berbagai
tempat di Pulau Jawa. Pelabuhan penting seperti di Gresik, misalnya, menurut -
Cina, diduduki pertama kali oleh para pelaut dan pedagang Cina.
Wali Songo
Agama Islam berkembang di Indonesia disebarkan oleh berbagai golongan, yakni
para pedagang, mubaligh, su, dan para wali. Para wali menyebarkan Islam di
Nusantara, khususnya di tanah Jawa. Di antara sekian banyak wali, yang terkenal
adalah Wali Sanga (Wali Sembilan). Berikut ini adalah nama-nama wali sanga.
1. Sunan Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maghribi, yang diduga berasal
dari Persia dan berkedudukan di Gresik.
2. Sunan Ampel atau Raden Rahmat, berkedudukan di Ampel, Surabaya.
3. Sunan Bonang atau Raden Maulana Makdum Ibrahim, putra dari Raden
Rahmat (Sunan Ampel). Ia tinggal di Bonang, dekat Tuban.
4. Giri atau Prabu Satmata atau Sultan Abdul Fakih yang semula bernama
Raden Paku, berkedudukan di Bukit Giri, dekat Gresik.
5. Sunan Drajat atau Syarifuddin, juga putra dari Sunan Ampel dan
berkedudukan di Drajat, dekat Sedayu, Surabaya.
6. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah atau Syeikh Nurullah berasal
dari Pasai, sebelah utara Aceh yang berkedudukan di Gunung Jati, Cirebon.
7. Sunan Kudus atau Ja’far Sodiq, putra dari Raden Usman Haji yang bergelar
Sunan Ngandung di Jipang Panolan, berkedudukan di Kudus.
8. Sunan Kalijaga, nama aslinya Raden Mas Syahid. Beliau adalah putra
Tumenggung Wilatikta, Bupati Tuban yang berkedudukan di Kadilangu,
dekat Demak.
9. Muria atau Raden Umar Said adalah putra dari Sunan Kalijaga
berkedudukan di Gunung Muria, Kudus.
Kesenian
Penyebaran agama Islam melalui media kesenian dapat dilakukan melalui
seni bangunan, seni pahat atau ukir, tari, musik, dan sastra. Seni yang paling
terkenal adalah seni wayang dan musik. Sunan Kalijaga merupakan salah
satu wali yang aktif menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana
wayang. Untuk seni musik adalah sunan bonang yang menciptakan lagu
“Tombo Ati”. Lalu ada ganding (lagu-lagu) yang berisikan syair nasihat dan
dasar dasar agama islam. Pesan-pesan islamisasi juga dilakukan melalui
sastra, misalnya kitab primbon pada abad ke-16 M yang disusun oleh Sunan
Bonang. Namun kesenian yang telah berkembang sebelumnya tidak musnah
tetapi diperkaya oleh seni Islam yang membentuk sebuah akulturasi.
Hubungan Sosial
Para mubaligh yang menyebarkan islam di Nusantara pandai dalam menjalin
hubungan sosial dengan masyarakat.Mereka yang telah tinggal menetap di
Nusantara aktif membaur dengan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan
sosial. Sikap mereka santun, memiliki kebersihan jasmani dan rohani,
memiliki kepandaian yang tinggi,serta dermawan. Pada kesempatan tertentu
mereka menyampaikan ajaran Islam dengan cara bijaksana,tidak memaksa
dan merendahkan. Islam mengajarkan persamaan hak dan derajat bagi
semua manusia karena kemuliaan manusia tidak ditentukan oleh kastanya
melainkan karena ketakwaannya kepada Allah SWT. Islam juga
mengajarkan umatnya untuk saling membantu, yang kaya membantu yang
miskin,yang kuat membantu yang lemah dan saling meringankan beban
orang lain. Dengan demikian, ajaran islam makin mudah diterima oleh
penduduk Nusantara.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, B., Syurkati, S. A. (1874-1943). (1999). Pembaharu & Pemurni
Islam di Indonesia. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Berg, L.V.D. (1989). Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara. Jakarta:
INIS.
Erawadi. (2009, Agustus). Tradisi Intelektual Islam Aceh Abad XVIII
Dan XIX. Diakses dari http://erawadi.blogspot.co.id/2009/08/
Tradisi-intelektual-islam-aceh-abad.html, pada 12 Oktober
2015.
Karim, M. A. (2007). Islam Nusantara. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher.
Nurhadi, Muljani A. (1983) Sejarah Perpustakaan Dan
Perkembangannya di Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.
Syamsu, Muhammad As. (1999). Ulama Pembawa Islam di Indonesia
Dan Sekitarnya. Jakarta: Lentera.
Tjandrasasmita, Uka. (2012). Naskah Klasik dan Penerapannya Bagi
Kajian Sejarah Islam di Indonesia, cet. Ke 2. Jakarta: Puslitbang
Lektur dan Khazanah Keagamaan Balitbang dan Diklat
Kemenag RI.