Anda di halaman 1dari 45

ANALISIS PEMAHAMAN LABA DALAM PENENTUAN LABA OPTIMAL

(Studi Kasus Pada Pedagang Keliling di Kecamatan Padang bolak)


PROPOSAL
Diajukan Untuk Seminar Proposal Penelitian Dalam Pnyusunan Skiripsi

DISUSUN OLEH:
ROHANA HARAHAP
NIM : 0502172303

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................
A. Latar Belakang .................................................................................................................
B. Identifikasi Masalah..........................................................................................................
C. Batasan Masalah................................................................................................................
D. Rumusan Masalah.............................................................................................................
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................................
F. Manfaat Penelitian............................................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI.....................................................................................................
A. Kajian Teoritis...................................................................................................................
1. Pemahaman Laba Optimal..........................................................................................
2. Akuntansi Untuk Analisis Dan Pemahaman...............................................................
3. Laba Dalam Konsep Akuntansi..................................................................................
4. Pedagang Keliling Dan Perilakunya...........................................................................
5. Defenisi Hermeneutik.................................................................................................
6. Hermeneutika Untuk Memperoleh Gambaran............................................................
7. Konsep Laba Dalam Perspektif Islam ........................................................................
8. Batasan Pengambilan Keuntungan Dalam Islam........................................................
B. Penelitian Terdahulu.........................................................................................................
C. Kerangka Berpikir.............................................................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................................
A. Pendekatan Penelitian.......................................................................................................
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian............................................................................................
C. Subjek Dan Objek Peneitian.............................................................................................
D. Sumber Data Penelitian.....................................................................................................
E. Teknik Dan Pengumpulan Data........................................................................................
F. Teknis Analisis Data.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Negara berkembang jelas memiliki beberapa permasalahan yang mendasar. Permasalahan
tersebut kemudian dapat menjadi indicator atau sifat mendasar yang membuat suatu Negara yang
terklafisikasi sebagai Negara berkembang. Ada beberapa karakteristik Negara berkembang
menurut Doeljoeni (1987) dapat diklasifikasikan adalah : (1) Mayoritas penduduk lebih dari 70%
bermata pencaharian di sektor pertanian, kegiatan yang dilakukan berlatar belakang agraris,
terutama mengolah hasil pertanian, perikanan kehutanan; (2) Pengolahan pertanian masih
menggunakan cara-cara tradisional dan alat-alat yang sudah ketinggalan zaman; (3) Tingkat
kehidupan yang rendah; (4) Kondisi ini berpengaruh terhadap tingkat kesehatan yang rendah,
tingkat kematian yang tinggi, usia harapan hidup yang rendah, dan kondisi perumahan yang
kurang layak; (5) Pendidikan fotmal dan non formal kurang memadai, fasilitas pendidikan yang
terbatas, sehingga tidak semua anak sekolah mendapatkan pelayanan pendidikan dan banyaknya
penduduk yang masih buta huruf; (6) Pertumbuhan penduduk tinggi; Belum ada kesetaraan
gender, status pria masih dianggap lebih tinggi disbanding wanita, wanita masih dianggap
sebagai penduduk kelas dua; (7) Angka beban ketergantungan masih tinggi; (8) Tingkat
pengangguran masih tinggi, baik pengangguran terbuka maupun pengangguran tertutup; (9)
Ketergantungan terhadap Negara-negara maju tinggi. Sedangkan menurut Todara ada 5
karakteristik Negara berkembang yaitu : (1) Kehidupan yang rendah; (2) Tingkat pendapatan
yang rendah akibat dari tingkat hidup yang rendah membuat rendahnya tingkat produktifitas
tenaga kerja; (3) Tingkat pertumbuhan dan tanggungan dan beban tanggungan tinggi; (4)
tingginya tingkat perkembangan dan pengangguran semu; (5) Ketergantungan terhadap produksi
pertanian dan sektor produk primer.1
Tingkat pertumbuhan ekonomi memberikan gambaran dan informasi sejauh mana
aktifitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan bagi masyarakat pada suatu
periode tertentu. Beberapa para ahli berpendapat tentang defenisi perkembangan ekonomi

1
Supriyadi Pro, “Sejarah Negara: Ciri Negara Berkembang Menurut Doeljoeni dan Todaro” ,
diakses dari https://www.sejarah-negara.com/2323/ciri-negara-berkembang/#, pada tanggal 22
Agustus 2019, pukul 21.50.
2

Negara yaitu : Menurut Adam Smith, pertumbuhan ekonomi dapat dicapai secara maksimum
dengan melibatkan 2 unsur yaitu; (1) Pertumbuhan Penduduk; (2) Pertumbuhan Output Total.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam menilai
kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan
ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara atau suatu daerah. Ekonomi dikatakan mengalami
pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya. Dengan
demikian, pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian dapat
menghasilkan tambahan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau suatu wilayah yang terus menunjukkan peningkatan,
maka itu menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah tersebut berkembang
dengan baik. Proses pembangunan memerlukan pendapatan nasional yang tinggi dan
pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan
kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi memang tidak
cukup untuk mengentaskan kemiskinan, namun menjadi sesuatu yang dibutuhkan. Kenyataan ini
berarti bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi tidak berarti bagi penurunan
masyarakat miskin jika tidak diiringi dengan pemerataan pendapatan.
Kemiskinan merupakan suatu keadaan yang sering dihubungkan dengan kebutuhan,
kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Menurut Rintuh (2003), kemiskinan dapat
diartikan sebagai ketidak mampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan
meningkatkan kebutuhan konsumsi dasar dan kualitas hidupnya. Ada dua macam ukuran
kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah
ketidakmampuan seseorang melampaui garis kemiskinan yang ditetapkan, sedangkan
kemiskinan relatif berkaitan dengan perbedaan tingkat pendapatan suatu golongan dibandingkan
dengan golongan lainnya.2
Menurut David Richardo dan TR Malthus, pemikiran keduanya tidak sama dengan Adam
Smith. Mereka mengkritik Adam Smith, bila Adam Smith menyatakan bahwa pertumbuhan
penduduk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka David Richardo berpendapat bahwa
pertumbuhan penduduk yang telalu besar hingga dua kali lipat dapat menyebabkan melimpahnya
tenaga kerja. TR Malathus sependapat dengan David Richardo dan mengemukakan bahan
makanan bertambah menurut deret hitung sedangkan penduduk bertambah menurut deret ukur.
2
Syahrur Romi dan Etik Umiyati, “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Upah Minimum
Terhadap Kemiskinan di Kota Jambi”, Vol. 7 No.1, Januari-April 2018, hal, 1-2.
3

Akibatnya, bahan makanan tidak cukup untuk menghidupi pnduduk, sehingga masyarakat hidup
pada tingkat penghidupan dan perekonomian mengalami kemandegan.3
Dalam bidang kualitas penduduk, ada beberapa indicator, yaitu; Masalah pendidikan,
Masalah kesehatan penduduk, dan Masalah Pendapatan per kapita. 4 Dari ketiga hal tersebut,
pendapatan perkapita adalah indicator kuantitatif yang lebih sering digunakan dalam mengukur
tingkat kualitas penduduk.
. Dalam hal tersebut berarti Indonesia masih menghadapi realita dan permasalahan-
permasalahan terkait permasalahan dasar Negara-negara berkembang yang salah satunya adalah
permasalahan ekonomi.
Permasalahan ekonomi di Indonesia di pengaruhi oleh keadaan yang di mana terdapat
jumlah pnduduk yang sangat besar, kualitas pendidikan yang juga rendah, pengangguran tinggi,
tekhnologi yang rendah, serta permasalahan yang lain yang berakar pada masalah-masalah
tesebut. Permasalahan ini menjadi demon chain yang mengurung Indonesia sehingga terus
dihadapkan oleh permasalahan yang tak berujung.
Gambaran lain dari yang terjadi di Indonesia adalah kurangnya kesempatan kerja bagi
angkatan kerja. Kurangnya lapangan kerja ini busa terjadi karena permintaan yang rendah karena
sumber daya manusia yang rendah. Angkatan kerja di Indonesia sendiri seakan menjadi gambler
dalam mencari lapangan kerja. Disebabkan permasalahan-permasalahan di atas, maka muncul
kebutuhan yang akan tersedianya lapangan kerja sehingga memutus rantai kemiskinan yang
menjerat bangsa ini.5 Persoalan kestabilan ekonomi, kemiskinan, sistem pendidikan,
pengangguran, tingginya harga pangan, merupakan permasalahan Negara berkembang. Hal
tersebut juga berkaitan dengan kesempatan kerja yang susah untuk di dapatkan, banyak faktor
yang mempengaruhi kesempatan kerja salah satunya adalah karena sumber daya manusia yang
sangat rendah, sehingga satu kesempatan kerja puin bisa diperebutkan oleh banyak orang.
Lapangan kerja yang sangat terbatas bisa mendorong angkatan kerja lainnya untuk melirik suatu
sektor informal sebagai suatu alternatif yang salah satunya adalah dengan cara berwirausaha
seperti usaha pedagang keliling.
3
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Artikel Pembangunan dan Pertumbuhan
Ekonomi”, diakses dari https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/artikel-pembangunan-
pertumbuhan-ekonomi-75, pada tanggal 15 Februari 2017, pukul 9.53.
4
Geograph88, “Indikator Kualitas Penduduk Negara(Pendidikan, Kesehatan, dan
Pendapatan”, diakses dari https://geograph88.blogspot.com/2019/11/indikator-kualitas-
penduduk-negara.html?m=1, pada tanggal 11 November 2019, pukul 20.17.
5
Ibid, hal 2-3.
4

Sektor informal muncul secara konseptual karena empat teori : excess of labor supply
approach (kelebihan pendekatan penawaran tenaga kerja), no-marxist approach (pendekatan
sosial), underground approach (pendekatan bawah tanah), dan neo-liberal approach (pendekatan
filosofi ekonomi. Rupa-rupanya keempat teori ini dekat dengan kondisi di Indonesia. Perubahan
iklim sosial polotik pada taraf tertentu membuka ruang organisasi dan partisipasi entitas ekonomi
informal dalam pernyataan kepentingan sebagaimana perubahan dalam model perlakuan
pemerintah terhadap sektor ini.untuk itu, kita per melihat beberapa potensi pada tantangan sektor
informal. Selain sederet data dan fakta terkait sektor informal, pemerintah juga mengartikulasi
sektor informal ini sebagai suatu bentuk kewirausahaan. Karena kewirausahaan memberikan
nafas baru terhadap masyarakat yang tidak memiliki kompetensi maupun kesempatan untuk
mendapatkan penghidupan yang layak.
Sektor informal ini biasanya digunakan untuk menunjukkan aktivitas ekonomi berskala
kecil dan sering mengalami banyak kesulitan untuk menjalin hubungan secara resmi. Sektor
informal yang dimaksud di sini adalah suatu kegiatan yang berskala kecil yang bertujuan untuk
mendapatka suatu pekerjaan. Pedagang kaki lima adalah mereka yang melakukan kegiatan usaha
dagang yang perorangan atau kelempok yang menjalankan usahanya menggunakan tempat-
tempat fasilitas umum, seperti terotoar, pinggiran jalan umum, dan lain sebagainya.6
Untuk memahami fenomena pedagang kaki lima, maka kita harus menegtahui defenisi
tersebut :
“Pedagang kaki lima adalah orang yang dengan modal yang relative sedikit berusaha
dibidang produksi dan penjualan barang-barang (jasa-jasa) untuk memenuhi kebutuhan
kelompok trtentu di dalam masyarakat, usaha tersebut dilaksanakan pada tempat-tempat
yang strategis dalam suasana lingkungan yang informal.”

Di tinjau dari sisi positifnya, sektor informal Pedagang Kaki Lima (PKL) mrupakan
sabuk penyelamat yang menampung kelebihan tenaga krja yang tidak tertampung dalam sektor
formal, sehingga dapat mengurangi pengangguran. Kehadiran PKL di ruang kota juga dapat
meningkatkan vitalitas bagi kawasan yang ditempatinya serta berperan sebagai penghubung
kegiatan antara fungsi pelayanan kota yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, PKL juga

6
Erin Damayanti, “Pedagang Kaki Lima”, Universitas BRAWIJAYA, Fakultas Administrasi
Publik, 2014. hal. 2
5

memberikan pelayanan kepada masyarakat yang beraktivitas di sekitaran lokasi PKL.7 Profesi
pedagang kaki lima memang selalu bersentuhan dengan masyarakat. Namun, tetap ada alat temu
diantara dua belah pihak, yaitu “uang”. Hal ini terus menerus ebrgulir dan tidak berhenti. Selama
terdapat masyarakat yang membutuhkan pedagang kaki lima, maka profesi pedagang kaki lima
akan selalu ada. Uang akan selalu menjadi pengikut setia terutama bagi mereka yang
membutuhkan barang dagangan yang bertitik akhir pada pedagang kaki lima itu sendiri. Oleh
karena itu, pertanyaan yang mnjadi pokok dari penelitian ini adalah bagaimana pedagan kaki
lima memaknai keuntungan yang sebenarnya bagi mereka.
Kecamatan Padang Bolak memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan
kewirausahaan, mengingat Pedagang Kaki Lima yang menjalankan usahanya tumbuh
berkembang di sepanjang jalan. Pedagangan kaki lima merupakan manusia yang memiliki
kebutuhan-kebutuhan dalam kehidupannya. Pedagang kaki lima juga sama seperti manusia yang
lainnya yang memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi.
Usaha PKL dalam usahanya terlihat jelas dengan kegigihan mereka dalam
mengembangkan usahanya, jenis udaha PKL yang tergolong dalam jenis usaha kecil
sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Kecil seharusnya bisa
lebih berkembang dengan tidak mengganggu kelangsungan kegiatan publik. Mengingat terdapat
potensi di dalam sektor informal baik berupa pedagang kaki lima maupun pedagang keliling
tersebut, perlu adanya pengembangan ilmiah yang memberikan pemahaman dan landasan baru
bagi pedagang kaki keliling untuk mendapatkan pencapaian kinerja yang optimal. Akuntansi
telah berperan dalam sektor-sektor ekonomi menengah ke atas. Namun demekian, akuntansi
sebagai ilmu yang juga mengakomodasi perhitungan-perhitungan penentuan laba, seharusnya
memberikan suatu kontribusi agar sektor pedagang keliling dapat memberikan profitabilitasyang
optimal bagi masyarakat kelas bawah. Artinya, akuntansi dapat berperan dalam pembentukan
kemandirian masyarakat pedagang kecil yang nantinyya diharapkan sedikit demi sedikit
mengeratkan simpul-simpul perekonomian mikro dan pada akhirnya mampu membentuk pondasi
perekonomian makro secara agregat.
Untuk itu, penelitian ini akan beroku pada pemahaman pedagang kaki lima dalam
membentuk kebijakan penentuan laba. Kemungkinan mereka juga memiliki analisis khusus

7
Popy Rosita, “Kajian Karakteristik Pedagan Kaki Lima (PKL) Dalam Beraktivitas Dan MemiliH
Lokasi Berdagang Di Kawasan Perkantoran Kota Semarang”, Universitas Diponegoro, Fakultas
Tekhnik, 2006. hal. 1-2
6

untuk menentukan laba operasi mereka yang tidak diperhitungkan dalam metde akuntansi pada
umumnya. Pedagang keliling sendiri tidak memiliki banyak faktor pada proses produksinya, dan
penelitian ini menggunakan pendekatan analisis Cost-Volume-Profit (CVP). Pedagang kaki lima
memanfaatkan kesempatan berjualan disepanjang hari untuk menarik pembeli semakin semakin
besar yang nantinya akan berdampak pada keuntungan yang didapat oleh pedagang keliling
tersebut. Pada umumnya, semua usaha yang didirikan mempunyai tujuan untuk mendapatkan
laba yang semaksimal mungkin. Laba merupakan sumber hidup untuk berjalannya suatu usaha.
Fakta dilapangan menunjukkan semua pedagang kaki lima di sekekitaran jalan Kecamatan
Padang Bolak memiliki latar belakang pendidikan formal yang rendah mengenai bisnis. Namun,
pedagang kaki lima dijalan siklus ini, yaitu berhenti di tangan pedagang kaki lima. Lalu, apa
makna kehadiran uang tersebut bagi profesi pedangang kaki lima.
PKL juga tidak terlepas dengan kehidupan ekonomi yang harus diperhatikan untuk
diteliti kaitannya dengan akuntansi. Dengan kata lain, bahwa akuntansi tidak terbatas hanya pada
profesi akuntansi, melainkan semua umat manusia yang melakukan bisnis baik lingkup besar
maupun kecil dalam kehidupannya membutuhkan yang namanya akuntansi.8 Dari latar belakang
yang dikemukakan di atas, maka penyusun merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mengangkat permasalahan mengenai “ANALISIS PEMAHAMAN LABA DALAM
PENENTUAN LABA OPTIMAL (Studi Kasus Pada Pedagang Keliling di Kecamatan
Padang bolak)”.
B. Rumusan Masalah
Dalam menentukan laba, pedagang keliling secara implisit juga menentukan tingkat
profitabilitas mereka. Asumsi sederhana dan tidak ilmiah biasanya dikembangkan oleh pedagang
keliling untuk menentukan laba. Asumsi-asumsi tersebut kemudian akan memberikan kepastian
profitabilitas yang ungkin dapat dicapai ketika seluruh barang terjual.
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan penulis, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu :
1. Pemahaman apakah yang dikembangkan oleh pedagang keliling dalam menentukan
laba ?

8
Aisyah, A.W Tungga Atmaja. N. Trisna Herawati. 2017. “Analisis Makna Keuntungan
Menurut Pedagang Kaki Lima Disepanjang Jalan Ahmad Yani” Jurnal Akuntansi Program S1.
Volume 7, No 1, Tahun 2017, hlm 3-4.
7

2. Apakah pemahaman tersebut mendorong pemahaman yang bersangkutan mengenai


perolehan laba optimal ?
3. Apakah akuntansi sebagai informasi telah digunakan dalam penentuan laba yang
optimal ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pemahaman pedagang keliling dalam mendefenisikan laba
menciptakan perilaku yang objektif dan akurat mengenai pemahaman akuntansi yang
digunakan oleh pedagang keliling.
2. Penelitian ini jug bertujuan untuk memahami bagaimana pedagang keliling mampu
menggunakan akuntansi sebagai binfrmasi dalam penentuan laba yang optimal.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis
Penelitian ini merupakan implementasi ilmu pengetahuan, pengembangan wawasan
peneliti mengenai potensi tercitanya pemahaman ekonomi bagi masyarakat ke bawah,
juga membuka paradigma bahwa akuntansi tidak hanya bermanfaat bagi perusahaan-
perusahaan besar. Tetapi akuntansi pun dapat berperan dalam pembentukan kekuatan
ekonomi makro Indonesia melalui sektor yang sangat kecil. Dan juga penerapan ilmu
pengetahuan yang telah dipelajari sehingga dapat melakukan perbandingan terhadap ilmu
yang dipelajari dengan kenyataan di lapangan yang diperoleh dari penelitian langsung.
Selain itu, penelitiian ini diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat
dalam meraih gelar sarjana (S1) pada Program Studi Akuntani Syariah Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam Universitas Negeri Sumatera Utara.

2. Bagi Pedagang Keliling


Peneitian ini, diharapkan bermanfaat bagi pedagang dalam membantu motif penentuan
laba yang optimal sehingga mampu memberikan tingkat profitabilitas yang juga optimal.
Dan mampu meningkatkan taraf hidup dan kemampuan ekonomi ke arah yang lebih baik.
8

3. Bagi Pihak Lain


Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai penerapan pemahaman laba optimal
pada pedagang kecil. Serta dapat dijadikan referensi khususnya bagi pihak-pihak lain
yang meneliti dengan kajian yang sama yaitu analisis pemahaman laba dalam penentuan
laba optimal.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teoritis
1. Pemahaman Laba Optimal
a. Pengertian Laba
Pada umumnya, ukuran yang sering digunakan untuk menilai berhasil atau tidaknya
manajemen suatu perusahaan adalah dengan melihat laba yang diperoleh suatu perusahaan. Laba
bersih merupakan suatu selisih positif atas penjualan dikurangi biaya-biaya dan pajak. Pengertian
laba yang dianut oleh organisasi akuntansi saat ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih
positif antara pendapat dan biaya.
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau
transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain
yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan
(revenue) atau investasi pemilik
Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam
jangka waktu (perioda) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan
pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi
Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. Laba dalam ilmu ekonomi
murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam
modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut
(termasuk di dalamnya, biaya kesempatan). Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan
sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaan diantara keduanya
adalah dalam hal pendefinisian biaya.
Martono dan Harjito menjelaskan bahwa konsep laba merupakan konsep yang
menghubungkan Antara pendapatan atau penghasilan yang diperoleh oleh perusahaan di satu
pihak, dan biaya yang harus ditanggung atau dikeluarkan oleh pihak lain. Untung atau laba
didefinisikan sebagai kenaikan modal saham dari transaksi yang bersifat insidental dan bukan
meruapakan kegiatan pokok perusahaan dan dari transaksi lainnya yang mempengaruhi
perusahaan dalam periode tertentu.
10

Laba bersih merupakan laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga
dan pajak. Soemarso menjelaskan bahwa laba bersih (net income) merupakan selisih lebih semua
pendapatan dan keuntungan terhadap semua biaya-biaya kerugian.9
Laba, keutungan, atau profit dapat didefenisikan dengan dua cara, yang pertama laba
dalam ekonomi adalah selisih antara pendapatan dengan total biaya (biaya implisit maupun biaya
eksplisit). Biaya implisit termasuk biaya kesempatan yang terjadi ketika persahaan memilih
untuk menggunakan faktor produksi tertentu. Sementara itu, laba dalam akuntansi didefenisikan
sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi.
Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba
diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Akan
tetapi, teori akuntansi sampai saat ini belum mencapai kemantapan dalam pemaknaan dan
pengukuran laba. Oleh karena itu, berbeda dengan elemen statemen keuangan lainnya,
pembahasan laba meliputi tiga tataran, yaitu : semantik, sintaktik, dan pragmatik. Makna laba
secara umum adalah kenaikan kemakmuaran dalam suatu periode yang dapat dinikmati
(didistribusi atau ditarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap dipertahankan.10
Pengertian semacam ini didasarkan pada konsep pemertahanan kapital. Konsep ini
membedakan antara laba dan kapital. Kapital bermakna sebagai sediaan (stock) potensi jasa atau
kemakmuran sedangkan laba bermakna aliran (flow) kemakmuran. Dengan konsep
pemertahanan kapital dapat dibedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian
investasi serta antara transaksi operasi dan transaksi pemilik. Lebih lanjut, laba dapat dipandang
sebagai perubahan aset bersih sehingga berbagai dasar penilaian kapital dapat diterapkan.
Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi pengertian laba di
dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akuntansi. Dalam teori ekonomi,
para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan
dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi
pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu.
Akuntansi sebagai salah satu cabang ilmu ekonomi yang secara khusus berbicara
mengenai ekonomi mikro, yang melibatkan perusahaan-perusahaan dalam melaporkan aktivitas

9
Andre S. Wowor dan Maryam Mangantar “Laba Bersih Dan Tingkat Risiko Harga Saham
Pengaruhnya Terhadap Dividen Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia”. Jurnal EMBA. Vol. 2 No. 4, Desember 2014, Hal. 13-23.
10
11

keuangannya, bagi banyak orang dianggap sarat dengan cerminan nilai-nilai materialistik. Nilai
materialistik tersebut tercermin dari penyelenggaraan akuntansi pada umumnya dan konsep laba
pada khususnya, yang sampai hari ini masih menggunakan dasar anggapan satuan moneter
sebagai satuan ukur untuk semua kegiatan ekonomi yang dilakukannya. Hal ini dikarenakan
adanya kesulitan bagi banyak pelaku bisnis, seperti pemilik (investor), manajer, akuntan dan para
pengguna laporan keuangan lainnya, untuk melaporkan penghitungan kinerja perusahaan pada
satuan non-moneter, sehingga menjadi tidak salah jika dalam penyelenggaraannya hingga saat
ini, konsep laba pada khususnya dan akuntansi pada umumnya menjadi terbatas pada ruang
penilaian yang materialistik.
Bagi Smith, self-interest merupakan motivasi utama yang mendorong para pelaku
ekonomi untuk mengadakan kegiatan ekonomis. Para pelaku ekonomi melakukan transaksi
perdagangan demi kepentingan diri mereka masing-masing.Tanpa self-interest perdagangan
tidak akan pernah terjadi. Maka self-intetrest, menurut Smith menjadi titik tolak dorongan dari
kegiatan jual beli di pasar.Dengan menggunakan dasar pandangan ini, Smith menolak pandangan
yang menegaskan kebaikan hati yang merupakan cerminan sikap etis dari bisnis, karena baginya
dalam bidang ekonomi hal tersebut kurang memiliki relevansi. Smith menyatakan bahwa sikap
etis dalam konteks ekonomi hanya akan tercermin dalam hubungan timbal balik antar para
pelaku pasar yang memperlihatkandirinya dengan perlakuan yang saling menguntungkan satu
sama lain. Keadilan dalam konteks lebih luas yang berkenaan dengan anggota masyarakat akan
terjadi secara otomatis tanpa dipikirkan oleh pelaku bisnis, karena inti dari bisnis bagi Smith
ialah memperkerjakan seluruh elemen di dalam suatu masyarakat.Gambaran kritis terhadap
peletakan dasar kepentingan diri sendiri sebagai bentuk penciptaan keadilan menurut Smith
tersebut, kemudian digambarkan Marx dengan pendapatnya mengenai teori nilai lebih. Dalam
teori nilai lebih Marx memperlihatkan bahwa seluruh keuntungan yang dicapai oleh para pelaku
ekonomi tidaklah lebih dari pada hasil kerja buruh yang tidak dibayarkan kepadanya.
Menurut Marx dalam Suseno, seluruh modal yang terkumpul dalam tangan para kapitalis
merupakan hasil curian dan sebetulnya milik buruh.Analisis Marx tersebut berangkat dari suatu
posisi bahwa ilmu ekonomi memiliki tujuan untuk menemukan dan menjelaskan secara cermat
mengenai logika yang mendasari realitas ekonomi yang mengontrol tindakan manusia. Dengan
12

demikian teori nilai lebih muncul untuk memperlihatkan ketidakadilan dari sistem kapitalisme
yang digagas Smith.11
Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan
atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsur-unsur yang
menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-
unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara
lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.
Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting
juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh
karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi, pengusaha,
analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya . Hal ini menyebabkan
adanya berbagai definisi untuk laba.
Dari sudut pandang perekayasa akuntansi, konsep laba dikembangkan untuk memenuhi
tujuan menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara luas. Sementara itu, pemakai
informasi mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Teori akuntansi laba menghadapi dua
pendekatan : satu laba untuk berbagai tujuan atau beda tujuan beda laba. Teori akuntansi
diarahkan untuk memformulasi laba dengan pendekatan pertama.
Setelah mengethui pengertian laba secara umum, ada beberapa pengertian laba menurut para
ahli :

1. Charles Thomas Horngren


Menurut Charles Thomas Horngren, pengertian laba adalah kelebihan dari total pendapatan
dibandingkan dengan total beban, atau disebut juga dengan keuntungan bersih.
2. Don R. Hansen dan Maryanne M. Mowen
Menurut Hansen dan Mowen, arti laba adalah pendapatan operasional dikurangi pajak, biaya
bunga, biaya penelitian dan pengembangan. Laba bersih disajikan dalam laporan laba-rugi
dengan membandingkan pendapatan dan biaya.
3. M. Nafarin

11
Sulis Rochayatun dan Fitria Andriyani, “ LABA : Ketidakstabilan Makna”, JEAM. Vol. 17. No.
2, September 2018. Hal, 123-124.
13

Menurut M. Nafarin (2007:788), pengertian laba adalah perbedaan antara pendapatan dengan
keseimbangan biaya-biaya dan pengeluaran untuk periode tertentu.
4. Abdul Halim dan Bambang Supomo
Menurut Abdul Halim dan Bambang Supomo (2005:139), pengertian laba adalah pusat
pertanggungjawaban dimana masukan dan keluarannya diukur dengan menghitung selisih antara
pendapatan biaya.
5. Zaki Baridwa
Menurut Zaki Baridwa (2004:31), laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang
berasal dari transaksi yang jarang terjadi dari badan usaha selama satu periode kecuali timbul
dari pendapatan atau investasi.12

b. Karakteristik Laba

Adapun beberapa karakteristik laba diantaranya:

1. Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi.


2. Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya prestasi perusahaan pada periode
tertentu.
3. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang membutuhkan pemahaman khusus
tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.
4. Laba membutuhkan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang
dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapat tertentu.
5. Laba didasarkan pada prinsip perbandingan antara pendapatan dan biaya yang relevan
dan kaitan dengan pendapatan tersebut.13

c. Peranan Laba

Menurut M. Nafarin (2007:231), peranan laba bagi perusahaan yaitu:

12
Rajil Munir, “Pengertian Laba, Karakteristik, Unsur-Unsur, Jenis-Jenis dan Faktor yang
Memengaruhi Laba” diakses dari ( https://teropong.id/forum/2017/09/30/Pengertian-Laba-
Karakteristik-Unsur-unsur-jenis-jenis-dan-faktor-yang-mempengaruhi-Laba/, Pada tanggal 30
September 2017, pukul 20:15 )

13
14

1. Suatu kekuatan pokok agar perusahaan dapat tetap bertahan untuk jangka pendek dan
jangka panjang perusahaan.
2. Balas jasa atas dana yang ditanam perusahaan.
3. Salah satu sumber dana perusahaan.
4. Sumber dana jaminan surat karyawan
5. Daya tarik bagi pihak ketiga yang ingin menanam dana.
Menurut beliau peranan laba bagi perusahaan yaitu: Suatu kekuatan pokok agar
perusahaan dapat tetap bertahan untuk jangka pendek dan jangka panjang perusahaan. Balas jasa
atas dana yang ditanam perusahaan. Salah satu sumber dana perusahaan.

d. Unsur-Unsur Laba
1. Pendapatan

Pendapatan adalah arus masuk untuk meningkatkan aset perusahaan atas penurunan
kewajiban yang terjadi dalam periode akuntansi, yang berasal dari kegiatan operasi dalam hal ini
adalah penjualan barang (kredit) yang merupkan unit bisnis utama perusahaan.

2. Beban
Biaya adalah arus kas yang keluar atau penggunaan aset atau peningkatan kewajiban
dalam periode akuntansi yang terjadi dalam aktivitas periode.

Menurut IAI (1994) yang dikutip dari Chariri dan Ghozali (2001)
“Beban/expense yaitu selama satu periode akuntansi terjadi penurunan manfaat
ekonomi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak melibatkan distribusi kepada
investor”.

3. Biaya
Biaya adalah uang tunai atau nilai setara dari uang tunai yang dikorbankan untuk barang
atau jasa yang diharapkan membawa manfaat bagi masa kini dan masa depan bagi organisasi.
15

Biaya kadaluarsa disebut sebagai biaya, setiap periode biaya dikurangkan dari pendapatan dalam
laporan laba rugi untuk menentukan laba periode.
Menurut FASB (1980) yang dikutip dari Chariri dan Ghozali (2001)
“Biaya adalah arus keluar (outflows) atau penggunaan aset atau munculnya hutang
(kombinasi keduanya) untuk satu periode yang berasal dari penjualan atau produksi
barang, atau penyampaian layanan atau aktivitas lain yang merupakan aktivitas utama
suatu entitas”.
4. Untung Rugi
Keuntungan adalah peningkatan ekuitas atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi
insidental yang terjadi diperusahaan dan semua transaksi atau peristiwa yang mempengaruhi
perusahaan dalam periode akuntansi. Terlepas dari orang-orang dari pendapatan investasi
pemilik.
5. Pendapatan/Penghasilan

Pendapatan adalah hasil akhir dari perhitungan pendapatan dan laba dikurangi biaya dan
kerugian pada periode itu. Sebagaimana dijelaskan dalam PSAK No. 23, Ikatan Akuntan
Indonesia (2007) menyatakan sebagai berikut:
“Penghasilan (pendapatan) adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode jika aliran masuk tersebut
menghasilkan peningkatan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi investasi”.14

e. Jenis-Jenis Laba
Salah satunya ukuran dari keberhasilan suatu perusahaan adalah mencari perolehan laba,
karena laba pada dasarnya hanya sebagai ukuran efesiensi suatu perusahaan.

Menurut Kasmir (2011:303), jenis-jenis laba adalah sebagai berikut:


1. Laba Kotor (Gross Profit) artinya laba yang diperoleh sebelum dikurangi biaya-
biaya yang menjadi beban perusahaan. Artinya laba keseluruhan yang pertama
sekali perusahaan peroleh.

14
Gumelar Ardiansyah, “Pengertian Laba dan Unsur-unsur”, diakses dari
https://guruakuntansi.co.id/laba-adalah/, pada tanggal 13 November 2020 pukul 10.27.
16

2. Laba Bersih (Net Profit) merupakan laba yang telah dikurangi biaya-biaya yang
merupakan beban perusahaan dalam suatu periode tertentu termasuk pajak.

Sedangkan Menurut Supriyono (2002:177), jenis-jenis laba dalam hubungannya dengan


perhitungan laba diantaranya yaitu :

1. Laba kotor (Gross Profit) adalah perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan
dengan harga pokok penjualan.
2. Laba bersih (Net Profit) adalah angka terakhir dalam perhitungan laba atau rugi dimana
untuk mencarinya laba operasi ditambah pendapatan lain dikurangi dengan beban lain.
3. Laba dari operasi (usaha) adalah selisih antara laba kotor dengan total beban operasi.

f. Tujuan Laba
1. Untuk dapat membiayai operasional suatu perusahaan dalam pencapaian laba
yang lebih maksimal.
2. Untuk dapat melunasi hutang yang ada.
3. Sebagai cadangan dana untuk suatu kebutuhan investasi perusahaan.
4. Untuk perkembangan suatu perusahaan dimasa yang akan datang.

g. Fungsi Laba

Laba yang tinggi merupakan pertanda bahwa para konsumen menginginkan output yang
jauh lebih dari industry atau perusahaan. Sebaiknya, laba yang rendah atau rugi yaitu suatu
pertanda bahwa para konsumen menginginkan kurang dari produk atau komoditi yang akan
ditangani dan metode produksinya tida efisien. Laba ini memberikan pertanda krusial untuk
suatu realokasi sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat sebagai refleksi perubahan selera
para konsumen dan permintaan sepanjang waktu. Laba bukanlah suatu system yang sangat
sempurna. Laba bukanlah satu-satunya yang dikejar oleh suatu manajemen, melainkan aspek
pelayanan. Ditinjau dari sebuah konsep koperasi, fungsi dari laba bagi suatu koperasi ini
tergantung pada besar kecilnya partisipasi ataupun pada suatu transaksi anggota dengan
koperasinya. Semakin tinggi partisipasi anggota, maka akan idealnya semakin tinggi juga
manfaat yang diterima oleh anggota.
17

h. Faktor Yang Mempengaruhi Laba

a. Modal

Modal adalah aktiva dikurangi Kewajiban. Modal dalam bentuk usaha adalah jumlah
uang yang digunakan untuk mengusahakan unit usaha. Dalam hal ini pemilik adalah pusat
perhatian. Aktiva dianggap dimiliki oleh pemilik dan kewajiban atau hutang adalah kewajiban
pemilik. Tanpa memandang perlakuan hutang, pemilik dipandang sebagai nilai bersih kesatuan
usaha kepada pemilik. Pada saat usaha atau perusahaan didirikan nilai tersebut akan sama dengan
investasi pemilik. Selama hidup perusahaan akan terus sama dengan investasi awal dan
tambahan investasi serta akumulasi laba bersih di atas jumlah yang diambil oleh pemilik. Inilah
yang kemudian disebut dengan konsep kekayaan.
Aktiva atau asset adalah manfaat ekonomik masa depan yang cukup pasti yang diperoleh
atau dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu. Kewajiban adalah
pengorbanan manfaat ekonomik masa mendatang yang cukup pasti yang menjadi keharusan
perusahaan sekarang untuk menyerahkan aktiva (kas atau non kas) atau jasa dimasa mendatang
kepada entitas lain. Maka ekuitas atau modal adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan
sisa hak atas asset perusahaan setelah dikurangi dengan segenap kewajiban perusahaan.
Ada dua bentuk modal, diantaranya:
a. Modal barang
Adalah modal material yang berfungsi menambahkan ketika dipergunakan dalam
proses.
b. Modal uang
Adalah sejumlah uang yang dipergunakan dalam membiayai proses. Modal uang tidak
dinilai sebagai salah satu unsur dagang jika tidak dipergunakan dalam proses dagang
untuk mendapatkan modal barang.

b. Barang Dagangan
Barang adalah benda umum (segala sesuatu yang berwujud atau berjasa. Dagangan
adalah barang-barang yang diperdagangkan. Arti barang dagangan adalah barang yang akan
dijual. Dalam perusahaan dagang atau usaha dagang, hanya ada satu klasifikasi sediaan, yaitu
18

sediaan barang dagangan. Barang dagangan berarti barang yang akan diperdagangkan. Barang
dagangan diperoleh dari pemasok dan dijual kembali kepada konsumen tanpa diubah bentuknya.
Perolehan barang dagang dalam bentuk yang sudah jadi, dengan kata lain tidak ada proses
pengolahan. Seandainya terjadi pengolahan, maka pengolahan tersebut terbatas pada
pembungkusan atau pemberian kemasan agar barang lebih menarik selera konsumen.
c. Intervensi Pemerintah
Intervensi pemerintah sama dengan campur tangan pemerintah. Dari perspektif ekonomi,
intervensi pemerintah utamanya dilakukan dengan pertimbangan nilai efesiensi. Salah satu yang
dapat dijadikan prinsip sederhana dari nilai efesiensi tersebut adalah manfaat marjinal melebihi
biaya marjinal dalam setiap perubahan apapun. Dengan biaya dan manfaat yang didefinisikan
dengan benar, maka kita sering menggunakan nilai efisiensi untuk menyoroti perilaku atau
aktivitas ekonomi tertentu. Di dalam sistem pasar, konsumen menggunakan prinsip ini untuk
menentukan atau mengukur berapa besar konsumsi untuk mendapatkan kepuasan tertentu.
Para ekonomi menyebutkan bahwa dalam bentuk ideal persaingan sempurna, kepuasan
dari masing-masing individu tersebut secara optimal menuntun tingkat pencapaian kesejahteraan
bagi perekonomian bangsa secara keseluruhan. Apabila menggunakan asumsi ini, sepanjang
seluruh biaya dan manfaat direfleksikan dalam harga pasar, maka dapat dikatakan bahwa campur
tangan atau intervensi dari pemerintah tidak lagi dibutuhkan.15
Pendapatan laba sebuah perusahaan akan selalu berfluktuatif dan berubah di setiap
periodenya. Perbedaan tingakat laba ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berpengaruh.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi laba.

1. Harga Jual Barang dan Jasa


Nilai harga jual barang atau jasa dapat mempengaruhi jumlah laba yang di dapat oleh
perusahaan. Semakin tinggi harga jual produk yang ditetapkan perusahaan maka semakin besar

15
Wawan Novita, Abdul Salam, “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Laba
Usaha Dagang Pada Pedagang Sembako Muslim (Studi Kasus Di Pasar Tradisional Bantul)”. Jurna
Ekonomi Syariah Indonesia. Vol VI No. 1. Juni 2016. Hal. 62-72.
19

pila laba yang akan didapatkan. Perbedaan harga jual barang disetiap periode inilah yang
membuat jumlah laba yang diperoleh perusahaan terus berubah di setiap periode.
2. Volume atau Jumlah Barang atau Jasa yang di Jual
Jumlah barang yang dijual juga dapat berpengaruh terhadap banyaknya keuntungan yang
akan di peroleh perusahaan. Perubahan volume barang yang dijual akan membuat perubahaan
jumlah laba yang bisa diperoleh perusahaan. Semakin besar jumlah barang yang dijual
perusahaan maka semakin besar juga jumlah laba yang akan di peroleh.
3. Harga Pokok Penjualan (HPP)
Apabila Harga Pokok Penjualan (HPP) berubah tapi harga jual tidak berubah maka hal ini
dapat membuat jumlah laba yang di peroleh perusahaan ikut berubah. HPP ini sangat
dipengaruhi oleh harga bahan mentah, ongkos tenaga kerja, kenaikan harga secara umum, dll.
Dalam pendapat lain ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi laba yaitu, sebagai
berikut :
1. Periode Waktu
Periode waktu merupakan suatu pembuatan peramalan perubahan laba dengan realisasi
yang akan dicapai. Semakin pendek interval waktu, maka akan semakin akurat ramalan tersebut.
1. Besaran Perusahaan
Hal ini dapat disebabkan oleh besaran perusahaan karena skala ekonomi yang berbeda-
beda. Skala ekonomi yang tinggi akan menyebabkan suatu perusahaan dapat menghasilkan
produk dengan tingkat biaya rendah. Tingkat biaya rendah merupakan salah satu unsur untuk
dapat mencapai laba yang diingikan sesuai standar yang dituangkan dalam bentuk ramalan.
2. Umur Perusahaan
Manajemen suatu perusahaan yang relatif muda akan diperkirakan kurang berpengalaman
sehingga tidak cukup mampu menentukan ketepatan suatu ramalan perubahan laba.
3. Kredibilitas Penjamin Emisi
Penjamin emisi juga mempunyai peranan kunci dalam setiap emisi efek yang melalui
pasar modal. Dengan demikian integritas sebuah penjamin emisi mempunyai hubungan positif
dengan ketepatan suatu informasi ramalan laba di dalam protestus. Penjamin emisi akan sangat
berhati-hati untuk menjaga kredibilitas karena penjamin emisi yang ingin memberikan hasil yang
maksimal kepada para pemakai.
4. Integritas Auditor
20

Faktor ini mempunyai sebuah dampak yang signifikan terhadap laporan keuangan,
termasuk pada ramalan perubahan laba. Oleh karena itu, seorang auditor harus dapat menjamin
bahwa informasi keuangan yang disajikan telah sesuai dengan pedoman penyajian suatu laporan
keuangan.
5. Tingkat Leverage
Salah satu kewajiban manajer yakni untuk dapat mengatur resiko. Jadi manajer ini harus
melakukan apa saja untuk dapat mengurangi resiko. Tingkat leverage merupakan salah satu hal
yang akan mencerminkan suatu resiko. Risiko tingkat leverage ini dapat tercermin dari sebuah
likuiditas yang dimiliki. Jadi manajer juga harus dapat memperhatikan aspek ini dalam
melakukan suatu peramalan laba.16

i. Perbedaan Akuntansi dan laba Fiskal


Perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal, disebut juga atau , diartikan sebagai selisih
antara laba komersil dan laba fiskal. Sedangkan, pendapat lain mendefinisikannya sebagai
perbedaan antara pendapatan akuntansi dan pendapatan pajak. Menurut Persada dan Martani
adalah perbedaan laba yang dihasilkan berdasarkan akuntansi dan pajak disebabkan oleh
peraturan perpajakan dan akuntansi yang memiliki tujuan berbeda. Serupa dengan penjelasan
Plesko dalam Anggarsari bahwa perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal merupakan perbedaan
pelaporan laba yang disebabkan karena perbedaan konsep dan peraturan dalam masing-masing
sistem pelaporan. Perbedaan ini timbul karena adanya perbedaan tujuan antara aturan akuntansi
dengan aturan perpajakan. Aturan akuntansi bertujuan untuk menciptakan laporan keuangan
yang relevan dan dapat diandalkan oleh pengguna laporan keuangan, seperti manajemen,
investor, dan kreditor, untuk pengambilan keputusan. Sedangkan peraturan perpajakan bertujuan
untuk pemungutan yang adil dan terjaganya pendapatan negara yang berasal dari pajak. Oleh
karena itu, beban dan penghasilan yang diatur oleh peraturan perpajakan lebih ketat, sehingga
laba akuntansi berbeda dengan laba fiskal. Laba yang dilaporkan pada laporan keuangan
komersial disebut laba akuntansi. Laba Akuntansi adalah laba atau rugi bersih dalam suatu
periode akuntansi sebelum dikurangi beban pajak laba (rugi) sebelum pajak. Laba yang
dilaporkan pada laporan keuangan fiskal disebut laba fiskal. Laba Fiskal diperoleh dari hasil

16
Guru Ekonomi, Pengertian Laba, diakses dari https://sarjanaekonomi.co.id/pengertian-laba/
, pada tanggal 27 Januari 2021, pukul 11.00.
21

rekonsiliasi/koreksi fiskal terhadap laba sebelum pajak. Rekonsiliasi dilakukan untuk


menyesuaikan antara pendapatan dengan beban yang diakui atau tidak diakui dan metode
pengakuan serta pengukuran yang diperkenankan oleh peraturan perpajakan. Perbedaan antara
laba akuntansi dan laba fiskal dapat dikelompokkan menjadi perbedaan tetap/permanen
(permanent differences) dan perbedaan temporer (temporary differences), berdasarkan
pengakuan pendapatan dan beban antara aturan akuntansi dan peraturan perpajakan.
1. Perbedaan tetap/permanen (permanent differences)
Perbedaan tetap/permanen (permanent differences) adalah perbedaan yang timbul karena adanya
perbedaan pengakuan pendapatan dan beban antara standar akuntansi dan peraturan perpajakan
tanpa adanya koreksi fiskal dikemudian hari. Sehingga laba fiskal yang diperoleh akan berbeda
jumlahnya dengan laba akuntansi. Perbedaan permanen positif apabila ada pendapatan akuntansi
yang tidak diakui berdasarkan peraturan perpajakan dan pembebasan pajak, sedangkan
perbedaan permanen negatif disebabkan adanya beban akuntansi yang tidak diakui oleh
peraturan perpajakan.
2. Perbedaan temporer (temporary differences)
Perbedaan temporer (temporary differences) adalah perbedaan yang sifatnya sementara
karena adanya perbedaan waktu dan metode pengakuan pendapatan dan beban tertentu
berdasarkan standar akuntansi dan peraturan perpajakan. Perbedaan temporer dibagi menjadi dua
perbedaan, yaitu perbedaan waktu positif dan perbedaan waktu negatif. Perbedaan waktu positif
terjadi apabila pengakuan beban untuk akuntansi lebih lambat dari pengakuan beban untuk pajak
atau pengakuan penghasilan untuk tujuan pajak lebih lambat dari pengakuan penghasilan untuk
tujuan akuntansi.17

2. Akuntansi untuk Analisis dan Pemahaman

Akuntansi sebagai ilmu tata buku untuk transaksi keuangan suatu entitas memberikan
kemungkinan bagi manajemen untuk melakukan pengawasan. Rotterdam School of Management
(2008) menulis di website-nya bahwa “accounting & control deals with the core of management,
ensuring the economic viability of the organization.” Suatu pengendalian ditunjukkan oleh
informasi keuangan yang disajikan dalam setiap tahap pada proses bisnis yang terjadi baik secara
17
Ratrri Annisa, “Analisis Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi Dengan Laba Fiskal Dan
Komponen Laba Terhadap Persistensi Laba”. Jurnal Akuntansi Dan Bisnis. Vol. 17 No. 1, Februari
2017, Hal:61-75.
22

korporat maupun departemental. Informasi keuangan yang termasuk di dalam tingkatan proses
ini kemudian dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk tingkatan produksi
selanjutnya. Kebutuhan untuk melihat kondisi dan posisi keuangan dalam tingkatan proses
menjadi suatu kebutuhan akan analisis informasi akuntansi.
Maka, akuntansi tidak hanya berperan dalam penyajian informasi final, tetapi juga
berperan dalam tahapan proses sebagai sebuahanalisis. Peran ini memberikan akuntansi suatu
kesempatan untuk terlibat dalam setiap pengambilan keputusan oleh manajemen.Akuntansi biaya
dan akuntansi manajemen adalah bentuk konkret terhadap keterlibatan ilmu akuntansi di dalam
ranah analitis. Informasi yang disediakan oleh akuntansi biaya dan akuntansi manajemen ini
memberikan informasi akuntansi yang relevan mengenai tahapan proses produksi. Oleh karena
itu, analisis produksi yang dilaksanakan oleh korporat, khususnya dalam hal keuangan, dapat
diakomodasi oleh akuntansi biaya. Cabang akuntansi ini bermanfaat dalam penyediaan informasi
biaya yang dibayar oleh perusahaan dalam kebijakannya terhadap manajemen biaya.
Fungsi penting dari akuntansi biaya, sebagai berikut:
1. Ascertainment of cost of product: Akuntansi biaya memastikan biaya produksi dari
masing-masing pekerjaan, proses, atau pesanan pengerjaan dengan mengaplikasikan
metode berbeda dari akuntansi biaya, sepertijob costing, process operation costing,
contract costingdan lain-lainsesuai dengan kesesuaian dan kebutuhan organisasi.
2. Fixation of selling prices: Akuntansi biaya membantu untuk menemukan biaya produksi
dan penetapan harga jual produk atauprocess jobatau operasi. Akuntansi biaya juga
membantu dalam menyiapkan tender ataupencatatan penting.
3. Measurement of efficiency: Akuntansi biaya mengukur efisiensi masing-masing produk,
proses atau departemen dengan mengaplikasikan metode biaya standar.
4. Cost control procedure: Akuntansi biaya mengendalikan biaya dengan menentukan
standard an membandingkan dengan kondisi aktualnya. Deviasi di antara mereka
diidentifikasi dan jika perlu pengukuran pengawasan dapat dilakukan.
5. Reporting to the Management: Akuntansi biaya melaporkan kepada manajer secara
periodic mungkin bulanan, kuartal atau tengah-tahun.Sesuai dengan laporan akuntansi
biaya, manajemen dapat mengambil keputusan penting.
23

Bentuk lain analisis dari proses produksi diakomodasi oleh akuntansi manajemen. Sistem
akuntansi manajerial memiliki tiga tujuan luas.
1. Untuk menyediakan informasi bagi costing outlayanan, produk, danobjek kepentingan
lain kepada manajemen.
2. Untuk menyediakan informasi untuk perencanaan, pengawasan, evaluasi, dan
pengembangan berkelanjutan.
3. Untuk menyediakaninformasi untuk pengambilan keputusan.
Akuntansi manajemen, kemudian, berperan dalam penyediaan perhitungan dan
pengukuran kebijakan mengenai keputusan keuangan di dalam hubungan unit bisnis. Selain itu,
akuntansi dalam manajemen mampu membuka pemahaman analisis dan perhitungan keuangan
bagi proses produksi karyawan.18
3. 1. Laba Dalam Konsep Akuntansi
Laba sebagai kepentingan pedagang keliling dalam aktivitas operasi memberikan
pemahaman khusus bagi pegang untuk menentukannya. Penjelasan mengenai laba akan
dikonsentrasikan pada bagian selanjutnya di bawah ini. Namun, untuk mendiskusikan laba, kita
harus meganalisis sifat laba tersebut terlebih dahulu. Laba dibangun oleh excessantara
pendapatan dan pengeluaran.
1. Pendapatan dan PengeluaranPendapatan–Banyak definisi pendapatan (revenue) muncul
di berbagai bidang.Investorworlds.com (2010) mendefinisikan revenue dalam dua hal:
a. untuk perusahaan, revenueadalah jumlah total uang yang diterima oleh
perusahaan untuk barang yang dijual atau jasa yang diberikan selama
periode waktu tertentu. Ini juga termasuk seluruh penjualan bersih,
pertukaran asset, bunga dan kenaikan lain dalam ekuitas pemilik dan
dihitung sebelum beban-beban dikurangkan.
b. untuk pemerintah, pendapatan adalah kenaikan aset pendanaan
pemerintah yang tidak meningkatkan hutang atau recoveryof expenditure.
Pendapatan ini diperoleh dari pajak, lisensi, dan fee.
Berfokus pada konsep akuntansi, sebagaimana ditunjukkan di Accounting Learning
Resource, kita mempertimbangkan tampilan utama pendapatan sebagaisesuatu yang:
a. Muncul dari aktivitas perdagangan dari suatu bisnis.
18
Hansen & Mowen, Manajemen Biaya, Edisi Bahasa Indonesia. Buku Kedua. (Jakarta:
Salemba Empat,2004), hal. 4
24

b. Menciptakan aliran masuk dana ke bisnis.


c. Dihitung dalam bentuk uang.
d. .Selalu terkait dengan periode akuntansi tertentu
e. Hasil dari rangkaian aktivitas yang menghasilkan pendapatan
f. Modal adalah sumber pendapatan.
Pengeluaran–Pemahaman paling sederhana mengenai pengeluaran adalah uang yang
dikeluarkan dalam proses operasi. Dalam akuntansi, kita memecah pengeluaran menjadi dua
kelompok utama: cost (biaya) dan expense (beban). Cost(biaya) adalah harga dari suatu aset.
Cost basisdari suatu aset memasukkan setiap biaya untuk pembelian, pengadaan/akuisisi, dan set
upaset, danuntuk men-trainingkaryawan dalam penggunaannya.
2. Laba
Excess yang disebutkan dalam paragraph sebelumnya membutuhkan suatu penjelasan
yang akurat. Dijelaskan bahwa profit sebagai suatu excess dari business income terhadap
business expenses. Bisnis memperoleh uang setelah menjual barang atau jasa mereka. Jika uang
yang mereka dapat lebih dari uang yang mereka keluarkan untuk membuat/menyediakan
barang/jasa, dikatakan bahwa bisnis telah membuat sebuah laba akuntansi.
3. Analisis Cost-Volume-Profit (CVP)
Analisis cost-volume-profit adalah studi mengenai efek dari perubahan pada biaya dan
volume pada profit perusahaan. Bagi perusahaan, penting untuk membuat perencanaan laba
(profit) karena akan ada beberapa critical factors yang muncul terkait keputusan manajemen,
seperti pricing, product mix, dan fasilitas-fasilitas. Dalam analisis CVP, kita berkonsentrasi pada
bagaimana perusahaan memanage margin kontribusinya. Margin kontribusi adalah jumlah laba
(profit) yang tersisa setelah mengurangi biaya variabel. Ini sering dinyatakan baik sebagai
jumlah total maupun basis per unit. Contribution margin is the amount of revenue remaining
after deducting variable cost.
Seperti yang disampaikan oleh Weston dan Bringham bahwa analisis cost volume profit
sangat bermanfaat bagi perusahaan-perusahaan yang sedang melakukan perencanaan kegiatan
usaha atau sebagai alat pengendali kegiatan perusahaan yang masih beroperasional. Analisis cost
volume profit dapat memberikan informasi mengenai seberapa banyak terjadi perubahan pada
biaya, volume penjualan dan harga jual yang akan mengakibatkan perubahan perencanaan laba
yang sebelumnya sudah ditetapkan. Analisis Cost Volume Profit sangat bermanfaat untuk
25

membantu perusahaan dalam melakukan perencanaan keuangan sehingga dapat menghindari


terjadinya kerugian dalam operasional perusahaan. Raymond S. Schmidgall menyebutkan bahwa
rumus.
Cost Volume Profit dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Cost Volume Profit Equation – Single Product
Metode analisa ini digunakan apabila produk yang dijual hanya terdiri dari satu jenis.
b.Cost Volume Profit Equation – Multiple Product
Metode analisa ini digunakan apabila produk yang dijual terdiri dari beberapa jenis.
Analisis ini dapat membantu manajemen untuk mengukur CVP dalam berperilaku
terhadap perhitungan rasio. Rasio-rasio ini berarti bagaimana manajer dapat membandingkan
komposisi selling price, units sold, break event point, target income, target operating income,
target net income, dan pengambilan keputusan manajerial lainnya. Inti dari analisis ini dapat
membantu untuk mengindikasikan bagaimana penelitian dilakukan dan diaplikasikan ke objek.
Analisis CVP akan diterapkan dalam manajemen produksi pedagang keliling dengan
berkonsentrasi pada reaksi pedagang dalam menciptakan profit mereka. Akan tetapi,
sebagaimana didiskusikan di Bab I, pedagang keliling jauh dari scientific reasoning. Oleh karena
itu, kita sebaiknya memeriksa bagaimana pedagang keliling menunjukkan perilaku dalam
aktivitas operasi mereka.19
4. Pedagang Keliling dan Perilakunya
Terdapat banyak teori produksi untuk produsen. Teori-teori ini didiskusikan di ranah
ekonomi mikro. Ekonomi mikro menjelaskan hal ini dengan teori perilaku. Pada teori perilaku
produsen, rasionalitas paling sederhana yang disajikan adalah bagaimana menciptakan
maksimalisasi profit. Akan tetapi, pada perkembangannya, di samping tujuan utama tersebut,
terdapat banyak motif lain produsen: maksimalisasi penjualan, pendapatan marginal, dan motif-
motif nonprofit. Kemudian, disinilah produsen dapat memutuskan apa motif mereka. Motif yang
dimiliki produsen dalam produksi kemudian memotivasi mereka dalam perilaku. Apa yang
dijelaskan oleh teori ekonomi mikro mengenai perilaku, secara spesifik akan berada aktivitas
operasi mereka. Kita tidak akan berbicara mengenai perilaku produsen yang dijelaskan oleh
ekonomi mikro, tetapi kita aka berbicara mengenai aktivitas operasi dalam perspektif akuntansi
terhadap laba, costing, dan akuntansi manajerial.
19
Devina Chintya, Skripsi: “Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencaan Laba Di Hotel
Zodiak Sutami Bandung” (Bandung: Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, 2019), Hal. 35-36.
26

Laba pada pedagang keliling mungkin menjadi tujuan utama aktivitas mereka. Konsepsi
laba sendiri merupukan tujuan dari penelitian ini. Akan tetapi, sinyal pasti dari pedagang keliling
dalam membentuk laba mereka adalah pada harga jual. Untuk membuat harga, di samping
memperhitungkan barang, kualitas, penempatan, dan tingkat kompetisi juga akan menjadi
checklist mereka.
Menurut latar belakang penelitian yang ditunjukkan di Bab I, kita memperhatikan cara
pedagang bereaksi pada motif mereka melalui proses produksi. Dengan tidak ada latar belakang
pendidikan formal, pedagang keliling menjanjikan profitabilitas mereka dengan menganut
pemikiran irasional dan tradisional pada bisnis mereka. Tanpa prosedur formal, basic standard,
peraturan, handbook, atau teori ilmiah, kita perlu untuk menggunakan metode representasi secara
kultural untuk membuat analisis perilaku ini.

5. Defenisi Hermeneutik
Secara etimologis “hermeneutika” bersal dari kata hermeneuein. Hermeneuein berarti
menginterpretasikan, menafsirkan. Kita sudah sering mendengar dan menggunakan kata
menginterpretasi atau enterpretasi. Kata itu hampit dipakai di semua ruang lingkup hidup.
Tindakan ilmuan yang menganalisis data empiris disebut juga menginterpretasi.20
Istilah hermeneutik berasal dari kata Yunani: Hermeneuein, yang diterjemahkan dengan
“menafsirkan”, kata bendanya hermenie artinya “tafsiran”. Dalam tradisi Yunani Kuno kata
hermeneuein dipakai dalam tiga makna, yaitu:
1) Megatakan (to say),
2) Menjelaskan (to explain),
3) Menerjemahkan (to translate).
Makna yang terkandung dalam arti yang ketiga itulah hermeneutika yang bisa dimengerti.
Hermeneutika menuntun orang pada pemahaman. Dengan kata lain, Hermeneutika ditemukan di
wilayah memahami dan pemahaman yang terwujud lewat interpretasi. Dalam arti luas,
hermeneutika adalah sebuah disiplin yang berurusan dengan bukan hanya interpretasi makna
tekstual, tetapi juga realitas. Maka hermeneutika boleh juga dilihat sebagai filsafat atau teori
interpretasi.

20
R,E. PALMER, Hermeneutics. Interpretation Theory in Schleiermacher, Dilthey, Heiddeger
and Gadamer, (Evanston: 1969), h. 8.
27

Abulad (2007) dibawah ini menjelaskan secara gambling bahwa hermeneutik adalah the art
of interpretation. Interpretasi itu sendiri berarti bagaimana seseorang memahami dan
menciptakan pemikiran logis terhadap suatu fenomena. The art of interpretation berarti
hermeneutik memberikan kita ruang untuk menciptakan jenis berbeda dari sebuah interpretasi
yang menunjukkan kita varietas dan keunikan menurut sifat interpreter.
Defenisi diatas memberikan kita hal khusus: sifat interpreter. Hermeneutik datang dari
tradisi Yunani. Hermeneutik dihubungkan dengan Hermes (Hermeios), utusan Dewa dalam
mitologi Yunani kuno yang bertugas mengantarkan dan menerjemahkan pesan Dewa ke bahasa
manusia.
Dari cara Hermes mengantarkan dan menerjemahkan pesn, kita dapat menyimpulkan
bahwa hermeneutika seseorang akan menciptakan ruang antara the origin of messages, proses
penerjemahan, dan sebagainya, dan kemudian kita daat menemukan makna dasar yang
terkandung dalam hermeneutik:
1) Membuka hal-hal dalam pikiran melalui kata-kata sebagai media pengantaran,
2) Secara rasional menjelaskan hal-hal sebelum menjadi samar, sehingga maknanya menjadi
dapat dipahami,
3) Menerjemahkan bahasa ke bahasa lain.
Ricoeur (2008), menamkan hermeneutik sebagai teori operasi pemahaman. Pemahaman
ini dihubungkan dengan interpretasi teks, Ricoeur cenderung meletakkan hermeneutik dalam
makna metodologi. Hermeneutik, kemudian menciptakan gambaran terhadap pemahaman. Ini
memberikan kita defenisi bahwa hermeneutik menjadi suatu cara untuk memahami interpretasi
seseorang terhadap fenomena.
Baik seni maupun teori yang disebut hermeneutik, menjelaskan bahwa hermeneutik
adalah suatu filosofi. Hal ini tampaknya tidak ada penggunaan yang lebih luas atas hermeneutik
untuk diterapkan dalam hal praktis. Akan tetapi, rupa-rupanya hermeneutik dapat diperlakukan
baik sebagai folosofi yang mendasari maupun mode analisis yang spesifik. 21 Pernyataan ini
tampaknya memberikan kita kesempatan bagaimana hermeneutik dapat transformasi menjadi
metode pemahaman persepsi seseorang, juga untuk menganalisis interpretasi terhadap suatu
fenomena.
6. Hermeneutik Untuk Memperoleh Gambaran
21
Prof. Dr. Abdul Hadi W.M, Hermeneutika Sastra Barat & Timer, (Jakarta: Sadra International
Institute, 2014), h. 26-27.
28

Sebagaimana penjelasan yang ada di atas, kita tahu bahwa hermeneutik bahkan dapat
memberikan gambaran bagi peneliti untuk memahami bagimana subjek menginterpretasikan
suatu hal dan berprilaku sesuai dengan interpretasi mereka. Hal ini berrati hereneutik sebagai
mode analisis, jelas dapat digunakan untuk sebuah analisis. Analisis ini diharapkan mampu
menjangkau penjelasan yang mungkin terbatas dalam matematika atau statistika, untuk dapat
memberikan kita hasil yang lebih reflektif mengingat adanya dinamika perilaku sosial.
Pada pedagang keliling, mereka menggunakan analisis yang unik seperti kebiasaan,
tradisi, kalkulasi sederhana, dan sebagainya, yang memerlukan pemahaman spesifik dsn
intensifikasi untuk memperoleh data. Data kemudian dianalisis untuk memahami bagaimana
pedagang keliling bereaksi dalam mementukan profit mereka.
7. Konsep Laba Dalam Perspektif Islam
Keuntungan dalam bahasa Arab disebut denganar-ribh yang berarti pertumbuhan dalam
perdagangan. Di dalamAlmu'jam al Iqtisad al-Islami disebutkan bahwa keuntungan merupakan
pertambahan penghasilan dalam perdagangan. Keuntungan adalah tambahan dana yang diperoleh
sebagai kelebihan dari beban biaya produksi atau modal. Secara khusus laba dalam perdagangan
(jual beli) adalah tambahan yang merupakan perbedaan antara harga pembelian barang dengan
harga jualnya.
Berikut ini merupakan ayat Al Quran beserta hadist yang berkaitan dengan
keuntungan :Dalam surat Al –Baqarah ayat 16 yang berkaitan dengan keuntungan berbunyi:
ٰۤ
َ ‫ض ٰللَةَ بِا ْل ُه ٰد ۖى فَ َما َربِ َحتْ ت َِّج‬
َ‫ارتُ ُه ْم َو َما َكانُ ْوا ُم ْهتَ ِديْن‬ ْ ‫ َك الَّ ِذيْنَ ا‬fِ‫ول ِٕٕى‬
َّ ‫شتَ َر ُوا ال‬ ُ‫ا‬

Artinya : “Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah
beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.”
Dan dipertegas dengan hadist riwayat Bukhari dan Muslimyang berbunyi :
”Seseorang mukmin itu bagaikan seorang pedagang, dia tidak akan menerima laba
sebelum ia mendapatkan modal pokoknya. Dan demikian juga, seseorang mukmin tidak akan
mendapatkan amalan-amalan sunnahnya sebelum ia menerima amalan-amalan wajibnya.”
Dalam hadist ini, Rasulullah mengumpamakan seseorang mukmin dengan seorang
pedagang. Pedagang tidak bisa mendapatkan keuntunngan apabila ia belum mendapatkan modal
pokoknya. Begitu juga seorang mukmin tidak akan mendapatkan pahala amalan sunnahnya
apabila amalan wajibnya belum disempurnakan.
29

Dalam perspektif Islam mengenai akuntansi, konsep laba tidak jauh berbeda dari konsep
laba konvensional. Konsep laba dalam Islam terdiri dari laba selama kehidupan dan setelah
kehidupan. Selama hidup para ahli mendefiniskan laba sebagai pertumbuhan dalam modal.
Dalam zakat, konsep laba berarti pertumbuhan dan peningkatan. Dan dalam mu’amalat (hukum
sipil yang berkaitan dengan lingkup ekonomi dan sosial dari aktivitas manusia) laba adalah
selisih dari pendapatan dan beban. Laba ini yang datang dari aktivitas pembelian dan penjualan.
Laba ialah pendapatan yang diperoleh dari penjualan dan dikurangi biaya-biaya yang
dikeluarkan pada saat pembelian oleh penjual.
Keuntungan merupakan suatu dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki
berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Keuntungan pada umumnya dipandang sebagai
suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi,
dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi. Keuntungan didapat karna adanya jual beli
dengan perniagaan sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Quran yang terdapat dalam surat Ash
–Shaff (61) ayat 10 yang berbunyi :
ٍ ‫يآايُ َها ا لَّذيْنَ امنُ ْوا َه ْل اَ ُدلُّ ُك ْم َعلَى تِ َجا َر ٍة تُ ْن ِج ْي ُك ْم ِمنْ َع َذا‬
ٍ ِ‫ب ا َ ل‬
‫يم‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! maukah kamu Aku tunjukkan suatu
perniagaan/perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?”.
Pada ayat di atas menjelaskan bahwa hidup di dunia ini laksanakan perniagaan. Hasilnya
akan dituai di akhirat. Ada yang untung, ada pula yang buntung. Ada yang berbahagia
karenanya, sebaliknya ada pula menderita selama-lamanya. Ayat ini memberikan tawaran kepada
kita mengenai sebuah perniagaan dengan keuntungan berlipat-lipat. Tak ada yang mampu
menandinginya..Keuntungan terbentuk karena adanya transaksi jual beli yang diperoleh dari
selisih harga jual dengan modal pokok.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keuntungan berhubungan dengan jual
beli dan harga. Sebagai seorang muslim hendaknya dalam berdagang sebaiknya dilakukan sesuai
dengan ekonomi syariah yang berlandaskan Sumber hukum yang diantaranya adalah Al quran
dan hadist.
8. Batasan Pengambilan Keuntungan Dalam Islam
Dalam Islam menganjurkan supaya para pedagang tidak berlebihan dalam mengambil
laba. Ali bin Abi Thalib pernah menjajakan susu di pasar Kufah dan beliau juga berkata, “Wahai
para saudagar, Ambillah laba atau keuntungan yang pantas bagimu maka kamu akan selamat,
30

dan jangan menolak laba atau keuntungan yang kecil yang kamu terima karenanya akan
menghalangi kamu mendapatkan keuntungan banyak yang akan kamu terima.”(Husein Syahatah,
2001:159).
Allah berfirman dalam surah Annisa ayat 29:
‫س ُك ْم ۗ اِنَّ هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬ ٍ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا اَل تَأْ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِا ْلبَا ِط ِل آِاَّل اَنْ تَ ُك ْونَتِ َجا َرةً عَنْ تَ َرا‬
َ ُ‫ض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنف‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh
Allah maha penyayang kepadamu”.
Diperkuat Dalam hadist riwayat Ahmad No. 4/221 juga menjelaskan tentang keuntungan
yang Artinya : “Janganlah sekali-kali engkau bercanda dengan mengambil harta saudaramu,
dan tidak pula bersungguh-sungguh mengambilnya. Dan bila engkau terlanjur mengambil
tongkat saudaramu, hendaknya engkau segera mengembalikannya”.
Dalam pengambilan keuntungan jangan sekali –kali bercanda dan jangan bersungguh-
sungguh juga untuk mengambilnya. Jangan pernah mengambil keuntungan yang besar hanya
untuk kepentingan diri sendiri yang merugikan orang lain dan untuk memikirkan hak orang
supaya umat muslimin tidak menderita.22

B. Penelitian Terdahulu
Pada bebrapa kasus pedagang keliling, tidak banyak peneliti yang berkonstrasi pada
akuntansi. Beberapa penelitian fokus pada penegakan hukum, sosial-budaya, atau ekonomi
makro. Penelitian tersebut biasanya diselenggarakan pada domisili tertentu dalam observasinya.
Beberapa penelitian dengan topik yang hampir sama telah dilakukan oleh peneliti-peneliti
sebelumnya, diantaranya yaitu dalam tabel dibawah ini:
Tabel 1.1:
Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Metode Hasil Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian
1 Ikwan Aanalisis Kualitatif Peneliti Sama-sama Penelitian ini

22
Nuri Nisak Tamama, Artikel Skrips: “Hermeneutika Laba Dalam Perspektif Islam” (Sumenep:
Universitas Wiraraja, 2019), Hal.15-16.
31

Aryan pemahaman Deskriptif menganalisis membahas memiliki


Aditantra laba dalam populasi yang tentang perbedaan
(2011) penentuan ada untuk pemahaman pada populasi
laba optimal: menarapkan laba dalam yang
studi kasus metode penentuan digunakan
pedagang purvosive and laba dengan
keliling. snowball optimal menerapkan
sampling secara pada metode
konfrenshif, pedagang purposive and
efektif, dan keliling. snowball
efesien. sampling
sedangkan
penelitian inti
tidak
menggunakan
metode
tersebut.
2 Mutiatul Studi Kualitatif Dokumentasi Sama-sama Penelitian
Abadiah Fenomenologi Deskriptif perhitungan/ membahas yang
(2020) makna laba periaku tentang dilakukan oleh
dan penetuan pedagang kaki makna laba Mutiatul
bagi pedagang limaterhadap dan Abadiah
kaki lima aktivitas penentuan memiliki
dibelakang operasi harian laba bagi perbedaan dari
kampus UIN mereka. pedagang observasi
MAULANA Kemudian data kaki lima. deskriptif
MALIK akan dengan
IBRAHIM diorganisasikan menggunakan
MALANG. dan fenomenal
direstrukturisas sosial melalui
i dengan operasi teknis
32

menggunakan pedagang kaki


teori lima dan
hermeneutik. menggunakan
paradigma
hermeneutik,
sedangkan
metode ini
menggunakan
metode
fenomenologi.
3 Mukhlis Prospek usaha Kualitatif Peneliti Sama-sama Penelitian
(2011) pedagang Deskriptif menganalisis memabahas yang
keliling bagaimana cara tentang dilakukan oleh
menurut berdagang yang pedagang Mukhlis yakni
perspektif baik dan benar keliling. tentang usaha
ekonomi sesuai dengan pedagang yang
Islam perspektif berdagang atau
ekonomi Islam lebih
atau ajaran mengutamakan
Islam yang atau
sesungguhnya. mengandalkan
mengandalkan
laba dalam
perspektif
Islam.
Sedangkan
penelitian
yang sekarang
lebih ke
umumnya.
33

Pada bebrapa kasus pada Pedagamg Keliling, tidak banyak peneliti yang berkonsentrasi
pada akuntansi. Beberapa peneliti fokus pada penegakan hukum, sosial-budaya, atau ekonomi
makro. Penelitian tersebut biasanya diselenggarakan terbatas pada domisili tertentu dalam
observasinya.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti tersebut dikonsentrasikan pada obersvasi
pengaruh pedagang kaki lima, dalam sektor informal terhadap pertumbuhan di daerah Padang
Bolak. Penelitian ini menghubungkan elemen demografis terutama dalam masalah urbanisasi
terhadap kemandirian urban untuk memperoleh penghidupan di kota, sebagai pedagang kaki
lima.
Penelitian ini telah menunjukkan aspek kemapanan ekonomi dan perkembangan urban
dengan mendaikan pedagang keliling. Berarti, kerangka penelitian telah sejalan dengan
penelitian saat ini. Ini terkait pada outcome yan diharapkan oleh peneliti mengenai pertumbuhan
ekonomi mikro.
Namun demikian, penelitian ini tidak menjelaskan secara lebih dalam mengenai
bagaimana pedagang kaki lima beroperasi. Pebelitian ini tidak pula meneliti bagaimana
pedagang kaki lima menentukan perilakunya terkait proses produksinya. Lebih jauh lagi, tidak
ada penjelasan yang ditunjukkan terkait profitabilitas mereka. Oleh karena itu, penelitian ini
hanya memberikan gambaran mengenai fenomena sosial, yang sesuai dengan latar belakang
penelitian yang akan dilaksanakan.

C. Kerangka Teoritis/Berpikir
Penelitian ini adalah untuk menganalisis hermeunitika pedagang keliling, yang
direpresentasikan pada perilaku mereka, dalam membentuk rofitabilitas, analisis CVP
ditampilkan untuk memberikan acuan dan dasar penelitian untuk mengukur analisis dan eksekusi
manajemen operasi pedagang keliling. Lebih jauh lagi, penelitian ini akan secara dalam
menemukan metode yang digunakan pedagang dalam menjalankan bisnisnya, yang nantinya
akan diketahui sebagai indikator atau hasil dari penelitian. Dari latar belakang penelitian yang
disebutkan di atas, penelitian akan secara sistemats sebagai mana ditujukian pada tampilan
berikut:

Persepsi Pedagan
Teori Berdasar
Keliling Terhadap
Fenomena (Sasaran dan
Profit
Tujuan Penelitian)
34

Pendekatan
Hermeneutika
Analisis CVP (identifikasi
Pedagang keperilakuan dan
Keliling perhitungan akuntansi)

Objek Interpretasi

Perilaku Pedagang Keliling


Terhadap Persepsi Mereka
Representasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini berkontrasi pada penangkapan gambaran sebagai fenomena sosial melalui
operasi teknis pedagang keliling. Ini berarti bahwa, penelitian dikerjakan dengan menggunakan
banyak aspek sosial dan teknis yang memerlukan lebih banyak sumber dan pendekatan unutuk
memenuhi kebutuhan akan pembentukan pemahaman. Penelitian ini diklasifikasikan dengan
penelitian deskriptif yang merupakan penelitian terhadap masalah berupa fakta saat ini dari suatu
objek penelitian. Penelitian deskriptif adalah menjawab pertanyaan yang berkaitan langsung
dengan objek yang diteliti. Penelitian ini menekankan pada data yang diperoleh peneliti
dilapangan, semakin banyak data yang diperoleh maka semakin baiklah penelitian tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian
yang dimaksudkan untuk mendapatkan pemahaman tentang fenomena yang dialami subjek
penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Dalam penelitian kualitatif,
peneliti terlibat dalam konteks, dengan situasi dan setting fenomena alami sesuai yang sedang diteliti.
Setiap fenomena merupakan sesuatu yang unik, yang berbeda dengan lainnya karena berbeda konteksnya.
Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah untuk memahami kondisi suatu konteks dengan mengarahkan
pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi dalam suatu konteks yang alami
(natural setting), tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studi.23
Penelitian ini berusaha untuk memahami makna sesuai dengan informasi yang diberikan
oleh informan, karena penelitian ini merupakan analisis sosial yang menggunakan pendekatan
subyektifisme, yang berusaha memahami keadaan apa adanya. Paradigma yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah paradigma interpretif.
Peneliti merupakan instrumen utama dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan
data. Alat-alat yang lain seperti angket, tes, film, pita rekaman, dan sebagainya hanyalah sebagai
alat Bantu (bila memang diperlukan); bukan pengganti peneliti itu sendiri sebagai
pengkonstruksi realitas atas dasar pengalamannya di medan penelitian. 24 Adapun teori dalam
penelitian kualitatif hanya digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian agar tidak
menyimpang dari fakta lapangan.

23
Dr. Farida Nugrahani, Metode Penelitian Kualitatif, (Surakarta: Farida Nugrahani, 2010), h.4
24
Hardani, Helmina Anriani, dkk, Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, (Yogyakarta:CV
Pustaka Ilmu Grup Yogyakarta, 2020), hal. 17-18.
36

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ini dilakukan pada usaha Pedagang Keliling di Kecamatan Padang
Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara (PALUTA). Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
November sampai dengan Januari 2021.
C. Objek dan Subjek
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah yang menjadi pokok perhatian dari suatu penelitian. 25 Objek
penelitian merupakan sumber utama yang berfungsi sebagai topik yang diteliti oleh
peneliti. Objek penelitian yang dimaksud dalam penelitian ialah mengenai
pengoptimalan laba dalam pedagang keliling di Kecamata Padang Bolak.

3. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian yaitu yang memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti. 26
Subjek Penelitian kualitatif adalah orang yang dapat dijadikan sumber data untuk
memperoleh informasi, subjek dalam penelitian ini adalah para pelaku pedagang
keliling tersebut. Subjek yang ditelti dalam penelitian kualitatif disebut juga informn
yang dijadikan teman bahkan konsultan untuk menggali informasi yang dibutuhkan
peneliti.27

D. Jenis dan Sumber Data


Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif yang merupakan jenis data
yang disajikan dalam bentuk kata-kata yang memiliki makna. Data-data tersebut diperoleh dari
observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Pada intinya data kualitatif dalah data
yang bukan merupakan bilangan angka sehingga tidak dianalisis dengan ilmu statistik
(statistika).
Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data skunder.
1. Data Primer

25
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar, (Jakarta : Bumi Aksara, 1989) h,
21.
26
Lexy J Moleong, Metode Peneltian Kualitatif,(ed. Revisi), (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), h. 34.
27
Salim, Syahrum. Metode Peneltian Kualitatif, (Bandung: Ciptapustaka Media, 2012), h.53.
37

Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilpangan oleh
orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan dan memerlukannya. Data
primer di dapat dari sumber informan yaitu individu atau perorangan seperti hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Data primer ini antara lain :
a. Catatan hasil wawancara.
b. Hasil observasi lapangan.
c. Data-data mengenai informan.28
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (peneliti sebagai orang kedua).
Data sekunder juga dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik
(BPS), Buku, Jurnal, Laporan, dan lain-lain. Data ini digunakan untuk mendukung
informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian
terdahulu, buku, dan lain sebagainya.
Pemahaman terhadap kedua jenis data di atas diperlukan sebagai landasan dalam
menentukan teknik serta langkah-langkah pengumpulan data-data penelitian.29

E. Teknik Pengumpulan Data


Salah satu kegiatan penelitian adalah pengumpulan data. Kegiatan pengumpulan
data dilakukan dengan teknik tertentu dan menggunakan alat tertentu yang sering disebut
dengan instrumen penelitian. Data yang diperoleh dari proses tersebut kemudian
dihimpun, ditata, dianalisis untuk menjadi informasi yang dapat menjelaskan suatu
fenomena atau yang keterkaitan antara fenomena.30 Instrumen untuk teknik pengumpulan
data tersebut pada penelitian kualitatif menggunakan beberapa metode yaitu :
1. Observasi
Menurut Nawawi & Martini (1991) Observasi adalah pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau
gejala-gejala dalam objek penelitian. Tujuan dilakukannya observasi untuk
28
M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2002), h. 82.
29
Dr. Sandu Siyoto, Ali Sodik, Dasar Metode Penelitian, (Karanganyar: Literasi Media
Publishing, 2015), h. 68.
30
Dr. Mamik, Metode Kualitatif, (Taman Sidoarjo: Jl. Taman Pondok Jati J 3, 2015), h. 78.
38

mengamati lokasi penelitian secara langsung terhadap pedagang keliling di


kecamatan Padang Bolak.
2. Wawancara
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengumpulan data dengan
cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden caranya adalah dengan
bercakap-cakap secara tatap muka. Pada penelitian ini yang menjadi sasaran
wawancara adalah para pedagang keliling atau kaki lima.
3. Dokumentasi
Dokumentasi berkaitan dengan suatu kegiatan yang khusus berupa pengumpulan,
pengolaha, dan penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan. Kumpuln
bahan atau dokumen yang dapat digunakan sebagai asas bagi sesuai kejadian,
penghasilan sesuatu terbitan.31 Jadi dengan demikian penulis hanya mengadakan
penelitian dengan mengamati dan mencatat hal-hal yang diperlukan.
4. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari dan mengambil data dari literature
terkait dan sumber-sumber lain seperti buku, catatan maupun laporan hasil
penelitian terdahuluyang dianggap dapat memberikan informasi mengenai
penelitian ini.32

F. Tekhnik Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji analisis
deskriptif yang menggambarkan tentang keadaan di lapangan secara jelas lalu
menganalisis data yang sudah diperoleh untuk ditarik sebuah kesimpulan. Data
yang diperoleh dalam lapangan segera harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan
analisis. Cara-cara yang dapat diikuti yaitu reduksi data, display data, dan
mengambil kesimpulan dan verifikasi.33
1. Reduksi data

31
Nur Ahmadi Bi Rahmani, Metode Penelitian Ekonomi, (Medan: FEBI UIN-SU Press, 2016), h.
51.
32
Wiratna, Sujarweni, Mteode Penelitian Bisnis dan Ekonomi. (Yogyakarta: Pustaka Baru Press,
2015), h. 157.
33
Ibid, h. 80.
39

Data yang diperoleh dalam lapangan ditulis/diketik dalam bentuk uraian


atau laporan yang terinci.
2. Display data
Agar dapat melihat gambaran yang keseluruhannya atau bagian-bagian
tertentu dalam penelitian itu, harus diusahakan membuat matriks, grafik,
networks, dan charts.
3. Mengambil kesimpulan dan verifikasi
Kesimpulan itu mula-mula masih sangat tentatif, kabur, diragukan, akan
tetapi dengan bertambahnya data, maka kesimpulan itu lebih “grounded”.
DAFTAR PUSTAKA

Pro, Surya. 2019. “Sejarah Negara: Ciri Negara Berkembang Menurut Doeljoni dan Todara”.
https://www.sejarah-negara.com/2323/ciri-negara-berkembang/#, diakses pada 22 Agustus
2019.

Romi, Syahrur, dan Umiyati Etik, 2018. “ Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Upah Minimum
Terhadap Kemiskinan di Kota Jambi”. Volume 7(hlm. 1-2). Kota Jambi.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2017. “Artikel Pembangunan dan Pertumbuhan


Ekonomi”. https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/artikel-pembangunan-pertumbuhan-ekonomi-
75, diakses pada 15 Februari 2017 pukul 9.53.

Geograph88. 2019. “ Indikator Kualitas Penduduk Negara(Pendidikan, Kesehatan, dan


Pendapatan”,https://geograph88.blogspot.com/2019/11/indikator-kualitas-penduduk-
negara.html?m=1, diakses pada 11 November 2019, pukul 20.17

Ibid.

Damayanti, Erin. “Pedagang Kaki Lima”, Universitas BRAWIJAYA, Fakultas Administrasi


Publik, 2014. hal. 2

Rosita, Popy. “Kajian Karakteristik Pedagan Kaki Lima (PKL) Dalam Beraktivitas Dan
MemiliH Lokasi Berdagang Di Kawasan Perkantoran Kota Semarang”, Universitas Diponegoro,
Fakultas Tekhnik, 2006. hal. 1-2

Aisyah, dkk. 2017. “Analisis Makna Keuntungan Menurut Pedagang Kaki Lima Disepanjang
Jalan Ahmad Yani” Jurnal Akuntansi Program S1. Volume 7 (hlm. 3-4).
41

Wowor, Andre S dan Mangantar, Maryam. 2014. “Laba Bersih Dan Tingkat Risiko Harga
Saham Pengaruhnya Terhadap Dividen Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia”. Jurnal EMBA. Vol. 2 Hal. 13-23.

Rochayatun, Sulis dan Andriyani, Fitri. 2018. “ LABA : Ketidakstabilan Makna”, JEAM.
Volume 17. Hal, 123-124.

Munir, Rajil. 2017. “Pengertian Laba, Karakteristik, Unsur-Unsur, Jenis-Jenis dan Faktor yang
Memengaruhi Laba” https://teropong.id/forum/2017/09/30/Pengertian-Laba-Karakteristik-
Unsur-unsur-jenis-jenis-dan-faktor-yang-mempengaruhi-Laba/, diakses pada 30 September
2017, pukul 20:15.

Ardiansyah, Gumelar. 2020. “Pengertian Laba dan Unsur-unsur”,


https://guruakuntansi.co.id/laba-adalah/, diakses pada 13 November 2020 pukul 10.27.

Novita, Wawan dan Salam, Salam. 2016. “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Laba Usaha Dagang Pada Pedagang Sembako Muslim (Studi Kasus Di Pasar Tradisional
Bantul)”. Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia. Vol VI. Hal. 62-72.

Guru Ekonomi, 2021. “Pengertian Laba” https://sarjanaekonomi.co.id/pengertian-laba/ , diakses


pada 27 Januari 2021, pukul 11.00.

Devina Chintya, 2019. “Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencaan Laba Di Hotel
Zodiak Sutami Bandung”. Skiripsi, Fakultas Administrasi Hotel, Jurusan: Studi Administrasi
Hotel, (Bandung: Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, 2019), Hal. 35-36.

PALMER, R. E. “Hermeneutics. Interpretation Theory in Schleiermacher, Dilthey, Heiddeger


and Gadamer, (Evanston: 1969), h. 8

Hadi W.M, Abdul. Hermeneutika Sastra Barat & Timer, Jakarta: Sadra International Institute,
2014.
42

Tamama, Nuri Nisak. 2019. “Hermeneutika Laba Dalam Perspektif Islam”. Artikel Skiripsi,
Fakultas: Ekonomi dan Bisnis, Jurusan: Akuntansi, Universitas Wiraraja, Sumenep. Hal.15-16.

Annisa, Ratmi, 2017. “Analisis Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi Dengan Laba Fiskal Dan
Komponen Laba Terhadap Persistensi Laba”. Jurnal Akuntansi Dan Bisnis. Volume 17. Hal:61-
75.

Nugrahani, Farida. “ Metode Penelitian Kualitatif”. Surakarta: Farida Nugrahani 2010.

Hardani, Anriani, Helmina, dkk. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta:CV
Pustaka Ilmu Grup Yogyakarta, 2020.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pengantar, Jakarta : Bumi Aksara, 1989.

J. Moleong, Lexy. Metode Peneltian Kualitatif,(ed. Revisi), Bandung: Remaja Rosdakarya,


2005.

Syahrum, Salim. Metode Peneltian Kualitatif, Bandung: Ciptapustaka Media, 2012.

Iqbal Hasan, M. Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, Bogor: Ghalia
Indonesia, 2002),

Siyoto, Sandu dan Sodik, Ali Dasar Metode Penelitian, Karanganyar: Literasi Media Publishing,
2015.

Dr. Mamik, Metode Kualitatif, Taman Sidoarjo: Jl. Taman Pondok Jati J 3, 2015)

Bi Rahmani, Nur Ahmani. Metode Penelitian Ekonomi, Medan: FEBI UIN-SU Press, 2016.
43

Wiratna, Sujarweni, Mteode Penelitian Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press,
2015.
Ibid.

Anda mungkin juga menyukai