PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang suda ada di dalamnya bagi
segala sesuatu berdasarkan fikiran
Fisafaat adalah pandagan hidupseseorang atau sekelompok orang yang merupakan
konsep dasar mengenai kehiduppan yang di cita-citakan
Filsafat juga di artikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam
memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan
menyentuh dengan segala hubungan.
Menurut HARUN NASUTION filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan
bebas (tak terikat tradisi,dogma atau agama)dan dengan sedalam-dalamnya sehingga
sampai ke dasar-dasar persoalan
Menurut PLATO (427-347 SM ) filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada.
Menurut ARISTOTELES (384-322 SM)yang merupakan murid plato menyatakan filsafat
menyelidiki sebab dan asas segala benda.
Menurut MARCUS TULLIUS CICERO(106-43 SM) mengatakan bahwa filsafaat adalah
pengethuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha untuk mencapainya.
Menurut AL FARABI (wafat 950 M) filsuf muslim tersebar sebelum ibnu sina,menyatakan
filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki
hakikatnya yang sebenarnya.
PENGERTIAN ILMU
Kata ilmu dalam bahasa arab “ilm” yang berarti memahami,mengerti,atau mengetahui.
Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu
pengetahuan dan ilmu social dapat berarti mengetahui masalah-masalah social,dan
sebagainya.
Ilmu sains atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki,menemukan,dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan dalam alam manusia seni ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti.ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkungan pandanganya dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasanya.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge),tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang di sepakati dan dapat secara sistematik diuji
dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari
sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai
pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistomologi.
SYARAT-SYARAT ILMU
Berbeda dengan pengetahuan ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa
penyebab sesuatu dan mengapa ada persyratan ilmiah sesuatu yang dapat di sebut
sebagai ilmia. Sifat ilmia sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh pradigma ilmu-
ilmu alam yang telah ada terlebih dahulu.
1. Objektif ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari suatu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya,tampak dari luar maupun bentuk dari dalam.
Objeknya dapat bersifat ada, atau mugkin ada karena masih harus diuji
keberadaanya, yakni persesuain antara tahu dengan objek, sehinggah di sebut
kebenaran objektif,bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek
penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemugkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran, konsekuensinya,harus ada
cara tertentu yang di gunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmia.
3. Sistematis dalam perjalananaya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu
objek,ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis
sehingga membentuk dua system yang berarti secara utuh,menyeluruh terpadu
dan mampu menjelaskan ragkain sebab akibat menyangkut objeknya.
Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkain sebab akibat
merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang
bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh semua segi tiga bersudut 180◦
karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat . belakangan ilmu-
ilmu social menyadari kader ke –umum-an (universal) yang di kandungnya
berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia
karena itu untuk mencapai tingkat universal dalam ilmu-ilmu social,harus
tersedia konteks dan tertentu pula.
PENGERTIAN PENGETAHUAN
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengetahuan berarti segala sesuatu
yang diketahui, kepandaian, atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata
pelajaran).
Adapun pengetahuan menurut beberapa ahli adalah :
Menurut Pudjawidjana (1983) pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas
rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek dengan indera dan
pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah
objek tertentu.
Menurut Ngatimin (1990) pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan-bahan yang
telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan
yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan
ingatan akan keterangan yang sesuai.
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini
setelah orang melakukan penginderaan terhadahap objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Deduktif Induktif
Jika semua premis benar Jika premis benar, kesimpulan
maka kesimpulannya pasti mungkin benar, tapi tak pasti
benar benar.
Semua informasi atau fakta Kesimpulan memuat
pada kesimpulan sudah ada, informasi yang taka da,
sekurangnya secara implist. bahkan secara implisit dalam
Dalam premis premis.
KEGUNAAN LOGIKA
Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional,
kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat dan objektif.
Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berfikir secara tajam dan
mandiri.
Memaksa dan mendorong orang untuk berfikir sendiri dengan menggunakan asas-
asas sistematis.
Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berfikir,
kekeliruan, serta kesesatan.
Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
Terhindar dari klenik, tahayul atau kepercayaan turun-temurun (Bahasa jawa : gugon-
tuhon)
Apabila sudah mampu berfikir rasional, kritis, lurus, metodis dan analitis sebagaimana
tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.
MACAM-MACAM LOGIKA
1. Logika alamiah
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berfikir secara tepat dan lulus
sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan yang subjektif. Kemampuan
logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari dengan memberi contoh
penerapan dalam kehidupan nyata.
2. Logika ilmiah
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi.
Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati
dalam setiap pemikiran.
Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat,
lebih teliti, lebih muda, dan lebih aman.
Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau paling tidak
dikurangi.
SUMBER PENGETAHUAN
1. Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos artinya pengalaman
Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya, dan
bila dikembalikan kepada kata Yunani nya, pengalaman yang dimaksud adalah
pengalaman inderawi.
Manusia tahu es dingin karena ia menyentuhnya, gula manis karena ia mencicipinya.
Empirisme ialah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis
dan ada bukti empiris.
Pengetahuan inderawi bersifat parsial, itu disebabkan oleh adanya perbedaan antara
indera yang satu dengan yang lainnya berhubungan dengan sifat khas psikologis
indera dan objek yang dapat ditangkap sesuai dengannya.
Setiap indera perangkap aspek yang berbeda menganai barang atau makhluk yang
menjadi objeknya. Jadi pengetahuan inderawi berada menurut perbedaan indera dan
terbatas pada skabilitas organ-organ tertentu (Anton Dakker dan Ahmad Charris
Zubair, 1994 : 22).
Teori empirical mengatakan bahwa penginderaan adalah satu-satunya yang
membekali akal manusia dengan konsepsi-konsepsi dan gagasan-gagasan dan (bahwa
potensi mental akal budi) adalah potensi yang tercermin dalam berbagai persepsi
indrawi.
Jadi, ketika kita mengindera sesuatu, kita dapat memiliki suatu konsepsi tentangnya
yakni menangkap form dari suatu itu dalam akal budi kita
Adapun gagasan yang tidak terjangkau oleh indera, tidak dapat diciptakan oleh jiwa,
tak pula dapat dibangunnya secara esensial dan dalam bentuk yang berdiri sendiri
(Baqir Ash-Shadr, Muhammad. 1994:32)
Akal budi, berdasarkan teori ini hanyalah mengelola konsepsi-konsepsi gagasan
indrawi. Hal itu dilakukannya dengan menyusun konsepsi-konsepsi tersebut atau
membaginya. Dengan begitu ia mengkonsepsikan sebongkah gunung emas atau
membagi-bagi pohon kepada potongan-potongan dan bagian-bagian atau dengan
abstraksi dan universalisasi. Misalnya dengan memisahkan sifat-sifat dari bentu itu
dan mengabstraksikan bentuk itu dari sifat-sifatnya yang tertentu agar darinya akal
dapat membentuk suatu gagasan universal.
Jadi langkah pertama dalam proses mendapat pengetahuan adalah hubungan primer
dengan lingkungan luar-inilah tahap penginderaan. Langkah kedua, adalah akumulasi
–yakni pengurutan dan pengorganisasian –semua pengetahuan yang telah kita
dapatkan persepsi-persepsi indrawi (Baqir Ash-Shadr, Muhammad. 1994:33)
2. Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan
pengukur pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur dengan akal
pula. Dicari dengan akal itulah dicari dengan berpikir logis.
Diukur dengan akal artinya diuji apakah temuan itu logis atau tidak. Bila logis benar; bila
tidak salah. Dengan akal inilah aturan untuk manusia dan alam ini dibuat. Ini juga berarti
bahwa kebenaran itu bersumber pada akal (A. Tafsir, 2004; 30-31)
Teori rasionalis adalah teori para filsuf Eropa seperti Descartes (1596-1650) dan
Immanuel Kant (1724-1804) dan lain-lain
Teori-teori tersebut terangkum dalam kepercayaan adanya dua sumber bagi konsepsi.
Pertama, penginderaan (sensasi). Kita mengkonsepsikan panas, cahaya, rasa, dan suara
karena penginderaan kita terhadap semua itu. Kedua, fitriah, dalam arti bahwa akal
manusia memiliki pengertian-pengertian dan konsepsi-konsepsi yang tidak muncul dari
indera. Tetapi ia sudah ada (tetap) dalam lubuk fitriah. Jiwa menggali gagasan tertentu
dari dirinya sendiri ((Baqir Ash-Shadr, Muhammad. 1994:28-29)
Muhammad Baqir Ash-Shadr (1994:37) mengatakan dalam pandangan kaum rasionalis,
pengetahuan manusia terbagi menjadi dua:
Pertama, pengetahuan yang mesti yaitu bahwa akal mesti mengakui suatu
proporsi tertentu tanpa mencari dalil atau bukti kebenarannya. Akal, secara
alami mesti mencarinya, tanpa bukti dan penetapan apapun.
Kedua, informasi dari pengetahuan teoritis, akal tidak akan mempercayainya
kebenaran beberapa proporsi, kecuali dengan pengetahuan-pengetahuan
pendahulu.
3. Intuisi-Wahyu
KEBENARAN
Pengertian Kebenaran
Dengan akal itulah aturan untuk mengatur manusia dan alam itu di buat. Ini juga berarti
bahwa kebenaran itu bersumber dari akal.
Rasinalisme itu berpenderian, sumber pengetahuan terletak pada akal bukan karena
rasionalisme mengingkari nilai pengalaman,melainkan pengalaman paling-paling
dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran.
Rasionalisme adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat
terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan.
Kelemahan rasionalisme adalah memahami objek diluar cakupan rasionalitas sehingga
titik kelemahan mengandung keritikan tajam ,sekaligus memulai permusuhan baru
dengan system-sistem filosofis yang subjektif tersebut.
Doktrin-doktrin filsafat rasio cenderung mementingkan subjek dari pada objek ,
sehingga rasionalisme hanya berfikir yang keluar dari akal budinya saja yang
benar,tampa memerhatikan objek rasional secara peka.
Kebenaran Menurut Emperisme Mengatakan bahwa ayng benar yang ada bukti
emperis.dengan emperisme aturan (untuk mengatur manusia dalam alam ) itu di buat.
Emperisme juga memiliki kekurangan yaitu belum terukur. Emperisme hanya sampai pada
konsep-konsep yang umum. Seorang emperisme biasanya berpendirian,kita dapat memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan diperoleh dengan perantaqraan indra.
Terukur iyalah sumbagan penting positivesme. Positivesme suda dapat disetujui untuk
memulai upaya membuat aturan untuk mengatur manusia dan mengatur alam.
Positivesme mengatakan ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta-
fakta sajalah yang dapat menjadi objek pengetahuan.
Dengan demikian, positivesmemenolak keberadaan segala kekuatan atau objek
dibelakang fakta. Menolak segala penggunaan metoda diluar yang di gunakan untuk
menelaah fakta.
Kebenaran koherensi, suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan itu bersifat
koheran atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelum yang di anggap benar.
Kebenaran korespondensi, jika materi pengetahuan yang di kandung pernyataan itu ber
korespondensi(berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Kebenaran pragmatis, suatu pernyataan diukur dengan kreteria apakah pernyataan
tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis artinya, suatu pernyataan adalah
benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan
praktis dalam kehidupan manusia. Pragmatisme suatu aliran filsafat yang mempunyai
doktrin-doktrin filsafati melainkan teori dalam penentuan kreteria kebenaran.
b. Tahap Metafisik
Dalam tahap ini, manusia berkeyakinan bahwa kekuatan abstrak dan bukan
personifikasi Tuhan adalah sumber kekuatan fisik maupun social.
Dengan kata lain, ketika manusia mencoba menjelaskan berbagai peristiwa dan
fenomena alam, manusia mencoba melakukan abstraksi dengan kekuatan akal
budaya, sehigga diperoleh pengertian-pengertian metafisis.
Prinsip-prinsip penjelasan tentang realitas, fenomena dan berbagai peristiwa dicari
dari alam itu sendiri. Akan tetapi, penjelasan yang dilakukan belum bersifat empiric,
maka cara menjelaskan berbagai realm kehidupan itu tidak berhasil membuahkan
ilmu pengetahuan baru, dan belum dapat menjelaskan hukum alam, kodrat
manusia, keharusan mutlak dan berbagai dan pengertian lainnya.
Menurut comte, cara berfikir metafisik ini sebenarnya adalah pergantian nama dari
cara berfikir teologis. Baginya, cara berfikir manusia harus keluar dari tradisi teologis
maupun metafisik untuk menghasilkan pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai
sarana mencari kebenaran.
c. Tahap Positivistic
Dalam tahap ini, manusia sampai pada pengetahuan yang tidak lagi abstrak,
tetapi pasti, jelas dan bermanfaat, selain itu masyarakat mempercayai
pengetahuan ilmiah dan manusia berkonsentrasi pada kegiatan observasi untuk
menemukan keteraturan dunia fisik maupun social.
Pada tahap ini, gejala alam diterangkan oleh akal budi berdasarkan hukumnya
yang dapat ditinjau, diuji dan dibuktikan atas dasar metode empiris.
Manusia tumbuh menjadi kekuatan yang mampu menggunakan akal budinya
untuk menemukan pengetahuan baru, yang menjadi focus perhatian ilmu
pengetahuan adalah jawaban atas pertanyaan, “ bagaimana sesuatu dapat
terjadi, hujan kenapa terjadi ?”
Orde empirik yang disandarkan pada pencerahan akal budi, seperti yang
diimpikan oleh Rene Descarles (1596-1660) berkeinginan untuk mendasarkan
keyakinannya pada sebuah landasan yang mempunyai kepastian yang mutlak.