Anda di halaman 1dari 13

PENDEKATAN SOSIO EMOSIONAL

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Kelas

Disusun Oleh : Kelompok 5

Ahmad Jazuli Sofyan (210914040)

Kelas : TI.B

Dosen Pengampu:

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDY TADRIS BAHASA INGGRIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONOROGO
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seorang guru memiliki peranan sebagai pengelola aktivitas yang harus
bekerja berdasar pada kerangka acuan pendekatan pengelolaan kelas.
Mengelola kelas dalam proses pemecahan masalah bukan terletak pada
banyaknya macam kepemimpinan dan kontrol, tetapi terletak pada
ketrampilan memberikan fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap peserta
didik. Pemecahan masalah merupakan proses penyelesaian yang beragam,
ini tergantung pada sumber permasalahan.
Guru harus memiliki, memahami dan terampil dalam menggunakan
macam-macam pendekatan dalam pengelolaan kelas, meskipun tidak semua
pendekatan yang dipahami dan dimilikinya dipergunakan bersamaan atau
sekaligus. Dalam hal ini , guru dituntut untuk terampil memilih atau bahkan
memadukan pendekatan yang menyakinkan untuk menangani kasus
manajemen kelas yang tepat dengan masalah yang dihadapi.
Di kelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan
berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar
belakang dan sifat-sifat individualnya. Kurikulum dengan segala
komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok
bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari
pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas.
Mengingat pentingnya pendekatan dalam pengelolaan kelas, maka pada
makalah ini penulis akan membahas mengenai salah satu pendekatan dalam
pengelolaan kelas yaitu Pendekatan Iklim Sosio-Emosional.
B. RUMUSAN MASALAH
Dengan melihat latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa
masalah. Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana pendekatan iklim sosio-emosional secara umum?
2. Bagaimana pendapat para ahli mengenai pendekatan iklim
sosioemosional?
3. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari pendekatan iklim sosio-
emosional?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tentang pendekatan sosio-emosional
2. Untuk mengetahui cara menciptakan kondisi sosio-emosional yang
positif serta kelebihan dan kekurangan dari pendekatan iklim sosio-
emosional.
D. MANFAAT
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini :
1. Memberikan informasi pada pembaca tentang pendekatan dan
pentingnya iklim sosio-emosional.
2. Dapat menjadi pedoman bagi calon guru dalam menerapkan
pendekatan iklim sosio-emosional dalam kelas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENDEKATAN IKLIM SOSIO-EMOSIONL SECARA UMUM


Pendekatan Iklim Sosio-Emosional dalam pengelolaan kelas berakar
pada psikologi penyuluhan (konseling) dan klinis sehingga menekankan
pentingnya hubungan interpersonal. Guru adalah penentu utama dari
hubungan interpersonal dan iklim (suasana) kelas. Dengan demikian, tugas
yang amat pokok bagi guru ialah membangun hubungan interpersonal dan
mengembangkan iklim sosio-emosional yang positif.
Pendekatan iklim sosio-emosional akan tercapai secara maksimal
apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas.
Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan murid serta
hubungan antar murid. Dalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan
hubungan tersebut. Oleh karena itu, seharusnya guru mengembangkan iklim
kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas untuk
terciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan
sikap mengayomi atau sikap melindungi.

B. KONDISI SOSIO-EMOSIONAL
Suasana sosio-emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh
yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan peserta didik
merupakan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran.

1. Tipe Kepemimpinan
Peranan guru, tipe kepemimpinan guru, atau administrator akan mewarnai
suasana emosional didalam kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada
otoriter akan menghasilkan sikap peserta didik yang submissive atau apatis.
Tapi dipihak lain juga akan menumbuhkan sikap yang agresif.

Kedua sikap peserta didik yaitu apatis dan agresif ini dapat merupakan
sumber problem pengelolaan, baik yang sifatnya individual maupun kelompok
kelas sebagai keseluruhan. Dengan tipe kepemimpinan yang otoriter peserta
didik hanya akan kalau ada gurdan kalau guru tidak mengawasi maka semua
aktivitas menjadi menurun aktivitas proses belajar mengajar sngat tergantung
pada guru dan menuntut sangat banyak perhatian dari guru.

Tipe kepemimpinan yang cenderung kepada laissez-faire biasanya tidak


produktif walaupun ada pemimpin. Kalau guru ada peserta didik lebih banyak
melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Dalam
kepemimpinan tipe ini malahan biasanya aktivitas peserta didik lebih produktif
kalau gurunya tidak ada. Tipe ini biasanya lebih cocok bagi peserta didik yang
innerdirected dimana peserta didik tersebut aktif, penuh kemauan, berinisiatif,
dan tidak selalu menunggu pengarahan . akan tetapi kelompok peserta
disemacam ini biasanya tidak cukup banyak.
Tipe kepemimpinan guru yang lebig menekankan kepada sikap demokratis
lebih memungkin terbinanya sikap persahabatan guru dan peserta didik dengan
dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu
menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi proses
belajar-mengajar yang optimal, peserta didik akan belajar secara produktif baik
pada saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru. Dalam kondisi semacam ini
biasanya problema pengelolaan bisa dibatasi sedikit mungkin.

2. Sikap Guru
Sikap guru dalam menghadapi peserta didik yang melanggar peraturan
sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan
bahwa tingkah laku peserta didik akan dapat diperbaiki. Kalau guru terpaksa
membenci, bencilah tingkah laku peserta didik dan bukan membenci peserta
didik.

Terimalah peserta didik dengan hangat kalau ia insyaf akan kesalahannya.


Berlakulah adil dalam bertindak dan ciptakan satu kondisi yang menyebabkan
peserta didik sadar akan kesalahannya dan ada dorongan untuk memperbaiki
kesalahannya.

3. Suara Guru
Suara guru walaupun bukan faktor yang besar tetapi turut mempunyai
pengaruh dalam belajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa
tinggi atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh peserta didik secara
jelas dari jarak yang agak jauh akan membosankan dan pelajaran tidak akan
diperhatikan. Suasana semacam ini mengundang tingkah laku yang tidak
diinginkan.

Suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang
penuh kedengarannya rileks akan mendorong peserta didik untuk lebih berani
mengajukan pertanyaaan, mencoba sendiri, melalukan percobaan terarah, dan
sebagainya. Tekanan suara hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan
peserta didik yang mendengarnya.

4. Pembinaan Raport
Sekali lagi ingin kita tekankan bahwa pembinaan hubungan baik dengan
peserta didik dalam masalah pengelolaaan sangat penting. Dengan hubungan
baik guru peserta didik senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat,
bersikap optimistik, serta realistik dalam kegiatan belajar yang sedang
dilakukannya.
C. PENDEKATAN SOSIO-EMOSIONAL MENURUT PARA AHLI

Dalam pendekatan iklim sosio-emosional dalam pengelolaan kelas terdapat


beberapa pakar yang mengemukakan pendapatnya, yaitu :

a) Menurut Carl A. Rogers

Ide yang menyangkut ciri-ciri pendekatan iklim sosio-emosional ini dapat


dijumpai dalam tulisan-tulisan Carl Rogers. Pokok pikiran Rogers menyatakan
bahwa faktor yang amat berpengaruh terhadap peristiwa belajar adalah mutu
sikap yang ada dalam hubungan interpersonal antara guru (sebagai fasilitator)
dan siswa (sebagai pelajar). Menurut Rogers, beberapa sikap yang perlu dimiliki
guru untuk membantu siswa belajar adalah :

Sikap kesadaran akan diri sendiri, keterbukaan dan tidak berpura-pura.

Guru perlu mengenal dirinya dengan baik dan menampilkan dirinya sendiri
sebagai mana adanya. Guru hendaknya menyadari perasaan – perasaannya
sendiri, menerima perasaan itu dan jika perlu mengkomunikasikan perasaan itu.
Tindakan guru harus sesuai dengan perasaan itu dan tidak pernah berpura –
pura. Pengembangan hubungan interpersonal dan iklim sosio – emosional yang
positif amat dipengaruhi oleh kemampuan guru menampilkan dirinya
sebagaimana adanya. Menurut Rogers, penampilan diri sebagaimana adanya
merupakan sikap yang paling penting yang mempengaruhi proses belajar.

Sikap menerima, menghargai, mau membantu, dan percaya.

Penerimaan guru merupakan sikap kedua yang juga amat penting dalam
membantu siswa belajar. Penerimaan guru mengisyaratkan bahwa guru
memandang siswa sebagai individu yang berharga. Hal ini juga menandakan
adanya kepercayaan guru kepada siswa. Jika tingkah laku siswa diterima guru,
maka siswa itu akan merasa bahwa ia dipercaya dan dihormati. Dengan
demikian, guru yang menghormati dan mempercayai siswa akan mempunyai
kesempatan yang besar untuk menciptakan iklim sosio emosional yang dapat
membantu kesuksesan belajar siswa. Sikap mau mengerti dengan penuh empati

Pengertian dengan penuh empati merupakan kemampuan guru untuk memahami


keadaan siswa sesuai dengan pandangan siswa itu sendiri. Kemampuan ini
menunjukkan kepekaan guru terhadap perasaan – perasaan siswa dan kepekaan
guru untuk tidak memberikan penilaian terhadap keadaan siswa. Pengertian
mendalam yang tanpa disertai penilaian ini perlu dilengkapi empati dari guru
terhadap siswa. Jika hal ini terjadi, maka siswa akan merasa bahwa guru
mengerti apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh siswa. Dengan demikian,
hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif akan
berkembang, dan selanjutnya pengaruh besar terhadap kegitan belajar siswa.

b) Menurut Haim C. Ginnot


Dalam pengembangan iklim sosio-emosional yang positif Ginot
menekankan pentingnya komunikasi yang diselenggarakan oleh guru.
Yang amat perlu diperhatikan adalah komunikasi itu ialah bahwa guru
hendaklah membicarakan keadaan yang dijumpai pada waktu itu dan
tidak membicarakan pribadi ataupun sifat-sifat siswa. Jika guru
dihadapkan pada perilaku siswa yang tidak menyenangkan, guru
disarankan agar menjelaskan apa yang dilihatnya, apa yang dirasakan,
dan apa yang sebaliknya dilakukan. Sebagai tambahan, Ginot
mengemukakan sebuah daftar saran tentang cara-cara yang hendaknya
dilakukan oleh guru dalam berkomunikasi secara efektif, yaitu sebagai
berikut
1). Alternatif pembicaraan pada keadaan siswa. Janganlah menilai
sifat atau pribadi siswa, sebab hal ini dapat merendahkan
martabat siswa.
2). Jelaskanlah keadaan sebagaimana adanya, nyatakanlah perasaan
tentang keadaan itu, dan jelaskan harapan anda berkenaan dengan
keadaan itu.
3). Kemukakanlah perasaan yang benar-benar keluar dari hati sanubari
anda untuk membangkitkan pemahaman para siswa tentang
keadaan yang mereka hadapi.
4). Hilangkanlah kekerasan dengan himbauan kerjasama dan penyajian
kesempatan bagi para siswa untuk bertindak secara bebas.
5). Kurangilah keengganan/penolakan siswa dengan jalan tidak
memerintah atau menuntut mereka melakukan sesuatu yang dapat
membangkitkan sikap mempertahankan diri.
6). Kenalilah, terimalah dan hormatilah ide-ide serta perasaan-
perasaan siswa yang dapat membangkitkan kesadaran akan harga
diri mereka.
7). Hindarkanlah usaha diagnosis dan pragnosis yang
menghasilkan pemberian ciri – ciri tertentu pada siswa yang
seringkali tidak tepat .
8). Jelaskan prosesnya, bukan menilai hasil-hasilnya atau
orangnya. Berikanlah bimbingan bukan kritik.
9). Hindarilah pertanyaan-pertanyaan atau komentar-komentar
yang dapat menimbulkan kemarahan atau sikap bertahan.
10). Hindarilah penggunaan kata-kata kasar, sebab hal itu dapat
menghilangkan harga diri siswa.
11). Tahanlah keinginan untuk memberi pemecahan masalah yang
segera terhadap masalah yang dihadapi siswa: pakailah waktu yang
tersedia untuk membimbing siswa sehingga mereka mampu
mengatasi sendiri masalah itu.
12). Berusahalah untuk berbicara singkat saja misalnya hindari
pemberian ceramah yang panjang – lebar dan bertele – tele karena
hal itu tidak akan memotivasi siwa.
13). Perhatikan dan amatilah pengaruh kata-kata tertentu terhadap
siswa.
14). Pakailah pujian-pujian yang bersifat menghargai siswa, karena
hal itu bersifat produktif misalnya hindarilah pemakaian pujian –
pujian atas pertimbangan – pertimbangan yang tidak wajar, karena
hal itu bersifat destruktif.
15). Dengarkanlah apa yanng dikatakan para siswa dan doronglah
mereka untuk menyatakan ide – ide dan perasaan – perasaan
mereka.

D. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENDEKATAN SOSIO-


EMOSIONAL
1. Kelebihan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
ü Siswa merasa nyaman di kelas kerena terjalin hubungan yang baik
dengan guru.
ü Penyelesaian suatu masalah dipecahkan bersama melalui pertemuan
kelas.
ü Pelajaran diyakini akan lebih mudah diterima karena siswa merasa
nyaman, tentram dan aman dengan situasi yang ada.
ü Terbinanya sikap demokratis.
ü Selalu ada penghargaan , jadi setiap kegagalan tidak akan membunuh
motivasi siswa.
ü Siswa belajar untuk saling menghargai teman ataupun guru.
2. Kelemahan Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
ü Apabila hubungan siswa terlalu dekat dengan guru atau guru terlalu
baik akan menimbulkan sikap siswa yang terlalu bebas.
ü Sulit untuk memahami karakter emosi setiap siswa di kelas, maka
diperlukan ketrampilan guru yang lebih untuk membuat iklim sosio
emosional yang kondusif.[4]

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendekatan iklim sosio-emosional dalam pengelolaan kelas berakar pada
psikologi penyuluhan (konseling) dan klinis sehingga menekankan
pentingnya hubungan interpersonal. Pendekatan iklim sosio-emosional akan
tercapai secara maksimal apabila hubungan antara pribadi yang baik
berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara
guru dan murid serta hubungan antar siswa. Di dalam hal ini, guru
merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut.
Pada pendekatan iklim sosio-emosional, terdapat beberapa pakar atau
ahli yang mengemukakan pendapatnya, yaitu Carl Rogers, Haim C. Ginnot,
William Glasser, dan Rudolf Dreikurs. Carl Rogers menekankan pentingnya
mutu sikap dalam hubungan interpersonal antara guru dengan siswanya.
Haim C. Ginnot, menekankan pentingnya komunikasi yang diselenggarakan
oleh guru. William Glasser menekankan pentingnya kebutuhan akan
identitas diri, sedangkan Rudolf Dreikurs beranggapan tingkah laku dan
keberhasilan siswa tergantung pada suasana demokratis yang ada di dalam
kelas.
Pendekatan iklim sosio-emosional memiliki beberapa kelebihan dan
kelemahan. Beberapa kelebihan dari pendekatan iklim sosio-emosional
adalah siswa merasa nyaman karena terbinanya hubungan yang baik antara
guru dan penyelesaian masalah dilakukan dengan pertemuan kelas.
Kelemahan pendekatan iklim sosio-emosional adalah jika hubungan siswa
terlalu dekat dengan guru atau guru terlalu baik akan menimbulkan sikap
siswa yang terlalu bebas.

B. SARAN
Dalam menerapkan pendekatan iklim sosio-emosional di dalam kelas,
guru sebaiknya memahami betul mengenai pendekatan iklim sosio-
emosional sehingga dalam penerapannya di kelas diperoleh hasil yang
maksimal

[1] http://kencanadewidotnet.wordpress.com/2012/02/03/pendekatan-iklim-
sosio-emosional-dalam-pengelolaan-kelas/
[2] Rohani Ahmad, PENGELOLAAN PENGAJARAN,(Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2004), hal 130-131.
[3] Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional Cetakan XIII, ( Bandung : Remaja
Rosdakaarya, 2001 ). Hal 55
[4] Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional Cetakan XIII, ( Bandung : Remaja
Rosdakaarya, 2001 ). Hal 109

Anda mungkin juga menyukai