Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MATEMATIKA DASAR

“ INTEGRAL BAGIAN (II) ’’

Dosen Pengampu : Bapak Dr. Amirhud Dalimunthe, S.T, M.Kom

Disusun oleh :

Kelompok 8 PTIK – B 2022

ARDILAGO DAUD SURBAKTI : 5223351018

SAHLY NA'ILA PERMATA : 5223351020

AUFA INDIRA ANDA BAY : 5223351013

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

PRODI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMATIKA DAN KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang maha esa atas segala
nikmat dan rahmat-Nya yang senantiasa memberi kehidupan kepada makhluk-
Nya, dan dengan kasih sayang-Nya lah hingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Dalam rangka memenuhi tugas dari Bapak Dr. Amirhud
Dalimunthe ST, M.Kom. selaku dosen mata kuliah Matematika Dasar, dengan ini
penulis membuat makalah yang berjudul “ Integral Bagian II”.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya, dan khususnya


bagi penulis. Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk mempermudah penulisan-
penulisan berikutnya.

Medan, September 2022

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. TUJUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. INTEGRAL TENTU 2
B. TEOREMA DASAR KALKULUS 2
C. SIFAT-SIFAT INTEGRAL TENTU LEBIH LANJUT 2
D. METODE SUBSTITUSI DALAM INTEGRAL TENTU 2
BAB III PENUTUP 3
A. KESIMPULAN 3
B. SARAN 3
DAFTAR PUSAKA 4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Integral merupakan salah satu konsep dasar analisis. Sejarah integral dimulai dari
Isaac Newton, seorang fisikawan dan matematikawan dari Inggris, dan Gorrfried
Wilhelm Leibniz, seorang ilmuwan jenius dari Leipzig, Jerman, yang mampu
mengungkapkan hubungan erat antara anti pendiferensialan dengan integral tertentu,
yang sering dikenal sebagai Teorema Dasar Integral Kalkulus yaitu sekitar tahun
1670. Leibniz juga memperkenalkan pemakaian lambang (notasi) matematika ∫
untuk integral.
Kemudian Chauchy menyelidiki integral untuk fungsi kontinu, dan dilanjutkan
oleh Riemann yang menyempurnakan definisi Chauchy. Pada peralihan abad ke-19
para Matematikawan berpendapat bahwa sifat fungsi kontinu dan teori integral
Riemann tidak cukup untuk dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan
analisis, sebagai contoh fungsi Dirichlet yang tidak dapat terintegal Riemann.
Pada tahun 1902 diperkenalkan suatu teori ukuran yang mendasari konsep
integral Lebesgue yang mampu menutup kekurangan pada integral Riemann yaitu
bahwa fungsi Dirichlet dapat terintegral Lebesgue. Sepuluh tahun kemudian
matematikawan Perancis, A.Denjoy, menyajikan generalisasi teori integral Lebesgue
yang dikenal dengan teori integral Denjoy Khusus. Pada tahun 1960 Ralph Henstock
memperkenalkan suatu definisi integral yang diberi nama integral Henstock.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian integral?
2. Bagaimana konsep integral tentu?
3. Bagaimana konsep teorema dasar kalkulus?
4. Apa saja sifat-sifat integral tentu lebih lanjut?
5. Bagaimana metode substitusi dalam integral tertentu?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian integral
2. Untuk mengetahui konsep integral tentu
3. Untuk mengetahui konsep teorema dasar kalkulus
4. Untuk mengetahui sifat-sifat integral tentu lebih lanjut
5. Untuk mengetahui etode substitusi dalam integral tertentu
BAB II

PEMBAHASAN

A. Integral Tentu
1.1 Pendahuluan Luas
Dua masalah keduanya dari geometri, memunculkan dua pemikiran terpenting
dalam kalkulus. Masalah pencarian garis singgung membawa kita kepada
turunan (derivative). Masalah pencarian luas akan membawa kita kepada
integral tentu (definite integral). Untuk polygon daerah tertutup di bidang
yang dibatasi oleh ruas – ruas garis lurus. Masalah luas tidak menjadi
persoalan sama sekali. Kita mulai dengan mendefinisikan luas sebuah
segiempat sebagai Panjang kali lebar, dan dari sini kita turunkan rumus -
rumus untuk luas jajaran genjang, segitiga, dan sebarang polygon. Barisan
gambar pada gambar.
1. Luas sebuah daerah rata adalah bilangan (real) tak negative
2. Luas segiempat adalah hasil kali Panjang dan lebarnya (keduanya diukur
dalam satuan sama). Hasil dalam satuan persegi, misalnya feet persegi atau
sentimeter persegi.
3. Daerah – daerah yang sama dan sebangun mempunyai luas yang sama
4. Luas gabungan dua daerah yang hanya berhimpit pada sebuah ruas garis
sama dengan jumlah luas kedua daerah tersebut.
5. Jika sebuah daerah berada di dalam daerah yang kedua, maka luas daerah
pertama lebih kecil daripada atau sama dengan luas yang kedua.

Ketika kita meninjau suatu daerah dengan batas melengkung, masalah penentuan
luas menjadi lebih sukar. Tetapi lebih dari 2000 tahun yang silam. Archimedes
menyediakan kunci untuk suatu penyelesaian. Perhatikanlah suatu barisan
poligonn dalam
Dua masalah, keduanya dari geometri,memotivasi dua pemikiran terbesar dalam
kalkulus. Masalah garis singgung membawa kita kepada turunan. Masalah luas
akan membawa kepada integral tentu. Untuk polygon (gambar tertutup di bidang
yang dibatasi oleh ruas garis lurus), masalah luas tidak menjadi persoalan sama
sekali. Kita mulai dengan mendefinisikan luas sebuah siku empat sebagai Panjang
kali lebar dan dari sini secara beruntun kita turunkan luas jajaran genjang,
segitiga, dan sebarang polygon.

Bilamana kita meninjau suatu daerah dengan batas melengkung, masalah


penentuan luas menjadi lebih sukar. Tetapi lebih dari 2000 tahun yang silam,
Archimedes menyediakan kunci untuk suatu penyelesaian. Katanya pandang satu
barisan polygon dalam yang menghampiri daerah melengkung dengan kecematan
yang semakin besar. Sebagai contoh, untuk lingkaran radius 1, pandang polygon
dalam berarturan P ₁ P ₂ P ₃… dengan 4 sisi, 8 sisi, 16 sisi, limit untuk n → ∞ dari
luas – luas P n. jadi jika A(F) menyatakan luas suatu daerah F, maka

A ( lingkaran ) lim A (P¿n)¿


n →∞

1.2 Sifat-sifat Integral Tentu


Apabila f(x), g(x) terdefinisi pada selang a, b, maka diperoleh persamaan
berikut.

1.  .

2.  .

3.  .
4.  .

5.  .

6.  .

1.3 Aplikasi Integral Tentu


Seperti kita ketahui bahwa integral bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Salah satu contoh yang umum dikenal adalah luas daerah. Luas daerah yang
dimaksud adalah luas daerah di bawah kurva. Adapun langkah menghitungnya
adalah sebagai berikut.
 Batas daerah yang akan diintegralkan harus jelas. Adapun batas daerah
yang dimaksud adalah batas kiri dan kanannya serta batas atas dan
bawahnya. Bentuk batas daerah bisa berupa fungsi atau konstanta, fungsi
linier dan nonlinier (kuadrat, pangkat 3, akar pangkat). Bagaimana jika
salah satu batas belum diketahui? Quipperian harus mencarinya terlebih
dahulu, agar luasnya bisa dihitung.
 Kita harus mampu menggambar daerah di dalam kurva sesuai dengan
batas-batas yang telah ditentukan (jika gambar masih dinyatakan dalam
batas-batasnya saja). Oleh karena itu, diperlukan kemampuan untuk
menggambar dengan baik.
 Kita juga harus bisa menempatkan rumus yang tepat untuk menghitung
luas daerah berdasarkan ketentuan yang telah ada. Jangan lupa untuk
memperhatikan gambar daerah dan rumus yang bersesuaian. Quipperian
jangan khawatir ya, setiap daerah memiliki rumus fungsinya masing-
masing, contohnya berikut ini.
a) Bentuk daerah jenis 1

b) Bentuk daerah jenis 2

1.4 Rumus cepat mencari luas


Rumus cepat tidak berlaku untuk seluruh daerah ya, Rumus ini berlaku pada
daerah-daerah yang memiliki kondisi berikut.

 Memiliki dua batas fungsi, yaitu fungsi kuadrat dan fungsi kuadrat.
 Memiliki dua batas fungsi, yaitu fungsi kuadrat dan fungsi linear.

Jika memenuhi dua kondisi di atas, luasnya dapat dicari menggunakan persamaan
berikut. Lalu, apa yang dimaksud dengan a, b, dan c? Ketiga konstanta tersebut
diperoleh dari proses berikut.
 Jika fungsinya y = f(x) dan y = g(x), maka buat fungsi
selisihnya y = f(x) – g(x).
Jika fungsinya y = f(y) dan y = g(y), maka buat fungsi selisihnya y = f(y) – g(y)
 Fungsi selisih yang sudah Quipperian dapatkan, jangan disederhanakan
lagi agar teridentifikasi nilai a, b, dan c.
 Jika sudah mendapatkan nilai a, b¸ dan c, substitusikan ke persamaan luas
berikut. 

Untuk mengasah pemahaman tentang materi integral, simak contoh-contoh soal


berikut.

Contoh soal 1
Jika diketahui dan nilai , tentukan fungsi f(x)!
Pembahasan:
Untuk menentukan nilai f(x), harus tahu bahwa fungsi f(x) merupakan bentuk
integral dari f’(x).

Persamaan di atas masih memuat konstanta integrasi, c, sehingga harus mencari


nilai c tersebut dengan mensubstitusikan nilai fungsi yang diketahui.
Jadi, nilai fungsi yang diminta adalah sebagai berikut.
Contoh soal 2
Tentukan luas daerah yang diarsir pada gambar di bawah ini!

Pembahasan:
Tentukan batas-batasnya terlebih dahulu.
 Batas kanan:  x√y
 Batas kiri: sumbu y (x = 0)
 Batas atas: y = 9
 Batas bawah: y = 0
Jadi, luas daerah yang diarsir adalah 18 satuan luas.

Contoh soal 3
Tentukan luas daerah yang dibatasi oleh y = x2 – 3x – 10 dengan y = x + 2!
Pembahasan:
Berdasarkan soal di atas, terlihat bahwa daerah dibatasi oleh 2 fungsi, yaitu fungsi
kuadrat y = x2 – 3x – 10 dan fungsi linier y = x + 2, sehingga berlaku rumus cepat
untuk luas.

Substitusikan nilai a, b, dan c yang sudah diperoleh ke dalam persamaan berikut.


Luas daerahnya adalah sebagai berikut.

Nah, itulah pembahasan tentang materi integral. Tanpa kita sadari, integral dekat
dengan kehidupan sehari-hari, terlebih jika sudah berinteraksi dengan dunia kerja.
Salah satu contohnya integral biasa digunakan di bidang ekonomi untuk
menganalisis tentang kinerja perusahaan meliputi hasil produksi, SDM, sampai
bahan-bahannya.

B. Teorema Dasar Kalukulus

Ada dua Teorema Dasar Kalkulus, yang dinyatakan sebagai Teorema Dasar


Kalkulus I (TDK I) dan Teorema Dasar Kalkulus II (TDK II). Kita akan
membahas TDK I terlebih dahulu. Secara kasar, TDK I menyatakan jika kita
mengintegralkan sebuah fungsi pada interval [a, t] lalu kita turunkan hasilnya
terhadap t, maka kita akan memperoleh fungsi semula.
Matematikawan pertama yang membuktikan TDK I adalah Isaac Barrow, tetapi
bukti TDK I yang terdapat di buku-buku Kalkulus moderen yang dipakai sebagai
rujukan matakuliah matematika tahun pertama di perguruan tinggi
dikembangkan dari bukti versi Isaac Newton. Pendekatan yang dipilih oleh
Newton, sebagaimana dapat kita terka, adalah melalui konsep fisis kecepatan
sesaat dan jarak tempuh (pada gerak lurus dengan kecepatan positif).

Diketahui y = y(t) kontinu untuk t ≥ 0, tinjau luas daerah di bawah kurva y = y(t)


untuk 0 ≤ t ≤ x, sebutlah L = L(x). Dalam benak Newton, y(t) menyatakan
kecepatan benda pada saat t, dan L(x) merupakan jarak yang ditempuh benda pada
interval waktu [0, x]. Nah, diketahui y(t), kita peroleh L(x) melalui pengintegralan.
Sebaliknya, Newton menjelaskan bagaimana kita dapat memperoleh y kembali
dari L melalui penurunan. Persisnya, ia meninjau rasio perubahan L terhadap x,
sebagai berikut. Selain menggambar daerah di bawah kurva y = y(t), Newton juga
menggambar daerah di bawah kurva y = 1 (konstan) sebagai pembanding (lihat
gambar).

Dengan mengasumsikan x berubah terhadap t, pada akhirnya L juga merupakan


fungsi dari t. Dari gambar, tampak bahwa rasio laju pertambahan L dan laju
pertambahan x dari t = x ke t = x + h kurang lebih sama dengan luas persegi
panjang dengan alas h dan tinggi AC (= y) dibagi luas persegi panjang dengan
alas h dan tinggi AB (= 1), yang tentu saja sama dengan y. Dengan
membayangkan h menuju 0, Newton sampai pada kesimpulan bahwa
Dalam notasi Leibniz (yang diperkenalkan oleh Gottfried Wilhelm Leibniz)
untuk turunan dan integral yang kita kenal sekarang, Newton telah membuktikan
bahwa

Jika x(t) = t, maka dx/dt = 1, sehingga persamaan di atas menjadi

yang tidak lain merupakan pernyataan TDK I. (Integral di ruas kiri dikenal
sebagai anti-turunan dari y. Nah, TDK I menyatakan bahwa turunan dari integral
tersebut sama dengan y.)

C. Sifat-Sifat Integral Tentu Lebih Lanjut


Definisi kita tentang integral dan motivasi oleh masalah luas untuk daerah yang di
batasi oleh kurva pandang dua daerah melengkung R1dan R2 pada gambar
dibawah ini. Dan andaikan R=R 1 ∪ R2 dan jelas bahwa

y
Y =f(x)

R2
R1

x
a b c
Teorema A
Sifat penambahan selang, jika f terintegralkan pada suatu selang yang
mengandung tiga titik a,b,c maka,

bagaimanapun urutan dari a,b,c


Misalnya,

Yang hampir semua mempercayai, tetapi juga benar bahwa.

Teorema B
(sifat pembanding ), jika f dan g terintegralkan pada [a,b] dan jika f(x) < g(x)
untuk semua x dalam [a,b], maka.

Bukti, Andaikan suatu partisi sembarang


dari[a,b], dan untuk tiap i andaikan titik sampel pada selang bagian ke-i [xi-1, xi].
Kita boleh menyimpulkan secara beruntun dibawah ini.
Contoh : 1

Jawab : Pertama, kita akan melkukannya secara sukar yakni dengan menghitung
integral dan kemudian mengambil turunannya.

Karena Itu,

D. Metode Substitusi dalam Pengintegralan


Metode substitusi dapat termotivasi dengan memeriksa aturan rantai dari sudut
pandang antidiferensiasi. Misalkan F adalah antiturunan dari f dan g adalah fungsi
yang dapat diturunkan. Aturan rantai menyiratkan bahwa turunan dari F(g(x))
dapat dinyatakan sebagai

di mana sahabat ditulis dalam bentuk integral sebagai

Karena F adalah antiturunan dari f, maka

Untuk tujuan sahabat, sahabat memisalkan u = g(x) dan du/dx = g'(x) dalam


bentuk diferensial du = g'(x)dx. Notasi di atas dapat dinyatakan sebagai
Proses mengevaluasi bentuk integral di atas dengan mengubahnya menjadi
bentuk−u dengan substitusi
u = g(x) dan du = g'(x)dx
disebut metode substitusi−u. Di sini, penekanan sahabat bukan pada interpretasi
ekspresi du = g'(x)dx. Sebaliknya, notasi diferensial bertindak terutama pada
perangkat "pembukuan" yang digunakan untuk metode substitusi−u.
Berikut ini langkah-langkah mencari integral dengan metode metode substitusi−u.
Langkah Pertama, Carilah beberapa komposisi fungsi f(g(x)) dalam integran
yang substitusinya
u = g(x) dan du = g'(x)dx
menghasilkan integral yang dinyatakan seluruhnya dalam bentuk u dan
diferensialnya du. Hal ini mungkin atau tidak mungkin.
Langkah Kedua, Jika sahabat berhasil pada langkah pertama, coba evaluasi
integral yang dihasilkan dalam bentuk u. Sekali lagi, hal ini mungkin atau tidak
mungkin.
Langkah Ketiga, Jika sahabat berhasil pada langkah kedua, ganti u dengan g(x)
untuk menyatakan jawaban akhirnya dalam bentuk x.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini.

Contoh Soal 1

Tentukan hasil integral tak tentu berikut ini.

Jawab:

Jika sahabat memisalkan u = x² + 10x − 8, maka du/dx = 2x + 10


sehingga dx = du/(2x + 10) atau dx = du/[2(x + 5)] atau  (x + 5)dx = du/2. Dengan
demikian, sahabat memperoleh hasilnya sebagai berikut.
Contoh Soal 2

Carilah hasil integral tak tentu berikut ini.

Jawab:

Misalkan g(x) = 3x³ − 9x² − 6, maka menghasilkan g'(x) = 9x² − 18x = −3(6x −


3x²). Karena kehilangan faktor −3, sahabat memberikan 9x² − 18x seperti yang
ditunjukkan di bawah ini.
Contoh Soal 3

Carilah hasil integral tak tentu berikut ini.

Jawab:

Masalah sebenarnya di sini adalah ada akar pangkat tiga dari jumlah atau selisih
dalam integran. Langkah yang masuk akal adalah mengganti ekspresi di bawah
akar pangkat tiga. Sahabat memisalkan u = x² − 16, sehingga du = 2x dx.
Kelihatannya tidak terlalu buruk, tetapi apa yang harus sahabat lakukan dengan x²
ekstra dalam integran? Karena u = x² − 16, maka x² = u + 16. Membuat substitusi
ini dalam integral, sahabat memperoleh

Contoh Soal 4

Hitunglah nilai integral tertentu berikut ini.

Jawab:

Seperti pada contoh soal 3, sahabat memisalkan u = 3x² + 5x − 36, sehingga du =
(6x + 5)dx. Kelihatannya tidak terlalu buruk, tetapi apa yang harus sahabat
lakukan dengan 6x² + 10x ekstra dalam integran? Karena u = 3x² + 5x − 36, maka
3x² + 5x = u + 36. Membuat substitusi ini dalam integral, sahabat memperoleh

1.1 Metode Substitusi dalam Pengintegralan Dasar

Metode substitusi dalam pengintegralan hanya membahas substitusi bentuk


aljabar, belum termasuk fungsi eksponensial, fungsi logaritma, fungsi
trigonometri, fungsi invers trigonometri, fungsi hiperbolik, dan fungsi invers
hiperbolik. Fungsi-fungsi tersebut akan dibahas pada seri berikutnya.
Demikian pembahasan tentang metode substitusi dalam pengintegralan dasar.
Semoga blog ini bermanfaat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Integral dan turunan adalah konsep yang penting dalam matematika. Integral
dan turunan merupakan dua operasi utama di dalam kalkulus. Prinsip-prinsip
integral diformulasikan oleh Isaac Newton and Gottfried Leibniz pada abad 17
dengan memanfaatkan hubungan erat yang ada antara anti turunan dan
integral tentu, yaitu suatu hubungan yang memungkinkan kita untuk
menghitung secara mudah nilai yang sebenarnya dari banyak integral tentu
tanpa perlu memakai jumlah Riemann. Hubungan ini disebut teorema dasar
kalkulus. Melalui teorema dasar kalukulus mereka mengembangkan konsep
integral yang dikaitkan dengan turunan.

B. Saran
Berdasarkan pencarian materi dan memahami materi, alangkah lebih baiknya
diperbanyak sumber-sumber yang membahas materi penggunaan aplikasi
turunan dan dapat dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari agar pelajar mudah
untuk memahami dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

https://bermatematika.net/2017/04/25/teorema-dasar-kalkulus-i/

https://www.widodorianto.com/2021/10/metode-substitusi-dalam-
pengintegralan.html

https://lmsspada.kemdikbud.go.id/mod/resource/view.php?
id=74264&forceview=1

Anda mungkin juga menyukai