OLEH:
NAMA : NURUL SUKMA SYAFINA DALIMUNTHE
NIM : 4151111069
KELAS : MATEMATIKA DIK D 2015
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN MATEMATIKA
DOSEN PENGAMPUH : ABIL MANSYUR, S.Si, M.Si
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur Saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunia-Nya Saya dapat menyelesaiakan makalah dari mata kuliah Kalkulus II yang
berjudul “Aplikasi Intergral Pada Bidang Lain”. Meskipun banyak hambatan yang
Saya alami dalam proses pengerjaannya, tapi Saya berhasil menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa Saya ucapkan terimakasih kepada dosen pengampuh mata kuliah
Kalkulus II, Bapak Abil Mansyur, S.Si, M.Si yang telah membimbing Saya dalam
mengerjakan makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu
yang berguna bagi kita bersama.
Saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi Saya khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Integral tentu digunakan untuk mengintegralkan suatu fungsi f(x) tertentu yang
memiliki batas atas dan batas bawah. Dalam pengaplikasiannya, integral tentu tidak
hanaya digunakan dalam bidang matematika. Teatapi di bidang bidang lain, di
antaranya pada bidang fisika dan kimia.
Pada bidang fisika, integral ini dapat diaplikasikan dalam menghitung titik berat
suatu benda dengan momen-momennya terhadap sumbu x dan y. Aplikasi lainnya
juga terdapat pada perhitungan pusat massa batang, usaha, termodinamika, gaya
cairan (fluida), kesetaraan massa dan energi, peluruhan radioaktif (disentegrasi), serta
kinematika. Salah satu contoh aplikasi intregral tentu di bidang fisika dapat dilihat
dalam menentukan usaha untuk menggerakkan benda dari satu titik ke titik lainnya,
fungsi dari gaya yang bekerja diintegralkan dengan batas-batasnya yaitu titik awal
benda berada (batas bawah) sampai ke titik akhir benda itu berhenti (batas atas).
Dalam bidang kimia, integral tentu digunakan dalam proses desintegrasi. Integral
digunakan dalam menentukan rumus untuk mencari nilai dari jumlah atom yang
meluruh dalam waktu tertentu. Dengan demikian, integral tentu banyak diaplikasikan
untuk memecahkan masalah pada perhitungan di bidang lain.
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang.
Kalkulus adalah ilmu matematika yang mencakup limit, turunan, integral dan
deret tak terhingga. Kalkulus adalah ilmu mengenai perubahan, sebagaimana
geometri adalah ilmu mengenai bentuk dan aljabar adalah ilmu mengenai pengerjaan
untuk memecahkan persamaan serta aplikasinya. Kalkulus memiliki aplikasi yang
luas dalam bidang-bidang sains, ekonomi, dan teknik; serta dapat memecahkan
berbagai masalah yang tidak dapat dipecahkan dengan aljabar elementer.
Kalkulus memiliki dua cabang utama, kalkulus diferensial dan kalkulus integral
yang saling berhubungan melalui teorema dasar kalkulus. Pelajaran kalkulus adalah
pintu gerbang menuju pelajaran matematika lainnya yang lebih tinggi, yang khusus
mempelajari fungsi dan limit, yang secara umum dinamakan analisis matematika.
Aplikasi kalkulus diferensial meliputi perhitungan kecepatan dan percepatan,
kemiringan suatu kurva, dan optimalisasi. Aplikasi kalkulus integral meliputi
perhitungan luas, volume, panjang busur, pusat massa, kerja, dan tekanan. Aplikasi
lebih jauh meliputi deret pangkat dan deret Fourier.
I. 2. Rumusan Masalah.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah tugas akhir
ini yaitu persoalan-persoalan yang berkaitan dengan ilmu metematika khususnya
kalkulus yang berhubungan dengan aplikasi integral.
Beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah seputar
penggunaan ilmu-ilmu kalkulus, terutama penggunaan integral, pada bidang fisika
dan bidang lainnya.
I. 3. Tujuan.
Penulisan makalah “Aplikasi Integral pada Bidang Lain” ini bertujuan untuk
mengetahui sampai mana kemampuan penulis dalam menganalisis suatu masalah
serta kemampuan dalam mempertanggungjawabkan bagaimana cara mengatasi
masalah tersebut khususnya dalam penggunaan integral seperti menentukan titik berat
suatu benda, usaha, integral dalam fluida dan penerapan integral lainnya.
Selain itu, pembuatan makalah ini bertujuan juga agar dapat menambah
pengetahuan kita dalam bidang kalkulus serta pengaplikasiannya ke dalam kehidupan
sehari-hari.
Diberikan suatu fungsi ƒ bervariabel real x dan interval antara [a, b] pada garis
real, integral tertentu:
Pada notasi integral di atas: a adalah batas bawah dan b adalah batas atas yang
menentukan domain pengintegralan, ƒ adalah integran yang akan dievaluasi
terhadap x pada interval [a,b], dan dx adalah variabel pengintegralan.
Diberikan ƒ(x) sebagai fungsi yang terdefinisikan pada interval tertutup [a,b]. Kita
katakan bahwa bilangan I adalah integral tertentu ƒ di sepanjang [a,b] dan
Apabila tiap-tiap partisi mempunyai sejumlah n subinterval yang sama, maka lebar
Δx = (b-a)/n, sehingga persamaan di atas dapat pula ditulis sebagai:
Limit ini selalu diambil ketika norma partisi mendekati nol dan jumlah subinterval
yang ada mendekati tak terhingga banyaknya.
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1. Titik Berat (Censtroids).
Momen MT, merupakan suatu luasan bidang, terhadap suatu garis T ialah hasil
kali luas jarak langsung titik berat ke garis itu. Untuk suatu luasan bidang A yang
mempunyai titik berat dan momen-momennya Mx dan My terhadap sumbu-x dan
sumbu-y.
Kita akan menentukan pusat massa batang padat horizontal dengan massa
tersebar kontinu sehingga rapatmassa di setiap titik bergantung pada letak titiknya.
Penyelesaiannya didasarkan atas sistem n partikel yang terletak pada batang
horizontal yang berat dan tebalnya dapat diabaikan. Pada gambar berikut kita
mempunyai n buah partikel dengan massa m1, m2, …, mn terletak pada titik x1, x2, …,
xn pada batang, dimana xt adalah jarak massa mi ke suatu titik tetap O pada batang.
Kita defenisikan massa, momen massa, dan pusat massa sistem n partikel
sebagai berikut.
Massa : M = m1 + m2 + … + mn.
Momen massa terhadap titik O: MO = m1x1 + m2x2 + … + mnxn
Pusat massa : x́ = MO / M.
Konsep sistem n partikel akan digunakan pada suatu batang padat horizontal
dengan panjang L yang ditempatkan di antara x = 0 dan x = L. Jika rapat massa di
setiap titik pada batang adalah ρ( x ) , ρ kontinu pada [0, L], akan ditentukan
massa, momen massa terhadap titik O, dan pusat massa batang. Buatlah pasrtisi P =
{0 = x0, x1, x2, …, xn = L} untuk [0, L], kemudian pilihlah c sebagai titik tengah selang
[xi-1, xi] seperti pada gambar berikut.
Pada selang bagian ke-I anggaplah massanya tetap sebesar ρ(c ) . Akibatnya
n
Momen massa terhadap titik O : MO ≈ ∑ ci ρ (ci ) ∆ x i.
i=1
Karena fungsi ρ kontinu pada [0, L], maka jumlah Riemann ini mempunyai
limit. Karena itu massa dan momen massa terhadap titik O dari batang dapat
dinyatakan sebagai integral tentu yang merupakan limit jumlah Riemann tersebut.
Dengan demikian diperoleh defenisi berikut.
Massa: M = lim
¿ p∨→ 0 i=0
∑ ρ (ci ) ∆ x i = ∫ ρ ( x ) dx .
0
n L
M0
∫ xρ ( x ) dx
0
Titik pusat massa: x́ = = L .
M
∫ ρ ( x ) dx
0
W = F.s
Hanya saja dalam praktek pada umumnya gaya itu tidak konstan. Andaikan benda
digerakkan sepanjang sumbu x dan titik x = a ke titik x = b. Andaikan gaya yang
menggerakkan benda yang berada di x adalah F(x) dengan F sebuah fungsi yang
kontinu. Untuk memecahkan persoalan ini, kita menggunakan lagi metode potong-
potong, aproksimasi, integralkan.
Dengan demikian, dapatlah kita simpulkan kerja yang dilakukan untuk menggerakkan
benda dari a ke b adalah:
W= ∫ F ( x ) dx
a
II. 4. Termodinamika.
1. Usaha.
Jika suatu sistem gas melakukan usaha pada lingkungan sehingga sistem
mempunyai (VB > VA), yang berarti ∆ V = VB - VA bertanda positif, maka usaha W
bertanda positif dan sebaliknya, ketika lingkungan melakukan usaha pada sistem
memampat (VA > VB) bertanda negatif, maka usaha W bertanda negatif. Usaha pada
proses termodinamika dapat ditentukan dengan:
W = p ∆ V = p VB - VA (proses isobarik)
Dengan:
p = tekanan tetap (N/m2)
VB = volume akhir (m3)
VA = volume awal (m3)
W = usaha (Joule).
Jika grafik tekanan p terhadap volume V diketahui, maka usaha pada proses ini dapat
ditentukan dari luas kurva p = f(V).
2. Proses Isotermik.
Proses isotermik adalah proses perubahan keadaan gas pada suhu tetap. Pada
proses ini berlaku persamaan:
W=p ∆ V
nV = nRT
V2
nRT
W = ∫ V
dV
V 1
W = nRT ln V2 – nRT ln V1
V2
W = nRT
V1
Dengan:
V2 = volume akhir
V2 = volume awal
Perhatikan tangki yang tampak pada Gambar 2. Tangki tersebut diisi dengan fluida
dengan kepadatan δ setinggi h. lmaka gaya pada sebuah persegi panjang-panjang
datar dengan luas A yang terletak di dasar tangki, sama dengan berat kolam cairan
yang terletak tepat di atas persegi panjang tersebut.
Menurut Pascal, tekanan (p = gaya pada tiap satuan luas) dari cairan sama
beasarnya dari arah mana pun. Jadi tekanan pada semua titik sebuah permukaan sama
besarnya, tidak peduli aoakah permukaan itu datar, tegak atau miring, asalkan titik-
titik yang bersangkutan berada pada kedalaman yang sama. Khususnya gaya pada
tiga persegi panjang dalam Gambar 2 kira-kira sama. Aproksimasi inilah yang
memungkinkan kita untuk menghitung gaya keseluruhan pada salah satu sisi tangki.
W = ∆ Ek
d (mv)
F=
dt
s
d (mv) ds ds
Ek = ∫ dt
ds = ∫ dt d (mv) ↔
dt
=v
0
Ek = ∫ vd (mv) = v(mv)- ∫ mv dv
v
m0 v m0 v
∫ dv
Ek =
√ v2 -
√
2
0 v
1− 2 1−
c c2
2
v
Misalkan x2 = 1− 2
2 , maka v dv = -c x dx, maka:
c
2
m0 v 2
Ek =
√ 1−
v
c2
2
(
− −∫
m0 c x
√ x2 ) dx
√
2 2
m0 v 2 v
+ m0 c 1− 2
√
Ek = v
2
c
1− 2
c
2
m0 v
−m0 c 2
√
Ek = v
2
1− 2
c
Ek = m c2 −m0 c 2
2
Ek = m−m 0 ¿ c
¿
Hasil ini menyatakan bahwa energi kinetik suatu benda sama dengan pertambahan
massanya (akibat gerak relatifnya) dikalikan dengan kuadratbkelajuan cahaya.
Persamaan dapat juga ditulis:
2 2
m c =¿ Ek - m0 c
Einstein berpendapat bahwa energi total benda ketika bergerak dengan kecepatan v
adalah mc2, sedangkan m0c2 adalah energi total benda ketika diam dan Ek adalah
energi kinetik benda. Untuk menyingkat penulisan, biasanya hubungan energi benda
yang diam dan benda yang bergerak dalam teori relativitas dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut ini.
Ek = E – E 0
Contoh:
Berapakah energi total, energi kinetik dan momentum sebuah proton (m0c2 = 938
MeV) yang bergerak dengan kecepatan v = 0,6c?
Penyelesaian:
2
m0 c 938 MeV
938 MeV
a. E=
√ v2
1− 2
c
=
√ 1−
(0,6 c)2
c2
=
√ 0,64
= 1172,5 MeV.
b. Ek = E – m0c2
= (1772,5 – 938)MeV
= 234,5 MeV.
√ √
Sehingga: p = v
2 = (0,6 c)
2 = 3,98 x 10-19 kgm/s.
1− 2 1−
c c2
Peluruhan terjadi secara spontan dan tidak dapat dikontrol serta dipengaruhi
oleh persamaan kimi dan fisika seperti pengaruh suhu dan tekanan. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa kemampuan suatu unsur untuk meluruhkan berbeda-beda.
Ada unsur yang dalam waktu singkat semua intinya meluruh, dan ada pula yang
meluruh dengan lambat. Contohnya, sejumah besar inti atom N dari suatu radioisotop
yang meluruh melancarkan partikel-partikel α dan β serta diikuti pemancaran
γ . Jumlah rata-rata atom belururbanding (dN) yang akan meluruh dalam waktu dt
adalah s dengan jumlah atom N sehingga dapat diberikan dalam persamaan:
dN
=−λN
dt
t
dN
=−¿∫ λ dt
N 0
N
∫¿
N0
N
Ln ( )
N0
=−λt
Sehingga,
N = N0 e-t
Dengan:
Pada peristiwa peluruhan inti radioaktif, waktu yang diperlukan untuk inti
radioaktif untuk meluruh sehingga jumlah atomnya setengah jumlah atom mula-mula
disebut waktu paruh (t1/2). Waktu paruh pada peristiwa peluruhan radioaktif dapat
ditentukan dengan persamaan berikut ini.
N = N0 e-t
1
N0 = N = N0 e-t1/2
2
1 1
= λt 1/ 2
2 e
Ln 2 = e λt 1/ 2
ln 2 0,693
t1/2 = =
λ λ
dengan:
t1/2 = waktu paruh.
Contoh:
Hitung tetapan peluruhan dari partikel pengion yang memiliki waktu paruh 4 tahun!
Penyelesaian:
0,693
Dengan menggunakan persamaan: t1/2 = , maka diperoleh:
λ
0,693
λ=
t 1 /2
0,693
=
4
= 0,17/tahun.
II.8. Kinematika.
dv
a= ↔dv =a dt
dt
Integralkan kedua ruas, maka kita peroleh:
t
a dt ↔ v −v 0 =¿∫ a dt
0
v t
∫ dv=∫ ¿
v0 0
v =v 0 +∫ a dt
Dengan v0 adalah vektor kecepatan awal (kecepatan pada t = 0). (catatan: hasil
Untuk gerak satu dimensi (pada sumbu x saja atau pada sumbu y saja), persamaan-
persamaannya persis seperti persamaan di atas. Ini karena arah vektor kecepatan
diwakili oleh tanda positif atau negatif.
∫¿
x0
t
x−x 0=∫ v x dt
0
t
x=x o +∫ v x dt
0
dy
vy=
dt
t
dy=¿ ∫ v y dt
0
y
∫¿
y0
t
y− y 0 =∫ v y dt
0
t
y= y o +∫ v y dt
0
t3
Perpindahan = ∫ v ( t ) dt
t2
t2 t3
Jarak = ∫ v ( t ) dt−∫ v ( t ) dt
t1 t2
Contoh:
Misalkan a(t) = 6t2 + 12t – 8 adalah fungsi percepatan pada garis koordinat titik x,
dengan t dalam detik dan a dalam m/s2. Tentukan persamaan kecepatan v(t) saat t = 1
detik adalah 2 m/s dan persamaan posisi x(t) saat t = 2 detik adalah 8 meter!
Penyelesaian:
v ( t )=∫ ( 6t 2 +12t−8) dt
v ( t )=2 t 3 +6 t 2−8 t+ c
1
¿
¿
v ( 1 )=2(1)3 +6 ¿
2=2+6−8+ c
c=2 .
Sehingga persamaan kecepatannya adalah:
v ( t )=2 t 3 +6 t 2−8 t+ 2
x ( t )=x o +∫ v ( t ) dt
x ( t )=∫ ( 2 t 3+ 6 t 2−8t +2 ) dt
1
x ( t )= x 4 +2 t 3 −4 t 2 +2 t +c
2
1
x ( 2 ) = (2)4 +2(2)3−4(2)2+ 2(2)+ c
2
8=8+16−16+4 +c
c=−4
Sehingga persamaan posisinya adalah:
1 4 3 2
x ( t )= x +2 t −4 t +2 t−4
2
BAB III
KESIMPULAN
Purcell, E.J. 1995. Kalkulus dan Geometri Analitik (terjemahan LN Susila, dkk). Jilid
I, edisi V. Jakarta: Erlangga.
Tim Dosen Matematika. 2016. Matematika Umum II (Kalkulus II). Medan: FMIPA
UNIMED.
Tripler, P.A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I (terjemahan). Jakarta:
Penerbit Erlangga.