Anda di halaman 1dari 15

1

INTEGRAL RIEMANN
Delvi Afriana Saragih, S.Pd.

GLOSARIUM

Poligon adalah bagun datar tertutup yang dibatasi sisi-sisi (garis) dengan banyak sisi
tertentu.

Barisan adalah aturan yang mengaitkan sebarang bilangan riil dengan himpunan bilangan
cacah atau asli.

Deret adalah jumlah dari barisan bilangan riil.

Sigma adalah notasi yang digunakan untuk mewakili sejumlah deret bilangan.

Teleskoping adalah suatu prinsip deret di mana suatu suku dan suku berikutnya saling
menghilangkan sehingga deret dapat disederhanakan menjadi penjumlahan suku yang leibh
sedikit.

Fungsi non negatif adalah suatu fungsi yang mempunyai range (daerah hasil) tak negatif
untuk semua daerah domainnya.

Divergen adalah nilai limit yang tidak menuju suatu titik

Konvergen adalah nilai limit yang menuju suatu titik. Jika suatu limit konvergen, maka nilai
limitnya ada.

Metode penghabis” (method of exhaustion) adalah suatu metode mencari luas suatu bidang
datar dengan mebagi-bagi (partisi) daerah menjadi beberapa daerah.

Interval adalah himpunan titik yang dibatasi oleh dua bilangan riil yang berbeda.

Sub-inteval adalah interval baru yang diperoleh dengan membagi-bagi interval yang
diberikan dalam jumlah tertentu.

Kontinu adalah suatu kondisi dimana fungsi terdefinisi pada suatu inteval yang diberikan
dan nilai fungsi sama dengan nilai limit fungsi di sebarang titik pada interval tersebut.

Partisi adalah bagian-bagian dari suatu himpunan yang tidak saling beririsan.

Jumlah Riemann adalah pendekatan luas daerah yang dibatasi kurva dan sumbu-x
mengunakan persegi-persegi panjang dengan lebar merupakan sub-interval dari batas-batas
yang diberikan.

Integral Tentu adalah jumlah Riemann dengan sub inteval sangat kecil.
2
INTEGRAL RIEMANN
Delvi Afriana Saragih, S.Pd.

PENDAHULUAN
Integral menemukan luas di bawah kurva dengan menggambar tak berhingga deretan
persegipanjang yang sangat tipis di bawah kurva dan menjumlahnya sebagai luas daerah.
Hal ini mirip dengan irisan Kepler (Johannes Kepler 1571-1630) untuk menemukan luas
bentuk tak beraturan dengan membagi mereka menjadi irisan-irisan yang sangat kecil.

Turunan dan Integral merupakan dua fundamental kalulus yang ditemukan sekitar tahun
1670 secara independen oleh ahli matematika dan sains Sir Isaac Newton (1642-1727) dan
ahli matematika German yakni Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716).

Sir Isaac Newton (kiri) dan Gottfried Wilhelm Leibniz (kanan)

Banyak perdebatan tentang siapakah yang pertama kali menemukan kalkulus. Newton
diketahui pertama kali menemukan konsep kalkulus (namun tidak mempublikasikannya),
sedangkan Leibniz mempublikasikannya dan dianggap mencuri ide Newton. Namun, pada
akhirnya keduanya ditetapkan memiliki kontribusi yang berbeda. Newton mulai dengan
pendekatan turunan, sedangkan Lebiniz mulai dengan pendekatan integral.

Notasi

∫ 𝑥 2 𝑑𝑥

Untuk menyatakan luas daerah di bawah kurva 𝑦 = 𝑥 2 diadopsi dari Leibniz karena ia
memandang integral sebagai jumlah (ditandai dengan menarik huruf s , sehingga menjadi
∫ , dalam kasus ini 𝑥 2 yang dibagi menjadi tak berhingga bagian yang sangat kecil di
sepanjang sumbu-x (𝑑𝑥 ).

Beberapa dekade setelah publikasi yang dibuat oleh Leibniz, dua bersaudara Jacob(1654-
1708) dan Johann Benoulli (1667-1785) mengembangkan kalkulus lebih jauh daripada
3
INTEGRAL RIEMANN
Delvi Afriana Saragih, S.Pd.

Leibniz sendiri. Bernoulli bersaudara mengembangkan aturan-aturan dalam turunan,


integral fungsi rasional, fungsi lanjut, aplikasi dalam mekanika, sifat geometri kurva.
Faktanya, hampir semua bidang, kecuali deret pangkat yang lebih menarik bagi Newton.

Jacob Bernoulli (kiri) dan Johan Bernoulli (kanan)

Pertengahan abad ke-19, Riemann menyusun kembali metode menghitung suatu integral,
menyajikan perbandingan dua himpunan irisan tipis yakni jumlah dalam dan jumlah luar.
Kedua pendekatan ini kemudian digunakan untuk menemukan nilai eksak integral tentu.

Melalui modul ini, diharapkan siswa dapat memahami bagaimana Riemann melakukannya
sehingga kita dapat mendefinisikan integral tentu sebagai jumlah deret menuju tak
berhingga.
4
INTEGRAL RIEMANN
Delvi Afriana Saragih, S.Pd.

KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR


3.5 Memahami konsep jumlah Rieman dan integral tentu suatu fungsi dengan
menggunakan fungsi-fungsi sederhana non-negatif.

Indikator

3.5.1 Menyatakan deret suatu bilangan dalam bentuk notasi sigma.

3.5.2 Menjelaskan jumlah Rieman suatu fungsi.

3.5.3 Menentukan jumlah Rieman dari suatu fungsi dalam sub interval tertutup
[a, b].

3.5.4 Menemukan luas daerah di atas sumbu X pada interval [a, b] sebagai nilai
𝑏
integral tentu ∫𝑎 𝑓 (𝑥 ) 𝑑𝑥

3.5.5 Membuat model jumlah Riemann dari suatu permasalahan dalam bentuk
gambar.

4.5 Mengolah data dan membuat model fungsi sederhana non negatif dari masalah
nyata serta menginterpretasikan masalah dalam gambar dan menyelesaikan
masalah dengan mengunakan konsep dan aturan integral tentu.

Indikator

4.5.1 Menentukan nilai sigma dari suatu permasalahan.

4.5.2 Membuat model jumlah Riemann dari suatu permasalahan dalam bentuk
gambar.
5
INTEGRAL RIEMANN
Delvi Afriana Saragih, S.Pd.

PEMBELAJARAN PERTEMUAN I
MASALAH LUAS
Asal masalah kalkulus dimulai paling sedikit 2500 tahun yang lalu yaitu pada masa zaman
Yunani Kuno, yakni mencari luas bidang dengan menggunakan “metode penghabis” ( method
of exhaustion). Mereka mencari luas A dari sebarang poligon dengan cara membaginya atas
segitiga-segitiga seperti terlihat pada Gambar 1 dan menambahkan luas segitiga-segitiga
tersebut.

Gambar 1.

Mencari luas suatu bentuk melengkung merupakan persoalan yang jauh lebih rumit. Cara
“Metode Penghabis” Yunani ini adalah meletakkan pligon di dalam gambar tersebut dan
menggambar poligon-poligon di sekitar gambar tersebut, kemudian membiarkan sisi
poligon bertambah banyak. Gambar 2 mengilustrasikan proses untuk kasus-kasus yaitu
suatu lingkaran dengan suatu poligon beraturan di dalamnya.

Gambar 2.
6
INTEGRAL RIEMANN
Delvi Afriana Saragih, S.Pd.

Masalah 1
Tentukanlah luas daerah penampang daun sirih yang diberikan.

Gambar 3. Daun Sirih

Penyelesaian:
Perhatikan bahwa kita dapat meletakkan daun pada koordinat kartesius sehingga tulang
daun berada pada garis 𝑦 = 0. Perhatikan gambar berikut.

Gambar 4. Daun Sirih pada bidang koordinat.

Lihat bahwa terdapat 13 kotak satuan yang terisi terdapat seluruh ditutupi seluruh daun.
Ada 5 segitiga yang total luasnya adalah 3 satuan. Sehingga jelas luas daun lebih dari 16
satuan luas. Kita juga dapat melihat membatasi sisi luar daun dengan poligon seperti pada
gambar 5.
7
INTEGRAL RIEMANN
Delvi Afriana Saragih, S.Pd.

Gambar 5. Pendekatan menggunakan poligon luar

Sehingga luas daun dapat didekati menjadi

1
Jadi luasnya berada di antara kurang dari 30 2. Jelas ini masih terlalu kasar sehingga kita

dapat mendekatainya dengan lebih baik dengan cara memperbanyak sisi poligon dan partisi
daerah. Selain itu, kita juga dapat melakukan dengan cara sebagai berikut:

Gambar 6. Pendekatan Luas rata-rata

Perhatikan bahwa daerah yang berada diluar persegi panjang dapat mengisi daerah kosong
yang terdapat pada kotak. Sehingga dapat diperkirakan luas daun sirih sekitar 20 satuan
luas.
8
INTEGRAL RIEMANN
Delvi Afriana Saragih, S.Pd.

Masalah 2.
Perkirakan luas daerah yang dibatasi kurva dan dan sumbu-t.

Gambar 7. Kurva hubungan t terhadap r untuk interval [0, 24]

Penyelesaian:
Pada masalah ini, kita akan mencari titik c yang terletak pada interval [0, 24] sehingga
diperoleh nilai f (c) merupakan lebar persegi panjang seperti penyelesaian pada gambar 6
dan lebar persegipanjang adalah lebar interval yakni 24 – 0 = 24. Gambar berikut
merupakan salah satu solusi yang memenuhi.

Gambar 8. Pendekatan luar rata-rata


9
INTEGRAL RIEMANN
Delvi Afriana Saragih, S.Pd.

Dari gambar di atas, daerah biru yang berada di di luar persegi panjang dapat menutupi
daerah kosong yang berada di dalam persegipanjang. Sehingga luas dapat diperkirakan
4000 × 24 = 96000.

Gambar 9. Pendekatan luas dengan segitiga

Dari gambar di atas, daerah di luar segitiga dapat menutupi daerah kosong di dalam segitiga,
sehingga luas segitiga adalah
1
× [20 − 4] × 10.000 = 80.000
2

NOTASI SIGMA
Notasi sigma ( ) digunakan untuk mempermudah penulisan ekspresi deret. Perhatikan
bahwa
𝑛

𝑎1 + 𝑎2 + 𝑎3 + ⋯ + 𝑎𝑛 = ∑ 𝑎𝑘
𝑘=1

Berikut beberapa rumus penjumlahan dalam notasi sigma.

1.1 Jumlah n bilangan asli pertama

𝑛
𝑛(𝑛 + 1)
1 + 2 + 3 + ⋯+ 𝑛 = ∑𝑘 =
2
𝑘=1
10
INTEGRAL RIEMANN
Delvi Afriana Saragih, S.Pd.

1.2 Jumlah n bilangan kuadrat pertama

𝑛
𝑛(𝑛 + 1)(2𝑛 + 1)
1 + 2 + 3 + ⋯ + 𝑛 = ∑ 𝑘2 =
2 2 2 2
6
𝑘=1

1.3 Jumlah n bilangan kubik pertama

𝑛 𝑛 2
3 3 3
𝑘 2 (𝑘 + 1)23 3
1 + 2 + 3 + ⋯+ 𝑛 = ∑ 𝑘 = = (∑ 𝑘 )
4
𝑘=1 𝑘=1

Sifat –sifat Dasar Notasi Sigma


Untuk sebarang bilangan riil c dan d, serta bilangan bulat positif k, m, dan n, selalu berlaku

1.4 Sifat suku konstan


𝑛

∑𝑐 = ⏟
𝑐 +𝑐 +𝑐 +⋯+𝑐 = 𝑐 ∙𝑛
𝑘=1 𝑛 𝑠𝑢𝑘𝑢

1.5 Sifat jumlah/selisih


𝒏 𝒏 𝒏

∑(𝒂𝒌 ± 𝒃𝒌) = ∑ 𝒂𝒌 ± ∑ 𝒃𝒌
𝒌=𝟏 𝒌=𝟏 𝒌=𝟏

1.6 Sifat perkalian skalar


𝒏 𝒏

∑ 𝒄 ∙ 𝒂𝒌 = 𝒄 ∙ ∑ 𝒂𝒌
𝒌=𝟏 𝒌=𝟏

1.7 Sifat jumlah sebagaian.

Misalkan 𝟏 < 𝒎 < 𝒏, maka berlaku


𝒏 𝒎 𝒏

∑ 𝒂𝒌 = ∑ 𝒂𝒌 + ∑ 𝒂𝒌
𝒌=𝟏 𝒌=𝟏 𝒌=𝒎+𝟏

Untuk lebih memahami sifat-sifat notasi sigma, perhatikan contoh berikut:


11
INTEGRAL RIEMANN
Delvi Afriana Saragih, S.Pd.

Contoh 1.
Tentukan rumus penjumlahan dari

𝑓(𝑎 + ∆𝑥)∆𝑥 + 𝑓(𝑎 + 2∆𝑥)∆𝑥 + 𝑓(𝑎 + 3∆𝑥)∆𝑥 + ⋯ + 𝑓(𝑎 + 20∆𝑥)∆𝑥

Penyelesaian:

𝑓(𝑎 + ∆𝑥)∆𝑥 + 𝑓(𝑎 + 2∆𝑥)∆𝑥 + 𝑓(𝑎 + 3∆𝑥)∆𝑥 + ⋯ + 𝑓(𝑎 + 20∆𝑥)∆𝑥

= [𝑓(𝑎 + ∆𝑥) + 𝑓(𝑎 + 2∆𝑥) + 𝑓(𝑎 + 3∆𝑥) + ⋯ + 𝑓(𝑎 + 20∆𝑥)]∆𝑥

20

= ∑ 𝑓(𝑎 + 𝑘∆𝑥) ∆𝑥
𝑘=1

Contoh 2.
Tentukan nilai dari
𝑛

lim ∑ (−1)𝑘+1 ∙ 2−𝑘 .


𝑛→∞
𝑘=1

Penyelesaian:

Lihat bahwa bentuk


𝑛

lim ∑ (−1)𝑘+1 ∙ 2−𝑘


𝑛→∞
𝑘=1

dapat ditulis menjadi

(−1)2 ∙ 2−1 + (−1)3 ∙ 2−2 + (−1)4 ∙ 2−3 + ⋯ + (−1)𝑛+1 ∙ 2−𝑛 + ⋯


1
Ekspresi di atas merupakan deret geometri tak hingga dengan suku pertama 𝑎 = 2 dan rasio
1
𝑟 = − . Jadi jumlah notasi sigma yang diberikan adalah
2

𝑛 1 1
𝑎 2 1
lim ∑(−1 )𝑘+1 ∙2 −𝑘
= = =2= .
𝑛→∞ 1 − 𝑟 1 − (− 1) 3 3
𝑘=1
2 2
12
INTEGRAL RIEMANN
Delvi Afriana Saragih, S.Pd.

Contoh 3.
Berdasarkan ekspresi

1
lim =0
𝑛→∞ 𝑛

dan sifat-sifat notasi sigma, hitunglah

𝑛
𝑘2
lim ∑ .
𝑛→∞ 𝑛3
𝑘=1

Penyelesaian:
𝑛 𝑛
𝑘2 1 1
lim ∑ 3 = lim 3 ∑ 𝑘 2 = lim 3 (12 + 22 + 32 + ⋯ + 𝑛2 )
𝑛→∞ 𝑛 𝑛→∞ 𝑛 𝑛→∞ 𝑛
𝑘=1 𝑘=1

1 𝑛(𝑛 + 1)(2𝑛 + 1)
= lim
𝑛→∞ 𝑛 3 6

2𝑛3 + 3𝑛2 + 𝑛
= lim
𝑛→∞ 6𝑛3
2 3 1 1 1
= lim ( + + 2) = + 0 + 0 = .
𝑛→∞ 6 6𝑛 6𝑛 3 3

Contoh 4.
Buktikan bahwa
𝑛
1
lim ∑ = ∞.
𝑛→∞ 𝑘
𝑘=1

Penyelesaian:

Perhatikan bahwa

Alasan mengapa deret ini divergen adalah sebagai berikut. Kita hitung jumlah parsial ke-1,
ke-2, ke-4, ke-8, … ,yaitu
13
INTEGRAL RIEMANN
Delvi Afriana Saragih, S.Pd.

dan seterusnya. Kita peroleh


𝑛
𝑆 2𝑛 > 1 +
2
untuk tiap n = 1, 2, 3, … , yang dapat melampaui bilangan besar apapun karena itu
𝑛
1
lim ∑ =∞
𝑛→∞ 𝑘
𝑘=1

dan deret pun disebut divergen.

Contoh 5.
Tentukan rumus jumlah pangkat empat n bilangan asli pertama yakni
𝑛

1 + 2 + 3 + 4 + ⋯ + 𝑛 = ∑ 𝑘4
4 4 4 4 4

𝑘=1

Penyelesaian:
Perhatikan persamaan berikut:
𝑛 𝑛

)5
∑ [(𝑘 + 1 −𝑘 5]
= ∑ (5𝑘 4 + 10𝑘 3 + 10𝑘 2 + 5𝑘 + 1).
𝑘=1 𝑘=1

Pertama, kita jabarkan ruas kiri diperoleh


𝑛

∑[(𝑘 + 1)5 − 𝑘 5 ] = (25 − 15 ) + (35 − 25 ) + (45 − 35 ) + ⋯ + [(𝑛 + 1)5 − 𝑛5 ]


𝑘=1

Persamaan tersebut dapat juga ditulis


𝑛

∑[(𝑘 + 1)5 − 𝑘 5 ] = −15 + 25 − 25 + 35 − 35 + 45 − ⋯ − 𝑛5 + (𝑛 + 1)5 .


𝑘=1
14
INTEGRAL RIEMANN
Delvi Afriana Saragih, S.Pd.

Dengan prinsip berjatuhan (telescoping) diperoleh


𝑛

∑ [(𝑘 + 1)5 − 𝑘 5 ] = −15 + (𝑛 + 1)5 = (𝑛 + 1)5 − 1.


𝑘=1

Sekarang kita jabarkan ruas kanan menggunakan sifat 1.4 – 1.6 diperoleh
𝑛 𝑛 𝑛 𝑛 𝑛 𝑛
4 3 2 4
∑(5𝑘 + 10𝑘 + 10𝑘 + 5𝑘 + 1) = 5 ∑ 𝑘 + 10 ∑ 𝑘 + 10 ∑ 𝑘 + 5 ∑ 𝑘 + ∑ 1 3 2

𝑘=1 𝑘=1 𝑘=1 𝑘=1 𝑘=1 𝑘=1

Dengan menggunakan sifat-sifat notasi sigma pada 1.1 – 1.3 dan hasil penjumlahan ruas kiri
pada langkah sebelumnya diperoleh
𝑛
𝑛2 (𝑛 + 1)2 𝑛(𝑛 + 1)(2𝑛 + 1) 𝑛(𝑛 + 1)
(𝑛 + 1 )5 − 1 = 5 ∑ 𝑘 + 10 ∙ 4
+ 10 ∙ +5∙ + 𝑛.
4 6 2
𝑘=1

Bentuk di atas dapat juga ditulis


𝑛
5𝑛2 (𝑛 + 1)2 5𝑛(𝑛 + 1)(2𝑛 + 1) 5𝑛(𝑛 + 1)
5 ∑ 𝑘 4 = (𝑛 + 1)5 − − − −𝑛−1
2 3 2
𝑘=1

Dengan menyamakan penyebut diperoleh


𝑛
6(𝑛 + 1)5 − 15𝑛2 (𝑛 + 1)2 − 10𝑛(𝑛 + 1)(2𝑛 + 1) − 15𝑛(𝑛 + 1) − 6(𝑛 + 1)
4
5∑𝑘 =
6
𝑘=1

Kita akan menyederhanakan bentuk di atas secara bertahap

6(𝑛 + 1)5 − 6(𝑛 + 1) = 6(𝑛 + 1)[(𝑛 + 1)4 − 1]

= 6(𝑛 + 1)[(𝑛 + 1)2 − 1][(𝑛 + 1)2 + 1]

= 6(𝑛 + 1)[(𝑛 + 1) − 1][(𝑛 + 1) + 1][𝑛2 + 2𝑛 + 2]

= 6𝑛(𝑛 + 1)(𝑛 + 2)(𝑛2 + 2𝑛 + 2)

= 𝑛(𝑛 + 1)(6𝑛3 + 24𝑛2 + 36𝑛 + 24)

Kemudian bentuk

−15𝑛2 (𝑛 + 1)2 − 10𝑛(𝑛 + 1)(2𝑛 + 1) − 15𝑛(𝑛 + 1)


15
INTEGRAL RIEMANN
Delvi Afriana Saragih, S.Pd.

dapat disederhanakan menjadi

−5𝑛(𝑛 + 1)[3𝑛(𝑛 + 1) + 2(2𝑛 + 1) + 3]

= −5𝑛(𝑛 + 1)(3𝑛2 + 7𝑛 + 5)

= 𝑛(𝑛 + 1)(−15𝑛2 − 35𝑛 − 25)


𝑛(𝑛+1)(6𝑛3 +24𝑛2 +36𝑛+24)+𝑛(𝑛+1)(−15𝑛2 −35𝑛−25)
Jadi, 5 ∑𝑛𝑘=1 𝑘 4 = 6

𝑛
𝑛(𝑛 + 1)(6𝑛3 + 9𝑛2 + 𝑛 − 1)
∑ 𝑘4 = .
30
𝑘=1

Anda mungkin juga menyukai