Anda di halaman 1dari 5

Resume Makalah Revolusi Paradigma Pembelajaran Perguruan Tinggi: Dari Penguliahan Ke Pembelajaran

Nama: Riko Pratama N. Kelas: Jurnalistik 1-D

Belajar di perguruan tinggi merupakan pilihan strategik untukuntuk mencapai tujuan individual bagi mereka yang menyatakan diri untuk belajar melalui jalur formal tersebut. Namun, realitas yang dihadapi oleh dosen dan penyelenggara pendidikan dalam banyak hal jauh dari harapan.perilaku mahasiswa dan dosen dalam belajar-mengajar tidak menunjukan segala atribut yang seharusnya melekat pada individual yang akan mendapat sebutan sebagai sarjana. Salah satu faktor yang menyebabkan hal seperti ini terjadi adalah kesenjanga persepsi dan pemahaman penyelenggara pendidikan, dosen, dan mahasiswa mengenai belajar di perguruan tinggi. Tujuan lembaga pendidikan biasanya dikaitkan dengan tujuan pendidikan nasional. Yang perlu dicatat adalah bahwa belajar merupakan kegiatan individual, yang sengaja dipilih secara sadar karena seseorang memiliki tujuan individual tertentu. Belajar di perguruan tinggi merupakan pilihan diantar alternatif strategik untuk mencapai tujuan individual. Kesadaran akan hal ini akan sangat menentukan sikap dan pandangan belajar di perguruan tinggi yang pada akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang dapat belajar di perguruan tinggi. Idealnya, karena seorang yang pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi,

seseorang dituntut untuk bertindak atau berbuat lebih dari mereka yang tidak mendapat kesempatan duduk di bangku kuliah. Mereka yang belajar di perguruan tinggi dituntut tidak hanya memiliki kemampuan teknis tetapi juga mempunyaidaya dan kerangka pikir serta sikap mental, kepribadian, dan kearifan tertentu sehingga mereka mempunyai wawasan yang lebih dari orang yang tidak mengenyam bangku perguruan tinggi dalam menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Beberapa atribut yang membentuk keperibadian kesarjaanaan ini adalah:

Penguasaan pengetahuan yang mendalam dalam disiplin ilmu, Kemampuan penalaran dan artikulasi, Penguasaan bahasa kesarjanaan ,

Kesantunan dalam pergaulan ilmiah, profesional, dan sosial, Kearifan berkaitan dengan disiplin ilmu.

Kearifan timbul dan terbangun dalam diri seorang sarjana karena proses belajar dan refleksi terhadap pengalaman-pengalaman terhadap disiplin ilmunya. Buchori (2000) memberi cirri-ciri manusia arif yaitu mempunyai: Pengetahuan yang luas (to be learned) Kecerdikan (smartness) Akal sehat (common sense) Tilikan (insight), yaitu mengenal inti hal-hal yang diketahui Sikap hati-hati (prudende, discrete) Pemahaman terhadap norma-norma kebenaran Kemampuan mencerna (to digest) pengalaman hidup.

Membaca buku atau sumber pengetahuan yang baik merupakan sarana dalam mengembangkan penalaran. Oleh karena itu, kepribadian kesarjanaan sebenarnya akan berkembang dan menjadi ciri sarjana kalau saja mahasiswa tidak hanya mengembangkan pengetahuan dengan cara mendengar (hear) dan berbincang (talk), tetepi lebih dari itu dengan membaca (read), memperhatikan (listen), dan berbicara (speak). Bila mahasiswa tidak bersedia membaca, proses pembelajaran sebenarnya tidak akan pernah terjadi. Hal inilah yang paling sering menjadi hambatan dalam proses pembelajaran di Indonesia. Hal ini menuntut metoda pembelajaran tertentu yang sangat berbeda dengan metoda pembelajaran yang mungkin pernah dialami sebelumnya. Namun, kepribadian kesarjanaan nampaknya belum terbentuk secara nyata karena dewasa ini mereka yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi bertindak layaknya mereka yang tidak belajar melalui lembaga formal. Berbagai faktor menyebabkan kondisi belajar seperti itu. Proses belajar, birokrasi, kurikulum, EBTANAS, kompetensi, dan buku pelajaran di pendidikan dasar dan menengah merupakan beberapa faktor yang memepengaruhi masukan perguruan tinggi, masalah akreditasi,perilaku pendidik, undang-undah pendidikan, dan komersialisasi pendidikan.

Maka dari itu kita harus mengerti tujuan dan apa saja aspek dari pembelajaran itu. Tujuan Belajar Ada dua tujuan yang harus saling menunjang dalam proses belajar. Yang pertama adalah tujuan lembaga pendidikan dalam menyediakan sumberdaya pengetahuan dan pengalaman (knowledge and learning experiences) dan yang kedua adalah tujuan individual mereka yang belajar (mahasiswa).

Aspek Belajar Kuliah merupakan bentuk interaksi antara dosen, mahasiswa, dan ilmu pengetahuan. Pemahaman dalam hal ini dapat dijadikan se bagai titik tolak untuk melakukan perbaikan secara institusional. Hal ini dimungkinkan karena keleluasaan yang melekat dalam pendidikan tinggi disbanding pendidikan dibawahnya.

Makna Kuliah Kuliah bukan satu-satunya sumber belajar. Kesan yang keliru akan mengakibatkan adanya kesenjangan persepsi tujuan antara lembaga pendidikan, dosen, dan mahasiswa sehingga proses belajar-mengajar yang efektif menjadi terhambat. Mahasiswa dan dosen memiliki kedudukan yang sama dalam akses terhadap ilmu pengetahuan. Namun, dosen berbeda dengan mahasiswa karena wawasan dan pengalamanpengalaman yang dimilikinya yang berkaitan dengan pengalaman tersebut.

Fungsi Temu Kelas Proses belajar merupakan kegiatan mandiri yang terencana dan kuliah merupakan kegiatan untuk penguatan (reinforcement) pemahaman mahasisiwa sebagai hasil belajar mandiri.

Silabus Sebagai Kesepakatan Kesepakatan (commitment) antara dosen dan mahasiswa dalam bentuk rencana belajar dan silabus merupakan keharusan dalam penyelenggaraan pendidikan. Dengan adanya kesepakatan setidaknya dosen dan mahasiswa harus memegang buku materi dan acuan yang sama.

Secara umum, materi yang dirancang dalam silabus silabus tidak mungkin dijelaskan oleh dosen seluruhnya. Silabus merupakan peta belajar yang dibuat oleh dosen karena pengalamannya. Fungsi dosen adalah berbagi pengetahuan dengan mahasiswa.

Pengalaman belajar atau nilai Nilai yang diperoleh mahsiswa mempunyai fungsi ganda, sebagai ukuran keberhasilan mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah dan sekaligus sebagai alat evaluasi keberhasilan mata kuliah itu sendiri dalam mengubah pengetahuan dan kepribadian mahasiswa.

Konsep tentang dosen Dosen harus dipandang sebagai manajer kelas dan merupakan narasumber proses belajar. Dalam teknologi pendidikan, dikatakan bahwa dosen dikatakan director, facilitator, motivator, dan evaluator proses belajar.

Konsep Memiliki Buku Memiliki buku disini tidak harus berarti membeli tetapi berarti membawa (menguasai secara fisik misalnya meminjam) selama mengikuti kuliah.

Kemampuan Berbahasa Kemampuan berbahasa yang baik dan benar merupakan syarat mutlak untuk melakukan kegiatan ilmiah, karena bahasa merupakan sarana komunikasi ilmiah yang pokok.

Tanggapan:

Saya setuju dengan isi makalah ini bahwa pendidikan bukan hanya tanggungan mahasiswa ataupun dosen, namun ada tigak unsure pokok yang harus saling berkesinambungan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Tiga unsur tersebut adalah dosen, mahasiswa dan lembaga yang memfasilitasi, dalam hal ini berarti universitas lah yang harus memfasilitasi dosen dan mahasiswa. Namun pada kenyataannya masih belum dapat terlaksananya proses belajar-mengajar yang baik dikarenakan persepsi yang salah tengtang kuliah itu sendiri. Yang harus kita sadari adalah, kuliah merupakan proses berbagi pengalaman belajar antara dosen dan mahasiswa. Bukan malah menjadi proses penurunan ilmu dari dosen pada mahasiswa yang menyebabkan keterbatasan ruang lingkup ilmu. Dosen juga harus menjadi manager, director, motivator, serta evaluator di dalam kelas. Disamping itu mahasiswa sendiri harus mulai membentuk kesadaran untuk belajar mandiri. Sehingga proses temu kelas merupakan waktunya sharing sesuatu yang belum dimengerti kepada dosen. Sehingga proses belajar menjadi efektif serta efisien. Setelah dosen dan mahasiswa mengerti tentang hakikat kuliah yang sebenarnya maka subjek ketiga yang harus mulai berbenah adalah universitas. Dimana kampus harus menyediakan perpustakaan dengan buku yang lengkap, ruangan praktek, serta peralatan yang memadai. Bukan malah menjalankan politik mercusuar. Dengan adanya tiga unsur yang saling terkait ini proses belajar dan mengajar akan menjadi lebih kondusif, efektif dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai