Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

SURVEI KONSUMSI PANGAN


(Membina Hubungan Baik dengan Responden)

Dosen Pembimbing:
Agustina Endah Werdiharini, S.Sos., M.Kes

Disusun Oleh:

Nama : FITRIANA FARRAH YOLADIA


NIM : G42161924
Golongan/Kelompok : D2

PROGRAM STUDI GIZI KLINIK


JURUSAN KESEHATAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER


TAHUN 2018

1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4


1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4

1.3 Tujuan ................................................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 6


BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 12

3.1 Penatalaksanaan .............................................................................................. 12

3.2 Alat dan Bahan ................................................................................................. 12

3.3 Prosedur Kerja ................................................................................................. 12

BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................... 13


BAB V PENUTUP..................................................................................................... 16

6.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 16

6.2 Saran ................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 17

LAMPIRAN ............................................................................................................... 18

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kemudahan kepada kami untuk
dapat menyelesaikan laporan praktikum ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami
tidak akan bisa menyelesaikan laporan praktikum ini. Shalawat serta salam kami
junjungkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW.

Laporan praktikum ini disusun sebagai tugas akhir dalam praktikum Pengawasan
Mutu Makanan Kami menyadari bahwa dalam proses pembuatan laporan ini masih
banyak kekurangan. Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Agustina Endah
Werdiharini, S.Sos., M.Kes dan Teknisi selaku dosen dan pembimbing dalam mata
kuliah Survei Konsumsi Pangan, yang telah sabar membimbing kami untuk melakukan
praktikum serta pembuatan laporan praktikum ini.

Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat untuk kedepannya. Kami


ucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait yang telah membantu dalam proses
pembuatan laporan ini. Kami siap menerima kritik dan saran dari pembaca sekalian
sehingga kami dapat menyusun laporan praktikum yang lebih baik lagi untuk
kedepannya.

Jember, 20 September 2018

Penyusun

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu metode pengumpulan data adalah dengan jalan wawancara yaitu
mendapatkan informasi dengan cara bertanya lengsung kepada responden. Cara inilah
yang banyak dilakukan di Indonesia belakangan ini. Wawancara merupakan salah satu
bagian terpenting dari setiap survey. Tanpa wawancara, peneliti akan kehilangan
informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung kepada
responden. Data semacam itu merupakan tulang punggung suatu penelitian survey.
Wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Namun sebelum memulai wawancara kepada responden mengenai perihal yang
kita perlukan, pewawancara harus melakukan rapport (pendekatan) kepada responden.
Kegiatan rapport dilakukan agar responden benar – benar memberikan informasi yang
sesungguhnya sehingga dapat mencerminkan makanan dan minuman yang biasa
dikonsumsi responden sehari – hari.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana langkah – langkah Teknik rapport?


2. Bagaimana cara mempraktekan Teknik rappot?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui langkah – langkah Teknik rapport


2. Untuk mengetahui cara mempraktekkan Teknik rapport

4
1.4 Manfaat

1. Dapat memahami langkah – langkah Teknik rapport


2. Dapat memahami cara mempraktekkan Teknik rapport

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Rapport

Rapport adalah Suatu hubungan atau percakapan atau interaksi dikatakan


berada dalam keadaan rapport kalau interaksi tersebut terasa sangat harmonis, cirinya
adalah percakapan yang sangat dinikmati kedua pihak. Menurut bahasa, rapport berarti
kesesuaian, yaitu : hubungan yang saling percaya dan pengertian atau persetujuan
antara orang, rasa yang bersimpati pemahaman, bersimpati kompatibilitas.

1. Pengertian rapport

1) Menurut Lesmana (2006:103), rapport adalah suatu iklim psikologis yang positif,
yang mengandung kehangatan dan penerimaan, sehingga konseli tidak merasa
terancam berhubungan dengan konselor.

2) Menurut Willis (2004: 46), rapport adalah suatu hubungan (relationship) yang
ditandai dengan keharmonisan, kesesuaian, kecocokan, dan saling tarik menarik.
Rapport dimulai dengan persetujuan, kesejajaran, kesukaan, dan persamaan. Jika sudah
terjadi persetujuan dan rasa persamaan, timbullah kesukaan terhadap satu sama lain.

3) Rapport merupakan adanya hubungan atau keterikatan secara psikologis antara dua
orang atau lebih yang keduanya saling merasa nyaman.

4) Rapport adalah hubungan interpersonal yang empatik, terbangun penuh rasa


percaya dan pengertian.

5) Menurut Partowisastro (1982:26), rapport adalah hubungan yang terdapat didalam


bimbingan/konseling situasi antara konselor dan klien, dimana klient: (1) menunjukkan
cooperatif yang optimal (2) berikhtiar sebaik-baiknya untuk berhasilnya konseling (3)

6
berikhtiar sungguh-sunguh untuk mengatasi hambatan yang normal, supaya dengan
cara semacam ini dapatlah diperlihatkan kepribadiannya yang sebenarnya.

6) Menurut Adi Putra Widjaja Rapport adalah kwalitas dari sebuah hubungan
komunikasi yang terjalin dan sangat berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya
sebuah pesan dapat dikirim.

7) Menurut Hendry Risjawan, rapport adalah membangun sebuah hubungan dan


memulai komunikasi secara efektif.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rapport adalah suatu
hubungan komunikasi psikologis antara klien dan konselor yang terjalin dengan baik
dengan adanya penerimaan dan pemahaman sehingga klien merasa nyaman dan proses
konseling berjalan efektif dan efesien. Hubungan yang terdapat didalam rapport adalah
hubungan khusus dimana lebih dipertegas antara konselor dengan klien, hubungan
khusus yang bagaimana, hubungan khusus tersebut dilandasi atas keinginan bersama
sehingga menimbulkan iklim psikologis yang positif antara konselor dan klien.
Selanjutnya apakah itu iklim psikologi yang positif.

Iklim adalah keadaan dalam hal ini lebih mengarah pada suasana, sedangkan
psikologi adalah kejiwaan, dan kata positif lebih mengacu pada manfaat atau yang
mendukung. Dapat disimpulkan ikllim psikologi yang positif adalah dimana keadaan
psikis baik konselor ataupun kilen saling mendukung antar satu dengan lainnya.

1. Upaya Untuk Membina Rapport.

1) Bersimpati, artinya menaruh perhatian, menaruh minat untuk mendengarkan


pembicaraan konseli.

2) Berempati, konselor menempatkan diri untuk merasakan apa yang konseli rasakan,
namun tidak hanyut dalam perasaan konseli terlalu dalam.

7
3) Saling memahami, konselor memahami apa yang dipikirkan konseli, konselipun
memahami apa yang dijelaskan konselor.

4) Terus mengirimkan bahasa verbal maupun non-verbal yang mengekspresikan


respek dan tangapan.

5) Komunikatif, berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dipahami konseli dan


jelas intonasi dalam penyampainnya.

6) Meningkatkan terjemahan dari minat, kemampuan dan dimensi kepribadian dalam


peristilahan okupasional

7) Meningkatkan wawasan mengenai kepribadian seseorang dan mengklarifikasikan


konsep diri.

Menurut Sopyan S. Willis (2004)

1. Pribadi konselor harus empati, merasakan apa yang dirasakan konseli. Konselor
harus terbuka, menerima tanpa syarat dan mempunyai rasa hormat dan
menghargai.
2. Konselor harus mampu membaca perilaku non verbal konseli, terutama yang
berhubungan dengan bahasa lisannya.
3. Adanya rasa kebersamaan, intim, akrab, kejujuran dan minat membantu tanpa
pamrih.

Menurut Hendry Risjawan

1. Perhatian pada klien


2. Tunjukkan ketertarikan pada klien
3. Mintalah komentar
4. Memiliki sikap/kelakuan yang baik

8
5. Respon dan berikan reaksi pada klien

Hubungan baik atau rapport merupakan langkah pertama dan utama didalam proses
konseling karena hal ini akan berdampak pada klien tersebut dalam memberikan
keterangan terhadap seorang konselor, berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan
seorang konselor untuk membina raeport:

1. Menjadi pendengar yang baik

Seorang pendengar yang baik maka cenderung disukai oleh orang lain, secara umum
hal itu dapat diterima, namun mendengar disini lebih mengacu pada bagaimana seorang
konselor menggunakan “telinga ketiganya”, dimana mereka tidak sebatas mendengar
apa yang terdengar melainkan lebih kedalam (menyimak) , tekanan dan perasaan kllien
yang dibawa turut didengaran.

Selanjutnya McKay, davis dan famming dalam Lesmana (2005:104) juga mengatakan
bahwa mendengarkan itu sekaligus komitmen dan komplimen. Komitmen untuk
memahami bagaimana perasaan orang lain (klien). Bagaimana klien memandang dunia
disekitarnya, hal ini mengandung makna bahwa seorang konselor berusaha untuk
memasuki diri klien. Menjadi diri klien tanpa terhanyut dengan segenap perasaan yang
dimilikinya. Komplimen adalah kesedian dari diri konselor untuk menerima klien
beserta “keadaan psikis” yang dibawanya.

1. Berkomunikasi yang baik dan menarik.

Senjata utama seorang konselor adalah terletak pada bagaimana mereka


berkomunikasi. Setelah menjadi pendengar yang baik langkah berikutnya adalah
menjadi komunikator yang baik. Dalam hal ini seorang konselor antara satu dengan
yang lainnya memiliki karakteristik yang berbeda-beda, namun tujuan mereka hampir

9
sama yaitu bagaimana caranya agar klien percaya sepenuhnya kepadanya, sehingga
proses konseling berjalan secara optimal.

Oleh sebab itu seorang konselor harus pandai-pandai menerima pesan-pesan


yang tersembunyi yang disampaikan oleh klien (bahasa nonverbal) disamping harus
memperhatikan bahasa verbal yang disampaikan, Namun perlu ditekankan bahwa riset
telah membuktikan bahasa yang disampaikan manusia lebih dari 50% terwakili melalui
bahasa nonverbal. Sedangkan bahasa non verbal sifatnya sulit untuk dipahami selama
konselor hanya berpacu pada teori, karena bahasa non verbal dipengaruhi oleh unsur
budaya, sedangkan budaya sendiri sifatnya kedaerahan.

1. Menciptakan suasana yang aman dan nyaman.

Meskipun tampaknya sepele namun suasana juga memberikan kontribusi


kepada klien, sehingga kesan pertama yang diperoleh oleh klien adalah positif. Suasana
yang aman dan nyaman membantu secara psikis bahwa kedatangannya itu diterima,
dan membuat klien merasa senang untuk memberikan data yang diperlukan didalam
proses konseling.

Demikian beberapa upaya yang dirasa sangat penting didalam membina


raeport. Raeport hendaknya terjalin sedini mungkin, kalau bisa pada pertemuan
pertama kali raeport sudah terbina meskipun tidak sekuat setelah pertemuan sesudah-
sudahnya. Perlu dipertimbangan juga mengenai kondisi klien, dalam artian apakah
klien tersebut anak-anak, remaja, orang dewasa atau orang tua, Karena pembinaan
raeport tidaklah sama bagi masing-masing kondisi tersebut.

1. Ciri-ciri rapport

10
1) Kepercayaan, timbulnya rasa percaya antara konselor dan konseli. Dimana
konselor akan percaya terhadap apa yang disampaikan konseli,serta konseli percaya
bahwa apa yang disampaikan konselor akan dijaga kerahasiaannya.

2) Keterbukaan, setelah ada rasa percaya maka baik konselor dan konseli akan
bersikap bebas dan terbuka dalam memberikan informasi.

3) Respon, ada sebuah respon yang diberikan oleh konselor kepada konseli atau
sebalinya.

4) Tanggapan, sebuah tanggapan yang sebelumnya dipengaruhi oleh respon,


tanggapan-tanggapan ini berupa verbal maupun non-verbal.

5) Suasana kesetaraan, artinya dari pihak konseli merasa bahwa tidak ada derajat
yang lebih tinggi atau lebih rendah terhadap konselor dan sebaliknya, sehingga ada
minat keduanya untuk berkomunikasi ataupun menjalani hubungan konseling.

6) Komunikasi efektif, timbul komunikasi yang menyenangkan, nyaman dan segar


antara konselor dan konseli.

11
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Penatalaksanaan
Praktikum Survei Konsumsi Pangan dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20
September 2018 di Lab Pendidikan Gizi, Program Studi Gizi Klinik, Politeknik Negeri
Jember.

3.2 Alat dan Bahan


1 Lembar Kegiatan Praktek Mahasiswa (BKPM) Survey Konsumsi Pangan
2 Kertas HVS atau folio
3 Fulpen
4 Penggaris

3.3 Prosedur Kerja

Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap


kelompok terdiri dari 5 (lima) orang

Setiap anggota kelompok memperagakan sebagai seorang


peneliti dan seorang responden secara bergantian didampingi
seorang mahasiswa sebagai penilai.

Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil dan


membuat laporan

12
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini membahasan tentang cara membina hubungan baik
dengan responden. Membina hubungan yang baik biasanya ditandai dengan responden
merasakan kehangatan dan sikap empatik dari pihak wawancara dan responden merasa
bebas mengutarakan pendapatnya. Hal ini kita dapat memulainya dengan pendekatan
(rapport) kepada responden. Hubungan baik (rapport) lebih dari sekedar mengucapkan
salam atau sekedar mengenakkan hati klien, namun rapport merupakan kesatuan
suasana hubungan yang ditandai oleh adanya rasa kerasa, saling percaya mempercayai,
kerjasama, kesungguhan dan ketulusan hati serta perhatian.
Langkah langkah yang harus kita lakukan dalam wawancara yaitu
memperkenalkan diri, menunjukkan surat survei, latar belakang, bagaimana responden
terpilih, kerahasiaan responden akan dijamin dan keuntungan dari hasil penelitian.
Selain itu kita sebagai responden juga perlu menyiapkan pertanyaan yang akan
diberikan kepada responden
Perihal kunjungan penelitian dibeberapa rumah warga saya mengangkat topik
yaitu “Pola Konsumsi Ibu Hamil dengan Kondisi Kurang Energi Kronis (KEK)”. Saya
mengangkat topik ini karena di Indonesia sudah banyak berita mengenai bayi lahir
dengan berat rendah (kurang dari 2500 kg), bayi lahir prematur (kurang dari usia
kehamilan 37 minggu), bayi lahir dengan cacat bawaan dan masih banyak lagi kasus
lain yang serupa. Pada umumnya kasus tersebut terjadi akibat kurang Pendidikan dan
informasi serta social ekonomi ibu hamil selain itu kurangnya asupan ibu hamil. Maka
dari itu tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui makanan apa saja yang dikonsumsi
Ibu Hamil dan untuk mengetahui mulai dari tahap pemilihan bahan makanan hingga
tahap pengolahannya apakah sudah benar. Sehingga nantinya dengan diadakannya
perbaikan mengenai masalah tersebut, diharapkan dapat mengurangi jumlah Ibu Hamil
dengan kondisi Kurang Energi Kronis (KEK). Pada penelitian ini saya memilih salah
satu orang untuk dijadikan responden dari Desa Bangsalsari yang bernama Ibu Galuh.

13
Seperti yang sudah dijelaskan diatas mengenai langkah – langkah dalam
wawancara, langkah – langkah tersebut saya terapkan ketika ingin mewawancari
responden. Pertama saya memperkenalkan diri, kemudian menunjukkan surat tugas
dengan menjelaskan tujuan diadakannya wawancara kemudian menanyakan identitas
responden dan melakukan rapport (pendekatan) dengan menanyakan aktifitas apa saja
yang dilakukan responden sehari hari selain itu juga bisa menanyakan berapa usia
kandungan responden. Kedua, saya menjelaskan bagaimana proses penelitian
berlangsung dan memberi kepercayaan kepada responden jika kerahasiaan responden
akan terjamin ketika pendataan berlangsung. Terakhir, ketika responden menyetujui
proses penelitian ini, saya akan meminta responden untuk menandatangani lembar
kesediaan terlibat dalam penelitian dan saya mengakhiri wawancara ini dengan
berpamitan dengan responden.
Berikut ini adalah contoh transkip rekaman dialog dalam kunjungan peneliti
ke desa responden yang telah peneliti buat:

Transkip Rekaman Dialog dalam Kunjungan Peneliti

Judul : Pola Makan Ibu Hamil dengan Kondisi Kurang Energi Kronis (KEK)
Peneliti : Yola
Responden : Bu Galuh

Peneliti : Assalamualaikum wr, wb


Responden : Waalaikumsallam wr, wb.
Peneliti : Perkenalkan nama saya Yola, mahasiswa dari Politeknik
Negeri Jember. Permisi ibu kalua boleh saya tau nama Ibu siapa
ya?
Responden : Oh ya mbk, nama saya Ibu Galuh. Ada perlu apa ya mbk?
Peneliti : jadi begini bu saya sedang menyelesaikan skripsi dengan topik
kajian tentang pola makan Ibu hamil dengan kondisi kurang
energi kronis. Apakah saya boleh meminta waktunya untuk
menanyakan sesuatu kepada ibu?

14
Responden : ohh, ya mbk tentu saja boleh
Peneliti : jadi begini bu Galuh saya ingin belajar lebih jauh dengan anda
tentang makanan apa saja ynag telah dikonsumsi selama hamil
trimester pertama hingga saat ini.
Responden : oo ya silakan
Peneliti : sebelum saya bertanya lebih lanjut, saya akan menjelaskan
beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian ini. Dalam waktu
kurang lebih 15 menit saya akan menanyakan kebiasaan makan
pagi hingga makan malam sehari hari termasuk suplemen
vitamin dan susu. Saya membutuhkan minimal 3 kali bertemu
dengan Anda. Saya akan kembali mengunjungi anda pada hari
rabu. Apakah ibu keberatan?
Responden : ohh begitu ya mbak. Baik saya bisa mbk
Peneliti : hasil hasil yang berkaitan dengan wawancara tidak akan saya
publikasikan secara individu melainkan sudah diolah menjadi
data kelompok, untuk itu nama anda akan kami samarkan.
Sehubungan dengan hal tersebut saya ingin anda dapat
menandatangani lembar kesediaan terlihat dalam penelitian ini.
Responden : baik saya akan mendatangani kertas ini.
Peneliti : terimakasih Ibu Galuh, saya akan datang kembali pada hari
rabu. Wassalamualaikum wr, wb.
Responden : waalaikumsallam

15
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah saya lakukan mengenai “Membina


Hubungan Baik dengan Responden” dapat disimpulkan bahwa ketika kita melakukan
wawancara kepada responden hal penting yang perlu diperhatikan yaitu rapport
(pendekatan) karena dengan melakukan hal itu kita dapat menciptakan hubungan yang
harmonis atau simpatik sehingga responden dapat memberikan informasi yan
sesungguhnya dan yang paling penting kita juga bisa tahu identitas responden,
persetujuan responden dan menjamin kerahasiaan data responden.

6.1 Saran

Selama praktikum berlangsung, hendaknya praktikkan dapat menjaga suasana


agar tetap kondusif dan sebaiknya tidak terburu buru dalam memberikan pertanyaan
sehingga responden dapat menanggapinya dengan baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Mugiarso, Heru. 2006. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UNNES PRESS

Prayitno. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Willis, Sofyan. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: CV. alfabeta

http://digilib.unisayogya.ac.id/3984/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20PDF.pdf

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/07/kurang-energi-kronis-kek-pada-ibu-
hamil.html

http://ibudanmama.com/kehamilan/ensiklopedia-kehamilan/kekurangan-energi-
kronik-pada-ibu-hamil/

17

Anda mungkin juga menyukai