Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH DASAR-DASAR PENDIDIKAN

EKSISTENSI MANUSIA DAN KEBUTUHANNYA


TERHADAP PENDIDIKAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Dasar-Dasar Pendidikan

Dosen Pengampu :
Ratna Nulinnaja,M.pd.I

Kelompok 3:
1.FARAH AULIA (230103110039)
2.CHOIRUNNISA MAULIDIA M. (230103110052)
3.NAJIYYA NAJAT AZZEEHAVELLA (230103110065)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANGTAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Eksistensi
Manusia dan Kebutuhannya terhadap pendidikan”. Tidak lupa juga kami mengucapkan
terimah kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam
penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada
ibu Ratna Nulinnaja,M.pd.I. sebagai dosen pengampu mata kuliah dasar-dasar
pendidikan yang membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam
penyusunan makalah ini. Yang mana tentunya kita tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusun maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini
memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Malang, 18 September 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

1.1Latar Belakang................................................................................................3

1.2Rumusan Masalah...........................................................................................4

1.3Tujuan Penulisan.............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

2.1 Eksistensi Manusia.........................................................................................6

2.2 Hakikat Manusia ............................................................................................9

2.3 Kebutuhan manusia akan Pendidikan...........................................................14

BAB III PENUTUP...............................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Eksistensi manusia dan kebutuhan terhadap pendidikan saling terkait


dalam perkembangan sejarah manusia. Dalam evolusi Manusia dijelaskan
bahwa manusia adalah hasil dari proses evolusi yang panjang. Kemampuan
manusia untuk berpikir, berbicara, dan belajar lebih kompleks dibandingkan
dengan spesies lain. Ini memicu kebutuhan alami untuk memahami dunia dan
beradaptasi dengan perubahan. Pendidikan menjadi kunci kelangsungan hidup
manusia. Dalam masyarakat pra-sejarah, pengetahuan tentang cara berburu,
menanam, dan bertahan hidup di lingkungan alam sangat penting. Ini
membantu manusia melindungi diri mereka sendiri dan keluarga mereka.
Melalui pendidikan, manusia dapat mengembangkan berbagai keterampilan
yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Ini termasuk keterampilan
berkomunikasi, berhitung, dan kemampuan untuk memecahkan masalah.

Pendidikan juga membantu membentuk aspek sosial eksistensi


manusia. Manusia belajar norma-norma sosial, etika, dan nilai-nilai
masyarakat mereka melalui proses pendidikan. Ini memungkinkan
pembentukan masyarakat yang lebih terstruktur. Pendidikan membantu
manusia mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan logis. Ini
memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan yang lebih baik,
memecahkan masalah yang rumit, dan berkontribusi pada kemajuan sosial dan
ilmiah. Dalam perkembangan budaya dan peradaban pendidikan memainkan
peran penting dalam perkembangan budaya dan peradaban manusia. Melalui
pendidikan, pengetahuan dan nilai-nilai budaya dapat diwariskan dari generasi
ke generasi. Pendidikan adalah sarana utama untuk memberikan kesempatan
kepada setiap orang untuk mencapai potensi penuh mereka.

5
Dalam ringkasan ini, eksistensi manusia yang unik dan kompleks telah
mendorong kebutuhan terhadap pendidikan. Pendidikan tidak hanya
membantu manusia bertahan hidup dan berkembang, tetapi juga memainkan
peran penting dalam perkembangan individu dan masyarakat secara
keseluruhan. Semakin tingginya ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat
manusia banyak menciptakan sarana yang memudahkan mencukupi
kebutuhan untuk hidup sesuai dengan kodratnya. Bersamaan dengan
perkembangan zaman tersebut, membuat ilmu pengetahuan dan teknologi
banyak disalahgunakan manusia sehingga melupakan faktor eksistensi
manusia.

1.2Rumusan Masalah

1. Apa yang dimakssud dengan eksistensi ?


2. Apa hubungan antara manusia dan pendidikan ?
3. Jelaskan hakekat pendidikan !
4. Apa pendapatmu terhadap manusia yang menganggap pendidikan
tidak penting?
5. Mengapa manusia membutuhkan pendidikan?

1.3Tujuan Penulisan

1. Memahami Eksistensi Manusia: Makalah ini dapat membantu


pembaca memahami eksistensi manusia dalam konteks sosial, budaya, dan
filosofis. Anda dapat menjelaskan konsep eksistensi manusia, pertanyaan-

6
pertanyaan filosofis tentang makna hidup, dan bagaimana pendidikan
berperan dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan tersebut.

2. Menganalisis Kebutuhan Pendidikan: Fokus pada bagaimana


pendidikan memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pendidikan formal
untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan, serta aspek-aspek non-
formal dan informal pendidikan yang membentuk perkembangan pribadi.

3. Mengetahui keterkaitan manusia dan pendidikan: Manusia dan


pendidikan memiliki keterkaitan yang erat. Pendidikan adalah proses yang
memungkinkan manusia untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan,
nilai-nilai, dan pengalaman yang penting dalam kehidupan mereka.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Eksistensi Manusia

Eksitensi adalah tentang “ada” atau “berada di dunia ini”. (Ananda,


2018)Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), Istilah eksistensi berasal
dari kata existere (eks= keluar, sistere= ada atau berada). Dengan demikian,
ekisistensi memiliki arti sebagai suatu yang sanggup keluar dari keberadaanya
atau suatu yang mampu malampaui dirinya sendiri. Eksistensi adalah suatu proses
dinamis, suatu yang menjadi atau mengada. Ini sesuai dangan asal kata eksistensi
itu sendiri, yakni eksistere, yang artinya keluar dari melampaui atau mengatasi.
Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan
mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada
kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya.
Kierkegaard menekankan bahwa eksistensi manusia berarti berani mengambil
keputusan yang menentukan hidup. Maka barang siapatidak berani mengambil
keputusan, ia tidak hidup bereksistensi dalam arti sebenarnya.Menurut Zainal
Abidin (2008) Eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur dan
mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada
kemampuan individu dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya. Oleh sebab
itu, arti istilan eksistensi analog dengan ‘kata kerja’ bukan ‘kata benda’.
Dalam kehidupan sehari-hari tidak ada sesuatu pun yang mempunyai ciri atau
karakter existere, selain manusia. Hanya manusia yang berinteraksi. Hanya
manusia yang sanggup keluar dari dirinya, melampaui keterbatasan biologis, dan
lingkungan fisiknya, berusaha untuk tidak terkungkung oleh segala keterbatasan
yang dimilikinya. Oleh sebab itu, para eksistensialis menyebut manusia sebagai
suatu proses, menjadi gerak yang aktif dan dinamis. Ada beberapa tema
kehidupan yang coba diungkapkan oleh para eksistensialis. Menurut mereka

8
tema-tema tersebut diantaranya adalah keberadaan (pilihan bebas), kecemasan,
kematian, dan lain sebqagainya. Manusia diyakini sebagai makhluk yang bebas
dan kebebasan itu adalah modal dasar untuk hidup sebagai modal individu yang
bertanggung jawab. Eksistensi di kenal juga dengan keberadaan.
Dimana keberadaan yang dimaksud adalah adanya pengaruh atas ada atau
tidak adanya seseorang. Eksistensi ini perlu diberikan orang lain, karena dengan
adanya respon dari orang disekeliling membuktikan bahwa keberadaan seseorang
itu diakui. Tentu akan terasa sangat tidak nyaman ketika seseorang ada namun
tidak satupun yang menganggap ada. Oleh karena itu pembuktian akan
keberadaan dapat dinilai dari beberapa orang yang menanyakan atau setidaknya
merasa sangat membutuhkan jika seseorang itu tidak ada. Dalam rangka
pemenuhan kebutuhan tersebut mengharuskan manusia berusaha untuk mencapai
tujuannya.
Manusia adalah salah satu jenis makhluk Allah yang diberikan kelebihan dari
makhluk allah yang lain. Kelebihan itu dalam antara lain dalam bentuk fisik,
diberikannya akal fikiran, sehingga dengan demikian manusia mampu
membedakan antara yang hak dan yang batil, yang benar dan yang salah, baik
buruk, manusia pun oleh allah diciptakan dalam bentuk yang sempurna
sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an. Bahwa manusia adalah makhluk
yang lebih mulia daripada malaikat, memiliki tanggung jawab moral terhadap
kesucian dirinya dan terhadap allah. Manusia diberi kebebasan dan tanggung
jawab untuk menentukan jalan hidupnya.(pengantar-pendidikan-teori-konsep-
dan-aplikasi.pdf, t.t., hlm. 2)
1. Pengertian Eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme adalah salah satu aliran filsafat yang
mengguncangkan dunia walaupun filsafat ini tidak luar biasa dan akar-
akarnya ternyata tidak dapat bertahan dari berbagai kritik. Filsafat selalu
lahir dari suatu krisis. Krisis berarti penentuan. Bila terjadi krisis, orang
biasanya meninjau Kembali pokok pangkal yang lama dan mencoba
apakah ia dapat tahan uji. Dengan demikian filsafat adalah perjalanan dari

9
satu krisis ke krisis yang lain. Begitu juga filsafat eksistensialisme lahir
dari berbagai krisis atau merupakan reaksi atas aliran filsafat yang telah
ada sebelumnya atau situasi dan kondisi dunia. Eksistensialisme adalah
suatu aliran filsafat yang memandang gejala-gejala dengan pangkalnya
pada eksistensi pandangannya relative modern dalam filsafat.(Wibisono,
2019, hlm. 71)
2. Eksistensi Manusia Menurut Eksistensialisme
Menurut Kierkegaard dianggap sebagai bapak eksistensialisme
terdapat 3 tingkatan manusia untuk bereksistensi atau tiga sikap terhadap
hidup:
A. Sikap estesis, dalam sikap ini manusia haruslah memilih terus
menerus dengan menikmati atau meloncat ketingkat yang lebih
tinggi melalui suatu pilihan yang bebas.
B. Sikap etis, sikap etis yang dikemukkan Kierkegaard berbeda
dengan sikap etis Socrates, etis disini menerima kepentingan suara
hati. Ciri khas sikap ini manusia-manusia sudah mengakuhi
kelemahannya belum bisa mengatasinnya.
C. Sikap religious, dimana keberadaan manusia kepercayaan kepada
allah yang abadi dan memperlihatkan diri sendiri pada satu waktu
kepada tuhan.

3. Tokoh-tokoh eksistensialisme
A. Kierkegaard
Kierkegaard dianggapnya sebagai bapak eksistensialisme,
Denmark soren Kierkegaard (1813-1855). Dia menekankan
pentingnya pemilihan individu, menguraikan kecemasan dan
keyakinan. Konsep-konsepnya memberikan landasan bagi
perkembangan eksistensialisme modern.
B. M. Heidegger

10
Sebenarnya Heidegger lebih senang disebut ontolog daripada
filosof eksistensi. Dia mengembangkan konsep Dasein, yang
merujuk pada eksistensi manusia sebagai "ada di sini." Heidegger
menekankan pentingnya makna eksistensi individu dan pengaruh
lingkungan serta waktu terhadap manusia. Dia juga menyoroti
peran kecemasan dan ketidakpastian dalam hidup manusia.
Meskipun Heidegger memengaruhi pemikiran eksistensialisme, dia
juga memiliki konsep-konsep uniknya yang membedakannya dari
eksistensialis lainnya.
C. Karl Jaspers (1883-1969)
Ia menekankan pentingnya pengalaman pribadi dalam
pencarian makna hidup dan mengejar pemahaman diri serta
eksistensi manusia. Jaspers memperkenalkan konsep "situasi
batas" yang mengacu pada saat-saat kritis dalam kehidupan yang
memaksa individu untuk menghadapi pertanyaan eksistensial.
Kontribusi Jaspers memperkaya pemahaman tentang
eksistensialisme dengan penekanan pada pemahaman individu dan
pengalaman pribadi.
D. Marcel
Nama lengkapnya ialah Gabriel marcel (lahir 1889). Ia
menyelidiki tentang manusia. Jadi keberadaan manusia karena
manusia yang lain, karena manusia masih butuh dengan manusia
yang lain, maka yang akan timbul kesetiaan

2.2 Hakekat Manusia

A. Pemahaman tentang hakekat manusia

Para ahli mempunyai pemahaman yang beragam dalam memahami


hakekattentang manusia, berikut pehaman para ahli (HAKEKAT MANUSIA
DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN, t.t.) :

11
1. Charles Robert Darwin (1809-1882) menetapkan manusia sejajar
dengan binatang, karena terjadinya manusia dari sebab-sebab mekanis,
yaitu lewat teori descendensi (ilmu turunan) dan teori natural
selection (teori pilihan alam)
2. Ernest Haeckel (1834-1919) menyatakan manusia dalam segala hal
menyerupai binatang beruas tulang belakang, yakni binatang menyusui
3. Aristoteles (384-322) memeberikan devinisi manusia sebagai binatang
yang berakal sehat yang mampu mengeluarkan pendapatnya, dan
berbicara berdasarkan pikirannya (the animal than reasons).
Disamping itu manusia juga binatang yang berpolitik (zoon politicon)
dan binatang yang bersosial (social animal)

Dalam Islam manusia dipandang sebagai manusia, bukan sebagai binatang,


karena manusia memiliki derajat yang tinggi, bertanggung jawab atas segala
yang diperbuat, serta makhluk yang memiliki amanah yang berat. Berikut
pemahaman para pemikir Islam tentang manusia;

1. Al-Farabi, Al-Ghazali, dan Ibnu Rusyd menyatakan bahwa hakekat


manusia itu terdiri dari dua komponen penting, yaitu;

a) Komponen jasad. Menurut Farabi, komponen ini berasal dari


alam ciptaan yang mempunyai bentuk, rupa, berkualitas,
berkadar, bergerak dan diam, serta berjasad dan terdiri atas
organ. Al-Ghazali memberikan sifat jasad manusia yang ada
dalam bumi ini yaiu, dapat bergerak, memiliki rasa, berwatak
gelap dan kasar, dan ini tidak berbeda dengan benda-benda lain,
sedangkan Ibnu Rusyd berpendapat bahwa komponen jasad
merupakan komponen materi.
b) Komponen jiwa. Menurut farabi, komponen jiwa berasal dari
alam perintah (alam kholiq) yang mempunyai sifat berbeda
dengan jasad manusia. Hal ini karena jiwa merupakan roh dari

12
perintah Tuhan walaupun tidak menyamai Dzat-Nya. Menurut
al-Ghazali, jiwa ini dapat berfikir, mengingat, mengetahui, dan
sebagainya, sedangkan unsur jiwa merupakan unsur rohani
sebagai penggerak jasad untuk melakukan kerjanya yang
termasuk alam ghaib. Bagi Ibnu Rusyd jiwa adalah sebagai
kesempurnaan awal bagi jasad alami yang organik

2. Ibnu Miskawih, menambahkan satu unsur lagi disamping unsur jasad


dan jiwa, yaiu unsur hayyah (unsur hidup). Karena pada diri manusia
ketika dalam bentuk embrio sudah terdapat kehidupan walaupun roh
belum ditiupkan, sedangkan hayah sendiri terdapat pada sperma dan
ovum yang membuat embrio hidup dan berkembang. Jadi hayah bukan
komponen jasmanai yang berasal dari tanah dan bukan juga komponen
jiwa atau rohani yang ditiupkan oleh Allah SWT.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manusia pada dasarnya dapat
ditempatkan dalam tiga kategori, yaitu(Ichsan, AM, M. Pd & Ima Wahyu Putri
Utari, M.Pd, 2018, hlm. 2)Manusia sebagai makhluk biologis (al-Basyar) pada
hakekatnya tidak berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya walaupun struktur
organnya berbeda, karena struktur organ manusia lebih sempurna dibandingkan
dengan makhluk-makhluk lain.

1. Manusia sebagai makhluk psikis (al-insan) mempunyai potensi rohani


seperti fitrah, qolb, ‘aqal. Potensi tersebut menjadikan manusia sebagai
makhluk yang tertinggi martabatnya, yang berbeda dengan makhluk
lainnya, artinya apabila potensi psikis tersebut tidak digunakan, manusia
tak ubahnya seperti binatang bahkan lebih hina.
2. Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai tugas dan tanggung jawab
sosial terhadap alam semesta, ini disebabkan karena manusia tidak hanya
sebagai hamba Alah S.W.T. tetapi juga sebagai khalifah di bumi untuk

13
mewujudkan ksejahteraann, dan kebahagiaan dalam kehidupan di dunia
dan akhirat.
B. Potensi-potensi dasar manusia

Dalam diri manusia terdapat potensi-potensi dasar yang harus


diperhatikan dalam pendidikan, seperti pada ayat-ayat dbawah ini:
1. Al-Sam’u (alat pendengaran), terdapat pada Qs. Al-Isra:36, al-
Mu,minun; 78
2. Al-Abshar (penglihatan) terdapat pada Qs.al-A’raf: 185,
Yunus; 101 dan As-Sajdah:27
3. Al-Aql (akal ), terdapat pada Qs.Ali Imran: 191, al-An’am: 50,
Ar-Ra’d: 19, dan Thaha: 53-54.
4. Al-Qalb (hati), terdapat pada Qs. Al-Hajj: 46, Qs.Muhammad:
24, Asy-Syu’ara: 192-194.
Menurut para filosof Islam, manusia mempunyai bermacam-macam alat
potensial yang sangat unik, terdapat tiga macam jiwa dalam diri manusia
yang didalamnya terdapat beberapa potensi yaitu;

a) Jiwa tumbuh-tumbuhan mempunyai tiga daya yaitu; daya makan,


daya tumbuh, dan daya berkembangbiak.
b) Jiwa binatang mempunyai dua daya, yaitu; daya penggerak dan
daya menserap yang berbentuk indera lahir
c) Jiwa manusia, mempunyai daya pikir yang disebut dengan akal.
Akal terbagi menjadi dua; akal praktis, yang menerima arti-arti
yang berasal dari materi dan akal teoritis yang tak pernah ada
dalam materi, seperti Tuhan, roh, malaikat, dll.

C. Asas-Asas Keharusan atau Perlunya Pendidikan Bagi Manusia


1. Manusia sebagai Makhluk yang Belum Selesai

14
Sebagai Makhluk “Homo Sapiens”, artinya makhluk yang
mempunyai kemampuan untuk berilmu dan berpengetahuan.
(MKDK4001-M1.pdf, t.t.) Manusia adalah selalu cenderung ingin
mengetahui segala sesuatu yang belum diketahuinya. Berawal dari
rasa ingin tahu maka timbul ilmu pengetahuan Manusia bukan hanya
mempunyai kemampuan-kemampuan, tetapi juga mempunya
keterbatasan, dan manusia juga mempunyai sifat baik buruk.

2. Tugas dan Tujuan Manusia adalah Menjadi Manusia

Sejak kelahirannya manusia memang adalah manusia, tetapi ia


tidak secara otomatis menjadi manusia dalam arti dapat memenuhi
berbagai aspek hakikat manusia Berbagai aspek hakikat manusia pada
dasarnya adalah potensi yang harus diwujudkan setiap orang. Oleh
sebab itu, berbagai aspek hakikat manusia merupakan sosok manusia
ideal, merupakan gambaran manusia yang dicita-citakan atau yang
menjadi tujuan. Sosok manusia itu sendiri harus.

3. Perkembangan Manusia Bersifat Terbuka

Manusia dilahirkan ke dunia dengan mengemban amanah, ia


diciptakan dalam susunan yang terbaik, dan dibekali berbagai potensi
untuk dapat menjadi manusia. Namun demikian, dalam kenyataan
hidupnya, perkembangan manusia bersifat terbuka atau mengandung
berbagai kemungkinan. Manusia dibebani keharusan untuk menjadi
manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya menjadi manusia, adapun
untuk menjadi manusia ia memerlukan pendidikan atau harus dididik.
"Man can become man through education only", itulah pernyataan
Immanuel Kant dalam teori pendidikannya.

C. Manusia Sebagai Makhluk Monodualis dan Monopluralis

Manusia merupakan makhluk monodualistis artinya selain sebagai


makhluk individu, manusia juga berperan sebagai makhluk social (Dardiri,

15
t.t.). Dimana manusia hidup berdampingan dan saling membutuhkan dengan
manusia lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu
bekerjasama dengan orang lain hingga tercipta sebuah kehidupan yang damai.
Manusia selalu hidup saling berinteraksi, saling tolong-menolong dan
bekerjasama untuk mencukupi kebutuhannya.

Menurut pandangan Notonagoro, yang menggambarkan hakekat kodrat


manusia sebagai makhluk monopluralis atau majemuk-tunggal, yang artinya
manusia terdiri dari banyak unsur tetapi unsur yang banyak itu tidaklah
terpisah antara satu dengan lainnya, melainkan merupakan satu kesatuan yang
utuh. Unsur-unsur hakekat kodrat manusia yang dimaksud adalah sebagai
berikut: dilihat dari kedudukan kodratnya, manusia terdiri atas dua unsur yakni
sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri sekaligus sebagai makhluk Tuhan.
Sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri, manusia dalam batas-batas tertentu
memiliki kemauan bebas yang menjadikan manusia memiliki kemandirian dan
kebebasan. Sebagai makhluk Tuhan, manusia tidak bisa melepaskan diri dari
ketentuan-ketentuan Tuhan.

2.3 Kebutuhan manusia akan Pendidikan

Manusia sangat membutuhkan pendidikan. Kebutuhan manusia akan


Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting dan sangat dibutuhkan
untuk membantu setiap manusia untuk menjadi seseorang yang lebih baik
kedepannya. Dengan pendidikan seseorang juga mampu menunjukkan
kemandirian yang bertanggung jawab, baik terhadap dirinya sendiri, orang lain,
dan lingkungan sekitarnya. Tanpa pendidikan kehidupan manusia menjadi tidak
bermakna(Yusuf, 2019). Pendidikan juga menjadi landasan untuk kemajuan
social dan ekonomi.

Menurut Immanuel Kant dalam teori pendidikannya, Manusia belum selesai


menjadi manusia. Untuk menjadi manusia ia perlu dididik dan mendidik diri
“Humans can be human only thourgh education”(Akbar, 2015). Manusia lahir

16
dengan potensi dan bakat yang berbeda beda. Melalui pendidikan manusia dapat
menjadikannya sebagai wadah untuk mereka mengembangkan dan melatih
potensi serta bakat yang dimilikinya. Pendidikan bagi manusia memiliki banyak
manfaat. Misalnya, menerangi pikiran dan ide seseorang serta membantu
seseorang untuk memecahkan dan akar dari sebuah masalah.

A. Kebutuhan Dasar Manusia Dalam Perspektif Dalam Agama Islam


Kebutuhan merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh manusia
untuk mencapai tingkat kesejahterannya(Kebutuhan Dasar Manusia
dalam Perspektif Pendidikan Islam | sada | Al-Tadzkiyyah: Jurnal
Pendidikan Islam, t.t.). Apabila ada beberapa kebutuhan yang tidak
terpenuhi maka manusia tersebut akan merasa bahwa hidupnya tidak
sejahtera. Lingkungan pendidikan yang pertama kali diperoleh setiap
manusia adalah lingkungan keluarga (Pendidikan Informal), lingkungan
sekolah (Pendidikan Formal), lingkungan masyarakat (Pendidikan
Nonformal). Pendidikan Informal adalah pendidikan yang diperoleh dari
kehidupan sehari-hari secara sadar atau tidak sejak awal lahirnya manusia
sampai mati Seperti contoh di dalam lingkungan keluarga, ibu yang selalu
membiasakan anaknya untuk selalu berpamitan ketika hendak bepergian
dan selalu berkata jujur. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang
sudah terstruktur dan berjenjang, terdiri dari Pendidikan Dasar,
Pendidikan Menengah, Pendidikan Tinggi. Ilmu pendidikan termasuk
salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sifatnya praktis, karena ilmu
tersebut ditujukan atau difokuskan kepada praktek dan perbuatan-
perbuatan yang mempengaruhi seseoarang. Pendidikan membuat kita
sebagai manusia untuk berpikir, menganalisa, serta memutuskan.
Menumbuhkan karekter pada diri sendiri juga merupakan tujuan adanya
pendidikan, sehingga menciptakan Sumber Daya Manusia yang lebih
baik(Alpian dkk., 2019). Pendidikan nonformal adalah pendidikan
sebagai pelengkap pendidikan informal. Pendidikan bagi manusia
mempunyai keterkaitan dengan suatu kebiasaan literasi, untuk dijadikan

17
modal utama manusia dalam meciptakan kesejahteraan pendidikan dan
untuk menghadapi berbagai dinamika yang berkembang dengan pesat dari
berbagai aspek seperti : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Moral, Sikap,
Keterampilan Budaya (Alif, t.t.).
Kebutuhan manusia terhadap pendidikan merupakan kebutuhan asasi
dalam rangka mempersiapkan setiap insan sampai pada suatu tingkat di
mana mereka mampu menunjukkan kemandirian yang bertanggung jawab,
baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya. Sehimgga dapat
melatih manusia untuk memiliki tingkat penyesuaian diri yang baik dalam
berinteraksi dengan lingkungan, baik dalam lingkungan manusia ataupun
dengan lingkungan alamnya. Pada dasarnya, manusia membutuhkan
pendidikan untuk menjadikan manusia lebih baik, lebih maju dan lebih
sempurna.
B. Tujuan Pendidikan Bagi Manusia
Melalui pendidikan manusia berharap nilai-nilai kemanusiaan
diwariskan, akan tetapi bukan hanya sekedar diwariskan melainkan
menginternalisasi dalam watak dan kepribadian. Upaya pendidikan
melalui internalisasi nila-nilai kemanusiaan menuntun manusia untuk
memanusiakan manusia. Oleh karena itu pendidikan merupakan
kebutuhan manusia. Kebutuhan akan pendidikan menjadi satu hal yang
tidak terelakkan pada setiap fase sejarah peradaban manusia. Melalui
pemikiran pemikiran dan perubahan peradaban, manusia sepakat bahwa
pendidikan itu sangat penting, walaupun dengan latar belakang dan cara
pandang yang berbeda-beda dalam melihat keutamaannya(Triwiyanto,
2021).

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam makalah ini, kita dapat menyimpulkan bahwa eksistensi manusia


sangat penting untuk menjalani kehidupan didunia ini. Manusia memiliki kemampuan
unik untuk berpikir, merasakan, dan bertindak, yang membedakan mereka dari
makhluk lain. Eksistensi manusia melibatkan keberadaan fisik, emosi, dan
spiritualitas, dan mereka memiliki kebebasan untuk memilih dan mengambil
tanggung jawab atas tindakan mereka. Pendidikan juga sangat penting dalam
eksistensi manusia. Melalui pendidikan, manusia dapat mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan mereka, baik secara intelektual maupun emosional.
Pendidikan membantu manusia untuk mengerti diri mereka sendiri, memahami dunia
di sekitar mereka, dan menjadi anggota yang berkontribusi secara positif dalam
masyarakat.

Melalui pendidikan, manusia dapat mengembangkan nilai-nilai dan etika yang


penting dalam menjalani kehidupan yang bermakna. Pendidikan membantu manusia
untuk menghargai keberagaman, mempelajari nilai-nilai keadilan dan kesetaraan, dan
menghormati hak asasi manusia. Dalam menjalani eksistensi mereka, manusia juga
harus mempertimbangkan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan dan makhluk
hidup lainnya. Dengan demikian, eksistensi manusia dan pentingnya pendidikan
dalam hidup manusia saling terkait dan saling mempengaruhi. Eksistensi manusia
membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan potensi mereka, memahami dunia
di sekitar mereka, dan menjalani kehidupan yang bermakna.

3.2 Saran

Sebagai makhluk hidup yang berpendidikan, sebaikya mahasiswa memahami


pengertian hakikat manusia dan dapat menerapkan hakikat manusia di dunia
pendidikan. Sebagai makhluk hidup yang berpendidikan, sebaikya kita sebagai
mahasiswa memahami pengertian hakikat manusia dan dapat menerapkan hakikat

19
manusia di dunia pendidikan. Dan sebagai manusia yang memiliki kesempurnaan
akal kita harus bisa tetap berhidup ekis dengan cara menghasilkan karya dari diri kita
yang bermanfaat dalam bentuk apapun.

20
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, T. S. (2015). MANUSIA DAN PENDIDIKAN MENURUT PEMIKIRAN IBN KHALDUN DAN

JOHN DEWEY. 15, no 02, 222–243.

Alif, Y. (t.t.). Menerangkan Latar Belakang Manfaat Pendidikan Bagi Dirinya, Lingkungan, dan Cita-

Cita Bangsa.

Alpian, Y., Anggraeni, S. W., Wiharti, U., & Soleha, N. M. (2019). PENTINGNYA PENDIDIKAN

BAGI MANUSIA. JURNAL BUANA PENGABDIAN, 1(1), Article 1.

https://doi.org/10.36805/jurnalbuanapengabdian.v1i1.581

Ananda, L. A. (2018). MEMAHAMI EKSISTENSI MANUSIA MELALUI MEDIA KOMUNIKASI.

Jurnal Kawistara, 7(3), Article 3. https://doi.org/10.22146/kawistara.37337

Dardiri, A. (t.t.). PENYULUHAN DENGAN TEMA: “MENINGKATKAN PROSES BELAJAR-

MENGAJAR: ANALISIS FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS” SUB TEMA:

“MANUSIA DAN PENDIDIKAN: SEBUAH TINJAUAN FILOSOFIS.”

HAKEKAT MANUSIA DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN. (t.t.). Uin-Malang.Ac.Id.

Diambil 26 Oktober 2023, dari https://uin-malang.ac.id/blog/post/read/131101/hakekat-

manusia-dan-implikasinya-dalam-pendidikan.html

Ichsan, AM, M. Pd, Dr. A., & Ima Wahyu Putri Utari, M.Pd. (2018). PENGANTAR PENDIDIKAN.

Kebutuhan Dasar Manusia dalam Perspektif Pendidikan Islam | sada | Al-Tadzkiyyah: Jurnal

Pendidikan Islam. (t.t.). Diambil 26 Oktober 2023, dari

http://www.ejournal.radenintan.ac.id/index.php/tadzkiyyah/article/view/2126/1610

MKDK4001-M1.pdf. (t.t.).

Pengantar-pendidikan-teori-konsep-dan-aplikasi.pdf. (t.t.).

Triwiyanto, T. (2021). Pengantar Pendidikan. Bumi Aksara.

Wibisono, G. (2019). HIDUP ADALAH KOMEDI: ANALISIS FILSAFAT EKSISTENSIALISME PADA

TEKS FILM ‘JOKER.’ Vol. 3 No. 01, 69–78.

Yusuf, M. (2019). Manusia Sebagai Makhluk Pedagogik. 8(1).

21
22

Anda mungkin juga menyukai