FAZA TIRMIOLA
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan pembuatan tugas mata
kuliah FILSAFAT PENDIDIKAN yang merupakan salah satu mata kuliah
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Tidak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah membimbing mahasiswa-mahasiswanya, sehingga
tugas ini dapat terselesaikan.
Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca,
khususnya para mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapat
tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak
tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Demikian makalah ini disusun, mudah-mudahan bermanfaat untuk
seluruh mahasiswa Universitas Negeri Medan khususnya Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dan selaku penyusun dari makalah
ini senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari dosen dan rekan-rekan
mahasiswa yang bersifat membangun terutama untuk kesempurnaan
makalah ini.
KELOMPOK 8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Simpulan ..................................................................................... 10
B. Saran ........................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir setiap hari kita mendengar dari media masa berita-berita
yang menunjukkan kemunduran bangsa Indonesia sekarang ini.Tindak
kejahatan semakin meningkat kuantitas maupun kualitasnya.Kasus korupsi
semakin banyak yang terungkap, namun tidak banyak yang ditangani
sampai tuntas.Tawuran antarwarga bahkan antarpelajar berulang-ulang
terjadi.Hal ini sangat ironis karena pelajar adalah generasi terdidik yang
mestinya bisa menyelesaikan semua permasalahannya secara cerdas.Budaya
malu berbuat anormatif semakin menipis.Gejala disintegrasi bangsa yang
berakar dari fanatisme sempit semakin menguat. Terorisme dan kerusuhan
sara sampai sekarang belum dapat diatasi oleh pemerintah secara tuntas.
Budaya adiluhur bangsa semakin hilang. Karakter bangsa kita semakin
terkikis oleh pengaruh budaya bangsa lain dalam dunia yang semakin
mengglobal. Hal itu, secara keseluruhan menandai adanya kemunduran
budaya bangsa Indonesia.Adanya berbagai macam kekacauan yang
dilakukan oleh bangsa ini, mau tidak mau harus diakui sebagai buah proses
pendidikan kita yang gagal. Pasti ada yang salah dalam proses pendidikan
kita apabila hasilnya tidak bisa membuat bangsa ini semakin maju secara
utuh dan menyeluruh.
Pendidikan adalah tanggung jawab kita bersama.Orang tua,
masyarakat, dan sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
berbeda dan saling melengkapi dalam mendidik anak-anak bangsa. Untuk
itu, semua pihak harus bisa bekerja sama agar produk pendidikan yang
dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk mengatasi semua permasalahan pendidikan tersebut, perlu
dipahami hakikat manusia sebagai subjek pendidikan, hakikat pendidikan,
dan tujuan pendidikan yang sebenarnya. Pemahaman hakikat manusia itu
akan menentukan kebijakan, konsep, dan tujuan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana hakikat guru dalam dunia pendidikan apakah
sudah terlaksana dengan baik atau tidak ?
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakikat Pendidikan
Pendidikan pada awalnya adalah upaya manusia untuk memperlakukan
anak keturunan manusia secara instingtif untuk menjaga keberlangsungan
hidupnya.Mendidik secara instingtif kemudian diikuti oleh upaya mendidik
berdasarkan pikiran dan pengalaman manusia.
Sesuai dengan filsafat pendidikan, terdapat lima pandangan yang dominan,
yaitu (1) perenialisme yang meyakini bahwa pengetahuan merupakan dasar
pokok dari pendidikan, (2) esensialisme yang memandang fungsi sekolah
sebagai lembaga penerus warisan budaya bangsa dan sejarah, (3)
progresivisme yang menekankan pentingnya pemberian keterampilan dan
alat kepada individu untuk berintegrasi dengan lingkungan yang selalu
berubah, (4) rekonstruksionisme yang berpandangan bahwa dalam
perkembangan teknologi yang cepat, pendidikan harus mampu melakukan
rekonstruksi masyarakat dan membangun tatanan dunia baru selaras dengan
perkembangan teknologi tersebut, (5) eksistensialisme yang menghormati
martabat manusia sebagai individu yang unik dan memperlakukan individu
yang unik sebagai pribadi.
Sampai sekarang telah berkembang konsepsi yang telah menjadi
landasan bagi penetapan kebijakan pendidikan di Indonesia, yaitu :
a. pendidikan berlangsung seumur hidup
b. pendidikan bersifat semesta, menyeluruh, dan terpadu
c. pendidikan adalah bagian dari kebudayaan dan masyarakat.
Dilihat dari prosesnya, pendidikan berlangsung sepanjang hayat
seseorang, sejak lahir sampai mati.Walaupun ada pandangan bahwa
pendidikan hanya berlangsung sampai seseorang menjadi dewasa atau
sampai pada saat seseorang mampu bertanggung jawab pada dirinya sendiri,
pada dasarnya kedua pandangan ini tidak bertentangan karena kedua teori
tersebut sama-sama mengakui adanya pendidikan sepanjang
hayat.Berdasarkan konsep ini, hakikat pendidikan adalah :
a. Pendidikan adalah pertolongan atau pengaruh yang diberikan
seseorang yang bertanggung jawab kepada anak agar menjadi
manusia dewasa. Pendidikan adalah suatu kehidupan bersama dalam
satu kesatuan tritunggal ayah- ibu- anak dimana terjadi pemanusiaan
anak melalui proses pemanusiaan diri sampai menjadi manusia
purnawan.
b. Pendidikan berati pemasukan anak ke dalam alam budaya atau juga
masuknya budaya ke dalam anak. Pendidikan merupakan hidup
bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak dimana terjadi
pembudayaan anak melalui proses sehingga akhirnya bisa
membudaya sendiri sebagai manusia purnawan.
c. Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-
ibu-anak dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai dengan melalui
proses akhirnya dia bisa melaksanakan sendiri sebagi manusia
purnawan.
Dalam pendidikan proses pemanusiaan, pembudayaan, dan pelaksanaan
nilai tidak dapat dipisah-pisahkan. Keberadaan manusia yang lemah menjadi
dasar pandangan bahwa manusia dapat atau perlu dididik. Proses
memanusiakan ini adalah proses yang kompleks. Beberapa pandangan
filsafat yang dapat digunakan untuk menjelaskannya adalah sebagai berikut:
a. Aliran Nativisme (Schopenhauer), Aliran ini menjelaskan bahwa
perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh keturunan yaitu
faktor alam yang bersifat kodrati. Pendidikan dianggap tidak
berpengaruh dalam pendidikan.
b. Aliran Empirisme ( John Locke ), Aliran ini menyatakan bahwa
manusia dilahirkan seperti kertas kosong yang belum ditulisi
atau tabularasa. Perkembangan manusia ditentukan oleh
pendidikan yang atau pengartuh dari luar diterimanya.
c. Aliran konvergensi (William Stern ), Aliran ini menggabungkan
faktor heriditas dan faktor lingkungan. Perkembangan
kepribadian ditentukan sejauh mana tingkat kerja sama antara
faktor heriditas dan lingkungan.
d. Aliran Naturalisme (JJ Rousseau), Aliran ini berpandangan
negatif terhadap pendidikan karena pendidikan justru dianggap
bisa merusak potensi yang baik dari Tuhan. Perkembangan
manusia hendaknya diserahkan sepenuhnya kepada alam.
A. HASIL PENELITIAN
A. SIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, Hakikat manusia adalah
manusia yang berkepribadian utuh yang dapat menyeleraskan,
menyeimbangkan, dan menyerasikan aspek manusia sebagai makhluk
individu, sosial, religius, bagian dari alam semesta, bagian dari bangsa-
bangsa lain, dan kebutuhan untuk mengejar kemajuan lahir maupun
kebahagiaan batin.
Hakikat pendidikan adalah upaya sadar memanusiakan manusia muda
untuk mencapai kedewasaan atau menemukan jati dirinya yang berlangsung
seumur hidup atau sepanjang hayat.
Hakikat tujuan pendidikan adalah mengantarkan anak manusia menjadi
manusia paripurna yang mandiri dan dapat bertanggung jawab atas dirinya
sendiri dan lingkungannya
B. Saran
1) Pengelolaan pendidikan harus memperhatikan hakikat manusia
sebagai subjek pendidikan. Kesalahan dalam memilih pendekatan
pendidikan yang tidak sesuai dengan hakikat manusia akan
membawa kerusakan dan kesia-siaan.
2) Proses pendidikan untuk mendewasakan manusia hendaknya tidak
dibatasi oleh waktu, institusi, atau kepentingan-kepentingan lain
yang tidak relevan dengan tujuan pendidikan.
3) Pemangku kepentingan dan pemerintah harus hati-hati dan cermat
dalam menentuka tujuan pendidikan nasional karena itu akan
menentukan arah pendidikan secara keseluruhan.
4) Pendidik dan semua orang yang mempunyai kepentingan dengan
pendidikan harus memperhatikan hakikat manusia, hakikat
pendidikan, dan hakikat tujuan pendidikan
DAFTAR PUSTAKA