Anda di halaman 1dari 17

MINI RISET HAKIKAT GURU DAN HAKIKAT PENDIDIKAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Filsafat pendidikan

Dik Non Reg 2015 A


ENNA MISS SIHITE

FAZA TIRMIOLA

INDAH PUTRI ELBETRI

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan pembuatan tugas mata
kuliah FILSAFAT PENDIDIKAN yang merupakan salah satu mata kuliah
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Tidak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah membimbing mahasiswa-mahasiswanya, sehingga
tugas ini dapat terselesaikan.
Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca,
khususnya para mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapat
tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak
tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Demikian makalah ini disusun, mudah-mudahan bermanfaat untuk
seluruh mahasiswa Universitas Negeri Medan khususnya Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dan selaku penyusun dari makalah
ini senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari dosen dan rekan-rekan
mahasiswa yang bersifat membangun terutama untuk kesempurnaan
makalah ini.

Medan, November 2017

KELOMPOK 8
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................. i

KATA PENGANTAR........................................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

BAB II LANDASAN TEORI............................................................... 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................... 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................... 9

BAB V SIMPULAN DAN SARAN..................................................... 10

A. Simpulan ..................................................................................... 10
B. Saran ........................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hampir setiap hari kita mendengar dari media masa berita-berita
yang menunjukkan kemunduran bangsa Indonesia sekarang ini.Tindak
kejahatan semakin meningkat kuantitas maupun kualitasnya.Kasus korupsi
semakin banyak yang terungkap, namun tidak banyak yang ditangani
sampai tuntas.Tawuran antarwarga bahkan antarpelajar berulang-ulang
terjadi.Hal ini sangat ironis karena pelajar adalah generasi terdidik yang
mestinya bisa menyelesaikan semua permasalahannya secara cerdas.Budaya
malu berbuat anormatif semakin menipis.Gejala disintegrasi bangsa yang
berakar dari fanatisme sempit semakin menguat. Terorisme dan kerusuhan
sara sampai sekarang belum dapat diatasi oleh pemerintah secara tuntas.
Budaya adiluhur bangsa semakin hilang. Karakter bangsa kita semakin
terkikis oleh pengaruh budaya bangsa lain dalam dunia yang semakin
mengglobal. Hal itu, secara keseluruhan menandai adanya kemunduran
budaya bangsa Indonesia.Adanya berbagai macam kekacauan yang
dilakukan oleh bangsa ini, mau tidak mau harus diakui sebagai buah proses
pendidikan kita yang gagal. Pasti ada yang salah dalam proses pendidikan
kita apabila hasilnya tidak bisa membuat bangsa ini semakin maju secara
utuh dan menyeluruh.
Pendidikan adalah tanggung jawab kita bersama.Orang tua,
masyarakat, dan sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
berbeda dan saling melengkapi dalam mendidik anak-anak bangsa. Untuk
itu, semua pihak harus bisa bekerja sama agar produk pendidikan yang
dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk mengatasi semua permasalahan pendidikan tersebut, perlu
dipahami hakikat manusia sebagai subjek pendidikan, hakikat pendidikan,
dan tujuan pendidikan yang sebenarnya. Pemahaman hakikat manusia itu
akan menentukan kebijakan, konsep, dan tujuan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana hakikat guru dalam dunia pendidikan apakah
sudah terlaksana dengan baik atau tidak ?
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Hakikat Pendidikan
Pendidikan pada awalnya adalah upaya manusia untuk memperlakukan
anak keturunan manusia secara instingtif untuk menjaga keberlangsungan
hidupnya.Mendidik secara instingtif kemudian diikuti oleh upaya mendidik
berdasarkan pikiran dan pengalaman manusia.
Sesuai dengan filsafat pendidikan, terdapat lima pandangan yang dominan,
yaitu (1) perenialisme yang meyakini bahwa pengetahuan merupakan dasar
pokok dari pendidikan, (2) esensialisme yang memandang fungsi sekolah
sebagai lembaga penerus warisan budaya bangsa dan sejarah, (3)
progresivisme yang menekankan pentingnya pemberian keterampilan dan
alat kepada individu untuk berintegrasi dengan lingkungan yang selalu
berubah, (4) rekonstruksionisme yang berpandangan bahwa dalam
perkembangan teknologi yang cepat, pendidikan harus mampu melakukan
rekonstruksi masyarakat dan membangun tatanan dunia baru selaras dengan
perkembangan teknologi tersebut, (5) eksistensialisme yang menghormati
martabat manusia sebagai individu yang unik dan memperlakukan individu
yang unik sebagai pribadi.
Sampai sekarang telah berkembang konsepsi yang telah menjadi
landasan bagi penetapan kebijakan pendidikan di Indonesia, yaitu :
a. pendidikan berlangsung seumur hidup
b. pendidikan bersifat semesta, menyeluruh, dan terpadu
c. pendidikan adalah bagian dari kebudayaan dan masyarakat.
Dilihat dari prosesnya, pendidikan berlangsung sepanjang hayat
seseorang, sejak lahir sampai mati.Walaupun ada pandangan bahwa
pendidikan hanya berlangsung sampai seseorang menjadi dewasa atau
sampai pada saat seseorang mampu bertanggung jawab pada dirinya sendiri,
pada dasarnya kedua pandangan ini tidak bertentangan karena kedua teori
tersebut sama-sama mengakui adanya pendidikan sepanjang
hayat.Berdasarkan konsep ini, hakikat pendidikan adalah :
a. Pendidikan adalah pertolongan atau pengaruh yang diberikan
seseorang yang bertanggung jawab kepada anak agar menjadi
manusia dewasa. Pendidikan adalah suatu kehidupan bersama dalam
satu kesatuan tritunggal ayah- ibu- anak dimana terjadi pemanusiaan
anak melalui proses pemanusiaan diri sampai menjadi manusia
purnawan.
b. Pendidikan berati pemasukan anak ke dalam alam budaya atau juga
masuknya budaya ke dalam anak. Pendidikan merupakan hidup
bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak dimana terjadi
pembudayaan anak melalui proses sehingga akhirnya bisa
membudaya sendiri sebagai manusia purnawan.
c. Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-
ibu-anak dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai dengan melalui
proses akhirnya dia bisa melaksanakan sendiri sebagi manusia
purnawan.
Dalam pendidikan proses pemanusiaan, pembudayaan, dan pelaksanaan
nilai tidak dapat dipisah-pisahkan. Keberadaan manusia yang lemah menjadi
dasar pandangan bahwa manusia dapat atau perlu dididik. Proses
memanusiakan ini adalah proses yang kompleks. Beberapa pandangan
filsafat yang dapat digunakan untuk menjelaskannya adalah sebagai berikut:
a. Aliran Nativisme (Schopenhauer), Aliran ini menjelaskan bahwa
perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh keturunan yaitu
faktor alam yang bersifat kodrati. Pendidikan dianggap tidak
berpengaruh dalam pendidikan.
b. Aliran Empirisme ( John Locke ), Aliran ini menyatakan bahwa
manusia dilahirkan seperti kertas kosong yang belum ditulisi
atau tabularasa. Perkembangan manusia ditentukan oleh
pendidikan yang atau pengartuh dari luar diterimanya.
c. Aliran konvergensi (William Stern ), Aliran ini menggabungkan
faktor heriditas dan faktor lingkungan. Perkembangan
kepribadian ditentukan sejauh mana tingkat kerja sama antara
faktor heriditas dan lingkungan.
d. Aliran Naturalisme (JJ Rousseau), Aliran ini berpandangan
negatif terhadap pendidikan karena pendidikan justru dianggap
bisa merusak potensi yang baik dari Tuhan. Perkembangan
manusia hendaknya diserahkan sepenuhnya kepada alam.

B. Hakikat Tujuan Pendidikan


Pada dasarnya, pendidikan di semua institusi dan tingkat pendidikan
mempunyai muara tujuan yang sama, yaitu ingin mengantarkan anak
manusia menjadi manusia paripurna yang mandiri dan dapat bertanggung
jawab atas dirinya sendiri dan lingkungannya. Dalam sistem pendidikan di
Indonesia, tujuan pendidikan tersebut secara eksplisit dapat dilihat pada
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional beserta peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan
undang-undang tersebut.
Dalam UU Sisdiknas tersebut dinyatakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan tersebut kemudian diperinci dalam PP RI Nomor 19
Tahun 2005 tentang Stándar Nasional Pendidikan berdasarkan jendang
pendidikan. Tujuan pendidikan di tingkat pendidikan dasar, menengah, dan
kejuruan relatif sama hanya mempunyai penekanan yang berbeda-beda.
Tujuan pendidikan yang dimaksud adalah untuk meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Di tingkat pendidikan dasar, yaitu SD dan SMP, tujuan pendidikan lebih
dititikberatkan pada upaya untuk mendasari hidupnya atau sebagai peletak
dasar nilai-nilai yang diharapkan. Di SMA tujuan tersebut diorientasikan
untuk melanjutkan atau meningkatkan apa yang telah dicapai di tingkat
dasar. Tujuan pendidikan di SMK sudah memperhatikan vokasi-vokasi atau
jenis-jenis keterampilan yang diharapkan.Hal itu tampak pada tujuan
pendidikan yang berbunyi mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
kejuruannya.
Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan
untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan
sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu,
teknologi, dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Tujuan di
perguruan tinggi sudah komprehensif karena sudah mencakup ranah afeksi,
psikomotor, dan kognitif serta dilengkapi dengan kemampuan mandiri
menjadi ilmuwan.
Secara umum tujuan pendidikan di Indonesia sudah mencakup tiga
ranah perkembangan manusia, yaitu perkembangan afektif, psikomotor, dan
kognitif.Tiga ranah ini harus dikembangkan secara seimbang, optimal, dan
integratif.Berimbang artinya ketiga ranah tersebut dikembangkan dengan
intensitas yang sama, proporsional dan tidak berat sebelah. Optimal
maksudnya dikembangkan secara maksimal sesuai dengan
potensinya.Integratif artinya pengembangan ketiga ranah tersebut dilakukan
secara terpadu.
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan cita-cita
mencerdaskan kehidupan bangsa serta sejalan dengan visi pendidikan
nasional, Kemendiknas mempunyai visi 2025 untuk menghasilkan Insan
Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna).Yang
dimaksud dengan insan Indonesia cerdas adalah insan yang cerdas
komprehensif, yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas
intelektual, dan cerdas kinestetis.
C. Hakikat Manusia

Proses pendidikan erat kaitannya dengan manusia. Subjek


pendidikan adalah manusia. Oleh karena itu, pendidik harus memahami
hakikat manusia agar proses pendidikan yang dilakukan menjadi terarah
sesuai dengan tujuannya. Ada beberapa pengertian yang dapat dijadikan
sebagai rujukan untuk menemukan hakikat manusia yang
sebenarnya.Pengertian-pengertian tersebut didasarkan atas pandangan
agama, secara filosofis, segi biologis, psikologi, ideologis, dan paedagogis.
Paham integralistik menyatakan bahwa tiap manusia perlu diakui
dan dihormati eksistensinya, hak dan kewajibannya.Begitu juga sebaliknya,
sebagai individu, manusia perlu menjaga kepentingan, keselamatan dan
kesejahteraan masyarakat seluruhnya.Dengan kebersamaan itu, bangsa
Indonesia percaya akan mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin.
Nilai-nilai dasar Pancasila yang sekarang berkembang menjadi
norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dapat dirinci sebagai berikut :
1. Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Rasa keadilan
3. Keberadaban
4. Persatauan dan kesatuan
5. Mufakat
6. Kesejahteraan
7. Kebebasan.
Manusia memilki kodrat, harkat, martabat, derajat, dan hak
azasi.Secara kodrati manusia merupakan keseluruhan sifat-sifat asli,
kemampuan atau bakat-bakat alam, kekuasaan, bekal disposisi yang melekat
pada keberadaan atau eksistensi manusia.Harkat manusia adalah nilai
manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki cipta, rasa dan karsa,
kebebasan, hak dan kewajiban azasi. Martabat adalah kedudukan terhormat
dan luhur manusia di atas makhluk Tuhan yang lain karena manusia
mempunyai akal budi, kemampuan cipta, sara dan karsa. Derajat adalah
tingkat kedudukan manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki bakat
kodrati, kebebasan, hak dan kewajiban. Hak azasi adalah kewenangan atau
kekuasaan dasar yang melekat pada eksistensi manusia: hidup, berpendapat,
menentukan diri sendiri.
Dari berbagai pembahasan pengertian manusia, dapat disajikan
empat dimensi kemanusiaan, yaitu :
1. Dimensi Keindividuan Manusia
2. Dimensi Sosial Manusia
3. Dimensi Kesusilaan Manusia
4. Dimensi Keberagamaan Manusia
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 11 Medan, pada hari Jumat,
17 november 2017. Pemilihan loksi penelitian ini berdasarkan pertimbangan
sebagai berikut :
a. Di sekolah tersebut belum pernah diadakan penelitian dengan
judul/topik yag sama
b. Di sekolah tersebut cukup memedai untuk dijadikan sampel
penelitian
B. Populasi dan sampel
Sugiyono (2009:117) mengatakan, “populasi adalah wilayah generalisasi
yang teerdiri atas : objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yangg ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini semua guru yang terdapat dalam SMP
NEGERI 11 Medan
Arikunto (2006 : 131) menyatakan sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang dituju. Oleh karena itu, pengambilan sampel dalam penelitian
ini hanya menunjuk/ mewakili semua guru yaitu Hafni, S.Pd., selaku guru
yang mengajar mata pelajaran bahasa indonesia.
C. Metode penelitian
Arikunto (2006:160) menyatakan, metode penelitian adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2005 : 207) yang menyatakan
bahwa, “penelitian eksperimen merupakan ppenelitian yang dimaksudkan
untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada
subjek selidik.
D. Desain penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimen dengan model post-test only control
group yang dilakukan untuk melihat sebab-akibat dari suatu perlakuan
E. Instrumen penelitian
Arikunto (2006:149) menyatakan, instrumen penelitian merupakann alat
bantu untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini alat yang digunakan
dalam menjaring data adalah instrumen non tes.

F. Teknik analisis data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
komprasional
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Setelah diadakan penelitian terhadap permasalahan yang diambil maka


diperoleh data. Penelitian ini berupa penelitian eksperimen, kemudian
adanya proses wawancara yang kami lakukan dengan salah seorang guru di
SMP NEGERI 11 MEDAN dalam hal menemukan gagasan utama pada
wacana argumentasi.

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Hasil wawancara menemukan gagasan utama, yaitu bahwa guru sudah


melakukan bagaimana salayaknya tugasnya. Denngan demikian hasil
keseluruhan menemukan gagasan utama dalam wawancara berada pada
kategori baik.

Sarana prasarana dalam SMP NEGERI 11 MEDAN sudah terpenuhi,


sehingga suasana maupun proses pembelajaran dapat berlangsung denngan
baik. Dijelaskan kembali bahwa sekolah tersebut sudah menggunakan
kurikulum13, sehingga keaktifan siswa dapat dilihat dengan kasat mata
bahwa proses pembelajaran di SMP N. 11 MEDAN berjalan sesuai
denganyang diharapkan.

Dibandingkan dengan KTSP proses pembelajaran di SMP N. 11


MEDAN lebih efektif, lebih aktif dan lebih menyenangkan.
Peneliti dapat melihat bahwa siswa/i tersebut lebih menekankan pada
sikap, ilmu dan keterampilan. Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan
bahwa hakikat guru dan hakikat peserta didik di sekolah tersebut sudah
dapat dijalankan dengan sebagai mana aslinya.

Proses pendidikan erat kaitannya dengan manusia. Subjek pendidikan


adalah manusia. Oleh karena itu, pendidik harus memahami hakikat
manusia agar proses pendidikan yang dilakukan menjadi terarah sesuai
dengan tujuannya.
BAB V
PENUTUP

A. SIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, Hakikat manusia adalah
manusia yang berkepribadian utuh yang dapat menyeleraskan,
menyeimbangkan, dan menyerasikan aspek manusia sebagai makhluk
individu, sosial, religius, bagian dari alam semesta, bagian dari bangsa-
bangsa lain, dan kebutuhan untuk mengejar kemajuan lahir maupun
kebahagiaan batin.
Hakikat pendidikan adalah upaya sadar memanusiakan manusia muda
untuk mencapai kedewasaan atau menemukan jati dirinya yang berlangsung
seumur hidup atau sepanjang hayat.
Hakikat tujuan pendidikan adalah mengantarkan anak manusia menjadi
manusia paripurna yang mandiri dan dapat bertanggung jawab atas dirinya
sendiri dan lingkungannya

B. Saran
1) Pengelolaan pendidikan harus memperhatikan hakikat manusia
sebagai subjek pendidikan. Kesalahan dalam memilih pendekatan
pendidikan yang tidak sesuai dengan hakikat manusia akan
membawa kerusakan dan kesia-siaan.
2) Proses pendidikan untuk mendewasakan manusia hendaknya tidak
dibatasi oleh waktu, institusi, atau kepentingan-kepentingan lain
yang tidak relevan dengan tujuan pendidikan.
3) Pemangku kepentingan dan pemerintah harus hati-hati dan cermat
dalam menentuka tujuan pendidikan nasional karena itu akan
menentukan arah pendidikan secara keseluruhan.
4) Pendidik dan semua orang yang mempunyai kepentingan dengan
pendidikan harus memperhatikan hakikat manusia, hakikat
pendidikan, dan hakikat tujuan pendidikan
DAFTAR PUSTAKA

Shahrun Syahmir.1991.Dasar-Dasar Pendidikan.Jakarta

Hajil Zulhi J Hakikat Manusia, Hakikat Pendidikan dan Tujuan


Pendidikan.htm

Anda mungkin juga menyukai