Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Pengantar Pendidikan

Yang Dibina Oleh :

Bapak Yosep Dwi Kristanto, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok V

Hani Noviyanti (171414041)


Kurniawati Setyaningrum (171414038)
Putri Sulistyorini (171414039)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dari kelompok V dapat menyelesaikan makalah
yang berisi tentang Pendidikan Sepanjang Hayat. Makalah ini dapat membantu
kita untuk lebih mengetahui lebih dalam mengenai Pendidikan Sepanjang Hayat.

Di dalam makalah ini, kami mengambil informasi dari buku-buku dan juga
kami mendapatkannya dari internet yang menjadi panduan kami untuk
mengerjakan makalah tersebut. Kami sangat berterima kasih kepada semua buku
yang kami lihat atas semua informasi tentang Pendidikan Sepanjang Hayat ini.

Terlepas dari semua itu, kami juga meminta maaf jika di dalam makalah
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang Pendidikan Sepanjang


Hayat ini dapat memberikan manfaat dan bisa menjadi inpirasi bagi pembaca.

Yogyakarta, 14 September 2017

Penyusun

Kelompok V

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 2
C. Tujuan Dan Manfaat....................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4

A. Pengertian Pendidikan.................................................................... 4
B. Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat........................................ 5
C. Asal Mula Pendidikan Sepanjang Hayat......................................... 6
D. Dasar Pikiran Pendidikan Sepanjang Hayat................................... 7
E. Ciri-Ciri Manusia Yang Menjadi Pelajar Sepanjang Hayat............ 8
F. Karakteristik Pendidikan Sepanjang Hayat.................................... 8
G. Tujuan Pendidikan Sepanjang Hayat.............................................. 9
H. Empat Pilar Pendidikan UNESCO mengenai Pendidikan
Sepanjang Hayat............................................................................. 9
I. Peran Pendidikan Sepanjang Hayat................................................ 11
J. Wadah Pendidikan Sepanjang Hayat.............................................. 12
K. Tahap Pembelajaran Pendidikan Sepanjang Hayat......................... 14
L. Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat.......................................... 15
M. Alasan Pentingnya Pendidikan Sepanjang Hayat........................... 17
N. Kelemahan Pendidikan Sepanjang Hayat....................................... 19

BAB III PENUTUP......................................................................................... 21


A. Kesimpulan..................................................................................... 21
B. Saran............................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita telah terbiasa untuk membicarakan pendidikan sebagai suatu usaha
untuk memberi bekal kepada anak agar ia pada suatu ketika dalam hidupnya
dapat berdiri sendiri dan dapat memikul tanggung jawab atas segala
perbuatannya di lingkungan masyarakat.
Mendidik, berarti mengantarkan anak yang belum dewasa ke tingkat
kedewasaan. Sesudah tingkat ini tercapai, orang beranggapan bahwa usaha
pendidikan yang menjadi tugas orang tua dan guru selesailah, kemudian si
anak yang sudah dewasa itu dianggap mampu atas kekuatan sendiri, tanpa
bantuan orang tua atau guru dalam menghadapi segala sesuatu di dalam
hidupnya. Memang, usia sebelum dewasa merupakan suatu periode dimana
anak dihadapkan pada sekian banyak hal yang karena kurangnya pengetahuan,
pengertian, dan pengalaman yang harus diatasi, tidak mungkin diselesaikan
sendiri. Itulah sebabnya orang berpendapat bahwa disinilah pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting.
Dewasa ini, perwujudan masyarakat untuk belajar belum ada peningkatan
seperti yang diharapkan. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk
mewujudkan pendidikan yang merata, yang melingkupi semua lapisan
masyarakat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam upaya
ini dibutuhkan pula campur tangan dari masyarakat itu sendiri. Karena tanpa
kedasaran dan kerjasama masyarakat, perwujudan masyarakat belajar tidak
akan tecapai. Pendidikan tidak hanya diperoleh dari sekolah, melainkan dari
kesadaran masyarakat untuk belajar antara lain melalui membaca, internet,
pengalaman, dan lain-lain.
Penerapan pendidikan sepanjang hayat dalam mewujudkan masyarakat
belajar sangat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Dengan peningkatan tersebut, harkat dan martabat masyarakat dapat
terangkat di mata dunia. Oleh sebab itu, perlu adanya pemerataan pendidikan
yang tidak hanya didapat dari sekolah, namun juga dapat terwujud dalam
perpustakaan umum untuk meningkatkan minat baca masyarakat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan sepanjang hayat?
3. Bagaimana asal mula pendidikan sepanjang hayat?
4. Apa saja dasar pikiran pendidikan sepanjang hayat?
5. Apa saja ciri-ciri manusia yang menjadi pelajar pendidikan sepanjang
hayat?
6. Apa saja karakteristik pendidikan sepanjang hayat?
7. Apa saja tujuan pendidikan sepanjang hayat?
8. Apa saja empat pilar pendidikan UNESCO mengenai pendidikan
sepanjang hayat?
9. Apa saja peran pendidikan sepanjang hayat?
10. Apa saja wadah pendidikan sepanjang hayat?
11. Apa saja tahap pembelajaran pendidikan sepanjang hayat?
12. Apa saja implikasi pendidikan sepanjang hayat?
13. Apa saja alasan pentingnya pendidikan sepanjang hayat?
14. Apa saja kelemahan pendidikan sepanjang hayat?

C. Tujuan Dan Manfaat


1. Mengetahui pengertian pendidikan.
2. Mengetahui pengertian pendidikan sepanjang hayat.
3. Mengetahui asal mula pendidikan sepanjang hayat.
4. Mengetahui dasar pikiran pendidikan sepanjang hayat.
5. Mengetahui ciri-ciri manusia yang menjadi pelajar pendidikan sepanjang
hayat.
6. Mengetahui karakteristik pendidikan sepanjang hayat.
7. Mengetahui tujuan pendidikan sepanjang hayat.
8. Mengetahui empat pilar pendidikan UNESCO mengenai pendidikan
sepanjang hayat.
9. Mengetahui peran pendidikan sepanjang hayat.

2
10. Mengetahui wadah pendidikan sepanjang hayat.
11. Mengetahui tahap pembelajaran pendidikan sepanjang hayat.
12. Mengetahui implikasi pendidikan sepanjang hayat.
13. Mengetahui alasan pentingnya pendidikan sepanjang hayat.
14. Mengetahui kelemahan pendidikan sepanjang hayat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan
1. Pengertian pendidikan secara etimologis :
Pendidikan berasal dari kata dasar didik, mendapat imbuhan  pe-an,
menjadi kata benda ‘pendidikan’ dan kerja ‘mendidik’ Pendidikan berasal
dari bahasa Yunani Kuno dengan istilah :
 ‘Paedagogiek’: seni menuntun anak.
 ‘Paedagogia’: pergaulan dengan anak-anak.
2. Pengertian pendidikan menurut para ahli :
a. Crow and Crow
Pendidikan adalah proses yang berisi aneka macam kegiatan yang
cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu
meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke
generasi.
b. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah usaha menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada masa anak, baik sebagai individu, manusia maupun sebagai
anggota masyarakat agar dapat mencapai kesempurnaan hidup.
c. Driyarkara
Pendidikan adalah proses pemanusiaan manusia muda.
d. Paulo Freire
Pendidikan adalah usaha penyadaran manusia.
e. Redja Mudyahardjo
Makna pendidikan bisa dibagi 3: luas, sempit, dan luas terbatas.
 Makna Luas
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung
dalam segala lingkungan hidup dan sepanjang hidup.
 Makna Sempit
Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah
tehadap anak.
 Makna Luas Terbatas
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan luar
sekolah.

4
B. Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat
Dalam arti luas pendidikan sepanjang hayat (Lifelong Education) adalah
bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap
berlanjut sepanjang hidupnya. Pendidikan sepanjang hayat menjadi lebih
tinggi urgensinya pada saat ini karena manusia perlu terus menerus
menyesuaikan diri supaya dapat tetap hidup secara wajar dalam lingkungan
masyarakatnya yang selalu berubah.
Pengertian pendidikan sepanjang hayat menurut beberapa pakar pendidikan,
antara lain:
1. Delker (1974) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat adalah
perbuatan manusia secara wajar dan alamiah yang prosesnya tidak selalu
memerlukan kehadiran guru, pamong, atau pendidik. Proses belajar
tersebut mungkin tidak didasari oleh seseorang atau kelompok bahwa ia
atau mereka telah atau sedang terlibat di dalamnya. Kegiatan belajar
sepanjang hayat terwujud apabila terdapat dorongan pada diri seseorang
atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kepuasan, serta
apabila ada kesadaran dan semangat untuk belajar selama hayat masih di
kandung badan.
2. Gestrelius (1977) mengemukakan bahwa pendidikan sepanjang hayat
mencakup interaksi belajar (pembelajaran), penentuan bahan belajar dan
metode belajar, lembaga penyelenggara, fasilitas, administrasi, dan kondisi
lingkungan yang mendukung kegiatan belajar berkelanjutan. Dalam
pendidikaan ini termasuk pula peranan pendidik dan peserta didik yang
harus dan saling belajar, pengelolaan kegiatan belajar, dan faktor-faktor
lainnya yang mendukung terjadinya proses belajar. Di sisi lain dari
pendidikan sepanjang hayat adalah peluang yang luas bagi seseorang
untuk terus belajar agar dapat  meraih keadaan kehidupan yang lebih baik.
Adapun hal-hal yang menyebabkan dan memungkinkan hal-hal yang
demikian itu adalah :
 Majunya ilmu dan teknologi.
 Produk-produk teknologi yang perlu dipelajari karena terkait dengan
alat-alat kerja.
 Bagi mereka yang menggunakan alat kerja berbasis teknologi.
 Perubahan sosial sebagai dampak majunya ilmu dan teknologi.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik
yang dilontarkan pada sekolah. Sistem sekolah secara tradisional mengalami
kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat
cepat dalam abad terakhir ini dan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
atau tuntutan-tuntutan manusia yang semakin meningkat. Pendidikan di
sekolah hanya terbatas pada tingkat pendidikan sejak kanak-kanak sampai

5
dewasa, tidak akan memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia
yang berkembang sangat pesat. Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan
suatu sistem yang fleksibel. Pendidikan harus tetap bergerak dan mengenal
inovasi secara terus-menerus. Melalui proses belajar sepanjang hayat inilah
manusia mampu meningkatkan kualitas kehidupannya secara terus-menerus,
mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan
masyarakat yang diakibatkannya dan budaya untuk menghadapi tantangan
masa depan, serta mau dan mampu mengubah tantangan menjadi peluang.

C. Asal Mula Pendidikan Sepanjang Hayat


Pendidikan sepanjang hayat mulai menjadi aktual saat topik itu
dilontarkan oleh UNESCO sebagai pandangan tentang pendidikan yang
mengantisipasi perubahan-perubahan yang ada di masyarakat seluruh dunia
dan negara berkembang pada khususnya. UNESCO dan lembaga internasional
lainnya mulai melihat problem-problem tertinggalan dan kemiskinan hanya
dapat diatasi dengan pendidikan dalam format yang menyesuaikan kebutuhan
dan dikenakan pada berbagai kelompok umur termasuk orang dewasa.
Saat negara-negara berkembang mulai menerapkan pendidikan dasar yang
perwujudannya adalah wajib belajar, maka mulai terasa bahwa untuk
kelompok masyarakat yang kurang beruntung perlu dibantu dengan format
pendidikan sepanjang hayat. Hal ini penting dilakukan karena sampai saat ini
masih banyak kelompok usia diatas 15 tahun yang buta aksara. Hal ini terjadi
karena dalam fikiran kelompok masyarakat tersebut pendidikan kalah penting
dengan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup sehari-hari.
Dengan demikian, anak lebih penting mencari nafkah daripada bersekolah.
Permasalahan tidak berhenti pada buta aksara saja. Kemajuan teknologi
juga menantang mereka yang secara ekonomis tidak bermasalah. Kemampuan
menggunakan komputer yang perangkat lunaknya selalu berkembang dengan
hadirnya perangkat lunak yang baru, maka pengguna komputer harus selalu
menyesuaikan agar kemudahan-kemudahan yang ditawarkan software baru
dapat dimanfaatkan dengan baik.
Para ilmuan ilmu pendidikan yang semula mengatakan bahwa pendidikan
berakhir pada saat individu telah tumbuh menjadi dewasa. Kemudian, mereka
melakukan peninjauan kembali terhadap konsep pemikiran sebelumnya
sehingga tercetuslah pemikiran atau gagasan tentang pendidikan sepanjang
hayat ini.

6
D. Dasar Pikiran Pendidikan Sepanjang Hayat
Ada beberapa cara untuk meninjau dasar pikiran mengenai pendidikan
sepanjang hayat, di antaranya yaitu:
1. Tinjauan Ideologis
Semua manusia dilahirkan sama dan mempunyai hak yang sama,
khususnya hak untuk memperoleh pendidikan dan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya.
2. Tinjauan Ekonomis
Salah satu cara keluar dari lingkaran antara kebodohan dan kemelaratan
atau kemiskinan ialah dengan pendidikan seumur hidup.
3. Tinjauan Sosiologis
Salah satu masalah pendidikan di negara berkembang adalah pemborosan
pendidikan yang disebabkan oleh sebagian orang tua kurang menyadari
pentingnya pendidikan, putus sekolah. bahkan tidak sekolah sama sekali.
Hal itu dapat mengakibatkan tambahnya jumlah buta huruf, terutama
orang tua yang lahir pada zaman yang belum berkembang pesat seperti
sekarang ini.
4. Tinjauan Politis
Negara kita adalah negara demokrasi di mana seluruh warga negara wajib
menyadari hak dan kewajibannya di samping memahami fungsi
pemerintah. Agar politik dan demokrasi pada suatu negara dapat
berkembang dengan baik dan tidak ketinggalan oleh zaman.
5. Tinjauan Teknologis
Dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, para pemimpin, teknisi,
guru, dan sarjana dari berbagai disiplin ilmu harus senantiasa menyusaikan
perkembangan ilmu dan teknologi untuk menambah cakrawala pngetahuan
di samping keterampilan.
6. Tinjauan Psikologis dan Pedagogis
Tidak ayal lagi bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berpengaruh besar terhadap pendidikan khususnya konsep dan teknik
penyampaiannya. Oleh karena perkembangan ilmu dan teknologi semakin
luas dan komplek maka tidak mungkin segalanya itu dapat diajarkan
kepada anak di sekolah.
Maka dewasa ini, tugas pendidikan formal yang utama adalah bagaimana
mengajarkan cara belajar, menanamkan motivasi yang kuat kepada anak untuk
belajar sepanjang hayatnya, memberi keterampilan kepada anak untuk secara
lincah menyesuaikan diri kepada lingkungan masyarakat yang dengan
cepatnya berubah-ubah.

7
E. Ciri-Ciri Manusia Yang Menjadi Pelajar Sepanjang Hayat
1. Memliki kesadaran bahwa dirinya harus belajar sepanjang hayat.
2. Memiliki pandangan bahwa belajar hal-hal yang baru merupakan cara
logis untuk mengatasi masalah.
3. Bersemangat tinggi untuk belajar pada semua level.
4. Menyambut baik perubahan.
5. Percaya bahwa tantangan sepanjang hidup adalah peluang untuk belajar
hal baru.
6. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
7. Memiliki sifat kepercayaan diri atau optimisme yang tinggi.
8. Memiliki sifat ikhlas dan kesabaran dalam mencari ilmu pengetahuan
sebanyak-banyaknya.
9. Memiliki sifat konsistensi yang tinggi dan tidak putus asa untuk terus
belajar.
10. Memiliki visi dan misi yang jelas dalam hidupnya.
11. Tuntutan pekerjaan.

F. Karakteristik Pendidikan Sepanjang Hayat


Adapun karakteristik pendidikan sepanjang hayat yaitu:
1. Hidup, seumur hidup, dan pendidikan merupakan tiga istilah pokok yang
menentukan lingkup dan makna pendidikan seumur hidup.
2. Pendidikan tidaklah selesai setelah berakhirnya masa sekolah, tetapi
merupakan sebuah proses yang berlangsung sepanjang hidup.
3. Pendidikan seumur hidup tidak diartikan sebagai pendidikan orang
dewasa, tetapi pendidikan seumur hidup mencakup dan memadukan
semua tahap pendidikan (pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
sebagainya).
4. Pendidikan seumur hidup mencakup pola-pola pendidikan formal maupun
pola-pola pendidikan non-formal.
5. Pendidikan sepanjang hayat mampu menghilangkan tembok pemisah
antara sekolah dengan lingkungan kehidupan nyata di luar sekolah.
6. Pendidikan sepanjang hayat mampu  menempatkan kegiatan belajar
sebagai bagian dari proses hidup yang berkesinambungan.
7. Pendidikan sepanjang hayat  lebih mengutamakan pembekalan sikap dan
metode dari pada isi pendidikan.
8. Pendidikan sepanjang hayat mampu  menempatkan peserta didik sebagai
individu yang menjadi pelaku utama dalam proses pendidikan.
9. Pendidikan seumur hidup memiliki dua macam komponen besar yaitu
pendidikan umum dan pendidikan professional. Komponen tersebut

8
tidaklah berpisah sama sekali antara yang satu dengan yang lainnya.
Tetapi, saling berhubungan dan dengan sendirinya bersifat interaktif.
10. Tujuan akhir pendidikan seumur hidup adalah mempertahankan dan
meningkatkan mutu hidup.

G. Tujuan Pendidikan Sepanjang Hayat


Adapun tujuan pendidikan sepanjang hayat ialah sebagai berikut:
1. Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan
hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin.
Dengan demikian, secara potensial keseluruhan potensi manusia diisi
sesuai kebutuhannya agar dapat berkembang secara wajar.
2. Mengembangkan proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
manusia bersifat hidup dan dinamis maka pendidikan wajar berlangsung
selama manusia hidup.
3. Menciptakan belajar untuk hidup (learning to be) dan membentuk
masyarakat belajar (learning society)
4. Sebagai pembelajaran mandiri (self learning) yaitu menyesuaikan diri
dengan perubahan positif yang terus menerus dan berkembang dalam
sepanjang kehidupan manusia dan masyarakat serta menyiapkan diri guna
mencapai kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
5. Membangun seseorang untuk meningkatkan produktifitas individu,
organisasi, tempat kerja, dan negara.
6. Mampu mengembangkan potensi, pengetahuan dan ketrampilan yang
dimilikinya.

H. Empat Pilar Pendidikan UNESCO mengenai Pendidikan


Sepanjang Hayat
Upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa tidak ada cara lain kecuali
melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu UNESCO
mencanangkan empat pilar pendidikan sekarang dan masa depan yaitu:
learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
1. Learning to know
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk mencari agar
mengetahui informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan.
Penguasaan yang dalam dan luas akan bidang ilmu tertentu, termasuk di
dalamnya “learning to how”. Untuk mengimplementasikan “learning to
know” (belajar untuk mengetahui). Guru harus mampu menempatkan
dirinya sebagai fasilitator. Di samping itu, guru dituntut untuk dapat
berperan ganda sebagai kawan berdialog bagi siswanya dalam rangka
mengembangkan penguasaan pengetahuan siswa.

9
2. Learning to do
Pendidikan juga merupakan proses belajar untuk bisa melakukan sesuatu
(learning to do). Proses belajar menghasilkan perubahan dalam ranah
kognitif, peningkatan kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan secara
sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan, perasaan, serta kemauan untuk
berbuat atau merespon suatu stimulus. Pendidikan membekali manusia
tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat
atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna
bagi kehidupan. Belajar untuk mengaplikasi ilmu, bekerja sama dalam
team, belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi. Sekolah
sebagai wadah masyarakat untuk belajar dengan memfasilitasi siswanya
untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan
minatnya agar “learning to do” (belajar untuk melakukan sesuatu) dapat
terrealisasikan. Walaupun, sesungguhnya bakat dan minat anak
dipengaruhi faktor keturunan. Tetapi, tumbuh dan berkembangnya bakat
dan minat juga bergantung pada lingkungan. Seperti yang kita ketahui
bersama bahwa keterampilan merupakan sarana untuk menopang
kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada
penguasaan pengetahuan semata.
3. Learning to be
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses
menjadi diri sendiri (learning to be). Hal ini erat sekali kaitannya dengan
bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan, tipologi pribadi anak serta
kondisi lingkungannya. Misalnya, bagi siswa yang agresif akan
menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi.
Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai kompas
penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator sangat diperlukan untuk
menumbuh kembangkan potensi diri siswa secara utuh dan maksimal.
Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap
kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan
kaidah yang berlaku di masyarakat serta belajar menjadi orang yang
berhasil. Belajar untuk dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggung
jawab untuk mewujudkan tujuan bersama. Pilar ketiga yang dicanangkan
UNESCO adalah “learning to be” (belajar untuk menjadi seseorang).
4. Learning to live together
Belajar memahami dan menghargai orang lain, sejarah mereka dan nilai-
nilai agamanya. Terjadinya proses “learning to live together” (belajar
untuk menjalani kehidupan bersama). Pada pilar keempat ini, kebiasaan
hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi, dan menerima perlu
dikembangkan di sekolah. Kondisi seperti inilah yang memungkinkan

10
tumbuhnya sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama. Dengan
kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat
dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana
individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai
dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam
kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat
(learning to live together).
Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan pendidikan yang
berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia dapat menjadi lebih baik,
namun yang menjadi masalah adalah dunia pendidikan di Indonesia yang saat
ini masih minim fasilitas, terlebih lagi di daerah-daerah terpencil, belum
meratanya fasilitas pendidikan, tentunya akan menjadi halangan bagi siswa
untuk mengembangkan diri mereka. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia
harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan
profesional serta sikap, kepribadian dan moral. Dengan kemampuan dan sikap
manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan
masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia.

I. Peran Pendidikan Sepanjang Hayat


Pendidikan sepanjang hayat diperlukan untuk meningkatkan persamaan
distribusi pelayanan pendidikan, memiliki implikasi ekonomi yang
menyenangkan, dan esensial dalam menghadapi struktur sosial yang berubah
menjadi lebih baik sehingga akan menghantarkan peningkatan kualitas hidup
yang baik juga. Gagasan dasarnya bahwa pendidikan harus dikonsepkan
secara formal sebagai proses yang terus-menerus dalam kehidupan individu,
mulai dari anak-anak sampai dewasa.
Peranan pendidikan sepanjang hayat sangatlah mempengaruhi di dalam
kehidupan ini, dimulai dari yang terkecil maupun yang terbesar pengaruhnya.
Pengaruh pendidikan sepanjang hayat tidak hanya dibidang pendidikan akan
tetapi di segala bidang. Dengan demikian, pendidikan sepanjang hayat sangat
penting dan akan terbawa selama perjalanan hidup kita. Peranan pendidikan
sepanjang hayat yaitu:
1. Pendidikan sepanjang hayat (lifelong education) memungkingkan
seseorang mengembangkan potensi-potensinya sesuai dengan kebutuhan
hidupnya, sebab pada dasarnya semua manusia dilahirkan ke dunia
mempunyai hak sama, khususnya untuk mendapatkan pendidikan dan
peningkatan pengetahuan dan keterampilannya (skill). Dengan potensi,
pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki tersebut dapat dikembangkan
dengan baik dalam hidupnya. Dan dengan potensi tersebut, dapat

11
mendorong manusia untuk lebih bekerja keras dalam menjalani hidup
dengan pengetahuan tersebut, sehingga manusia tidak mudah untuk
dibohongi. Dan dengan keterampilan tersebut, manusia dapat membuat hal
yang baru dan berguna dalam kehidupan.
2. Melalui pendidikan sepanjang hayat, kita dapat menemukan cara yang
paling efektif untuk keluar dari suatu lingkaran kebodohan dan
kemiskinan.
3. Meningkatkan produktifitas yang dimilikinya sehingga mampu
memaksimalkan kemampuan yang dimiliki.
4. Memelihara dan mengembangkan sumber daya yang dimilikinya untuk
pengembangan dirinya sendiri maupun orang lain yang berada
disekitarnya.
5. Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih sehat dan
menyenangkan karena pendidikan yang telah diajarkan kepada kita semasa
muda.
6. Pendidikan sepanjang hayat dapat mengubah pandangan mereka yang
semula bersikap acuh tak acuh kepada pendidikan menjadi berpikiran
positif yaitu dengan pendidikan mampu mengubah sikap atau karakter
seseorang menjadi lebih baik, lebih terampil dan lebih berguna bagi
keluarga dan lingkungan sekitarnya. Sehingga dengan pendidikan
sepanjang hayat ini kita bisa memperbaiki kehidupan kita menjadi lebih
baik dan sejahtera.
7. Pendidikan sepanjang hayat memberikan pengetahuan yang belum
dimiliki maupun yang belum diketahui. karena di era globalisasi seperti
sekarang ini, tampaknya dunia dilanda oleh eksplosi ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) dengan berbagai produk yang dihasilkannya. Semua
orang, tak terkecuali para pendidik, sarjana, pemimpin dan sebagainya
dituntut selalu memperbarui pengetahuan dan keterampilannya seperti apa
yang terjadi di negara maju.
8. Pedidikam mengajarkan bagaimana cara belajar, menanamkan motivasi
yang kuat dalam diri anak untuk belajar terus sepanjang hidupnya,
memberikan skill kepada anak didik secara efektif agar dia mampu
beradaptasi dalam masyarakat yang cenderung berubah secara cepat.
Berkenaan dengan hal tersebut, perlu diciptakan suatu kondisi yang
merupakan aplikasi asas pendidikan seumur hidup (lifelong education)

J. Wadah Pendidikan Sepanjang Hayat


Pendidikan sepanjang hayat berwadahkan di semua lembaga pendidikan,
sumber-sumber informasi, sesuai dengan kepentingan perseorangan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, lembaga dari pendidikan

12
sepanjang hayat adalah lembaga pendidikan yang selama ini kita kenal, yaitu
meliputi :
1. Pendidikan dalam sekolah
Pendidikan dalam sekolah adalah suatu proses yang berlangsung di
sekolah secara teratur dan bertingkat mengikuti syarat-syarat yang jelas
dan ketat. Dalam arti pendidikan formal berada dalam lingkup sekolah
dengan adanya kurikulum. Tujuan pendidik adalah untuk memperkaya
budi pekerti, pengetahuan dan untuk menyiapkan seseorang agar mampu
dan terampil dalam suatu bidang pekerjaan tertentu.
2. Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan luar sekolah adalah suatu proses komunikasi yang teratur dan
terarah di luar sekolah untuk memperoleh informasi, pengetahuan, latihan
maupun bimbingan yang sesuai dengan usia dan kebutuhan hidupnya
dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap, dan nilai-nilai
yang memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efisien dan
efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaan, bahkan lingkungan
masyarakat dan negaranya.
3. Sumber informasi baik berupa terbitan buku, majalah atau media massa
baik cetak atau elektronik atau sajian dalam internet yang dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan.
Berikut contoh penerapannya :
 Contoh 1
Seorang dosen yang telah memiliki gelar S1 telah memutuskan
untuk bersekolah lagi agar setidaknya ia akan mendapatkan salah satu
gelar S2. Gelar S2 yang akan diambilnya adalah Magister Pendidikan
yang biasanya disingkat M.Pd. Beberapa temannya telah terlebih dahulu
memperoleh gelar M.A. atau Master of Arts, ada pula yang menyandang
gelar M.Sc. singkatan dari Master of Science bahkan ada pula yang telah
bergelar Doktor. Keadaan ini yang menyebabkan ia terdorong untuk
meningkatkan diri agar secara formal, resmi tidak ketinggalan dari teman-
temannya. Tempat ia meneruskan belajar tentu saja di suatu perguruan
tinggi, dengan demikian untuk kasus dosen yang menjadi tokoh dalam
uraian ini ia meneruskan belajar di perguruan tinggi.
 Contoh 2
Seorang buruh pabrik tekstil mengikuti latihan untuk dapat
menangani alat baru yang belum lama ini dibeli oleh pabrik itu. Tanpa
latihan tersebut, ia tidak lagi dapat bekerja di pabrik itu karena alat lama
seluruhnya telah diganti dengan alat baru yang lebih mampu
menghasilkan tekstil yang mutunya lebih bagus dalam waktu yang lebih
cepat. Pada kasus ini, tempat tokoh belajar dalam uraian diatas adalah

13
lembaga pendidikan yang apabila kita terapkan pada peristilahan dari UU
No. 2 Tahun 1989 atau UU Sisdiknas Tahun 2003 disebut sebagai
pendidikan luar.

K. Tahap Proses Belajar Pendidikan Sepanjang Hayat


Konsep belajar sepanjang hayat sering pula dikatakan sebagai belajar
berkesinambungan (continuing learning). Dengan terus menerus belajar,
seseorang tidak akan ketinggalan zaman dan dapat memperbarui
pengetahuannya, terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut. Dengan
pengetahuan yang selalu diperbaharui ini, mereka tidak akan terasing dan
generasi muda.
Tahapan belajar manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian. Bagian
yang pertama ialah proses belajar yang tidak dapat dilihat oleh panca indera,
karena proses belajar terjadi dalam pikiran seseorang yang sedang melakukan
kegiatan belajar. Proses ini sering disebut dengan proses internal. Bagian yang
kedua disebut proses belajar eksternal, proses ini dapat menunjukkan apakah
dalam diri seseorang telah terjadi proses belajar yang ditandai dengan adanya
perubahan ke arah yang lebih baik.
Menurut Suprijanto (2007) proses belajar yang terjadi dalam diri
seseorang yang sedang belajar berlangsung melalui enam tahapan yaitu :
a) Motivasi
Yang dimaksud motivasi di sini adalah keinginan untuk mencapai suatu
hal. Apabila dalam diri peserta didik tidak ada minat untuk belajar, tentu
saja proses belajar tidak akan berjalan dengan baik. Jika demikian halnya,
pendidik harus menumbuhkan minat belajar tersebut dengan berbagai cara,
yaitu dengan menjelaskan pentingnya pelajaran dan mengapa materi itu
perlu dipelajari.
b) Perhatian pada Pelajaran
Peserta didik harus dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran.
Apabila hal itu tidak terjadi maka proses belajar akan mengalami
hambatan. Perhatian peserta ini sangat tergantung pada pembimbing.
c) Menerima dan Mengingat
Setelah memperhatikan pelajaran, seorang peserta didik akan mengerti dan
menerima serta menyimpan dalam pikirannya. Tahap menerima dan
mengingat ini harus terjadi pada diri orang yang sedang belajar. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan dan pengingatan
ini, seperti struktur, makna, pengulangan pelajaran, dan interverensi.
d) Reproduksi
Dalam proses belajar, seseorang tidak hanya harus menerima dan
mengingat informasi baru saja, tetapi ia juga harus dapat menemukan

14
kembali apa-apa yang pernah dia terima. Agar peserta didik mampu
melakukan reproduksi, pendidik perlu menyajikan pengajarannya dengan
cara yang mengesankan.
e) Generalisasi
Pada tahap generalisasi ini, peserta didik harus mampu menerapkan hal
yang telah dipelajari di tempat lain dan dalam ruang lingkup yang lebih
luas. Generalisasi juga dapat diartikan penerapan hal yang telah dipelajari
dari situasi yang satu ke situasi yang lain.
f) Menerapkan Apa yang Telah Diajarkan serta Umpan Balik
Dalam tahap ini, peserta didik harus sudah memahami dan dapat
menerapkan apa yang telah diajarkan. Untuk meyakinkan bahwa peserta
didik telah benar-benar memahami, maka pembimbing dapat memberikan
tugas atau tes yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Tes yang diberikan
pun dapat berupa tes tertulis maupun lisan. Selanjutnya, pendidik
berkewajiban memberikan umpan balik berupa penjelasan mana yang
benar dan mana yang salah. Dengan umpan balik seperti itu, peserta didik
dapat mengetahui seberapa ia memahami apa yang diajarkan dan dapat
mengoreksi dirinya sendiri.

L. Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat


Implikasi disini diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari
suatu keputusan. Penerapan pendidikan sepanjang hayat pada isi program
pendidikan dan sasaran pendidikan di masyarakat yang luas dan bervariasi.
 Implikasi pada Program Pendidikan
1. Pendidikan Baca Tulis
Pengetahuan-pengetahuan baru dapat diperoleh terutama melalui
bacaan.
2. Pendidikan Kejuruan
Dengan majunya teknologi dan industrialisasi maka pendidikan
kejuruan tidak boleh dipandang sekali jadi dan selesai.
3. Pendidikan Profesional
Pendidikan profesional perlu mengikuti perubahan dan sikapnya
terhadap profesinya masing-masing.
4. Pendidikan ke Arah Perubahan dan Pengembangan
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengaruhnya
telah menyusup dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Barang-
barang elektronik telah menggantikan alat-alat dapur yang tradisional
bagi kalangan ibu rumah tangga (mesin cuci listrik, kompor listrik, dan
lain-lain.). Hal ini, asas pendidikan sepanjang hayat merupakan

15
konsekuensi penting untuk mengikuti perubahan sosial dan
pembangunan.
5. Pendidikan Kewarganegaraan dan Kedewasaan Politik
Dalam pemerintahan dan masyarakat yang demokratis, maka
kedewasaan warga negara dan para pemimpinnya dalam kehidupan
negara sangat penting. Untuk itu, pendidikan kewarganegaraan dan
kedewasaan politik itu merupakan bagian yang penting dari pendidikan
sepanjang hayat. Dengan adanya pendidikan tersebut, pemerintah dan
masyarakat bisa saling bekerjasama dalam membangun dunia politik
yang lebih baik.
6. Pendidikan Kultural dan Pengisian Waktu Luang
Seseorang yang disebut terpelajar (educated man) harus memahami
dan menghargai nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah, pandangan
hidup, dan kesenian dari bangsanya sendiri. Pengetahuan terhadap
nilai-nilai tersebut di samping memperkaya khasanah hidupnya, juga
memungkinkan untuk mengisi waktu luangnya yang lebih
menyenangkan. Atas dasar itu semua, maka pendidikan kultural dan
pengisian waktu luang secara konstruktif merupakan bagian penting
daripada pendidikan sepanjang hayat.
 Implikasi pada Sasaran Pendidikan
1. Para Petani
Di negara yang berkembang para petani merupakan golongan
penduduk yang paling besar. Biasanya cara hidup mereka masih
tradisional dan masih percaya mitos dan lain-lain. Hal ini disebabkan
oleh dasar pendidikan yang rendah atau mungkin sama sekali tidak
memperoleh pendidikan formal.
2. Para Remaja yang Putus Sekolah
Mereka keluar dari sekolah karena berbagai sebab (bosan, kurang
bakat, kurang biaya, dan lain-lain).
3. Para Pekerja yang Berketerampilan
Supaya dapat menghadapi setiap tantangan hari depan mereka,
hendaknya diberikan kepada mereka program pendidikan kejuruan dan
teknik, yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang
telah mereka miliki.
4. Para Teknisi dan Golongan Profesional
Pada umumnya golongan ini menduduki posisi penting dalam
masyarakat. Golongan ini sangat menentukan berhasil tidaknya
pembangunan. Untuk selalu menambah dan memperbarui pengetahuan
dan keterampilan. Maka, program pendidikan seumur hidup sangat
penting baginya.

16
5. Para Pemimpin Masyarakat
Hendaknya mereka ini mampu memadukan antara pengetahuan dengan
berbagai keahlian di samping harus selalu memperbarui sikap dan
gagasannya, sesuai dengan kemajuan dan pembangunan.
6. Para Anggota Masyarakat yang Sudah Tua
Karena pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak
pengetahuan yang belum mereka ketahui pada waktu masih muda.
Jumlah mereka semakin lama semakin bertambah besar, karena
bertambah panjangnya usia rata-rata manusia disebabkan oleh
kesehatan mereka menjadi lebih baik.

M. Alasan Pentingnya Pendidikan Sepanjang Hayat


Pendidikan sepanjang hayat diperlukan untuk meningkatkan persamaan
distribusi pelayanan pendidikan, memiliki implikasi ekonomi yang
menyenangkan, dan esensial dalam menghadapi struktur sosial yang berubah
terdapat alasan-alasan kejuruan untuk menetapkannya akan menghantarkan
peningkatan kualitas hidup. Gagasan dasarnya bahwa pendidikan harus
dikonsepkan secara formal sebagai proses yang terus-menerus dalam
kehidupan individu, mulai dari anak-anak sampai dewasa. Di dalam
tulisannya, Cropley dengan memperhatikan masukan dari sebagian pemerhati
pendidikan, mengemukakan beberapa alasan diperlukannya pendidikan
sepanjang hayat, antara lain: alasan keadilan, ekonomi, faktor sosial,
perkembangan IPTEK, dan sifat pekerjaan.
1. Alasan Keadilan
Terselenggaranya pendidikan sepanjang hayat secara meluas di kalangan
masyarakat dapat menciptakan iklim lingkungan yang memungkinkan
terwujudnya keadilan sosial. Hinsen menunjukan konteks yang lebih luas
yaitu dengan terselenggaranya pendidikan sepanjang hayat yang lebih baik
akan membuka peluang bagi perkembangan nasional untuk mencapai
tingkat persamaan internasional. Dalam hubungan ini, Bowle
mengemukakan statemen bahwa pada prinsipnya dapat mengeliminasi
peranan sekolah sebagai alat untuk melestarikan ketidakadilan sosial.
2. Alasan Ekonomi
Tidak dapat dipungkiri, alasan ekonomi merupakan alasan yang sangat
vital dalam penyelenggaraan pendidikan. Apalagi di negara berkembang,
biaya untuk perluasan pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan
hampir-hampir tidak tertanggulangi. Di satu sisi, tantangan untuk
mengejar keterlambatan pembangunan dirasakan, sedangkan di sisi lain
keterbatasan biaya dirasakan menjadi penghambat. Tidak terkecuali di
negara yang sudah maju teknologinya, yaitu dengan munculnya kebutuhan

17
untuk memacu kualitas pendidikan dan jenis-jenis pendidikan, dan mereka
merasa berat beban biaya penyelenggaraan pendidikan tersebut. Dalam
hubungannya dengan masalah tersebut, pendidikan sepanjang hayat
mendasarkan diri pada konsep baru dalam pemrosesan pendidikan
memiliki implikasi pembiayaan pendidikan yang lebih luas dan lebih
longgar.
3. Alasan Faktor Sosial
Faktor yang berhubungan dengan perubahan peranan keluarga, remaja,
dan emansipasi wanita dalam kaitannya dengan perkembangan IPTEK.
Perkembangan IPTEK yang demikian pesat yang telah melanda negara
maju dan negara-negara yang sedang berkembang memberi dampak yang
besar karena adanya perubahan-perubahan kehidupan sosial, ekonomi, dan
nilai budaya. Seperti berubahnya corak pekerjaan, status dan peran,
hubungan sosial pekerja dengan atasannya, khususnya bertambahnya usia
harapan hidup dan menurunnya jumlah kematian bayi, dan yang tak kalah
pentingnya ialah berubahnya sistem dalam peranan lembaga pendidikan.
Fungsi pendidikan yang seharusnya diperankan oleh keluarga, dan juga
fungsi lainnya, seperti fungsi ekonomi, rekreasi, dan lain-lain, lebih
banyak diambil alih oleh lembaga-lembaga, organisasi-organisasi di luar
lingkungan keluarga, khususnya oleh sekolah. Jika dahulu masa anak-anak
dan remaja diartikan sebagai masa belajar dalam dunia persekolahan,
sedangkan dunia orang dewasa adalah dunia kerja, kini garis batas yang
memisahkan kedua kelompok usia tersebut sedang menjadi kabur.
4. Alasan Perkembangan IPTEK
Uraian sebelumnya telah menjelaskan betapa luasnya pengaruh
perkembangan IPTEK dalam semua sektor pembangunan. Meskipun
diakui bahwa pengaruh tersebut di dalam dunia pendidikan belum sejauh
yang terjadi pada dunia pertanian, industri, transportasi, dan komunikasi.
Namun di dalam dunia pendidikan telah menggejala dalam banyak hal.
5. Alasan Sifat Pekerjaan
Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan IPTEK di satu sisi dalam
skala besar menyita pekerjaan tangan diganti dengan mesin, tetapi tidak
dapat dipungkiri di sisi yang lain juga memberi andil kepada munculnya
pekerjaan-pekerjaan baru yang menyerap banyak tenaga kerja dan
munculnya cara-cara baru dalam memproses pekerjaan. Akibatnya
pekerjaan menuntut persyaratan kerja yang selalu saja berubah.
Pada setiap kejadian, jika proses pendidikan itu merupakan kehidupan dan
mengabdi pada pengembangan diri, maka proses itu harus mempunyai
hubungan positif dengan waktu yang dianggap sebagai faktor yang konstruktif
dan sama sekalli bukanlah faktor yang destruktif. Pendidikan orang dewasa

18
adalah bentuk pendidikan yang tidak diharuskan. Dengan demikian masa
pendidikan yang dipandang secara keseluruhan, dan kemampuan pendidikan
itu untuk memperbarui diri, tergantung pada perkembangan pendidikan orang
dewasa.
Pendidikan sepanjang hayat juga muncul sebagai jalan keluar yang di
dapat pada salah satu masalah kritis masyrakat modern yaitu masalah yang
timbul dalam hubungan generasi berbeda. Dalam metode pendidikan
sepanjang hayat, mempelajari cara belajar adalah ini sama artinya dengan
melengkapi manusia dengan sesuatu yang didapatnya dari perjalanan
hidupnya baik bidang intelektual ataupun budaya. Perkembangan pendidikan
sepanjang hayat juga memiliki rintangan. Rintangan itu ialah sebuah pilihan
ketika keturunan dan kekayaan adalah satu-satunya tolak ukur untuk
keberhasilan. Pendidikan sepanjang hayat merupakan suatu usaha untuk
menyesuaikan dan menyerasikan berbagai taraf latihan ini sedemikian rupa
sehingga tidak bertantangan dengan dirinya sendiri, dengan cara menekankan
kesatuan, yakni potensi dan perkembangan individu.
Pendidikan sepannjang hayat menuju pada sarana pendidikan yang dapat
mewujudkan komunikasi antara kebutuhan dan pelajaran tentang kehidupan
professional, kebudayaan, pembangunan umum, dan berbagai situasi. Mulai
sekarang dan seterusnya pendidikan dapat dipandang sebagai suatu struktur
yang tersusun rapi dan tiap bagiannya saling tergantung serta hanya
mempunyai arti jika bagian tersebut berhubungan dengan bagian yang lain.

N. Kelemahan Pendidikan Sepanjang Hayat


Perkembangan pendidikan tidak benar jika dikatakan bahwa tidak ada
perbaikan dalam kehidupan kita sebagai bangsa, cukup banyak perbaikan atau
kemajuan yang kita capai berkat diselenggarakannya kegiatan  pendidikan
sepanjang hayat.
Permasalahannya ialah bahwa laju perbaikan kehidupan yang kita capai
selama ini kalah cepat dengan laju perkembangan berbagai permasalahan yang
kita hadapi. Di samping itu, kemajuan yang dicapai oleh negara lain misalnya
Negara – Negara di ASEAN, dalam berbagai bidang kehidupan rupanya juga
lebih pesat dari kemajuan yang kita capai. Dari dua hal inilah, kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa pendidikan sepanjang hayat mempunyai
kelemahan – kelemahan. Kelemahan – kelemahan tersebut di antaranya :
1. Kegiatan pendidikan non – formal yang diselenggarakan sekarang ini
masih belum dapat menyentuh seluruh golongan masyarakat. Masih
banyak kalangan masyarakat yang tidak mempunyai kesempatan ataupun
keinginan untuk mengikuti program pendidikan formal. Akibatnya adalah

19
masih terlampau banyak kalangan dalam masyarakat yang tidak terlibat
dalam usaha untuk memperbaiki pola kehidupan bersama, banyak
kalangan dalam masyarakat yang dari tahun ke tahun hidup dan bekerja
dengan pola yang sama atau kurang memadainya pengetahuan akan
pendidikan. Untuk mengatasi kelemahan ini adalah dengan memperluas
jaringan penerimaan pelayanan pendidikan sepanjang hayat.
2. Program pendidikan yang ada kebanyakan bersifat kurang komprehensif
dan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu program vokasional dan program
idiil. Program vokasional berusaha memberikan berbagai jenis ketrampilan
kepada para peserta. Sedangkan program idiil berusaha menanamkan
kesadaran ideologis kepada para peserta. Untuk keperluan kemajuan
kehidupan bangsa, program yang bersifat parsial dan tidak akan memadai.
Untuk keperluan ini, yang diperlukan ialah program pendidikan yang
mempunyai inti dan konteks. Bagian inti adalah bagian yang mengandung
materi yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan para peserta
dalam melaksanakan suatu pekerjaan, suatu vokasi atau profesi. Bagian
konteks adalah bagian yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran
serta pengetahuan para peserta mengenai persoalan – persoalan dasar yang
terdapat dalam lingkungan mereka, baik lokal, nasional, ataupun global.
Dengan program yang disusun seperti ini, para peserta akan dapat
memahami apa yang sebaiknya mereka lakukan di bidang pekerjaan
mereka masing – masing untuk turut mendorong lingkungan mereka
ketingkat perkembangan atau kemajuan yang lebih tinggi.
3. Metode atau penyampaian materi pendidikan. Metode atau cara
penyampaian yang digunakan selama ini banyak menekankan penguasaan
informasi atau materi, dan kurang memperhatikan masalah penggunaan
informasi untuk menyelesaikan persoalan. Pemupukan kemampuan untuk
menggunakan suatu perangkat informasi atau materi secara kreatif untuk
menyelesaikan suatu masalah yang rasanya masih kita abaikan selama ini.
Metode pendidikan yang dipergunakan selama ini baik di lembaga
pendidikan formal maupun di lembaga pendidikan non-formal lebih
mengutamakan terbinanya manusia-manusia patuh dan kurang
memikirkan terbinanya manusia-manusia kreatif.

20
BAB III
PENUTUP
a) Kesimpulan
Pendidikan sepanjang hayat masih berada dalam terkonsep seperti asas
yang lain misalnya kebebasan, keadilan, dan persamaan. Maka dengan
demikian, pendidikan sepanjang hayat tidak nyata selama jangka waktu tidak
berbatas karena masih dalam bentuk peta konsep. Jika hasil pemikiran tersebut
harus timbul dari keadaan tertentu dan harus berwujud dalam arti sebenarnya,
maka seharusnya pemikiran tersebut disajikan dengan fakta dan tindakan.
Tidak dapat disangkal bahwa pendidikan sepanjang hayat belum ada di
mana saja dengan tujuan sepenuhnya. Dalam pemecahan permasalahan yang
diterapkan dapat ditemukan unsur baru yang kemudian membentuk kerangka
konseptual tentang pendidikan baru. Jika kita tidak mendapat manfaat dari
pendidikan orang dewasa atau pendidikan yang diperoleh dari luar sekolah,
atau seandainya tidak tersedia sarana pengajaran yang berlaku di mana saja,
maka pemikiran tentang pendidikan sepanjang hayat mungkin tidak
mempunyai arti dan bahkan sudah pasti belum mulai terbentuk.
Sebaliknya, jika pendidikan sepanjang hayat itu memungkinkan, maka
mulai sekarang dan seterusnya pendidikan sepanjang hayat merupakan suatu
harapan yang besar. Harapan tersebut terletak pada ketulusan dan kemampuan
manusia untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab atas
pemikirannya, perasaan, dan haknya untuk menyaring, bertindak dengan
anggapan bahwa daya cipta manusia itu tidak terkikis dari awal, baik karena
sifat manusia yang tidak ramah ataupun karena saling tidak menghormati antar
hakikat manusia dan keinginan untuk hidup maju.

b) Saran
Dengan konsep pendidikan sepanjang hayat ini, diharapkan bisa
mengubah pandangan masyarakat bahwa pendidikan bukan hanya belajar di
sekolah formal saja, melainkan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
Misalnya, di lingkungan keluarga dan masyarakat. Untuk mendukung konsep
tentang pembelajaran sepanjang hayat, dibutuhkan peran aktif dari masyarakat
dan pemerintah agar konsep pendidikan sepanjang hayat dapat terealisasikan
dengan baik.

21
DAFTAR PUSTAKA
Lengrand Paul.1981.Pendidikan Sepanjang Hayat.Diterjemahkan oleh: Kelompok
Penterjemah Lembaga Studi Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan Yayasan
Bhinneka Tunggal Ika.Jakarta: PT.Gunung Agung

https://alfinmaulani407.wordpress.com/2016/06/06/makalah-pendidikan-
sepanjang-hayat/

http://kependidikanislam2010.blogspot.co.id/2011/06/peranan-sekolah-dalam-
pendidikan.html

http://richadnugroho.blogspot.co.id/2014/08/konsep-pendidikan-sepanjang-
hayat.html

http://dyahmayarikawati.blogspot.co.id/2013/12/makalah-pendidikan-sepanjang-
hayat.html

22

Anda mungkin juga menyukai