Anda di halaman 1dari 47

Hari/ Tanggal : Kamis/ 15 Oktober 2020

Tugas :6

LANDASAN ILMU PENDIDIKAN

“Pentingnya Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi dalam Pembelajaran“

OLEH :

RAHMI LAILA /19175013

DOSEN PEMBIMBING:

Prof. Dr. Hj. FESTIYED, M.S

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat

dan hidayah-Nya, penulis dapat menyusun makalah ini dengan judul “Pentingnya

Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi dalam Pembelajaran”.

Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun

berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini

dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Landasan Ilmu

Pendidikan, Ibu Prof. Dr. Hj. Festiyed, M.S.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca dalam rangka

penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

D. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II KAJIAN TEORI

A. Ayat Al-Qur’an yang Berhubungan dengan Ilmu Mendidik ....................... 3

B. Pedagogi....................................................................................................... 9

C. Andragogi................................................................................................... 14

D. Heutagogi ............................... ................................................................. 24

E. Pentingnya Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi dalamPembelajaran ... 25

BAB III PEMBAHASAN

A. Matriks Perbedaan Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi .................. .... 28

B. Matriks Rancangan Pembelajaran Fisika ................................................. 34

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................. 38

B. Saran........................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang guru memiliki peranan dan tugas yang sangat penting di dalam
suatu proses pendidikan. Dalam hal ini, selain harus mengajar dan mendidik
peserta didik, guru juga harus menunjukkan kewibawaannya kepada peserta
didiknya. Guru tidak hanya dijadikan contoh ketika berada didalam ruang, tetapi
segala yang dilakukan guru diluar itu merupakan gambaran dari kewibawaan dan
ilmu yang di miliki seorang guru. Sehingga, menjadi seorang guru harus memiliki
kesadaran terhadap posisi di dalam lingkup pendidikan maupun masyarakat
karena pada umumnya guru selalu dijadikan sorotan dalam lingkup manapun.
Keberhasilan pendidikan suatu bangsa sangat ditentukan oleh
pendekatan yang dipergunakan oleh guru atau pendidik dalam menyampaikan
materinya kepada peserta didik. Dewasa ini telah banyak pendekatan yang
dikembangkan oleh para ahli, baik dengan sasaran anak-anak maupun orang
dewasa. Masing-masing pendekatan tentunya memiliki kelebihan dan
kekurangan, karena tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini termasuk
pendekatan yang digunakan oleh pendidik dalam pembelajarannya. Pendekatan
yang dimaksud disini adalah pedagogi dan adragogi, yang dewasa ini dengan
perkembangan teknologi yang semakin pesat dan sebagainya muncullah
pendekatan baru yang dikenal dengan istilah heutagogi. Bagaimana masing-
masing pendekatan dalam pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam proses
pendidikan tersebut akan dijelaskan dalam makalah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini
adalah sebagi berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pedagogi?
2. Apa yang dimaksud dengan andragogi?
3. Apa yang dimaksud dengan heutagogi?

1
4. Bagaimana pentingnya pedagogi, andragogi dan heutagogi dalam
pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan dari makalah ini
sebagai berikut:
1. Menjelaskan tentang pedagogi.
2. Menjelaskan tentang andragogi.
3. Menjelaskan tentang heutagogi.
4. Mengetahui pentingnya pedagogi, andragogi dan heutagogi dalam
pembelajaran.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Membantu mahasiswa memahami tentang landasan ilmu pendidikan.
2. Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca,
khususnya untuk tenaga pendidik ke depannya.
3. Memenuhi salah satu persyaratan untuk mengikuti mata kuliah landasan ilmu
pendidikan.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Ayat Al-Qur’an yang Berhubungan dengan Ilmu Mendidik


Pendidikan anak sangatlah penting untuk selalu dikaji. Anak sebagai
penerus bangsa juga penerus agama yang harus selalu dibekali dengan ilmu yang
bisa menjadi dasar untuk dewasa nanti. Anak-anak harus diberi arahan dengan
bijak tanpa harus menggurui, namun penuh kasih layaknya sahabat yang saling
berdiskusi. Pendidikan tidak hanya dengan menyekolahkan di sekolah bergengsi
namun juga dengan adab dan iman agar menjadi bekal di akhirat mampu menjadi
anak berbakti, sholeh dan sholehah membanggakan orang tua.
Ada beberapa ayat – ayat yag menjelaskan mengenai pendidik, berikut
adalah ayat – ayat tentang pendidik / guru:
1. Al –Qur’an Surah Ar – Rahman ayat 1 – 4

MnL (2) 䇅 ⺁䇅 ennn (1) 䇅 n䇅


(4)䇅 䇅 nnn (3) 䇅
Artinya: : 1. (Allah) yang Maha pengasih, 2. yang telah mengajarkan Al-Qur’an, 3.
Dia menciptakan manusia, 4. mengajarnya pandai berbicara.
Seperti yang sudah di jelaskan dalam surah Ar–Rahman tersebut bahwa Allah
SWT telah memberikan isyarat agar manusia itu mau mengajarkan sesuatu kepada
sesamanya seperti yang ditunjukkan pada ayat ke 4 tersebut bahwa Allah
mengajarkan manusia itu pandai berbicara sehingga dapat dikatakan bahwa Allah
memberikan tanggung jawab kepada manusia untuk melakukan tugas khalifah
yaitu menjaga, dan menyebarkan ilmu.
2. Al –Qur’an Surah Al-‘Alaq ayat 1-5

3
Artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, 2. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan
perantara kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.

Makna dari Surah al-‘Alaq ayat 1-5 yaitu:


Pertama, seorang guru mestilah memiliki ilmu dan wawasan yang luas.
Sebab, bagaimana mungkin kita akan mencapai hasil yang maksimal dalam
mendidik dan mengajar, jika kualitas dan sumber daya gurunya sangat minim dan
terbatas. Itulah sebabnya, Allah yang menyebutkan Dzat-Nya sebagai pengajar
manusia yang mengajarkan apa yang belum diketahuinya. Oleh karena itu,
idealnya seorang guru adalah orang yang dituntut untuk selalu mampu
menciptakan sesuatu yang baru. Baik dalam hal materi pembelajaran maupun
metode dan caranya. Sehingga, pengajaran tidak bersifat statis dan selalu bergerak
ke arah kemajuan. Tentu para guru dalam hal ini dituntut untuk selalu menambah
wawasannya, yang bisa saja dilakukan melalui berbagai cara, seperti pendidikan
formal, pelatihan, banyak membaca, banyak mendengar berdiskusi dan
sebagainya. Memang begitulah pesan Allah kepada setiap manusia yang berada
dalam dunia pendidikan, supaya mereka menjadi Insan Rababni.
Seperti yang disebutkan dalam surat ‘Ali Imran ayat 79:

Artinya: “Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al
Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia:
"Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan
penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu

4
menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al
Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.”
Kedua, seorang guru mestilah mampu mendorong dan memberikan
motivasi kepada semua muridnya untuk selalu aktif dan kreatif. Seorang guru
idealnya adalah tidak memaksa muridnya untuk belajar, namun lebih kepada
pemberian motivasi dan rangsangan. Itulah sebabnya, kata iqra’ (bacalah) diulang
dua kali dalam surat al-‘Alaq ayat 1 dan 3.
Ketiga, seorang guru yang ideal tidak hanya mampu menyuruh dan
mengajak muridnya untuk aktif membaca, namun juga mampu mengimbanginya
dengan kemampuan menulis. Ilmu yang sudah dikuasai, jika tidak ditulis biasanya
dengan mudah akan hilang dan lenyap dari ingatan. Ibarat hewan, jika jika masih
dibiarkan lepas tanpa ikatan, tentu dia akan mudah pergi dan meninggalkan
pemiliknya. Begitulah salah satu sifat ilmu, yang juga menuntut ikatan. Dan
ikatan ilmu adalah ketika ia ditulis dalam lembaran kertas.
3. Al –Qur’an Surah Luqman Ayat 13-18
a. Jangan menyekutukan Allah

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia


memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman :13).
Sebagaimana kita tahu tonggak pertama seseorang adalah iman. Karena itu
seorang anak pertama kali harsulah diberi pengetahuan akan iman, agar selalu
mendekat pada Ilahi.
b. Berbakti Kepada Orang Tua (Ayah dan Ibu)

Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapkanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.

5
Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman : 14).
Luqman berpesan kepada putranya agar, seorang anak itu selalu berbuat baik pada
kedua orang tuanya. Kenapa? Karena orang tua khususnya ibu telah mengandung
selama sembilan bulan. Ibu merasakan sakit dan bertaruh nyawa untuk melahirkan
anak ke dunia. Seorang ayah selalu membanting tulang untuk membiayai hidup.
Sehingga orang tua adalah seorang yang berjasa dan harus dihormati.

Artinya: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku


sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah
kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan
baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan. (QS. Luqman : 15)
Maksud ayat ini sejatinya lanjutan dari ayat sebelumnya yang menegasakan
tentang anjuran untuk mentaati kedua orang tua, namun jika perintah yang
diberikan orang tua adalah hal yang batil. Maka janganlah mengikuti perintah itu.
Jangan sampai menyekutukan Allah. Tapi di sisi lain. Seorang anak tetap harus
menghormati kedua orang tua meski mereka tidak sejalan dengannya. Karena
bagaimanapun merekalah yang membesarkan dan melahirkan.
c. Setiap Perbuatan Akan Mendapat Balasan

Artinya: (Luqman berkata): “Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu


perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau
di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui. (QS. Luqman :
16)
Ayat ini mengandung nasihat, untuk selalu berbuat hal baik, menghindari
perbuataan buruk. Karena perbuatan apapun (baik buruk atau baik) itu walau kecil

6
akan mendapat balasan. Karena Allah itu Maha Tahu dan Maha Adil. Jadi
seseorang itu harus waspada dalam mengerjakan suatu hal.
d. Mendirikan Salat, Amar makruf Nahi Mungkar dan Sabar

Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan


yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS.
Luqman : 17)
Luqman menasihati putranya untuk selalu mengerjakan salat. Juga selalu
mengajak kepada kebaikan menjegah hal-hal jeles. Serta selalu sabar dengan
cobaan yang Allah berikan.
e. Jangan Sombong

Artinya: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena


sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. (QS. Luqman : 18)
Luqman mewanti-wanti putranya agar putranya agar menjauhi sifa soombong,
karena Allah membenci hamba yang sombong. Betapa Luqman Hakim begitu
peduli akan pendidikan anak. Nasihat ini patutlah diajarkan pada anak-anak lain
agar memiliki sikap baik baik kepada Allah, orang tua dan sesama.

4. Al –Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 83

7
Konsep surat al baqarah ayat 83 adalah menyeru kepada manusia untuk:
a. Janganlah menyembah kecuali Allah, maksud dari kata itu bahwa para
manusia diminta untuk menyembah Allah karena Dialah Dzat yang Maha
Kuasa dan semua alam adalah ciptaan-Nya, maka dari itu sebagai muslim
wajib menyembah-Nya.
b. Berbuatlah baik kepada kedua orangtua sanak keluarga, anak yatim, kaum
miskin, maksudnya adalah bahwasannya kita diperintahkan untuk berbakti
kepada kedua orangtua jangan durhaka kepada mereka, dan menyeru kepada
kita untuk berbuat baik kepada anak yatim yang mana kita dapat
menyantuninya.
c. Berikutnya adalah berbuat baik kepada orang miskin maksudnya adalah kita
diminta untuk saling menghormati kepada orang miskin maupun orrang kaya
tidak memandang seberapa kekayaannya, malah kalau kita mempunyai
kelebihan harta sebaiknya kita membantu orang-orang yang lemah. Konsep
dalam pendidikannya adalah sebagai pendidik maka diadakannya amal jariyah
jum’at untuk pemasukan santunan anak yatim atau untuk memberi sedekah
kepada orang-orang miskin.
d. Hormati kepada sesama manusia bahwasannya kita diminta untuk saling
menghargai antara manusia yang satu dengan manusia yang lain, dan jangan
saling bermusuhan. Konsep dalam pendidikannya adalah, sebagai pengajar
maka harus memberikan taladan yang baik untuk semua muridnya, seperti
bisa mengajak anak untuk berkelompok yang saling berinteraksi dengan
kelompok lainnya.
e. Dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat, disini mendirikan sholat lebih awal
daripada menunaikan zakat bahwasannya mendirikan sholat itu lebih utama
daripada menuanikan zakat artinya adalah jika manusia sudah mampu
mendirikan sholat maka mereka selanjutnya adalah diwajibkan untuk
menunaikan zakat. Konsep dalam dunia pendidikannya adalah pendidik
mengadakan sholat berjamaah di masjid ataupun dikelas yang, seperti sebelum
pembelajaran dimulai diadakannya sholat dhuha berjama’ah, kemudian
menjelang adzan zuhur maka sholat berjamaah.

8
f. Berikutnya adalah menunaikan zakat, menunaikan zakat ini biasanya umat
muslim mengadakannya setiap tahun sekali yaitu pada bulan Ramadhan,
namun apabila zakat dilaksanakan selain bulan itu tidak apa-apa. Konsep
dalam dunia pendidikan ini yaitu pendidik mengadakan zakat disekolah setiap
bulan Ramadhan dengan ketentuan boleh beras yang paling utama namun
apabila tidak ada maka boleh uang, zakat uang ini akan dibelikan beras oleh
pengurus zakat atau amil supaya setara.
g. Janganlah menumpahkan darah, dan janganlah saling mengusir sesama
saudara, jadi sesama umat manusia janganlah menumpahkan darah diantara
sesama yang dimaksud menumpahkan darah adalah saling membunuh atau
berbuat kasar kepada yang lainnya sehingga mengakibatkan akibat yang fatal,
dan dilarangnya mengusir antara sesamanya maksudnya adalah, untuk sesama
manusia salinglah menjaga dan menjalin kebaikan diantaranya jangan
semena-mena untuk mengusir orang lain karena merasa kekuasaan yang
dimilikinya sudah maksimal. Konsep dalam pendidikan ini pendidik membuat
kelompok bermain bersama yang mana mereka akan saling membantu dalam
kelompok tersebut atau dimaksud dengan saling menjaga kekompakkan.
Anak adalah anugerah dan amanah dari Allah Swt yang harus di
pertanggung jawabkan oleh setiap orang tua dalam berbagai aspek kehidupannya.
Diantaranya bertanggung jawab dalam pendidikan, kesehatan, kasih sayang,
perlindungan yang baik, dan berbagai aspek lainnya.
Pendidikan perlu dilihat sebagai suatu proses yang berterusan,
berkembang, dan serentak dengan perkembangan individu seorang anak yang
mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dengan kemahiran yang
diperolehnya anak akan mengaplikasikannya dalam konteks yang bermacam-
macam dalam hidup kesehariannya di saat itu ataupun sebagai persiapan untuk
kehidupannya dimasa yang akan datang.
Menurut perspektif Islam, pendidikan anak adalah proses mendidik,
mengasuh, dan melatih jasmani dan rohani mereka yang dilakukan orang tua
sebagai tanggung jawabnya terhadap anak dengan berlandaskan nilai baik dan
terpuji bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah. Bahkan dalam Islam sistem
pendidikan keluarga ini dipandang sebagai penentu masa depan anak. Sampai-

9
sampai di ibaratkan bahwa surga neraka anak tergantung terhadap orang tuanya.
Maksudnya adalah untuk melahirkan anak yang menjadi generasi insan yang
rabbani yang beriman, bertaqwa, dan beramal shaleh adalah tanggung jawab
orangtua.
Anak-anak diperingkat awal usianya, mereka di bentuk dan di didik sejak
dari awal. Islam dan barat mempunyai perspektif yang sama dalam hal ini. Apa
yang membedakannya ialah Islam menekankan pembentukan dasar (ketauhidan)
seorang anak bukan hanya kelakuan fisikal dan intelektualnya saja, tetapi
pemantapan akhlak juga perlu diterapkan seiring dengan penerapan keimanan di
dalam ruh dan jiwa anak.Kalau suatu informasi yang diterima oleh seorang anak
itu hanya diatas pengetahuan tanpa adanya penanaman aqidah dan pemantapan
akhlak akibatnya generasi yang dihasilkan mungkin bijaksana dan tinggi tahap
perkembangan intelektualnya tetapi dari aspek-aspek yang lain (aqidah dan
akhlaknya) ia pincang dan tiada keseimbangan.

B. Pedagogi
a. Makna Tradisional
Konsep paling tradisional dari pedagogi bermakna suatu studi tentang
bagaimana menjadi guru. Lebih khusus lagi, awalnya kata pedagogi bermakna
cara seorang guru mengajar atau seni mengajar (the art of teaching). Belakangan
istilah pedagogi secara umum diberi makna lebih luas, yaitu merujuk pada strategi
pembelajaran, dengan titik tekan pada gaya guru dalam mengajar.
Pedagogi berasal dari bahasa Yunani (paidagōgeō; país:anak
dan ági: memimpin) atau paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-
anak. Di Yunani kuno, biasanya diterapkan pada budak yang mengawasi
pendidikan anak majikannya. Termasuk didalamnya mengantarkan ke
sekolah atau tempat latihan, mengasuhnya, dan membawakan perbekalannya
(seperti membawakan alat musiknya). Paedagagos berasal dari kata “paid” yang
artinya “anak” dan “agogos” yan artinya “memimpin atau membimbing”. Dari
kata ini maka lahir istilah paedagogi yang diartikan sebagai suatu ilmu dan seni
dalam mengajar anak-anak. Dalam perkembangan selanjutnya istilah paedagogi
berubah menjadi ilmu dan seni mengajar.

10
Pedagogi juga merupakan kajian mengenai pengajaran, khususnya
pengajaran dalam pendidikan formal. Dengan kata lain, ia adalah sains dan seni
mengenai cara mengajar di sekolah. Secara umumnya pedagogi merupakan mata
pelajaran yang wajib bagi mereka yang ingin menjadi guru di sekolah. Sebagai
satu bidang kajian yang luas, pedagogi melibatkan kajian mengenai proses
pengajaran dan pembelajaran, organisasi sekolah dan juga interaksi guru-pelajar.
Jadi, secara tradisional pedagogi adalah seni mengajar. Guru yang efektif
senantiasa menggunakan alternatif strategi pembelajaran, karena tidak ada
pendekatan tunggal yang universal untuk semua bahan ajar dan situasi. Strategi
yang berbeda digunakan dengan kombinasi yang berbeda untuk kelompok siswa
yang berbeda, yang diharapkan akan dapat meningkatkan hasil belajar. Strategi
yang lebih cocok untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan tertentu
berbeda untuk masing-masing siswa dan konteksnya.
b. Makna Modern
Pandangan tradisional memposisikan pedagogi sebatas seni mengajar atau
mengasuh. Kini sangat kuat dan konsisten untuk mengembangkan hubungan
dialektis yang bermanfaat antara pedagogi sebagai ilmu dan pedagogi sebagai seni
(Salvatori, 1996). Menurut Sudarwan Danim (2010, 48–49), isu-isu yang
timbul dari penggunaan istilah pedagogi merupakan seperangkat konsep untuk
menjelaskan proses. Berikut tiga isu tertentu muncul terkait dengan masalah
pedagogi.
1) Pedagogi merupakan sebuah proses yang bertujuan. Dalam makna umum
istilah ini sering digunakan untuk menjelaskan prinsip-prinsip dan praktik
mengajar anak-anak.
2) Banyak pekerjaan “pedagogi sosial” yang telah digunakan untuk
menggambarkan prinsip-prinsip mengajar anak-anak dan kaum muda.
Sementara banyak penulis seperti Paulo Freire (1972) telah menggunakan
pengertian pedagogi merujuk kepada pekerjaan dengan orang dewasa yang di
dalamnya juga terkait erat dengan mengajar anak-anak.
3) Sejauh mana pengertian pedagogi telah dipahami dan dominan mewarnai
proses pembelajaran dalam konteks sekolah. Tidak mungkin persoalan
mengajar hanya dikaitkan dengan guru atau siswa semata. Diskusi tentang

11
pedagogi selalu dikaitkan dengan kurikulum, pengajaran, siswa, media
pembelajaran, dan situasi yang mengitarinya. Bahkan istilah pedagogi
menyentuh juga dimensi pendidikan pada umumnya atau seluruh tatanan
yang memungkinkan interaksi antar subjek yang bernuansa pengajaran dan
pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas, di sekolah atau di luar
sekolah.
Makna pedagogi modern, dilihat dari hubungan dialektis yang bermanfaat
antara pedagogi sebagai ilmu dan pedagogi sebagai seni.
Beberapa definisi yang terkait pengertian pedagogi sebagai ilmu dan
seni menurut Sudarwan Danim (2010: 54-55) antara lain:
1) Pengajaran (teaching), yaitu teknik dan metode kerja guru dalam
mentransformasikan konten pengetahuan, merangsang, mengawasi, dan
memfasilitasi penembangan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
berhasil. Termasuk dalam kerangka pengajaran adalah penilaian formatif dan
sumatif, juga memberi peluang kepada siswa untuk membantu mervisi dan
meningkatkan kualitas pemikiran dan pemahaman. Definisi ini menempatkan
guru pada posisi sentral.
2) Belajar (learning) yaitu proses siswa mengembangkan kemandirian dan
inisiatif dalam memperoleh dan meningkatkan pengetahuan serta
keterampilan (seperti penyelidikan, berpikir kritis, kerja sama tim,
mengorganisasikan, dan memecahkan masalah). Sesuai dengan perjalanan
waktu kualitas mengajar dapat mengakibatkan siswa mencapai pemikiran
tingkat tinggi dan pemahaman yang mendalam, mengetahui tentang proses
belajar mereka sendiri, metakognisi, kemampuan untuk mentransfer apa yang
telah dipelajari pada situasi baru, dan kapasitas umum untuk menjalani
kehidupan yang lebih luas dan belajar seumur hidup. Belajar seumur hidup itu
merupakan sebuah kontinum yang berlaku untuk guru.
3) Hubungan mengajar dengan belajar dengan segala faktor lain yang tergamit
mendorong minat pedagogi, misalnya, siswa melakukan penelitian sederhana.
Hubungan itu bisa bermakna siswa dimbimbing oleh guru atau kegiatan
belajar yang berpusat pada siswa, namun tetap di bawah bimbingan guru.
Hubungan itu, apapun bentuknya tetap terkait dengan kegiatan mengajar dan

12
belajar. Memang ada pemikiran yang kontras, bahwa aktivitas mengajar dan
belajar itu kehilangan hubungan efikasi: siswa harus menjadi proaktif dan
lebih otonom.
4) Hubungan mengajar dan belajar berkaitan dengan semua pengaturan dan pada
segala tahapan usia, yaitu sebagaimana yang dikembangkan di lembaga-
lembaga pendidikan formal dan non formal dalam masyarakat, dalam
keluarga, dan dalam kehidupan kerja. Sekolah merupakan salah satu bagian
dari total spektrum pengaruh pendidikan.
Dengan demikian pedagogi yang efektif menggabungkan alternatif strategi
pembelajaran yang mendukung keterlibatan intelektual, memiliki keterhubungan
dengan dunia yan lebih luas, lingkungan kelas yang kondusif, dan pengakuan atas
perbedaan penerapannya pada semua pelajaran. Praktis pedagogis yang efektif
mempromosikan kesejahteraan siswa, guru, dan komunitas sekolah. Juga
meningkatkan kepercayaan siswa dan guru, memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan sekolah, serta membangun kepercayaan masyarakat atas
kualitas belajar dan mengajar di sekolah.
c. Menurut Para Ahli
Beberapa pengertian pedagogi menurut para ahli.
1) Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda) pedagogik adalah ilmu yang
mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya
ia kelak “mampu secara mandiri menyelesaikan tugas
hidupnya”. Jadi pedagogik adalah ilmu untuk mendidik anak.
2) Langeveld (1980), membedakan istilah “pedagogik“ dengan istilah
“pedagogi”. Pedagogik diartikan dengan ilmu mendidik, lebih menitik
beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Suatu pemikiran
bagaimana kita membimbing anak, dan mendidik anak. Sedangkan istilah
pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktik,
menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak.
3) Ana Maria Gonzalez Soca mendefinisikan proses paedagogis sebagai sebuah
proses pendidikan yang menyoroti hubungan antara pendidikan, pengajaran,
dan pembelajaran yang bertujuan utnuk mengembangkan kepribadian siswa
agar mempersiapkan dirinya untuk menjalani kehidupan. Beliau juga

13
memperhitungkan hubungan antara semua proses dan pendidikan sebagai
target pencapaian sekolah, namun proses paedagogis tidak melampaui batas-
batas institusi pendidikan. Beliau tidak mempertimbangkan bahwa keluarga
dan masyarakat juga terlibat dalam pendidikan generasi sekarang dan
mendatang.
4) Gladys Valdivia (1988) mendefenisikan proses paedagogis erat kaitannya
dengan tujuan sosial yang dikembangkan dan berhubungan satu sama
lain. Unit dialektik yang ada di antara pendidikan dan pengajaran, serta sifat
umum pendidikan itu sendiri yang menunjukan kehadiran paedagogi ada di
dalam dan luar proses sekolah.
5) Addine (2001), di antara prinsip-prinsip paedagogis terdapat kesatuan
karakter ilmiah dan ideologis dari proses paedagogis. Karakter ilmiah dan
ideologis ini menyoroti bahwa setiap proses paedagogis harus terstruktur
berdasarkan temuan yang paling maju di bidang sains kontemporer dan dalam
korespondensi total dengan ideologi kita. Selain itu, prinsip hubungan
sekolah dan kehidupan didasarkan pada dua aspek penting: kaitan antara
kehidupan dan pekerjaan sebagai kegiatan yang mendidik manusia. Prinsip
lain yang berorientasi pada proses tersebut adalah salah satu yang
mengombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan, serta
penghormatan terhadap kepribadian siswa. Prinsip berikutnya merujuk pada
kesatuan pengajaran, pendidikan dna perkembangan proses, karena
didasarkan pada kesatuan dialektis antara pendidikan dan pengajaran yang
harus terkait dengan kegiatan pembangunan pada umumnya. Prinsip terakhir
dari proses paedagogis adalah bahwa masing-masing subsistem aktivitas,
komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain.
Tujuan pedagogi adalah:
1) Memanusiakan manusia, menjadikan seseorang dewasa demi kebahagiaan
dalam menjalani kehidupan.
2) Agar anak di kemudian hari mampu memahami dan menjalani kehidupan
dan kelak dapat menghidupi diri mereka sendiri, dapat hidup secara
bermakna, dan dapat turut memuliakan kehidupan.
3) Mengembangkan kepribadian siswa yang sehat.

14
Pedagogi membagi fungsi pengajaran kepada tiga bidang, yakni apa yang
dimaksudkan sebagai taksonomi Bloom. Menurut taksonomi bloom, pengajaran
boleh terbagi kepada:
1) Bidang Kognitif
Yaitu ranah dari yang tidak tahu menjadi tahu, terjadinya ketika adanya
proses. Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan
dan keahlian metalitas. Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan
keahlian berfikir yang menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses
berfikir mengekspresikan tahap-tahap kemampuan yang harus siswa
kuasai sehingga dapat menunjukkan kemampuan mengolah pikirannya
sehingga mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan, mengubah
teori kedalam keterampilan terbaiknya sehingga dapat menghasilkan
sesuatu yang baru sebagai produk inovasi pikirannya. Pada ranah kognitif
kemampuan berfikir analisis dan sintesis di itegrasi melalui analisis saja.
2) Bidang Afektif
Berkenaan dengan sikap.
3) Bidang Psikomotor
Adalah ranah dari yang tidak bisa menjadi bisa, terjadinya juga melalui
poses belajar. Ranah psikomotor mengenal menekankan aspek
keterampilan seperti, tulisan tangan, berenang, dan bagaimana cara
mengoperasikan mesin, ranah psikomotor berkaitan dengan fungsi
manipulative dan kemampuan fisik.
Contoh didalam pembelajaran adalah apabila seorang guru ingin mengajar
seorang pelajar menulis, dia perlu mengajar pelajar itu cara memegang pencil
(bidang psikomotor); bentuk huruf dan maknanya (bidang kognitif); dan juga
harus memupuk minat untuk belajar menulis (bidang afektif).

C. Andragogi
Seni dan ilmu mengajar orang dewasa disebut andragogi. Istilah “dewasa”
di sini lebih ditafsirkan sebagai kedewasaan psikologis ketimbang “dewasa”
dalam makna kronologis. Dengan demikian, istilah “pedagogi dan andragogi”,
seperti halnya “pedagogis dan andragogis” dapat juga ditafsirkan sebagai “label

15
perlakuan” dalam rangka pembelajaran bagi orang-orang yang dominan dengan
ciri-ciri perilaku anak-anak atau dominan ciri perilaku kedewasaannya. Ada orang
yang secara usia kronologis masih masuk kelompok anak-anak, tapi sudah tampil
relatif dewasa. Ada juga yang secara usia kronologis sudah masuk kategori usia
dewasa, namun masih berperilaku seperti anak-anak, belum menunjukkan
kedewasaan.
Andragogi muncul semula di Eropa pada tahun 1921 dan meluas
digunakan pada tahun 1960an di Perancis, Belanda dan Yugoslavia. Artikel
Knowles ‘Andragogy Not Pedagogy’, diterbitkan dalam Adult Leadership pada
1968 adalah karya pertamanya berkenaan dengan andragogi. Manakala Lindeman
pula menitikberatkan komitmen dalam hal bertindak ke arah sendiri (self-directed),
pengalaman dan penyelesaian masalah melalui pembelajaran dewasa, Linderman
dan Knowles memainkan peranan penting dalam evolusi andragogi di Amerika.
Istilah andragogi berasal dari kata Yunani “anere” yang bermakna dewasa
dan “agogus” yang bermakna mendidik atau mengajari. Baik sebagai seni maupun
ilmu, andragogi esensinya adalah membantu orang dewasa agar mampu belajar
dan menjadi pembelajar. Malcolm Knowles adalah Bapak Andragogi. Gelar ini
dilabelkan kepadanya karena dia sangat peduli mengembangkan dan
mengampanyekan andragogi. Nenek andragogi adalah Alexander Kapp, karena
dia yang pertama kali melahirkan istilah itu. Knowles merumuskan prinsip-prinsip
layanan bagi pembelajar dewasa, seperti disajikan berikut ini.
1) Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi dari
pengajaran mereka. Orang dewasa dapat mengarahkan diri untuk belajar.
2) Pengalaman, termasuk kesalahan, menjadi fondasi dasar untuk belajar. Orang
dewasa banyak belajar dari pengalaman.
3) Orang dewasa paling tertarik untuk mempelajari mata pelajaran yang memiliki
relevansi langsung dengan pekerjaannya atau kehidupan pribadi.
4) Belajar orang dewasa lebih berorientasi pada tujuan praktis ketimbang konten.
Fokus yang harus diperhatikan pada strategi pembelajaran orang dewasa
mengingat karakteristik pelajar dewasa yang berbeda dengan anak-anak ialah
harus memasukkan unsur-unsur berikut ini.

16
1) Metakognisi maksudnya siswa dewasa lebih memilih untuk belajar melalui
penilaian diri dan koreksi diri.
2) Refleksi maksudnya siswa dewasa melakukan refleksi atas apa yang
dipelajari dan perolehan belajarnya.
3) Pengalaman sebelumnya maksudnya siswa dewasa banyak belajar dari dan
menggunakan pengalaman sebelumnya sebagai bekal belajar.
4) Percakapan atau dialogis maksudnya siswa dewasa lebih menyukai
pendekatan dialogis dalam pembelajaran, ketimbang monologis.
5) Pengalaman otentik maksudnya siswa dewasa lebih tertarikdengan
pengalaman otentik ketimbang yang abstrak.
6) Motivasi maksudnya siswa dewasa lebih mengandalkan motivasi diri atau
motivasi internal ketimbang eksternal.
7) Strategi pembelajaran generatif maksudnya kegiatan yang membantu
membangun pengetahuan siswa dewasa oleh mereka sendiri.
Seperti dijelaskan sebelumnya, teori Knowles tentang andragogi merupakan suatu
usaha untuk mengembangkan teori yang khusus diperuntukkan bagi pembelajaran
atau membelajarkan orang dewasa. Knowles menekankan bahwa orang dewasa
dapat mandiri dan bertanggungjawab atas keputusan mereka sendiri. Dari
penjelasan ini makin nampak bahwa dewasa yang dimaksud utamanya
kedewasaan atau sikap dewasa yang bisa ditampilkan oleh warga belajar. Sejalan
dengan uraian sebelumnya, Malcolm Knowless dalam mengembangkan konsep
andragogi, mengembangkan empat pokok asumsi sebagai berikut:
1) Konsep diri
Asumsinya bahwa sesungguhnya dan kematangan diri seseorang bergerak
dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah
pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri
dan mandiri. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa secara umum
konsep diri anak-anak masih tergantung sedangkan pada orang dewasa
konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa
membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai manusia yang
mampu menentukan dirinya sendiri (sel determination), mampu
mengarahkan dirinya sendiri (self direction). Apabila orang dewasa tidak

17
menemukan dan menghadapi situasi dan kondisi yang memungkinkan
timbulnya penentuan diri sendiri dalam suatu pelatihan, maka akan
menimbulkan penolakan atau reaksi yang kurang menyenangkan. Orang
dewasa juga mempunyai kebutuhan psikologis yang dalam agar secara
umum menjadi mandiri, meskipun dalam situasi tertentu. Hal ini
menimbulkan implikasi dalam pelaksanaan praktek latihan, khususnya
yang berkaitan dengan iklim dan suasana pembelajaran dan diagnosa
kebutuhan serta proses perencanaan pelatihan.
2) Peranan pengalaman
Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang
individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam
perjalanannya seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai
pengalaman pahit getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang
individu sebagai sumber belajar yang demikian kaya, dan pada saat yang
bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar
dan memperolehpengalaman baru. Oleh sebab itu, dalam teknologi
pelatihan atau pembelajaran orang dewasa, terjadi penurunan penggunaan
teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan konvensional
dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang bertumpu pada
pengalaman. Dalam hal ini dikenal dengan “experiential learning cycle”
(proses belajar berdasarkan pengalaman). Hal ini menimbulkan implikasi
terhadap pemilihan dan penggunaan metode dan teknik kepelatihan. Maka
dalam praktek pelatihan lebih banyak menggunakan diskusi kelompok,
curhat pendapat, kerja laboratori, sekolah lapang, melakukan praktek dan
lain sebagainya, yang pada dasarnya berupaya untuk melibatkan peran
serta atau partisipasi peserta pelatihan.
3) Kesiapan belajar
Asumsi bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan
perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan
atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak
ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan
sosialnya. Padaseorang anak belajar karena ada karena adanya tuntutan

18
akademik atau biologiknya. Tetapi pada orang dewasa siap belajar sesuatu
karena tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi dalam
peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi. Hal ini
membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pelatihan
tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan
dengan kebutuhan yang sesuai dengan peranan sosialnya.
4) Orientasi belajar
Asumsi yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah-olah sudah
ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada
materi pembeljaran (subject matter centered orientation). Sedangkan pada
orang dewasa mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang
berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (problem centered
orientatin). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah
merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi
dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan
peranan sosial orang dewasa. Selain itu, perbedaan asumsi ini disebabkan
juga karena adanya perbedaan perspektif waktu, bagi orang dewasa,
belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam
waktu segera. Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari masih
menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya. Sehingga ada
kecenderungan pada anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus
ujian dan memperoleh sekolah yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan
implikasi terhadap sifat materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang
dewasa, yaitu bahwa materi tersebut hendaknya bersifat
praktis dan dapat segera diterapkan di dalam kenyataan sehari-hari.
Dalam istilah praktis andragogi berarti bahwa pengajaran untuk orang
dewasa perlu lebih berfokus pada proses dan kurang pada konten yang diajarkan.
Strategi seperti studi kasus, permainan peran, simulasi dan evaluasi diri biasanya
dipandang paling bermanfaat. Dalam kaitan ini, instruktur mengadopsi peran
fasilitator atau sumber daya, bukan selayaknya guru atau dosen mengajar siswa
atau mahasiswa di ruang kelas konvensional.

19
Kegiatan belajar dan membelajarkan pada garis besarnya dapat dibedakan
atas tahap-tahap:
1) Perumusan Tujuan Program
Tujuan program menyatakan domain tingkah laku serta tingkatan tingkah
laku yang ingin dicapai sebagai hasil belajar. Selain dari itu warga belajar
dapat memiliki kesiapan mental dalam mengikuti program kegiatan belajar
yang akan dilaksanakan. Gagasan ini merupakan aplikasi dari hukum
kesiapan mental dari Thorndike.
2) Pengembagan Alat Evaluasi dan Evaluasi Hasil Belajar
Teori belajar orang dewasa yang erat hubungannya dengan tahap ini antara
lain:
a) Pengembangan Kemamuan Pikir; merupakan teknik pengembangan
kemampuan berpikir.
b) Hukum Efek; kegiatan belajar yang memberikan efek hasil belajar yang
menyenangkan seperti nilai yang baik, cenderung untuk diulangi dan
ditingkatkan.
c) Penguatan; pujian ataupun teguran/peringatan diberikan sesegera
mungkin dan secara konsisten. Warga belajar perlu mengetahui hasil
tesnya agar ia terdorong untuk terdorong lagi, dapat menilai usaha
belajarnya untuk menghadapi tes berikutnya.
d) Keputusan Penyajian; hasil evaluasi dijadikan dasar untuk mengambil
keputusan apakah pelajaran dapat dilanjutkan atau perlu diselenggarakan
penjelasan remedial atau mengulang kembali bagian-bagian yang dianggap
sukar.
e) Hasil Evaluasi; merupakan balikan bagi fasilitator tentang efektivitas/
kemampuan penyajiannya. Juga merupakan balikan bagi warga belajar
untuk mengetahui penguasaan terhadap bahan pelajaran.
3) Analisis Tugas Belajar dan Identifikasi Kemampuan Warga Belajar
Kemampuan yang ingin dicapai senagai tujuan pembelajaran, diurai
(dianalisis) atas unsur-unsur yang telah diidentifikasi tersebut diseleksi
sehingga hanya unsur-unsur yang belum dikuasai sajalah yang dipilih
sebagai bahan pelajaran. Pada tahap ini juga diidentikkan karakteristik

20
individual warga belajar seperti: kecerdasa/bakat, kebiasaan belajar,
motivasi belajar, kemampuan awal dan kebutuhan warga belajar,
terutama yang menyangkut kesulitan belajarnya. Teori belajar yang
relevan dengan kegiatan analisis tugas, antara lain ialah:
a) Teori Gestalt, meliputi:
 Hukum Pragmanz (penuh arti) yaitu pengelompokan objek sesuatu
bahan pelajaran berdasaran kriteria atau kategori tertentu seperti:
warna, bentuk, ukuran.
 Hukum kesamaan atau keteraturan: tugas-tugas yang unsur-
unsurnya mempunyai kesamaan dan teratur, lebih mudah
dipahami daripada yang berbeda dan tidak teratur.
b) Teori Medan
Belajar memecahkan masalah adalah pengembangan struktur
kognitif.
4) Penyusunan Strategi Belajar-Membelajarkan
Strategi belajar-membelajarkan pada hakikatnya adalah rencana
kegiatan belajar dan membelajarkan yang dipilih oleh fasilitator untuk
dilaksanakan, baik oleh warga belajar maupun oleh sumber belajar
dalam rangka usaha pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Teori belajar orang dewasa yang erat hubungannya dengan
tahap ini antara lain ialah:
a) Teori Bruner tentang cara mengorganisasikan batang tubuh
ilmu yang dipelajari, urut-urutan pokok bahasan yang disajikan,
teknik-teknik penyajian enaktif, ekonik dan simbolik.
b) Teori penyajian bahan verbal yang bermakna menurut Ausubel.
c) Penataan Situasi belajar yang menyangkut pengelolaan belajar
dan kondisi belajar menurut Gagne.
d) Metode belajar pemecahan masalah dengan teknik: ramu
pendapat, metode buku catatan kolektif dan metode papan
bulletin kolektif.

21
e) Metode belajar/penyajian menemukan. Metode ini
memudahkan transfer dan retensi, mempertinggi kemampuan
memecahkan masalah serta mengandung morivasi intrinsik.
f) Perbedaan individu dalam hal kecepatan belajar warga belajar.
g) Pengaturan urutan-urutan penyajian bahan pelajaran menurut
tingkat kesulitannya dari yang sederhana ke yang lebih sulit.
5) Pelaksanaan Kegiatan Belajar dan Membelajarkan
Teori belajar orang dewasa yang erat hubungannya dengan tahapan ini
antara lain ialah:
a) Hukum kesiapan. Menyiapkan mental warga belajar untuk
mengikuti pelajaran baru dengan memberikan penjelasan
singkat mengenai pengetahuan prasyarat untuk mengikuti
pelajaran baru/hal-hal yang telah dipelajari dan berhubungan
erat dengan pelajaran baru.
b) Penguatan dan Motivasi Belajar. Menjelaskan kegunaan/nilai
praktis dari pelajaran baru dalam kehidupan dan penghidupan.
c) Proses Pensyaratan (conditioning). Memperlihatkan model
hasil belajar terminal untuk memudahkan warga belajar
mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru.
d) Hukum Unsur-Unsur yang Identik. Menstransfer pengalaman
pemecahan masalah lainnya yang mempunyai persamaan.
Menerapkan pengetahuan dan keterampilan baru dalam
berbagai situasi, kondisi dan posisi.
e) Metode Menemukan. Memberikan kesempatan kepada warga
belajar untuk melakukan sendiri keterampilan yang harus
mereka pelajari, jadi bukan fasilitator sendiri yang melakukan.
f) Cara Menarik Perhatian. Mengaitkan kegiatan belajar dan
membelajarkan dengan kebutuhan warga belajar, mengolah
bahan pelajaran sebagai bahan perlombaan antar individu,
kelompok, dan baris.
g) Karya Wisata. Pengalaman praktik lapangan ataupun di
laboratorium dan bengkel, permainan peran, permainan atau

22
perlombaan, merupakan pengalaman yang berkesan bagi warga
belajar dan memungkinkan mereka lebih mudah mengingat
konsep-konsep pengertian kunci dan sebagainya.
6) Pemantauan Hasil Belajar
Teori belajar orang dewasa yang erat hbubungannya dengan tahapan
ini antara lain:
a) Hukum Latihan. Makin sering sesuatu pelajaran diulang makin
dikuasai pelajaran itu.
b) Belajar lanjut (overlearning). Belajar lanjut 50% (150%) lebih
lama daya tahannya dalam ingatan.
c) Revieu. Belajar dengan teknik revieu berkala lebih efektif
daripada belajar terus-menerus tanpa revieu. (Mappa, 1994:
154).
Secara operasional, prinsip andragogi adalah:
a. Pembelajaran adalah proses yang berterusan. Orang dewasa merasakan
keperluan dalam berbagai bidang kemahiran dan pengalaman yang dimiliki
adalah penting bagi masa depan mereka.
b. Orang dewasa belajar dengan lebih baik apabila secara personelnya mereka
terlibat dalam proses merancang, menilai dan melaksanakan persekitaran
mereka tanpa mengganggu tahap keselamatan estim diri mereka.
c. Orang dewasa memilih dan suka belajar bagi memudahkan mereka
mengetahui tahap kebolehan dan kemahiran yang dimiliki dalam semua
situasi pembelajaran.
d. Orang dewasa belajar dengan baik apabila mereka mempunyai motivasi untuk
berubah, self-discovered atau mempunyai kemahiran dan strategi spesifik.
Fungsi yang nyata dalam konsep andragogi adalah bertentangan dengan
prinsip pedagogi. Ia berbeda karena pedagogi meluaskan pengaruhnya dalam
pendidikan formal yang merangkumi pendidikan sekolah dasar, menengah dan
institusi-institusi pendidikan tinggi.
Secara fundamental, karakteristik kedewasaan atau kematangan seorang
individu yang paling mendasar terletak pada tanggung jawabnya. Ketika
individu sudah mulai memiliki kemampuan memikul tanggung jawab, dimana

23
ia sanggup menghadapi kehidupannya sendiri dan mengarahkan diri sendiri.
Jika mereka menghadapi situasi baru tidak memiliki bekal kemampuan maupun
keterampilan diri (skills of directed inquiry), maka ia akan merasa sulit dalam
mengambil inisiatif terutama dalam memiliki tanggung jawab belajarnya.
Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa semakin dewasa peserta
didik, maka (a) konsep dirinya semakin berubah dari ketergantungan kepada
pendidik menuju sikap dan perilaku mengarahkan diri dan saling belajar, (b)
makin berakumulasi pengalaman belajarnya yang dapat dijadikan sumber belajar
(learning resources) dan orientasi belajar mereka berubah dari penguasaan
terhadap materi ke kemampuan pemecahan masalah, (c) kesiapan belajarnya
adalah untuk menguasai kemampuan dalam akademi, universitas, dan
pelatihan kerja yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat
dapat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya,
meningkatkan kualifikasi teknis maupun profesionalnya, dan mengakibatkan
perubahan pada sikap dan perilakunya dalam persfektif rangkap
perkembangan peribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan
sosial, ekonomi, dan budaya yang seimbang (Townsend Coles, 1977, Sudjana,
2004:50).
Orang dewasa tidak lagi bergantung harap dengan orang lain karena
mereka bertindak ke arah sendiri. Ia dianggap sepadan dengan pemikiran dan
pengalaman yang dimiliki oleh orang dewasa. Pengalaman yang dimiliki oleh
orang dewasa dianggap sebagai sumber pembelajaran yang penting dalam
meningkatkan keupayaan orang dewasa dalam meneruskan proses pembelajaran.
Antara pedagogi dan andragogi tidak perlu dipertentangkan, hal ini
dikarenakan kedua teori tersebut sebetulnya saling melengkapi, namun
munculnya perbedaan itu dikarenakan adanya model asumsi yang
melandasinya sebagai dua pendekatan rancang bangun dan pengoperasioan
yang berbeda, sebagaimana dikemukakan oleh Knowles, 1985, dalam Mustafa
Kamil (2007:299), bahwa model pedagogi adalah suatu isi (content plan) yang
menuntut pendidik untuk menjawab empat pertanyaan saja, yakni 1) apa isi
yang perlu dicakup, 2) bagaimana isi tersebut dapat diorganisasikan kedalam
satuan yang terkelola, 3) bagaimana urutan yang paling logis untuk

24
menyajikan satuan-satuan tersebut dan 4) alat apakah yang paling efesien
untuk menyampaikan isi tersebut, sementara untuk rancang bangun pada
Andragogi lebih bersifat proses (process design), dimana tutor atau
pendidik memiliki peranan rangkap yakni sebagai : 1) perancang dan pengelola
proses, 2) dan sumber belajar. Berkaitan dengan pedagogi dan andragogi,
Knowles, yang dikutip oleh Djudju Sudjana (2007), menyatakan sejak awal
tahun delapan puluhan telah dikembangkan pendekatan kontinum (continuum
learning approach) atau pendekatan berdaur atau bekelanjutan. Pendekatan ini
dapat dimulai dari pedagogi dilanjutkan ke andragogi atau sebaliknya, yaitu
berawal dari andragogi dilanjutkan ke pedagogi dan seterusnya.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadinya
perbedaan antara pedagogi dengan andragogi, lebih dikarenakan perbedaan
sasaran, pedagogi sasarannya anak-anak dan andragogi lebih pada orang
dewasa yang telah memiliki kematangan fungsi biologis, sosial dan
psikologisnya.
Perbandingan Rancangan Bangun Pendidikan Antara Andragogi dan Pedagogi
Unsur Rancang Bangun
No Matra
Pedagogi Andragogi/Gerentologi
1 Suasana Berorientasi pada otoritas Ketimbal-balikan, saling menghargai,
formal dan bersaing bekerja sama, informal
2 Perencanaan Oleh guru/pelatih Mekanisme perencanaan bersama
3 Diagnostik Oleh guru/pelatih Diagnostik diri timbal balik
kebutuhan
4 Perumusan Oleh guru/pelatih Perbandingan bersama
tujuan
5 Rancangan Logika mata pelajaran Dituntut menurut kesiapan satuan
bangun masalah
6 Kegiatan Teknik penyampaian oleh Diagnostik ulang kebutuhan timbal
Penilaian guru/pelatih balik, pengukuran program bersama

25
Perbedaan Orang Dewasa dan Anak Dalam Belajar
Komponen-komponen
No Pedagogi/Anak-anak Andragogi/Gerentologi
Pembelajaran
1 Tujuan Pembelajaran Diarahkan untuk masa Untuk saat sekarang (dapat
yang akan datang. dimanfaatkan segera)

2 Materi Pelajaran Lebih umum Praktis, keterampilan

3 Metode dan Teknik Ceramah guru lebih Lebih banyak mengajak


dominan WB, untuk berbuat melalui
diskusi, metode kasus,
simulasi, dll.

4 Sumber Belajar/Guru Ditentukan secara formal Tidak ditentukan secara


formal, asal punya
keterampilan dan mau
membantu WB

5 Evaluasi Keberhasilan dalam Evaluasi diri (self


belajar evaluation)

6 Kurikulum Ditentukan oleh lembaga Dirancang secara bersama


tertentu antara tutor dengan WB

7 Waktu Ditentukan oleh guru Kesepakatan antara tutor


dengan WB

8 Tempat Ditentukan oleh Disepakati antara tutor


guru/pengelola dengan WB

9 Sarana/Prasarana Lembaga/pengelola/guru Disepakati bersama antara

26
tutor, WB, dan pengelola

D. Heutagogi
Heutagogi (berdasarkan Yunani untuk "diri") didefinisikan oleh Hase
dan Kenyon pada tahun 2000 sebagai studi pembelajaran yang ditentukan
sendiri (mandiri). Heutagogi menerapkan pendekatan holistik untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik, dengan belajar sebagai proses aktif
dan proaktif, dan peserta didik melayani sebagai "agen utama dalam
pembelajaran mereka sendiri, yang terjadi sebagai akibat dari pengalaman
pribadi" (Hase & Kenyon, 2007 : 112). Seperti dalam pendekatan andragogik,
instruktur atau pendidik pada heutagogi juga memfasilitasi proses pembelajaran
dengan memberikan bimbingan dan sumber daya, tetapi sepenuhnya pemilihan
kepemilikan jalur pembelajaran dan proses untuk pelajar, yang melakukan
negosiasi belajar dan menentukan apa yang akan dipelajari dan bagaimana
hal itu akan dipelajari (Eberle, 2009).
Sebuah konsep kunci dalam heutagogi adalah bahwa dari putaran ganda
pembelajaran dan refleksi diri (Hase & Kenyon, 2000). Dalam putaran
ganda pembelajaran, peserta didik mempertimbangkan masalah dan tindakan
yang dihasilkan dan hasil, selain merefleksikan proses pemecahan masalah
dan bagaimana hal itu mempengaruhi keyakinan dan tindakan pelajar itu sendiri
Pendekatan heutagogical dapat dilihat sebagai perkembangan dari
pedagogi ke andragogi untuk heutagogi, dengan peserta didik juga maju
dalam kedewasaan dan otonomi (Canning, 2010). Peserta didik lebih dewasa
membutuhkan lebih sedikit kontrol dari instruktur dan tentu saja struktur
dan dapat lebih mandiri dalam belajar mereka, sementara peserta didik
kurang matang membutuhkan lebih banyak bimbingan instruktur dan kursus
perancah (prasyarat) (Canning & Callan, 2010).
Dengan dasar dari andragogi, heutagogi lebih lanjut memperluas
pendekatan andragogical dan dapat dipahami sebagai sebuah kontinum
andragogi. Dalam andragogi, kurikulum, pertanyaan, diskusi, dan penilaian
dirancang oleh instruktur sesuai dengan kebutuhan peserta didik; sedangkan
pada heutagogi, pelajar menetapkan program pembelajaran, merancang dan

27
mengembangkan peta belajar, dari kurikulum untuk penilaian (Hase, 2009).
Heutagogi menekankan pengembangan kemampuan selain kompetensi
(andragogi).
Hubungan Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi, menurut Mezirow,
dalam Lisa Marie Blaschke (2012), dilihat dari kematangan dan autonomi
serta peran dari pendidik, dapat digambarkan dengan menggunakan piramid
sebagai berikut:

Gambar 1: Kemajuan pedagogi ke andragogi kemudian heutagogi menurut


Canning

Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa hubungan antara pedagogi,


andragogi maupun heutagogi, dapat dilihat dari tingkat kematangan peserta didik
serta syarat kemandirian belajar, bahwa semakin bertambah umur maka akan
matang dan bertambah kemandirian belajarnya, sementara dilihat dari peran
pendidik atau instruktur, maka semakin bertambah usia maka peran instruktur
serta materi yang terstruktur semakin berkurang, dan sebaliknya semakin
muda (anak-anak) dengan pendekatan pedagogi, maka peran instruktur dan
materi yang terstruktur semakin dominan.

28
E. Pentingnya Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi dalam Pembelajaran
Pendidikan secara tradisional selalu dilihat sebagai hubungan
pedagogis antara guru dan pelajar. Guru yang selalu memutuskan apa yang
pelajar harus ketahui dan bagaimana pengetahuan dan keterampilan yang harus
diajarkan. Peningkatan kompetensi pedagogik guru akan menghindarkan kegiatan
pembelajaran bersifat monoton ,tidak disukai siswa dan membuat siswa
kehilangan minat serta daya serap dan konsentrasi belajarnya. Kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan yang berkaitan dengan pemahaman peserta
didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Hal ini
berhubungan erat dengan keputusan siswa untuk belajar lebih giat dan bermakna
kepada guru bersangkutan lantaran pengalaman belajar yang berkesan. Hasil
penelitian puluhan tahun terakhir memang telah cukup untuk melahirkan sebuah
revolusi dalam pendidikan mengenai bagaimana orang belajar dan hasil dari itu
membuat guru dapat bekerja lebih lanjut tentang cara pengajaran dan hasil
yang diperoleh (Sudarwan Danim, (2010: 144).
Konsep Andragogi sebagaimana dikemukakan oleh Malcolm Knowles
dalam Sharan B Marriam (2001 : 4) merupakan label baru atau teknologi baru dari
belajar orang dewasa, yang konsep ini di Eropa didefinisikan sebagai seni
atau ilmu membantu orang dewasa belajar. Permasalahan yang paling sering
muncul dalam pelaksanaan pendidikan luar sekolah adalah hasil belajar, output
dan outcomenya. Ketidakmampuan peserta memahami dengan baik materi dalam
bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan merupakan indikasi kurang
berhasilnya kegiatan pendidikan luar sekolah. Rendahnya hasil belajar sebagai
indikator dari ketidakberhasilan pembelajaran, dimana peserta didik tidak mampu
menerima dengan baik bahan belajar yang diajarkan oleh tutor. Salah satu
penyebab ketidakberhasilan pembelajaran pendidikan luar sekolah adalah metode
pembelajaran yang tidak sesuai dengan prosedur pelaksanaannya dan andragogi
belum diterapkan secara maksimal dalam pelaksanaan pembelajaran. Secara jelas
Knowles (1979: 11-27 ) menyatakan apabila warga belajar telah berumur 17 tahun,
penerapan prinsip andragogi dalam kegiatan pembelajarannya telah menjadi suatu
kelayakan. Usia warga belajar pada kelompok belajar program PLS rata-rata di
atas 17 tahun, sehingga dengan sendirinya penerapan prinsip andragogi pada

29
kegiatan pembelajarannya semestinya diterapkan. Perlunya penerapan prinsip
andragogi dalam pendekatan pembelajaran orang dewasa dikarenakan upaya
membelajarkan orang dewasa berbeda dengan upaya membelajarkan anak.
Membelajarkan anak (pedagogi) lebih banyak merupakan upaya mentransmisikan
sejumlah pengalaman dan keterampilan dalam rangka mempersiapkan anak untuk
menghadapi kehidupan di masa datang. Apa yang di transmisikan didasarkan pada
pertimbangan warga belajar sendiri, apakah hal tersebut akan bermanfaat bagi
warga belajar di masa datang. Sebaliknya, pembelajaran orang dewasa (andragogi)
lebih menekankan pada membimbing dan membantu orang dewasa untuk
menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka memecahkan,
masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Ketepatan pendekatan yang
digunakan dalam penyelenggaraan suatu kegiatan pembelajaran tentu akan
mempengaruhi hasil belajar warga belajar. Bagi tenaga kependidikan luar sekolah,
teori belajar orang dewasa tidak hanya diketahui, tetapi harus dapat diaplikasikan
dalam setiap kegiatan belajar dan membelajarkan agar proses atau interaksi
belajar yang dikelolanya dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa dengan adanya perubahan dalam masyarakat
yang sangat pesat atau dikenal dengan era ledakan informasi, maka
diperlukan adanya sebuah pendekatan pendidikan dalam belajar dimana
peserta didik sendiri yang menentukan apa dan bagaimana belajar itu
dilakukan.
Heutagogi merupakan suatu studi tentang pembelajaran yang ditentukan
secara mandiri oleh pembelajar, dapat pula dilihat sebagai suatu perkembangan
alamiah dari metodologi pendidikan sebelumnya terutama dari pengembangan
kemampuan dan mungkin menyediakan pendekatan optimal untuk belajar di
abad dua puluh satu.

30
31
BAB III
PEMBAHASAN
Tabel 1. Matriks Perbedaan Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi
Pedagogi Andragogi Heutagogi
Definisi  Makna tradisional pedagogi Seni dan ilmu mengajar orang dewasa  Heutagogi adalah studi
adalah seni mengajar dengan esensinya adalah membantu orang tentang self-determined
titik tekan pada gaya guru dalam dewasa agar mampu belajar dan learning.
mengajar. menjadi pembelajar  Heutagogi menerapkan
 Makna pedagogi modern dilihat pendekatan holistik untuk
dari hubungan dialektis antara mengembangkan kemampuan
pedagogi sebagai ilmu dan peserta didik, dengan belajar
pedagogi sebagai seni terkait sebagai proses aktif dan
dengan: 1) Pengajaran proaktif, dan peserta didik
(teaching), 2) Belajar (learning), melayani sebagai "agen
3) Hubungan mengajar dengan utama dalam pembelajaran
belajar, 4) Hubungan mengajar mereka sendiri, yang terjadi
dan belajar berkaitan dengan sebagai akibat dari
semua pengaturan dan pada pengalaman pribadi" (Hase
segala tahapan usia & Kenyon, 2007 : 112)

32
Pedagogi Andragogi Heutagogi
Prinsip Menjelaskan prinsip-prinsip dan Prinsip-prinsip layanan bagi Heutagogi lebih lanjut sebagai
praktik mengajar anak-anak pembelajar dewasa: sebuah kontinum andragogi
1) Orang dewasa perlu dilibatkan  Dalam andragogi, kurikulum,
dalam perencanaan dan evaluasi pertanyaan, diskusi, dan
dari pengajaran mereka. penilaian dirancang oleh
2) Pengalaman, termasuk kesalahan, instruktur sesuai dengan
menjadi fondasi dasar untuk kebutuhan peserta didik
belajar. Orang dewasa banyak  Pada heutagogi, pelajar
belajar dari pengalaman. menetapkan program
3) Orang dewasa paling tertarik pembelajaran, merancang dan
untuk mempelajari mata pelajaran mengembangkan peta belajar,
yang memiliki relevansi langsung dari kurikulum untuk
dengan pekerjaannya atau penilaian
kehidupan pribadi.
4) Belajar orang dewasa lebih
berorientasi pada tujuan praktis
ketimbang konten.

33
Pedagogi Andragogi Heutagogi
Fokus Fokus pembelajaran: Fokus yang harus diperhatikan pada Fokus pendidik: memfasilitasi
Pembelajaran 1) Bidang kognitif meliputi fungsi strategi pembelajaran orang dewasa: proses pembelajaran dengan
memproses informasi, 1) Metakognisi maksudnya siswa memberikan bimbingan dan
pengetahuan dewasa lebih memilih untuk sumber daya, tetapi sepenuhnya
2) Bidang afektif berkenaan dengan belajar melalui penilaian diri dan pemilihan kepemilikan jalur
sikap. koreksi diri. pembelajaran dan proses untuk
3) Bidang psikomotor menekankan 2) Refleksi maksudnya siswa dewasa pelajar, yang melakukan
aspek keterampilan melakukan refleksi atas apa yang negosiasi belajar dan
dipelajari dan perolehan menentukan apa yang akan
belajarnya. dipelajari dan bagaimana hal itu
3) Pengalaman sebelumnya akan dipelajari (Eberle, 2009).
maksudnya siswa dewasa banyak
belajar dari dan menggunakan
pengalaman sebelumnya sebagai
bekal belajar.
4) Percakapan atau dialogis
maksudnya siswa dewasa lebih
menyukai pendekatan dialogis

34
Pedagogi Andragogi Heutagogi
dalam pembelajaran, ketimbang
monologis.
5) Pengalaman otentik maksudnya
siswa dewasa lebih tertarikdengan
pengalaman otentik ketimbang
yang abstrak.
6) Motivasi maksudnya siswa
dewasa lebih mengandalkan
motivasi diri atau motivasi
internal ketimbang eksternal.
7) Strategi pembelajaran generatif
maksudnya kegiatan yang
membantu membangun
pengetahuan siswa dewasa oleh
mereka sendiri.
Model asumsi Model pedagogi adalah suatu isi Andragogi lebih bersifat proses Heutagogi menekankan
yang (content plan) yang menuntut (process design), dimana tutor atau pengembangan kemampuan selain
melandasi pendidik untuk menjawab empat pendidik memiliki peranan rangkap kompetensi diman pelajar

35
Pedagogi Andragogi Heutagogi
pertanyaan saja, yakni yakni sebagai : menetapkan program
1) apa isi yang perlu dicakup, 1) perancang dan pengelola proses, pembelajaran, merancang dan
2) bagaimana isi tersebut dapat 2) dan sumber belajar. mengembangkan peta belajar, dari
diorganisasikan kedalam kurikulum untuk penilaian.
satuan yang terkelola,
3) bagaimana urutan yang paling
logis untuk menyajikan
satuan-satuan tersebut dan
4) alat apakah yang paling
efesien untuk menyampaikan
isi tersebut (Knowles, 1985,
dalam Mustafa Kamil
(2007:299)
Kesimpulan:
Pedagogi, andragogi dan heutagogi merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam proses
pendidikan yang penggunaanya disesuaikan dengan subjek yang belajar. Pedagogi lebih menekankan pada ilmu dan seni dalam
mendidik anak-anak sedangkan andragogi dan heutagogi lebih menekankan kepada pembelajaran orang dewasa. Hubungan antara
pedagogi, andragogi maupun heutagogi, dapat dilihat dari tingkat kematangan peserta didik serta syarat kemandirian belajar,

36
Pedagogi Andragogi Heutagogi
bahwa semakin bertambah umur maka akan matang dan bertambah kemandirian belajarnya, sementara dilihat dari peran
pendidik atau instruktur, maka semakin bertambah usia maka peran instruktur serta materi yang terstruktur semakin
berkurang, dan sebaliknya semakin muda (anak-anak) dengan pendekatan pedagogi, maka peran instruktur dan materi yang
terstruktur semakin dominan.

37
Tabel 2. Matriks Rancangan Pembelajaran Fisika Materi Momentum untuk Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi

Tujuan Asessment Kemampuan Strategi Langkah Pemantauan


Pendekatan Tugas Belajar
Pembelajaran (Penilaian) Belajar Pembelajaran Pembelajaran Hasil Belajar
Jika diberikan Aspek sikap : Analisis topik: 1. Menerapkan k 1. Pembelajaran Model Latihan
materi tentang 1. Pengamatan Menentukan onsep dan langsung pembelajaran
momentum, 2. Jurnal konsep peraturan 2. Pembelajaran Inquiry Based
peserta didik Aspek momentum untuk interaktif Learning (IBL):
dapat: pengetahuan: dari peristiwa mengatasi 1. Orien tasi
1. Menjelaskan 1. Tes tulis di keseharian masalah dan 2. Konseptualis
konsep 2. Penugasan ide-ide untuk asi
Pedagogi momentum Aspek Analisis menghasilkan 3. Investigasi
dengan benar keterampilan : pekerjaan: produk 4. Kesimpulan
2. Mengemuka 1. Praktik Menganalisis (Kemampuan 5. Diskusi
kan 2. Portofolio besaran yang intelektual)
persamaan terkait dengan 2. Mengelola
momentum momentum pikiran dan
dengan benar proses belajar
3. Menyebutka Analisis seseorang

38
n besaran- keterampilan: (Strategi
besaran Menyelesaikan kognitif)
momentum soal yang 3. Menyebut,
dengan benar berhubungan menceritakan,
Jika diberikan Aspek sikap : dengan atau 1. Pembelajaran Model Latihan
materi tentang 1. Penilaia diri momentum menggambark tak langsung pembelajaran Belajar lanjut
momentum, 2. Penilaian menggunakan an informasi 2. Pembelajaran Discovery Based Revieu
peserta didik antar teman persamaan yang telah interaktif Learning:
dapat: Aspek tersimpan 3. Pembelajaran 1. Simulasi
1. Menyajikan pengetahuan: sebelumnya empirik 2. Identifikasi
hasil 1. Tes tulis (Informasi masalah
Andragogi pengamatan (pilihan verbal) 3. Pengumpulan
dan ganda) 4. Melaksanakan data
mengkomuni 2. Tes lisan suatu tindakan 4. Pengolahan
kasikan hasil 3. Penugasan dengan tepat data
dengan benar Aspek dan cepat 5. Verifikasi
2. Menggunaka keterampilan : (Kemampuan
n persamaan 1. Praktik keterampilan
momentum 2. Proyek motorik

39
dengan tepat 3. Portofolio (skill))
Jika diberikan Aspek sikap : 5. Menentukan Pembelajaran Model Belajar lanjut
materi tentang 1. Penilaian diri tidakan pribadi mandiri pembelajaran Revieu
momentum, Aspek (Sikap) Project Based
peserta didik pengetahuan: Learning (PjBL):
dapat: 1. Tes tulis 1. Menyiapkan
1. Menghitung (essay) Pertanyaan
momentum 2. Tes lisan Atau
suatu benda 3. Penugasan Penugasan
dengan benar Aspek Proyek
Huetagogi
2. Memecahkan keterampilan : 2. Mendesain
soal tentang 1. Praktik Perencanaan
momentum 2. Proyek Proyek
dengan baik 3. Portofolio 3. Menyusun
jadwal
4. Memonitor
Kegiatan Dan
Perkembangan
Proyek

40
5. Menguji Hasil
6. Mengevaluasi
Pengalaman

41
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pedagogi adalah cara seorang guru mengajar atau seni mengajar (the art of
teaching).
2. Andragogi adalah seni dan ilmu mengajar orang dewasa.
3. Heutagogi adalah studi pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik, dengan belajar sebagai proses aktif dan proaktif, dan peserta
didik sebagai "agen utama” dalam pembelajaran.
4. Untuk melahirkan sebuah revolusi dalam pendidikan mengenai
bagaimana orang belajar dan hasil dari itu membuat guru dapat bekerja lebih
lanjut tentang cara pengajaran dan hasil yang diperoleh. Cara ini adalah
pedagogi dan andragogi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan
adanya perubahan dalam masyarakat yang sangat pesat atau dikenal
dengan era ledakan informasi, maka diperlukan adanya sebuah
pendekatan pendidikan dalam belajar dimana peserta didik sendiri yang
menentukan apa dan bagaimana belajar itu dilakukan. Pendekatan itu
adalah heutagogi yang dapat pula dilihat sebagai suatu perkembangan
alamiah dari metodologi pendidikan sebelumnya terutama dari
pengembangan kemampuan dan mungkin menyediakan pendekatan
optimal untuk belajar di abad dua puluh satu.

B. Saran
Jika dilihat dari pentingnya pedagogi, andragogi dan heutagogi dalam
pembelajaran, ada baiknya kita mempelajari dan lebih memahami serta
mendalami kajian dari pentingnya pedagogi, andragogi dan heutagogi dalam
pembelajaran tersebut.

42
DAFTAR PUSTAKA

Al –Qur’an

Ambar, Teguh Sulistiyani. (2004). Kemitraan dan Model-model


Pemberdayaan.Yogyakarta: Gava Media.

Freire, Paulo. (1972). Pedagogy of the Oppressed. Alih bahasa Myra


Bergman Ramos. London: Sheed and Ward.

Jim Ife. (2002). Community Development, Community based alternative in an


age of Globalisation. 2ed edition. Australia: Person Education.

John Dewey. (1961). Democracy and Education. London: Heineman.

Langeveld, MJ. (1980). Pedagogik Teoritis. Bandung: Bapemsi.

Lisa, Marie Blaschke. (2012). Heutagogy and lifelong learning: a review of


heutagogical practice and self ditermined learning. The International
Review of Research open and distance Learning. Vol 13. No.1 Januari
2012.

Sudarwan Danim. (2010). Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi. Bandung:


Penerbit Alfabeta.

Sudjana, Djudju. (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah Untuk


Pendidikan Non-Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar


Baru Algensido Offset.

Suharto, Edi. (2014). Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat, Kajian


Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.
Bandung: Refika Aditama.

43
Lampiran

Soal dan jawaban

1. Pedagogi memiliki lawannya yaitu andragogi. Bagaimana perbedaan pedagogi


dan andragogi?

Antara pedagogi dan andragogi tidak perlu dipertentangkan, hal ini


dikarenakan kedua teori tersebut sebetulnya saling melengkapi, namun
munculnya perbedaan itu dikarenakan adanya model asumsi yang
melandasinya sebagai dua pendekatan rancang bangun dan pengoperasioan
yang berbeda, sebagaimana dikemukakan oleh Knowles, 1985, dalam Mustafa
Kamil (2007:299), bahwa model pedagogi adalah suatu isi (content plan) yang
menuntut pendidik untuk menjawab empat pertanyaan saja, yakni 1) apa isi
yang perlu dicakup, 2) bagaimana isi tersebut dapat diorganisasikan kedalam
satuan yang terkelola, 3) bagaimana urutan yang paling logis untuk
menyajikan satuan-satuan tersebut dan 4) alat apakah yang paling efesien
untuk menyampaikan isi tersebut, sementara untuk rancang bangun pada
Andragogi lebih bersifat proses (process design), dimana tutor atau
pendidik memiliki peranan rangkap yakni sebagai : 1) perancang dan pengelola
proses, 2) dan sumber belajar. Berkaitan dengan pedagogi dan andragogi,
Knowles, yang dikutip oleh Djudju Sudjana (2007), menyatakan sejak awal
tahun delapan puluhan telah dikembangkan pendekatan kontinum (continuum
learning approach) atau pendekatan berdaur atau bekelanjutan. Pendekatan ini
dapat dimulai dari pedagogi dilanjutkan ke andragogi atau sebaliknya, yaitu
berawal dari andragogi dilanjutkan ke pedagogi dan seterusnya.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadinya
perbedaan antara pedagogi dengan andragogi, lebih dikarenakan perbedaan
sasaran, pedagogi sasarannya anak-anak dan andragogi lebih pada orang
dewasa yang telah memiliki kematangan fungsi biologis, sosial dan
psikologisnya.

44

Anda mungkin juga menyukai