Anda di halaman 1dari 62

Hari/ Tanggal : Kamis/ 12 November 2020

Tugas :9

LANDASAN ILMU PENDIDIKAN

“PROBLEM DAN TANTANGAN PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI


REVOLUSI INDUSTRI 4.0”

OLEH :

RAHMI LAILA /19175013

DOSEN PEMBIMBING:

Prof. Dr. Hj. FESTIYED, M.S

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyusun makalah ini dengan judul “Problem dan
Tantangan Pendidikan Di Era Globalisasi Revolusi Industri 4.0”
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Landasan Ilmu
Pendidikan, Ibu Prof. Hj. Dr.Festiyed, M.S.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu,penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca dalam rangka
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan.................................................................................4
D.Manfaat Penulisan................................................................................4
BAB II KAJIAN TEORI...................................................................................6
A. Landasan Agama.................................................................................6
B. Kebutuhan Yuridis.............................................................................. 8
C. Landasan Psikologis..........................................................................10
D. Pendidikan........................................................................................ 10
E. Globalisasi …………………............................................................13
F. Era Revolusi Industri 4.0...................................................................15
G. Problematika Pendidikan.................................................................. 19
H. Problem dan Tantangan Pendidikan di Era Globalisasi dan
Revolusi Industri 4.0.........................................................................23
I. Upaya Mengatasi Problem dan Tantangan Pendidikan Era
Globalisasi Industri 4.0..................................................................... 34
J. Pendidikan Fisika pada Era Revolusi Industri 4.0............................. 40
K. Peran Pendidikan Fisika untuk Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0
............................................................................................................... 42
BAB III PEMBAHASAN................................................................................46
A. Matriks Problem dan Upaya Pendidikan di Era Globalisasi
Revolusi Industri 4.0..................................................................... 46
B. Matriks Tantangan dan Upaya Pendidikan di Era Globalisasi
Revolusi Industri 4.0..................................................................... 50

ii
BAB IV PENUTUP..........................................................................................53
A. Kesimpulan.....................................................................................53
B. Saran............................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. .55

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia
membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat
penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan
akan terbelakang. Bagi bangsa, pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting
untuk dilaksanakan karena menentukan kemajuan sumber daya manusia yang
dimilikinya.Bahkan menjadi penentu perkembangan bangsa itu sendiri.
Peningkatan sumber daya manusia hanya dapat dilakukan melalui pendidikan.
Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan oleh tokoh pendidikan John Dewey
bahwa proses pendidikan itu tidak akan pernah berakhir. Karena dalam kehidupan
sebuah bangsa, pendidikan merupakan sebuah faktor penentu dalam kemajuan dan
perkembangan bangsa tersebut.Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki sebuah
bangsa menentukan kualitas dari bangsa itu sendiri.Pendapat yang sama juga terdapat
dalam penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan Nasional (UU No. 20/2003) menyatakan bahwa manusia
membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar
manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau
cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.
Perubahan dapat bersifat gradual, dapat pula bersifat sistematis.Salah satu
bentuk perubahan yang paling nyata adalah globalisasi.Interaksi antarindividu,
antarkomunitas, hingga antarbangsa terjadi dengan cepat.Para ahli menjelaskan
perubahan sebagai dimensi waktu.Dunia terhubung hanya disekat oleh batas
maya.Perubahan selalu memberikan tanda nyata dan memiliki jejak dalam kehidupan
manusia.Perubahan dalam fase kehidupan manusia ditandai banyak hal, salah satunya
adalah perubahan dalam era industri.

1
Globalisasi dunia, menurut ilmuwan sosial dipicu oleh perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang pada dekade ini berlangsung sangat cepat.Jalaludin
Rahmat dalam bukunya Islam Aktual bahkan menyebut fase ini sebagai era Revolusi
teknologi infomasi dan komunikasi mengingat akselarsi dan percepatan perubahan
dan pengaruhnya dalam berbagai sisi kehidupanmanusia.
Era Industri 4.0 ini, karakteristik utama kemajuan adalah interaksi antara mesin
dan mesin,yang menyebabkan berkurangnya volume peran tenaga manusia operator
dan meningkatkan peran tenaga manusia yang memiliki kompetensi tinggi. Ini
merupakan tantangan di era informasi global yang menuntut dunia pendidikan
mempersiapkan sumber dayamanusia yang handal dan berkualitas sertamampu
bersaing dalam menghadapi tantangan dalammemenuhi tuntutan kebutuhan
masyarakat dan industryseiring dengan perkembangan sains dan teknologi informasi
yang melaju dengan cepat (ABET Engineering Criteria, 2000). Dari sinilah keilmuan
teknik industri diperlukan landasanyang kuat tentang ilmu pengetahuan sebagai
langkah untuk mencari solusi dari persoalan-persoalan yang hadapinya. Oleh sebab
itu filsafat ilmu pengetahuan di era industri 4.0 sangat penting.
Dalam dunia pendidikan khususnya, globalisasi akan mendatangkan kemajuan
yang sangat cepat, yakni munculnya beragam sumber belajar dan merebaknya media
massa, khususnya internet dan media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat
pendidikan. Dampak dari hal ini adalah guru bukannya satu-satunya sumber ilmu
pengetahuan.Hasilnya, para siswa bisa menguasai pengetahuan yang belum dikuasai
oleh guru.Oleh karena itu, tidak mengherankan pada era globalisasi ini, wibawa guru
khususnya dan orang tua pada umumnya di mata siswa merosot.
Kemerosotan wibawa orang tua dan guru dikombinasikan dengan semakin
lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat, seperti gotong royong
dan tolong-menolong telah melemahkan kekuatan-kekuatan sentripetal yang berperan
penting dalam menciptakan kesatuan sosial. Akibat lanjut bisa dilihat bersama,
kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja dan pelajar semakin

2
meningkat dalam berbagai bentuknya, seperti perkelahian, corat-coret, pelanggaran
lalu lintas sampai tindak kejahatan.
Di sisi lain, pengaruh-pengaruh pendidikan yang mengembangkan kemampuan
untuk mengendalikan diri, kesabaran, rasa tanggung jawab, solidaritas sosial,
memelihara lingkungan baik sosial maupun fisik, hormat kepada orang tua, dan rasa
keberagamaan yang diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, justru semakin
melemah. Disinilah urgensi para pendidik, khususnya para guru, lebih khusus lagi
para pendidik dan guru yang berkecimpung pada sekolah keagamaan atau sekolah
yang dikelola oleh Organisasi Keagamaan, harus mengambil perhatian masalah ini
dan mencari cara-cara pemecahannya.Sekolah harus menjadi benteng terakhir yang
berperan membendung dampak negatif bawaan yang muncul dari teknologi informasi
dan komunikasi yang menjamur tersebut.
Landasan ilmu pendidikan merupakan salah satu mata kuliah wajib pascasarjana
UNP pada semester 3.Mata kuliah landasan ilmu pendidikan ini bertujuan agar
mahasiswa dapat mengetahui karakteristik manusia, kemanusiaan, landasan dan azas
pendidikanmahasiswa diharapkan memiliki keterampilan cakap, kritis,
kreatif,kompeten, kompetitif dan berkarakter yang kontekstual dengan profesi guru.
Untuk mencapai tujuan tersebut salah salah satu cakupan materi perkuliahan landasan
ilmu pendidikan yang harus dipahami yaitu mengenai tantangan pendidikan masa
depan. Pendidikan merupakan sistem dan cara untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia dalam segala aspek kehidupan. Sehingga merupakan kebutuhan yang sangat
penting dalam rangka mengembangkan potensi agar dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman. Perkembangan zaman era globalisasi membuka mata kita
untuk melihat ke masa depan yang penuh tantangan dan persaingan.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan mengkaji lebih rinci mengenai
permasalahan-permasalahan pendidikan di era globalisasi industri 4.0 dan usaha yang
dapat dilakukan untuk menghadapi tantangan pendidikan di era globalisasi. Perlu
pula dikemukakan bahwa permasalah pendidikan yang diuraikan dalam makalah ini
terbatas pada permasalahan pendidikan formal.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian, tujuan dan fungsi pendidikan?
2. Apa pengertian globalisasi dan penyebab terjadinya globalisasi?
3. Apa yang dimaksud dengan era industri 4.0?
4. Apa yang dimaksud dengan Problematika Pendidikan?
5. Apa Problem dan Tantangan Pendidikan di Era Globalisasi dan revolusi industri
4.0 ?
6. Bagaimana Upaya Mengatasi Problem dan Tantangan Pendidikan Era
Globalisasi dan revolusi industri 4.0?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Memahami pengertian, tujuan dan fungsi pendidikan.
2. Memahami pengertian globalisasi dan penyebab terjadinya globalisasi
3. Memahami tentang era industri 4.0.
4. Memahami tentang problematika pendidikan
5. Memahami problem dan tantangan pendidikan di era globalisasi dan revolusi
industri 4.0.
6. Memahami Upaya Mengatasi Problem dan Tantangan Pendidikan Era Globalisasi
dan revolusi industri 4.0.

D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak
terutama :
1. Membantu mahasiswa memahami tentang bagaimana problem dan tantangan
yang dihadapi pendidikan di era globalisasi.

4
2. Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca,
khususnya untuk tenaga pendidik ke depannya.
3. Memenuhi salah satu persyaratan untuk mengikuti mata kuliah Landasan Ilmu
Pendidikan.

5
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasaan Agama
Abad 21 seakan baru saja kita masuki, berbagai karakteristik abd 21 meliputi:
Perkembangan teknologi yang begitu pesat, hubungan antar bangsa dan antar manusia
semakin mudah, kompetensi sumber daya manusia harus jelas. Dalam surat Al-
Hujurat ayat 13 Allah berfirman:

Artinya:
“Hai manusia, sesungguhnyakami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menajdikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Ayat ini menggambarkan tentang globalisasi dan mendorong manusia
khususnya umat islam harus mampu menghadapi percaturan global, harus dapat
menangkap peluang dan menghadapi tantangan bad 21. Perubahan dan
perkembangan berjalan terus begitu cepat dan kini telah muncul sebuah era revolusi
industri 4.0.

6
Kemudian firman Allah SWT dalam surah Ali-Imran ayat 190 :

Artinya :
“Sesungguhnya pada penciptaan langit, bumi, dan perbedaan siang dan malam
terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi oang-orang berpikir”.
Menyikapi ayat diatas globalisasi mendorong manusia khususnya umat
beragama harus mampu menghadapi percatuan global. Hal ini karena permasalahan
pembanguan peradaban bukan dari ajaran agama, melainkan manusianya. Melihat hal
itu, revolusi industry 4.0 tidak perlu dianggap ancaman bagi agama, pun sebaliknya
agama bukanlah ancaman terhadap revolusi industry 4.0. dalam kaitan ini perlu
ditekankan pentingnya usaha mengharmonisasikan ilmu pngetahuan dan teknologi.
Era revolusi industri 4.0 merupakan masa yang penuh dengan persaingan. Era
dimana kehidupan manusia selalu berhubungan dengan teknologi dan informasi. Pada
era revolusi industri 4.0, 75% pekerjaan melibatkan kemampuan sains, teknologi,
teknik dan matematika, internet of things (IoT), dan pembelajaran sepanjang hayat
(Zimmerman, 2018). Seperti yang terdapat pada Q.S. al-Mujadalah ayat 11:

Artinya:
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-
lapanglah dalam majilis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan meninggikan

7
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Sudah jelas bahwa sebagai manusia kita dianjurkan untuk mencari ilmu.
Mencari ilmu bisa dimana saja, kapan saja selagi kita masih bias bernafas. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam pandangan Islam pendidikan sepanjang hayat sangat
dianjurkan. Islam meamndang pendidikan seumur hidup sebagai proses belajar terus
menerus memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas hidup. Sebagaimana dengan
perkembangan revolusi indutri 4.0 khususnya pendidikan kita sebagai manusia dapat
mencari ilmu dan menambah ilmu dari perkembangan pendidikan pada era 4.0.

B. Landasan Yuridis
Landasan yuridis atau hukum pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber
dari peraturan perundang-undangan yang berlaku yang menjadi titik tolak dalam
rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan. Landasan yuridis pendidikan
Indonesia adalah seperangkat konsep peraturan perundang-undangan yang menjadi
titik tolak system pendidikan Indonesia, yang menurut Undang-Undang Dasar 1945.
Undang undang dasar 1945 merupakan hukum tertinggi di indonesia. Semua
peraturan harus tunduk kepada undang undang termasuk pendidikan. Pendidikan
bangsa Indonesia sendiri telah diatur dalam UUD 1945 dan hal ini diperjelas dengan
dirumuskannya norma-norma pokok yang harus menjiwai usaha pendidikan dan
pengembangan kebudayaan yang akan dilaksanakan oleh penyelenggara negara.
Norma-norma itu tersirat dan tersurat dalam Bab XIII Pasal 31 dan 32 UUD 1945.
Sebagaimana isi Pasal 31 UUD 1945 sebagai berikut :

Ayat 1 Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.


Ayat 2 Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar pemerintah
wajib membiyayainya.
Ayat 3 Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

8
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak yang mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
Ayat 4 Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendid ikan nasional.
Ayat 5 Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Serta dalam Pasal 32 UUD 1945 sebagai berikut :
Ayat 1 Memajukan kebudayaan nasional serta memberi kebebasan kepada
masyarakat untuk mengembangkannya.
Ayat 2 Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai bagian
dari budaya nasional.
Berpatokan pada Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, maka upaya
meningkatkan mutu sumber daya manusia, mengejar ketertinggalan di segala aspek
kehidupan dan menyesuaikan dengan perubahan global serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR dan Presiden pada tanggal
11 Juni 2003 telah mensahkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang
baru, sebagai pengganti Undang-undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989. Undang-
undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 yang terdiri dari 22 Bab dan 77 pasal
tersebut juga merupakan pengejawantahan dari salah satu tuntutan reformasi yang
marak sejak tahun 1998. Perubahan mendasar yang dicanangkan dalam Undang-
undang Sisdiknas yang baru tersebut antara lain adalah demokratisasi dan
desentralisasi pendidikan, peran serta masyarakat, tantangan globalisasi, kesetaraan
dan keseimbangan, jalur pendidikan, dan peserta didik.

9
C. Landasan Psikologi
Landasan psikologis pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan
yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia. Umumnya gejala-
gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia
perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan
tahapan usia perkembangannya untuk memudahkan proses pendidikan. Kajian
psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan
kecerdasan, berpikir, dan belajar (Tirtarahardja, 2005: 106). Dunia pendidikan yang
menjadi subjeknya itu adalah manusia itu sendiri. Maka dari itu penting jika dalam
sistem pendidikan menyesuai sistem, cara dan metode dalam pembelajran teresebut
sesuai dengan kondisi dan kebubtuhan psikologis manusia itu sendiri.

D. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Menurut kamus Bahasa Indonesia kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan
mendapat imbuhan “pe” dan akhiran “an”, maka kata ini mempunyai arti proses atau
cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pengertian
pendidikan UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Pengertian pendidikan, menurut para ahli :

a. Prof. Herman H. Horn


Pendidikan adalah proses abadi dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk
yang telah berkembang secara fisk dan mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan

10
seperti termanifestasikan dalam alam sekitar, intelektual, emosional dan kemauan dari
manusia.
b. M.J. Langeveld
Pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap pergaulan yang
terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu
keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.
c. Prof. Dr. John Dewey
Pendidikan adalah suatu proses pengalaman. Karena kehidupan adalah
pertumbuhan, pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh
usia. Proses pertumbuhan ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase serta
menambahkan kecakapan di dalam perkembangan seseorang.
d. Prof. H. Mahmud Yunus
Pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan
membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak sehingga
secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi.
Agar si anak hidup bahagia, serta seluruh apa yang dilakukanya menjadi bermanfaat
bagi dirinya dan masyarakat.
e. Ki Hajar Dewantara
Pendidik adalah segala daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta
jasmani anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Dari beberapa pendapat mengenai definisi pendidikan di atas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan adalah proses melakukan bimbingan atau pembinaan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup mampu untuk melakukan tugas
hidupnya sendiri secara mandiri atau tidak terlalu bergantung kepada oranglain.
2. Tujuan Pendidikan Nasional
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada

11
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman. Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi
Amandemen):
a. Pasal 31, ayat 3 menyebutkan: “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu Sistem Pendidikan Nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-undang”.
b. Pasal 31, ayat 5 menyebutkan: “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”.

3. Fungsi Pendidikan
UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20,
Tahun 2003 pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Fungsi Pendidikan Pasal 3 UU No. 20/2003 menyatakan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam rumusan pasal 3 UUNo. 20/2003 ini terkandung empat fungsi yang harus
diaktualisasikan oleh pendidikan,yaitu:
a. Mengembangkan kemampuan peserta didik
b. Membentuk watak bangsa yang bermartabat
c. Mengembangkan peradaban bangsa yang bermartabat
d. Mencerdaskan kehidupan bangsa

12
Pidarta(2002:12) menyebutkan bahwa, sebagai institusi pendidikan
mengemban tiga fungsi, sebagai berikut :
a. Pendidikan berfungsi menumbuhkan kreativitas peserta didik
b. Pendidikan berfungsi mewariskan nilai-nilai kepada peserta didik
c. Pendidikan berfungsi meningkatkan kemampuan kerja produktif peserta didik
Kalau dibandingkan dengan fungsi pendidikan yang termasuk dalam rumusan
pasal 3 UUNo.20/2003 diatas, fungsi pertama yang dikemukakan Noeng Muhadjir
secara substantive sama dengan fungsi keempat menurut UU No. 20/2003.
Sedangkan fungsi pendidikan ketiga yang dikemukakan Noeng Muhadjir pada
dasarnya sama dengan fungsi pertama menurut UUNo. 20/2003. Terlepas dari
adanya perbedaan rincian dalam perumusan fungsi pendidikan seperti tersebut di atas,
namun satu hal yang pasti ialah bahwa fungsi utama pendidikan adalah membantu
manusia untuk meningkatkan taraf hidup dan martabat kemanusiaannya.

E. Globalisasi
1. Pengertian Globalisasi
Globalisasi merupakan kecenderungan masyarakat untuk menyatu dengan
dunia, terutama di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan media komunikasi massa.
Seorang ahli sosiologi, Selo Soemardjan mendefinisikan globalisasi adalah
terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia
untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah yang sama. Selain itu, para cendekiawan
Barat mengatakan bahwa globalisasi merupakan suatu proses kehidupan yang serba
luas, tidak terbatas, dan merangkum segala aspek kehidupan, seperti politik, sosial,
dan ekonomi yang dapat dinikmati oleh seluruh umat manusia di dunia. Globalisasi
pada hakikatnya adalah proses yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan yang
dampaknya berkelanjutan melampaui batas-batas kebangsaan dan kenegaraan.
Selain itu, para cendekiawan Barat mengatakan bahwa globalisasi merupakan
suatu proses kehidupan yang serba luas, tidak terbatas, dan merangkum segala aspek
kehidupan, seperti politik, sosial, dan ekonomi yang dapat dinikmati oleh seluruh

13
umat manusia di dunia. Globalisasi pada hakikatnya adalah proses yang ditimbulkan
oleh suatu kegiatan yang dampaknya berkelanjutan melampaui batas-batas
kebangsaan dan kenegaraan. Mengingat bahwa dunia ditandai oleh kemajemukan
(pluralitas) budaya maka globalisasi sebagai proses juga ditandai sebagai suatu
peristiwa yang terjadi di seluruh dunia secara lintas budaya yang sekaligus
mewujudkan proses saling memengaruhi antarbudaya. Pertemuan antarbudaya itu
tidak selalu berlangsung sebagai proses dua arah yang berimbang, tetapi dapat juga
sebagai proses dominasi budaya yang satu terhadap lainnya. Misalnya pengaruh
budaya Barat lebih kuat terhadap budaya di negara Timur.
Hal ini seperti yang dsimpulkan oleh seorang ahli bernama R. Robertson bahwa
globalisasi adalah proses mengecilnya dunia dan meningkatnya kesadaran akan dunia
sebagai satu kesatuan, saling ketergantungan dan kesadaran global akan dunia yang
menyatu. Ahli lain bernama Martin Albrow mengatakan globalisasi menyangkut
seluruh proses di mana penduduk dunia terhubung kedalam komunitas dunia yang
tunggal, komunitas global. Dapat disimpulkan bahwa globalisasi adalah globalisasi
merupakan kecenderungan masyarakat untuk menyatu dengan dunia, terutama di
bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan media komunikasi massa.

2. Penyebab Terjadinya Globalisasi


Menyikapi kenyataan telah datangnya suatu era atau masa dimana dunia ini
tampak kecil dan telah berubah menjadi datar, Thomas L. Friedman dalam bukunya
The World is Flat menulis tentang beberapa faktor penyebabnya yaitu:
a. Runtuhnya Tembok Berlin
Ketika tembok berlin runtuh pada tanggal 9 Nopember 1989. Suatu simbol
pemisah antara dunia blok barat dan blok timur telah diruntuhkan sehingga dunia kini
menyatu. Juga pada saat bersamaan muncul Sistem Operasi Windows yang membawa
manusia hidup bersama dan saling berinteraksi satu sama lain.
b. Netscape went public

14
Pada pertengahan tahun 1990 an perkembangan jaringan komputer berbasis
Windows mencapai puncaknya. Pada saat ini diluncurkan suatu Web browser
Netscape yang dapat membawa manusia untuk mendapatkan informasi dari seluruh
dunia mengenai apapun, di manapun dia tinggal.
c. Informing
Manusia dapat mencari informasi mengenai apa saja, dari mana saja. Hal itu
dimungkinkan setelah dikembangkan Search Engine seperti Google, Yahoo atau
MSN Search Engine.Dengan bantuan web browser maka kita dapat mencari informasi
tersebut pada jaringan komputer dunia.

F. Era Revolusi Industri 4.0


Industri revolusi generasi pertama kali terjadi di Britania Raya pada akhir abad
ke-17 yang terjadi secara spontan tanpa adanya dorongan dari pemerintah dan
merupakan generasi yang paling signifikan perubahannya dalam rangkaian generasi
revolusi industri; dari konvensional menjadi berbasis teknologi. Sebelumnya di tahun
1760 sistem industri masih berbentuk industri rumah tangga dengan ciri khusus yaitu
menggabungkan pertanian dan kegiatan industri dengan memperkerjakan dan melatih
satu atau beberapa orang pekerja. Lahirnya penemuan mesin uap dan alat tenun listrik
menjadi titik awal industri 1.0 yang merupakan zaman mesin industri pertama.
Industri 2.0 merupakan hasil upgrade dari industri 1.0 dimana sistem produksi
pabrik telah menerapkan elektromagnetik dan memproduksi secara massal
menggunakan sistem assembly lines (Zhou, Zhou, & Liu, 2015). Revolusi industri
kedua ini distimulasi oleh teori Faraday dan Maxwell yang mengkombinasikan gaya
magnet dan gaya listrik. Kedua teori tersebut kemudian melahirkan pembangkit listrik
dan motor listrik yang berperan penting dalam lini perakitan (assembly line) untuk
produksi massal.

15
Gambar 1. Sejarah Perkembangan Revolusi Industri
Sumber : (Wahlster, 2016)(Zhou et al., 2015)

Sejarah revolusi industri dimulai dari industri 1.0, 2.0, 3.0, hingga industri 4.0.
Fase industri merupakan real change dari perubahan yang ada. Industri 1.0 ditandai
dengan mekanisasi produksi untuk menunjang efektifitas dan efisiensi aktivitas
manusia, industri 2.0 dicirikan oleh produksi massal dan standarisasi mutu, industri
3.0 ditandai dengan penyesuaian massal dan fleksibilitas manufaktur berbasis otomasi
dan robot. Industri 4.0 selanjutnya hadir menggantikan industri 3.0 yang ditandai
dengan cyber fisik dan kolaborasi manufaktur (Hermann et al, 2015; Irianto, 2017).
Istilah industri 4.0 berasal dari sebuah proyek yang diprakarsai oleh pemerintah
Jerman untuk mempromosikan komputerisasi manufaktur.
Industri 4.0, yang sedang berlangsung saat ini, mengacu pada kemajuan
teknologi modern di mana internet dan teknologi pendukung (seperti embbeded
system/ sistem tertanam) berperan sebagai pusat pengoperasian integrasi sistem
produksi. Konsep-konsep seperti Internet of Things (IoT), internet industri, komputasi
awan (Cloud-based Manufactoring), dan Smart Manufacturing merupakan aspek

16
penting dari konsep visioner revolusi industri keempat (Schumacher, Erol, & Sihn,
2016). Gambar 1 mengilustrasikan perkembangan keempat generasi revolusi.
Lee et al (2013) menjelaskan, industri 4.0 ditandai dengan peningkatan
digitalisasi manufaktur yang didorong oleh empat faktor:
1. Peningkatan volume data, kekuatan komputasi, dan konektivitas
2. Munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis
3. Terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin
4. Perbaikan instruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D
printing.
Lifter dan Tschiener (2013) menambahkan, prinsip dasar industri 4.0 adalah
penggabungan mesin, alur kerja, dan sistem, dengan menerapkan jaringan cerdas di
sepanjang rantai dan proses produksi untuk mengendalikan satu sama lain secara
mandiri. Hermann et al (2016) menambahkan, ada empat desain prinsip industri 4.0
1. Pertama, interkoneksi (sambungan) yaitu kemampuan mesin, perangkat, sensor,
dan orang untuk terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of
Things (IoT) atau Internet of People (IoP). Prinsip ini membutuhkan kolaborasi,
keamanan, dan standar.
2. Kedua, transparansi informasi merupakan kemampuan sistem informasi untuk
menciptakan salinan virtual dunia fisik dengan memperkaya model digital
dengan data sensor termasuk analisis data dan penyediaan informasi.
3. Ketiga, bantuan teknis yang meliputi:
a. kemampuan sistem bantuan untuk mendukung manusia dengan menggabungkan
dan mengevaluasi informasi secara sadar untuk membuat keputusan yang tepat
dan memecahkan masalah mendesak dalam waktu singkat;
b. kemampuan sistem untuk mendukung manusia dengan melakukan berbagai tugas
yang tidak menyenangkan, terlalu melelahkan, atau tidak aman;
c. meliputi bantuan visual dan fisik.

17
4. Keempat, keputusan terdesentralisasi yang merupakan kemampuan sistem fisik
maya untuk membuat keputusan sendiri dan menjalankan tugas seefektif
mungkin.
Secara sederhana, prinsip industri 4.0 menurut Herman et al (2016) dapat
digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2. Prinsip Industri 4.0 (Sumber. Herman et al, 2016)

Industri 4.0 telah memperkenalkan teknologi produksi massal yang fleksibel


(Kagermann et al, 2013). Mesin akan beroperasi secara independen atau
berkoordinasi dengan manusia (Sung, 2017). Industri 4.0 merupakan sebuah
pendekatan untuk mengontrol proses produksi dengan melakukan sinkronisasi waktu
dengan melakukan penyatuan dan penyesuaian produksi (Kohler & Weisz, 2016).
Selanjutnya, Zesulka et al (2016) menambahkan, industri 4.0 digunakan pada tiga
faktor yang saling terkait yaitu:
1. Digitalisasi dan interaksi ekonomi dengan teknik sederhana menuju jaringan
ekonomi dengan teknik kompleks.
2. Digitalisasi produk dan layanan
3. Model pasar baru
Revolusi digital dan era disrupsi teknologi adalah istilah lain dari industri 4.0.
Disebut revolusi digital karena terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi
pencatatan di semua bidang. Industri 4.0 dikatakan era disrupsi teknologi karena

18
otomatisasi dan konektivitas di sebuah bidang akan membuat pergerakan dunia
industri dan persaingan kerja menjadi tidak linear. Salah satu karakteristik unik dari
industri 4.0 adalah pengaplikasian kecerdasan buatan atau artificial intelligence
(Tjandrawinata, 2016). Salah satu bentuk pengaplikasian tersebut adalah penggunaan
robot untuk menggantikan tenaga manusia sehingga lebih murah, efektif, dan efisien.
Era pendidikan yang dipengaruhi oleh revolusi industri 4.0 disebut Pendidikan
4.0. Pendidikan 4.0 merupakan pendidikan yang bercirikan pemanfaatan teknologi
digital dalam proses pembelajaran atau dikenal dengan sistem siber (cyber system).
Sistem ini mampu membuat proses pembelajaran dapat berlangsung secara kontinu
tanpa batas ruang dan batas waktu. (Darmawan, 2018).

G. Problematika Pendidikan
Menurut Ahmadi & Uhbiyati (2001 : 255), Pendidikan sebagai suatu aktivitas
yang merupakan proses itu banyak dijumpai problema yang memerlukan pemikiran
pemecahannya. Problematika yang menyangkut proses pendidikan menyangkut 5W
dan 1 H yaitu :
1. Problematika Who (siapa)
Problematika Who (siapa), menyangkut pendidikan dan anak didik. Dalam
pendidikan problematika who adalah masalah pendidikan (subjek) yang
melaksanakan aktivitas pendidikan dan masalah peserta didik (objek) yang dikenai
sebagai sasaran aktifitas pendidikan.
a. Problem Pendidikan
Masalah yang berkaitan dengan pendidikan baik pendidikan dalam keluarga, di
sekolah maupun dimasyarakat cukup bayak sekali. Problem-problem itu akan
menjadi penghambat apabila tidak mendapatkan pemecahan antara lain.
1) Problem kemampuan ekonomi
2) Problem kemampuan pengetahuan dan pengalaman
3) Problem kemampuan skill
4) Problem kewibawaan

19
5) Problem kepribadian
6) Problem attitude (sikap)
7) Problem sifat
8) Problem kebijaksanaan
9) Problem kerajinan
10) Problem tanggung jawab
11) Problem kesehatan, dsb.
b. Problem Peserta didik
Problem yang berkaitan dengan peserta didik tidak kalah pentingnya untuk
diperhatikan, difikirkan dan dipecahkan, karena peserta didik adalah pihak yang
digarap untuk dijadikan manusia yang diharapkan baik dalam keluarga, sekolah
maupun masyarakat. Adapun problem-problem yang ada pada peserta didik antara
lain :
1) Problem kemampuan ekonomi keluarga
2) Problem intelegensi
3) Problem bakat dan minat
4) Problem pertumbuhan dan perkembangan
5) Problem kepribadian
6) Problem sikap
7) Problem sifat
8) Problem kerajinan dan ketekunan
9) Problem pergaulan
10) Problem kesehatan

2. Problematika Why
Problematika why (mengapa), menyangkut pelaksanaan pendidikan. Dalam
proses pendidikan tidak semua pelaksanaannya bisa berjalan dengan lancar, tetapi
juga akan dijumpai rintangan-rintangan. Kesulitan-kesulitan tersebut bisa terdapat

20
pada semua faktor pendidikan yang menghambat jalannya proses pendidikan anatara
lain :
a. Mengapa peserta didik sulit bekerja sama sesama mereka
b. Mengapa masyarakat tidak menghargai jasa guru yang mendidik putra putri
mereka
c. Mengapa masyarakat sulit dimintai sumbangan tenaga, fikiran dan dana dalam
pembangunan prasarana pendidikan untuk kepentingan anak-anak mereka
d. Mengapa orang tua peserta didik menghalangi kegiatan ekstra kurikuler putra
putrinya
e. Mengapa pejabat setempat mengizinkan mendirikan pabrik di sebelah sekolah
yang mengganggu jalannya proses belajar mengajar
f. Mengapa dropping buku paket tidak sampai
g. Mengapa terjadi kasus amoral dikalangan guru, murid orang tua anak

3. Problematika Where
Problematika Where (Dimana), menyangkut tempat pelaksanaan pendidikan.
Ada tiga tempat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Sistem
pendidikan pada masing-masing tempat tersebut tidak sama dan metodenya pun
berbeda. Lokasi daripada letak tempat pendidikan pun mempengaruhi bagi jalannya
pendidikan seperti di desa dengan di kota, dimasyarakat religius dengan masyarakat
heterogen pemeluk agamanya.
Problem pendidikan keluarga sebagai tempat pendidikan anak-anak antara lain
situasi keluarga itu sendiri dan letak keluarga yang berada ditengah-tengah
lingkungan yang tidak mnguntungkan. Demikian pula sekolah sebagai tempat
pendidikan peserta didik, bila letak sekolah itu ditengah-tengah lingkungan yang
tidak menguntungkan juga akan menjadi problema. Apabila tempat pendidikan itu
dimasyarakat yang menjadi problem tempat dimasyarakat adalah jika kebudayaan dan
perdaban masyarakat itu bertentangan dengan norma-norma agama dan
pancasila.Pengaruh lingkungan bagi peserta didik memang besar sekali, sehingga

21
besar pula problem yang timbul bila tempat keluarga atau sekolah yang berusaha
menanamkan norma-norma yang luhur tetapi lingkungannya tidak menguntungkan.

4. Problematika When
Problematika When (bila mana atau kapan) : menyangkut waktu dilaksanakan
pendidikan. Problem when (kapan) banyak menyangkut tentang waktu penyampaian
sesuatu kepada peserta didik sehingga akan timbul beberapa pertanyaan yaitu :
a. Kapan sesuatu materi itu disampakan
b. Kapan sesuatu hukuman itu dijatuhkan
c. Kapan sesuatu ganjaran itu diberikan
d. Kapan sesuatu kewajiban itu dibebankan
e. Kapan sesuatu perintah itu dilaksanakan
Masalah when tidak hanya berkenaan dengan sesuatu yang diberikan, tetapi
juga berkenaan dengan usia anak seperti :
a. Pada usia berapa anak mulai di didik
b. Pada usia berapa pendidikan berakhir
Peserta didik dari segi pertumbuhan dan perkembangan mengalami perubahan
dengan standar periodesasi usia, baik usia kronologis, psikologis, biologis,
kejasmanian dan pengalaman. Yang menjadi problem lagi adalah berkenaan dengan
anak yang kurang normal pikirannya, sedang dirundung malang, sangat perasa, sangat
acuh dan sebagainya.

5. Problematika What
Problematika what (apa), menyangkut dasar, tujuan dan bahan pendidikan.
Problematika what menyangkut dasar, tujuan, materi, sarana, prasarana, dan media.
Masalah dasar dan tujuan apabila berkenaan atas pancasila bagi bangsa Indonesia
tidaklah menjadi problem, tetapi berkenaan dengan agama atau aliran maka
pendidikan perlu berhati-hati karena masalah agama merupakan masalah rawan, oleh

22
karena itu pimpinan sekolah/ guru tidak boleh main paksa pada peserta didik untuk
harus mengikuti pelajaran agama yang bukan faham si peserta didik.
Masalah materi erat hubungannya dengan kurikulum.Perubahan sistem
pendidikan secara otomatis juga mempengaruhi perubahan kurikulum, silabus dan
RPP. Apabila kurikulum selalu berubah makan pendidik dan peserta didik di sekolah
akan terombang ambing. Masalah sarana adalah tidak lengkapnya sarana pendidikan
yang dengan hal ini akan mengganggu jalannya pendidikan seperti kursi yang kurang,
meja yang kurang, buku dll. Masalah sarana pendidikan di beberapa daerah ada yang
tidak memenuhi syarat sebagai tempat belajar mengajar seperti disuatu daerah yang
tidak mempunyai gedung sekolah atau kalaupun ada gedung sekolah tetapi
membahagiakan.

6. Problematika How
Problematika How (Bagaimana), menyangkut cara atau metode yang digunakan
dalam proses pendidikan. Masalah how berkenaan dengan cara atau metode yang
digunakan dalam proses pendidikan. Peserta didik mempunyai sifat dan bakat yang
berbeda-beda, sebagai pendidik harus mengakui adanya perbedaan tersebut.

H. Problem dan Tantangan Pendidikan di Era Globalisasi dan Revolusi


Industri 4.0
Globalisasi mengandung arti terintegrasinya kehidupan nasional ke dalam
kehidupan global. Dalam bidang ekonomi, misalnya, globalisasi ekonomi berarti
terintegrasinya ekonomi nasional ke dalam ekonomi dunia atau global. Bila dikaitkan
dalam bidang pendidikan, globalisasi pendidikan berarti terintegrasinya pendidikan
nasional ke dalam pendidikan dunia. Globalisasi memang membuka peluang bagi
pendidikan nasional, tetapi pada waktu yang sama ia juga mengahadirkan tantangan
dan permasalahan pada pendidikan nasional. Karena pendidikan pada prinsipnya
mengemban etika masa depan, maka dunia pendidikan harus mau menerima dan

23
menghadapi dinamika globalisasi sebagai bagian dari permasalahan pendidikan masa
kini.
Adanya kemajuan teknologi di era revolusi industri saat ini tidak dipungkiri
juga membawa tantangan sebagai konsekuensi dari industri 4.0 terutama untuk para
tenaga kerja diantaranya: kompleksitas sistem pada perangkat yang digunakan; sistem
berperan sebagai intelligent assistance; peningkatan kebutuhan tenaga kerja terampil;
dampak pada organisasi kerja dan keseimbangan kehidupan kerja; dan cybersecurity
(Ras, Wild, Stahl, & Baudet, 2017; Arnold, 2016). Berikut ini kompetensi inti yang
dibutuhkan untuk menghadapi tantangan dari industri 4.0 (Hecklau, Galeitzke, Flachs,
& Kohl, 2016).
Tabel 1. Kategori kompetensi era industri 4.0
Kategori Kompetensi yang dibutuhkan
Kompetensi teknikal Pengetahuan terbarukan
Kemampuan teknikal
Kemampuan pemahaman yang cepat
Kemampuan menggunakan media
Kemampuan coding dan pemrograman
Memahami sistem keamanan IT
Kompetensi metodologis Kreativitas
Berjiwa entrepreneur
Problem solving
Conflict solving
Kemampuan memilih keputusan
Kemampuan analitis
Research skills
Berorientasi efisien
Kompetensi sosial Kemampuan adaptasi antar budaya
Kemampuan berbahasa
Kemampuan berkomunikasi
Kemampuan membangun jaringan
Kemampuan bekerja sama dalam tim
Kemampuan mentransfer pengetahuan
Kemampuan memimpin
Kompetensi personal Fleksibilitas
Kemampuan bertoleransi/adaptasi
Motivasi untuk belajar
Mampu bekerja di bawah tekanan

24
Memiliki inisiatif
Mudah menyesuaikan dengan kemajuan
teknologi

Era revolusi industri 4.0 merupakan masa yang penuh dengan persaingan. Era
dimana kehidupan manusia selalu berhubungan dengan teknologi dan informasi. Pada
era revolusi industri 4.0, 75% pekerjaan melibatkan kemampuan sains, teknologi,
teknik dan matematika, internet of things (IoT), dan pembelajaran sepanjang hayat
(Zimmerman, 2018). Secara umum ada lima tantangan besar yang akan dihadapi pada
era ini yaitu aspek pengetahuan, teknologi, ekonomi, social, dan politik (Zhou. dkk,
2015). Untuk menghadapi tantangan tersebut sumber daya manusia harus memiliki
berbagai kompetensi antara lain melek sains, melek teknologi, mampu berpikir kritis,
mamapu bekerjasama, kreatif dan inovatif, serta memiliki rasa percaya diri yang
tinggi.
Menurut Ghiffar, dkk (2018) kemampuan berpikir kritis sangat penting dikuasai
karena perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompleks menuntut manusia
untuk terus berpikir dan menyelesaikan permasalahan. Dengan demikian proses
berpikir kritis sangat diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami
dalam kehidupannya sehari-hari. Selanjutnya menurut Sudira keterampilan yang juga
penting dimiliki oleh peserta didik dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 adalah
keterampilan berkomunikasi baik dalam bahasa lisan atau tertulis melalui berbagai
media (Mintasih, 2018).
1. Masalah Kualitas Pendidikan
Dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual pendidikan.
Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan terutama menyangkut output
pendidikan. Seperti diketahui, di era globalisasi dewasa ini telah terjadi pergeseran
paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan komparatif
(Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif (competitive advantage).
Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, sementara

25
keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas artinya dalam konteks pergeseran paradigma keunggulan tersebut,
pendidikan nasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat tinggi, karena
harus berhadapan dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini berkaitan erat dengan
kenyataan bahwa globalisasi justru melahirkan semangat cosmopolitantisme dimana
anak-anak bangsa boleh jadi akan memilih sekolah-sekolah di luar negeri sebagai
tempat pendidikan mereka, terutama jika kondisi sekolah-sekolah di dalam negeri
secara kompetitif under-quality (berkualitas rendah).
2. Permasalahan Profesionalisme Guru
Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses
pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah
menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses
pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru
merupakan variable penting bagi keberhasilan pendidikan.
Menurut Suyanto, “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah
kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan lancar
baca tulis yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan
bangsanya”. Tetapi segera ditambahkan: “guru yang demikian tentu bukan guru
sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa “di
ditiru”Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan,
atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan). Namun kenyataan dilapangan
menunjukkan adanya guru terlebih terlebih guru honorer, yang tidak berasal dari
pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui system
seleksi profesi.Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak
mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal.Inilah salah satu
permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan
nasional masa kini.

26
3. Masalah kebudayaan (Akulturasi)
Kebudayaan yaitu suatu hasil budi daya manusia baik bersifat material maupun
mental spiritual dari bangsa itu sendiri ataupun dari bangsa lain. Suatu perkembangan
kebudayaan dalam abad moderen saat ini adalah tidak dapat terhindar dari pengaruh
kebudayan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan timbulnya proses alkulturasi
yaitu pertukaran dan saling berbaurnya antara kebudayaan yang satu dengan yang
lainnya. Dari sinilah terdapat tantangan bagi pendidikan-pendidikan islam yaitu
dengan adanya alkulturasi tersebut maka akan mudah masuk pengaruh negatif bagi
kebudayaan, moral dan akhlak anak. Oleh karena itu hal ini merupakan tantangan
bagi pendidikan islam untuk memfilter budaya-budaya yang negatif yang diakibatkan
oleh pengaruh budaya-budaya barat. (Arifin, 1994:42)
4. Permasalahan Strategi Pembelajaran
Menurut Suyanto era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para peserta
didik.Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma
pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru.Suyanto menggambarkan
paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru, menggunakan media tunggal,
berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid berupa pemberian informasi dan
pengajaran berbasis factual atau pengetahuan.
Dewasa ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari model
tradisional ke arah model baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek
pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari
pembelajaran baru.Hal ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya professionalisme
guru.
5. Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sebagaimana telah kita sadari bersama bahwa dampak positif dari pada
kemajuan teknologi sampai kini, adalah bersifat fasilitatif (memudahkan).Teknologi
menawarkan berbagai kesantaian dan ketenangan yang semakin beragam. Dampak
negatif dari teknologi moderen telah mulai menampakan diri di depan mata kita, yang

27
pada prinsipnya melemahkan daya mental-spiritual / jiwa yang sedang tumbuh
berkembang dalam berbagai bentuk penampilannya. Pengaruh negatif dari teknologi
elektronik dan informatika dapat melemahkan fungsi-fungsi kejiwaan lainya seperti
kecerdasan pikiran, ingatan, kemauan dan perasaan (emosi) diperlemah kemampuan
aktualnya dengan alat-alat teknologi-elektronis dan informatika seperti Komputer,
foto copy dan sebagainya (Arifin,1991:9).
Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan tidak adanya jarak dan batasan
antara satu orang dengan orang lain, kelompok satu dengan kelompok lain, serta
antara negara satu dengan negara lain. Komunikasi antar-negara berlangsung sangat
cepat dan mudah. Begitu juga perkembangan informasi lintas dunia dapat dengan
mudah diakses melalui teknologi informasi seperti melalui internet. Perpindahan
uang dan investasi modal oleh pengusaha asing dapat diakukan dalam hitungan detik.
Kondisi kemajuan teknologi informasi dan industri di atas yang berlangsung
dengan amat cepat dan ketat di era globalisasi menuntut setiap negara untuk berbenah
diri dalam menghadapi persaingan tersebut. Bangsa yang yang mampu membenahi
dirinya dengan meningkatkan sumber daya manusianya, kemungkinan besar akan
mampu bersaing dalam kompetisi sehat tersebut. Di sinilah pendidikan diharuskan
menampilkan dirinya, apakah ia mampu mendidik dan menghasilkan para peserta
didik yang berdaya saing tinggi (qualified) atau justru mandul dalam menghadapi
gempuran berbagai kemajuan dinamika globalisasi tersebut. Dengan demikian, era
globalisasi adalah tantangan besar bagi dunia pendidikan. Dalam konteks ini,
Khaerudin Kurniawan (1999), memerinci berbagai tantangan pendidikan menghadapi
era global.
Pertama, tantangan untuk meningkatkan nilai tambah, yaitu bagaimana
meningkatkan produktivitas kerja nasional serta pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi, sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan
berkelanjutan (continuing development ). Kedua, tantangan untuk melakukan riset
secara komprehensif terhadap terjadinya era reformasi dan transformasi struktur
masyarakat, dari masyarakat tradisional-agraris ke masyarakat modern-industrial dan

28
informasi-komunikasi, serta bagaimana implikasinya bagi peningkatan dan
pengembangan kualitas kehidupan SDM. Ketiga, tantangan dalam persaingan global
yang semakin ketat, yaitu meningkatkan daya saing bangsa dalam menghasilkan
karya-karya kreatif yang berkualitas sebagai hasil pemikiran, penemuan dan
penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Keempat, tantangan terhadap
munculnya invasi dan kolonialisme baru di bidang Iptek, yang menggantikan invasi
dan kolonialisme di bidang politik dan ekonomi.
Semua tantangan tersebut menuntut adanya SDM yang berkualitas dan berdaya
saing di bidang-bidang tersebut secara komprehensif dan komparatif yang
berwawasan keunggulan, keahlian profesional, berpandangan jauh ke depan
(visioner), rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi serta memiliki keterampilan
yang memadai sesuai kebutuhan dan daya tawar pasar. Selain itu ada dua faktor yang
mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di Indonesiayaitu :
a. Faktor Internal
Faktor internal meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen
Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis
depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan
agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat
merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu
sebagai objek dari pendidikan. Banyak faktor-faktor yang menyebabkan kualitas
pendidikan di Indonesia semakin terpuruk. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu :
1) Kurikulum
Kurikulum kita yang dalam jangka waktu singkat selalu berubah-ubah tanpa
ada hasil yang maksimal dan masih tetap saja.Yang jelas, menteri pendidikan
berusaha eksis dalam mengujicobakan formula pendidikan baru dengan mengubah
kurikulum. Perubahan kurikulum yang terus-menerus, pada prateknya kita tidak tau
apa maksudnya dan yang beda hanya bukunya. Contohnya guru, banyak guru honorer

29
yang masih susah payah mencukupi kebutuhannya sendiri. Kegagalan dalam
kurikulum kita juga disebabkan oleh kurangnya pelatihan skill, kurangnya sosialisasi
dan pembinaan terhadap kurikulum baru. Elemen dasar ini lah yang menentukan
keberhasilan pendidikan yang kita tempuh.
2) Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita
yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku
perpustakaan tidak lengkap.Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian
teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya.Bahkan masih banyak sekolah
yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki
laboratorium dan sebagainya.
3) Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum
memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana
disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu “merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan,
melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat”.
Kendati secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup memadai, namun secara
kualitas mutu guru di negara ini, pada umumnya masih rendah.Secara umum, para
guru di Indonesia kurang bisa memerankan fungsinya dengan optimal, karena
pemerintah masih kurang memperhatikan mereka, khususnya dalam upaya
meningkatkan profesionalismenya.
4) Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya
kualitas pendidikan Indonesia.Dengan pendapatan yang rendah, terang saja banyak
guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah
lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang
buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya.

30
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen
(PNS) agak lumayan.Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup.
Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang
pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada
gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang
berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah
khusus juga berhak atas rumah dinas.
5) Rendahnya Prestasi Peserta didik
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan
kesejahteraan guru) pencapaian prestasi peserta didik pun menjadi tidak
memuaskan.Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika peserta didik
Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and
Science Study (TIMSS) 2003 (2004), peserta didik Indonesia hanya berada di ranking
ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44
negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi peserta didik kita jauh di
bawah peserta didik Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.
6) Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah
Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal
Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM)
untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta peserta didik).
Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di
SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta peserta didik). Sementara itu layanan
pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini
nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara
keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan
pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.

31
7) Rendahnya Relevansi Pendidikan dengan Kebutuhan
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data
BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka
pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0
sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama
pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan
yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%.
Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak
putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah
ketenagakerjaan tersendiri.Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan
kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional
terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
8) Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal.Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi
mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku
pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga
Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain
kecuali tidak bersekolah. Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas
dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah).
MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk
melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang
merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha.Asumsinya,
pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas.Hasilnya, setelah Komite
Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, “sesuai keputusan Komite
Sekolah”. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang
dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat
dengan Kepala Sekolah.
Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala
Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab

32
negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya.Kondisi ini akan lebih buruk
dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya
status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum .
9) Kontoversi diselenggaraknnya UN
Kedua, aspek yuridis.UN hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan
penentuan standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah.Selain
itu, pada pasal 59 ayat 1 dinyatakan, pemerintah dan pemerintah daerah melakukan
evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.Tapi dalam
UN pemerintah hanya melakukan evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik yang
sebenarnya merupakan tugas pendidik.Ketiga, aspek sosial dan psikologis. Dalam
mekanisme UN yang diselenggarakannya, pemerintah telah mematok standar nilai
kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada tahun 2003/2004 dan 4,25
pada tahun 2004/2005. Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk menangkal
penyimpangan finansial dana UN.
Di lingkungan pendidikan tinggi di Indoesia memerlukan kebijakan pendidikan
tinggi yang berbeda dalam menghadapi globalisasi pendidikan. Tiga elemen utama
yang mengharuskan pendidikan tinggi di Indonesia harus merubah pandangan dalam
mengembangkan dunia pendidikan (Arifin, 2018)
1. Globalisasi pendidikan menghadapi perubahan lingkungan dengan
berkembangnya Cyber Tech, Internet of Things (IoT), Competititon, Cloud
Computing, dan New Technology
2. Kualitas, habitat, dan perubahan yang pesat sehingga membutuhkan strategi
dalam menghadapi business model, technology model, dan sejenisnya.
3. Kelembagaan dan struktur yang berubah cepat sehingga menuntut creativity,
innovation, multi dicipline, entrepreneurship dan sejenisnya
Menurut analisis Kemenristekdikti (2018) globalisasi memiliki dampak positif
dan negatif . Dampak positif globalisasi antara lain :

33
1. Mendorong perusahaan multinasional investasi kenegara-negara berkembang
yang akan mendorong da menyediakan lapangan kerja serta keahlian baru bagi
penduduk negara-negara berkembang
2. Pertukaran ide, informasi, pengalaman dan gaya hidup
3. Membuat kesadaran terhadap kualitas lingkungan menjadi lebih tinggi sperti
global warming dan deforestation (penebangan hutan)
4. Meningkatkan efisiensi kerja akibat penyerapan teknologi dari manual ke
teknologi komputer
Sedangkan, dampak negatif globalisasi antara lain :
1. Dapat melemahkan kedaulatan nasional
2. Negara berkembang yang kurang daya saing, dapat tergerus dan terkolonisasi
oleh kekuatan superpower
3. Dapat mengakibatkan hilangnya identitas budaya nasional
4. Dapat menimbulkan eksploitasi terhadap negara kurang berkembang

I. Upaya Mengatasi Problem dan Tantangan Pendidikan Era Globalisasi


Industri 4.0
Tantangan yang ada dalam dunia pendidikan kerap kali menjadi kendala bagi
suatu negara untuk maju dan bersaing dengan negara lain, seperti Indonesia sendiri.
Dibutuhkan kesadaran akan pentingnya pendidikan baik dari masyarakat, peserta
didik, pendidik, hingga pemerintah. Indonesia patut bersyukur dengan limpahan SDA
yang tak terhitung nilainya, namun demikian hal itu jangan sampai membuat sumber
daya manusianya terlena dan melupakan pentingnya dunia pendidikan demi
memperkaya pengetahuan umum, intelektual dan kemajuan bangsanya sendiri.Untuk
mengantisipasi berbagai kelemahan pendidikan tersebut, diperlukan kerjasama dari
berbagai pihak. Tidak hanya institusi pendidikan tetapi pemerintah juga harus serius
dalam menangani permasalahan ini agar SDM Indonesia memperoleh rating kualitas
pendidikan yang memadai. Untuk itu hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:

34
1. Orientasi pendidikan harus lebih ditekankan kepada aspek afektif dan psiko
motorik. Artinya, pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan karakter
peserta didik dan pembekalan keterampilan atau skill, agar setelah lulus mereka
tidak mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan daripada hanya sekadar
mengandalkan aspek kognitif (pengetahuan).
2. Dalam proses belajar mengajar guru harus mengembangkan pola student oriented
sehingga terbentuk karakter kemandirian, tanggung jawab, kreatif dan inovatif
pada diri peserta didik.
3. Guru harus benar-benar memahami makna pendidikan dalam arti sebenarnya.
Tidak mereduksi sebatas pengajaran belaka. Artinya, proses pembelajaran
peserta didik bertujuan untuk membentuk kepribadian dan mendewasakan
peserta didik bukan hanya sekedar transferof knowledge tapi pembelajaran harus
meliputi transfer of value and skill, serta pembentukan karakter (caracter
building).
4. Guru harus benar-benar menguasai materi pelajaran dan ilmu mendidik. Hal ini
bisa dilakukan dengan studi lanjut sesuai dengan spesialisasi, pelatihan, work
shop, maupun studi banding ke institusi-institusi yang sudah maju.
5. Perlunya pembinaan dan pelatihan tentang peningkatan motivasi belajar terhadap
peserta didik. belajar kepada peserta didik sehingga anak akan memiliki minat
belajar yang tinggi.
6. Harus ditanamkan pola pendidikan yang berorientasi proses (process oriented),
di mana proses lebih penting daripada hasil. Pendidikan harus berjalan di atas rel
ilmu pengetahuan yang substantif. Oleh karena itu, budaya pada dunia
pendidikan yang berorientasi hasil (formalitas), seperti mengejar gelar atau titel
di kalangan praktisi pendidikan dan pendidik hendaknya ditinggalkan. Yang
harus dikedepankan dalam pembelajaran kita sekarang adalah penguasaan
pengetahuan, kadar intelektualitas, dan kompetensi keilmuan dan keahlian yang
dimilikinya.

35
7. Perlunya dukungan dan partisipasi komprehensif terhadap praktek pendidikan,
dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap dunia pendidikan
terutama masyarakat sekitar sekolah, sehingga memudahkan akses pendidikan
secara lebih luas ke kalangan masyarakat.
8. Profesi guru seharusnya bersifat ilmiah dan benar-benar “profesional”, bukan
berdasarkan kemanusiaan. Maksudnya, guru memang pahlawan tanpa tanda jasa
namun guru juga seyogyanya dihargai setimpal dengan perjuangannya, karena itu
gaji dan kesejahteraan guru harus diperhatikan pemerintah.
9. Pemerintah harus memiliki formula kebijakan dan konsistensi untuk
mengakomodasi semua kebutuhan pendidikan. Salah satunya adalah
memperhatikan fasilitas pendidikan dengan cara menaikan anggaran untuk
pendidikan minimal 20-25 % dari total APBN. Di sini diperlukan politicalwill
kuat dari pemerintah dalam menangani kebijakan pendidikan.
10. Perlunya dukungan dan paartisipasi komprehensif dari semua pihak yang
memiliki kepentingan dengan pendidikan. Perlu adanya kerjasama antar
pengelola lembaga pendidikan, pemerintah, perusahaan dan masyarakat. Jika
ditinjau dari skup KSB, maka dibutuhkan kerjasama antara pengelola lembaga
pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, mapun perguruan tinggi), pemerintah (Bupati
KSB sebagai pemegang kebijakan tertinggi di KSB), perusahaan (PT. NNT
sebagai salah satu perusahaan raksasa yang hidup dan berperan sebagai penguras
kekayaan alam KSB), dan masyarakat.
Dalam menyelesaikan permasalah pendidikan di Indonesia terdapat beberapa
usaha, antara lain sebagai berikut :
1. Upaya peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan menetapkan tujuan dan
standar kompetensi pendidikan. Misalnya dengan penyempurnaan
kurikulum,pelaksanaan paradigma pendidikan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan.
2. Pendidikan sesuai dengan dasar Negara Indonesia yaitu pancasila yang
didalamnya mengandung unsur–unsur pendidikan yang Berketuhanan,

36
Berkemanusiaan, dan Berbudi pekerti luhur dengan diterapkannya paradigma ini
maka demokrasi pendidikan akan dapat diwujudkan.
3. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan. Misalnya kebijakan pemerintah
dengan mencananangkan DANA BOS (bantuan operasional sekolah) ini sangat
bermanfaat untuk perbaikan gedung – gedung sekolah , menambah media belajar
peserta didik , untuk memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan yang kurang
memadai, menambah referensi buku – buku perpustakaan , membuat
laboratorium praktek sesuai standar selain DANA BOS ada juga beapeserta didik
bagi anak yang orang tuanya kurang mampu maupun anak yang berprestasi
baik ,ini sangat membantu kelangsungan pendidikan mereka.
4. Peningkatan relevansi pendidikan mengandung arti karena ada ketidakserasian
antara hasil pendidikan [output] dengan kebutuhan dunia kerja . Yang menjadi
masalah utama karena ketrampilan yang di miliki tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan .Sehingga sekarang banyak berdiri sekolah-sekolah kejuruan yang
mencetak peserta didik untuk dapat mempunyai ketrampilan sesuai profesi yang
diinginkan .Misal STM , SMK, Sekolah ketrampilan.
5. Mengatasi rendahnya kualitas guru pemerintah sekarang mengeluarkan kebijakan
bahwa guru SD minimal harus S1 [strata 1] dan dalam proses belajar mengajar
harus sesuai dengan kode etik guru untuk meminimalisir hal- hal yang tidak
diinginkan,serta guru itu tidak hanya mengajar tetapi harus memberi contoh yang
baik atau teladan bagi peserta didik-peserta didiknya.
6. Mengatasi rendahnya kesejahteraan guru sekarang pemerintah menaikkan gaji
guru, berupa gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji ,tunjangan profesi dan
lain-lain, sehingga dengan meningkatkan kesejahteraan guru diharapkan guru itu
dapat mencintai profesinya dengan utuh artinya guru itu tidak akan mencari
pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan jadi dapat berkonsentrasi
dalam proses pendidikan khususnya proses belajar mengajar.
Berbagai kelemahan pendidikan di Indonesia seperti disebutkan di atas, pada
dasarnya bertitik tolak pada lemahnya sumber daya manusia (SDM) yang ada.Padahal,

37
SDM merupakan faktor utama yang menjadi indikator kemajuan suatu bangsa, di
samping faktor sumber daya alam (SDA) (hayati, non hayati, buatan), serta sumber
daya ilmu pengetahuan dan teknologi.Keberhasilan negara-negara Barat adalah
didukung oleh peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan hal itu berhubungan
dengan pendidikan sebagai wahana pembentukan SDM (Pratama, 2015).
Selanjutnya Tilaar (2004) mengemukakan untuk menjawab tantangan sekaligus
peluang kehidupan global, diperlukan paradigma baru pendidikan. Pokok-pokok
paradigma baru pendidikan sebagai berikut:
1. Pendidikan ditujukan untuk membentuk masyarakat Indonesia baru yang
demokratis.
2. Masyarakat demokratis memerlukan pendidikan yang dapat menumbuhkan
individu dan masyarakat yang demokratis.
3. Pendidikan diarahkan untuk mengembangkan tingkah laku yang menjawab
tantangan internal dan global.
4. Pendidikan harus mampu mengarahkan lahirnya suatu bangsa Indonesia yang
bersatu serta demokratis.
5. Dalam menghadapi kehidupan globalisasi yang kompetitif dan inovatif,
pendidikan harus mampu mengembangkan kemampuan berkompetisi di dalam
rangka kerjasama.
6. Pendidikan harus mampu mengembangkan kebhinnekaan menuju kepada
terciptanya suatu masyarakat Indonesia yang bersatu di atas kekayaan
kebhinekaan masyarakat.
7. Pendidikan harus mampu meng-Indonesiakan masyarakat Indonesia sehingga
setiap insan Indonesia merasa bangga menjadi warga negara Indonesia.
Selain itu untuk mengatasi masalah-masalah, seperti rendahnya kualitas sarana
fisik, rendahnya kualitas guru, dan lain-lain seperti yang telah dijelaskan diatas,
secara garis besar ada dua solusi yaitu:
1. Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat

38
berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di
Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme
(mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan
tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
2. Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung
dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas
guru dan prestasi peserta didik.Solusi untuk masalah-masalah teknis
dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem
pendidikan.
Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan
kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk
meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi peserta didik, misalnya, diberi solusi
dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat
peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.Maka dengan adanya solusi-
solusi tersebut diharapkan pendidikan di Indonesia dapat bangkit dari
keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan generasi-generasi baru yang berSDM
tinggi, berkepribadian pancasila dan bermartabat.
Menghadapi tantangan pendidikan, Kemenristekdikti memiliki sasaran strategis
pada pendidikan tinggi, dengan melakukan perubahan program dan model layanan
yang lebih banyak menyediakan atau menggunakan teknologi digital atau online.
1. Sasaran strategis diarahkan untuk meningkatkan iptek dan inovasi
2. Sasaran strategis diarahkan untuk meningkatkan reevansi, kualitas, dan kuantitas
pendidikan tinggi.
3. Terlaksana reformasi birokrasi yang simpel dan berdayaguna
Harapan untuk menghasilkan output SDM pendidikan tinggi yang high quality,
thinking critical and systematic, efective communication by lateral and higher level,
entrepreneurship dibutuhkan 5 elemen utama yaitu general education, new literation

39
(data, technology, and human literation), program and co-extra curriculer, cognitive
ability, and lifelong learning.
Dalam menghadapi tantangan pendidikan di era revolusi industri 4.0, maka
Ahmad (2018) mengatakan bahwa wujud pengembangan literasi manusia, pihak
universitas diharapkan mampu mencari metode khusus guna peningkatan kapasitas
kognitif para mahasiswa melalui cara berfikir kritis dan sistemik dan pengembangan
keterampilan yang bersifat mental spiritual. Adapun ide pengembangan model literasi
manusia khususnya bagi mahasiswa pada era sekarang ini adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan, melalui teknik kepemimpinan (leadership) dan siap bekerja dalam
tim (team work).
2. Kelincahan dan kematangan kebudayaan (cultural agility), memahami bahwa
semua mahasiswa beragam dengan berbagai latar belakang mampu bekerja
dalam lingkungan yang berbeda (di dalam atau di luar negeri).
3. Wirausahawan, termasuk di dalamnya adalah jiwa sosial wirausaha (social
entrepreneurship), merupakan kapasitas dasar yang sebaiknya dimiliki oleh
semua mahasiswa.

J. Pendidikan Fisika Pada Era Revolusi Industri 4.0


Adanya revolusi industri 4.0 mempengaruhi landasan terciptanya inovasi-
inovasi di bidang pendidikan. Cepatnya laju revolusi pada era ini yang berfokus pada
kecerdasan artifisial, perlahan menyebabkan adanya model-model pembelajaran baru
yang sesuai di masa depan—istilah untuk education 4.0 (pendidikan 4.0) (D’Souza &
Kamaruddin, 2016). Banyak pendidikan tinggi yang tidak hanya mengajarkan sebatas
teori terkait bidang kajian ilmu tertentu, namun juga melatih kemampuan peserta
didik untuk dapat beradaptasi dan bersaing secara global dalam menghadapi industri
4.0 (Singh, Al-Mutawaly, & Wanyama, 2017). Salah satunya adalah melalui
pendekatan pembelajaran aktif berbasis industrial project sesuai dengan kurikulum
pada program studi (Baena, Guarin, Mora, Sauza, & Retat, 2017).

40
Pendidikan fisika di era pembelajaran konvensial masih bersifat teacher-
oriented learning; sesi tanya jawab singkat di akhir pembelajaran dengan pemberian
pekerjaan rumah; serta menghadapi ujian akhir dengan pola masalah yang sama di
setiap semesternya (Wieman & Perkins, 2005). Sistem pembelajaran seperti ini yang
kemudian menyebabkan hampir seluruh peserta didik di bidang fisika memiliki pola
pikir dan karakteristik yang sama (Wieman & Perkins, 2005) (McDermott & C.,
1990). Sehingga para pendidik di bidang sains diharapkan untuk dapat
megembangkan pendidikan fisika menjadi lebih efektif dan relevan sesuai dengan
tuntutan kebutuhan global (Wieman & Perkins, 2005). Dengan adanya kemajuan di
bidang teknologi, media-media pembelajaran dan sumber belajar terus mengalami
inovasi, sehingga mendorong siswa untuk dapat belajar secara mandiri dan mampu
menyelesaikan masalah yang bersifat abstrak dengan pendekatan ilmiah (Neeman,
1988) (Eijkelhof & Kortland, 1988).
Peserta didik diharapkan berhasil dalam menghadapi lingkungan kerja yang
semakin mengglobal, terotomatisasi, tervirtualisasi, berjejaring dan fleksibel
menyebabkan keterampilan yang dibutuhkan bukan hanya sekedar pengetahuan
kognitif belaka, melainkan kemampuan berpikir secara non-linear, keterampilan
sosial dan antar budaya, manajemen diri, dan kompetensi diri (Wallner & Wagner,
2016). Beberapa fakta nyata yang muncul di lingkungan akademik dalam kehidupan
sehari-hari menimbulkan adanya kompleksitas yang mempengaruhi kegiatan
pembelajaran seperti: tingkat keberagaman siswa semakin meningkat, kehadiran
perangkat seluler dan sosial media yang mudah ditemui, perkembangan program-
program pembelajaran; beragam pengaturan, format, dan teknologi yang tersedia
(seperti e-learning, blended learning, kelas yang di rolling, peer teaching, dan
sebagainya), tuntutan kemampuan belajar siswa yang terus meningkat, kemajuan
pesat di beragam bidang disiplin ilmu yang terus menerus menghasilkan pengetahuan
baru, dan mudahnya akses setiap informasi secara real time (Wallner & Wagner,
2016).

41
Beragamnya tantangan global yang diakibatkan oleh arus industri 4.0
menyebabkan peningkatan kebutuhan sumber daya manusia yang mampu
mengintegrasi pengetahuan saintifik beserta aplikasinya (Kelley & Knowles, 2016).
Hal ini yang kemudian menggarisbawahi pentingnya kemampuan di bidang sains dan
terapannya bagi masyarakat global di abad ke-21 untuk meningkatkan kompetensi di
pendidikan. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengembangkan pembelajaran
tidak hanya terorientasi hanya untuk satu cabang ilmu tertentu (disciplinary),
melainkan bersifat transdisiplin sehingga pengetahuan dan keahlian yang diperoleh
dari berbagai sumber ilmu mampu diaplikasikan pada real-world problems dan
meningkatkan pengalaman belajar peserta didik (English, 2016).

K. Peran Pendidikan Fisika Untuk Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0


Semakin berkembangnya generasi, sumber daya manusia harus mampu
beradaptasi, berkolaborasi, dan berinovasi menggunakan teknologi-teknologi
terbarukan, mengidentifikasi dan mengaktualisasikan beberapa cabang disiplin ilmu
(Atlass, Patricia; Wiebe, 2017). Seiring waktu, trend penelitian kolaborasi riset
interdisiplineritas dengan sub-bidang fisika semakin meningkat yang terus
menghasilkan teknologi-teknologi terbarukan (Pan, Sinha, Kaski, & Saramäki, 2012).
Hal ini mengakibatkan meningkatnya permintaan sumber daya manusia yang
terkualifikasi untuk mampu bersaing di dunia global. Sehingga untuk menciptakan
lulusan yang terampil terutama di era industri 4.0 saat ini perlu memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut (Wallner & Wagner, 2016):
1. Memberikan gambaran struktural ilmu fisika kepada peserta didik
Tantangan yang ada di masa depan menitikberatkan pada kemampuan
interdisipliner dan transdisipliner. Seperti mesin-mesin robotik yang digunakan di
bidang kedokteran, perangkat radio dan smart assistance yang terdapat pada mobil
dan perangkat seluler. Sehingga pembelajaran yang hanya berfokus pada satu bidang
ilmu tanpa ada relasi dengan cabang ilmu yang lain menjadi semakin kuno. Apa yang
dibutuhkan oleh siswa untuk kehidupan di masa depan adalah gambaran struktural

42
pada tiap-tiap bidang ilmu pengetahuannya untuk dapat diintegrasikan dengan
pengetahuan lain yang telah diperoleh.
2. Memberikan kesempatan siswa menggali ilmu dari beragam sumber
Informasi-informasi yang dibutuhkan oleh siswa berjumlah tak terbatas dan
tersedia di berbagai sumber (buku, artikel, search engine, blog, dan lain sebagainya).
Guru bukanlah sebagai ahli di bidang ilmu yang diampu, saat pembelajaran
berlangsung setiap siswa memiliki pendapat ilmiahnya masing-masing.
Revolusi industri 4.0 mendorong munculnya istilah pendidikan 4.0 yaitu istilah
yang merujuk pada pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembelajaran secara
optimal (Wiyono, K. &Zakiyah, S., 2019). Menurut Almeida (2019) education 4.0
builds on the concept of learning by doing, in which students are encouraged to learn
and discover differentthings in singular ways based on experimentation. Selain itu
personalisasi dan fleksibilitas merupakan penciri dari pendidikan 4.0, hal ini sesuai
dengan pendapat Bartolomé et al. (2018), two fundamental characteristics of
education 4.0 is the personalization and flexibility. In this sense, adaptive learning
systems play a fundamental role in the education 4.0 paradigm. Pendidikan 4.0
penghendaki beberapa hal diantaranya pembelajaran dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan siswa, pendidikan bukanlah transfer pengetahuan, dan pentingnya
optimalisasi teknologi dalam pembelajaran. Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 perlunya
pembenahan pada bidang pendidikan melalui peningkatan kualitas pembelajaran tak
terkecuali pada pendidikan sains.
Sains di era revolusi industri 4.0 berperan dalam mendorong peserta didik
untuk mampu mengaplikasikan pemahamannya akan sains untuk menghasilkan suatu
karya teknologi yang bermanfaat dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia, hal
tersebut mengingat karena teknogi merupakan aplikasi dari sains. Ini sependapat
dengan pernyataan Bryan et al. (2016) The engineering design or engineering
practices related to relevant technologies requires the use of scientific and
mathematical concepts through design justification. Melalui sains peserta didik

43
berlatih mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis.
Selanjutnya melalui sains peserta didik juga dilatih untuk terus berinovasi melakukan
penemuan dan rekayasa dengan menerapkan berbagai langkah kerja ilmiah.
Engineering requires the use of scientific and mathematical concepts to address the
types of ill-structured and open-ended problems that occur in the real world
(Sheppard et al., 2009), penggunaan pemahaman sains dalam kegiatan rekayasa
teknologi diperuntukan untuk menentukan upaya terhadap penyelesaian masalah.
Pada aplikasi di lapangan, peningkatan kualitas pembelajaran sains merupakan
salah satu tantangan bagi pendidik karena dihadapkan pada tantangan bagaimana
menyiapkan sumber daya manusia yang adaptif terhadap perkembangan zaman yaitu
SDM yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di mana teknologi informasi telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan manusia saat ini. Segala hal menjadi tanpa batas dengan penggunaan daya
komputasi dan data yang tidak terbatas, karena dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi digital yang massif.
Harus disadari bahwa perkembangan teknologi digital yang semakin luas dapat
dengan cepat merubah pola pikir, namun harus menjadi perhatian bahwa walaupun
segala hal telah berbasis teknologi yang harus diperhatikan pada pembelajaran di era
digital ini bukan tentang digitalnya melainkan bagaimana membentuk pola pikir dan
kebiasaan berpikir, dengan demikian pembelajaran sains memiliki konsekuensi untuk
senantiasa mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik dalam setiap langkah
pembelajarannya melalui pemanfaatan teknologi. Selanjutnya, semakin pesatnya
perkembangan teknologi digital selain memberikan dampak positif juga dapat
memberikan dampak negative pada nilai yang dimiliki oleh peserta didik sehingga
penanaman terhadap nilai-nilai pendidikan juga menjadi tantangan tersendiri bagi
pendidikan sains di era ini.
Seorang pendidik dalam mengimplementasikan pembelajaran sains tidak cukup
hanya sebatas melakukan transfer pengetahuan saja melainkan perlu melakukan
perubahan pola pembelajaran yang lebih menitik beratkan pada penggunaan teknologi

44
dan menekankan pada siswa dalam menemukan dan menghasilkan sebuah karya yang
inovatif dan bermanfaat dalam mengatasi permasalahan lingkungan. Hal ini karena
ada begitu banyak kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk hidup di
lingkungan masyarakat yang tidak bisa hanya didapat melalui transfer ilmu saja.

45
BAB III
PEMBAHASAN

a. Matriks Problem dan Upaya Pendidikan di Era Globalisasi Revolusi Industri 4.0
No Aspek Problem Upaya
1. Masalah Kualitas Era globalisasi dewasa ini telah Orientasi pendidikan harus lebih ditekankan
Pendidikan terjadi pergeseran paradigma kepada aspek afektif dan psiko motorik.
tentang keunggulan suatu Negara, Dalam proses belajar mengajar guru harus
dari keunggulan komparatif mengembangkan pola student oriented
(Comperative adventage) kepada Guru harus benar-benar memahami makna
keunggulan kompetitif pendidikan dalam arti sebenarnya
(competitive advantage). Guru harus benar-benar menguasai materi
Keunggulam komparatif pelajaran dan ilmu mendidik
bertumpu pada kekayaan sumber Perlunya pembinaan dan pelatihan tentang
daya alam, sementara keunggulan peningkatan motivasi belajar terhadap peserta
kompetitif bertumpu pada didik
pemilikan sumber daya manusia Harus ditanamkan pola pendidikan yang
(SDM) yang berkualitas. berorientasi proses (process oriented)
Perlunya dukungan dan partisipasi
komprehensif terhadap praktek pendidikan
Profesi guru seharusnya bersifat ilmiah dan
benar-benar “profesional”, bukan berdasarkan
kemanusiaan
Pemerintah harus memiliki formula kebijakan
dan konsistensi untuk mengakomodasi semua
kebutuhan pendidikan.

46
Perlunya dukungan dan paartisipasi
komprehensif dari semua pihak yang memiliki
kepentingan dengan pendidikan
2 Permasalahan Salah satu komponen penting Pengembangan Kompetensi Pedagogis
Profesionalisme dalam kegiatan pendidikan dan Kompetensi pedagogis atau kemampuan guru
Guru proses pembelajaran adalah dalam mengelola pembelajaran merupakan tulang
pendidik atau guru. Betapapun punggung keberhasilan proses pendidikan di
kemajuan taknologi telah sekolah. Kompetensi pedagogis ini terkait dengan
menyediakan berbagai ragam alat cara mengajar yang baik dan tepat, sehingga
bantu untuk meningkatkan proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar
efektifitas proses pembelajaran, dan efektif.
namun posisi guru tidak Pengembangan Kompetensi Teknik
sepenuhnya dapat tergantikan. Itu Informasi
artinya guru merupakan variabel Perkembangan ilmu pengetahuan dan
penting bagi keberhasilan teknologi informasi terutama pada pendidikan
pendidikan.Namun kenyataan saat ini terus bekembang. Modernisasi pada
dilapangan menunjukkan adanya pendidikan membuat segala sesuatunya menjadi
guru yang tidak berasal dari lebih lancar dan mudah,
pendidikan guru, dan mereka Pengembangan Kompetensi Kepribadian
memasuki pekerjaan sebagai guru Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan
tanpa melalui sistim seleksi personal yang mencerminkan kepribadian yang
profesi. mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa dan
menjadi teladan bagi peserta didik serta
berakhlak mulia.
Pengembangan Kompetensi Sosial
Guru yang efektif adalah guru yang
mampu membawa siswanya dengan berhasil
mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan
kelas merupakan perwujudan interaksi dalam

47
proses komunikasi. Menurut Undang-undang Guru
dan Dosen kompetensi sosial adalah
“kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan
peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar”. Surya (2003)
mengemukakan kompetensi sosial adalah
kemampuan yang diperlukan olehseseorang agar
berhasil dalam berhubungan dengan orang lain.
Dalam kompetensi sosial ini termasuk
keterampilan dalam interaksi sosial dan
melaksanakan tanggung jawab sosial.
3. Masalah kebudayaan Kebudayaan yaitu suatu hasil budi Upaya dalam masalah kebudayaan ini antara lain :
(Akulturasi) daya manusia baik bersifat Memfilter budaya luar yang masuk ke
material maupun mental spiritual Indonesia
dari bangsa itu sendiri ataupun Meningkatkan kesadaran terhadap budaya
dari bangsa lain. Suatu lokal
perkembangan kebudayaan dalam Mengedepankan pendidikan karakter di
abad moderen saat ini adalah tidak sekolah
dapat terhindar dari pengaruh
kebudayan bangsa lain. Dari
sinilah terdapat tantangan bagi
pendidikan-pendidikan islam
yaitu dengan adanya akulturasi
tersebut maka akan mudah masuk
pengaruh negatif bagi
kebudayaan, moral dan akhlak
anak. Oleh karena itu hal ini
merupakan tantangan bagi

48
pendidikan untuk memfilter
budaya-budaya yang negatif yang
diakibatkan oleh pengaruh
budaya-budaya barat. (Arifin,
199:42).
4. Permasalahan Strategi Tuntutan global telah mengubah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
Pembelajaran paradigma pembelajaran dari Muhadjir Effendy mengatakan bahwa
paradigma pembelajaran kementeriannya sudah menyiapkan standar strategi
tradisional ke paradigma pembelajaran khusus untuk menghadapi revolusi
pembelajaran baru. Suyanto industri 4.0. yaitu sebagai berikut :
menggambarkan paradigma Kemampuan berpikir kritis
pembelajaran sebagai berpusat Pendidikan harus membuat siswa memiliki
pada guru, menggunakan media kemampuan beripikir kritis.
tunggal, berlangsung secara Kreatifitas anak peserta didik
terisolasi, interaksi guru-murid Dalam menghadapi revolusi industri 4.0,
berupa pemberian informasi dan Mendikbud Muhadhir mengharapkan kurikulim
pengajaran berbasis faktual atau yang di redisign dapat menghasilkan siswa yang
pengetahuan. kreatif dan inovatif.
Kemampuan dan keterampilan berkomunikasi
Siswa harus memiliki keterampilan
berkomunikasi sehingga memiliki skill.
Bekerjasama dan berkolaborasi
Sasarannya agar siswa harus bisa bekerjsama
dan berkolaborasi dengan lainnya.
Menghadirkan sebuah konfiden atau
kepercayaan diri
Menjadikan siswa yang memiliki
kepercayaan diri tinggi sehingga jadi modal dalam
menghadapi revolusi industri 4.0

49
5. Masalah Kemajuan Sebagimana telah kita sadari Upaya dalam masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan dan bersama bahwa dampak positif dan Teknologi
Teknologi dari pada kemajuan teknologi Membentengi diri dengan nilai-nilai moral
sampai kini, adalah bersifat Meningkat sumber daya manusia (SDM) yang
fasilitatif (memudahkan). berkualitas
Teknologi menawarkan berbagai Meningkat kegiatan-kegiatan motorik dalam
kesantaian dan ketenangan yang pembelajaran
semangkin beragam.
Kesimpulan Penulis :
Problem pendidikan saat ini tidak lepas dari masalah kualitas pendidikan yang di dalamnya terdapat berbagai
problematika seperti, profesionalitas guru, masalah budaya, dan teknologi. Selain itu, masalah strata sosial juga menjadi
masalah pendidikan yang harus diselesaikan, sehingga tidak ada perbedaan dimata pendidikan. Masalah karakter, moral
dan kepribadian juga harus menjadi tantangan bersama pendidikan Indonesia.

b. Matriks Tantangan dan Upaya Pendidikan Di Era Globalisasi Revolusi Industri 4.0
Tanda Hadirnya Kompetensi yang dibutuhkan Upaya yang dilakukan
Revolusi Industri 4.0 dalam Era Pendidikan 4.0
1. Komputer super 1. Keterampilan berpikir kritis Kompetensi ini sangat penting dimiliki peserta didik
2. Kecerdasan buatan dan pemecahan masalah dalam pembelajaran abad 21. Guru 4.0 harus mampu
(artificial (critical thinking and problem meramu pembelajaran sehingga dapat mengeksplor
intelligency) solving skill). kompetensi ini dari diri peserta didik.
3. Sistem siber (cyber
system) 2. Keterampilan komunikasi dan Sebagai satu kompetensi yang sangat dibutuhkan
4. Kolaborasi kolaboratif (communication dalam abad 21, keterampilan ini harus mampu
manufaktur. and collaborative skill). dikonstruksi dalam pembelajaran. Model pembelajaran
berbasis teknologi informasi dan komunikasi harus
diterapkan guruguna mengkonstruksi kompetensi
komunikasi dan kolaborasi.

50
Tanda Hadirnya Kompetensi yang dibutuhkan Upaya yang dilakukan
Revolusi Industri 4.0 dalam Era Pendidikan 4.0
3. Keterampilan berpikir kreatif Untuk kreativitas, ia dapat dikembangkan melalui
dan inovasi (creativity and peningkatan jumlah dan ragam masukan ke otak,
innovative skill). terutama tentang hal-hal yang baru, dengan
memanfaatkan daya ingat, daya khayal dan daya serap
dari otak akan dapat ditumbuhkan berbagai ide baru
menuju kreativitas. Ovasi merupakan penerapan
secara praktis gagasan kreatif. Inovasi tercipta karena
adanya kreativitas yang tinggi. Kreativitas adalah
kemampuan untuk membawa sesuatu yang baru ke
dalam kehidupan. Randsepp, menyebutkan ciri-ciri
tentang pemikiran kreatif sebagai berikut :
sensitif terhadap masalah-masalah,
mampu menghasilkan sejumlah ide besar,
fleksibel,
keaslian
mau mendengarkan perasaan,
keterbukaan pada gejala bawah sadar,
mempunyai motivasi,
bebas dari rasa takut gagal,
mampu berkonsentrasi, dan
mempunyai kemampuan memilih.
Inovasi adalah merupakan hasil kerja keras yang
memerlukan pengetahuan dan kemurnian berwirausaha.
4. Literasi teknologi informasi Literasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
dan komunikasi (information menjadi kewajiban bagi guru 4.0. Literasi TIK harus
and communication dilakukan agar tidak tertinggal dengan peserta didik.
technology literacy). Literasi TIK merupakan dasar yang harus

51
Tanda Hadirnya Kompetensi yang dibutuhkan Upaya yang dilakukan
Revolusi Industri 4.0 dalam Era Pendidikan 4.0
dikuasai guru 4.0 agar mampu menghasilkan peserta
didik yang siap bersaing dalam menghadapi revolusi
industri 4.0.
5. Contextual learning skill. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran
yang sangat sesuai diterapkan guru 4.0.
Jika guru sudah menguasai literasi TIK, maka
pembelajaran kontekstual era pendidikan 4.0 lebih
mudah dilakukan. Kondisi saat ini TIK merupakan
salah satu konsep kontekstual yang harus dikenalkan
oleh guru. Materi pembelajaran banyak kontekstualnya
berbasis TIK sehingga guru 4.0 sangat tidak siap jika
tidak memiliki literasi TIK. Materi sulit yang bersifat
abstrak mampu disajikan menjadi lebih riil dan
kontekstual menggunakan TIK.
6. Literasi informasi dan media Banyak media infromasi bersifat sosial yang
(information and media digandrungi peserta didik. Media sosial seolah menjadi
literacy). media komunikasi yang ampuh digunakan peserta
didik dan guru. Media sosial menjadi salah satu media
pembelajaran yang dapat dimanfaatkan guru 4.0.
Kehadiran kelas digital bersifat media sosial dapat
dimanfaatkan guru, agar pembelajaran berlangsung
tanpa batas ruang dan waktu.

52
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan adalah proses melakukan bimbingan atau pembinaan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup mampu untuk melakukan
tugas hidupnya sendiri secara mandiri atau tidak terlalu bergantung kepada
orang lain.
2. Globalisasi dapat diartikan sebagai pengglobalan seluruh aspek kehidupan,
perwujudan (perubahan) secara menyeluruh aspek kehidupan. Perubahan
merupakan suatu proses aktual yang tidak pernah hilang selama manusia
hidup di muka bumi ini.Tinjauan kebijakan pendidikan di Indonesia berbeda-
beda pada setiap massanya dan selalu mengalami perubahan yang lebih baik.
Selain itu, menurut menyatakan bahwa ada lima aspek globalisasi yaitu :
globalisasi informasi dan komunikasi; globalisasi ekonomi dan perdagangan
bebas; globalisasi gaya hidup, pola konsumsi, budaya dan kesadaran;
globalisasi media massa cetak dan elektronik; globalisasi politik dan wawasan.
3. Era Industri 4.0 ini, karakteristik utama kemajuan adalah interaksi antara
mesin dan mesin,yang menyebabkan berkurangnya volume peran tenaga
manusia operator dan meningkatkan peran tenaga manusia yang memiliki
kompetensi tinggi. Ini merupakan tantangan di era informasi global yang
menuntut dunia pendidikan mempersiapkan sumber dayamanusia yang handal
dan berkualitas sertamampu bersaing dalam menghadapi tantangan
dalammemenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat dan industryseiring dengan
perkembangan sains dan teknologi informasi yang melaju dengan cepat
(ABET Engineering Criteria, 2000).
4. Problematika pendidikan secara umum berkaitan dengan proses pendidikan
menyangkut 5W dan 1 H, serta permasalahan eksternal pendidikan masa kini

53
termasuk permasalahanglobalisasi, perubahansosial, profesionalismeguru,
permasalahan strategipembelajaran.
5. Secara umum tantangan pendidikan yang muncul di era globalisasi ini adalah
pendidikan yang kompetitif dan inovatif serta identitas.

B. Saran
Untuk lebih memahami dasar-dasar landasan ilmu pendidikan sangat
dianjurkan untuk membaca dari berbagai sumber seperti buku, artikel dan jurnal.

54
DAFTAR PUSTAKA

Abdul ,Khobir. 1997. Filsafat Pendidikan Islam (Landasan Teoritis danPraktis),


Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.
Abudin Nata. 2003.Manajemen Pendidikan,Mengatasi Kelemahan PendidikanIslam
di Indonesia. Bogor : Kencana.
Achmad, Nur Fathoni. 1997. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islamdi
Sekolah, Jurnal Ilmiah Tarbiyah Vol. 17 1997.
Ahmad Janan Asifudin. 2009.Mengungkit Pilar-pilar Pendidikan Islam(Tinjauan
Filosofis). Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press.
Ahmad, Intan. 2018. Kuliah Umum Tantangan Pendidikan Tinggi dalam Era
Revolusi Industri 4.0. Universitas Widyatama
Ahmadi, Abu & Uhbiyati Nur. 2001. Ilmu Pendidikan. Semarang : Rineka Cipta.
Arifin, Imron. 2018. Nilai-nilai Humanistik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di
Era Globalisasi dan Revolusi Industri 4.0
Bashori Muchsin dan Abdul Wahid. 2009. Pendidikan Islam Kontemporer.Bandung :
Refika Aditama.
Departemen Agama RI. 2001. Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam.Jakarta: Depag
RI.
Darmawan, Jon. 2018. Menjadi Guru Era Pendidikan 4.0 . SerambiNews
Ihsan, Fuad. 1996. Dasar-dasar Kependidika., Jakarta: Rineka Cipta.
Kemenristekdikti. 2018. Indonesia Siap Menyambut Globalisasi Pendidikan dan
Revolusi Industri ke-4. Jakarta : Siaran Pers Kemenristekdikti
Luthfi, As-Syaukani. 2003. Pendidikan Agama Melalui Pelajaran
Umum ,Kompas.Diakses 16 Desember 2016.
MilyaSari. 2012. Usaha Mengatasi Problematika Pendidikan Sains Di Sekolah Dan
Perguruan Tinggi. Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 1 Februari 2012, hlm.74-86.
Mohd.Rafiq. 2011. Tantangan dan Peluang Komunikasi Islam Pada EraGlobalisasi
Informasi”, idb2.wikispaces.com/file/view/ok2015.pdf,

55
Nuruddin.2002. Saatnya Merevolusi Pendidikan Agama, Kompas.Diakses 16
Desember2017.
Oemar, Hamalik. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: UPI
Kerjasama dengan Rosdakarya.
Pidarta, Made. 2002. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rinke Cipta.
Pratama, Kurniawan. 2015. Tantangan Pendidikan di Era Globalisasi.
Riyana,Cepi. 2018. Kuliah Umum Tantangan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0.
Malang
Subekti, Hasan dkk. 2018. Mengembangkan Literasi Informasi Melalui Belajar
Berbasis Kehidupan Terintegrasi Stem Untuk Menyiapkan Calon Guru Sains
Dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0: Revieu Literatur. Education and
Human Development Journal, Vol. 3, No. 1.
Sunanrno. 2018. Pembelajaran IPA di Era Revolusi Industri 4.0. Program Studi
Pendidikan Fisika, Universitas Sebelas Maret Surakarta ISSN: 2527-6670.
Suyanto, 2006. Dinamika Pendidikan Nasional (Dalam Percanturan Dunia
Global). Jakarta: PSAP Muhammadiyah
Tantowi, Ahmad. 2009. Pendidikan Islam di Era Transformasi Global. Semarang:
Pustaka Rizki Putra.
Tilaar, H.A.R. 2004.Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif. Jakarta: Kencana
Predana Group.
Wiyono, Ketang. 2019. Pendidikan Fisika Pada Era Revolusi Industri 4.0 Di
Indonesia. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya
Sumatera Selatan.
Yuliati, Yuyu. 2019. Pembelajaran Sains di Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal
Cakrawala Pendas Vol 5 No 2.
Zahidi, Syukron. 2015. Tantangan Pendidikan di Era Global
Zakiyah ,Daradjat. 1990. Kesehatan Mental, Jakarta: PT H. Masagung.

56
LAMPIRAN
Pertanyaan dan Jawaban

1. Abad ke 21 adalah masa meningkatnya globalisasi dalam kehidupan


masyarakat yang dikenal dengan revolusi 4.0. Dimana semua aktivitas
masyarakat pada abad ini dibantu dengan teknologi. Bagi seorang calon guru
fisika, apakah kita perlu mengajarkan kepada siswa teknologi tersebut? Atau
apakah kita hanya menjelaskan penerapan dari materi fisika pada teknologi?
Jawab:
Industri 4.0 telah memperkenalkan teknologi produksi massal yang fleksibel
(Kagermann et al, 2013). Mesin akan beroperasi secara independen atau
berkoordinasi dengan manusia (Sung, 2017). Industri 4.0 merupakan sebuah
pendekatan untuk mengontrol proses produksi dengan melakukan sinkronisasi waktu
dengan melakukan penyatuan dan penyesuaian produksi (Kohler & Weisz, 2016).
Selanjutnya, Zesulka et al (2016) menambahkan, industri 4.0 digunakan pada tiga
faktor yang saling terkait yaitu:
1. Digitalisasi dan interaksi ekonomi dengan teknik sederhana menuju jaringan
ekonomi dengan teknik kompleks.
2. Digitalisasi produk dan layanan
3. Model pasar baru
Revolusi digital dan era disrupsi teknologi adalah istilah lain dari industri 4.0.
Disebut revolusi digital karena terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi
pencatatan di semua bidang. Industri 4.0 dikatakan era disrupsi teknologi karena
otomatisasi dan konektivitas di sebuah bidang akan membuat pergerakan dunia
industri dan persaingan kerja menjadi tidak linear. Salah satu karakteristik unik dari
industri 4.0 adalah pengaplikasian kecerdasan buatan atau artificial intelligence
(Tjandrawinata, 2016). Salah satu bentuk pengaplikasian tersebut adalah penggunaan
robot untuk menggantikan tenaga manusia sehingga lebih murah, efektif, dan efisien.

57
Era pendidikan yang dipengaruhi oleh revolusi industri 4.0 disebut Pendidikan 4.0.
Pendidikan 4.0 merupakan pendidikan yang bercirikan pemanfaatan teknologi digital
dalam proses pembelajaran atau dikenal dengan sistem siber (cyber system). Sistem
ini mampu membuat proses pembelajaran dapat berlangsung secara kontinu tanpa
batas ruang dan batas waktu. (Darmawan, 2018).

Dengan demikian dapat kita tarik kesimpulan bahwa sebagai seorang guru, kita
sebaiknya mulai mengenalkan pembelajaran menggunakan teknologi. Seperti contoh
dalam keadaan pandemi ini, pemerintah menerapkan pembelajaran daring. Setiap
siswa harus mengakses materi pembelajaran dengan menggunakan internet, dan tentu
siswa juga memerlukan HP atau laptop yang dapat terhubung dengan internet. Dalam
pembelajaran fisika, banyak materi-materi fisika yang dijadikan dasar dalam
pembuatan teknologi baru, oleh sebab itu kita sebagai guru harus mengaitkan materi
pelajaran dengan teknologi. Misalnya, teknologi panel surya, materi fisika pada
teknologi panel surya yaitu gelombang cahaya.

58

Anda mungkin juga menyukai