Anda di halaman 1dari 78

Tugas Mandiri 3

Kamis / 19-09-2019

MATA KULIAH PENGEMBANGAN BAHAN AJAR


VALIDITAS, RELIABILITAS, PRAKTIKALITAS & EFEKTIVITAS
BAHAN AJAR CETAK : HANDOUT, MODUL, BUKU (DIKTAT, BUKU
AJAR, BUKU TEKS), LKS, DAN PAMFLET

OLEH
NAMA : RAHMI LAILA
NIM : 19175013
PRODI : PENDIDIKAN FISIKA

DOSEN PEMBIMBING:
Prof. Dr. Hj. Festiyed, M.S
Dr. H. Asrizal, M.Si

JURUSAN FISIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah
“Pengembangan Bahan Ajar Fisika”. Shalawat beserta salam selalu tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan agent perubahan peradaban
manusia dari lembah kebodohan hingga terciptanya peradaban yang penuh dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersumber dari Alquran dan Hadist.
Makalah ini berjudul “Validitas, Reliabilitas, Praktikalitas & Efektivitas
Bahan Ajar Cetak : Handout, Modul, Buku (Diktat, Buku Ajar dan Buku Teks)”.
Di dalam penulisannya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Prof. Dr. Hj. Festiyed, M.S dan Dr. H. Asrizal, M.Si selaku dosen
pembimbing mata kuliah Pengembangan Bahan ajar Fisika serta seluruh teman
dan segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama
penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna dari segi isi dan
penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang , September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... I
DAFTAR ISI................................................................................................... Ii
DAFTAR TABEL........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah........................................................................... 2
C. Rumusan Masalah............................................................................... 2
D. Tujuan Penulisan................................................................................. 2
E. Manfaat Penulisan............................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI............................................................................... 4
A. Landasan Agama................................................................................. 4
B. Landasan Yuridis................................................................................ 6
C. Landasan Filosofis.............................................................................. 7
A. Bahan Ajar.......................................................................................... 10
B. Validitas Bahan Ajar Cetak................................................................ 61
C. Reliabilitas Bahan Ajar Cetak............................................................. 69
D. Praktikalitas Bahan Ajar Cetak........................................................... 73
E. Efektivitas Bahan Ajar Cetak.............................................................. 78
BAB III PEMBAHASAN.............................................................................. 86
BAB IV PENUTUP........................................................................................ 86
A. Kesimpulan........................................................................................ 86
B. Saran................................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 87

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Salah satu faktor pendukung dalam proses pembelajaran yaitu sumber belajar
yang digunakan oleh peserta didik. Sumber belajar digunakan sebagai penunjang
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.Sumber belajar yang
dapat digunakan oleh peserta didik yaitu bahan ajar.Bahan ajar yang disediakan
dan dimanfaatkan secara tepat akan dapat melengkapi, membantu, dan
memperkaya proses pembelajaran.
Masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran
adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat
dalam rangka membantu peserta didik mencapai kompetensi. Hal ini disebabkan
oleh kenyataan bahwa dalam kurikulum atau silabus, materi bahan ajar hanya
dituliskan secara garis besar dalam bentuk “materi pokok”.Maka dari itu
pemilihan bahan pembelajaran perlu diperhatikan dalam kesesuaian dengan
standar isi dan pemilihan bahan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
peserta didik.
Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan. Melalui
bahan ajar guru atau dosen akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran
dan peserta didik akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Bahan ajar dapat
dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi
ajar yang akan disajikan. Bahan ajar yang dibuat perlu dilakukan validitas,
reliabilitas, praktikalitas serta efektivitasnya sebelum digunakan oleh peserta
didik. Hal ini bertujuan agar bahan ajar yang dikembangkan memiliki kualitas
2

yang baik. Oleh karena itu, pada makalah ini akan membahas tentang validitas,
reliabilitas, praktikalitas dan efektivitas bahan ajar cetak yang pada makalah ini
yaitu handout, modul, buku (diktat, buku ajar, buku teks) sehingga dapat dijadikan
pedoman oleh guru dalam memilih bahan ajar yang akan digunakan dan
mengembangkan bahan ajar.

B. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan makalah ini lebih terfokus, maka makalah ini akan
membahas tentang validitas, reliabilitas, praktikalitas, dan efektivitas bahan ajar
cetak meliputi hand out, modul, buku (diktat, buku ajar dan buku teks), LKS dan
pamflet.

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana validitas bahan ajar cetak handout, modul, buku (diktat, buku
ajar, dan buku teks), LKS dan pamflet.?
2. Bagaimana reliabilitas bahan ajar cetak handout, modul, buku (diktat, buku
ajar, dan buku teks), LKS dan pamflet.?
3. Bagaimana praktikalitas bahan ajar cetak handout, modul, buku (diktat,
buku ajar, dan buku teks), LKS dan pamflet.?
4. Bagaimana efektivitas bahan ajar cetak handout, modul, buku (diktat, buku
ajar, dan buku teks), LKS dan pamflet.?

D. Tujuan Masalah
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Menjabarkan validitas bahan ajar cetak handout, modul, buku (diktat,
buku ajar, dan buku teks), LKS dan pamflet..
2. Menjabarkan reliabilitas bahan ajar cetak handout, modul, buku (diktat,
buku ajar, dan buku teks), LKS dan pamflet..
3. Menjabarkan praktikalitas bahan ajar cetak handout, modul, buku (diktat,
buku ajar, dan buku teks), LKS dan pamflet..

4. Menjabarkan efektivitas bahan ajar cetak handout, modul, buku (diktat,


buku ajar, dan buku teks), LKS dan pamflet..
3

E. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat dijadikan referensi bacaan bagi pembaca.
2. Membantu mahasiswa memahami tentang bagaimana validitas,
reliabilitas, praktikalitas dan efektivitas bahan ajar cetak
3. Sebagai masukan bagi tenaga pendidik dalam membuat bahan ajar cetak.
4

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Agama
Pada dasarnya konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu proses
perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman
tertentu. Hal-hal ini dapat terlaksana dengan baik atas ketersediaan bahan ajar
yang baik sehingga materi-materi yang diajarkan dapat tersampaikan dengan
benar. Hal ini sejalan dengan Firman Allah dalam Quran surat An-Nisa ayat 84
yang berbunyi :

َۚ ‫ٱَّللُ أَن ي ُكف ب ۡأس ٱلهذِينَ َكفَر‬


‫وا‬ ُ َ َ ‫َ ه‬ ‫سى ه‬ َ ‫ع‬ َۖ ‫ض ۡٱل ُم ۡؤ ِمن‬
َ َ‫ِين‬ ِ ‫س َۚكَ َو َح ِر‬
َ ‫ف ِإ هَل ن َۡف‬
ُ ‫ٱَّللِ ََل ت ُ َكله‬
‫س ِبي ِل ه‬ َ ‫فَ َٰقَتِ ۡل فِي‬
َ َ ‫شدُّ َب ۡأ ٗسا َوأ‬
‫شدُّ ت َن ِك ٗيٗل‬ َ َ ‫ٱَّللُ أ‬
‫َو ه‬
Artinya: ”Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani
melainkan dengan kewajiban kamu sendiri.Kobarkanlahtpara mukmin (untuk
berperang).Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu.
Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya)”.
Allah berfirman dalam Quran surat Maryam ayat 84 dan Al-Hujurat ayat 6
yang berbunyi :

‫علَ َٰى َما فَ َع ۡلت ُ ۡم‬ ِ ُ ‫َٰ َيَٰٓأَيُّ َها ٱلهذِينَ َءا َمنُ َٰٓوا ِإن َجا َٰٓ َء ُك ۡم فَا ِس ُۢ ُق ِبنَ َب ٖإ فَت َ َبيهنُ َٰٓوا أَن ت‬
َ ‫صيبُوا قَ ۡو ُۢ َما ِب َج َٰ َهلَ ٖة فَتُصۡ ِب ُحوا‬
َ‫َٰنَد ِِمين‬
Artinya: “maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka,
karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk
mereka dengan perhitungan yang teliti”.
Allah berfirman dalam Quran surat Al-Anfaal ayat 56 yang berbunyi :

َ َ‫دت ِم ۡن ُه ۡم ث ُ هم يَنقُضُون‬
َ‫عهۡ دَ ُه ۡم فِي ُك ِل َم هر ٖة َو ُه ۡم ََل يَتهقُون‬ َ َٰ َ‫ٱلهذِين‬
‫ع َه ه‬
Artinya: “yaitu orang-orang yang terkait perjanjian dengan kamu, kemudian
setiap kali berjanji, mereka mengkhianati janjinya, sedang mereka tidak takut
5

(kepada Allah)”.
Allah berfirman dalam Quran surat Ar-Ra’du ayat 37 yang berbunyi :

‫ي‬
ٖ ‫ٱَّللِ ِمن َو ِل‬ َ ‫َو َك َٰذَلِكَ أَنزَ ۡل َٰنَهُ ُح ۡك ًما‬
‫ع َربِ ٗي َۚا َولَئِ ِن ٱت ه َبعۡ تَ أ َ ۡه َوآَٰ َء ُهم َبعۡ دَ َما َجا َٰٓ َءكَ ِمنَ ۡٱل ِع ۡل ِم َما لَكَ ِمنَ ه‬
‫اق َولَقَ ۡد‬ ٖ ‫َو ََل َو‬
Artinya: “ Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai
peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab.Dan seandainya kamu mengikuti
hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak
ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah”.
Allah berfirman dalam Quran surat An-Naml ayat 32 yang berbunyi :

ِ َ‫قَالَ ۡت َٰيََٰٓأَيُّ َها ۡٱل َملَؤُ ا أ َ ۡفتُونِي فِ َٰٓي أَمۡ ِري َما ُكنتُ ق‬
ِ ‫اطعَةً أَمۡ ًرا َحت ه َٰى ت َۡش َهد‬
‫ُون‬
Artinya: “Berkata dia (Balqis): "Hai para pembesar berilah aku pertimbangan
dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum
kamu berada dalam majelis(ku)”
Pengembangan bahan ajar cetak maupun non cetak harus dihitung
reliabilitasnya atau tingkat kepercayaan. reliabilitas ini penting karena bahan ajar
merupakan pedoman bagi siswa dalam mendapatkan ilmu, sehingga bahan ajar
yang dibuat oleh guru harus sesuai dengan kebenaran. Konsep reliabilitas
terdapat dalam surat Ali-Imran ayat 139 :

َ‫َو ََل ت َ ِهنُوا َو ََل ت َۡحزَ نُوا َوأَنت ُ ُم ۡٱۡل َ ۡعلَ ۡونَ إِن ُكنتُم ُّم ۡؤ ِمنِين‬
Artinya : Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman.
Sejalan dengan ayat diatas, reliabilitas juga terdapat dalam surat Fussilat ayat
30 :

َٰٓ
‫علَ ۡي ِه ُم ۡٱل َم َٰلَئِ َكةُ أ َ هَل تَخَافُوا َو ََل ت َۡحزَ نُوا َوأ َ ۡبش ُِروا ِب ۡٱل َجنه ِة‬
َ ‫ٱست َ َٰقَ ُموا تَتَن هَز ُل‬ ‫ِإ هن ٱلهذِينَ قَالُوا َربُّنَا ه‬
ۡ ‫ٱَّللُ ث ُ هم‬
َ‫عدُون‬َ ‫ٱله ِتي ُكنت ُ ۡم تُو‬
6

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah"


kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun
kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan
Allah kepadamu".
Sejalan dengan itu konsep praktikalitas juga terdapat pada surat Al-Kahfi ayat
103-104:

َ ‫سعۡ يُ ُه ۡم ِفي ۡٱل َح َي َٰو ِة ٱلد ُّۡنيَا َو ُه ۡم َي ۡح‬


‫سبُونَ أ َنه ُه ۡم‬ َ ‫قُ ۡل ه َۡل نُنَبِئ ُ ُكم ِب ۡٱۡل َ ۡخ‬
َ َ‫س ِرينَ أ َ ۡع َٰ َم ًٗل ٱلهذِين‬
َ ‫ض هل‬
‫ص ۡنعًا‬ُ َ‫ي ُۡح ِسنُون‬
Artinya: Katakanlah: "Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-
orang yang paling merugi perbuatannya. Yaitu orang-orang yang Telah sia-sia
perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa
mereka berbuat sebaik-baiknya”.
B. Landasan Yuridis
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20
Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan nasional berperan mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, disebutkan dalam
undang-undang tersebut bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
masyarakat, bangsa dan negara.
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional guru sebagai fasilitator harus inovatif dalam proses
7

pembelajaran, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membuat bahan
ajar. Bahan ajar terdiri dari bahan ajar cetak dan non cetak.
Untuk memudahkan guru dalam menyajikan materi ajar dalam proses
pembelajaran dan memudahkan peserta didik untuk mempelajarinya, guru perlu
mengorganisasikan materi ajar yang telah dikembangkan ke dalam bahan ajar.
Kemampuan guru dalam mengembangkan bahan ajar terkait dengan kompetensi
pedagogik dan kompetensi profesional seperti yang tercantum dalam lampiran
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru bagian B. Guru sebagai pendidik profesional diharapkan
memiliki kemampuan mengembangkan bahan ajar sesuai dengan mekanisme yang
ada dengan memperhatikan karakteristik dan lingkungan sosial peserta didik.

C. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau
hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti:
apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu di perlukan, apa yang seharusnya
menjadi tujuannya, dan sebagainya.(filsafat, falsafah). Kata filsafat (philosophy)
bersumber dari bahasa yunani, philein berarti mencintai, dan sophos atau sophis
berarti hikmah, arif, atau bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal,
menyeluruh, dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai
kehidupan dan didunia.
Konsepsi-konsepsi filosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada
umumnya bersumber dari dua faktor yaitu :
1) Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan
2) Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Filsafat berada diantara
keduanya: kawasannya seluas dengan religi, namun lebih dekat dengan
ilmu pengetahuan karena filsafat timbul dari keraguan dan karana
mengandalkan akal manusia.
Tinjauan filosofis tentang sesuatu, termasuk pendidikan, berarti berfikir bebas
serta merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan
istilah filsafat dapat dalam dua pendekatan, yakni :
8

1) Filsafat sebagai kelanjutan dari berfikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh
setiap orang serta sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu
pengetahuan itu.
2) Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup logika,
epistemology (tentang benar dan salah), etika ( tentang baik dan buruk),
estetika (tentang indah dan jelek), metafisika (tentang hakikat yang “ada”),
termasuk akal itu sendiri, serta sosial dan politik (filsafat pemerintahan).
Disamping itu, berkembang pula cabang filsafat yang mempunyai bidang
kajian spesifik, seperti filsafat ilmu, filsafat hukum, filsafat pendidikan dan
sebagainya.
Landasan filosofis terhadap pendidikan dikaji terutama melalui filsafat
pendidikan, yang mengkaji masalah sekitar pendidikan dengan sudut pandang
filsafat. Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat
mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan
pendidikan berusahah mewujudkan citra itu. Rumusan tentang harkat dan
martabat manusia beserta masyarakatnya ikut menentukan tujuan dan cara-cara
penyelenggaraan pendidikan , dan dari sisi lain, pendidikan merupakan proses
memanusiakan manusiaFilsafat pendidikan berupaya menjawab secara kritis dan
mendasar berbagai pertanyaan pokok sekitar pendidikan, seperti apa, mengapa, ke
mana, bagaimana, dan sebagainya dari pendidikan itu. Kejelasan berbagai hal itu
sangat perlu untuk menjadi landasan berbagai keputusan dan tindakan yang
dilakukan dalam pendidikan. Hal itu sangat penting karena hasil pendidikan tidak
segera tampak, sehingga setiap keputusan dan tindakan itu harus diyakinkan
kebenaran dan ketepatannya meskipun hasilnya belum dapat dipastikan.
Ketepatan setiap keputusan dan tindakan, serta diikuti dengan upaya pemantauan
dan penyesuaian yang menerus, sangat penting karena koreksi setelah di peroleh
hasilnya akan sangat sulit dan sudah terlambat.
Kajian-kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat (logika,
epistemologi, etika, dan estetika, metafisika, dan lain-lain) akan besar
pengaruhnya terhadap pendidikan, karena prinsip-prinsip dan kebenaran-
kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan dalam bidang
9

pendidikan. Peranan filsafat dalam bidang pendidikan tersebut berkaitan dengan


hasil kajian antara lain tentang:
a. Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai makhluk di dunia ini, seperti
yang disimpulkan sebagai zoon politicon, homo sapiens,animal
educandum, dan sebagainya.
b. Masyarakat dan kebudayaannya.Keterbatasan manusia sebagai makhluk
hidup yang banyak menghadapi tantangan; dan
c. Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya
filsafat pendidikan (wayan ardhana, 1986: modul 1/9).
Hasil-hasil kajian filsafat tesebut, utamanya tentang konsepsi manusia dan
dunia-Nya, sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan.Berbagai pandangan
filosofis tentang manusia dan aliran dunianya yang di kemukakan oleh berbagai
aliran dalam filsafat ternyata sangat bervariasi, bahkan kadang-kadang
bertentangan .secara historis terdapat dua aliran yang saling bertentangan yakni
idealisme dan naturalism (positivisme), dengan segala variasinya masing-masing
(abu hanifah, 1950). Di samping kedua aliran tersebut, telah berkembang pula
beberapa aliran lain, sehingga tedapat aliran-aliran filsafat materi, filsafat cita,
filsafat hidup, filsafat hakikat, filsafat eksistensi, dan filsafat ujud (beerling, 1951:
40) wayan ardhana, dan kawan-kawan (1986: modul 1/12-18) mengemukakan
bahwa aliran-aliran filsafat itu bukan hanya mempengaruhi pendidikan, tetapi juga
telah melahirkan aliran filsafat pendidikan, seperti :
a. Idealisme.
b. Realisme.
c. Peranialisme.
d. Esensialisme.
e. Pragmatism dan progresivisme.
f. Eksistensialisme.
Naturalism merupakan aliran filsafat yang menganggap segala kenyataan
yang biasa ditangkap oleh pancaindra sebagai kebenaran yang sebenarnya. Aliran
ini biasa pula diberi nama yang berbeda sesuai dengan variasi penekanan
konsepsinya tentang manusia dan dunianya, seperti: realism, sebagai contoh,
10

menekan pada pengakuan adanya kenyataan hakiki yang objektif, diluar manusia.
Kenyatan hakiki yang objektif itu ada secara praeksistensi yakni mendahului dan
lebih utama dari keberadaan manusia beserta kesadarannya. Contoh lain,
positivism mengemukakan bahwa kalau sesuatu itu memang ada, maka adanya itu
pastilah dapat diamati dan atau diukur, seperti diketahui, positivisme sangat
mengutamakan pengukuran dalam penelitian ilmiah. Aliran ini, dengan nama-
nama yang bervariasi, menekankan bahwa nilai-nilai bersifat absolute dan abadi
yang berdasarkan hukum alam. Oleh karena itu, pendidikan tidak lain dari usaha
untuk mengajarkan berbagai disiplin pengetahuan terpilih sebagai pembimbing
kehidupan yang terbaik, seperti sejarah, bahasa, ilmu pengetahuan alam, dan
matematika.
Bertentangan dengan aliran diatas, idialisme menegaskan bahwa hakikat
kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan. Apa yanga dianggap kebenaran
realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari ide sebagai kebenaran bersifat
spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan kejiwaan itulah sebagai kebenaran atau
nilai sejati yang absolut dan abadi. Terdapat variasi pendapat beserta namanya
masing-masing dalam aliran ini seperti spiritualisme, rasionalisme,
neokantianisme, dan sebagainya. Variasi itu antara lain menekankan pada akal
rasio pada rasionalisme, atau sebaliknya pada ilham untuk irasionalisme, dan lain-
lain. Meskipun terjadi variasi pendapat tersebut, namun pada umumnya aliran ini
menekankan bahwa pendidikan merupakan kegiatan intelektual untuk
membangkitkan ide-ide yang masih laten, antara lain melalui intropeksi dan
Tanya jawab. Oleh karena itu, sebagai lembaga pendidikan, sekolah berfungsi
membantu siswa mencari dan menemukan kebenaran, keindahan, dan kehudupan
yang luhur.

D. Bahan Ajar
1. Hand Out
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Menurut kamus Oxford hal 389, handout
is prepared statement given. Handout adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh
11

pembicara. Handout biasanya diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki


relevansi dengan materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok yang harus
dikuasai oleh peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai
cara, antara lain dengan cara down-load dari internet, atau menyadur dari sebuah
buku (Depdiknas. 2008)

a. Pengertian dan tujuan

Handout atau HO adalah “segala sesuatu” yang diberikan kepada


mahasiswaketika mengikuti kegiatan perkuliahan. HO dimaksudkan untuk
memperlancar danmemberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran
sebagai pegangan bagi mahasiswa. HO dapat digunakan untuk beberapa kali
pertemuan sangat tergantung dari disain dan lama waktu untuk penyelesaian
satuan perkuliahan tersebut.

b. Komponen Handout
Komponen handout terdiri dari:
1). Identitas handout: Nama fakultas, jurusan/prodi, kode mata kuliah, nama mata
kuliah, pertemuan ke, handout ke, jumlah halaman dan mulai berlakunya handout.
2). Materi pokok/materi pendukung perkuliahan yang akan disampaikan;
kepedulian, kemauan dan keterampilan dosen dalam menyajikan ini sangat
menentukan kualitas HO.

3. Jenis Handout
Jenis handout dibagi berdasarkan karakteristik mata kuliah yang dibedakan
menjadi 2 (dua) yaitu handout mata kuliah praktek dan non praktek.

a. Handout untuk mata kuliah praktek berisi:


1) Materi pokok kegiatan praktek, di dalamnya;
2) Langkah-langkah kegiatan/proses yang harus dilakukan mhs, langkah demi
langkah dalam memilih alat, merangkai dan menggunakan alat/ instrumen yang
akan digunakan/dipasangkan dalam unit/rangkaian kegiatan praktek
12

3) Pembelajaran dengan melakukan praktek ini berbeda dengan pembelajaran


teori,
pengalaman dan keterampilan mhs sangat diharapkan dalam penggunaan
alat/instrumen
praktek (harus mutlak benar), salah dalam merangkai/menggunakan akan
berakibat fatal , kerusakan atau bahkan kecelakaan.
4) Perlu/seringkali dilakukan pre-test terlebih dulu, sebelum mhs memasuki
ruangan lab/bengkel, untuk mengetahui sejauh mana mhs telah siap dengan segala
apa yang akan dilakukan praktek tsb.
5) Penggunaan alat evaluasi (reported sheet) sangat diperlukan untuk umpan balik
dan untuk melihat tingkat ketercapain tujuan, serta kompe-tensi-kompetensi yang
harus dikuasai dan dicapai oleh setiap mhs.
6) Keselamatan kerja di lab/bengkel perlu dibudayakan dalam kegiatan praktek,
baik praktek di lab mapun di bengkel.
b. Handout untuk matakuliah non praktek:
1) Acuan handout adalah SAP.
2) Format handout
(a) Bebas (slide, transparansi, paper based), dan dapat berbentuk narasi kalimat
tapi singkat atau skema/flowchart dan gambar.
(b) Tidak perlu pakai header maupun footer untuk setiap slide cukup yang
halaman pertama saja.
3) Content handout:
(a) Overv iew materi
(b) Rincian materi
4. Untuk mata kuliah praktek format identitasnya sama, isi handout disesuaikan
dengan kekhususan materinya.

2. Modul
Sebagai salah satu bahan ajar cetak, modul merupakan suatu paket belajar
yang berkenaan dengan satu unit bahan pelajaran. Dengan modul siswa dapat
mencapai dan menyelesaikan bahan belajarnya dengan belajar secara individual.
13

Peserta belajar tidak dapat melanjutkan ke suatu unit pelajaran berikutnya


sebelum menyelesaikan secara tuntas materi belajarnya. Dengan modul siswa
dapat mengontrol kemampuan dan intensitas belajarnya. Modul dapat dipelajari di
mana saja. Lama penggunaan sebuah modul tidak tertentu, meskipun di dalam
kemasan modul juga disebutkan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari
materi tertentu. Akan tetapi keleluasaan siswa mengelola waktu tersebut sangat
fleksibel, dapat beberapa menit dan dapat pula beberapa jam, dan dapat dilakukan
secara tersendiri atau diberi variasi dengan metode lain.

Pembelajaran dengan modul memiliki ciri-ciri (Vembriarto, 1985: 27)


sebagai berikut:

1) Bersifat self-instructional.

Pengajaran modul menggunakan paket pelajaran yang memuat satu konsep


atau unit dari bahan pelajaran. Sementara, pendekatan yang digunakan dalam
pengajaran modul menggunakan pengalaman belajar siswa melalui berbagai
macam penginderaan, melalui pengalaman mana siswa terlibat secara aktif
belajar.

2) Pengakuan atas perbedaan-perbedaan individual

Pembelajaran melalui modul sangat sesuai untuk menanggapi perbedaan


individual siswa, karena modul pada dasarnya disusun untuk diselesaikan oleh
siswa secara perorangan. Oleh karena itu pembelajaran melalui modul, siswa
diberi kesempatan belajar sesuai irama dan kecepatan masing-masing.

3) Memuat rumusan tujuan pembelajaran/kompetensi dasar secara eksplisit.

Tiap-tiap modul memuat rumusan tujuan pengajaran/kompetensi dasar secara


spesifik dan eksplisit. Hal ini sangat berguna bagi berbagai pihak seperti bagi
penyusun modul, guru, dan bagi siswa. Bagi penyusun modul, tujuan yang
spesifik berguna untuk menentukan media dan kegiatan belajar yang harus
direncanakan untuk mencapai tujuan tersebut. Bagi guru tujuan itu berguna
14

untuk memahami isi pelajaran. Bagi siswa berguna untuk menyadarkan


mereka tentang apa yang diharapkan.

4) Adanya asosiasi, struktur, dan urutan pengetahuan

Proses asosiasi terjadi karena dengan modul siswa dapat membaca teks dan
melihat diagram-diagram darn buku modulnya. Sedangkan struktur dan urutan
maksudnya materi pada buku modul itu dapat disusun mengikuti struktur
pengetahuan secara hirarkis. Dengan demikian siswa dapat mengikuti urutan
kegiatan belajar secara teratur.

5) Penggunaan berbagai macam media (multi media)

Pembelajaran dengan modul memungkinkan digunakannya berbagai macam


media pembelajaran. Hal ini dikarenakan karakteristik siswa berbeda-beda
terhadap kepekaannya terhadap media. Oleh karena itu dalam belajar
menggunakan modul bisa saja divariasikan dengan media lain seperti radio
atau televisi.

6) Partisipasi aktif dari siswa

Modul disusun sedemikian rupa sehingga bahan-bahan pembelajaran yang ada


dalam modul tersebut bersifat self instructional, sehingga akan terjadi
keaktifan belajar yang tinggi.

7) Adanya reinforcement langsung terhadap respon siswa

Respon yang diberikan siswa mendapat konfirmasi atas jawaban yang benar,
dan mendapat koreksi langsung atas kesalahan jawaban yang dilakukan. Hal
ini dilakukan dengan cara mencocokkan hasil pekerjaannya dengan kunci
jawaban yang telah disediakan.

8) Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil belajarnya

Dalam pembelajaran modul dilengkapi pula dengan adanya kegiatan evaluasi,


sehingga darn hasil evaluasi ini dapat diketahui tingkat penguasaan siswa
15

terhadap materi yang telah dipelajarinya. Untuk mengetahui siswa berada pada
tingkat penguasaan yang mana, dalam suatu modul juga dilengkapi tentang
cara perhitungannya dan patokannya.

Karakteristik modul dapat diketahui dari formatnya yang disusun atas dasar:

1. prinsip-prinsip desain pembelajaran yang berorientasi kepada tujuan


(objective model)
2. prinsip belajar mandiri
3. prinsip belajar maju berkelanjutan (continuous progress)
4. penataan materi secara modular yang utuh dan lengkap (self contained)
5. prinsip rujuk silang (cross referencing) antar modul dalarn rnata pelajaran
6. penilaian belajar mandiri terhadap kemajuan belajar (self-evaluation).
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul pada dasarnya
menggunakan sistem belajar secara individual. Namun dapat pula digunakan pada
sistem pembelajaran klasikal. Jika pembelajaran bersifat individual maka siswa
akan belajar dari modul satu ke modul berikutnya sesuai dengan kecepatannya
masing-masing. Mengingat kecepatan masing-masing siswa tidak sama, maka
dalam perjalanan belajarnya dari hari ke hari, jarak antara siswa yang pandai
dengan siswa yang lamban makin lama makin besar. Teknik ini akan mudah bila
di suatu kelas siswanya sedikit, namun jika jumlah siswa dalam suatu kelas
jumlahnya banyak, dan juga mata pelajaran yang dipelajarinya jumlahnya banyak
maka pelaksanaan pembelajarannya menjadi lebih rumit.
Pembelajaran dengan sistem modul jika diterapkan untuk pembelajaran
secara klasikal, maka siswa akan belajar dalam waktu bersamaan dan untuk
melanjutkan ke modul berikutnya juga dapat bersamaan. Kepada siswa-siswa
yang selesainya lebih cepat dari pada teman-temannya, maka siswa tersebut akan
memperoleh modul pengayaan untuk dipelajarinya dalam sisa waktu yang
tersedia. Kemudian setelah itu dilakukan evaluasi yang dapat dikerjakan secara
individual maupun secara klasikal.
16

3. Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran
dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara
misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi,
atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi. Menurut kamus oxford
hal 94, buku diartikan sebagai: Book is number of sheet of paper, either printed
or blank, fastened together in a cover. Buku adalah sejumlah lembaran kertas
baik cetakan maupun kosong yang dijilid dan diberi kulit. Buku sebagai bahan
ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap
kurikulum dalam bentuk tertulis.
Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang
baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar
dan keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai
dengan ide penulisannya. Buku pelajaran berisi tentang ilmu pengetahuan yang
dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar, buku fiksi akan berisi tentang
fikiran-fikiran fiksi si penulis, dan seterusnya (Depdiknas. 2008).

4. Diktat
Diktat adalah catatan tertulis suatu mata pelajaran atau bidang studi
yang dipersiapkan guru untuk mempermudah/memperkaya materi mata
pelajaran / bidang studi yang disampaikannya dalam proses pembelajaran.
Biasanya diktat hanya diedarkan dalam lingkup terbatas. Penyusunan diktat /
buku teks hendaknya relevan dan menunjang pelaksanaan kurikulum yang
berlaku, serta mudah dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, penyusunan diktat
/ buku teks hendaknya memenuhi criteria tertentu. Menurut Tarigan (1989),
kriteria yang dapat digunakan dalam penyusunan diktat/buku teks adalah
sebagai berikut
a. Buku teks harus mempunyai landasan, prinsip dan sudut pandang tertentu
yang menjiwai atau melandasi buku teks tersebut secara keseluruhan.
b. Konsep yang digunakan harus jelas sehingga tidak terjadi salah pengertian
dan pemahaman dalam menangkap makna konsep tersebut.
17

c. Relevan dengan kurikulum, terutama apabila buku teks tersebut digunakan


untuk konsumsi sekolah.
d. Menarik minat siswa sebagai pemakai buku teks tersebut.
e. Menumbuhkan motivasi bagi siswa yang menyenangi dan mau
mengerjakan apa yang diinstruksikan dalam buku tersebut.
f. Menstimulasi, menantang, dan menggairahkan aktivitas siswa.
g. Memliki Ilustrasi yang menarik yang sangat diperlukan guna memberikan
daya tarik bagi pembacanya
h. Komunikatif, yaitu mudah dimengerti dan dipahami oleh pemakainya.
i. Menunjang mata pelajaran yang lain
j. Menghargai perbedaan individu
k. Memantapkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat

5. Buku Ajar
a. Pengertian buku ajar
Pengertian buku ajar menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut:
1) Hall-Quest dalam buku Tarigan mengatakan “buku ajar adalah rekaman
pemikiran rasial yang disusun buat maksud-maksud dan tujuan-tujuan
instruksional”.
2) Lange menyatakan “buku ajar adalah buku standar atau buku setiap cabang
khusus studi dan terdiri dari dua tipe yaitu buku pokok atau utama dan
suplemen atau tambahan”.
3) Bacon mengemukakan bahwa “buku ajar adalah buku yang dirancang buat
penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar
atau ahli dalam bidang itu dan dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran
yang sesuai dan serasi”.
4) Buckingham mengutarakan bahwa “buku ajar adalah sarana belajar yang bisa
digunakan di sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi untuk menunjang suatu
program pengajaran dan pengertian modern dan yang umum dipahami”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dikatakan buku ajar merupakan
buku yang diterbitkan dan disebarluaskan oleh pemerintah (Kemendiknas dan
18

Kemenag)) sebagai buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang


merupakan buku standar dan disusun oleh para pakar dalam bidang itu untuk
maksud-maksud dan tujuan intruksional dilengkapi dengan sarana pengajaran
yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah
sehingga menunjang suatu program pengajaran.
Menurut Greene dan Petty, ada beberapa kegunaan buku ajar adalah
sebagai berikut :
1) Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai
pengajaran serta mendemontrasikan aplikasi dalam bahan pengajaran yang
disajikan.
2) Menyajikan suatu sumber pokok masalah atau subject matter yang kaya,
mudah dibaca dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan
para siswa, sebagai dasar bagi program-program kegiatan yang disarankan
di mana keterampilan-keterampilan ekspresional diperoleh pada kondisi
yang menyerupai kehidupan yang sebenarnya.
3) Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai
keterampilan-keterampilan ekspresional.
4) Menyajikan (bersama-sama dengan buku manual yang mendampinginya)
metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi siswa.
5) Menyajikan fiksasi awal yang perlu sekaligus juga sebagai penunjang bagi
latihan dan tugas praktis.
6) Menyajikan bahan atau sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat
guna

b. Karakteristik Buku Ajar


Dalam buku Telaah Kurikulum Bahasa Indonesia, menjelaskan kriteria
buku ajar yang dianggap baik yang tediri dari delapan kriteria sebagai berikut:
1) Organisasi dan Sistematika
Pengertian organisasi mengandung arti susunan (atau cara bersusun) sesuatu
yang terdiri atas komponen atau topik dengan tujuan tertentu, sedangkan
19

sistematika mengandung arti kaidah atau aturan dalam buku ajar yang harus
diikuti. Sebuah buku ajar berisi berbagai informasi yang disusun sedemikian rupa
sehingga buku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi tujuan pembuatan buku
ajar tersebut. Buku ajar PAI SMK tentu mempunyai organisasi dan sistematika
yang baik. Dalam arti, buku ajar PAI setidaknya memuat pokok-pokok
pembelajaran secara berurutan dan sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam standar isi PAI.
Organisasi buku ajar sebaiknya memenuhi semua komponen pembelajaran
yang dibuat secara terpadu antara pendekatan komunikatif dan kontekstual
(CTL). Keterampilan berbahasa dan bersastra, yaitu menyimak, berbicara,
membaca dan menulis harus diurut sesuai dengan tingkat kesulitan dan
keterkaitan antara topik yang satu dengan yang lainnya.
2) Kesesuaian isi dengan kurikulum,
Maslow, sebagaimana dikutip dari Sudirman dan dikutip lagi oleh Pupuh
Fathurrahman bahwa minat seseorang akan muncul bila suatu itu terkait dengan
kebutuhannya. Jadi, bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik
akan memotivasi anak didik dalam jangka waktu tertentu. Suharsimi Arikunto
yang dikutip Pupuh Fathurrohman mengatakan bahwa materi atau bahan pelajaran
merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar, karena
memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik.
Karena itu pula, guru khususnya, atau pengembangan kurikulum umumnya, harus
memikirkan sejauh mana bahan-bahan atau topik yang tertera dalam silabus
berkaitan dengan kebutuhan peserta didik di masa depan.
Persyaratan materi yang harus dipelajari oleh anak didik menghendaki buku
ajar PAI SMK harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan pembelajaran. Ketentuan
itu tertuang dalam standar isi kurikulum mata pelajaran PAI. Selain ketentuan di
atas, ada juga ketentuan lain yang tidak bisa diabaikan oleh buku ajar, yaitu:
1. Tujuan pembelajaran
2. Program pembelajaran
3. Alokasi waktu, dan
4. Pendekatan pembelajaran
20

Tujuan pembelajaran mengarahkan ke mana sebuah pembelajaran. Jika


ketentuan ini tidak dipenuhi, maka pengajaran akan berpoli arah tak menentu.
Penyebutan pembelajaran itu pada dasarnya menyuratkan adanya
tujuan.Penyusunan program sebenarnya dilakukan agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai dengan baik. Tidak adanya program pembelajaran akan bermuara
pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran.
Alokasi waktu sangat menentukan tercapainya tujuan. Mungkin terlalu cepat
selesai sehingga banyak materi yang terlalu cepat dibahas, mungkin juga harus
menambah banyak waktu tambahan karena terlalu terlena dengan materi yang
disukai guru. Pendekatan pembelajaran sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran. Pendekatan kognitif menjadikan siswa memahami bahan
ajar sebatas pengetahuannya saja, sedangkan pendekatan keterampilan proses
lebih melibatkan unsur kreativitas siswa untuk mencari lebih banyak informasi
yang terdapat dalam buku ajar itu.
3) Kesesuaian Pengembangan Materi dengan Tema/Topik
Materi-materi pembelajaran dalam buku ajar dikembangkan oleh
penulisnya dengan memperhatikan topik-topik pembelajaran yang terdapat dalam
kurikulum. Tujuan pengembangan materi adalah agar materi-materi pembelajaran
mudah dicerna oleh pemakai buku, yaitu siswa. Supaya pengembangan materi
terarah dan memenuhi sasaran penulisan buku, maka pengembangan materi harus
didasarkan pada tema/topik. Tema/topik merupakan titik tolak pembelajaran PAI.
Tema/topik selanjutnya akan mengarahkan penyusunan tujuan pembelajaran.
Dengan dasar pijak alur penyusunan tersebut, penilaian terhadap buku ajar
juga harus diarahkan pada kriteria sesuai tidaknya pengembangan materi dengan
tema/topik.
4) Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif siswa juga perlu dipertimbangan dalam penulisan
dan pemilihan buku ajar. Jadi untuk dapat memanfaatkan materi-materi
pembelajaran yang menunjang kemampuan siswa, sebaiknya memilih materi yang
memiliki tingkat kesulitan sedikit di atas rata-rata pada saat proses pembelajaran.
Namun demikian, variasi materi tetap diutamakan untuk menghindari kesulitan
21

menangkap maksud yang ingin disampaikan atau sebaliknya menimbulkan


kebosanan pada siswa.
5) Pemakaian/Penggunaan Bahasa
Dalam kaitan dengan pemakaian bahasa, buku ajar harus memenuhi kriteria
pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar serta mengikuti perkembangan
zaman. Perkembangan zaman dimaksud adalah perkembangan penggunaan
bahasa Indonesia dalam buku ajar baik sebagai kutipan maupun bahasa tulis
(pemakaian bahasa Indonesia saat ini). Bahasa Indonesia yang baik dan benar
adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia dan situasi dan
kondisi (konteks) komunikasi.
6) Keserasian Ilustrasi dengan Wacana/Teks Bacaan
Buku ajar harus selalu disertai dengan ilustrai atau gambar agar buku ajar
menarik bagi siswa. Di samping untuk tujuan menarik perhatian, ilustrasi atau
gambar di dalam buku ajar juga mempunyai kegunaan lain, yaitu untuk
mempermudah pemahaman dan untuk merangsang pembelajaran PAI secara
komunikatif. Supaya kehadiran gambar di dalam buku ajar dapat berfungsi secara
optimal, pemilihan dan peletakan gambar harus disesuaikan dengan teks bacaan
atau wacana.
Teks bacaan atau wacana harus berkaitan atau sejalan dengan ilustrasi atau
gambar yang dicantumkan berkenaan dengan teks bacaan tersebut. Kaitan itu
tidak cukup hanya dengan informasi-informasi yang ada di dalam buku suatu teks
bacaan melainkan juga dengan gagasan-gagasan utama di dalam teks bacaan itu.
Dengan demikian, pemilihan dan pencantuman ilustrasi juga akan dengan
sendirinya berkaitan dengan tujuan pembelajaran dan tema/topik yang telah
ditetapkan.
7) Segi Moral/Akhlak
Moral atau akhlak juga merupakan kriteria penilaian buku ajar. Buku ajar
harus mempertimbangkan segi moral/akhlak. Hal ini penting karena bangsa
Indonesia adalah bangsa yang sangat memelihara kerukunan umat beragama, yang
sangat memperhatikan aspek-aspek moral dalam sendi-sendi kehidupan
bermasyarakat.
22

Faktor-faktor aspek akhlak yang harus dipertimbangkan dalam penulisan


buku ajar meliputi pertama, sifat-sifat baik seperti kejujuran, sifat amanah
(terpercaya), keberanian, selalu menyampaikan hal-hal yang baik, kesopanan,
ketaatan beribadah, persaudaraan, kesetiakawanan, mencintai/mengasihi sesama
makhluk, berbakti kepada orang tua, taat kepada pemimpin, dan
sebagainya. Kedua, hendaknya dalam buku ajar tidak mencantumkan sesuatu
yang dapat membangkitkan sifat-sifat buruk seperti kecurangan, pengecut,
ketidaksopanan, keingkaran, kemungkaran, kejahilan, kekerasan, keberingasan,
permusuhan, kekejian, kemalasan, sering berbohong, dan sebagainya.
8) Idiom Tabu Kedaerahan
Idiom adalah bahasa dan dialek yang khas menandai suatu bangsa/daerah,
suku, kelompok, dan lain-lain, sedangkan tabu adalah sesuatu yang terlarang atau
dianggap suci, tidak boleh diraba dan sebagai (pantangan atau larangan). Idiom
tabu adalah suatu bahasa atau dialek yang khas dimiliki oleh suatu daerah dan
dianggap suci/baik serta tidak boleh dipermainkan.
Suatu idiom dinyatakan tabu oleh suatu kebudayaan biasanya karena
kebudayaan atau masyarakat yang memiliki kebudayaan itu mempunyai
pengalaman yang tidak baik, sakral atau dapat menyinggung perasaan orang lain.
Akibat sesaat yang ditimbulkan oleh penyebutan idiom-idiom tabu kedaerahan
adalah rasa risih, jijik, atau kesan tidak sopan. Akibat yang lebih jauh dari
penyebutan idiom-idiom tabu kedaerahan yang berkali-kali adalah rusaknya
sistem nilai yang dianut oleh masyarakat atau kebudayaan. Selain itu, unsur-unsur
yang harus dihindari adalah instabilitas nasional termasuk unsur-unsur SARA.
Perbedaan-perbedaan yang ada di dalam masing-masing suku, agama, ras, dan
antargolongan seharusnya tidak dipertajam. Lebih baik apabila menghindari atau
menjauhinya
c. Teknik Penulisan Buku Ajar
Penulisan buku ajar dapat dilakukan dengan beberapa teknik. Secara umum
terdapat tiga teknik penulisan buku ajar yakni:
1) Memulis sendiri, dimana penulis menyusun buku ajar berdasarkan gagasan
dan pengalamannya sendiri
23

2) Mengemas-ulang informasi, dimana penulis tidak menyusun sendiri buku


ajar dari awal melainkan memanfaatkan buku-buku, textbook, paper dan
informasi lain yang sudah ada
3) Menghimpun tulisan dari berbagai sumber terkait dan relevan dengan tema
(complication atau wrap around text). Prosedur kompilasi dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a) mengumpulkan seluruh referensi yang digunakan sebagai acuan
dalam pembelajaran
b) menentukan bagian referensi yang digunakan per pokok bahasan
sesuai silabus
c) menyalin seluruh bagian dari sumber yang digunakan per pokok
bahasan sesuai dengan silabus
d) memilah hasil salinan berdasarkan urutan pokok bahasan
e) membuat resume atau analisa terhadap tulisan yang dikompilasi
dikaitkan dengan tema buku atau kompetensi pendidik yang ingin
dibentuk
f) menulis/membuat halaman penyekat untuk setiap pokok bahasan
g) menjilid dan memperbanyak untuk pembelajaran
h) membuat/menulis panduan untuk pengguna buku ajar

d. Sistematika Penulisan Buku Ajar


Pada umumnya, sistematika buku ajar terdiri dari unsur-unsur antara lain :
1) Halaman Pendahuluan
Halaman pendahuluan terdiri dari unsur-unsur ialah :
a) Halaman judul adalah halaman yang memuat judul buku,
pengarang, nomor penerbitan (edisi) atau nomor jilid, nama dan
tempat penerbitan,dan tahun penerbitan
b) Daftar Isi adalah petunjuk bagi pembaca tentang topicK tertentu
dan nomor halaman dimana topik tersebut berada
c) Daftar gambar dan daftar table adalah memuat informasi tentang
keberadaan gambar dan table yang di sajikan dalam buku ajar
24

d) Pengantar(foreword) adalah penjelasan yang di tulis orang lain atas


permintaan penulis atau penerbit untuk memperkenalkan penulis
atau subyek yang di tulis
e) Prakata adalah pejelasan yang di tulis oleh penulis yang biasanya
memuat: alasan menganggap penulis tergugah menulis buku, isi
buku, cara pembahasannya, kelebihan dari buku lain dan
susunannya, siapa calon pembaca, pengetahuan yang harus dimiliki
oleh pembaca sebagai prasarat agar dapat memahami isis buku,
cara terselesaikannya buku, siapa yang yang membantu atau
mendorong penulisan buku, tujuan penulis, ucapan terima kasih,
dan harapan penulis tentang bukunya dan apa yang di harapkan
dari pembaca.
2) Bagian isi
Bagian isi terdiri atas uraian rinci setiap bab, subbab disertai dengan contoh
latihan dan soal-soal yang harus di selesaikan peserta didik (siswa,mahasiswa).
Pada akhir setiap bab di berikan rangkuman atau ringkasan untuk mempermudah
pembaca mengingat hal-hal penting. Tiap bab mengandung beberapa unsur
diantaranya pendahuluan, sub Bab, ringkasan, soal latihan, daftar pustaka.
3) Bagian Penyudah
Halaman penyudah terdiri dari unsur - unsur sebagai berikut:
a) Lampiran
b) Pustaka (bacaan utama dan bacaan tambahan)
c) Penjurus/Indeks Daftar Istilah
d) Takarir (Glosarry) kamus persial yang memuat kesimpulan kata–
kata yang terdapat dalam bagian isi.

6. Buku Teks

Buku teks pelajaran banyak digunakan guru sebagai acuan atau pedoman
utama menyangkut materi untuk pembelajaran. Buku teks pelajaran masih
dianggap sebagai bahan ajar utama yang mudah digunakan dan mampu mengemas
seluruh materi pembelajaran yang akan disajikan. Guru maupun siswa tentu
25

mampu menggunakan dan mendapat buku pelajaran dengan harga yang


terjangkau yang juga menjadikan buku pelajaran unggul dibanding bahan ajar lain.

Fungsi, tujuan, dan manfaat buku teks pelajaran masih sangat penting
dalam pembelajaran. Hampir setiap pembelajaran selalu didampingi dengan
adanya buku teks pelajaran meskipun sudah terdapat bahan ajar ataupun sumber
belajar lainnya. Buku teks pelajaran dapat digunakan sebagai bahan ajar utama
maupun sebagai bahan ajar pendukung pembelajaran, penggunaan buku teks
pelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran.

Namun untuk buku teks pelajaran tidak sembarangan dapat digunakan.


Buku teks pelajaran memiliki karakteristik khusus agar buku tersebut layak
digunakan sebagai bahan ajar maupun sumber belajar. Prastowo (2012: 170)
menyebutkan bahwa terdapat 4 karakteristik buku teks pelajaran secara umum,
karakteristik tersebut antara lain:

a. Diterbitkan dan Memiliki ISBN

Buku teks pelajaran yang baik harus secara formal diterbitkan oleh
penerbit. Buku yang diterbitkan secara formal, juga disertai dengan ISBN yang
menandakan bahwa buku tersebut telah secara legal atau sah terdaftar sebagai
buku terbitan. Buku yang secara formal diterbitkan juga memiliki kualitas yang
baik karena sebelumnya telah melalui pemeriksaan kelayakan terbit dan dapat
digunakan.

b. Memiliki Misi Utama

Buku teks pelajaran harus dibuat dan disusun dengan misi tertentu. Misi
utama penyusunan buku teks pelajaran adalah:

1) Optimalisasi pengembangan pengetahuan deklaratif dan prosedural


2) Pengetahuan tersebut harus menjadi target utama dari buku pelajaran yang
digunakan
26

c. Mengacu pada Program Depdiknas

Buku teks pelajaran yang disusun dan dikembangkan oleh penulis dan
penerbit harus mengacu pada program yang diselenggarakan Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas). Ketentuan untuk buku pelajaran yang sesuai
dengan program Depdiknas adalah:

1) Mengikuti kurikulum pendidikan nasional yang sedang berlangsung


2) Beorientasi pada keterampilan proses dengan menggunakan pendekatan
kontekstual, teknologi, dan masyarakat, serta demokrasi dan eksperimen
3) Memberi gambaran secara jelas tentang keterpaduan atau keterkaitan dengan
disiplin ilmu lainnya

d. Memiliki Berbagai Macam Keuntungan

Buku teks pelajaran harus menguntungkan jika dipergunakan dalam proses


pembelajaran. Nasution dalam Prastowo (2012: 171) menyebutkan bahwa
terdapat 7 keuntungan penggunaan buku teks pelajaran, yaitu

1) Buku teks pelajaran membantu pendidik melaksanakan kurikulum


2) Buku teks pelajaran juga merupakan pegangan dalam menentukan metode
pengajaran
3) Buku teks pelajaran memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru
4) Buku pelajaran dapat digunakan untuk tahun-tahun berikutnya, dan jika
direvisi maka dapat bertahan dalam waktu yang lama
5) Buku teks pelajaran yang uniform memberikan kesamaan mengenai bahan
dan standar pengajaran
6) Buku teks pelajaran memberikan kontinuitas pelajaran di kelas yang
berurutan sekalipun pendidik berganti
7) Buku teks pelajaran memberikan pengetahuan dan metode mengajar yang
lebih mantap jika guru menggunakan dari tahun ke tahun
Pemanfaatan buku teks pelajaran dalam pembelajaran sudah sangat umum
dan dapat ditemui pada hampir setiap pembelajaran yang dilakukan. Namun perlu
27

diingat bahwa tidak semua materi pelajaran harus disampaikan dengan buku teks
pelajaran. Ada kalanya juga buku teks pelajaran hanya dijadikan sebagai
pendukung saja.

7. LKS
Lembar Kerja Siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi
tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa
petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang
diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan
dicapainya. Lembar kerja dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa saja.
Tugas-tugas sebuah lembar kerja tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik
secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang
terkait dengan materi tugasnya. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik
dapat berupa teoritis dan atau tugas-tugas praktis. Tugas teoritis misalnya tugas
membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat ringkasan untuk
dipresentasikan. Sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau
kerja lapangan, misalnya survei tentang harga cabe dalam kurun waktu tertentu di
suatu tempat.

a. Struktur Lembar Kerja Siswa (LKS)


Sebuah LKS dapat dikatakan baik apabila sudah memenuhi struktur
penulisan LKS. Berikut ini struktur minimal dari sebuah LKS yaitu diantaranya:
a) Judul
b) Petunjuk belajar (Petunjuk siswa)
c) Kompetensi yang akan dicapai
d) Informasi pendukung
e) Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
f) Penilaian
28

b. Karakteristik LKS
LKS memiliki karakteristik yang sedikit berbeda dengan bahan ajar lainnya,
yakni sebagai berikut:
a. LKS memiliki soal-soal yang harus dikerjakan siswa, dan kegiatan-kegitan
seperti percobaan atau terjun ke lapangan yang harus siswa lakukan.
b. Merupakan bahan ajar cetak.
c. Materi yang disajikan merupakan rangkuman yang tidak terlalu luas
pembahasannya tetapi sudah mencakup apa yang akan dikerjakan atau
dilakukan oleh peserta didik.
d. Memiliki komponen-komponen seperti kata pengantar, pendahuluan, daftar isi,

1) Matriks Penyusunan LKS


Tabel 1. Langkah penyusuan LKS
Prosedur Indikator
Pembuatan
LKS
Analisis 1. Menganalisis KI, KD dan indikator
Kurikulum 2. menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan
ajar LKS
3. materi dianalisis dengan cara melihat materi pokok dan
pengalaman belajar dari materi yang akan diajarkan,
kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa.

Menyusun peta 1. Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui


kebutuhan LKS jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan
LKS-nya juga dapat dilihat.
2. Untuk menyusun peta kebutuhan LKS, diawali dengan
analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.

Menentukan 1. Judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi


judul-judul LKS pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam
kurikulum
2. Satu KD dapat dijadikan sebagai judul LKS apabila
kompetensi itu tidak terlalu besar
3. Jika kompetensi besar, maka LKS bisa diberi dengan
beberapa judul

Penulisan LKS 1. Perumusan KD yang harus dikuasai


2. Menentukan alat Penilaian
3. Penyusunan Materi
29

Prosedur Indikator
Pembuatan
LKS
4. Struktur penulisan LKS, yaitu :
a. Judul
b. Petunjuk belajar (Petunjuk siswa)
c. Kompetensi yang akan dicapai
d. Informasi pendukung
e. Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
f. Penilaian

8. Pamflet
Pamflet adalah selebaran kertas yang berukuran tidak tebal yang didalamnya
berisi tentang suatu tulisan. Unesco mendefinisikannya sebagai keperluan
publikasi yang bisa terdiri dari 5 sampai 48 halaman tanpa sampul, bila lebih dari
itu disebut buku. Pamflet adalah sebuah selebaran yang memuat informasi-
informasi tertentu yang dibuat oleh perusahaan atau organisasi dan ditujukan
kepada masyarakat luas.
a. Berikut ini cara memformat informasi pamflet
a) Logo diletakkan pada bagian depan dan belakang pamplet.
b) Kalimat utama untuk bagian depan dan isi pamflet.
c) Jenis dan format huruf untuk bagian teks.
1. Jangan menulis teks dengan ukuran kurang dari 12,karena teks
akan sulit dibaca.
2. Gunakan huruf tebal dan miring untuk menunjukkan informasi.
3. Jangan gunakan lebih dari dua jenis huruf.
4. Gunakan poin untuk mengatur daftar informasi.
5. Menggunakan warna yang menarik pembaca.
b. Karakteristik pamflet
Karakteristik pamlet, yaitu:
1. Pada umumnya menggunakan bahasa yang singkat, jelas dan persuasif.
2. Ditulis dengan jelas (huruf cetak) supaya mudah terbaca.
3. Tema-tema yang digunakan pada umumnya yang aktual (up to date).
30

E. Validitas Bahan Ajar Cetak


1. Pengertian Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang artinya keabsahan atau cara yang
semestinya berlaku. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid jika tes tersebut
dapat mengukur apa yang diukur. Arikunto (2010: 67) menyatakan bahwa:
“Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus
tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan”.

Menurut Nieveen , aspek validitas dapat dilihat dari : (1) apakah


kurikulum atau model pembelajaran yang dikembangkan berdasar pada state-
of-the-art pengetahuan; dan (2) apakah berbagai komponen dari perangkat
pembelajaran terkait secara konsisten antara yang satu dengan lainnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa suatu
produk dikatakan valid jika produk tersebeut sesuai dengan kurikulum dan
memiliki keterkaitan satu sama lain. Jadi, uji kevalidan maksudnya adalah
menguji suatu produk yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Rochmad (2012:13) berpendapat bahwa, “suatu hasil pengembangan
(produk) dikatakan valid jika produk berdasarkan teori yang memadai
(validitas isi) dan semua komponen produk pembelajaran satu sama lain
31

berhubungan secara konsisten (validitas konstruk)”. Sementara itu, Sumarna


(2005) menyatakan, “validitas bahan ajar ditentukan untuk mengetahui
kualitas bahan ajar dalam kaitannya dengan mengukur hal yang seharusnya
diukur”. Hasil dari uji validitas menunjukkan bahwa secara umum dapat
dikatakan bahwa bahan ajar valid untuk digunakan.

2. Jenis-jenis Validitas
Validitas ada dua jenis, yaitu validitas internal/rasional dan validitas
empiris/eksternal.
a. Validitas internal/rasional
Validitas internal/rasional berhubungan dengan kriteria yang ada
dalam produk. Sugiyono (2012:174) menyatakan bahwa, “instrumen yang
mempunyai validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada dalam
instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang hendak
diukur. Jadi kriterianya ada didalam instrumen itu”. Validitas internal/rasional
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1) Construct Validity (Validitas Konstruksi)
Validitas konstruksi mengacu kepada cara mengkonstruksi, dalam
penelitian ini adalah cara mengembangkan suatu produk.
Konstrukadalahkerangkadarisuatukonsep, validitaskonstrukadalahvaliditas
yang
berkaitandengankesanggupansuatualatukurdalammengukurpengertiansuatu
konsep yang diukurnya(Siregar.2014:77). Validitas konstruksi suatu
produk mengacu kepada teori yang relevan yang dijadikan dasar
untuk menyusun suatu produk. Uji validitas konstruksi dilakukan dengan
berkonsultasi kepada ahli (Sugiyono, 2012:174).
Validitaskonstrukmerupakan yang terluas cakupannya dibanding
dengan validitas validitas lainnya karena melibatkan banyak prosedur
termasuk validitas isi dan kriteria. Seperti halnya validitas isi, validitas
kontruksi dapat diketahui dengan cara memrinci dan memasangkan setiap
butir tes dengan setiap aspek pada indikator (Arikunto. 2012: 82).
32

2) Content Validity (Validitas Isi)


Validitas isi mengacu kepada isi produk. Validitas isi berhubungan
dengan penyusunan produk yang sesuai dengan rancangan yang telah
ditentukan. Uji validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan
rancangan yang disusun dengan rancangan yang telah ada dan
berkonsultasi kepada ahli (Sugiyono, 2012:174). Validitasisi dapat
dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi
pelajaran yang akan diajarkan. Dalam forum diskusi para pakar yang
dipandang memiliki keahlian yang ada hubungannya dengan mata
pelajaran yang diujikan, diminta pendapat dan rekomendasinya terhadap
isi atau materi yang terkandung dalam tes hasil belajar yang bersangkutan.

b. Validitas Eksternal/Empiris
Validitas empiris berhubungan dengan fakta-fakta yang telah terbukti. Uji
validitas empiris dilakukan dengan membandingkan dengan standar yang telah
ada dan kemudian dilanjutkan dengan analisis. Sugiyono (2012:414)
mengemukakan bahwa, “validasi produk dapat dilakukan dengan cara
menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman
untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar atau tenaga
ahli diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat
diketahui kelemahan dan kekuatannya". Pakar atau tenaga ahli yang
dimaksud adalah orang yang mengerti tujuan dan substansi media sebagai
salah satu bahan ajar atau orang yang profesional dalam bidangnya, seperti
dosen dan guru.
Indikator yang dinilai oleh pakar atau tenaga ahli mencakup komponen
kelayakan isi, komponen kebahasaan, komponen penyajian, dan komponen
kegrafikan..Kriteria validasi yang dinilai dari oleh tenaga ahli untuk bahan ajar
cetak yaitu dari : kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan.
1) Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain:
a. Kesesuaian dengan SK, KD
b. Kesesuaian dengan perkembangan anak
33

c. Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar


d. Kebenaran substansi materi pembelajaran
e. Manfaat untuk penambahan wawasan
f. Kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial
2) Komponen Kebahasaan antara lain mencakup:
a. Keterbacaan
b. Kejelasan informasi
c. Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar
d. Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat)
3) Komponen Penyajian antara lain mencakup:
a. Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai
b. Urutan sajian
c. Pemberian motivasi, daya tarik
d. Interaksi (pemberian stimulus dan respond)
e. Kelengkapan informasi
4) Komponen Kegrafikan antara lain mencakup:
a. Penggunaan font; jenis dan ukuran
b. Lay out atau tata letak
c. Ilustrasi, gambar, foto
d. Desain tampilan (Depdiknas : 2008)

3. Cara Menentukan Validitas Bahan Ajar


a. Validasi Oleh Validator
Validasi bahan ajar dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa
pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai bahan ajar
yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai bahan ajar
tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya.Uji
ahli atau Validasi dilakukan dengan responden para ahli perancangan model
atau produk. Kegiatan ini dilakukan untuk mereview produk awal,
memberikan masukan untuk perbaikan. Proses validasi ini disebut dengan
Expert Judgement atau Teknik Delphi.
34

Expert Judgement atau Pertimbangan Ahli dilakukan melalui: (1)


Diskusi Kelompok (group discussion), dan (2) Teknik Delphi.
1) Group discussion
Group discussion adalah sutau proses diskusi yang melibatkan para
pakar (ahli) untuk mengidentifikasi masalah analisis penyebab masalah,
menentukan cara-cara penyelesaian masalah, dan mengusulkan
berbagai alternatif pemecahan masalah dengan mempertimbangkan
sumber daya yang tersedia. Dalam diskusi kelompok terjadi curah
pendapat (brain storming) diantara para ahli dalam perancangan model
atau produk. Mereka mengutarakan pendapatnya sesuai dengan bidang
keahlian masing-masing.
2) Teknik Delphi
Teknik Delphi adalah suatu cara untuk mendapatkan konsensus
diantara para pakar melalui pendekatan intuitif. Langkah-Langkah
penerapan Teknik Delphi dalam Uji-Ahli dalam penelitian
pengembangan adalah sebagai berikut:
a) Problem identification and specification. Peneliti mengidentifikasi
isu dan masalah yang berkembang di lingkungannya (bidangnya),
permasalahan yang melatar belakangi, atau permasalahan yang
dihadapi yang harus segera perlu penyelesaian.
b) Personal identification and selection. Berdasarkan bidang
permasalahan dan isu yang telah teridentifikasi, peneliti menentukan
dan memilih orang-orang yang ahli, manaruh perhatian, dan tertarik
bidang tersebut, yang memungkinkan ketercapaian tujuan. Jumlah
responden paling tidak sesuai dengan sub permasalahan, tingkat
kepakaran (experetise), dan atau kewenangannya.
c) Questionaire Design. Peneliti menyusun butirbutir instrumen
berdasarkan variabel yang diamati atau permasalahan yang akan
diselesaikan. Butir instrumen hendaknya memenuhi validitas isinya
(content validity). Pertanyaan dalam bentuk open-ended question,
kecuali jika permasalahan memang sudah spesifik.
35

d) Sending questioner and analisis responded for first round. Peneliti


mengirimkan kuesioner pada putaran pertama kepada responden,
selanjutnya meriview instrumen dan menganalisis jawaban
instrumen yang telah dikembalikan. Analisis dilakukan dengan
mengelompokkan jawaban yang serupa. Berdasarkan hasil analisis,
peneliti merevisi instrument.
e) Development of subsequent Questionaires. Kuesioner hasil review
pada putaran pertama dikembangkan dan diperbaiki, dilanjutkan
pada putaran kedua, dan ketiga. Setiap hasil revisi, kuesioner
dikirimkan kembali kepada responden. Jika mengalami kesulitan dan
keraguan dalam merangkum, peneliti dapat meminta klarifikasi
kepada responden. Dalam teknik delphi biasanya digunakan hingga
3-5 putaran, tergantung dari keluasan dan kekomplekan
permasalahan sampai dengan tercapainya konsensus.
f) Organization of Group Meetings. Peneliti mengundang responden
untuk melakukan diskusi panel, untuk klarifikasi atas jawaban yang
telah diberikan. Disinilah argumentasi dan debat bisa terjadi untuk
mencapai consensus dalam memberikan jawaban tentang rancangan
face-to-face contact, peneliti dapat menanyakan secara rinci
mengenai respon yang telah diberikan. Keputusan akhir tentang hasil
jajak pendapat dikatakan baik apabila dicapai minimal 70%
konsensus.
g) Prepare final report. Peneliti perlu membuat laporan tentang
persiapan, proses, dan hasil yang dicapai dalam Teknik Delphi. Hasil
Teknik Delphi perlu diujicoba di lapangan dengan responden yang
akan memakai model atau produk dalam jumlah yang jauh lebih
besar.
36

4. Analisis Data Validitas


Dalam mengembangkan suatu bahan ajar, uji validitas dilakukan dalam
tahap pengembangan. Langkah-langkah uji validitas :
1. Meminta kesediaan dosen dan guru yang telah banyak memiliki
pengalamanmengajar untuk menjadi validator dari bahan ajar cetak yang
telah dikembangkan.
2. Memberikan skor jawaban dengan kriteria berdasarkan skala Likert.
Menurut Sugiyono (2012 : 34), skala likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial.
Tabel 2.1 Kriteria pemberian skor jawaban validitas
Skor Kriteria
4 Sangat setuju
3 Setuju
2 Tidak setuju
1 Sangat tidak setuju
(Sumber : Sugiyono, 2012 : 34)
3. Meminta validator untuk memberikan saran atas penilaian yang diberikan
terhadap pengembangan bahan ajar cetak berdasarkan item-item yang
terdapat pada uji validitas. Jika masih banyak terdapat kesalahan dalam
pengembangan bahan ajar cetak, maka perlu dilakukannya revisi
agar benar-benar valid atas bahan ajar yangdikembangkan.
4. Menentukan jumlah skor dari masing-masing validator dengan
menjumlahkan semua skor yang diperoleh dari masing-masing indikator.
5. Penentuan nilai validitas dengan cara:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Nilai validitas = x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

6. Memberikan penilaian validitas dengan kriteria seperti yang dikemukakan


oleh Riduwan
Tabel 2.2 Kriteria Validitas Produk
No Persentase (%) Kriteria
1. 0 – 20 Tidak valid
2. 21 – 40 Kurang valid
3. 41 – 60 Cukup valid
4. 61 – 80 Valid
5. 81 – 100 Sangat valid
37

(Sumber : Riduwan, 2010 : 89)

Uji coba validitas dapat dilakukan uji coba terbatas dengan jumlah 3-5
orang validator dan 20-30 orang siswa yang memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda-beda atau heterogen (cara pengambilan subjek
menggunakan teknik random sampling).

F. Reliabilitas Bahan Ajar Cetak


Relibilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai
asal kata rely yang artinya percaya dan ability yang artinya dapat dipercaya
(Purwanto, 2011:153). Keterpercayaan berhubungan dengan ketetapan dan
konsistensi. Menurut Arifin (2012:258) bahwa reliabilitas adalah tingkat atau
derajat konsistensi dari suatu instrumen. Sejalan dengan hal itu, Menurut Yusuf
(2014: 242) bahwa reliabilitas merupakan konsistensi atau kestabilan skor suatu
instrumen penelitian terhadap individu yang sama, dan diberikan dalam waktu
yang berbeda. Reliabilitas berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti
dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Thatcher (2010),
menyatakan bahwa reliabilitas adalah sejauh mana percobaan, tes, atau banyak
prosedur pengukuran menghasilkan hasil yang sama pada uji coba yang diulang.
Reliabilitas suatu instrumen menunjukan keajegan (konsistensi)
hasilpengukurannya seandainya instrumen tersebut digunakan oleh orang yang
samadalam waktu yang berlainan atau digunakan oleh orang yang berlainan dalam
waktuyang sama. Reliabilitas secara implisit juga mengandung obyektivitas,
karena hasil pengukurannya tidak terpengaruh oleh siapa pengukurnya.
Dalam menentukan reliabilitas suatu tes dengan menggunakan teknik belah
dua, dilakukan dengan cara membelah tes tersebut menjadi dua bagian yang sama
(relativesama), sehingga masing–masing peserta tes memiliki dua macam skor.
Kedua macam skor itu adalah skor untuk bagian (belahan) pertama dan kelompok
skor untuk belahan kedua dari tes tadi. Dengan demikian ada dua kelompok skor
untuk sekelompok peserta tes.Karena kedua belahan harus sama, maka salah satu
syarat yang harus dipenuhi untuk teknik belah dua ini adalah banyaknya butir soal
38

dalam tes tersebut harus genap, supaya kedua bagian itu banyaknya butir soal
sama.
Pengolahan data dari angket yang telah diisi validator dilakukan secara
statistik. Dalam Basrowi (2012) dijelaskan bahwa terdapat tiga metode yang dapat
digunakan menghitung besarnya reliabilitas. Yaitu : metode bentuk paralel,
metode tes ulang, dan metode belah dua atau split – half method.
1. Metode bentuk paralel (equivalent)
Tes paralel atau equivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan
tujuan tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir soalnya berbeda. Metode
ini dikenal juga dengan double test double trial method. Dengan metode ini,
peneliti harus menyiapkan dua buah tes yang masing – masing dicobakan pada
kelompok siswa yang sama. Hasil dari kedua tes ini dikorelasikan. Sehingga
hasil tes yang memiliki koefisien tinggi adalah instrumen yang reliabel dan
dapat digunakan sebagai instrumen yang teruji.

2. Metode tes ulang (test-retest method)


Dalam penggunaan metode ini, peneliti hanya memiliki satu seri tes, tetapi
dicobakan dua kali.oleh karena itu tes ini disebut juga single-test-double trial
method. Hasil dari kedua tes ini kemudian dihitung korelasinya.
Metode ini kurang efektif dilaksanakan. Apabila pelaksanaannya dalam
rentang waktu singkat, rata – rata siswa akan dapat mengingat soal yang telah
diujikan sebelumnya. Namun jika tenggang waktunya terlalu lama, maka
kondisi pengetahuan siswa juga akan berbeda. Hal ini pastinya akan
mempengaruhi reliabilitas instrumen.
3. Metode belah dua (split-half method)
Dalam penggunaan metode ini, peneliti hanya perlu satu kali melakukan
tes. Berbeda dengan dua metode sebelumnya, pada metode ini nilai korelasi
antara dua belahan data belum berarti nilai reliabilitas tes. Pembelahan data
disini maksudnya adalah membagi item atau butir soal, bukan peserta tes atau
siswa. Untuk mengetahui nilai keseluruhan, digunakan rumus Spearman–
Brown, yaitu :
39

Keterangan :

= korelasi antara skor – skor setiap belahan tes

r11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan


Ada dua cara pembelahan butir soal, yaitu : pembelahan ganjil genap dan
pembelahan awal akhir (Basrowi, 2012).
(1) Pembelahan genap – ganjil
Pada metode ini, peneliti membagi item soal menjadi dua yaitu
kelompok soal bernomor genap dan ganjil. Misalkan kelompok ganjil
dengan X dan kelompok genap dengan Y. Pengolahan data dilanjutkan
dengan menghitung korelasi product moment dengan angka kasar untuk
mengetahui nilai reliabilitas separo tes. Nilai reliabilitas seluruh tes
kemudian dihitung dengan rumus Spearman – Brown.
(2) Pembelahan awal – akhir
Sama halnya dengan metode pembelahan ganjil – genap, pengolahan
data dalam metode ini diawali dengan menghitung reliabilitas untuk
separo tes dengan korelasi product moment. Kemudian diteruskan dengan
Rumus Spearman – Brown untuk reliabilitas seluruh tes.
Setelah menggunakan rumus korelasi product moment, dua orang ahli
mengajukan rumus lain. Flanagan menemukan rumus yang
perhitungannya menggunakan pembelahan ganjil – genap, sedangkan
Rulon menggunakan pembelahan awal – akhir.
 Rumus Flanagan

Keterangan :
r11 = reliabilitas tes
40

= varians belahan pertama (1), dalam hal ini varian item ganjil

= varians belahan kedua (2), dalam hal ini varian item genap

= varians skor total

 Rumus Rulon

Keterangan :

= varians beda (varians difference)


Syarat kedua metode pembelahan di atas adalah banyaknya item harus
genap sehingga dapat dibelah dan kedua belahan data seimbang. Untuk
mengatasi kesulitan ini, maka reliabilitas dapat dicari dengan rumus Kuder
dan Richardson. (Basrowi, 2012) Rumus yang digunakan adalah K-R 20
dan K-R 21.
Selain rumus yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, masih ada
satu ahli yang merumuskan cara untuk menghitung reliabilitas, yaitu Hoyt.
Rumus Hoyt yaitu :

Keterangan :
r11 = reliabilitas seluruh soal
Vr = varians responden
Vs = varians sisa

Rumus Hoyt ini memerlukan langkah kerja yang lebih panjang dan
rumit dari beberapa rumus sebelumnya, sehingga rumus ini jarang
digunakan dalam pengolahan data penelitian.
Beberapa metode yang telah diuraikan di atas adalah metode yang
digunakan dalam menghitung reliabilitas instrument tes dalam bentuk soal
objektif. Bagaimana dengan soal uraian? Menilai soal uraian memerlukan
standar penskoran atau scoring untuk setiap butir soal. Untuk keperluan
mencarai reliabilitas soal uraian, digunakan rumus Alpha, yaitu :
41

Keterangan :
= reliabilitas yang dicari
= jumlah varians skor tiap – tiap item
= varians total
Untuk menentukan reliabilitas item angket bahan ajar dapat juga
dipakai rumus K-R 21 (Slameto,1988) yaitu:

n  M (n  N ) 
r 1  
N 1  nSDt2 

Keterangan :
M = Mean,
n = Banyak soal
SD = Deviasi standar
Kriteria reabilitas suatu instrument dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini:
Tabel 2.3 Kriteria Reliabilitas Suatu Instrumen
No Kriteria Reliabilitas Kriteria

1 0.90 < rıı ≤ 1.00 Reabilitas tinggi sekali

2 0.70 < rıı ≤ 0.90 Reabilitas tinggi

3 0.40 < rıı ≤ 0.70 Reablitas cukup

4 0.20 < rıı ≤ 0.40 Reabilitas rendah

5 0.00 < rıı ≤ 0.20 Reablitas sangat rendah

(Slameto, 1988)

Nilai r yang diperoleh di bandingkan dengan r tabel. Jika fhitung >ftabel, maka
di simpulkan item angket reliabel, dengan demikian maka dapat juga
disimpulkan bahwa bahan ajar cetak yang dirancang bersifat reliabel.
42

G. Praktikalitas Bahan Ajar Cetak


1. Pengertian Praktikalitas
Salah satu syarat instrument penelitian yang baik adalah praktis.
Praktikalitas disini dapat diartikan sejauh mana kepraktisan instrument yang
digunakan peneliti dalampenelitian. Sehingga, kepraktisan bahan ajar
maksudnya adalah kepraktisan penggunaan bahan ajar tersebut dalam
pembelajaran.
Menurut KBBI (2008), praktikalitas berarti bahwa bersifat praktis, artinya
mudah dan senang dalam pemakaiannya. Kepraktisan yang dimaksud disini
adalah kepraktisan dalam bidang pendidikan (silabus, RPP, bahan ajar,
penilaian, LKS maupun produk yang lainnya). Praktikalitas berkaitan dengan
kemudahan dan kemajuan yang didapatkan siswa dengan menggunakan
bahan ajar, LKS, instrumen atau produk yang lainnya.
Bahan ajar yang telah dikembangkan dikatakan praktis jika para ahli dan
praktisi menyatakan bahwa secara teoritis bahwa bahan ajar tersebut dapat
diterapkan di lapangan dan tingkat keterlaksanaannya termasuk dalam
kategori baik. Suatu bahan ajar atau produk dikatakan praktis apabila orang
dapat menggunakan (usable) produk tersebut.
Praktikalitas adalah tingkat keterpakaian dan keterlaksanaan bahan ajar
oleh siswa dan guru yaitu melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
bahan ajar yang telah direvisi berdasarkan penilaian validator. Bahan ajar
memiliki praktikalitasyang tinggi, apabila bersifat praktis dan mudah
mengadministrasikannya.
Praktikalitas suatu bahan ajar cetak ditentukan dengan memakai instrumen
uji kepraktisan. Instrumen uji kepraktisan yang digunakan ada dua, yaitu:
intrumenuji kepraktisan menurut pendidik dan instrumen uji kepraktisan
menurut peserta didik. Instrumen uji kepraktisan menurut pendidik digunakan
untuk mengetahui pendapat dan penilaian pendidik terhadap keterlaksanaan
dan kemudahan penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran fisika. Instrumen
uji kepraktisan menurut pendidik berupa angket disusun sesuai dengan
komponen yang ditetapkan berdasarkan penggunaan bahan ajar. Menurut
43

(Sukardi, 2011), komponen tersebut mencakup kemudahan penggunaan,


efisiensi waktu pembelajaran, dan manfaat bahan ajar. Hasil tanggapan
pendidik dianalisis untuk mengetahui tingkat kepraktisan bahan ajar.
Instrumen uji kepraktisan menurut peserta didik juga disusun berdasarkan
indikator yang tepat untuk melihat keterpakaian bahan dalam pembelajaran.
Instrumen uji kepraktisan berisi aspek-aspek yang akan dinilai
keterlaksanaannya dalam pembelajaran. Aspek-aspek tersebut disusun
berdasarkan penerapan bahan ajar.
Uji Praktikalitas dilakukan dengan langkah-langkah:
a. Uji praktikalitas oleh pendidik
(1) Peneliti memberikan bahan ajar cetak yang telah divalidasi dan direvisi
kepada guru.
(2) Peneliti memberi pengarahan tentang cara pengisian angket kepada
guru.
(3) Peneliti memberikan petunjuk singkat bahan ajar cetak yang telah
dikembangkan.
(4) Guru menggunakan bahan ajar berdasarkan petunjuk yang sudah
adadalam pembelajaran.
(5) Peneliti meminta guru untuk mengisi angket praktikalitas bahan aja
rcetak yang dikembangkan.
b. Uji praktikalitas oleh peserta didik
(1) Peneliti memberikan pengarahan cara pengisian angket kepada peserta
didik.
(2) Peneliti membagikan bahan ajar cetak yang dikembangkan
kepada masing-masing peserta didik.
(3) Peneliti memberikan petunjuk singkat penggunaan bahan ajar cetak
yang dikembangkan kepada peserta didik.
(4) Peseta didik menggunakan bahan ajar yang telah dikembangkan di
dalamproses pembelajaran.
(5) Peneliti meminta peserta didik untuk mengisi angket praktikalitas
bahan ajar cetak atau non cetak.
44

Praktikalitas dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.


1) Praktikalitas yang diharapkan (Expected Practicality)
Suatu produk diharapkan dapat berguna sesuai dengan perencanaan
ketika diuji cobakan. Jadi, pembuat produk harus menyusun
produknya agar dapat digunakan di lapangan.
2) Praktikalitas Aktual (Actual Practicality)
Praktikalitas ini diketahui ketika produk telah diuji cobakan di
lapangan. Praktikalitas aktual merupakan pembuktian dari praktikalitas
yang diharapkan (Plomp dan Nieveen, 2013:160).
Berkaitan kepraktisan dalam penelitian pengembangan Van den Akker
(1999:10) menyatakan :
“Practically refers to the extent that user (or other expert) consider the
intervention as appealing and usable in ‘normal’ conditions”
Artinya, kepraktisan mengacu pada tingkat bahwa pengguna (atau pakar-
pakar lainnya) mempertimbangkan intervensi dapat digunakan dan disukai
dalam kondisi normal.Untuk mengukur tingkat kepraktisan yang berkaitan
dengan pengembangan instrument berupa materi pembelajaran, Nieveen
(1999) berpendapat bahwa untuk mengukur kepraktisannya dengan melihat
apakah guru (dan pakar-pakar lainnya) mempertimbangkan bahwa materi
mudah dan dapat digunakan oleh guru dan siswa. Khusus untuk
pengembangan model yang dikembangkan dalam penelitian pengembangan,
model tersebutdikatakan praktis jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa
secara teoritis bahwa model dapat diterapkan di lapangan dan tingkat
keterlaksanaannya model tersebut termasuk kategori “baik”. Istilah “baik” ini
masih memerlukan indikator-indikator yang diperlukan untuk menentunkan
tingkat “kebaikan” dari keterlaksanaan model yang di kembangkan.
45

2. Cara Menentukan Praktikalitas Bahan Ajar


Kepraktisan sebuah bahan ajar juga dapat dilihat dari:
a. Penyajian yang Sistematis
Bahan ajar disajikan secara sistematis, tidak meloncat-loncat. Keterkaitan
antar materi/topik dijelaskan dengan cermat, kemudian setiap topik disajikan
secara sistematis. Urutan strategi penyajian dapat berubah-ubah sehingga tidak
membosankan, namun setiap bagian perlu diberi penjelasan yang memadai
sehingga tidak membingungkan peserta. Keruntutan penyajian isi bahan ajar
mempermudah peserta dalam belajar, dan juga menuntun peserta untuk
terbiasa berpikir runtut.
b. Contoh dan ilustrasi yang memudahkan pemahaman
Penyajian topik atau konsep yang bersifat abstrak, contoh dan ilustrasi
sangat memiliki peran yang sangat penting. Misalnya, dalam menjelaskan
rumus hukum gravitasi Newton di SMA. Untuk menjelaskan rumus tersebut
diperlukan alat peraga yang dapat menggambarkan rumus tersebut. Contoh
dan ilustrasi dapat dikembangkan dalam beragam bentuk, tercetak-narasi
sebagai bagian dari penyajian isi bahan ajar dalam materi pokok yang
berbentuk cetak, poster, kartu-kartu (flipchart), atau dalam bentuk noncetak,
seperti video, audio, simulasi berbantuan atau juga dalam bentuk realita,
model, atau bahan sesungguhnya untuk didemonstrasikan kepada peserta.
c. Penjelasan tentang relevansi dan manfaat bahan ajar
Dalam bahan ajar perlu ada penjelasan tentang manfaat dan kegunaan
bahan ajar dalam mata tataran. Bahan ajar dapat berperan sebagai bahan utama
yang akan digunakan dalam pembelajaran di kelas, atau sebagai alat bantu
peserta belajar mandiri di rumah (buku kerja, paket kerja mandiri), atau juga
sebagai alat bantu peserta belajar dalam kelompok. Peran ini perlu dijelaskan
kepada peserta dengan cermat, sehingga peserta dapat menggunakan bahan
ajar dengan jelas. Di samping itu, bahan ajar juga perlu menjelaskan
keterkaitan antara topik yang dibahas dalam bahan ajar dengan topik-topik
dalam mata pelajaran lainnya. Dengan demikian, peserta dapat melihat
46

keterkaitan topik bahan ajar dengan topik lain, dan tidak terkesan bahwa
masing-masing topik adalah berdiri sendiri-sendiri.
d. Alat bantu yang memudahkan
Alat bantu yang digunakan dalam pengembangan bahan tergantung kepada
jenis bahan ajarnya.Bahan ajar cetak, dapat menggunakan alat bantu berupa
rangkuman untuk setiap bab, penomoran, judul bab yang jelas, serta tanda-
tanda khusus, misalnya tanda tanya yang menandakan pertanyaan.
3. Analisis Data Praktikalitas
Analisis data praktikalitas diperoleh dari lembar uji kepraktisan oleh
pendidik dan lembar uji kepraktisan oleh peseta didik. Penilaian produk
berdasarkan lembar angket yang telah diisi oleh praktisi dianalisis untuk
mengetahui tingkat kepraktisan dari produk yang dikembangkan. Penskoran
untuk masing-masing indikator menggunakan skala likert. Analisis
kepraktisan menggunakan skala likert dengan langkah-langkah:
a. Memberikan skor untuk setiap item jawaban.
Menurut Sugiyono (2012 : 34), skala likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial.
Tabel 2.4 Kriteria pemberian skor jawaban praktikalitas
Skor Kriteria
4 Sangat setuju
3 Setuju
2 Tidak setuju
1 Sangat tidak setuju
(Sumber : Sugiyono, 2012 : 34)
b. Menjumlahakan skor total untuk seluruh indikator.
c. Analisis praktikalitas digunakan dengan nilai persentase (%)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Nilai praktikalitas = x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

d. Menentukan kriteria praktikalitas produk


47

Setelah persentase nilai praktikalitas diperoleh, dilakukan


pengelompokkan sesuai kriteria yang terdapat pada Tabel berikut ini:
Tabel 2.5. Kriteria pemberian nilai praktikalitas
No Persentase (%) Kriteria
1. 0 – 20 Tidak praktis
2. 21 – 40 Kurang praktis
3. 41 – 60 Cukup praktis
4. 61 – 80 Praktis
5. 81 – 100 Sangat praktis
(Sumber: Riduwan, 2010 : 89)

H. Efektivitas Bahan Ajar Cetak


1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia(1990:219), kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau
dapat membawa hasil. Jadi efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya
kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan
sasaran yang dituju. Aspek yang paling penting dalam keefektifan adalah
mengetahui tingkat atau derajat penerapan produk (Rochmad, 2012:71).
Menurut Suryadi (2005) (dalam Yazid) bahan ajar dapat dikatakan
efektif apabila :
1) Rata-rata siswa aktif dalam aktivitas pembelajaran.
2) Rata-rata siswa aktif dalam mengerjakan tugas.
3) Rata-rata siswa efektif dalam keefektifan relatif penguasaan bahan
pengajaran.
4) Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan baik/positif
5) Respon guru terhadap pembelajaran yang dilaksanakan baik/positif

Pengertian efektifitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh


tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Menurut Reigeluth
(1999), aspek penting dalam keefektifan (efek potensial) dari suatu
instrument, teori, atau model adalah mengetahui tingkat/derajat dari
penerapan teori, atau model dalam suatu situasi tertentu. Tingkat keefektifan
ini biasanya dinyatakan dengan suatu skala numeric yang didasarkan pada
48

kriteria tertentu, (Mager dalam Reiguluth, 1999). Berkaitan dengan


keefektifan pengembangan instrument, model, teori dalam dunia pendidikan,
Van den Akker (1999:10) menyatakan bahwa keefektifan mengacu pada
tingkatan bahwa pengalaman dan hasil intervensi konsisten dengan tujuan
yang dimaksud.
Keefektifan suatu bahan ajar biasanya dilihat dari potensial efek berupa
kualitas hasil belajar, sikap dan motivasi peserta didik. Menurut Akker (1999)
ada dua aspek keefektivan yang harus dipenuhi oleh suatu bahan ajar, yakni :
1. Ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa bahan
ajar tersebut efektif.
2. Secara operasional bahan ajar tersebut memberikan hasil sesuai yang
diharapkan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah
suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai.
Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, semakin efektif pula kegiatan
tersebut, sehingga kata efektivitas dapat juga diartikan sebagai tingkat
keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai. Sebuah media pembelajaran bisa
dikatakan efektif ketika memenuhi kriteria, diantaranya mampu memberikan
pengaruh, perubahan atau dapat membawa hasil. Ketika kita merumuskan
tujuan instruksional, maka efektivitas dapat dilihat dari seberapa jauh tujuan
itu tercapai. Semakin banyak tujuan tercapai, maka semakin efektif pula media
pembelajaran tersebut.
Efektifitas juga merupakan salah satu syarat instrumen atau alat evaluasi
yang baik. Dimana suatu alat evaluasi berupa tes dikatakan efektif apabila alat
evaluasi tersebut sesuai dengan sasaran tujuan penilaian yang akan dicapai.
Efektifitas adalah bagaimana alat evaluasi digunakan secara tepat untuk
memperoleh hasil yang baik. Keefektifan instrumen dilihat dari :
1. Hasil analisa jawaban siswa (strategi dan solusi) yang diberikan,
menunjukkan bahwa keragaman siswa berbanding lurus dengan
keragaman pola pikir mereka. Hal ini disebabkan bahwa instrumen
49

penilaian yang dikembangkan tidak hanya menilai dengan pemberian skor


objektif tetapi juga menggunakan cara-cara alternatif penilaian lainnya.
2. Hasil observasi saat aktivitas berlangsung menunjukkan bahwa siswa
mencoba memahami soal dengan idenya sendiri terlebih dahulu kemudian
memperluas ide-ide dan berkembang pemahamannya saat mereka
mendengar, mendiskusikan ide, membuat gambar, mempertahankan
penyelesaian, memikirkan strategi teman-temannya lewat diskusi.
3. Penggunaan instrumen penilaian dikatakan efektif jika didukung dengan
kesiapan siswa dari rumah untuk mengefisienkan waktu.
4. Dari ketiga hal itu maka instrumen penilaian dapat dikatakan
memiliki potensial efect untuk subjek penelitian dan pada waktu instrumen diuji
cobakan. Untuk hasil yang benar-benar efektif maka instrumen ini harus
diujicobakan berkelanjutan dan pada subjek penelitian lainnya.
Kaitannya dengan proses pembelajaran, Menurut Popham (2003:7),
efektivitas proses pembelajaran seharusnya ditinjau dari hubungan guru tertentu
yang mengajar kelompok siswa tertentu, di dalam situasi tertentu dalam usahanya
mencapai tujuan-tujuan instruksional tertentu. Efektivitas proses pembelajaran
berarti tingkat keberhasilan guru dalam mengajar kelompok siswa tertentu
dengan menggunakan metode tertentu untuk mencapai tujuan instruksional
tertentu.
Dunne (1996:12) berpendapat bahwa efektivitas pembelajaran memiliki
dua karakteristik. Karakteristik pertama ialah “memudahkan murid belajar”
belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep atau
sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Kedua, bahwa keterampilan diakui oleh
mereka yang berkompeten menilai, seperti guru, pengawas, tutor atau murid
sendiri.
Pendapat yang menyatakan tentang indikator sesuatu bisa dikatakan efektif
diantaranya menurut Sinambela (2006:78), pembelajaran dikatakan efektif
apabila mencapai sasaran yang diinginkan, baik dari segi tujuan pembelajaran
maupun prestasi siswa yang maksimal. Beberapa indikator keefektifan
pembelajaran:
50

a. Ketercapaian ketuntasan belajar.


b. Ketercapaian keefektifan aktivitas siswa (yaitu pencapaian waktu ideal
yang digunakan siswa untuk melakukan setiap kegiatan yang termuat
dalam rencana pembelajaran).
c. Ketercapaian efektivitas kemampuan guru mengelola pembelajaran,
dan respon siswa terhadap pembelajaran yang positif.
Pembelajaran efektif menurut Wotruba dan Wright (Hamzah B Uno,
2011: 174-190) dapat dilihat dari :
a. Pengorganisasian materi yang baik, dapat dilakukan dengan cara: guru
mengurutkan materi yang akan disampaikan secara logis dan teratur,
mengaitkan materi dengan tujuan pembelajaran
b. Komunikasi yang efektif, sebagai contoh: guru menyajikan materi
dengan jelas, memiliki kemampuan bicara yang baik (nada, intonasi,
ekspresi), mengintepretasi gagasan abstrak dengan contoh-contoh.
c. Penguasaan dan Antusiasme terhadap Materi Pelajaran, yang termasuk
di dalamnya antara lain: guru menguasai materi pelajaran dengan benar,
menghubungkan materi yang diajarkan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki para siswa, memiliki kemauan dan semangat untuk memberikan
pengetahuan kepada para siswa.
d. Sikap positif terhadap siswa, dapat dilakukan dengan cara: guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif,
mengendalikan perilaku siswa selama kegiatan berlangsung Pemberian
nilai yang adil, seperti: guru memberikan soal tes yang sesuai dengan
materi yang diajarkan, memberikan umpan balik terhadap hasil
pekerjaan siswa
e. Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran, seperti guru mengadakan
remidi kepada siswa yang memiliki kemampuan rendah
f. Hasil belajar siswa yang baik, seperti: guru memberikan penilaian
terhadap hasil belajar siswa
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan
bahwa efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan yang dapat
51

dicapai dari suatu metode pembelajaran tertentu sesuai dengan tujuan


pembelajaran yang telah direncanakan. Tingkat keberhasilan yang digunakan
pada penelitian ini adalah indikator ketuntasan hasil belajar siswa.

2. Cara Menentukan Keefektivan Bahan Ajar


Efektivitas bahan ajar dilakukan dalam uji coba terbatas. Indikator
efektivitas bahan ajar dapat dilihat pada pengetahuan dan pemahaman siswa.
Pengujian efektivitas dilakukan dengan metode quasi eksperimen.
Eksperimen dapat dilakukan dengan membandingkan keadaan sebelum dan
sesudah menggunakan bahan ajar. Model eksperimen ini dapat dilihat pada
gambar berikut.

O1 O2
Gambar 1. Desain Eksperimen Before After

Gambar 1 menjelaskan bahwa O1 merupakan treatment awal dimana nilai


sebelum diberi bahan ajar. O2 merupakan treatment akhir yaitu hasil belajar
setelah penggunaan bahan ajar.
Metode eksperimen lainnya dapat dilakukan dengan desain pretest posttest
control group desain. desain ini dilakukan dengan memilih kelompok
eksperimen dan kelompok kotrol. kelompok eksperimen diberi diberi bahan
ajar non cetak dalam pembelajaran sedangkan kelas kontrol tidak diberi
bahan ajar non cetak. Kedua kelompok tersebut diberi pretest, bila kedua
kelompok tidak berbeda secara signifikan maka kedua kelompok bisa
digunakan. Pengujian efektivitas bahan ajar pada dua kelompok
menggunakan t-test. Rumusnya adalah :
52

Keterangan :
X1 = rata-rata sampel 1
X2 =Rata-rata sampel 2
S1= simpangan baku sampel 1
S2= simapangan baku sampel 2
r = korelasi antara kedua kelompok

Korelasi antara hail belajar kedua kelompok dicari dengan menggunakan


persamaan :

dengan,
r = korelasi antara hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar
x1 = rata-rata kelompok 1
x2 = rata-rata kelompok 2
N = jumlah peserta tes

Hasil thitung yang didapat dibandingkan dengan nilai ttabel . Jika diperoleh
harga thitung lebih besar darittabel berarti terdapat perbedaan yang berarti antara
pembelajaran kelompok yang ,menggunakan bahan ajar dan kelompok yang
tidak menggunakan bahan ajar sehingga dapat dikatakan bahwa bahan ajar
efektif untuk digunakan.
3. Analisis Data Efektifitas
Angket yang telah dibagikan kepada siswa setelah uji coba di analisis
untuk menentukan keefektifan bahan ajar tersebut.Penskoran data bahan ajar
dapat menggunakan skala likert pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Penskoran Menggunakan Skala Likert

Skor Kategori Persentasi Ketercapaian


Indikator
1 Sangat Tidak Setuju (STS) 0-25
2 Tidak Setuju (TS) 26-50
53

3 Setuju (S) 51-75


4 Sangat Setuju (SS) 76-100
(Riduwan, 2009)

Data yang diperoleh dideskripsikan dengan teknik analisis frekuensi data


menggunakan persamaan berikut.

D = B x100%
C
Keterangan:
D = nilai efektifitas
B = skor yang diperoleh
C = skor maksimum
Berdasarkan nilai yang diperoleh, maka ditetapkan kriteria
efektifitas seperti Tabel 2.7.
Tabel 2.7. Kategori Efektifitas Perangkat Pembelajaran
Interval Kateori
0-20% Sangat tidak efektif
21-40% Tidak efektif
41-60% Kurang efektif
61-80% Efektif
81-100 Sangat efektif
(Riduwan, 2009)
54

BAB III
PEMBAHASAN

A. Matriks Perbedaan Validitas, Reliabilitas, Praktikalitas & Efektivitas


Berikut ini adalah matriks perbedaan Validitas, Reliabilitas, Praktikalitas &
Efektivitas:
Tabel 3.1. Tabel matriks perbedaan Validitas, Reliabilitas, Praktikalitas
& Efektivitas

No. Pembeda Validitas Reliabilitas Praktikalitas Efektivitas


1. Pengertian Validitas Relibilitas Praktikalitas Efektivitas
berasal dari merupakan berarti bahwa berasal dari
kata validity penerjemahan bersifat praktis, kata dasar
yang artinya dari kata artinya mudah efektif yang
keabsahan reliability dan senang mempunyai
atau cara yang dalam arti efek,
yang mempunyai pemakaiannya. pengaruh,
semestinya asal kata rely Praktikalitas akibat atau
berlaku. yang artinya adalah tingkat dapat
Validitas percaya dan keterpakaian membawa
adalah suatu ability yang dan hasil.
ukuran yang artinya dapat keterlaksanaan Aspek yang
menunjukkan dipercaya. bahan ajar oleh paling
tingkat Reliabilitas siswa dan guru penting
kevalidan adalah tingkat yaitu dalam
atau atau derajat melaksanakan keefektifan
kesahihan konsistensi pengajaran adalah
suatu tes. dari suatu dengan mengetahui
instrumen menggunakan tingkat atau
bahan ajar derajat
yang telah penerapan
direvisi produk
55

berdasarkan
penilaian
validator.
2. Instrumen Lembar uji - Lembar uji Lembar
tes validitas praktikalitas Test

MATRIKS INSTRUMEN EVALUASI JENIS BAHAN AJAR


Tabel 3.2 Tabel matriks instrumen evaluasi jenis bahan ajar
JENIS BUKU DIKTAT BUKU MODUL HANDO
TEKS AJAR UT
Dasar Hasil Hasil Rencana Rencana Kompete
menulis penelitian mengemas Pembelajaran Pembelajaran nsi Dasar
/ kembali yang
pemikiran buku harus di
referensi/b capai
uku teks
Pengguna Pendidik Pendidik Peserta didik Peserta didik Peserta
utama untuk untuk untuk belajar untuk belajar didik
mengajar mengajar untuk
dan belajar
meneliti
Alur dan  Sesuai  Sesuai  Sesuai RP  Sesuai RP  Sesuai
struktur alur alur  Ada  Ada Komp
logika logika / ilustrasi prosedur etensi
/uruta urutan  Ada belajar/kerj dasar
n keilmua contoh a  Ada
keilm n  Ada studi  Ada Ringk
uan  Ada kasus lembar asan
 Ada contoh  Ada soal kerja Materi
peta soal latihan  Ada
keilm  Ada (umpan Soal
uan soal balik)
 Ada latihan
studi (umpan
kasus balik)
dan
ilustra
si
Bahasa  Forma  Formal  Semi-  Semi-  Semi
l  Mengat formal formal Forma
 Meng akan  Menggamb  Menggamb l
56

atakan arkan arkan Singk


at,
Padat,
Jelas
Publikasi Diterb  Diedark  Diterbitka  Diedarkan  Di
itkan an n dan dikalangan edarka
dan dikalan disebarlua peserta n
diseba gan skan didik/maha dikala
rluask peserta  Ber-ISBN siswa ngan
an didik/m pesert
 Ber- ahasisw a
ISBN a didik
Kepadata Substansi Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai
n materi pembahas dengan dengan dengan dengan
annya kebutuhan kebutuhan kebutuhan Kebutuha
pada satu bahan ajar bahan ajar bahan ajar n Bahan
bidang Ajar
ilmu
Untuk Terbimbin Terbimbing Mandiri Mandiri Mandiri
belajar g
Tujuan Penelitian Pengajaran Pembelajaran Pembelajaran Pembelaj
Pengguna dan aran
an Pengajara
n
57

A. Validitas Buku Ajar


Kisi-kisi Angket Validitas Buku Ajar

Tabel 3.5. Kisi-kisi Angket Uji Validitas Buku Ajar


Kategori Penjelasan Jenis Validitas Indikator

Unsur-unsur 1. Judul Validitas isi 1. Isi materi buku ajar sesuai dengan judul setiap topik/BAB
Buku Ajar (Komponen isi)
2. KD Validitas isi 2. Isi materi buku ajar sesuai dengan kompetensi dasar yang
akan dicapai mahasiswa
3. Materi Pembelajaran Validitas isi 3. Isi materi pada buku ajar sesuai dengan kemampuan
mahasiswa
4. Latihan Validitas isi 4. Latihan yang diujikan sesuai dengan materi pada buku ajar
Alur dan struktur a) Sesuai alur penulisan Validitas konstruk 1. Penyajian buku ajar (paling sedikit) berisi judul, KD,
(Komponen materi, latihan
Penyajian)

b) Ada peta keilmuan Validitas konstruk 2. Penyajian peta konsep sesuai dengan uraian materi pada
setiap BAB

c) Ada studi kasus/ilustrasi Validitas konstruk 3. Penggunaan ilustrasi dan studi kasus sesuai dengan materi
pada setiap BAB
Fungsi 1. Rujukan, referensi dan Validitas isi 1. Materi pada buku ajar mengandung informasi yang tepat
sumber untuk kajian ilmu
2. Buku ajar mencantumkan referensi yang jelas
3. Sumber materi adalah pengembangan dari buku lain, karya
ilmiah dan hasil penelitian yang aktual
58

2. Bahan bacaan Validitas isi 4. Materi pada buku ajar dapat menambah wawasan
pengetahuan

Bahasa Formal Validitas 1. Bahasa yang digunakan bahasa semi formal


Kebahasaan

2. Penulisan bahasa menggunakan kalimat yang efektif dan


efesien

3. Informasi yang disampaikan jelas


4. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang komunikatif
bagi mahasiswa
5. Bahasa yan digunakan memotivasi mahasiswauntuk belajar
Kepadatan materi Substansi pembahasannya pada Validitas isi 1. Cakupan substansi materi pembelajaran lengkap pada satu
satu bidang ilmu bidang kajian ilmu

Keterbacaan Mudah dibaca Validitas Kegrafisan 1. Ilustrasi, grafis, gambar, foto sesuai dengan materi
pembelajaran

2. Buku Ajar menggunakan font yang jelas dan terbaca


59

Instrumen Validitas Buku Ajar

Judul Buku Ajar : ...........


Mata Pelajaran : ...........
Penulis : ...........
Validator : ...........
Tanggal : ...........

Petunjuk pengisian
Berilah tanda check (v) pada kolom yang paling sesuai dengan penilaian Anda.
1 = sangat tidak setuju
2 = tidak setuju
3 = setuju
4 = sangat setuju
No KOMPONEN 1 2 3 4
KELAYAKAN ISI
1 Isi materi buku ajar sesuai dengan judul setiap
topik/BAB
2 Isi materi buku ajar sesuai dengan kompetensi dasar
yang akan dicapai mahasiswa
4 Isi materi pada buku ajar sesuai dengan kemampuan
mahasiswa
5 Latihan yang diujikan sesuai dengan materi pada buku
ajar
7 Materi pada buku ajar mengandung informasi yang
lengkap
8 Buku ajar mencantumkan referensi yang jelas
9 Sumber materi adalah pengembangan dari buku lain,
karya ilmiah dan hasil penelitian yang aktual
10 Materi pada buku ajar dapat menambah wawasan
pengetahuan
KEBAHASAAN
12 Bahasa yang digunakan adalah bahasa semi formal
13 Penulisan bahasa menggunakan kalimat yang efektif
dan efesien
14 Informasi yang disampaikan jelas
15 Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang
komunikatif bagi mahasiswa
16 Bahasa yan digunakan memotivasi
mahamahasiswauntuk belajar
PENYAJIAN
17 Penyajian buku ajar (paling sedikit) berisi judul, KD,
materi, latihan, penilaian
19 Penyajian peta konsep sesuai dengan uraian materi
pada setiap BAB
60

20 Penggunaan ilustrasi dan studi kasus sesuai dengan


materi pada setiap BAB
KEGRAFISAN
21 Ilustrasi, grafis, gambar, foto sesuai dengan materi
pembelajaran
23 Buku Ajar menggunakan font yang jelas dan terbaca.

Komentar/saran validator:
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
61

B. Praktikalitas Buku Ajar


Kisi-kisi Angket Praktikalitas Buku Ajar
Tabel 3.6. Kisi-kisi Angket Uji Praktikalitas Buku Ajar
Kategori Penjelasan Jenis Praktikalitas Indikator
Kegunaan Membantu Manfaat 1. Buku ajar membantu mahamahasiswa memahami materi
mahamahasiswadalam
melaksanakan kurikulum
karena disusun berdasarkan
kurikulum yang berlaku

Menjadi pegangan Manfaat 2. Buku ajar membantu pendidik untuk mengajarkan materi
mahamahasiswadalam pembelajaran
menentukan belajar 3. Buku ajar dapat menunjang kegiatan pendidik dalam
memenuhi tuntunan pembelajaran
Memberikan pengetahuan bagi Manfaat 4. Buku ajar menambah wawasan bagi pembaca (pendidik
pendidik maupun mahasiswa maupun mahasiswa

Tujuan Memudahkan pendidik dalam Kemudahan 1. Penggunaan buku ajar membuat waktu pembelajaran lebih
Pembuatan menyampaikan materi penggunaan efektif dan efisien
pembelajaran 2. Buku ajar dapat digunakan kapan saja dan dimana saja,
sesuai dengan kebutuhan pendidik
Memberikan kesempatan Kemudahan 1. Isi buku ajar secara keseluruhan mudah dipahami oleh
kepada mahamahasiswauntuk penggunaan pendidik dan mahasiswa
mengulangi pelajaran
2. Bahasa yang digunakan pada buku ajar mudah dipahami
mahasiswa

3. Uraian materi dan latihan yang ada pada buku ajarjelas dan
sederhana
62

4. Buku ajar praktis dan mudah dibawa karena dapat disimpan

5. Buku ajar dapat digunakan berulang-ulang

6. Mahamahasiswa dapat belajar mandiri sesuai dengan


kemampuan belajarnya masing-masing
Menyediakan materi Kemenarikan 1. Desain tampilan penyajian buku ajar menarik untuk dilihat
pembelajaran yang menarik
bagi mahasiswa 2. Isi materi dalam buku ajar dilengkapi dengan ilustrasi,
gambar, foto yang sesuai materi
3. Jenis font pada buku ajar terbaca dengan jelas
63

Instrumen Uji Kepraktisan Buku Ajar Bagi Pendidik

A. Petunjuk
Berikut ini dikemukan sejumlah pernyataan sehubungan dengan uji kepraktisan Buku
Ajar. Untuk itu kepada Bapak dan Ibu sebagai praktisi dapat memberikan cek (√) pada
kolom yang sesuai dengan yang dirasakan untuk beberapa pilihan yaitu :

1 Sangat tidak setuju

2 Tidak Setuju

3 Setuju

4 Sangat setuju

ANGKET UJI KEPRAKTISAN

No PERNYATAAN 1 2 3 4

A. Kemudahan Penggunaan
Penggunaan buku ajar membuat waktu pembelajaran
1
lebih efektif dan efisien
Buku ajar dapat digunakan kapan saja dan dimana saja,
2
sesuai dengan kebutuhan pendidik

Isi buku ajar secara keseluruhan mudah dipahami oleh


3
pendidik
Bahasa yang digunakan pada buku ajar mudah
4
dipahami
Uraian materi dan latihan yang ada pada buku ajarjelas
5
dan sederhana
Buku ajar praktis dan mudah dibawa karena dapat
6
disimpan
7 Buku ajar dapat digunakan berulang-ulang

Mahasiswa dapat belajar mandiri sesuai dengan


8
kemampuan belajarnya masing-masing

B. Kemenarikan Sajian
Desain tampilan penyajian buku ajar menarik untuk
1
dilihat
Isi materi dalam buku ajar dilengkapi dengan ilustrasi,
2
64

gambar, foto yang sesuai materi

3 Jenis font pada buku ajar terbaca dengan jelas

C. Manfaat

1 Buku ajar membantu mahamahasiswa berpikir kritis

2 Buku ajar membantu pendidik untuk mengajarkan


materi pembelajaran
4 Buku ajar menambah wawasan bagi pendidik maupun
mahasiswa

A. Komentar dan Saran


Komentar dan saran Bapak dan Ibu setelah mengamati dan menganalisis buku ajar
……………………………………………………………………………………………
…………………...………………………………………………………………………
………………………………………...…………………………………………………
……………………………………………………………...……………………………
………………………………………...…………………………………………………
……………………………………………………………...……………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………...………………………………………………………………………
………………………………………...…………………………………………………
……………………………………………………………...……………………………
………………………………………...…………………………………………………
……………………………………………………………...……………………………

Praktisi

……………………………....
NIP.
65

Instrumen Uji Kepraktisan Buku Ajar Bagi Siswa

A. Petunjuk
Berikut ini dikemukan sejumlah pernyataan sehubungan dengan uji kepraktisan Buku
Ajar. Untuk itu kepada ananda sebagai praktisi dapat memberikan cek (√) pada kolom
yang sesuai dengan yang dirasakan untuk beberapa pilihan yaitu :

1 Sangat tidak setuju

2 Tidak Setuju

3 Setuju

4 Sangat setuju

ANGKET UJI KEPRAKTISAN

No PERNYATAAN 1 2 3 4

A. Kemudahan Penggunaan

Penggunaan buku ajar membuat waktu pembelajaran


1
lebih efektif dan efisien
Buku ajar dapat saya gunakan kapan saja dan dimana
2
saja, sesuai dengan kebutuhan
3 Isi buku ajar secara keseluruhan mudah saya pahami

Bahasa yang digunakan pada buku ajar mudah saya


4
pahami
Uraian materi dan latihan yang ada pada buku ajarjelas
5
dan sederhana
Buku ajar praktis dan mudah saya bawa karena dapat
6
disimpan
7 Buku ajar dapat saya gunakan berulang-ulang

Saya dapat belajar mandiri sesuai dengan kemampuan


8
belajarnya masing-masing menggunakan buku ajar
B. Kemenarikan Sajian
Desain tampilan penyajian buku ajar menarik untuk
1
saya lihat
2 Isi materi dalam buku ajar dilengkapi dengan ilustrasi,
gambar, foto yang sesuai materi

Jenis font pada buku ajar terbaca dengan jelas oleh


3 saya
66

C. Manfaat

1 Buku ajar membantu saya memahami materi

2 Buku ajar membantu pendidik untuk mengajarkan


sayamateri pembelajaran
3 Buku ajar menambah wawasan bagi saya

B. Komentar dan Saran


Komentar dan saran ananda setelah mengamati dan menganalisis buku ajar
……………………………………………………………………………………………
…………………...………………………………………………………………………
………………………………………...…………………………………………………
……………………………………………………………...……………………………
………………………………………...…………………………………………………
……………………………………………………………...……………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………...………………………………………………………………………
………………………………………...…………………………………………………
……………………………………………………………...……………………………
………………………………………...…………………………………………………
……………………………………………………………...……………………………

Praktisi

……………………………....
67

F. Efektivitas Buku Ajar


Efektivitas bahan ajar dilakukan dalam uji coba terbatas. Indikator efektivitas bahan ajar
dapat dilihat pada pengetahuan dan pemahaman siswa. Pengujian efektivitas dilakukan
dengan metode quasi eksperimen. Eksperimen dapat dilakukan dengan membandingkan
keadaan sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar.
Metode eksperimen lainnya dapat dilakukan dengan desain pretest posttest control group
desain. Desain ini dilakukan dengan memilih kelompok eksperimen dan kelompok kotrol.
Kelompok eksperimen diberi diberi bahan ajar buku ajar dalam pembelajaran sedangkan
kelas kontrol tidak diberi bahan ajar buku ajar. Pengujian efektivitas bahan ajar pada dua
kelompok menggunakan t-test. Rumusnya adalah :

Keterangan :
X1 = rata-rata sampel 1
X2 =Rata-rata sampel 2
S1= simpangan baku sampel 1
S2= simapangan baku sampel 2
r = korelasi antara kedua kelompok
Korelasi antara hasil belajar kedua kelompok dicari dengan menggunakan persamaan :

dengan
r = korelasi antara hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar
x1 = rata-rata kelompok 1
x2 = rata-rata kelompok 2
N = jumlah peserta tes
Hasil thitung yang didapat dibandingkan dengan nilai ttabel . Jika diperoleh harga thitung lebih
besar darittabel berarti terdapat perbedaan yang berarti antara pembelajaran kelompok yang
,menggunakan bahan ajar dan kelompok yang tidak menggunakan bahan ajar sehingga dapat
dikatakan bahwa bahan ajar efektif untuk digunakan.
68

Uji efektifitas buku ajar fisika dasar

KISI-KISI SOAL

Mata Pelajaran : Fisika


Sesi/Semester : A/1
Materi : vector
Alokasi Waktu : 45 menit
Jumlah Butir Soal : 3 butir

Kompetensi Indikator Pencapaian Bentuk Tngkat Kognitif Bobot


Indikator Soal Nomor Soal
Dasar Kompetensi Soal C1 C2 C3 C4 C5 C6 soal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2.3 Menjelaskan ciri suatu Diberikan √


Menggunakan vektor sebagai ruas pernyataan,
sifat-sifat dan garis berarah dan mahasiswadapat
operasi aljabar pasangan terurut membedakan Esaay 1 5
vektor dalam bilangan real antara besaran
pemecahan vector dan besaran
masalah; scalar

Menentukan panjang Diberikan gambar √


suatu vektor di bidang sebuah vector
dan ruang mahasiswadapat Esaay 2 10
mencari besaran
terkait

Menjelaskan aplikasi Diberikan gambar Esaay √ 3 5


besaran vector dalam aplikasi besaran
69

kehiudpan sehari hari. vector


mahamahasiswada
pat menjelaskan
aplikasi lain yang
berhubungan

Total skor (skor maksimum) 20

Penilaian : Skor perolehan/skor maksimum x 100

Soal

1. Jelaskanperbedaan besaran vector dan besaran scalar beserta contoh ?


2. Diberikan dua buah vektor gaya yang sama besar masing-masing vektor besarnya adalah 10 Newton seperti gambar berikut.

Jika sudut yang terbentuk antara kedua vektor adalah 60°, tentukan besar (nilai) resultan kedua vector ?
3. Jelaskan aplikasi vector dalam kehidupan sehari hari ?

Kunci Jawaban

1. Besaran vector adalah besaran yang memiliki arah dan nilai seperti percepatan dan gaya. Sedangkan besaran scalar adalah besaran yang
hanya memiliki nilai saja tetapi tidak memiliki arah seperti massa dan panjang.

2. dengan rumus :

Diperoleh hasil
70

Catatan rumus:
cos (180° − α) = − cos α
Sehingga untuk nilai cos 120°:
cos 120° = cos (180° − 60°) = − cos 60° = − ½

3. Disaat penerjun menjatuhkan diri dari pesawat, tempat ia jatuh tidak tepat di bawah kapal, tetapi jauh melenceng karena adanya dua
vektor gaya yaitu gaya gravitasi dan gaya dorong angin. Dan Ketika perahu menyebrangi sebuah sungai, maka kecepatan gerak perahu
yang sebenarnya merupakan kecepatan gerak perahu dan kecepatan air.
71

G. Efektifitas Bahan Ajar

Efektivitas penggunaan dari bahan ajar kita peroleh dengan melihat peningkatan hasil
belajar mahasiswa. Lalu dibandingkan dengan kategori analisis efektifitas berikut.

Interval Kateori
0-20% Sangat tidak efektif
21-40% Tidak efektif
41-60% Kurang efektif
61-80% Efektif
81-100 Sangat efektif

Hasil nilai Postest Siswa

No. Nama Postest Kategori


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Rata-rata

Kesimpulan :
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………….……
……………………………………………………………………………………………
……………...……………………………………………………………………………
…………………………………...………………………………………………………
72

H. Reliabelitas buku ajar

Reliabelitas buku ajar dapat dilakukan dengan menguji buku tersebut kepada
mahasiswalain dan mengadakan tes akhir kepada siswaa tersebt sehingga dapat dihitung
reliabelitasnya. Untuk membandingkan hasil reliabelitas dapat dibandingkan dengan table
r11berikut :

No Kriteria Reliabilitas Kriteria

1 0.90 < rıı≤ 1.00 Reabilitas tinggi sekali

2 0.70 < rıı≤ 0.90 Reabilitas tinggi

3 0.40 < rıı≤ 0.70 Reablitas cukup

4 0.20 < rıı≤ 0.40 Reabilitas rendah

5 0.00 < rıı≤ 0.20 Reablitas sangat rendah

(Slameto, 1988)

Serta dibuatkan hasil r hitungnya

r 11 hitung r 11 tabel

………….. ……………

Kesimpulan :

…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………......
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
........
75

C. Manfaat
1 Modul membantu peserta didik untuk belajar mandiri

2 Modul mampu menjelaskan materi pembelajaran


dengan baik dan mudah dipahami oleh peserta didik
Modul
3 membantupendidikuntukmengajarkanmateripembelaj
aran
4 Bahasa yang digunakan pada modul
mudahdipahamipesertadidik
5 Modul dapatmenambahwawasanpembaca (pendidik
dan pesertadidik)

A. Komentar dan Saran


Komentar dan saran Bapak dan Ibu setelah mengamati dan menganalisis buku
teks
………………………………………………………………………………………
………………………...……………………………………………………………
…………………………………………………...…………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………...……………………………………
…………………………………………………………………………...…………

Praktisi

……………………………....
NIP.

75
76

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah,
1. Validitas suatu bahan ajar adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kesahihan bahan ajar tersebut. Validitas ini divalidasi oleh para ahli di
bidang tersebut.
2. Reliabilitas adalah ketepatan atau kejegan tersebut dalam menilai apa
adanya, artinya kapan pun tersebut digunakanakan memberikan hasil yang
sama atau relatif sama. Bahan ajar yang dikembangkan tidak memerlukan
reliabilitas.
3. Kepraktisan suatu bahan ajar diartikan sebagai kemudahan dalam
penyelenggaraan, pembuatan, dan dalam pemeriksaan atau penentuan
keputusan yang objektif, sehingga keputusan tidak menjadi bias dan
meragukan. Kepraktisan dihubungkan pula dengan efisien dan efektifitas
waktu dan dana keseluruhan pembuatan bahan ajar.
4. Keefektifan suatu bahan ajar biasanya dilihat dari potential efect berupa
kualitas hasil belajar, sikap, dan motivasi peserta didik.

B. Saran
1. Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan
kompetensi peserta didik adalah dengan membuat bahan ajar sendiri yang
sesuai dengan kurikulum yang sedang berlaku saat ini, yaitu Kurikulum
2013.
2. Salah satu upaya yang bisa dilakukan guru menanamkan karakter kepada
peserta didik adalah dengan mampu mengkaitan materi pembelajaran
dengan karakter kepada peserta didik.
77

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-DasarEvaluasiPendidikan (EdisiRevisi).Jakarta


:BumiAksara
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Direktorat Pembinaan
Sekolah Menangah Atas

Dunne, Richard. 1996. Pembelajaran Efektif (Terjemahan). Jakarta: Grasindo.


Ploomp, Tjeerd and Nieveen, Nienke. 2013. Educational Design Research Part A : An
Introduction Enchede, The Netherlands : SLO

Popham, W. James. 2003. Teknik Mengajar Secara Sistematis (Terjemahan).


Jakarta: Rineka cipta

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta.

Rochmad. 2012. “Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika.”


Jurnal Kreano. Hlm. 59—71

Sinambela, N.J.M.P. 2006. Keefektifan Model Pembelajaran Berdasarkan


Masalah(Problem-BasedInstruction) Dalam Pembelajaran Matematika untuk
Pokok Bahasan Sistem Linear dan Kuadrat di Kelas X SMA Negeri 2 Rantau
Selatan Sumatera Utara. Tesis. Surabaya : Program Pasca Sarjana Universitas
Negeri Surabaya.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D). Bandung : Alfabeta

Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara


Siregar, Syofian. 2014. Statistic Parametric untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Thatcher, Robert W. 2010. Validity and Reliability of Quantitative
Electroencephalography (qEEG). Neurolmaging Laboratory Applied
Neuroscience, Inc. (diakses tanggal 23 September2016)
Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan.
Jakarta: Prenadamedia Group.

Anda mungkin juga menyukai