Anda di halaman 1dari 32

Tampil Ke-1 : Kamis, 10 September 2018

Landasan Ilmu Pendidikan


“Manusia dan Kemanusiaan (Pandangan Barat, Indonesia,Agama Islam)”

Oleh :
RAHMI LAILA
NIM. 19175013

Pendidikan Fisika

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Festiyed, M.S.

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Landasan Ilmu Pendidikan dengan judul “Manusia dan
Kemanusiaan (Pandangan Barat, Indonesia dan Agama Islam)”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Landasan Ilmu
Pendidikan, Ibu Prof. Dr. Festiyed, MS.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya. Semoga makalah ini bisa
dimanfaatkan sebaik-baiknya dan diterima sebagai perwujudan penulis dalam
dunia pendidikan dan sebagai amal ibadah disisi-Nya. Aaamiiiin.

Padang, September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A...Latar Belakang ..................................................................................... 1
B...Rumusan Masalah................................................................................. 2
C...Tujuan Penulisan.................................................................................. 3
D...Manfaat Penulisan ............................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI................................................................................ 4
A...Manusia dan Kemanusiaan................................................................... 4
1.. Pandangan Islam.............................................................................. 4
2.. Pandangan Umum di Indonesia....................................................... 5
3.. Pandangan Barat............................................................................... 6
B. Tinjauan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi terhadap Manusia
dalam Pendidikan ................................................................................. 6
BAB III PEMBAHASAN............................................................................... 24
A...Matriks Perbandingan Manusia dan Kemanusiaan
Menurut Islam, Pandangan Umum di Indonesia, dan
Pandangan Barat .................................................................................. 24
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 27
A...Kesimpulan........................................................................................... ` 27
B...Saran..................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi
manusia. Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipiil berbeda dari hewan.
Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan
terpadu dari apa yang di sebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat
manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak
terdapat pada hewan. Oleh karena itu, strategis jika pembahasan tentang hakikat
manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang pendidikan, dengan
harapan menjadi titik tolak bagi paparan selanjutnya. Ilmu pendidikan dibentuk
oleh sejumlah cabang ilmu yang terkait satu dengan yang lain membentuk satu
kesatuan. Masing-masing cabang ilmu pendidikan dibentuk oleh sebuah teori.
Pendidikan merupakan pilar utama kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena
itu, pendidikan sangat penting untuk memajukan sebuah bangsa. Sebagai usaha
untuk meningkatkan mutu lulusan pendidikan maka setiap pendidik harus
mengetahui tentang pendidikan khususnya hakikat manusia dan pendidikan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut maka seorang pendidik harus
mengetahui tentang ilmu pendidikan.
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus
membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar”
tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti
merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan
yang lebih berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan
manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik
anak-anaknya, begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan
mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.
Pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai
pranata yang dapat menjalankan tiga fungi sekaligus. Pertama, mempersiapkan
generasi muda untuk untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa

1
mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang
diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan
dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat
dan peradaban. Butir kedua dan ketiga di atas memberikan pengerian bahwa
pandidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value.
Dengan demikian pendidikan dapat menjadi penolong bagi umat manusia.
Landasan Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam
berkaitannya dengan dunia pendidikan.
Landasan Pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di
negara kita Indonesia,agar pendidikan yang sedang berlangsung dinegara kita ini
mempunyai pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena pendidikan di setiap
negara tidak sama.Untuk negara kita diperlukan landasan pendidikan berupa
landasan hukum,landasan filsafat,landasan sejarah,landasan sosial
budaya,landasan psikologi,dan landasan ekonomi.
Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan.
Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan manusia. Pada akhir pembahasan
ini diharapkan tercapai deskripsi tentang hakikat manusia dan landasan, azas, dan
prinsip pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana pengertian manusia dan kemanusiaan berdasarkan pandangan
barat?
2. Bagaimana pengertian manusia dan kemanusiaan berdasarkan pandangan
Indonesia ?
3. Bagaimana pengertian manusia dan kemanusiaan berdasarkan
pandangan agama Islam ?

2
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dituliskan, maka tujuan penulisan
dari makalah ini, yaitu :
1. Untuk menjelaskan pengertian manusia dan kemanusiaan berdasarkan
pandangan barat.
2. Untuk menjelaskan pengertian manusia dan kemanusiaan berdasarkan
pandangan Indonesia.
3. Untuk menjelaskan pengertian manusia dan kemanusiaan berdasarkan
pandangan agama Islam.

D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Penulis lain, sebagai tambahan wawasan, sumber ide dan referensi
mengenaimanusia, kemanusiaan dan pendidikan.
2. Penulis, sebagai modal dasar untuk mengembangkan diri dalam bidang
penulisan, menambah pengetahuan dan pengalaman dan sebagai syarat
memenuhi tugas mata kuliah landasan ilmu pendidikan.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Agama
Manusia memiliki bebagai kesempurnaan dan juga memiliki kelemahan.
Manusia diciptakan Tuhan dalam keadaan yang paling sempurna dibandingkan
dengan makhluk lain ciptaan-Nya, yang berfungsi menampung serta mendorong
manusia untuk berbuat kebaikan dan keburukan. Manusia dalam kehidupannya
senantiasa menghadapai berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari
luar.Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan
(QS. Yusuf: 5 dan QS. Al-Isra: 53).

Artinya: “Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu
kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk
membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagi manusia"(QS. Yusuf: 5)

Artinya: Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka


mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan
itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.Sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Al-Isra: 53)

Nilai esensi dalam Al-Qur’an selamanya abadi dan selalu relevan pada
setiap zaman, tanpa ada perubahan sama sekali. Kehujjahan Al-Qur’an dapat
dibenarkan karena ia merupakan sumber segala macam aturan tentang hukum,
sosial, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, moral, dan sebagainya, yang harus
dijadikan pandangan hidup bagi seluruh umat islam dalam memecahkan seluruh

4
persoalan.Pendidikan yang ideal harus sepenuhnya mengacu pada pada nilai dasar
Al-Qur’an karena Al-Qur’an diantaranya memuat tentang sejarah pendidikan.
Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa perintah
tentang membaca dan hal tersebut sangat jelas kaitannya dengan pendidikan yaitu
surat Al-Alaq ayat 1-5.

B. Landasan Filosofis
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi
itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.Dasar
pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal.Pendidikan bertujuan
menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan.organis, harmonis, dinamis.
guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam
samapai akar-akarnya mengenai pendidikan (Pidarta,2001).Landasan filosofi
pendidikan adalah seperangkat filosofi yang dijadikan titik tolak dalam
pendidikan.Landasan filosofis pendidikan sesungguhnya merupakan suatu sistem
gagasan tentang pendidikan dan dedukasi atau dijabarkan dari suatu sistem

5
gagasan filsafat umum yang diajurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu.Terdapat
hubungan implikasi antara gagasan-gagasan dalam cabang-cabang filsafat umum
tehadap gagasan-agasan pendidikan. Landasan filosofis pendidikan tidak berisi
konsep-konsep tentang pendidikan apa adanya, melainkan berisi tentang konsep-
konsep pendidikan yang seharusnya atau yang dicita-citakan.
Dalam landasan filosofis pendidikan juga terdapat berbagai aliran
pemikiran.Hal ini muncul sebagai implikasi dari aliran-aliran yang terdapat dalam
filsafat.Sehingga dalam landasan filosofi pendidikan pun dikenal adanya landasan
filosofis pendidikan Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme.

C. Landasan Psikologis
Landasan psikologi pendidikan merupakan salah satu landasan yang
penting dalam pelaksanaan pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam
menjalankan tugasnya sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta
didik. Oleh karena itu pendidik harus mengetahui apa yang harus dilakukan
kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan yang berbeda dari bayi
hingga dewasa.
Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti
mengalami perubahan,karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan
usaha atau kegiatan berinteraksi antara pendidik,anak didik dan lingkungan.
Perubahan tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara psikologis. Di
dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan
yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya.
Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut
psikologis.
Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari
pendidikan. Antara psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang
sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan
psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian
keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

6
Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan
psikologi menjadi sangat mutlak. Analisis psikologi akan membantu para
pendidik memahami struktur psikologis anak didik dan kegiatan-kegiatannya,
sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan secara efektif.
Lumsdaine (dalam Miarso, 2009: 111) berpendapat bahwa ilmu perilaku,
khususnya teori belajar, merupakan ilmu yang utama untuk mengembangkan
teknologi pembelajaran. Bahkan Deterline (dalam Miarso, 2009: 111) menyatakan
bahwa teknologi pembelajaran merupakan aplikasi teknologi perilaku yaitu untuk
menghasilkan perilaku tertentu secara sistematik guna keperluan pembelajaran.
Tujuan perilaku perlu ditetapkan terlebih dahulu sebelum mengembangkan
pembelajaran agar dapat dijadikan bukti bahwa seseorang telah belajar. Tujuan
perilaku ini merupakan ciri yang harus ada dalam setiap model pengembangan
pembelajaran yang merupakan salah satu bentuk konsepsi teknologi pendidikan.
ada akhir abad ke-19 ada dua aliran psikologi belajaryang sangat menonjol, yakni
aliran behavioristik dan aliran kognitif atau teori komprehensif. Kedua aliran
tersebut besar sekali pengaruhnya terhadap teori pengajaran. Bahkan bias
dikatakan hampir semua pengajaran yang dilaksanakan saat ini dihasilkan dari
kedua aliran psikologi belajar tersebut (Sudjana, 2008: 36).

D. Manusia dan Kemanusiaan


1. Pandangan Islam
Berbicara tentang manusia, kita tidak akan lepas dari hal yang
menyatakan bahwa manusia itu merupakan makhluk spesial ciptaan Allah
SWT. Manusia juga ditinggikan derajatnya dibandingkan dengan makhluk
lain. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa manusia menempati kedudukan
sebagai khalifah di atas bumi ini. Hal tersebut terdapat dalam suratAl
Baqarah ayat 30:

7
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui" (QS. Al-Baqarah:30).
Berdasarkan ayat di atas, terlihat bahwa manusia itu diberikan kelebihan
diantara makhluk lain. Oleh karena itu segala kelebihan yang diberikan oleh
Allah kepada kita, harus dianggap sebagai amanah dan tanggungjawab yang
besar.

Hal tersebut juga dinyatakan dalam firman Allah dalam suratAl-A’raaf :


128 dan Al-An’aam :166.

Artinya: Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada


Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah;
dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-
hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang
yang bertakwa" (QS. Al-A’raaf:128).

8
Artinya: Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi
dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain)
beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-
Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya
dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
(QS. Al-An’aam:166)

Dari kedua ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh alam
semesta ini ciptaan Allah SWT dan manusia di muka bumi ini paling tinggi
hanya boleh sebagai khalifah. Oleh karena itu kita harus beribadah kepada
Allah, salah satunya dengan cara menjaga amanah yang telah diberikanNya.

Jalaluddin mengatakan bahwa ada empat potensi yang utama yang


merupakan fitrah dari Allah kepada manusia:

1. Potensi Naluriah (Emosional) atau Hidayat al- Ghariziyyat


2. Potensi Inderawi (Fisikal) atau Hidayat al- Hasiyyat
3. Potensi Akal (Intelektual) atau Hidayat al- Aqliyat
4. Potensi Agama (Spiritual) atau Hidayat al- Diniyyat

Islam adalah agama untuk seluruh manusia yang memembus batas-


batas zaman dan ruang, atau seperti yang biasa diistilahkan: shalih li kulli
zaman wa makan. Islam adalah untuk persaudaraan universal bagi umat
manusia, membangun peradaban dunia yang mengglobal tanpa sekat-sekat
etnis, ras, agama dan budaya. Maka, dalam Al-Qur’an pun ditegaskan bahwa
Nabi Muhammad SAW diutus untuk seluruh manusia:
αΎia ಳ 䇅ig i⺁ k i
䇅 ⺁ MingLi iea⺁ k 䇅n aL ii䇅 g ii䇅 ϳ˶ Ming L 䇅 n ⺁
Artinya: “Aku tidak mengutus kamu hai Muhammad keculai untuk seluruh
manusia” (Q.S.Saba’:28)
Islam adalah Agama yang hadir di muka bumi ini untuk menyampaikan
ajaran-ajaran tentang kemanusiaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia.
Tidak bisa dipungkiri, nilai-nilai humanisme universal memang menjadi
pesan umum dari seluruh agama di dunia. Hanya saja, dalam Islam, kita dapat

9
menemukan contoh praktisnya dalam kehidupan Rasulullah di seluruh
dimensi kehidupan, dari tingkat individu hingga level negara.
Di dalam Islam kita bisa menemukan banyak aspek yang begitu kental
dengan nilai-nilai kemanusiaan atau humanisme. Keesaan Tuhan dan
kemanusiaan merupakan dua hal yang tak bisa dipisahkan. Kemanusiaan
dalam Islam jauh sangat berakar dalam tradisi Islam seperti tercermin dalam
fikih, tasawuf dan akhlak. Perintah Allah agar manusia menghargai
kemanusiaannya sangat terlihat dari perilaku Rasulullah SAW dalam
keseharian beliau. Kita juga perlu menilik kembali tugas kita sebagai hamba
Allah yang dipercayakan untuk menjadi khalifah di muka bumi ini, dengan
cara berusaha mencontoh semua perilaku Rasulullah SAW serta memahami
dengan sebenar-benarnya kedudukan kita serta makhluk Allah yang lain di
bumi ini.
a. Manusia Menurut Para Ulama
1) Menurut Imam Al Ghazali
Konsep pemikiran Al-Ghazali tentang manusia sangat komprehensif.
Dia menyatakan pengenalan hakikat diri adalah dasar untuk mengenal
Tuhan. Al-Ghazali merupakan salah satu ulama yang juga pemikir besar
muslim yang karya-karyanya banyak menyinggung masalah manusia.
Beliau merupakan orang yang ulet dalam mencari dan menggeluti segala
pengetahuan yang hendak di ketahuinya untuk mencapai keyakinan dan
hakikat dari suatu kebenaran.
Menurut kajian ilmu, manusia sebagai individu terdiri dari sel-sel
daging, tulang, saraf, darah dan lain-lain (materi) yang membentuk jasad.
Ilmu mengakui bahwa dalam diri manusia ada jiwa, bahkan penganut teori
evolusi pun mengakuinya. Namun, apakah jiwa itu substansi yang berdiri
sendiri, ataukah ia hanya merupakan fungsi atau aktivitas jasad dengan
organ-organnya.
Lebih lanjut, Al-Ghazali menggambarkan manusia terdiri dari Al-
Nafs, Al-ruh dan Al-jism. Al-nafs adalah substansi yang berdiri sendiri,
tidak bertempat. Al-ruh adalah panas alam di (al-hararat al-ghariziyyat)

10
yang mengalir pada pembuluh-pembuluh nadi, otot-otot dan syaraf.
Sedangkan al-jism adalah yang tersusun dari unsur-unsur materi. Al-jism
(tubuh) adalah bagian yang paling tidak sempurna pada manusia. Ia terdiri
atas unsur-unsur materi, yang pada suatu saat komposisinya bisa rusak.
Karena itu, dia tidak mempunyai daya sama sekali. Ia hanya mempunyai
mabda’ thabi’i (prinsip alami), yang memperlihatkan bahwa dia tunduk
kepada kekuatan-kekuatan di luar dirinya. Tegasnya, al-jism tanpa al-ruh
dan al-nafs adalah benda mati.
Selain itu, Al-Ghazali juga menyebutkan manusia terdiri dari
substansi yang mempunyai dimensi dan substansi (tidak berdimensi) yang
mempuyai kemampuan merasa dan bergerak dengan kemauan. Yang
pertama adalah al-jism dan yang kedua al-nafs. Di sini, dia tidak
membicarakan al-ruh dalam arti sejenis uap yang halus atau panas alami,
tetapi dia menggambarkan adanya dua tingkatan al-nafs dibawah al-nafs
dalam arti esensi manusia, yaitu al-nafs al-nabatiyyat (jiwa vegetatif) dan
al-nafs al-hayawaniyyat (jiwa sensitif). Kedua jiwa ini disebut di bawah
jiwa manusia, karena dipunyai secara bersama oleh manusia dan makhluk-
makhluk lainnya, tumbuh-tumbuhan untuk yang pertama dan hewan serta
tumbuh-tumbuhan untuk yang kedua
Menurut Al-Ghazali, jiwa (al-nafs al-nathiqah) sebagai esensi
manusia mempunyai hubungan erat dengan badan. Hubungan tersebut
diibaratkan seperti hubungan antara penunggang kuda dengan kudanya.
Hubungan ini merupakan aktifitas, dalam arti bahwa yang memegang
inisiatif adalah penunggang kuda bukan kudanya. Kuda merupakan alat
untuk mencapai tujuan. Ini berarti bahwa badan merupakan alat bagi jiwa.
Jadi, badan tidak mempunyai tujuan pada dirinya, dan tujuan itu akan ada
apabila dihubungkan dengan jiwa, yaitu sebagai alat untuk
mengaktualisasikan potensi-potensinya.
Disamping itu, berdasarkan proses penciptaannya, manusia
merupakan rangkaian utuh antara komponen materi dan immateri.
Komponen materi berasal dari tanah (Q.S. As Sajadah/32: 7) dan

11
komponen immateri ditiupkan oleh Allah (Q.S. Al Hijr/15: 29). Kesatuan
ini memberi makna bahwa di satu sisi manusia sama dengan dunia di luar
dirinya (fana) dan disisi lain menandakan bahwa manusia itu mampu
mengatasi dunia sekitarnya, termasuk dirinya sebagai jasmani (baqa).
Demikianlah pandangan Al-Ghazali tentang hakikat manusia
mengenai hubungan badan dengan jiwa. Dimana, badan hanya sebatas alat
sedangkan jiwa yang merupakan memegang inisiatif yang mempunyai
kemampuan dan tujuan. Badan tanpa jiwa tidak mempunyai kemampuan
apa-apa. Badan tidak mempunyai tujuan, tetapi jiwa yang mempunyai
tujuan. Badan menjadi alat untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena
itu, jiwalah nanti yang akan menikmati dan merasakan bahagia atau
sengsaranya di akhirat kelak
2) Ruh dan Manusia Menurut Ibnu Sina
Ibnu Sina mendefinisikan ruh sama dengan jiwa (nafs). Menurutnya,
jiwa adalah kesempurnaan awal, karena dengannya spesies (jins) menjadi
sempurna sehingga menjadi manusia yang nyata. Jiwa (ruh) merupakan
kesempurnaan awal, dalam pengertian bahwa ia adalah prinsip pertama
yang dengannya suatu spesies (jins) menjadi manusia yang bereksistensi
secara nyata. Artinya, jiwa merupakan kesempurnaan awal bagi tubuh.
Sebab, tubuh sendiri merupakan prasyarat bagi definisi jiwa, lantaran ia
bisa dinamakan jiwa jika aktual di dalam tubuh dengan satu perilaku dari
berbagai perilaku dengan mediasi alat-alat tertentu yang ada di dalamnya,
yaitu berbagai anggota tubuh yang melaksanakan berbagai fungsi
psikologis.
Ibnu Sina membagi daya jiwa (ruh) menjadi 3 bagian yang masing-
masing bagian saling mengikuti, yaitu :
a) Jiwa (ruh) tumbuh-tumbuhan, mencakup daya-daya yang ada pada
manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Jiwa ini merupakan
kesempurnaan awal bagi tubuh yang bersifat alamiah dan mekanistik,
baik dari aspek melahirkan, tumbuh dan makan.

12
b) Jiwa (ruh) hewan, mencakup semua daya yang ada pada manusia dan
hewan. Dia mendefinisikan ruh ini sebagai sebuah kesempurnaan awal
bagi tubuh alamiah yang bersifat mekanistik dari satu sisi, serta
menangkap berbagai parsialitas dan bergerak karena keinginan (Najati).
c) Jiwa (ruh) rasional, mencakup daya-daya khusus pada manusia. Jiwa ini
melaksanakan fungsi yang dinisbatkan pada akal. Ibnu Sina
mendefinisikannya sebagai kesempurnaan awal bagi tubuh alamiah
yang bersifat mekanistik, dimana pada satu sisi ia melakukan berbagai
perilaku eksistensial berdasarkan ikhtiar pikiran dan kesimpulan ide,
namun pada sisi lain ia mempersepsikan semua persoalan yang bersifat
universal.
3) Ruh dan Manusia Menurut Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa nafs tidak tersusun dari substansi-
substansi yang terpisah, bukan pula dari materi dan forma. Selain itu, nafs
bukan bersifat fisik dan bukan pula esensi yang merupakan sifat yang
bergantung pada yang lain. Sesungguhnya nafs berdiri sendiri dan tetap
ada setelah berpisah dari badan ketika kematian datang.
Dia menyatakan bahwa kata al-ruh juga digunakan untuk pengertian jiwa
(nafs). Ruh yang mengatur badan yang ditinggalkan setelah kematian
adalah ruh yang dihembuskan ke dalamnya (badan) dan jiwalah yang
meninggalkan badan melalui proses kematian. Ruh yang dicabut pada saat
kematian dan saat tidur disebut ruh dan jiwa (nafs). Begitu pula yang
diangkat ke langit disebut ruh dan nafs. Ia disebut nafs karena sifatnya
yang mengatur badan, dan disebut ruh karena sifat lembutnya. Kata ruh
sendiri identik dengan kelembutan, sehingga angin juga disebut ruh. Ibnu
Taimiyah menyebutkan bahwa kata ruh dan nafs mengandung berbagai
pengertian, yaitu :
a) Ruh adalah udara yang keluar masuk badan.
b) Ruh adalah asap yang keluar dari dalam hati dan mengalir di darah.

13
c) Jiwa (nafs) adalah sesuatu itu sendiri, sebagaimana firman
Allah SWT: ... Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang ...
(QS. al-'An'am, 54).
d) Jiwa (nafs) adalah darah yang berada di dalam tubuh hewan,
sebagaimana ucapan ahli fiqih, "Hewan yang memiliki darah yang
mengalir dan hewan yang tidak memiliki darah yang mengalir.”
e) Jiwa (nafs) adalah sifat-sifat jiwa yang tercela atau jiwa yang mengikuti
keinginannya.

b. Kedudukan Manusia
Jalaluddin Rakhmat (lihat Budhy Munawar-Rachman (ed.), 1994:75-78)
menulis sebuah artikel dengan judul “Konsep-konsep Antropologis.” Dalam
tulisannya, ia mengatakan bahwa dalam Al-Qur’an terdapat tiga istilah kunci
yang mengacu pada makna pokok manusia, yaitu: basyar, insan dan al-nas.
1) Basyar
Dalam Al-Qur’an, Basyar disebut sebanyak 27 kali, memberikan
referensi pada manusia sebagai makhluk biologis. Sebagai makhluk biologis
dapat dilihat dari perkataan Maryam kapada Allah:

뚠밠鄠 i ಳ 뚠iϳ i 뚠 鄠⺁ n 䇅L a i鄠 iϳ˶ g⺁ ⺁ ˴⺁ L ΧL L 䇅 a 뚠ngk 鹠䘛i ϝ ⺁ Li鄠


䇅 a Ύ 䇅⺁ a L i ng Ύ ii䇅 ⺁ k

Artinya:“Tuhanku, bagaimana mungkin aku mempunyai anak, padahal aku


tidak disentuh basyar”(QS.Ali-Imran:47).
Nabi Muhammad disuruh Allah menegaskan bahwa secara biologis, ia seperti
manusia lain. Allah berfirman:
⺁ ⺁ ⺁ Ύ 鹠˶i 뚠i L i⺁ 䇅ia 䇅⺁ Ύ Χ˶i Lಳ ˴⺁ a Lಳ i ngk n Lಳ 뚠˶ ˴⺁ a e iϳ˶ igk i ngಳ ⺁ 鄠

i䇅Χ˶k 鹠˶i ΓΧi˶ ˶ 䇅⺁ iϳ⺁ i˶䇅 Li

Artinya:“Katakanlah, aku ini manusia biasa (basyar) seperti kamu, hanya


saja aku diberi wahyu bahwa Tuhanmu adalah Tuhan yang satu.”(QS.Al-
Kahfi:110).

14
2) Insan
Insan yang dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 65 kali, dapat
dikelompokkan kedalam tiga kategori: pertama, insan dihubungkan dengan
konsep manusia sebagai khalifah atau pemikul amanah; kedua, insan
dihubungkan dengan predisposisi negatif manusia; dan ketiga, insan
dihubungkan degan proses penciptaan manusia. Semua konteks insan
menunjukkan adanya sifat-sifat psikologis manusia atau spiritual.
Pada kategori pertama, manusia digambarkan sebagai wujud makhluk
istimewa yang berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu,
dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa insan adalah makhluk yang diberi ilmu,
makhluk yang diberi kemampuan untuk mengembangkan ilmu dan daya
nalarnya dengan nazhar (merenungkan, memikirkan, menganalisis dan
mengamati perbuatannya). Selanjutnya, manusia dikatakan sebagai makhluk
yang memikul amanah (QS.Al-Ahzab:72). Karena manusia adalah makhluk
yang menanggung amanah, maka insan dalam Al-Qur’an dihubungkan
dengan konsep tanggung jawab. Dia (insan) diharuskan berbuat baik,
amalnya dicatat dengan cermat untuk diberi balasan sesuai dengan kerjanya.
Oleh karena itu, insanlah yang dimusuhi setan. Dalam menyembah Allah,
insan sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Apabila ditimpa musibah,
insan cenderung menyembah Allah dengan ikhlas, sedangkan apabila
mendapat keberuntungan, insan cenderung sombong, takabur dan bahkan
musyrik (QS.Yunus:12).
Dalam kategori yang kedua, insan dihubungkan dengan predisposisi
negatif. Menurut Al-Qur’an, manusia cenderung zalim dan kafir, tergesa-gesa,
bakhil, bodoh, banyak membantah dan mendebat, gelisah dan enggan
membantu, ditakdirkan untuk bersusah payah dan menderita, tidak berterima
kasih, berbuat dosa dan meragukan hari kiamat.
Kategori yang ketiga adalah insan dihubungkan dengan proses
penciptaannya. Sebagai insan, manusia diciptakan dari tanah liat, saripati
tanah dan tanah. Demikian juga basyar berasal dari tanah liat, tanah dan air.
Jalaluddin Rakhmat berkesimpulan bahwa proses penciptaan manusia

15
menggambarkan secara simbolis karakteristik basyari dan karakteristik insani.
Yang pertama, unsur material, dan unsur ruhani sedangkan yang kedua unsur
basyari dan unsur insani. Keduanya harus tergabung dalam keseimbangan,
tidak boleh mengurangi hak yang satu atau melebihkan hak yang lainnya.
3) Al-Nas
Konsep kunci yang ketiga adalah al-nas yang mengacu pada manusia
sebagai makhluk sosial, disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 240 kali. Sebagai
makhluk sosial, al-nas dapat dilihat dalam beberapa segi. Pertama, banyak
ayat menunjukkan kelompok sosial dengan karakteristiknya. Kedua, sebagian
besar manusia mempunyai kualitas rendah, baik dari segi ilmu maupun
iman.Ketiga, Al-Qur’an menegaskan bahwa petunjuk Al-Qur’an bukan hanya
dimaksudkan kepada manusia secara perorangan, tatapi juga menusia secara
sosial.
Adapun dua komponen yang membedakan hakikat manusia dengan
makhluk hidup lainnya, yaitu potensi untuk mengembangkan iman dan ilmu.
Iman dan ilmu adalah dasar yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.
Singkatnya kedudukan manusia adalah sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial; makhluk biologis dan makhluk psikologis. Manusia adalah
gabungan antara unsur material (basyari) dan unsur ruhani. Dari segi
hubungannya dengan Tuhan, kedudukan manusia adalah sebagai hamba Allah
(makhluk); dan kedudukan manusia dalam konteks makhluk Tuhan adalah
makhluk yang terbaik.(Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, 2011: 205-209).
Makhluk adalah ciptaan Allah SWT yang juga mempunyai kedudukan.
Arti hidup dalam Islam dapat diambil dari kata hayat yang berasal dari kata
hidayah yang berarti hidup. Hidup sebagai mahluk Allah pada dasarnya
bermula dari firman Allah:
n a 뚠i Li⺁ 䇅 ig⺁ i ig⺁ ˴ϧΎ i䇅 ⺁˴i i˴gia Ύi⺁ i ϝi i n Li 䇅n k i iϧa 䇅 nLi i ˴⺁ L k
䇅 g ⺁ Ύk 鹠 ˶ 뚠⺁ ϳ

Artinya: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya


langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian

16
kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu
yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (QS.Al-
Anbiyaa:30).
Dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 Allah berfirman tentang hakikat makhluk
hidup.
n ಳ Mg i 䇅n Li⺁ ϝ⺁ 鄠 i
䇅 Χ˶⺁ L ⺁ ⺁
Artinya: Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku (QS.Adz-Dzaariyat :56).
Surat Adz-dzariyat ayat 56 mengandung makna bahwa semua makhluk
Allah, termasuk jin dan manusia diciptakan oleh Allah SWT agar mereka
mau mengabdikan diri, taat, tunduk, serta menyembah hanya kepada Allah
SWT. Jin dan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT juga makhluk-
makhluk hidup yang lain mempunyai tugas pokok di muka bumi, yaitu untuk
mengabdi kepada Allah SWT. Pengabdian yang dikehendaki oleh Allah SWT
adalah bertauhid kepada-Nya, yakni bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah.
Semua makhluk hidup wajib mengesakan Allah dalam segala situasi dan
kondisi, baik dalam keadaan suka maupun duka. Taat kepada Allah
dibuktikan dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
Nya.

c. Tugas Manusia
Dengan mengacu kepada Al-Qur’an, kita dapat mengatakan bahwa
tugas manusia adalah beribadah kepada Tuhan dalam arti umum, bukan hanya
ibadah dalam arti khusus atau mahdlah. Dalam surat Al-Dzariyat (5) ayat 56.
Allah berfirman,”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembahku”.
Adapun tugas ibadah dalam pengertian khusus adalah menyembah
Allah dengan cara-cara yang secara teknis telah di atur dalam sunnah. Dalam
islam, tidak ada pemisahan antara ibadah yang bersifat Vertikal dan ibadah
yang bersifat Horizonatal, sebagai kegiatan ibadah yang bersifat Vertikal,

17
salat, misalnya dilakukan untuk mengingat (dzikir) Allah. Pesan dasar inilah
yang menuntun hidup kita tidak terjebak pada penghayatan agama yang
bersifat formalitas. Hendaklah kita berusaha memahami agama secara
subtantif sehingga tidak mengabaikan pesan-pesan moral agama.
Dalam uraian di atas jelaslah bahwa manusia sebagai makhluk yang
memiliki fitrah, kemudian berproses dengan menggunakan kapasitas dan
kemampuan akalnya, dapat menunjukan derajat kemanusiaannya yang sejati
sebagai khalifah Allah di muka bumi.Oleh karena itulah manusia menjadi
makhluk yang paling sempurna dari semua makhluk cipaanNya.
Islam meletakkan kaidah-kaidah yang akan menjaga nilai-nilai
kemanusiaan tersebut yang merupakan moral Islam. Nilai-nilai kemanusiaan
tersebut sebagai berikut.
1) Saling meghormati dan memuliakan. Islam mengajarkan kepada umatnya
untuk saling menghormati sesama umat muslim tanpa memandang jenis
suku, warna kulit, bahasa dan keturunannya. Bahkan Islam mengajarkan
untuk menghormati manusia walaupun telah menjadi mayat.
2) Menyebarkan kasih sayang. Ini merupakan eksplorasi dari risalah Islam
sebagai ajaran yang utuh, karena dia datang sebagai rahmat untuk seluruh
alam. Maka Nabi SAW bersabda: “Tidak akan terlepas kasih sayang
kecuali dari orang-orang hina”.
3) Keadilan. Dan islam menjadikan berlaku adil kepada musuh sebagai hal
yang mendekatkan kepada ketaqwaan (QS.Al-Maidah:8). Keadilan
menjadi komponen utama dan keharusan diwaktu aman bahkan dalam
keadaan perang sekalipun. Islam tidak hanya menyuruh berbuat adil, tapi
juga mengharamkan kezaliman dan melarangnya dengan keras.
4) Persamaan. Persamaan sangat ditekankan khususnya dihadapan hukum.
Faktor yag membedakan antara satu orang dengan yang lain adalah taqwa
dan amal shaleh, (iman dan ilmu). (QS. Al Hujurat:13). Sesama muslim
memiliki perlakuan yang sama, tak ada perbedaan perlakuan antara
muslim yang satu dengan muslim yang lain. Membalas suatu kebaikan
dengan kebaikan yang sama atau lebih baik adalah tuntutan setiap

18
masyarakat yang menginginkan hubungan harmonis antar anggota-
anggotanya. Firman Allah SWT sebagai berikut.

˴⺁ a i 뚠 L Γi鄠si⺁ Χ⺁ 뚠i i Ύ i Ύ ˴⺁ ˴⺁耀 k 䇅⺁ ಳ ˴⺁ a ϧg⺁ ˴⺁ ˴g⺁ ⺁˶k ˴⺁ ˴g⺁ ⺁˶k 䇅⺁ ಳ


ii䇅 ˶⺁˴˴ i ⺁ i i i鹠˶˴ L Γin n k ˸ 鄠Χ i a Χ ⺁ Li⺁ i 鄠⺁Χ L

Artinta: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu
sendiri .......“(QS. Al-Israj:7)
5) Berlapang dada dan toleransi (tasamuh). Makna tasamuh adalah sabar
menghadapi keyakinan-keyakinan orang lain, pendapat-pendapat mereka
dan amal-amal mereka walaupun bertentangan dengan keyakinan dan batil
menurut pandangan dan tidak boleh menyerang serta mencela dengan
celaan yang membuat orang tersebut sakit dan tersiksa perasaannya. Azas
ini terkandung dalam banyak ayat Al-Qur’an diantaranya:
“Dan janganlah kalian mencela orang-orang yang berdo’a kepada selain
Allah, yang menyebabkan mereka mencela Allah dengan permusuhan
dengan tanpa ilmu. Demikianlah Kami menghiasi untuk setiap umat
amalan mereka, lalu Dia mengabarkankepada apa yang mereka lakukan”
(QS.Al-An’am: 108).
6) Saling tolong menolong. Islam tidak sekedar mengesahkan azas ini
sebagai azas dalam hubungan antar manusia, tapi lebih jauh lagi Islam
menentukan bahwa hamba selamanya bergantung kepada pertolongan
Allah SWT, dia mengakui hal ini atau pun tidak mengakuinya. Islam
mengaitkan pertolongan ini dengan saling tolong menolong hamba antar
mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Dan Allah selalu menolong seseorang selama orang tersebut selalu
menolong saudaranya” (HR. Muslim).
7) Menepati janji. Melanggar janji merupakan satu tanda dari kemunafikan.
Nabi SAW bersabda:

19
“Tanda orang munafik itu ada tiga; bila berbicara dia berbohong, bila
berjanji dia melanggarnya dan bila diberi amanat dia mengkhianatinya”
(HR. Muslim).

2. Pandangan Umum di Indonesia


Hakikat Manusia Indonesia Berdasarkan Pancasila yakni monopluralis
“monopluralis” meliputi susunan kodrat manusia, terdiri rokhani (jiwa)
dan jasmani (raga), sifat kodrat manusia terdiri makhluk individu dan makhluk
sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri
dan makhluk Tuhan. Hakikat manusia menurut Pancasila adalah makhluk
monopluralis. Kodrat manusia yang monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri,
antara lain:
a. susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
b. sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
c. kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk
tuhan.
Pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara
totalitas. aspek jiwa, raga, pribadi, sosial,dan aspek ketuhanan. Monopluralis
artinya terdiri dari &anyak segi tetapi merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
Sebagai makhluk individu manusia harus memiliki kesadaran diri. Realita dan
martabat kepribadian perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain khususnya kesadaran
akan potensi-potensi pribadi. Manusia sebagai makhluk sosial manusia tidak hidup
dalam kesendirian, bersosialisasi dengan sesamanya berhubungan dengan manusia lain
konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. positif dan negatif
ini adalah perwuudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang
diakibatkan oleh interaksi antar individu.
Prayitno (2009: 6) menyatakan manusia adalah makhluk luar biasa, di
bawah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, dengan kekuatan dan
keterbatasannya, manusia dapat berbuat apa saja atas lingkungannya, baik
lingkungan sekitar maupun lingkungan yang lebih luas sampai menjangkau

20
perut bumi dan ruang angkasa. Menurut I Wayan Watra, “Manusia adalah
mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa.”
Menurut Agung P. P., “Manusia dapat diartikan sebagai makhluk ciptaan
Tuhan yang paling sempurna, yang tersusun atas kesatuan fisik, ruh/jiwa dan
akal pikiran yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan lingkungannya.”
Manusia dapat dipandang dari sudut yang beragam. Satu sisi dapat
dipandang sebagai realitas fisik dan sisi yang lain dapat dipandang sebagai
realitas psikis.
a. Aspek Fisik Manusia
Fisik/jasmani manusia yang hidup di alam ini tunduk kepada hukum
alam, sehingga ia memerlukan penyesuaian diri dengan tuntutan hukum-
hukum alam.
b. Aspek Psikis Manusia
Psikis atau rohani manusia merupakan suatu yang tidak bersifat
fisik/materi. Aspek fisik dikenal melalui pancaindra, di sisi lain aspek lainnya
hanya dikenal dengan argumen-argumen logis yang hanya bisa dicerap oleh
kemampuan rasionalitas yang cukup tinggi, atau melalui beberapa pengenalan
yang tidak melalui pancaindra ataupun rasio, tetapi melalui kemampuan batin.

3. Pandangan Barat
Banyak pakar barat yang telah memikirkan jati diri manusia. Pandangan
lama mengenai manusia dijelaskan sebagai berikut.
a. Plato
Menurut Plato, “Manusia pada hakikatnya ditandai oleh adanya kesatuan
antara apa yang ada pada dirinya, yaitu pikiran, kehendak dan nafsu.”
b. Agustinus
Agustinus menyatakan bahwa, “Manusia merupakan kesatuan jiwa dan
badan, yang dimotivasi oleh prinsip kebahagiaan; kesemuanya itu diwarnai
oleh dosa warisan dari pendahulunya”.
c. Descartes

21
Kemudian menurut Descartes, “Manusia terdiri dari unsur dualistik, jiwa
dan badan. Jiwa tidak bersifat bendawi, abadi dan tidak dapat matt
sedangkan badan yang bersifat bendawi dapat sirna, dan menjadi sasaran
ilmu fisika. Diantara badan dan jiwa terdapat pertentangan yang
berkelanjutan tak terjembatani; badan dan jiwa itu masing-masing
mewujudkan diri dalam berbagai hal sendiri-sendiri. Namun demikian,
hakikat manusia adalah jiwanya.”
Sedangkan pandangan yang lebih baru tentang manusia, antara lain
dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut.
a. Freud
“Manusia tidak memegang nasibnya sendiri. Tingkah laku manusia
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan insting-instingnya, dan
dikendalikan oleh pengalaman-pengalaman masa lampau, dan ditentukan
oleh faktor-faktor interpersonal dan intrapsikis.”
b. Adler
“Manusia tidak semata-mata bertujuan memuaskan dorongan-dorongan
dirinya, tetapi juga termotivasi untuk melaksanakan tanggung jawab sosial
dan pemenuhan kebutuhan dalam mencapai sesuatu. Tingkah laku individu
ditentukan oleh lingkungan, pembawaan dan individu itu sendiri.”
c. Rogers
“Manusia adalah makhluk rasional, tersosialisasikan dan dapat
menentukan nasibnya sendiri. Dalam kondisi yang memungkinkan,
manusia akan mampu mengarahkan diri sendiri, maju dan menjadi
individu yang positif dan konstruktif.”
d. Skinner
“Manusia adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh
faktor-faktor dari luar dirinya. Tingkah laku manusia dipelajari ketika
individu berinteraksi dengan lingkungannya, melalui hukum-hukum
belajar.”
e. Glasser

22
“Tindakan manusia didorong untuk memenuhi kebutuhan dasar (baik
psikologikal maupun fisiologikal), yang sama untuk semua orang.
Kebutuhan fisiologikal adalah segala sesuatu untuk mempertahankan
kesadaran organisme, sedangkan kebutuhan psikologikal terarah untuk
mencintai dan dicintai, serta berguna bagi diri sendiri dan orang lain.”
f. Ellis
“Manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat secara rasional
ataupun tidak rasional. Berpikir dan merasa itu sangat dekat dan
bergandengan satu sama lain: pikiran seseorang dapat menjadi
perasaannya, dan sebaliknya.”
g. Sartre
“Manusia dipandang sebagai nol yang me-nol-kan diri, pour soi yang
dirinya itu bukan merupakan objek, melainkan subjek dan secara kodrati
dirinya itu adalah bebas.”

23
BAB III
PEMBAHASAN

A. Matrik Perbandingan Karakteristik Manusia dan Kemanusiaan Menurut Islam, Pandangan Umum di Indonesia dan
Pandangan Barat
1. Karakteristik Manusia
Tabel 1. Perbandingan Karakteristik Manusia Menurut Islam, Pandangan Umum di Indonesia dan Pandangan Barat
Pandangan Islam Pandangan Umum di Indonesia Pandangan Barat
 Ontologi  Ontologi  Ontologi
Dalam Al-Qur’an terdapat tiga istilah kunci yang Hakikat manusia menurut Pancasila adalah makhluk Descartes (Prancis), “Manusia terdiri dari
mengacu pada makna pokok manusia, yaitu: monopluralis.Kodrat manusia yang unsur dualistik, jiwa dan badan.”
basyar, yaitu manusia sebagai makhluk biologis, monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri,
antara lain: filsafat Yunani, manusia sebagai: animal
insan, yaitu manusia sebagai khalifah dan al-nas,
a. susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan rationale (hewan yang rasional atau
yaitu manusia sebagai makhluk sosial. raga berpikir), animal symbolicum (hewan yang
 Epistemologi b. sifat kodrat manusia sebagai individu menggunakan symbol)dan animal
Al-Qur’an menyatakan bahwa tugas manusia sekaligus sosial educandum (hewan yang bisa dididik).
adalah beribadah kepada Tuhan dalam arti umum, c. kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk  Epistemologi
pribadi dan makhluk tuhan
bukan hanya ibadah dalam arti khusus atau Rogers (Amerika), “Manusia adalah
mahdlah.  Epistemologi makhluk rasional, tersosialisasikan, dan
Prayitno (2009: 6) menyatakan manusia dapat menentukan nasibnya sendiri. Dalam
 Aksiologi
Islam mengembangkan sifat-sifat humanitas yang adalah makhluk luar biasa, di bawah kondisi yang memungkinkan, manusia akan
meliputi persatuan, amanah atau kepercayaan, kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, dengan mampu mengarahkan diri sendiri, maju, dan
keterbukaan, propetis humanis, tanggungjawab dan kekuatan dan keterbatasannya, manusia dapat menjadi individu yang positif dan
nilai religius berbuat apa saja atas lingkungannya, baik

24
Pandangan Islam Pandangan Umum di Indonesia Pandangan Barat
lingkungan sekitar maupun lingkungan yang konstruktif”
lebih luas sampai menjangkau perut bumi dan
 Aksiologi
ruang angkasa.
Plato (Yunani), “Manusia pada hakikatnya
 Aksiologi
ditandai oleh adanya kesatuan antara apa
Nilai-nilai yang diterapkan oleh manusia
yang ada pada dirinya, yaitu pikiran,
terkandung dari nilai-nilai pancasila seperti
kehendak, dan nafsu”
nilai toleransi, persamaan derajat
antarwarganegara, persatuan, mufakat,
kekeluargaan dan gotongroyong.
Interpretasi Penulis Interpretasi Penulis Interpretasi Penulis
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, penulis Berdasarkan uraian di atas, makna pokok dari Berdasarkan sumber di atas, makna pokok dari
menyimpulkan bahwa manusia merupakan manusia adalah sebagai makhluk yang manusia adalah sebagai makhluk yang terdiri
makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna diciptakan oleh Tuhan, makhluk sosial, dan dari unsur jasmani dan rohani dan memiliki
(memiliki akal dan nafsu) yang diciptakan hanya makhluk individu, yang menerapkan nilai-nilai akal dan nafsu.
untuk beribadah kepada-Nya, baik manusia sebagai pancasila dalam kehidupannya.
basyar, insan, dan al-nas tidak lain hanya untuk
memperoleh ridho-Nya, serta menjalankan
kehidupan dengan nilai-nilai persatuan, amanah
dan relijius
Analisis Penulis
Penulis dapat menelaah manusia adalah sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna (memiliki akal dan nafsu) yang diciptakan hanya
untuk beribadah kepada-Nya, baik manusia sebagai basyar, yaitu untuk memperoleh keturunan, Sebagai insan, yaitu untuk mengatur urusan dunia
dengan ilmu-ilmu yang dianugrahkan-Nya dan sebagai al-nas, yaitu untuk saling menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, karena semua itu merupakan
usaha untuk memperoleh ridho Allah SWT.

25
2. Karakteristik Kemanusiaan

Tabel 2. Perbandingan Karakteristik Kemanusiaan Menurut Islam, Pandangan Umum di Indonesia dan Pandangan Barat
Pandangan Islam Pandangan Umum di Indonesia Pandangan Barat
Al-Qur’an Surah Al-Maa-idah ayat 2: Menurut Bahasa Menurut bahasa latin, humaniora disebut artes
(1) Sifat-sifat manusia; liberales yaitu studi tentang kemanusiaan.
(2) Secara manusia; sebagai manusia: Sedangkan menurut pendidikan Yunani Kuno,
perasaan kemanusiaan humaniora disebut dengan trivium, yaitu
logika, retorika dan gramatika. Pada
Menurut Pancasila hakikatnya humaniora adalah ilmu-ilmu yang
1. Sikap percaya dan takwa kepada Tuhan bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam Yang Maha Esa yang mencakup etika, logika,
(mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan 2. Mengakui persamaan derajat antara estetika, pendidikan pancasila, pendidikan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan sesama manusia kewarganegaraan, agama dan fenomenologi.
3. Senang melakukan kegiatan yang sifatnya
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
kemanusiaan
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” 4. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
Secara Umum 5. Ikut serta dalam pemilu
Islam mempunyai pandangan yang unik dan 6. Menjalankan musyawarah mufakat
komprehensif tentang kemanusiaan (Humanisme). 7. Mendahulukan kepentingan umum
Pandangan Islam mengenai nilai-nilai kemanusiaan 8. Mengembangkan sikap hidup yang
diawali dengan semangat pembebasan melalui konsep demokratis
9. Tidak memaksakan kehendak individu
Tauhid, yaitu pembebasan manusia dari segala
terhadap individu lainnya
sesuatu selain kepada Allah. 10.Hidup sederhana
Analisis Penulis
Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa humanisme timur, barat dan Islam pada awalnya bersumber dari islam, yaitu paham bahwa manusia pada dasarnya
adalah baik. Itu merupakan konsep fitrah dalam Islam, karena manusia merupakan objek terpenting yang ditujukan untuk membina
perkembangan kreatif dan moral individu dengan cara bermakna dan rasional.

26
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perbedaan mendasar terhadap konsep manusia menurut pandangan barat
dan islam dapat ditemukan pada hakikat penciptaan manusia. Dalam
Islam jelas manusia diciptakan oleh Allah SWT melalui beragam proses,
bermula dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan kemudian
ditiupkan ruh dalam segumpal daging tersebut. Dalam pandangan barat
tidak ditemukan secara rinci dan teliti mengenai hakikat penciptaan
manusia (sehingga hal ini menjadi pembeda paradigma pedagogis
manusia).
2. Paham kemanusiaan atau humanisme di Barat dikatakan mewarisi atau
masih merupakan kelanjutan langsung dari pemikiran Islam oleh Ibnu
Rusyd. Ini berarti bahwa humanisme timur, barat, dan islam pada
awalnya bersumber dari islam yaitu paham bahwa manusia pada
dasarnya adalah baik. Sedangkan pandangan kemanusiaan menurut
Indonesia tertuang jelas dalam falsafah pancasila.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari terdapat banyak
kekurangan dalam hal isi maupun penulisan. Olehkarena itu penulis sangat
mengharapkan kepada pembaca yang tertarik dengan tulisan ini agar dapat
mengkaji secara lebih dalam tentang manusia dan hakikatnya dari sudut pandang
yang beragam. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan agar
tulisan ini memberikan informasi yang lebih dalam kepada siapa saja yang
membutuhkan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib, Jusuf M. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:Prenada Media.


Alim, Muhammad. 2010. Asas-asas Negara Hukum Modern dalam Islam; Kajian
Komprehensif Islam dalam ketatanegaraan. Yogyakarta: LKis.
Abdurrahman, Atang Hakim dan Jaih Mubarok. 2011. Metodologi Studi Islam.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
An-Nahawi Abdurrahman. 1989. Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam.
Bandung: CV.Diponegoro.
Boisard, Marcel. 1980. Humanisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Buss. 1997. Evolusionary perspektives on personality traits. New York:
Academic Press
Ghandi, Mahatma. 1988. All Men are Brothers. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
John, O. P. 1994. Accuracy and bias in self-perception: Individual differences in
self-enhancement and the role of narcissism. Journal of personality and
social psychology.
Kadir, A. 2012. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Muhammmad Munir Mursyi. 1986. Al-Tarbiyat al-Islamiyyat: Ushuluha wa
Tathawwuruha fil bilad al-‘Arab, Kahirat: ‘Alam al-Kitab
Pidarta, Made.(2009). Landasan Kependidikan. Jakarta:Rineka Cipta.
Prayitno. 2009. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Padang: Grasindo.
Pu’ad, Dede. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Garut:Defiya print.
Sudarwan Danim. 2010. Pengantar Kependidikan. Bandung:Alfabeta.

28
Nama : Rahmi Laila
NIM : 19175013
Pertanyaan
1. Bagaimana cara kita memanusiakan manusia dalam proses pembelajaran?
Jawab.
 Mengizinkan siswa berdoa sebelum belajar
 Memberhentikan pelajaran yang berlangsung saat terdengar suara azan dan memberi
waktu untuk mengerjakan shalat
 Adil dalam memberikan penilain kepada seluruh siswa
 Mengakui persamaan derajat antara sesama manusia
 Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
 Mendahulukan kepentingan bersama dibandingkan dengan kepentingan pribadi
 Mengembangkan sikap hidup yang demokratis
 Tidak memaksakan kepada siswa yang belum mengerti materi pelajaran yang
diajarkan
 Membiarkan siswa menentukan cita-citanya
 Membimbing siswa dalam belajar dengan sungguh-sungguh

29

Anda mungkin juga menyukai