Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KETIGA

MAKALAH
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA

Oleh:

Rahmi Laila (19175013)

DOSEN PEMBIMBING
Dr. Asrizal, M.Si
Dr. Fatni Mufit, M.Si

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tugas Daring ketiga Pengembangan Model
Pembelajaran Fisika. Makalah ini merupakan individu dari mata kuliah
pengembangan pembelajaran terintegrasi.Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh nilai pada studi
Magister Pendidikan Fisika FMIPA UNP.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui
kendala. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Untuk itu penulis pertama kali
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Pengembangan Model Pembelajaran Fisika, Bapak Dr. Asrizal, M.Si
dan Ibu Dr. Fatni Mufit, M.Si. Rasa terima kasih juga kami tuturkan
kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya. Semoga
makalah ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Padang, Maret 2020

Penulis

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................3
D. Manfaat Penulisan......................................................................................3
BAB II. LANDASAN TEORI...........................................................................5
A. Pengertian Model Pembelajaran Siklus 5E ...............................................5
B. Tujuan Model Pembelajaran Siklus 5E......................................................6
C. Ciri-ciri Model Pembelajaran Siklus 5E.....................................................6
D. Landasan Filosofis dan Teori Belajar Model Pembelajaran Siklus 5E......7
E. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Siklus 5E ...........................................10
F. Konsep untuk Mendeskripsikan Model Pembelajaran Siklus 5E .............11
G. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Siklus 5E......................14
BAB III. Analisis Pengembangan atau Penerapan Model Pembelajaran
Siklus 5E ............................................................................................15
A. Pentingnya Penelitian.................................................................................15
B. Permasalahan dan Solusi............................................................................15
C. Kebaharuan dari Penelitian.........................................................................16
D. Metode Penelitian.......................................................................................16
E. Hasil Penelitian...........................................................................................16
F. Pembahasan................................................................................................16
G. Kesimpulan Penelitian................................................................................18
BAB IV. PENUTUP...........................................................................................19
A. Kesimpulan.................................................................................................19
B. Ide yang Diperoleh dan Tindak Lanjut.......................................................19
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hakekat pendidikan menurut UNESCO mengintegrasikan empat pilar
pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to
live together. Learning, yang artinya pembelajaran merupakan suatu proses
pengintegrasi-an berbagai komponen yang tersusun dari unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur dan kegiatan, yaitu peserta didik
dan lingkungan belajar agar diperoleh suatu perubahan tingkah laku ke arah yang
lebih baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Agar dapat berjalan dengan
baik, pembelajaran semestinya dirancang secara efektif dan efisien dengan
melakukan inovasi model pembelajaran.
Pembelajaran yang efektif dan menarik merupakan langkah dalam upaya
meningkatkan minat peserta didik terhadap proses pembelajaran. Langkah ini
penting dilakukan sebagai inovasi terhadap proses pembelajaran yang bersifat
monoton,yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajarpeserta didik khususnya terkait dengan proses pembelajaran Fisika. Mata
pelajaran Fisika dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang cukup sulit bagi
peserta didik. Oleh hkarena itu,perlu adanya proses pembelajaran yang mampu
mempelajari Fisika secara mendalam untuk menarik perhatian dan meningkatkan
minat peserta didik terhadap Fisika.
Guru memiliki tugas utama untuk membelajarkan peserta didik, yaitu
mengkondisikan peserta didik agar belajar aktif, sehingga potensi dirinya dapat
berkembang secara maksimal. Proses belajar aktif, melalui partisipasi dalamsetiap
kegiatan pembelajaran mampu melatih dan membentuk kompetensi peserta didik
untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif yang mampu membentuk life skill
sebagai bekal hidup dan penghidupannya. Untuk itu,guru seyogianya mengetahui
cara belajar peserta didik dan menguasai berbagai cara membelajarkan peserta
didik khususnya belajar Fisika yang menarik dan tidak membosankan.

1
Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih monoton dengan
meng-implementasikan model pembelajaran yang berorientasi pada pemrosesan
informasi. Model pembelajaran yang berorientasi pada pemrosesan informasi
didasarkan atas pemrosesan informasi searah dari guru ke peserta didik. Selama
proses pembelajaran berlangsung, transfer ilmu hanya berasal dari guru,yang
kemudian diinformasikan kepada peserta didik melalui metode ceramah dengan
komunikasi satu arah dari guru ke peserta didik. Untuk itu dari waktu ke waktu
proses pembelajaran yang berlangsung dengan metode yang sama yaitu proses
pem-belajaran yang didominasi oleh guru, sedangkan peserta didik kurang
diberikan kesempatan untuk mengaktualisasi potensi yang dimiliki. Kondisi ini
menyebabkan proses belajar hanya sampai pada learning to know saja.
Perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 memiliki dampak
yang positif. Pembelajaran yang dahulunya bergantung kepada guru, akan tetapi,
saat ini proses pembelajaran lebih menuntut siswa aktif dalam mencari dan
mendalami informasi. Proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa
membutuhkan model pembelajaran yang mendukung. Dengan demikian guru
harus memahami model pembelajaran dengan baik. Dengan adanya model
pembelajaran yang variatif dilaksanakan di kelas maka diharapkan kemauan siswa
untuk belajar akan meningkat sehingga dapat menambah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap siswa.
Salah satu model pembelajaran inovatif yang mampu memfasilitasi siswa
dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri adalah pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran siklus belajar 5E (learning cycle 5E). Model
ini seperti siklus yang berhubungan satu sama lain. Untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai model pembelajaran siklus belajar 5E penulis tertarik untuk
menganalisis artikel yang berjudul “Pengaruh Learning Cyle 5E terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa Kelas X MAN Prabumulih” .

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci
mengenai ruang lingkup masalah yang akan peneliti teliti yang didasarkan atas

2
latar belakang yang telah diuraikan. Perumusan masalah disini terkait dengan
jurnal yang akan di analisis. Sebagai perumusan masalah dalam penelitian ini,
1. Apa pengertian model pembelajaran siklus 5E?
2. Apa tujuan model pembelajaran siklus 5E?
3. Apa ciri-ciri model pembelajaran siklus 5E?
4. Apa landasan filosofis dan teori belajar model pembelajaran siklus 5E?
5. Apa prinsip dasar model pembelajaran siklus 5E?
6. Bagaimana konsep untuk mendeskripsikan model pembelajaran siklus 5E?
7. Apa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran siklus 5E?
8. Bagaimana hasil analisis artikel pengembangan atau penerapan model
pembelajaran siklus 5E?

C. Tujuan Penulisan
Setiap kegiatan penelitian pastinya memiliki tujuan yang akan dicapai oleh
peneliti. Tujuan penelitian merupakan arahan dalam melakukan suatu penelitian,
sehingga penelitian akan berjalan dengan baik apabila memiliki tujuan yang jelas.
Adapun tujuan penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah di atas sbb:
1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran siklus 5E
2. Untuk mengetahui tujuan model pembelajaran siklus 5E
3. Untuk mengetahui ciri-ciri model pembelajaran siklus 5E
4. Untuk mengetahui landasan filosofis dan teori belajar siklus 5E
5. Untuk mengetahui prinsip dasar model pembelajaran siklus 5E
6. Untuk mengetahui konsep mendeskripsikan model pembelajaran siklus 5E
7. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model siklus 5E.
8. Untuk mengetahui hasil analisis artikel pengembangan atau penerapan
model pembelajaran siklus 5E

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi pembaca dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan.

3
2. Bagi mahasiswa dapat membantu memahami pengembangan dan
pemanfaatan bahan ajar cetak.
3. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti mata kuliah Pengembangan
Bahan Ajar Program Studi Magister Pendidikan Fisika Fakultas Pasca
Sarjana Universitas Negeri Padang.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Model Pembelajaran Siklus 5E

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau

pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat

pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan

lain-lain (Trianto, 2012). Ramadhani (2012) menyatakan bahwa setiap model

pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk

membantu siswa sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Siklus belajar 5E (learning cycle 5E) adalah salah satu model konstruktivis

lengkap dalam kasus pembelajaran berbasis riset atau brainstorming yang

digunakan di dalam kelas (Campbell dalam Tuna & Kacar, 2013). Learning cycle

5E berpusat pada siswa (student centered) dengan kegiatan yang memberikan

dasar untuk observasi, pengumpulan data, analisis tentang kegiatan, peristiwa, dan

fenomena (Haribhai & Dhirenkumar, 2012). Learning cycle 5E merupakan

rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga

siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pem-

belajaran dengan jalan berperanan aktif (Fajaroh & Dasna, 2008; Wibowo et al.,

2010). Model pembelajaran siklus belajar 5E (learning cycle 5E) memotivasi

siswa untuk masuk dalam topik melalui beberapa tahap pembelajaran dengan

tujuan untuk mengeksplorasi subjek, memberikan definisi pada pengalaman

mereka, mendapatkan informasi lebih rinci tentang pembelajaran mereka, dan

5
untuk mengevaluasi hasil pembelajaran mereka (Wilder & Shuttleworth dalam

Hagerman, 2012; Tuna & Kacar, 2013).

Siklus belajar 5E (learning cycle 5E) adalah model pembelajaran

konstruktivis yang menggabungkan antara hands-on, minds-on, dan penyelidikan

ilmiah berbasis pedagogi (Balci et al., 2006; Hagerman, 2012; Liu et al., 2009).

Berbeda dengan metode pengajaran tradisional yang mendominasikan instruksi

langsung dalam menyampaikan informasi, siklus belajar 5E dengan pendekatan

hands-on di mana siswa dapat mengeksplorasi konsep baru, mengevaluasi

kembali pengalaman masa lalu mereka, dan mengasimilasi atau mengakomodasi

pengalaman baru dan konsep ke dalam skema yang sudah ada (Hagerman, 2012).

B. Tujuan Model Pembelajaran Siklus 5E


Fajaroh dan Dasna (2007) menyatakan bahwa model pembelajaran learning
cycle 5E patut dikedepankan karena model belajar ini sesuai dengan teori belajar
Piaget yang berbasis kontruktivisme. Piaget menyatakan bahwa belajar
merupakan pengembangan aspek kognitif yaitu struktur, isi, dan fungsi. Struktur
intelektual merupakan organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dan fungsi merupakan
proses perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan organisasi
Menurut Using the 5E model as the basis for a single lesson decreases the
effectiveness of the individual phases due to shortening the time and opportunities
for challenging and restructuring of concepts and abilities-for learning. On the
other hand, using the model for an entire program so increases the time and
experience of the individual phases that the perspective for the phase loses its
effectiveness. for example, teachers may have too much exploration time allotted,
or multiple explanations may be concentrated (Rodger, 2014: 12).
Sejalan dengan pendapat Roger (2014) tujuan dari model pembelajaran
siklus 5E adalah mendorong siswa membangun sendiri pemahamannya mengenai

6
suatu konsep. Selama pengajaran berlangsung, siswa membangkitkan
pemahamannya sendiri yang didasarkan pada latar belakang, sikap, kemampuan
dan pengalamannya. Siswa memilih informasi yang disajikan, dan prakonsepsi
mereka menentukan informasi mana yang menarik perhatiannya kemudian secara
aktif otak menterjemahkannya dan menggambarkan kesimpulan berdasarkan
informasi yang telah disimpan. Dengan demikian belajar merupakan suatu proses
yang berputar ( siklus ).

C. Ciri-ciri Model Pembelajaran Siklus 5E

Model pembelajaran siklus 5E ini berupa proses pembelajaran penemuan


oleh siswa. Ciri-ciri dari model pembelajaran penemuan yaitu (1) mengeksplorasi
dan memecahkan masalah dalam mencipta, mengabungkan dan menggeneralisasi
pengetahuan, (2) berpusat pada siswa sepenuhnya, (3) kegiatan dalam
menggabungkan pengetahuan yang baru dan pengetahuan yang telah ada. Tahap
akhir dari model ini juga menjadi ciri utama yaitu kegiatan evaluasi, dimana
kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan umpan balik dengan memanggil
kembali ide-ide, pengetahuan atau keterampilan siswa yang telah dipelajari.

D. Landasan Filosofis dan Teori Belajar Model Pembelajaran Siklus 5E


Pembelajaran model siklus pertama kali diperkenalkan oleh Myron Atkins
dan Robert Karplus. David Hawkins yang menyatakan bahwa model
pembelajaran menggunakan simbol lingkaran, segitiga dan segi empat. Secara
umum, simbol mewakili fase dari suatu model instruksional yang mencakup
eksplorasi tidak terstruktur, berbagai pengalaman terprogram, dan instruksi
didaktik. Model yang dijelaskan oleh Hawkins memberikan strategi dasar untuk
unit yang dikembangkan oleh Elementary Science Study (ESS). Namun,
pendekatan sistematis untuk pengajaran tidak mendapatkan penerimaan luas dari
studi pengembangan kurikulum lainnya, khususnya pada Studi Peningkatan
Kurikulum Sains (SCIS).
Robert Karplus, seorang ahli fisika teoritis di University of California-
Berkeley, menjadi tertarik pada pendidikan sains pada akhir 1950-an.

7
Ketertarikannya mengarah pada eksplorasi pemikiran anak-anak dan penjelasan
mereka tentang fenomena alam. Pada 1961, Karplus mulai menghubungkan
psikologi perkembangan Jean Piaget dengan desain bahan ajar dan pengajaran
sains. Pada tahun 1961, J. Myron Atkin, saat itu di Universitas Illinois,
membagikan gagasan Karplus tentang pengajaran sains kepada anak-anak.
Akhirnya, mereka berkolaborasi pada model penemuan terbimbing dalam bahan
ajar (Atkin & Karplus, 1962). Karplus terus menyempurnakan ide-idenya dan
model instruksinya ketika dia menguji berbagai materi pengajaran dan mengamati
respons anak-anak sekolah dasar.
Pada 1967, Robert Karplus dan koleganya Herbert Thier menggunakan
istilah-istilah asli dan memberikan kejelasan yang lebih besar dan konteks
kurikuler ketika mereka menggambarkan tiga fase model mereka untuk
pengajaran sains. "Rencana unit dapat dilihat, oleh karena itu, terdiri dari urutan
ini: eksplorasi awal, penemuan, dan penemuan" (Karplus & Thier, 1967 dalam
Bybee, 2014). Tiga fase dan urutan siklus pembelajaran SCIS adalah eksplorasi,
penemuan, dan penemuan. Eksplorasi mengacu pada pengalaman yang relatif
tidak terstruktur di mana siswa mengumpulkan informasi baru. Penemuan
mengacu pada pernyataan formal, seringkali definisi dan istilah untuk konsep
baru. Setelah eksplorasi, fase penemuan memungkinkan interpretasi informasi
yang baru diperoleh melalui restrukturisasi konsep sebelumnya. Fase penemuan
melibatkan penerapan konsep baru ke situasi novel yang lain. Selama fase ini,
pelajar terus mengembangkan tingkat baru organisasi kognitif dan upaya untuk
mentransfer apa yang telah dia pelajari untuk situasi baru.
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa siklus belajar SCIS memiliki
banyak keunggulan bila dibandingkan dengan pendekatan pengajaran lainnya.
Studi-studi ini diringkas dalam Abraham dan Renner (1986). Jack Renner dan
rekan-rekannya (Renner, Abraham, & Birnie, 1985; Abraham & Renner, 1986;
Renner, Abraham, & Birnie, 1988) telah menyelidiki, masing-masing, bentuk
perolehan informasi dalam siklus pembelajaran, urutan tahapan dalam siklus
belajar, dan perlunya setiap fase dari siklus belajar. Studi-studi ini secara umum
mendukung penggunaan siklus pembelajaran SCIS seperti yang awalnya

8
dirancang oleh Atkin dan Karplus. Penelitian tentang penemuan, penemuan
terbimbing, dan pembelajaran statement-of-rule (Egan & Greeno, 1973; Gagne &
Brown, 1961; Roughead & Scandura, 1968) mendukung kesimpulan "pengurutan
dan kebutuhan" yang dibuat oleh Renner dan rekan-rekannya. Lawson (1995)
memberikan sejarah rinci yang sangat baik dari pengembangan dan modifikasi
dari siklus pembelajaran SCIS.
Awalnya, siklus pembelajaran SCIS menggunakan istilah eksplorasi,
invention, dan discovery untuk mengidentifikasi fase dan urutan model. Pada
1980-an, Lawson (1988) dan lainnya sedikit mengubah istilah yang digunakan
untuk siklus belajar. Istilah yang dimodifikasi adalah eksplorasi, pengenalan
istilah, dan aplikasi konsep. Meskipun ada perubahan dalam terminologi, dasar
konseptual dari siklus pembelajaran pada dasarnya tetap sama.
Analisis program dasar menunjukkan bahwa SCIS adalah salah satu
program yang efektif (Shymansky, Kyle, & Alport, 1983). Efek positif ini pada
pembelajaran berhubungan setidaknya sebagian dengan siklus belajar. Siklus
belajar SCIS digunakan sebagai pusat teori pengajaran yang ditentukan oleh
Lawson, Abraham, & Renner (1989). Selain itu, siklus pembelajaran SCIS telah
berhasil diterapkan di berbagai lingkungan pendidikan.
Pada Tahun 1993, the Biological Science Curriculum Study (BSCS) yang
dipimpin oleh Rodger Bybee mengembangkan learning cycle yang disebutnya
sebagai metode kontruktivisme menjadi model pembelajaran siklus belajar 5E
(learning cycle 5E) (Bybee et al., 2006; Liu et al., 2009; Ramadhani, 2012; Tuna
& Kacar, 2013). BSCS menerima hibah dari IBM untuk melakukan studi desain
yang akan menghasilkan spesifikasi untuk kurikulum sains dan kesehatan baru
untuk sekolah dasar. Di antara inovasi yang dihasilkan dari studi desain ini adalah
Model Instruksional BSCS 5E. Seperti disebutkan sebelumnya dan diuraikan nanti
dalam bagian ini, model BSCS memiliki lima fase: keterlibatan, eksplorasi,
penjelasan, elaborasi, dan evaluasi. Ketika merumuskan Model Pembelajaran
BSCS 5E, kami secara sadar memulai dengan siklus pembelajaran SCIS. Tiga
elemen tengah model BSCS secara fundamental setara dengan tiga fase siklus
pembelajaran SCIS. Fase tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

9
Tabel 1. Perbandingan Fase Model SCIS dan BSCS 5E
SCIS BSCS 5E
Engagement (New Phase)
Exploration Exploration
Invention Explanation
Discovery Elaboration
Evaluation (New Phase)

Teori belajar yang mendukung model siklus 5E ini adalah teori belajar
Piaget. Piaget believed that intellectual development was a lifelong process, but
that when formal operational thought was attained, no new structures were
needed. Intellectual development in adults involves developing more complex
schema through the addition of knowledge. Artinya, Piaget percaya bahwa
pengembangan intelektual adalah proses seumur hidup, tetapi ketika pemikiran
operasional formal tercapai, tidak diperlukan struktur baru. Perkembangan
intelektual pada orang dewasa melibatkan pengembangan skema yang lebih
kompleks melalui penambahan pengetahuan (Galileo, 2015).

E. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Siklus 5E

Prinsip dasar model pembelajaran siklus 5E adalah pengalaman belajar


siswa. Dalam hal ini didukung oleh Piaget dalam Galileo (2015) yang menyatakan
bahwa adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi.
Apabila proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi pada
lingkungannya, maka terjadilah ketidakseimbangan (disequilibrium). Akibat
ketidakseimbangan ini maka terjadilah akomodasi, dan struktur yang ada
mengalami perubahan atau struktur baru timbul (Dahar, 1996). Berdasarkan
proses asimilasi ke akomodasi diharapkan dapat mengembangkan struktur mental,
sehingga dapat diorganisasikan dengan konsep lain yang telah dimiliki. Organisasi
yang baik dari intelektual seseorang akan tercermin dari respon yang diberikan
dalam menghadapi masalah.

10
Sudojo (dalam Fajaroh & Dasna, 2007) menyatakan bahwa implementasi
learning cycle 5E dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan kontruktivisme,
yakni sebagai berikut:
1) Siswa belajar secara aktif, siswa mempelajari materi secara bermakna dengan
bekerja dan berpikir, pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa.
2) Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa, informasi
baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu.
3) Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan
pemecahan masalah.
Model pembelajaran learning cycle 5E yang berorientasi pada pembelajaran
kontruktivisme (constructivist approach) ini sangat memperhatikan
pengalaman dan pengetahuan awal siswa serta bertujuan meningkatkan
pemahaman konsep siswa. Oleh karena itu, pada setiap fase-fase pembelajaran
guru dituntut untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang beranjak dari isu-isu
sains yang relevan dengan lingkungan siswa, memicu proses disequilibrium-
equilibrium (ketidakseimbangan-seimbang) pada diri siswa serta memberi
kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan orang lain agar siswa dapat
membangun pengetahuannya secara utuh (Mabsuthoh, 2010).

F. Konsep untuk Mendeskripsikan Model Pembelajaran Siklus 5E


1. Sintak

Siklus belajar memiliki sintak yang berbeda-beda. Tergantung siklus


belajar yang mana yang digunakan. Sintak dari model pembelajaran siklus 5E
adalah engagement, exploration elaboration, explanation, dan evaluation. Adapun
sintaks model pembelajaran siklus belajar 5E yang diadaptasi dari Bybee et al
(2006), Lorsbash (dalam Soomro et al., 2010), Uzunoz (2011), dan Suastra (2009)
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Fase dan kegiatan pembelajaran model siklus 5E

Fase Kegiatan Pembelajaran


Engagement Menggali pengetahuan awal melalui pemberian
pertanyaan atau masalah yang terkait dengan materi yang

11
akan dipelajari.
Exploration Melakukan penyelidikan melakukan pengujian hipotesis,
serta melakukan pengumpulan data/informasi.
Explanation Menganalisis data/informasi yang dikumpulkan dari
kegiatan pada fase sebelumnya.
Menjelaskan konsep, informasi, pengetahuan yang
mereka peroleh dari kegiatan pada fase sebelumnya.
Elaboration Mengaplikasikan konsep, informasi, pengetahuan, dan
keterampilan pada fase sebelumnya ke dalam situasi atau
masalah yang baru yang penyelesaiannya memerlukan
penjelasan yang identik atau mirip.
Evaluation Umpan balik dengan memanggil kembali ide-ide,
pengetahuan atau keterampilan siswa yang telah
dipelajari.
Evaluasi/penilaian hasil belajar.

Berdasarkan pada sintaks model learning cycle 5E, proses pembelajaran


yang dilakukan bukan lagi sekadar transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa,
melainkan proses perolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran. Model learning cycle 5E menekankan
kepada peran siswa sebagai pusat pembelajaran dan sebagai knowledge self-
making (Budprom et al., 2010). Qarareh (2012) menyatakan model learning cycle
5E mampu menciptakan sebuah pembelajaran bermakna yang dapat meningkat-
kan prestasi belajar siswa, motivasi belajar siswa, serta membantu mereka untuk
belajar secara aktif. Soomro et al (2010) juga menyatakan model learning cycle
5E efektif digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa,
membantu siswa menikmati sains, mengerti materi, dan mengaplikasikannya
dalam situasi ilmiah.

2. Sistim sosial
Sistim sosial dalam model ini bersifat kooperatif. Guru berperan sebagai
fasilitator. Guru memfasilitasi siswa baik dari informasi dan kebutuhan siswa
dalam melakukan penyelidikan. Guru memberikan gagasan yang nantinya
didiskusikan siswa secara bersama-sama sehingga siswa dapat memproses
informasi dengan baik.

12
3. Sistem pendukung
Sistem pendukung pembelajaran adalah segala sarana yang dapat digunakan
untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dan RPP. Sarana pendukung yang
diperlukan untuk melaksanakan model pembelajaran ini adalah, buku paket
sebagai referensi siswa untuk mengaitkan informasi dalam lembar tugas dengan
konsep yang dipelajari, lembar kerja siswa, papan tulis, alat tulis dan kartu
permainan (cards game). Seorang guru yang memahami proses intelektual dan
strategi penelitian serta materi-materi sumber yang menopang suatu permasalahan
akan menambah dukungan yang maksimal.

4. Prinsip Reaksi
Guru memandang siswa sebagai seorang peneliti yang mampu melakukan
penyelidikan dalam bidang ilmu tertentu. Penyelidikan atau penemuan merupakan
cara penting untuk meningkatkan mutu pembelajaran melalui proses
pengumpulan, analisis, dan interprestasi data secara sistematis untuk
meningkatkan pemahaman tentang fenomena yang diminati (Leedy, 2010:2).
Penemuan tersebut nantinya akan dijadikan laporan sebagai langkah akhir dari
penelitian tersebut.

5. Pengaruh model siklus 5E


Model ini terdapat penelitian ilmiah yang harus dilakukan secara berurutan
dan siswa memperoleh umpan balik dari guru berupa penguatan materi. Pengaruh
langsung dalam model siklus 5E meliputi: (1) keterampilan mengolah
(mengobservasi, mengumpulkan, dan mengolah data, mengidentifikasi, dan
mengontrol variabel-variabel, merumuskan dan menguji hipotesis, menjabarkan
serta menarik kesimpulan), (2) pembelajaran aktif mandiri, (3) pengungkapan
verbal. Dampak pengiring dari model pembelajaran ini antara lain: kemampuan
bersikap jujur, kemampuan menghargai pendapat orang lain, kemampuan
memandang masalah dari berbagai perspektif, kemampuan berpikir divergen atau
berpikir kreatif, memiliki rasa percaya diri, memiliki motivasi belajar, memiliki

13
keterampilan hidup bergotong royong, diskusi dengan kelompok, dan bekerja
sama dengan teman satu kelompok (Rohman, 2016).

G. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Siklus 5E


Menurut Cohen dan Clough (dalam Wibowo et al., 2010) penerapan model
learning cycle memberi keuntungan sebagai berikut:
1) Meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar (siswa) dilibatkan secara
aktif dalam proses pembelajaran.
2) Membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar .
3) Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Adapun kekurangan penerapan model learning cycle yang harus selalu
diantisipasi adalah sebagai berikut:
1) Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan
langkah-langkah pembelajaran.
2) Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran.
3) Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
4) Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana
dan melaksanakan pembelajaran.
Ergin (2012) menyatakan bahwa kaitannya dengan pelajaran Fisika, model
learning cycle 5E dapat mengakibatkan:
1) Prestasi yang lebih besar dalam fisika.
2) Retensi yang lebih baik dari konsep.
3) Peningkatan sikap terhadap fisika.
4) Peningkatan sikap terhadap belajar fisika.
5) Peningkatan kemampuan penalaran.

14
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisis Pengembangan atau Penerapan Model Pembelajaran Siklus 5E


Judul artikel : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE
5E TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MAN
PRABUMULIH.
1. Pentingnya Penelitian
Ketidaktahuan siswa mengenai kegunaan fisika dalam kehidupan sehari-hari
menjadi penyebab mereka cepat bosan dan tidak tertarik pada pelajaran fisika,
disamping itu pengajaran fisika yang monoton, metode pembelajaran yang kurang
bervariasi, dan hanya berpegang teguh pada buku paket. Jika keadaan ini
dibiarkan terus dalam waktu yang panjang, tentu akan berpengaruh bagi hasil
belajar fisika siswa, dan akan memberi dampak yang buruk bagi pertumbuhan
pendidikan nasional. Hasil penelitian menunjukkan minat siswa terhadap
pelajaran fisika rendah, salah satu penyebabnya adalah kurang tepatnya guru
menggunakan metode pembelajaran yang sesuai untuk siswa. Oleh sebab itu
perlu penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran yang dapat
meningkatkan motivasi untuk belajar Fisika, salah satunya menggunakan model
pembelajaran siklus 5E.
2. Permasalahan dan Solusi
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Fisika MAN Prabumulih
menyatakan rendahnya hasil belajar fisika disebabkan oleh penekanan
pembelajaran dikelas yang masih menekankan pada pembelajaran metode
ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab sehingga kurang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuan yang mereka miliki. Guru
juga mengidentifikasi faktor penyebabnya adalah pasifnya siswa dan sulitnya guru
mengaktifkan siswa terutama bagi siswa yang duduk di belakang. Berdasarkan
diskusi lanjutan dengan guru, pasifnya siswa disebabkan karena siswa belum
terbiasa belajar afektif seperti bertanya, mengemukakan pendapat, dan
menemukan konsep sendiri melalui penyeidikan. Salah satu upaya perbaikan

15
pembelajaran adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Strategi pembelajaran yang sesuai untuk
pelajaran fisika antara lain model pembelaaran learning cycle.
3. Kebaharuan dari Penelitian
Kebaharuan dari penelitian ini adalah menggunakan model siklus 5E.
Sebelmnya orang menggunakan model siklus 3E. Dengan berkembangnya model
tersebut membuat proses pembelajaran semakin menarik. Dengan demikian
diharapkan pembelajaran dapat bermakna bagi siswa.
4. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang menggunakan metode
eksperimen semu, yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh
yang timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara memberikan tes pilihan ganda kepada siswa yang telah
pernah belajar materi yang akan diajarkan. Cara menganalisis data yang telah
dikumpulkan yaitu dengan uji validitas soal, uji reliabilitas soal, uji daya
pembeda, dan uji taraf kesukaran.
5. Hasil Penelitian
Penelitian ini melibatkan dua kelas. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan
satu kelas lagi sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen proses pembelajaran
menggunakan model siklus 5E, sedangkan pada kelas kontrol proses pembelajaran
menggunakan model konvensional. Setelah proses pembelajaran berlangsung 4
kali pertemuan, dilakukan posttes untuk melihat hasil dari penelitian. Hasil nilai
rata-rata posttes kelas eksperimen lebih tinggi daripada hasil nilai rata-rata posttes
kelas kontrol. Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa model pembelajaran
siklus 5E memberikan pengaruh yang berarti terhadap hasil belajar Fisika siswa.
6. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
learning cycle 5E terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MAN Prabumulih.
Penelitian dilaksanakan pada Semester Ganjil Tahun Ajaran 2015/2016. Metode
penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan rancangan non-
equivalent control group pre-test and post-test design. Sampel diambil dengan

16
teknik purposive sampling, dimana kelas X1 sebagai kelas eksperimen dan kelas
X2 sebagai kelas kontrol. Pada proses pembelajaran, kelas eksperimen diajar
dengan menggunakan model learning cycle 5E dan kelas kontrol diajar dengan
model konvensional. Pengumpulan data dengan menggunakan tes pilihan ganda
untuk melihat hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa N-gain rata-rata yang diperoleh siswa kelas eksperimen
adalah 0,7 yang termasuk kategori sedang dan N-gain rata-rata untuk kelas kontrol
adalah 0,5 yang termasuk kategori sedang. Secara statistik dengan perhitungan
menggunakan Uji-t pada taraf signifikan (a) = 0,05 diperoleh thitung = 4,14
sedangkan ttabel = 1,67 terlihat bahwa thitung >ttabel. Oleh karena itu H0 ditolak
dan Ha diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
learning cycle 5E berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa kelas
X MAN Prabumulih.
Penelitian tentang model siklus 5E juga sudah dilakukan oleh Festiyed, dkk
(2016). Penelitian ini dengan judul meningkatkan capaian pembelajaran mata
kuliah komputer dalam pembelajaran Fisika melalui implementasi model learning
cyle 5E. Hasil penelitian menunjukkan Penerapan model pembelajaran Learning
Cycle 5E dapat meningkatkan capaian pembelajaran mahasiswa disebabkan
karena dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran memberikan kesempatan yang
banyak kepada mahasiswa untuk terlibat aktif secara fisik, mental dan emosional
melalui kegiatan penyelidikan atau praktek langsung. Pengetahuan yang diperoleh
dan dibangun secara aktif oleh mahasiswa melalui pengalaman nyata akan
tersimpan lebih lama dalam ingatan mereka. Peningkatan capaian pembelajaran
mahasiswa terjadi karena pelaksanaan pembelajaran memberikan kesempatan
lebih banyak kepada mahasiswa untuk aktif secara fisik, mental dan emosional
melalui kegiatan penyelidikan, diskusi kelompok atau melakukan presentasi
kelompok. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
menggunakan siklus 5E tidak hanya berhasil di sekolah tetapi juga pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.

17
7. Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan tujuan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bawa terdapat pengaruh model pembelajaran
learning cycle 5E terhadap hasil belajar fisika siswa dikelas X MAN Prabumulih.
Hal ini ditunjukkan dari hasil uji –t diperoleh nilai thitung sebesar 4,14 dengan
ttabel sebesar 1,67 dengan taraf signifikansi a = 5%. Karena thitung > ttabel
maka terdapat pengaruh signifikan model pembelajaran learning cycle 5E
terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X MAN Prabumulih.Hasil N-Gain rata-
rata yang diperoleh siswa kelaseksperimen adalah 0,69 dan N-Gain rata-ratayang
diperoleh kelas kontrol adalah 0,56. Nilai tersebut diinterpretasikan kedalam
kriteria Ngain dan diperoleh informasi bahwa peningkatan hasil belajar kedua
kelas tersebut tergolongdalam kriteria “sedang”. Meskipun kedua kelas tergolong
sedang, namun terlihat bahwa N-Gain rata-rata yang dicapai kelas eksperimen
lebih tinggi daripada kelas kontrol.

18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran siklus 5E adalah rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase)
yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-
kompetensi yang harus dicapai dalam pem-belajaran dengan jalan berperanan
aktif. Tujuan model pembelajaran siklus 5E adalah mendorong siswa membangun
sendiri pemahamannya mengenai suatu konsep. Ciri khusus model pembelajaran
ini adalah sintak evaluasi pembelajaran yang digunakan berupa umpan balik
mengenai pengetahuan kognitif siswa. Landasan filosofis model siklus 5E ini
awalnya dari program SCIS dengan sintak pembelajaran 3E, kemudian
dilanjutkan dengan BSCS yang dipimpin oleh Rodger Bybee mengembangkan
learning cycle yang disebutnya sebagai metode kontruktivisme menjadi model
pembelajaran siklus belajar 5E. Teori belajar yang digunakan adalah teori belajar
konstruktivistik piaget. Konsep untuk mendeskripsikan model siklus 5E yaitu
sintak yang terdiri dari lima tahap (engagement, explanation, exploration,
elaboration, dan evaluation) kemudian ada sistim sosial, prinsip reaksi, sistim
pendukung, dan pengaruh.

B. Ide yang Diperoleh dan Tindak Lanjut


Ide yang diperoleh setelah mengkaji model siklus 5E adalah sintak model
5E bisa ditambah. Saat ini model siklus 5E sudah berkembang menjadi model
siklus 6E dan sampai saat ini sudah ada model siklus 7E. Tindak lanjut yang
diharapkan yaitu dapat mengembangkan produk atau sumber belajar baik dalam
bentuk bahan ajar atau media pembelajaran menggunakan model siklus 5E.

19
DAFTAR PUSTAKA

Balci, S., Cakiroglus, J., & Tekkayas, C. 2006. Engagement, exploration,


explanation, extension, and evaluation (5E) learning cycle and
conceptual change text as learning tools. Biochemistry and Molecular
Biology Education. 34(3). 199-203. Tersedia di www.sciencedirect.com.
Budprom, W., Suksringam, P., & Singsriwo, A. 2010. Effects of learning
environmental education using 5E-learning cycle with multiple
intelligences and teacher’s handbook approaches on learning
achievement, basic science process skills and critical thinking of grade 9
students. Pakistan Journal of Social Sciences. 7(3). 200-204. Tersedia di
http://docsdrive.com/pdfs.
Bybee, R. W. (2014). The BSCS 5E instructional model: Personal reflections and
contemporary implications. Science and Children, 51(8), 10-13.
Bybee, R. W., Taylor, J. A., Gardner, A., Scotter, P. V., Powell, J. C., Westbrook,
A., & Landes, N. 2006. The BSCS 5E instructional model: Origins and
effectiveness. Laporan. Disiapkan untuk Office of Science Education
National Institutes of Health. Tersedia di http://www.bscs.org/sites/
default/files/BSCS_5E_Instructional_Model-Full_Report.pdf.
Duran, L. B., & Duran, E. (2004). The 5E Instructional Model: A Learning Cycle
Approach for Inquiry-Based Science Teaching. Science Education
Review, 3(2), 49-58.
Dahar. R. W. 1996. Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga.
Eisenkraft, A. (2003). Expanding the 5E model. SCIENCE TEACHER-
WASHINGTON-, 70(6), 56-59.
Ergin, I. 2012. Constructivist approach based 5E model and usability instructional
physics. Journal Physics Education. 6(1). 14-20. Tersedia di http://www.
lajpe.org.
Ergin, I., Kanli, U., & Ünsal, Y. 2008. An example for the effect of 5E model on
the academic success and attitude levels of students’: “Inclined projectile
motion”. Journal of Turkish Science Education. 5(3). 47-59. Tersedia di
http://www.tused.org.
Fajaroh, F. & Dasna, I W. 2007. Pembelajaran dengan model siklus belajar
(learning cycle). Artikel. Jurusan Kimia FMIPA UM. Tersedia di
http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelajaran-dengan-
model-siklus-belajar-learning-cycle/.
Festiyed, F. (2013). Meningkatkan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah Komputer
Dalam Pembelajaran Fisika Melalui Implementasi Model Learning Cycle 5e
(Engagement, Exploration, Explanation, Elaboration,
Evaluation). EKSAKTA, 2.

20
Hagerman, C. L. 2012. Effects of the 5E learning cycle on student content
comprehension and scientific literacy. A Professional Paper (tidak
diterbitkan). Montana State University.
Haribhai, T. S. & Dhirenkumar, G. P. 2012. Effectiveness of constructivist 5 ‘E’
model. Research Expo International Multidisciplinary Research Journal.
2(2). 76-82. Tersedia di www. researchjournals.in.
Kaniawati, D. S., & Suwarma, I. K. I. R. (2015). Study Literasi Pengaruh
Pengintegrasian Pendekatan STEM dalam Learning Cycle 5E terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Pembelajaran
Fisika. PROSIDING, 39.
Kazu, I. Y. & Bosu, E. 2012. Turkish vocational school students’ perception of 5E
teaching model. International Journal of Learning and Development.
2(6). 221-237. Tersedia di www.macrothink.org/ijld.
Liu, T., Peng, H., Wu, W., & Lin, M. 2009. The effects of mobile natural-science
learning based on the 5E learning cycle: A case study. Educational
Technology and Society. 12(4). 344-358. Tersedia di
https://www.iste.org.
Mabsuthoh, N. 2010. Pengaruh model pembelajaran learning cycle terhadap hasil
belajar fisika pada konsep masa jenis. Skripsi (tidak diterbitkan).
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Qarareh, A. Q. 2012. The effect of using the learning cycle method in teaching
science on the educational achievement of the sixth graders. Journal
Education Sciences. 4(2). 123-132. Tersedia di http://www.krepu
blishers.com.
Ramadhani, N. 2012. Pengaruh model pembelajaran kontruktivis 5E terhadap
hasil belajar di SMA Laksamana Martadinata. Jurnal Pendidikan Fisika.
1(1). 45-50.
Rohmah, F. N. (2016). Pembelajaran Research Cycle (Siklus Penelitian) Melalui
Pendekatan Scientific. JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA, 4(5), 673-681.
https://oer.galileo.usg.edu/cgi/viewcontent.cgi?
article=1000&context=education-textbooks diunduh pada 29 Maret 2020
pukul 21.17
Senidra, H. (2016). PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING
CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X
MAN PRABUMULIH. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika, 3(1), 66-
72.

Soomro, A. Q., Qaisrani, M. N., & Uqaili, M. A. 2011. Measuring students’


attitudes towards learning physics: Experimental research. Australian

21
Journal of Basic and Applied Sciences. 5(11). 2282-2288. Tersedia di
http://www.ajbasweb.com/ajbas.
Suastra, I W. 2002. Strategi belajar mengajar sains. Buku ajar (Tidak diterbitkan).
Jurusan Pendidikan Fisika, IKIP Negeri Singaraja.
Suastra, I W. 2009. Pembelajaran sains terkini: Mendekatkan siswa dengan
lingkungan alamiah dan sosial budayanya. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha.
Temel, S., Yilmaz, H., & Ozgur, S. D. 2013. Use of the learning cycle model in
the teaching of chemical bonding and an investigation of diverse
variables in prediction of achievement. International Journal of
Education and Research. 1(5). 1-14. Tersedia di www.ijern.com.
Trianto. 2012. Model pembelajaran terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Tuna, A. & Kacar, A. 2013. The effect of 5E learning cycle model in teaching
trigonometry on students’ academic achievement and the permanence of
their knowledge. International Journal on New Trends in Education and
Their Implications. 4(1). 73-87. Tersedia di www.ijonte.org.
Utari, S., Alfiani, Feranie, S., Aviyanti, L., Sari, I. M., & Hasanah, L. 2013.
Application of learning cycle 5E model aided cmaptools-based media
prototype to improve student cognitive learning outcomes. Canadian
Center of Science and Education. 5(4). 69-76. Tersedia di www.
ccsenet.org/apr.
Wibowo, A., Munir, H., & Waslaludin. 2010. Penerapan model pembelajaran
siklus belajar (learning cycle) 5E dalam meningkatkan hasil belajar siswa
pada matapelajaran teknologi informasi dan komunikasi. Laporan
Penelitian (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Indonesia.

22

Anda mungkin juga menyukai