Anda di halaman 1dari 45

1

PEMANFAATAN MEDIA VIDEO DENGAN MODEL


PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN
PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PAI (AKIDAH)
KELAS XI SMA ASSALAAM SUKOHARJO

PROPOSAL

Oleh : Wahyudi Prabowo, S.Th.I

Universitas Islam Negeri


K.H. ABDURRAHMAN WAHID
PEKALONGAN
Tahun 2023
2

Kata Pengantar

Rasa syukur alhamdulillah selalu penulis panjatkan ke hadirat Allah, berkat

rahmat, karunia dan hidayah-Nya juga semangat serta kerja keras penulis proposal

penelitian ini dapat diselesaikan. Penulisan proposal penelitian ini guna memberikan

gambaran atau rencana penelitian terhadap pembelajaran PPL dalam Pendidikan

Profesi Guru di Universitas K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

Sudah tentu, dalam perencanaan hingga pelaksanaan penulis proposal

mengalami beberapa kesulitan dan hambatan. Namun kesulitan dan hambatan dapat

diatasi berkat bantuan beberapa pihak. Oleh sebab itu, penulis sampaikan rasa terima

kasih yang tinggi kepada:

1. Drs. Djoko Pramono selaku kepala sekolah SMA Assalaam Sukoharjo Jawa Tengah

yang telah mengizinkan penggunaan sekolah untuk penelitian ini.

2. Nur Cholidah, S.Pd. selaku waka kurikulum SMA Assalaam Sukoharjo Jawa

Tengah yang telah mengatur jadwa penelitian ini.

3. Istri saya yang telah mendampingi saya dan selalu mendoakan saya selama proses

ini.

4. Orang tua penulis yang tidak pernah berhenti memberikan doa, dukungan dan

semangat kepada penulis


3

Peneliti berharap semoga segala amal kebaikan dibalas oleh Allah. Semoga

penelitian ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran sangat diharapkan demi kebaikan

masa depan. Terimakasih.

Sukoharjo, 12 Juli 2023

Wahyudi Prabowo
4

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................ 1

Kata Pengantar ........................................................................................................... 2

Daftar Isi ...................................................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 6

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 6

B. Identifikasi Masalah …………………………………………………………. 8

C. Analisis Masalah ……………………………………………… …………... 8

D. Rumusan Masalah ............................................................................................ 9

E. Tujuan Penelitian .......................................................................... .................. 9

F. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................... 11

A. Landasan Teori …………………………………………………………..…. 11

1. Proses Pembelajaran ................................................................................. 11

2. Hasil Belajar ............................................................................................. 13

3. Keaktifan .................................................................................................. 14

4. Pembelajaran Kooperatif .......................................................................... 17

5. Pembelajaran Berbasis Masalah ............................................................... 18

6. Tujuan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah………………………... 19

7. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah …………………….. 20

8. Media Pembelajaran ……………………………………………………. 22

9. Iman Kepada Hari Akhir ……………………………………………….. 22


5

B. Penelitian Terdahulu …………………………..…………………………… 24

C. Hipotesis Tindakan …………………………………………………………. 27

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 28

A. Jenis dan Desain Penelitian ............................................................................ 28

B. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………………… 29

C. Subjek dan Objek Penelitian .......................................................................... 29

D. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data .................................................... 30

E. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………. 34

F. Instrument Penelitian ...................................................................................... 36

G. Teknis Analisis Data ……………………………………………………….. 40

H. Kriteria Keberhasilan Tindakan ……………………………………………. 42

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………. 43


6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesantren Modern Assalaam yang biasa disingkat PPMI Assalaam adalah

sebuah lembaga pendidikan swasta Islam di bawah naungan Yayasan Majelis

Pendidikan Islam (YMPI) Surakarta yang didirikan oleh Bapak Abdullah H.

Marzuki (RIP) dan Hj. Siti Aminah Abdullah. PPMI Assalaam didirikan pada

tanggal 17 Syawal 1402 H bertepatan dengan tanggal 7 Agustus 1982 M, beralamat

di Jalan Yosodipuro No 56 Punggawan Surakarta, terletak di atas lahan seluas 2.845

m, wakaf dari keluarga H. Abdullah Marzuki (RIP) dan Hj. Siti Aminah Abdullah,

pemilik industri percetakan PT. Tiga Serangkai Solo.1

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada salah satu guru mata

pelajaran PAI pada tanggal 11 Juli 2023 yaitu Ustadz Zaimun Nasikin,S.Pd, beliau

mengatakan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan di SMA Assalaam

Sukoharjo ini masih cenderung menggunakan metode ceramah dan pusat

pembelajaran masih berada pada guru mata pelajaran, dalam hal ini mata pelajaran

PAI (akidah). Selain itu, peserta didik cenderung melakukan hal-hal lain selama

proses pembelajaran berlangsung. Sehingga peserta didik tidak fokus pada materi

1
Sejarah Singkat Berdirinya PPMI Assalaam Sukoharjo diakses dari
https://assalaam.or.id/history-establistment/ tanggal 19 Agustus 2021 jam 11.05 WIB
7

yang diberikan oleh guru. Hal-hal lain yang biasanya dilakukan oleh peserta didik

selama proses pembelajaran berlangsung adalah bermain-main bersama teman

sebangku ataupun menggambar hal-hal yang kurang pas dilakukan pada saat proses

pembelajaran. Peserta didik cenderung lebih aktif dengan hal-hal yang lebih

disukainya, contohnya dengan hobi mereka menggambar atau menulis.

Proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru, sehingga peserta

didik tidak dilibatkan didalamnya akan membuat peserta didik merasa bosan dalam

mengikuti pembelajaran. Hingga akhirnya peserta didik tidak memahami materi

yang diajarkan oleh guru dan pada akhir evaluasi pembelajaran siswa memperoleh

nilai kurang memuaskan. Hasil belajar dari peserta didik semakin menurun dari

waktu ke waktu.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan pembelajaran mengenai semakin

menurunnya hasil belajar dari peserta didik dan kurangnya perhatian peserta didik

dengan pembelajaran sehingga membuat peserta didik asyik sendiri dengan kegiatan

yang lain akan coba diatasi dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif

model Problem Based Learning dan dengan menggunakan media video. Oleh

karena itu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Pemanfaatan media

video dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk

meningkatkan hasil dan keaktifan peserta didik pada mata pelajaran PAI (Akidah)

kelas XI SMA Assalaam Sukoharjo”.


8

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan analisis situasi tersebut terdapat beberapa masalah yang dapat

diteliti, antara lain:

1. Guru belum menggunakan strategi atau model pembelajaran kooperatif dimana

peserta didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

2. Peserta didik tidak memperhatikan dan sibuk dengan kegiatan lain selama proses

pembelajaran berlangsung.

3. Hasil belajar peserta didik tidak mengalami kenaikan, dan cenderung semakin

menurun.

C. Analisis Masalah

Berdasarkan paparan identifikasi masalah diatas, maka peneliti perlu

membatasi masalah yang akan dibahas dengan tujuan agar penelitian dapat terfokus

pada masalah. Adapun permasalahan yang akan dibahas dibatasi pada:

1. Penelitian dibatasi penerapan strategi kooperatif tipe Problem Based Learning

(PBL) dengan menggunakan media video terhadap peningkatan hasil belajar dan

keaktifan peserta didik dalam pembelajaran PAI (Akidah).

2. Fokus penelitian dibatasi pada peserta didik kelas XI SMA Assalaam Sukoharjo.
9

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka permasalahan

yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran tema

Iman Kepada Hari Akhir melalui pemanfaatan media video dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning (PBL) di kelas XI SMA

Assalaam Sukoharjo?

2. Bagaimanakah peningkatan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran tema

Iman Kepada Hari Akhir melalui pemanfaatan media video dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning (PBL) di kelas SMA

Assalaam Sukoharjo?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan:

1. Hasil belajar PAI (Akidah) setelah dilakukan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media

video di XI SMA Assalaam Sukoharjo materi Iman Kepada Hari Akhir.

2. Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran PAI (Akidah) setelah

dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based

Learning (PBL) dengan menggunakan media video di kelas SMA Assalaam

Sukoharjo materi Iman Kepada Hari Akhir.


10

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan masalah yang ada dalam pembelajaran dan upaya pemecahan

masalah dalam penelitian yang dilakukan, akan diperoleh beberapa manfaat:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan ilmu

pendidikan khususnya dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media video untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik dan keaktifan belajar peserta didik

dalam pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian

tindakan kelas dan penelitian selanjutnya.

b. Bagi Guru

Dapat menambah referensi guru untuk meningkatkan kinerja dan

keprofesionalan dalam meningkatkan hasil belajar dan kekatifan peserta didik

dalam proses pembelajaran yang inovatif secara berkelompok.

c. Bagi Peserta Didik

Sebagai motivasi untuk terus meningkatkan hasil belajar dan keaktifan dalam

proses pembelajaran.
11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Proses Pembelajaran

Belajar adalah usaha sadar seseorang untuk mengubah tingkah lakunya

secara menyeluruh dan berkelanjutan dengan cara melakukan interaksi aktif,

positif, dan permanen dengan lingkungannya agar mencapai arah dan tujuan

tertentu. Menurut J. Bruner dalam Slameto (2010) ada 4 hal yang perlu

diperhatikan guru dalam belajar yaitu:

a. Mengusahakan agar setiap peserta didik berpartisipasi aktif, minatnya perlu

ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Menganalisis struktur materi yang akan diajarkan dan juga perlu disajikan

secara sederhana sehingga mudah dimengerti peserta didik.

c. Menganalisis sequence.

d. Memberi reinforment dan umpan balik.

Kegiatan pembelajaran menerapkan prinsip-prinsip kerjasama terdapat

keaktifan belajar peserta didik, interaksi guru dan peserta didik, parsitipasi

peserta didik dalam pembelajaran serta komunikasi yang interaktif. Pembelajaran

dilakukan dengan cara yang tepat sehingga pembelajaran berjalan dengan lancar

dan memperoleh hasil yang maksimal baik secara kognitif, afektif, maupun

psikomotorik. Guru memiliki beban yang tidak ringan, guru memiliki banyak
12

peran yang harus dijalankan dalam pembelajaran. Salah satu peran utama guru

adalah sebagai narasumber yang bertugas menyampaikan informasi berupa

materi kepada peserta didik.

Pengertian mengajar telah mengalami penyesuaian dari waktu ke waktu

seiring perkembangan jaman. Dahulu mengajar didefinisikan sebagai

penyerahan kebudayaan berupa pengalaman dan kecakapan kepada peserta didik.

Definisi tersebut merujuk pada kepasifan peserta didik dalam proses

pembelajaran, namun seiring waktu, definisi tersebut telah bergeser. Definisi

modern di negara maju tentang mengajar menunjukkan hal yang berbeda, bahwa

teaching is the guidance of learning, mengajar adalah bimbingan kepada peserta

didik dalam proses belajar, definisi ini mengindikasikan bahwa yang aktif adalah

peserta didik yang mengalami proses belajar, sedangkan guru hanya

membimbing (Slameto, 2010: 29-30). Kini dalam mengajar guru tidak lagi

menjadi satu-satunya pihak yang aktif, peserta didik juga harus aktif

berpartisipasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang tidak lagi selalu berpusat

pada guru ini sedikit mengurangi beban guru. Guru bisa lebih fokus dalam

melaksanakan perannya yang lain seperti memberikan bimbingan dan motivasi

kepada peserta didik.

Proses pembelajaran dapat dinilai agar diketahui apakah proses belajar

yang berlangsung sudah baik atau belum. Penilaian proses pembelajaran

memiliki tujuan untuk memperbaiki dan mengoptimalkan kegiatan pembelajaran

terutama efesiensi dan kefektifitas produktivitasnya. Komponen yang dinilai


13

dalam pengajaran antara lain tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kondisi

peserta didik dan kegiatan belajarnya, kondisi guru dan kegiatan mengajarnya,

alat dan sumber belajar yang digunakan, serta teknik dan cara pelaksanaan

penilaian. Sedangkan kriteria penilaiannya meliputi konsistensi kegiatan

pembelajaran dengan kurikulum, keterlaksanaannya oleh guru,

keterlaksanaannya oleh peserta didik, motivasi belajar peserta didik, keaktifan

para peserta didik dalam kegiatan belajar, interaksi guru- peserta didik,

kemampuan guru mengajar, dan kualitas hasil belajar yang dicapai peserta didik

(Sudjana, 2009: 57-62). Kriteria tersebut akan membantu penilai untuk melihat

bagian mana yang telah dicapai dan bagian mana yang belum dicapai untuk

kemudian dilakukan tindakan serta upaya memperbaikinya.

2. Hasil Belajar

Menurut tinjauan mutu, belajar ialah proses memperoleh arti-arti dan

pemahaman-pemahaman serta cara menafsirkan dunia di sekeliling peserta didik.

Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan

yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti

dihadapi siswa (Syah, 2002: 68). Sedangkan menurut Drs. M. Dalyono, belajar

adalah suatu usaha perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dengan

sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki baik fisik, mental serta

dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya, maupun aspek kejiwaan

seperti intelegensi, bakat, motivasi, minta, dan sebagainya (Dalyono, 1996: 49).
14

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimliki peserta didik setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Menurut Surya, hasil belajar adalah seluruh

kecakapan yangg diperoleh melalui proses pembelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam nilai-nilai hasil belajar berdasarkan tes hasil belajar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti tes hasil belajar yang sesuai

dengan tujuan pendidikan yang ditentukan. Disamping itu, hasil belajar

merupakan kecakapan hidup yang diperoleh siswa pada saat itu (Sudjana, 2009:

22).

3. Keaktifan

Sadirman menyebutkan dalam kegiatan belajar peserta didik harus aktif

berbuat. Jadi belajar memerlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas, proses belajar

tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan

yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan peserta didik) dalam rangka

mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan disini penekanannya

adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas peserta didik dalam proses

pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Belajar aktif adalah suatu sistem

pembelajaran yang menekankan keaktifa siswa secara fisik, mental, intelektual

dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara

aspek kognitif, efektif, dan psikomotor.


15

Aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya, sehingga para ahli

mengadakan klasifikasi. Klasifikasi aktivitas belajar tersebut ada delapan

kelompok, yaitu (Hamalik, 2001):

a. Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran,

dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian,

mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,

wawancara, diskusi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi

kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman,

mengerjakan tes dan mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola.

f. Kegiatan-kegiatan metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat

model, dan menyelenggarakan permainan.

g. Kegiatan-kegiatan mental
16

Merenung, meningat, memecahkan masalah, menganalisis, dan membuat

keputusan.

Keaktifan belajar peserta didik merupakan unsur dasar yang penting bagi

keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan peserta didik dalam kegiatan

belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri.

Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yg

mereka hadapi dalam kegiatan pembelajaran. Keaktifan peserta didik dalam

mengikuti proses pembelajaran, dapat dilihat dalam beberapa hal sebagai berikut

(Sudjana,2009):

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.

b. Terlibat dalam pemecahan masalah.

c. Bertanya kepada peserta didik lain atau kepada guru apabila tidak memahami

persoalan yang dihadapinya.

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan

masalah.

e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.

f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.

g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.

h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya

dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.


17

4. Pembelajaran Kooperatif

Proses pembelajaran dengan model ini menerapkan prinsip belajar

kooperatif yaitu proses belajar yang berbasis kerjasama. Kerjasama yang

dimaksud adalah kerjasama antar peserta didik dan antar komponen di sekolah,

termasuk kerjasama sekolah dengan orang tua peserta didik dan lembaga terkait

(Sugandi, 2006: 94). Adapun pembelajaran kooperatif menurut J. Drost, SJ

adalah sebuah grup kecil yang bekerjasama sebagai sebuah tim untuk

memecahkan masalah (solve a problem), melengkapi latihan (complete a task),

atau untuk mencapai tujuan tertentu (accomplish a goal). Setiap kelompok

diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini

akan memberi siswa bentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Guru

menjadwalkan waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok

dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif

(Rusman, 2010: 205).

Zamroni (2000) mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar

kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam

wujud input pada level individual. Di samping itu, belajar kooperatif dapat

mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif,

diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik

yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat (Trianto, 2009: 58).

Berdasarkan kelompok belajar dalam pembelajaran kooperatif biasanya

terdiri dari lima sampai tujuh anak. Ada beberapa faktor yang perlu
18

dipertimbangkan dalam mementukan besarnya kelompok, yaitu (1) kemampuan

anak, (2) ketersediaan bahan, (3) ketersediaan waktu. Kelompok belajar

hendaknya sekecil mungkin agar semua anak aktif menyelesaikan tugas-tugas

mereka (Abdurrahman, 2003: 125).

5. Pembelajaran Berbasis Masalah

Problem based learning (PBL) mula-mula digunakan di perguruan tinggi

dalam perkuliahan medis di Southern Illinois University School of Medicine.

Howard Barrows (1982) staf pengajar perguruan tersebut mendefinisikan

pembelajaran berbasis masalah sebagai:

“a learning method based on the principle of using problems as a starting

point for the acquisition and integration of new knowledge”. Suatu metode

pembelajaran berlandaskan pada prinsip pemanfaatan permasalahan-

permasalahan sebagai poin permulaan untuk proses mendapatkan dan

mengintegrasikan suatu pengetahuan baru.

Pembelajaran berbasis masalah didasarkan atas teori psikologi kognitif

terutama berlandaskan teori Piaget dan Vigotsky (konstruktivisme). Menurut

teori konstruktivisme, peserta didik belajar mengonstruksi pengetahuannya

melalui interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran berbasis masalah dapat

membuat peserta didik belajar melaui upaya penyelesaian permasalahan dunia

nyata (real world problem) secara terstruktur untuk mengonstruksi pengetahuan

peserta didik. Pembelajaran ini menuntut peserta didik untuk aktif melakukan
19

penyelidikan dalam menyelesaikan permasalahan dan dosen berperan sebagai

fasilitator atau pembimbing. Pembelajaran akan dapat membentuk kemampuan

berpikir tingkat tinggi (higher order thingking) dan meningkatkan kemampuan

peserta didik untuk berpikir kritis.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang

penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan,

mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka

dialog. Persoalan yang dikaji hendaknya merupakan persoalan konstekstual yang

ditemukan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan harus

dipecahkan dengan menerapkan beberapa konsep dan prinsip yang secara

simultan dipelajari dan tercakup dalam kurikulum mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan. Sebuah permasalahan pada umumnya diselesaikan dalam

beberapa kali pertemuan karena merupakan permasalahan multi konsepsi,

bahkan dapat merupakan masalah multi disiplin ilmu.

6. Tujuan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

Metode pembelajaran berbasis masalah memiliki tujuan mengkaji

permasalahan yang terkait dengan penguasaan materi pengetahuan,

keterampilan menyelesaikan masalah, belajar multi disiplin, dan keterampilan

hidup. Bagan keterkaitan permasalahan dengan tujuan pembelajaran

dideskripsikan sebagai berikut (Tan, 2003)


20

Menurut Norman dan Schmidt (1992), pembelajaran berbasis masalah

dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam beberapa hal, yakni:

mentransfer konsep dan permasalahan baru, integrasi konsep,

ketertarikan/minat belajar, belajar dengan arahan sendiri, dan keterampilan

belajar.

7. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Skenario pembelajaran dengan metode pembelajaran berbasis masalah

hendaknya memenuhi karakteristik berikut: (i) terkait dengan dunia nyata; (ii)

memotivasi pebelajar; (iii) membutuhkan pengambilan keputusan; (iv) multi-

tahap; (v) dirancang untuk kelompok; (vi) menyajikan pertanyaan terbuka

memicu diskusi; (vii) mencakup tujuan pembelajaran, berpikir tingkat tinggi

(higher order thinking), dan keterampilan lainnya (Ridwan, 2015:131).

Pannen (2001:86) memberikan arahan petunjuk langkah-langkah dalam

penerapan pembelajaran berbasis masalah yaitu: (i) mengidentifikasi masalah,

(ii) mengumpulkan data, (iii) menganalisis data, (iv) memecahkan masalah

berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya, (iv) memilih cara untuk

memecahkan masalah, (v) merencanakan penerapan pemecahan masalah, (vi)

melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan (vii) melakukan

tindakan (action) untuk memecahkan masalah.

Arends (2004) membagi tahap-tahap administrasi pembelajaran berbasis

masalah yang dilaksanakan oleh fasilitator (dosen) meliputi:


21

Tahap 1: Mengorientasikan peserta didik pada masalah. Menjelaskan tujuan

pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi peserta didik terlibat aktif

pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

Tahap 2: Mengorganisasi peserta didik untuk belajar. Membantu mahasiswa

membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan

masalah yang dihadapi.

Tahap 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong

peserta didik mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,

dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan.

Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu peserta

didik merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,

dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Membantu peserta didik melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-

proses yang digunakan selama berlangsungnya pemecahan masalah.

Pierce dan Jones (dalam Ratnaningsih, 2003: 126) menjelaskan bahwa

pengkondisian yang harus muncul pada waktu pelaksanaan pembelajaran

berbasis masalah adalah sebagai berikut: (i) Keterlibatan (engagement) meliputi

mempersiapkan peserta didik untuk berperan sebagai pemecah masalah yang

bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan peserta didik pada situasi

yang mendorong untuk mampu menemukan masalah dan meneliti

permasalahan sambil mengajukkan dugaan dan rencana penyelesaian. (ii)


22

Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation) yang mencakup kegiatan

mengeksplorasi dan mendistribuskan informasi. (iii) Performansi

(performance) yaitu menyajikan temuan. (iv) Tanya jawab (debriefing) yaitu

menguji keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi terhadap proses

pemecahan masalah.

8. Media Pembelajaran

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan

pesan (materi pembelajaran), merangsang pikiran, segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dan kemampuan siswa, sehingga dapat

mendorong proses pembelajaran (R. Ibrahim dan Nana Syaodih, 1993:78 dalam

Rusman, 2010). Kemampuan menggunakan media tidak hanya menggunakan

media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio dan media audio

visual. Tetapi kemampuan guru ditekankan pada objek nyata yang ada

disekitarnya.

9. Iman Kepada Hari Akhir

Hari Akhir atau hari kiamat adalah hari dibinasakan dan dihancurkan alam

semesta yang merupakan tanda berakhirnya kehidupan dunia menuju kehidupan

kekal diakhirat. Beriman kepada hari akhir adalah meyakini dengan sepenuh hati

bahwa akan datangnya hari berakhirnya kehidupan didunia ini. Alam akhirat

tempat manusia mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya sewaktu


23

didunia dan memperoleh ganjaran sesuai dengan perbuatannya 2. Kewajiban

beriman kepada hari akhir sudah diberitakan oleh alQur’an dan Hadist. Namun

bisa dipertegas oleh akal pikiran (dalil aqli). Secara akal kita bisa berpikir, bahwa

segala sesuatu yang ada di alam mengalami perubahan. Dan setiap yang

mengalami perubahan pasti akan membutuhkan akhir. Sesuatu yang berakhir

mempunyai tanda-tanda yang diberitakan oleh Al-Qur’an dan Hadist adalah bisa

diterima oleh akal.

Keyakinan terhadap adanya hari akhir akan memberikan hikmah atau efek

yang sangat besar dalam kehidupan manusia paling tidak manusia akan merasa

takut terhadap azab yang akan diberikan Allah setelah terjadinya hari akhir, hal

ini akan membuat manusia selalu berhati- hati dalam bertindak dan akan selalu

memperbanyak amal ibadah sewaktu didunia3.

Menurut Nurhayati Rusdi, “meyakini akan adanya hari pembalasan sebagai

rangkaian peristiwa yang harus dijalani setelah hari kiamat akan menimbulkan

kedisiplinan dan kewaspadaan sebab seluruh amal tidak ada yang luput dari

pengawasan Allah”4.

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa seseorang yang beriman

kepada hari akhir akan menimbulkan kedisiplinan dan berusaha menjadi lebih

2
Susiba dan Yasnel, Akidah Akhlak, (Pekanbaru: CV. Mutiara Pesisir Sumatra, 2014), hlm.71.
3
Susiba dan Yasnel, Op-cit, hlm. 89.
4
Nurhayati Rusdi, Aqidah Akhlak, (Pekanbaru: Kreasi Edukasi, 2017), hlm. 142.
24

baik karena tidak ada amal yang luput dari pengawasan Allah. Dalam hal ini

kedisiplinan yang dimaksud adalah kedisiplinan beribadah kepada Allah.

B. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,

terdapat beberapa hasil penelitian yang relevan terhadap penelitian yang akan

diteliti, diantaranya:

1. Penelitian Abd. Mukmin (2021), dalam jurnalnya yang berjudul “UPAYA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA MATERI TATA

CARA PENGURUSAN JENAZAH MADRASAH ALIYAH DARUD

DA'WAH WAL IRSYAD (DDI) SUNGAI TERAP KEC. RETEH KAB.

INDRAGIRI HILIR”. Hasil penelitian menjelaskan bahwa persentase jumlah

siswa yang aktif dan sangat aktif semakin meningkat. Pada siklus I. siswa

dengan kategori aktif dan sangat aktif sebanyak 51%, siklus II sebanyak 57%

sedangkan siklus III sebanyak 63%. Persentase jumlah siswa kategori aktif

dan sangat aktif yang meningkat selama penelitian ini disebabkan karena

penggunaan media audio visual dalam pembelajaran mampu mendorong anak

untuk bertanya dan berdiskusi, karena mereka cenderung ingin lebih

mengetahui banyak hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran.


25

2. Penelitian Arum Ema Juwanti, dkk (2020), dalam jurnalnya yang berjudul

“PROJECT-BASED LEARNING (PJBL) UNTUK PAI SELAMA

PEMBELAJARAN DARING”. Hasil penelitian menjelaskan bahwa dalam

pembelajaran daring, PjBL mampu meningkatkan kreatifitas peserta didik

dalam melaksanakan proyek dan meningkatkan kemampuan peserta didik

dalam memanfaatkan teknologi sebagai media untuk mengkomunikasikan

karyanya media untuk berkarya menciptakan produk.

3. Penelitian Elena Sastri (2022), dalam jurnalnya yang berjudul “Meningkatkan

Hasil Belajar Peserta Didik Menggunakan Pendekatan Problem Based

Learning Pada Materi Puasa Ramadhan Kelas 5 DI SDN 68 Bengkulu

Tengah”. Hasil penelitian menjelaskan bahwa : (1) Kegiatan pembelajaran

dengan metode Problem Based Learning di kelas V SDN 68 Kecamatan

Talang Empat tahun pelajaran 2022/2023 secara bertahap mengalami

peningkatan dari siklus I sampai siklus II. Hal ini dapat dilihat dari persentasi

hasil observasi teman sejawat terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan

oleh peneliti yaitu siklus I adalah 73,91% (kategori sedang) dan siklus II

adalah 86,95% (kategori baik). (2) Aktivitas peserta didik dalam proses

pembelajaran dengan metode Problem Based Learningdi kelas V SDN 68

Kecamatan Talang Empat Kabupaten Bengkulu tengah tahun pelajaran

2022/2023 juga secara bertahap mengalami peningkatan yang cukup

signifikan. Hal ini dapat dilihat dari persentasi hasil observasi teman sejawat

terhadap aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan


26

oleh peneliti yaitu siklus I adalah 63,33% (kategori sedang) dan siklus II

adalah 86,66% (kategori baik). (3) Hasil tes peserta didik pada siklus I dengan

rata-rata nilai 76,00 dan siklus II dengan rata-rata nilai 88,00, menunjukkan

bahwa tindakan kelas dengan menggunakan metode Problem Based

Learningberhasil dengan indikator adanya peningkatan nilai rata-rata hasil

evaluasi dari siklus I dan II dari KKM yang telah ditetapkan yaitu 70 sehingga

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Problem

Based Learningdapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya pada mata pelajaran PAI

dan BP.

4. Penelitian Temu Rahayu (2023), dalam jurnalnya yang berjudul “UPAYA

MENINGKATKAN HASIL PELAJARAN MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI PROBLEM BASED

LEARNING PADA SISWA KELAS IX C SMPN 2 KATINGAN HILIR

TAHUN PELAJARAN 2022/2023”. Hasil penelitian menjelaskan bahwa

pembelajaran dengan model PBL memiliki dampak positif dalam

meningkatkan hasil belajar PAItentang hormat dan taat kepada orang tua dan

guru siswa Kelas IX SMPN 2 Katingan Hilir Kabupaten Katingan.. Hal ini

dapat dilihat pada Siklus I, dari 27 siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa

(67,44%) dan yang belum tuntas sebanyak 11 siswa (32,56 %). Sedangkan

pada Siklus II, siswa yang tuntas sebanyak 25 siswa (95,02%) dan yang belum

tuntas sebanyak 2 siswa (4,98%). Jadi, setelah diadakan Siklus II hasil belajar
27

siswa meningkat sebesar 27,58%.

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan dalam penelitian, sampai terbukti melalui data yang

terkumpul (Arikunto dan Arikunto, 1993: 105). Berdasarkan uraian tersebut, maka

hipotesis tindakan yang dapat disusun adalah hasil belajar dan keaktifan peserta

didik dalam kelompok belajar siswa saat proses pembelajaran PAI (Akidah) di kelas

XI SMA Assalaam Sukoharjo mengalami peningkatan dengan menggunakan

strategi pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning, Blanded Learning

dengan menggunakan media video.


28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian mengenai “Pemanfaatan media video dengan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil dan keaktifan peserta

didik pada mata pelajaran PAI (Akidah) kelas XI SMA Assalaam Sukoharjo dengan

materi “Iman Kepada Hari Akhir” ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas

atau Classroom Action Research (CAR) untuk meningkatkan proses dan praktik

pembelajaran serta memecahkan masalah dan hambatan yang ada di kelas selama

proses pembelajaran berlangsung. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat diartikan

sebagai upaya yang ditujukan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau

memecahkan masalah yang dihadapi di kelas dalam pembelajaran (Mulyasa, 2009:

34).

Desain penelitian yang dirancang sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dengan menggunakan desain PTK Model Kemmis & McTaggart. Model yang

dikemukakan Kemmis & McTaggart ini merupakan satu perangkat yang terdiri dari

perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Dimana pada satu siklus dianggap

sebagai putaran kegiatan yang terdiri atas keempat komponen tersebut. Berikut

adalah desain PTK Model Kemmis & McTaggart:


29

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Assalaam Sukoharjo. Terletak di Kartasura,

Jalan Garuda Mas, Pabelan, Sukoharjo-Surakarta, Mendungan, Pabelan, Kec.

Kartasura, Kab Sukoharjo Jawa Tengah, Waktu penelitian dilaksanakan pada Juli –

Agustus 2023. Sedangkan observasi pra-tindakan dilaksanakan pada akhir bulan Juli

pekan ke-4 2023.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah siswa SMA Assalaam Sukoharjo Kelas XI A

putra dengan jumlah 26 siswa dan objek dari penelitian ini adalah pembelajaran

PAI (Akidah).
30

D. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data

Kajian penelitian ini dirancang sebagai penelitian tindakan kelas dengan

menggunakan model siklus Kemmis dan Mc Targat. Penelitian tindakan kelas

model siklus Kemmis dan Mc Taggart merupakan hasil pengembangan dari model

siklus Kurt Lewin. Pada Model siklus Kurt Lewin meliputi Perencanaan, Tindakan,

Pengamatan, dan Refleksi. Pada model siklus Kemmis dan Mc Taggart diawali

dengan perencanaan, selanjutnya model siklus Kemmis dan Mc Targat memandang

komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga antara tindakan (acting) dan

pengamatan (observing) sebagai satu kesatuan. Hasil dari tindakan dan pengamatan

dijadikan dasar untuk mencermati apa yang sudah terjadi (reflecting) (Arikunto dan

Suharsimi, 2006: 92). Sehingga pada model Kemmis dan Mc Taggart antara setiap

langkah dalam siklus tersebut saling terkait (Sukardi, 2009: 214). Berawal dari

model siklus Kemmis dan Mc Taggart, maka peneliti mengambil langkah-langkah

dalam penelitian sebagai berikut:

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini:

a. Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan

pembelajaran berdasarkan program tahunan, program semester, dan silabus

mata pelajaran PAI (Akidah) kelas XI A materi Iman Kepada Hari Akhir.

b. Merancang handout materi yang akan diajarkan kepada siswa.

c. Membuat lembar observasi dan angket aspek afektif yang menilai keaktifan

peserta didik.
31

d. Membuat soal-soal turnamen, dan soal tes evaluasi.

2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang

telah direncanakan sebelumnya. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Guru membuka pelajaran kemudian mempresensi kehadiran peserta didik.

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan penjelasan pada

peserta didik tentang pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe

Problem Based Learning, Blanded Learning.

c. Guru memberikan pretest.

d. Guru memberikan apersepsi dan penjelasan tentang materi pokok Iman

Kepada Hari Akhir

e. Guru menyampaikan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam

pembelajaran dengan model kooperatif tipe Problem Based Learning,

Blanded Learning. Yang meliputi:

1) Guru mengkondisikan peserta didik menjadi 4 kelompok, di mana tiap

kelompok beranggotakan 5 - 7 peserta didik.

2) Guru memberikan materi diskusi pada siklus I ini berupa modul

pembelajaran materi pokok Iman Kepada Hari Akhir secara individu dalam

kelompok. Dalam kegiatan ini guru memberi bimbingan pada masing-

masing individu pada tiap kelompok. Bagi peserta didik yang sudah
32

memahami materi diminta menjelaskan pada teman lain dalam

kelompoknya. Guru memberikan kesempatan kepada anggota kelompok

lain untuk menyampaikan ide atau gagasannya.

3) Guru membimbing peserta didik dalam mendiskusikan pengertian, dalil

Alquran/Hadits, pembagian hari akhir dan hikmahnya.

4) Guru menampilkan video untuk masing-masing kelompok. Tiap kelompok

diminta menyaksikan video untuk menentukan skor awal dari kelompok

dan urutan nomor kelompok sesuai skor yang paling tinggi.

5) Guru memberi soal Problem Based Learning, Blanded Learning antar

kelompok. Tiap kelompok diminta menyelesaikan soal untuk berkompetisi

dan tiap kelompok 2 orang mewakili untuk bermain dalam babak. Dengan

cara ini peserta didik diharapkan akan bersemangat mengerjakan soal yang

diberikan.

6) Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang paling baik dalam

mengerjakan presentasi dan mengerjakan soal.

7) Guru bersama peserta didik membuat kesimpulan dari hasil diskusi yang

telah dilaksanakan.

8) Guru melakukan postest terhadap peserta didik.

9) Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari.


33

3. Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan jalannya kegiatan pembelajaran model

kooperatif tipe Problem Based Learning, Blanded Learning terhadap peserta

didik yang terdiri dari pengamatan aspek afektif yaitu keaktifan peserta didik

selama pembelajaran. Kriteria keaktifan peserta didik diperoleh melalui lembar

observasi keaktifan yang meliputi perhatian, tanggapan, partisipasi peserta didik

terhadap pembelajaran dan pemberian tugas dari guru. Hal ini dilakukan untuk

memperoleh data yang diperlukan dalam penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Problem Based Learning, Blanded Learning.

4. Refleksi

Data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan dan penelitian selama proses

pembelajaran pada siklus I ditinjau dari tingkat keberhasilannya. Seseorang

peserta didik dipandang tuntas belajar jika mampu menyelesaikan, menguasai

kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 75% dari seluruh tujuan

pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik

yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 75%, sekurang-kurangnya

85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut (Mulyasa, 2009: 99).

Hasil yang diperoleh dari siklus 1 dijadikan acuan untuk melaksanakan siklus

berikutnya.
34

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data

yang akurat adalah sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang efektif

untuk mempelajari suatu sistem yang sedang berlangsung. Observasi dilakukan

pada saat proses pembelajaran fikih dengan menggunakan strategi kooperatif tipe

Problem Based Learning, Blanded Learning dengan menggunakan media video

berlangsung di kelas XI SMA Assalaam Sukoharjo, hasil dari pengamatan

digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari proses pembelajaran

dengan strategi dan media yang berbeda dari pembelajaran sebelumnya.

Sehingga, peneliti akan mengetahui kekurangan-kekurangan yang masih terjadi

dan menemukan upaya perbaikan untuk tahap siklus selanjutnya.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara disusun untuk mengumpulkan keterangan yang masih kurang

jelas pada saat observasi dilakukan. Metode wawancara ini dilakukan untuk

mendapatkan beberapa keterangan dari guru mata pelajaran PAI (Akidah) dan

beberapa peserta didik yang terlibat di dalam kelas. Peneliti melakukan

wawancara secara tidak terstruktur kepada peserta didik kelas XI SMA Assalaam

Sukoharjo mengenai tanggapan dan respon terhadap pembelajaran PAI (Akidah)

setelah diterapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe Problem Based

Learning, Blanded Learning dengan menggunakan media video. Di samping itu,


35

peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran PAI (Akidah)

khususnya di kelas X SMA Assalaam Sukoharjo untuk mengetahui respon dan

tanggapan guru mengenai strategi pembelajaran yang diterapkan yaitu kooperatif

tipe Problem Based Learning, Blanded Learning dengan menggunakan media

video.

3. Lembar Angket

Angket merupakan sebuah daftar yang di dalamnya memuat pernyataan-

pernyataan yang diajukan kepada responden. Lembar angket digunakan untuk

mengambil data keaktifan belajar pada mapel PAI (Akidah) bagi peserta didik.

4. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini berfungsi sebagai bukti berupa gambar

mengenai kondisi pembelajaran PAI (Akidah) dengan menerapkan strategi

pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning, Blanded Learning dengan

menggunakan media video di kelas XI SMA PPMI Assalaam Sukoharjo.

Dokumentasi ini diharapkan dapat menjadi bukti konkrit dari pelaksanaan

pembelajaran dalam penelitian.

5. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa saja yang

didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan

refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan berfungsi

untuk mencatat segala sesuatu dengan rinci mengenai kegiatan guru, peserta

didik, dan kondisi kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung.


36

6. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Di dalam penelitian ini memiliki

kecenderungan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada materi pokok

Thoharoh. Hal tersebut digunakan untuk mengukur besarnya kemampuan objek,

maka pengumpulan data yang digunakan berupa tes. Tes yang digunakan tes

prestasi (achievement test), yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian

seseorang setelah mempelajari sesuatu (Arikunto dan Suharsimi, 2006: 150-151).

Tes prestasi yang digunakan adalah tes buatan guru. Tes buatan guru yang dibuat

berupa isian singkat dan essay. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan

peserta didik dalam belajar PAI (Akidah), khususnya pada materi pokok Iman

Kepada Hari Akhir. Tes ini dilakukan sebelum (pretest) dan sesudah (posttest)

pembelajaran berlangsung.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih cermat,

lengkap dn sistematis sehingga lebih mudah diolah ( Arikunto dan dan Arikunto,

1993: 136). Agar data yang diperoleh lebih lengkap, maka peneliti menggunakan

beberapa instrumen penelitian. Penelitian ini menggunakan 2 jenis instrumen yaitu:

1. Instrumen Pembelajaran
37

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP yang berisi langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan di

kelas. RPP ini dibuat oleh peneliti bersama guru mata pelajaran PAI (Akidah)

sebagai acuan untuk melaksanakan pembelajaran. RPP PAI (Akidah) disusun

dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Problem Based

Learning, Blanded Learning) dengan menggunakan media video.

b. Handout

Handout merupakan pegangan peserta didik yang berisi materi yang

akan digunakan peserta didik agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran

yang sedang dilakukan. Masing-masing peserta didik mendapatkan handout

sehingga peserta didik bertanggungjawab untuk dapat memahami materi yang

dijelaskan oleh guru sebelum nantinya dilakukan presentasi.

c. Video Pembelajaran

suatu media yang dirancang secara sistematis dengan berpedoman

kepada kurikulum yang berlaku dan dalam pengembangannya

mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran sehingga program tersebut

memungkinkan peserta didik mencemarti materi pelajaran secara lebih mudah

dan menarik.

2. Instrumen Penelitian
38

Instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data yang harus betul-betul

dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana

adanya. Instrumen yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah:

a. Peneliti

Peneliti melakukan perencanaan, mengumpulkan data, menganalis data,

menafsirkan data, dan melaporkan hasil penelitian. Peneliti kualitatif sebagai

human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan

sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,

analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan (Sugiyono, 2008:

222).

b. Lembar observasi

Lembar observasi merupakan catatan keseluruhan kegiatan dan

aktualisasi yang dilakukan oleh pelaksana tindakan dan peserta didik selama

proses pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan digunakan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan dari proses pembelajaran yang dilakukan.

Dengan demikian peneliti akan mengetahui kekurangn-kekurangan yang

masih memerlukan perbaikan dalam siklus berikutnya.

c. Lembar Angket

Angket disusun untuk memperkuat hasil penelitian dari observasi.

Selain itu, juga untuk membandingkan hasil dari data-data lainnya sehingga

diperoleh data yang valid.

d. Pedoman Wawancara
39

Pedoman wawancara disusun untuk memperjelas hal-hal yang tidak

diketahui atau kurang jelas diamati pada saat observasi. Selain itu, juga untuk

mempermudah tanya jawab dengan peserta didik atau guru tentang

bagaimana tanggapan peserta didik dan guru terhadap pembelajaran yang

dilaksanakan.

e. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memberikan gambaran secara langsung

mengenai aktivitas belajar peserta didik pada saat proses pembelajaran dan

memperkuat data yang diperoleh.

f. Validitas Instrumen

Instrumen yang baik harus valid dan harus benar-benar mencakup hal-

hal yang diukur. Teknik validitas isi (content validity) dalam penelitian ini

untuk mengukur ketepatan suatu tes diukur dari soal/tes tersebut. Dalam suatu

tes menjadi valid jika materi tes yang diberikan dapat mewakili secara

menyeluruh dari materi pelajaran yang diberikan. Untuk menguji validitas isi

maka dapat dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran yang berkompetensi

dalam penguasaan materi dan pembuatan soal-soal tes. Selain itu, peneliti

dapat berkonsultasi mengenai hasil penelitiannya dengan seorang ahli yang

menguasai bidang yang diteliti maupun berkonsultasi dengan dosen

pembimbing.

g. Catatan Lapangan
40

Catatan lapangan dapat digunakan untuk menuliskan aktivitas guru,

peserta didik, dan kondisi kelas kegiatan pembelajaran yang sedang

berlangsung agar diperoleh data yang lengkap dan terpercaya dalam hasil

penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data secara kuantitatif dan

kualitatif, yaitu menggambarkan data dengan angka-angka kemudian dijelaskan

melalui kalimat secara jelas dan terperinci. Teknik analisis data dalam penelitian ini

untuk menguji hasil belajar dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran PAI

(Akidah) kelas XI SMA Assalaam Sukoharjo. Untuk menguji hasil belajar peserta

didik dengan cara memberikan pre test dan post test. Analisa data kuantitatif yang

digunakan untuk membandingkan hasil belajar PAI (Akidah) sebelum dan sesudah

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning, Blanded

Learning. Data disajikan dalam bentuk tabel yang mudah dipahami secara

keseluruhan. Untuk menghitung data-data yang berupa angka hasil dari pre test dan

post test peneliti akan menggunakan rumus statistika ukuran rata-rata kelas. Rata-

rata kelas (mean) dapat dihitung dengan rumus (Arikunto dan Suharsimi, 2010:

264):
41

Σ𝑋
𝑋̅ = 𝑁

Keterangan:

̅
X = Nilai rata-rata kelas

Σ 𝑋 = Jumlah nilai peserta didik

N = Jumlah peserta didik

Selanjutnya, analisis hasil belajar siswa setelah penerapan model Problem Based

Learning, Blanded Learning dengan rumus:

𝑅
𝑆= 𝑥 100%
𝑁

Keterangan (Purwanto, 2000: 112):

S = Nilai yang diharapkan (yang dicari).

R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar.

N = Skor maksimum dari tes tersebut.

Selanjutnya untuk analisis keaktifan siswa yang diperoleh dari lembar

observasi dengan menggunakan rumus:

∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥 100%
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu aktif atau

mencapai minimum 70 sekurang-kurangnya 80% dari jumlah peserta didik yang ada

di kelas tersebut
42

H. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Pada penelitian ini, penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Problem

Based Learning, Blanded Learning dengan menggunakan media video dikatakan

dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran

PAI (Akidah) di kelas XI SMA Assalaam Sukoharjo. Penelitian ini akan berhenti

apabila berdasarkan analisis lembar observasi dan hasil belajar siswa, presentase

rata-rata indikator hasil belajar dan keaktifan peserta didik meningkat 75 % atau

lebih. Selain itu, apabila hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa indikator-

indikator hasil belajar dan keaktifan juga terwujud


43

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:


Rineka Cipta.

Arikunto dan Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Arends. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Dalyono, M. 1996. Psikologi Pendidikan. Semarang: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa, E. 2008. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, Dan


Implementasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Ridwan Abdullah, S. 2013. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum


(Cetakan ke- 3). Jakarta: PT. Bumi Aksara

Ratnaningsih. 2003. Penelitian Pembelajaran Berbasis Masalah.


http://digilib.unila.ac.id/15837/4/BAB%20II.KERANGKA%20TEORETI
S.pdf

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta.

Slavin, E.Robert. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. London:
Allymand Bacon. Diterjemahkan dari Coopertive Learning: Theori,
Reearch And Practice penerjemah Nurulita Nasron. 2008. Bandung: Nusa
Media.
44

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Pembelajaran. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Sugandi, Achmad. 2006. Teori Pembelajaran. Semarang: UNNES.

Sugiyono.2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Tan, O.S. 2003. Problem Based Learning Innovation. Gale Cengage Learning,
Singapore: Sing Lee Press.

Suharsimi dan Arikunto. 2010. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.


Jakarta: Bumi Aksara.

Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Belajar. Bandung: PT Raja Graf indo Persada.

Rahayu, Temu (2023). Upaya Meningkatkan Hasi Pelajaran Mata Pelajaran


Pendidikan Agama Islam Melalui Problem Based Learning Pada Ssiswa
Kelas IX C SMPN 2 Katingan Hilir Tahun Pelajaran 2022/2023. Prosiding.
E-ISSN: 2807-8632. https://e-proceedings.iain-
palangkaraya.ac.id/index.php/PPGAI/issue/view/18.

Sastri, Elena (2022). Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Menggunakan


Pendekatan Problem Based Learning Pada Materi Puasa Ramadhan Kelas
5 DI SDN 68 Bengkulu Tengah.
http://202.162.210.184/index.php/guau/issue/view/10.

Juwanti, Arum Ema. & Salsabila, Unik Hanifah. & Putri, Cikal Jiwai. & Dewi
Nuranya, Alma Livia. & Cholifah, Fitri Nur (2020). Project Based
Learning untuk PAI Selama Pembelajaran Daring.
https://lonsuit.unismuhluwuk.ac.id/ilmi/issue/view/64.
45

Mukmin, Abd (2021). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui
Model Pembelajaran Problem Based Learning Menggunakan Audio
Visual Pada Materi Tata Cara Pengurusan Jenazah Madrasah Aliyah
Darud Da’wah Wal Irsyad (DDI) Sungai Terap Kec. Retah Kab. Indragiri
Hilir.http://ejournalittihad.alittihadiyahsumut.or.id/index.php/ittihad/issue
/view/10.

Anda mungkin juga menyukai