Anda di halaman 1dari 30

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Variabel Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian true experimental. Penelitian ini

melibatkan dua kelompok yaitu kelompok Praktikum dan kelompok kontrol. Setiap

kelompok dianggap memiliki sifat sama dalam segala aspek hanya berbeda pada

pemberian perlakuan. Pada kelompok Praktikum diberi perlakuan menggunakan

metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing sedangkan kelompok kontrol diberi

perlakuan dengan metode praktikum secara konvensional

2. Variabel Penelitian

Variabel dalam penilitian ini terbagi tiga, yaitu variabel bebas, variabel moderator,

dan variabel tak bebas yaitu sebagai berikut.

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Metode praktikum (A) yang terdiri

atas dua tingkatan yaitu: metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing (A 1) dan

metode praktikum konvensional (A2).

b. Variabel Moderator

Variabel moderator dalam penelitian ini adalah motivasi belajar fisika (B)

yang terdiri atas dua yaitu motivasi belajar fisika tinggi (B1) dan motivasi belajar

fisika rendah (B2)

c. Variabel tak bebas

Variabel tak bebas dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep IPA Fisika

(Y)
B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII MTs. Marhalim Campalagian pada

semester ganjil tahun pelajaran 2020/2021.

C. Desain dan Rancangan Penelitian

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan Desain faktorial. Paradikma Desain yang digunakan

pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

R X Y1 O1

R - Y1 O2

R X Y2 O3

R - Y2 O4

(Sugiyono ; 2019)

Ketrangan :

R: Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara


sistematis untuk penentuan kelas yang akan diajar dengan metode praktikum
berbasis inkuiri terbimbing dan pembelajaran metode praktikum konvensional
X: Merupakan perlakuan yaitu berupa pemeblejaran dengan metode praktikum
berbasis inkuiri terbimbing
- : Merupakan kontrol yaitu berupa pembelajaran dengan metode praktikum
konvensional
Y1: Kelompok peserta didik dengan motivasi belajar tinggi
Y2: Kelompok peserta didik dengan motivasi belajar rendah
O1, O2, O3 dan O4 adalah tes akhir pemahaman konsep

3. Rancangan Penelitian

Rancangan pada penelitian ini adalah desain faktorial 2 x 2 mempunyai satu

variabel bebas yang terdiri atas dua dimensi, satu variabel moderator yang terdiri atas

dua dimensi dan satu varibel terikat. Variabel bebas (variabel perlakuan) adalah metode
praktikum berbasis inkuiri terbimbing, sedangkan variabel moderator adalah motivasi

belajar yang meliputi motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah sedangkan

varibel terikat adalah pemahaman konsep IPA fisika. Seperti yang tertera pada Tabel

berikut.

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian


Metode Praktikum (A) TOTAL
Motivasi Belajar (B)
MPI (A1) MPK (A2)
Tainggi (B1) A1 B1 A 2 B1 A1 B1+ A2 B1
Rendah (B2) A1 B2 A 2 B2 A1 B2+ A2 B2
TOTAL A1 B1+ A1 B2 A2 B1+ A2 B2
Sumber : Statistik dalam penelitian (Purwanto ; 2011)

Keterangan :
A1 : Metode praktikum berbasis ikuiri terbimbing
A2 : Metode praktikum konvensional
B1 : Motivasi belajar tnggi
B2 : Motivasi belajar rendah
YA1B1 : Pemahaman konsep IPA fisika yang diajar dengan metode praktikum berbasis
inkuiri terbimbing pada peserta didik dengan motivasi belajar tinggi
YA1B2 : Pemahaman konsep IPA fisika yang diajar dengan metode praktikum berbasis
inkuiri terbimbing pada peserta didik dengan motivasi belajar rendah
YA2B1 : Pemahaman konsep IPA fisika yang diajar dengan metode praktikum
konvensional pada peserta didik dengan motivasi belajar tinggi
YA2B2 : Pemahaman konsep IPA fisika yang diajar dengan metode praktikum
konvensional pada peserta didik dengan motivasi belajar rendah

D. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs. Marhalim

Campalagian semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 yang berjumlah 1 kelas dengan

jumlah siswa 28 orang. Pemilihan sampael dalam penelitian ini secara sistematik.

Sampel kelas Praktikum dipilih berdasarkan absensi siswa yang bernomor ganjil dan

absensi yang genap untuk kelas kontrol.

Tabel 3.2. Kelas Praktikum dan Kelas Kontrol

Keterangan Kelas Praktikum Kelas Kontrol


Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Laki-laki 5 35,71% 3 21,43%
Perempuan 9 64,29% 11 78,57%
Jumlah 14 100% 14 100%
Sumber : Wakamad Kesiswaan MTs Marhalim Campalagian

Dari gambaran tabel di atas, pada kelas Praktikum yang berjumlah 14 peserta didik

terdiri dari 5 peserta didik laki-laki dengan persentase 35,71% dan 9 peserta didik

perempuan dengan persentase 64,29%. Pada kelas kontrol yang berjumlah 14 peserta

didik terdiri dari 3 peserta didik laki-laki dengan persentase 21,43% dan 11 peserta didik

perempuan dengan persentase 78,57%.

E. Defenisi operasional variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel moderator, dan

variabel tak bebas sebagai berikut.

1. Variabel bebas

a) Metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing merupakan metode Praktikum di

mana siswa diajak untuk menemukan sendiri konsep atau teori yang sedang

dipelajarinya melalui penyelidikan dan analisisnya sendiri berdasarkan percobaan

atau Praktikum yang telah dilakukan dengan bantuan arahan dari guru yang

melibatkan proses mental siswa dengan beberapa kegiatan.

b) Metode praktikum konvensional merupakan metode Praktikum dimana siswa

diajak untuk menemukan sendiri konsep atau teori yang sedang dipelajarinya

melalui penyelidikan dan analisisnya sendiri berdasarkan percobaan atau

Praktikum yang telah dilakukan tampa bantuan dari guru.


4. Variabel Moderator

Motivasi belajar IPA fisika pada penelitian ini adalah motivasi yang mendorong

seseorang untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya

maupun yang dibuat atau diraih orang lain, yang dapat diukur melalui berusaha untuk unggul

dalam kelompoknya, menyelesaikan tugas dengan baik, rasional dalam meraih keberhasilan,

menyukai tantangan, menerima tanggung jawab pribadi untuk sukses, dan menyukai situasi

pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan balik, dan resiko tingkat menengah.

5. Variabel Terikat

Varuabel terikat dalam penelitian ini adalah, Pemahaman konsep yang merupakan

tingkat kemampuan yang mengharapkan peserta didik mampu memahami arti konsep,

situasi,serta fakta yang diketahuinya

F. Instrumen Penelitian

1. Kusioner motivasi belajar fisika peserta didik

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui motivasi belajar fisika peserta didik yaitu

dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini disusun dalam bentuk 36 pernyataan yang

tertulis yang telah disediakan jawaban sehingga peserta didik akan memberikan tanda

centang (v) pada salah satu jawaban tersebut. Kuesioner ini menggunakan format pilihan

jawaban didasarkan pada skala model Likert yang terdiri atas 5 (lima) pilihan yang memuat

alternatif pilihan jawaban sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), dan sangat

setuju (SS).dengan mempertimbangkan aspek internal dengan indikator pencapaian meliputi,

(1) tanggung jawab peserta didik dalam mengerjakan tugas, (2) melaksanakan tugas dengan

target yang jelas, (3) memiliki tujuan yang jelas dan menantang, (4) ada umpan balik atas

hasil belajarnya, (5) memiliki perasaan senang dalam belajar, (6) selalu berusaha
mengungguli orang lain, (7) diutamakan hasil dari apa yang dikerjakan, (8) selalu

meningkatkan kemampuan diri sedangkan faktor eksternal memiliki indikator pencapaian. (1)

senang memperoleh pujian, (2) bekerja dengan harapan mendapat nilai yang baik, (3)bekerja

dengan harapan memperoleh perhatian

Prosedur pemberian skor berdasarkan tingkat motivasi belajar peserta didik, sebagai

berikut.

a. Untuk pernyataan positif (+): jawaban (SS) diberi skor 4 yang menunjukkan motivasi

sangat tinggi; jawaban (S) diberi skor 3 yang menunjukkan motivasi tinggi; jawaban

(TS) diberi skor 2 yang menunjukkan motivasi rendah; jawaban (STS) diberi skor 1

yang menunjukkan motivasi sangat rendah.

b. Untuk pernyataan negatif (-): jawaban (SS) diberi skor 1 yang menunjukkan motivasi

sangat rendah; jawaban (S) diberi skor 2 yang menunjukkan motivasi rendah; jawaban

(TS) diberi skor 3 yang menunjukkan motivasi tinggi; jawaban (STS) diberi skor 4

yang menunjukkan motivasi sangat tinggi.

Pernyataan yang telah diberikan pilihan jawaban dari peserta didik kemudian

dianalisis sesuai prosedur pemberian skor dan dijumlahkan sehingga diperoleh skor total,

skor total ini menggambarkan tinggi rendahnya motivasi belajar fisika peserta didik. Semakin

besar skor total yang diperoleh peserta didik maka makin tinggi pula tingkat motivasi belajar

belajar fisika yang dimiliki oleh peserta didik tersebut.

Untuk menentukan pembagian kategori motivasi belajar fisika tinggi dan

motivasi belajar fisika rendah peserta didik sesuai dalam rancangan penelitian ini, maka

digunakan pembagian berdasarkan disteribusi kurva normal yaitu dipilih 27% dari kelompok

peserta didikuntuk motivasi belajar fisika tinggi dan 27% dari kelompok peserta didik untuk

motivasi belajar fisika rendah. (Sugiyono, 2019).


2. Tes Pemahaman Konsep IPA Fisika

Tes hasil belajar fisika peserta didik disusun dalam tes tertulis berbentuk pilihan ganda.

Item jawaban berjumlah 4 (Empat) buah dengan simbol pilihan A, B, C, dan D. Setiap butir

soal (item) hanya memiliki satu pilihan jawaban yang benar. Jika peserta didik menjawab

benar mendapatkan skor 1 (satu) dan jika salah mendapatkan skor 0 (nol).

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan tes dan non tes. Teknik tes pada penelitian

ini berbentuk tes tertulis (tes pilihan ganda) untuk mengukur pemahaman konsep IPA fisika

peserta didik diakhir perlakuan. Teknik nontes dengan menggunakan kuisoner yang

dilakukan sebelum proses pembelajaran berlangsung yang bertujuan untuk mengukur tingkat

motivasi belajar peserta didik.

H. Teknik Analisis Data

I. Analisis instrumen penelitian

Mengetahui kelayakan instrumen penelitian yang telah disusun oleh peneliti maka

dilakukan analisis terhadap kelayakan instrumen sebagai berikut.

a. Analis instrumen secara teoritis

Analisis instrumen secara teoretis dilakukan oleh orang ahli pada bidangnya.

Pakar/ahli memeriksa bahasa, keteraturan dan kesesuaian tiap item dengan kisi-kisi insrumen

secara kualitatif. Analisis instrumen secara teoretis bertujuan untuk menunjukkan bahwa

instrumen yang disusun benar-benar mewakili aspek yang diukur sehingga layak untuk

digunakan sebelum diuji cobakan.

Analisis instrumen secara teoretis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

analisis Aiken V berupa model kesepakatan antar penilai untuk validitas isi instrumen

Dengan rumus sebagai berikut :


V=
∑s
n (c−1)

(3.1)

Keterangan :
V : Aiken
∑ s : Jumlah skala rater validator
n : Jumlah validator
c : skala penilaian tertinggi

Kriteria tingkat kevalidan adalah rentang skor V ≤ 0,04 validitas lemah, skor V

berada 0,4 sampai 0,8 validitas sedand dan V ≥ 0,8 validitas tinggi.

1) Validitas perangkat pembelajaran

Sebelum digunakan perangkat pembelajaran ini dalam penelitian, instrumen juga harus

memenuhi kriteria kelayakan. Hanya saja kriteria yang harus dipenuhi oleh instrumen ini

berbeda dengan instrumen tes. Pengujian kelayakan instrumen ini dilakukan dengan

pertimbangan dua ahli .

Hasil uji validasi instrumen perangkat pembelajaran dapat dilihat pada tabel 3.3

berikut :

Tabel 3.3 Hasil Uji Validasi Perangkat Pembelajaran

Nilai Validator Skala Rater


Aspek
No Σs V
Penilaian
I II S1 S2

1 Format 5 5 4 4 8 1

2 Bahasa 5 5 4 4 8 1

3 Isi 4,5 3,17 3,5 2,17 5,56 0,69

Rata Rata 4,83 4,39 3,83 3,39 7,19 0,89


Sumber : Data Primer Terolah 2020
Berdasarkan tabel 3.3 menunjukkan bahwa rata rata V adalah 0,89, hal ini

menunjukkan bahwa instrumen perangkat pembelajaran valid dapat digunakan dalam

penelitian ini Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran D halaman 128

2) Validitas LKPD

Sebelum digunakan LKPD ini dalam penelitian, instrumen ini juga harus memenuhi

kriteria kelayakan. Pengujian kelayakan instrumen ini dilakukan dengan pertimbangan dua

ahli .

Hasil uji validasi instrumen LKPD dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4 Hasil Uji Validasi LKPD

Aspek Nilai Validator Skala Rater


No Σs V
Penilaian I II S1 S2
1 Format 3,5 3,3 2,5 2,3 4,8 0,8
2 Bahasa 3 4 2 3 5 0,83
3 Isi 2,67 4 1,67 3 4,67 0,77
Rata Rata 3,05 11,3 2,05 2,77 4,82 0,80
Sumber : Data Primer Terolah 2020

Berdasarkan tabel 3.4 menunjukkan bahwa rata rata V adalah 0,80, hal ini menunjukkan

bahwa instrumen LKPD dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian ini Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran D halaman 128

b. Analisis Instrumen secara empirik

Setelah penilaian butir soal dilakukan oleh orang ahli pada bidangnya selesai, maka

diteruskan uji coba instrumen di luar sampel dari mana populasi diambil. Analisis instrumen

secara empirik dilakukan dengan menghitung validitas item dan realibilitas instrumen secara

kuantitatif.

1) Validitasi soal pemahaman konsep


Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

teknik korelasi product momen dari Karl Pearson (Ridwan, 2010) dengan rumus sebagai

berikut :

r XY =n ¿ ¿

(3.2)

Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 : Koefisien korelasi yang dicari
∑𝑋𝑌 : Hasil skor X dan Y untuk setiap responden
∑𝑋 : Skor item
∑𝑌 : Skor responden
∑𝑋2 : Kuadrat skor item
∑𝑌2 : Kuadrat skor responden
n : Jumlah responden

Kriteria pengujian: (1) jika rxy ≥ rtabel maka butir item yang dikatakan valid (dipakai),

(2) jika rxy ˂ rtabel maka butir item dikatakan tidak valid (dibuang). Dengan taraf signifikansi

0,05 rtabel ditentukan berdasarkan banyaknya jumlah responden (n).

Hasil uji validasi instrumen Pemahaman konsep IPA Fisika dapat dilihat pada tabel

3.5 berikut :

Tabel 3.5 Hasil Analisis Validasi Instrumen Tes Pemahaman Konsep IPA Fisika

Ket Kesimpulan No. Soal Σn Kriteria


1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14,
15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23,
rhitung > rtabel Digunakan 40 Valid
24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31,
32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 40
rhitung <rtabel Dibuang 3, 12, 13, 16 dan 34 5 Tidak Valid
Jumlah 45
Sumber: Data Primer Terolah 2020

Berdasarkan tabel 3.5 menunjukkan bahwa jumlah soal pernyataan yang valid

adalah 40 soal dengan persentase 89%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran D.2

halaman 129
2) Reliabilitas tes Pemahaman Konsep IPA Fisika

Setelah dilakukan uji validitas, maka soal yang dinayatakan tidak valid dikeluarkan

dari instrumen. Uji realiabilitas dilakukan hanya untuk soal soal yang valid. Koefisien

Reliabilitas dihitung dengan menggunakan rumus KR-20 (Riduwan, 2010) sebagai

berikut :

( )(
r ii =
k
k−1
S2 −∑ pq
S2 )
(3.3)

Keterangan :
r ii : reabilitas tes secara keseluruhan
p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q : proporsi subjek yang menjawab item salah (1- p)
∑ pq : Jumlah perkalian antara p dan q
k : banyaknya item
S : standar deviasi dari tes

Hasil analisis reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut ini

Tabel 3.6 Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Untuk Pemahaman Konsep

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.939 40

Sumber: Data Primer Trollah 2020

Tabel 3.6 menunjukkan bahwa soal instrumen pemahaman konsep mempunyai

kefisien reliabilitas tes sebesar 0,939 dengan kategori tinggi. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa instrumen tes pemahaman konsep dapat digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada lampiran D.2 halaman 130


3) Validitas butir motvasi belajar IPA Fisika

Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

teknik korelasi product momen dari Karl Pearson (Ridwan, 2010) dengan rumus sebagai

berikut :

r XY =n ¿ ¿

(3.4)

Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 : Koefisien korelasi yang dicari
∑𝑋𝑌 : Hasil skor X dan Y untuk setiap responden
∑𝑋 : Skor item
∑𝑌 : Skor responden
∑𝑋2 : Kuadrat skor item
∑𝑌 2
: Kuadrat skor responden
n : Jumlah responden
Kriteria pengujian: (1) jika rxy ≥ rtabel maka butir item yang dikatakan valid (dipakai),

(2) jika rxy ˂ rtabel maka butir item dikatakan tidak valid (dibuang). Dengan taraf signifikansi

0,05 rTabel ditentukan berdasarkan banyaknya jumlah responden (n).

Hasil uji validasi instrumen motivasi belajar fisika dapat dilihat pada tabel 3.7

berikut :

Tabel 3.7 Hasil Analisis Validasi Instrumen Motivasi Belajar Fisika

Ket Kesimpulan No. Soal Σn Kriteria


2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 22,
rhitung > rtabel Digunakan 40 Valid
23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31,
32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 40
rhitung <rtabel Dibuang 1, 8, 17, 21, dan 30 5 Tidak Valid
Jumlah 45
Sumber: Data Primer Terolah 2020

Berdasarkan tabel 3.7 menunjukkan bahwa jumlah soal pernyataan yang valid

adalah 40 soal dengan persentase 89%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran D.3

halaman 133

4) Reliabilitas butir motivasi belajar IPA Fisika


Untuk menentukan reliabilitas item kusioner mitivasi belajar IPA fisika peserta didik

digunakan rumus Alpa (Ridwan, 2010) sebagai berikut.

r ii = ( k−1
k
)( 1− ∑S S )
t
i

(3.5)
Keterangan :
r ii : Realibilitas soal
St : Varians total
∑ i : Jumlah varians butir
S
k : Banyaknya item/butir pertanyaan

Hasil analisis reliabilitas instrumen tes motivasi belajar denagn bantuan SPSS

Statistik 25 dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut ini

Tabel 3.8 Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Motivasi Belajar IPA Fisika

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.942 40
Sumber: Data Primer Terolah 2020

Tabel 3.8 menunjukkan bahwa soal instrumen tes motivasi belajar IPA Fisika

mempunyai kefisien reliabilitas tes sebesar 0,942 dengan kategori tinggi. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa instrumen tes motivasi belajar IPA Fisika dapat digunakan. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada lampiran.D.3 halaman 134

2. Analisis Inferensial

a. Uji prasyarat analisis

Analisis data yang dilakukan yakni analisis deskriptif dan inferensial untuk

mengkaji hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian ini digunakan teknik anava. Untuk

dapat menggunakan analisis anava maka sebelumnya dilakukan uji prasyarat análisis

terdiri atas dua tahapan yakni uji normalitas dan uji homogenitas yang secara rinci

dijelaskan sebagai berikut:


1) Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi

yang berdistribusi normal. Untuk mengetahui distribusi normalitas data skor

pemahaman konsep kelompok eksperimen dan kelompok kontrol digunakan uji Chi-

kuadrat (Sudjana, 2005) yaitu sebagai berikut.

[ ]
2
k
( Oi−E i )
x =∑
2

i=1 Ei

(3.6)

Keterangan :
2
x : Nilai chi-kuadrat
K : Banyaknya kelas interval
Oi : Frekuensi pengamatan
Ei : Frekuensi yang diharapkan

Kriteria pengujian :

Dengan kaidah pengujian, jika x2hitung < x2tabel pada taraf signifikan a = 0,05, maka

diasumsikan data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sebaliknya apabila

x2hitung > x2tabel pada taraf signifikan a = 0,05, maka diasumsikan data berasal dari

populasi yang tidak berdistribusi normal.

Hasil pengujian normalitas pemahaman konsep IPA fisika berbantuan SPSS

Statisti 25 dapat diliahat pada tabel 3.9 berikut.

Tabel 3.9 Hasil Analisis Normalitas Pemahaman Konsep IPA Fisika

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Standardized Residual for .192 16 .119 .950 16 .494
Pemahaman
a. Lilliefors Significance Correction

Sumber : Data Primer Terolah 2020

Tbel 3.9 menunjukkan hasil perhitungan kaidah pengujian normalitas pemahaman

konsep IPA fisika untuk peserta didik yang diajar dengan metode praktikum berbasis
inkuiri terbimbing dan praktikum berbasis konvensional pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol untuk α = 0,05 yang berbantukan SPSS Statistik 25, diperoleh nilai

Signifikan sebesar 0,494. Karena nilai Signifikan 0,494 > 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa data standar resi dua pemahaman konsep IPA fisika berdistribusi

normal, syarat pertama pengujian two way anova sudah terpenuhi dan dapat

dialnjutkan uji homogenitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran halaman

150

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh bersifat

homogen atau tidak. Uji Homogenitas (Sudjana, 2005) dengan menggunakan uji.

Varians terbesar
F hitung =
Varians terkecil

(3.7)

Hipotesis pengujian : H0 : σ 21=σ 22 (varians data homogen)


2 2
Ha : σ 1 ≠ σ 2 (varians data tidak homogen)
Kriteria pengujian : Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka tolak H0
Jika Fhitung < Ftabel, maka terima H0
Dimana : Ftabel = F1/2α (dk1 ; dk2)

Kriteria pengujiannya adalah apabila Fhitung < FTabel, maka data bersifat

homogen. sebaliknya, jika Fhitung > Ftabel data tidak homogen, pada taraf

signifikansi a = 0,05.

Tabel 3.10 Hasil Analisis Homogenitas Pemahaman Konsep IPA Fisika

Levene Statistic df1 df2 Sig.


Pemaham Based on Mean 1.340 3 12 .307
an Konsep Based on Median .789 3 12 .523
IPA Based on Median and .789 3 5.538 .545
with adjusted df
Based on trimmed mean 1.258 3 12 .332
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across
groups.
a. Dependent variable: Pemahaman Konsep IPA

b. Design: Intercept + Praktikum + Motivasi + Praktikum * Motivasi

Sumber : Data Primer Terolah 2020

Tabel 3.10 hasil perhitungan homogenitas pemahaman konsep IPA fisika

berbantuan SPSS Statistik 25 diperoleh output signifikan 0,332, karena nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05 Sig.0,332 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

varian variabel pemahaman konsep IPA fisika adalah homogen. Sehingga asumsi

homogenitas dalam uji two way anova terpenuhi. Keterangan lebih jelas dapat

dilihat pada lampiran halaman 153

3) Uji Hipotesis

Setelah uji prasyarat telah dilakukan, maka dilanjutkan dengan pengujian

hipotesis. Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah hipotesis yang

diajukan telah diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini,

menggunakan analisis variansi (anava) dua jalur sesuai dengan desain dan rancangan

faktorial 2×2 dengan asumsi:

 Populasi homogen

 Pemilihan sampel melalui simplerandom sampling (secara rambang sederhana)

Pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah hipotesis yang

diajukan diterima atau ditolak. Adapun hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut.

1. Hipotesis Pertama

H0 : jika Fhitung ≤ FTabel

H1 : jika Fhitung > FTabel

H0 : Tidak terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA fisika antara peserta didik

yang diajar dengan metode praktikum berbasi inkuiri terbimbing dan metode

praktikum konvensional.
H1 : Terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA fisika antara peserta didik yang

diajar dengan metode praktikum berbasi inkuiri terbimbing dan metode

praktikum konvensional.

2. Hipotesis Kedua

H0 : jika Fhitung ≤ FTabel

H1 : jika Fhitung > FTabel

H0 : Tidak terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA fisika antara peserta didik

yang memiliki motivasi belajar tinggi yang diajar dengan metode praktikum

berbasi inkuiri terbimbing dan metode praktikum konvensional.

H1 : Terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA fisika antara peserta didik yang

memiliki motivasi belajar tinggi yang diajar dengan metode praktikum berbasi

inkuiri terbimbing dan metode praktikum konvensional.

3. Hipotesis Ketiga

H0 : jika Fhitung ≤ FTabel

H1 : jika Fhitung > FTabel

H0 : Tidak terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA fisika antara peserta didik

yang memiliki motivasi belajar rendah yang diajar dengan metode praktikum

berbasi inkuiri terbimbing dan metode praktikum konvensional.

H1 : Terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA fisika antara peserta didik yang

memiliki motivasi belajar rendah yang diajar dengan metode praktikum

berbasi inkuiri terbimbing dan metode praktikum konvensional.

4. Hipotesis belajar ke empat

H0 : jika Fhitung ≤ FTabel

H1 : jika Fhitung > FTabel


H0 : Tidak terdapat pengaruh interaksi antara metode praktikum dan motivasi

belajar terhadap pemahaman konsep IPA Fisika

H1 : Terdapat pengaruh interaksi antara metode praktikum dan motivasi belajar

terhadap pemahaman konsep IPA Fisika

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian

1. Analisis Deskriptif

Penelitian ini pada dasarnya dilaksanakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

Pemahaman Konsep IPA fisika peserta didik sebagai hasil perlakuan antara penerapan

Metode Praktikum Inkuiri Terbimbing dan metode Praktikum konvensional sebagai

kontrolnya dan mempertimbangkan motivasi belajar.

Penelitian ini menggunakan desain Two way Anova dengan empat sel perlakuan. Pada

masing-masing sel perlakuan untuk kelas Praktikum dan kontrol ditetapkan. Adapun

keempat kelompok data tersebut adalah: (1) data hasil tes pemahaman konsep IPA fisika

peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan memiliki

motivasi belajar tinggi, (2) data hasil tes pemahaman konsep IPA fisika peserta didik yang

mengikuti model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan memiliki motivasi belajar rendah, (3)

data hasil tes pemahaman konsep IPA peserta didik yang mengikuti model pembelajaran

konvensional dan memiliki motivasi belajar tinggi, (4) data hasil tes pemahaman

konsep IPA peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional dan memiliki

motivasi belajar rendah. Deskripsi data yang berkaitan dengan ukuran sentral seperti mean

dan ukuran penyebaran data (standar deviasi) untuk semua data tersebut dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Deskriptif

Metode Praktikum Motivasi Belajar Mean Std. Deviation N


Metode Praktikum Motivasi Belajar Tinggi 82.25 2.986 4
Berbasis Inkuiri Motivasi Belajar Rendah 71.00 2.449 4
Terbimbing Total 61 76.63 6.523 8
Metode Praktikum Motivasi Belajar Tinggi 79.00 1.155 4
berbasis konvensional Motivasi Belajar Rendah 61.50 3.109 4
Total 70.25 9.603 8
Total Motivasi Belajar Tinggi 80.63 2.722 8
Motivasi Belajar Rendah 66.25 5.701 8
Total 73.44 8.587 16
Sumber : Data Primer Terolah 2020

Tabel 4.1 diatas tampak bahwa pada tiap unit analisis terjadi peningkatan skor rata-

rata. Peningkatan skor rata-rata tertinggi dicapai oleh kelompok peserta didik yang memiliki

motivasi belajar yang tinggi dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing, kemudian

disusul oleh kelompok motivasi belajar belajar rendah dengan model pembelajaran inkuiri

terbimbing, selanjutnya kelompok peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi

dengan model pembelajaran konvensional dan kelompok peserta didik yang memiliki

motivasi belajar rendah dengan model pembelajaran konvensional.

Pengujian terhadap hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan formula

statistik Two Way Anova. Sebelum melakukan uji hipotesis dengan menggunakan formula

statistik Two Way Anova, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji prasyarat analisis yang

meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.

2. Aanalisis Inferensial

a. Uji Asusmsi Dasar (Uji Prasyarat Analaisis)

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data data hasil tes pemahaman konsep

IPA yang diperoleh dari kelas VIII normal atau tidak. Pada penelitian ini, pengujian

normalitas menggunakan SPSS Statistic 25 pada taraf signifikan 0,05. Adapun hasil

perhitungan uji normalitas pada penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Pemahaman konsep IPA

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Sumber :


Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. Data Primer
Standardized Residual .192 16 .119 .950 16 .494
Terolah
for Pemahaman
a. Lilliefors Significance Correction
Dari
tabel 4.2 diperoleh nilai signifikan yaitu sebesar 0,494. Nilai signifikan yang diperoleh
tersebut lebih besar dari 0,05 ( sig>0,05 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa skor hasil tes
pemahaman konsep IPA untuk empat kelompok data tersebut berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Sehingga asumsi normalitas dalam uji two way anova terpenuhi. Skor
hasil tes pemahaman konsep IPA dapat ditunjukkan pada gambar grafik berikut

Gambar 4.1 Grafik distribusi normal hasil tes pemahaman konsep IPA
Gambar 4.1 Menunjukkan sebuah grafik distribusi normal hasil tes pemahaman

konsep IPA dimana terdapat sebuah titik-titik dan garis lurus. Titik tersebut merupakan titik

yang mewakili data, semakin banyak titiknya berarti variasi data juga semakin banyak,

nbegitupun sebaliknya. Sedangkan garis lurus menggambarkan sebuah kurva normal. Data

dikatakan berdistribusi normal apabila titik-titik tersebut sejajar dengan garis kurva normal

atau saling berdekatan, atau dengan kata lain jarak antara titik-titik dengan garis kurva normal

tidak saling berjauhan karena semakin jauh jarak titik-titik dari kurva normal, maka data yang

diperoleh tidak berdistribusi normal. Pada grafik 4.1 diatas menunjukkan bahwa titik tersebut

berdekatan atau tidak memiliki jarak yang terlalu jauh sehingga data dikatakan berdistribusi

normal.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang diperoleh dari uji

two way anova, benar-benar berasal dari perbedaan antar kelompok, bukan disebabkan oleh

perbedaan di dalam kelompok.Secara sederhana tujuan utama dari uji homogenitas adalah

memastikan bahwa hasil tes pemahaman konsep IPA sejumlah populasi yang akan diukur
adalah homogen. Dengan kata lain, tidak jauh berbeda keragamannya. Uji homogenitas

adalah sebuah persyaratan sebelum melakukan pengujian  Two Way Anova. Pada penelitian

ini, pengujian homogenitas menggunakan uji Levene’s test of equality of eror variance

dengan SPSS Statistik 25 for windows pada taraf signifikan 0,05. Adapun hasil perhitungan

uji homogenitas pada penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Pemahaman konsep IPA

Levene Statistic df1 df2 Sig.


Sumber :
Pemahama Based on Mean 1.340 3 12 .307
n konsep Based on Median .789 3 12 .523 Data
IPA Based on Median and .789 3 5.538 .545
with adjusted df Primer
Based on trimmed mean 1.258 3 12 .332
Terolah
a. Dependent variable: Pemahaman konsep IPA
b. Design: Intercept + Praktikum + Motivasi + Praktikum * Motivasi 2020

Tabel 4.3 diperoleh nilai signifikan yaitu sebesar 0,332. Nilai signifikan yang diperoleh

tersebut lebih besar dari 0,05 ( sig>0,05 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa varian variabel

skor hasil tes pemahaman konsep IPA adalah homogen. Sehingga asumsi homogenitas dalam

uji two way anova terpenuhi.

3) Uji Two Way Anova

Setelah melalui Uji normalitas dan Uji Homogenitas hasil tes pemahaman konsep IPA

terhadap metode praktikum inkuiri terbimbing dan motivasi belajar peserta didik yang teah

terpenuhi sebagai perasyarat untuk Uji Two Way Anova, maka Uji Two Way Anova dapat

dilanjutkan sebagai berikut.

Dengan menggunakan SPSS 16.0 For Windows Uji Two Way Anova dapat ditunjukan

sebagai berikut :
Tabel 4.4 Gambaran Data Penelitian
Sumber
Value Label N
: Data Metode Praktikum 1 Metode Praktikum Berbasis Inkuiri 8
Terbimbing
Primer 2 Metode Praktikum berbasis konvensional 8
Terolah Motivasi Belajar 1 Motivasi Belajar Tinggi 8
2 Motivasi Belajar Rendah 8
2020

Tabel 4.4 diatas tampak untuk variabel Metode praktikum terdapat 2 level kategori

yaitu metode praktikum inkuiri terbimbing dan metode praktikum konvensional, sedangkan

motivasi belajar terdapat 2 level kategori yaitu motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar

rendah.

Tabel 4.5 Nilai rata rata hasil tes pemahaman konsep IPA berdasarkan metode
praktikum dan motivasi belajar

Metode Praktikum Motivasi Belajar Mean Std. Deviation N


Metode Praktikum Motivasi Belajar Tinggi 82.25 2.986 4
Berbasis Inkuiri Motivasi Belajar Rendah 71.00 2.449 4
Terbimbing Total 76.63 6.523 8
Metode Praktikum Motivasi Belajar Tinggi 79.00 1.155 4
berbasis konvensional Motivasi Belajar Rendah 61.50 3.109 4
Total 70.25 9.603 8
Total Motivasi Belajar Tinggi 80.63 2.722 8
Motivasi Belajar Rendah 66.25 5.701 8
Total 73.44 8.587 16

Sumber : Data Primer Terolah 2020

Tabel 4.5 diatas tampak bahwa nilai rata-rata (Means) hasil tes pemahaman konsep

IPA bagi peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi yang diajar dengan metode

praktikum inkuiri terbimbing adalah 82,25, sedangkan nilai rata-rata (Means) hasil tes

pemahaman konsep IPA bagi peserta didik yang memiliki motivasi belajar rendah yang diajar

dengan metode praktikum inkuiri terbimbing adalah 71,00.


Nilai rata-rata (Means) hasil tes pemahaman konsep IPA bagi peserta didik yang

memiliki motivasi belajar tinggi yang diajar dengan metode praktikum konvensional adalah

79,00, sedangkan nilai rata-rata (Means) hasil tes pemahaman konsep IPA bagi peserta didik

yang memiliki motivasi belajar rendah yang diajar dengan metode praktikum konvensional

adalah 61,50.

Tabel 4.6 Output Ringkasan Hasil Uji Two Way Anova

Type III Sum Mean


Source of Squares Df Square F Sig.
Corrected Model 1028.188 a
3 342.729 52.897 .001
Intercept 86289.063 1 86289.063 13317.926 .001
Praktikum 162.563 1 162.563 25.090 .001
Motivasi 826.563 1 826.563 127.572 .001
Praktikum * Motivasi 39.063 1 39.063 6.029 .030
Error 77.750 12 6.479
Total 87395.000 16
Corrected Total 1105.938 15
a. R Squared = .930 (Adjusted R Squared = .912)
Suber : Data Primer Terolah 2020

Test of Between Subjects adalah output untuk uji hipotesis penelitian ini. Kolom

pertama menunjukkan faktor apa saja yang ada dalam penelitian ini, kolom kedua

menunjukkan jumlah kuadrat (JK), kolom ketiga menunjukkan derajat kebebasan (df), kolom

keempat menunjukkan rata-rata kuadrat (KT), kolom kelima menunjukkan F hitung, dan

kolom keenam menunjukkan nilai signifikan (sig.).

Dasar pengambilan keputusan dalam uji two way anova adalah jika nilai signifikan

lebih kecil dari 0,05 (sig.<0,05), maka ada perbedaan pemahaman konsep IPA peserta didik

berdasarkan variabel metode praktikum dan motivasi belajar peserta didik dan jika nilai

signifikan lebih besar dari 0,05 (sig.>0,05) maka tidak ada perbedaan pemahaman konsep

IPA peserta didik berdasarkan variabel metode praktikum dan motivasi belajar peserta didik.
Tabel 4.6 diatas output dari SPSS Statistic 25 for windows tampak bahwa nilai

signifikan praktikum diperoleh 0,001 dimana nilai signifikan ini lebih kecil dari 0,05

(0,001<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa “ada perbedaan pemahaman konsep IPA

peserta didik yang diajar dengan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing dengan

peserta didik yang diajar dengan metode praktikum berbasis konvensional.

Nilai signifikan Motivasi belajar diperoleh 0,001 dimana nilai signifikan ini lebih

kecil dari 0,05 (0,001<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa “ada perbedaan pemahaman

konsep IPA peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan peserta didik yang

memiliki motivasi belajar rendah.

Nilai signifikan Praktikum dan Motivasi belajar diperoleh 0,030 dimana nilai

signifikan ini lebih kecil dari 0,05 (0,030<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa “ada

interaksi praktikum dengan motivasi belajar peserta didik dalam menentukan pemahaman

konsep IPA.

Perbedaan Pemahaman Konsep IPA antara kelompok peserta didik yang belajar

dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan kelompok peserta didik yang belajar

dengan model pembelajaran konvensional, berdasarkan hasil penghitungan, diperoleh F=

25,090 dengan angka signifikansi 0,001. Ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima, yaitu

Pemahaman Konsep IPA peserta didik yang mengikuti pembelajaran Praktikum inkuiri

terbimbing tidak sama dengan Pemahaman Konsep IPA peserta didik yang mengikuti

pembelajaran Praktikum konvensional dimana rata- rata Pemahaman Konsep IPA kelompok

peserta didik dengan model pembelajaran Praktikum Inkuiri Terbimbing lebih besar daripada

rata-rata kelompok peserta didik yang mengikuti pembelajaran Praktikum konvensional.

Perbedaan Pemahaman Konsep IPA antara kelompok peserta didik yang memiliki

motivasi belajar tinggi dan kelompok peserta didik yang memiliki motivasi belajar rendah,

berdasarkan hasil penghitungan, diperoleh F= 127,572 dengan angka signifikansi 0,000. Ini
berarti H0 ditolak dan H1 diterima, yaitu Pemahaman Konsep IPA peserta didik yang

memiliki motivasi belajar tinggi tidak sama dengan Pemahaman Konsep IPA peserta didik

yang memiliki motivasi belajar rendah dimana rata- rata Pemahaman Konsep IPA kelompok

peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih besar daripada rata-rata kelompok

peserta didik yang memiliki motivasi belajar rendah.

B. Pembahasan

Berdasarkan analisa data nilai tes pemahaman konsep dengan menggunakan SPSS

Statistik 25, didapat nilai signifikan 0,001 < 0,05 untuk praktikum Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan pemahaman konsep peserta didik berdasar metode

praktikum yang digunakan dan signifikan 0,001 < 0,05 untuk motivasi. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pemahaman konsep peserta didik berdasar motivasi

belajar serta signifikan 0,30 > 0,05 untuk interaksi metode praktikum dan motivasi belajar.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara metode praktikum dan

motivasi belajar peserta didik dalam menentukan pemahaman konsep peserta didik.

Pada metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing peserta didik menemukan

jawaban terhadap suatu masalah dibawah bimbingan intensif guru. Metode praktikum

berbasis inkuiri ini berpusat pada siswa, guru hanya teman belajar. Metode praktikum

berbasis inkuiri ini mampu membentuk peserta didik untuk lebih termotivasi dalam belajar,

peserta didik memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingg dapat

kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa peserta didik tersebut.

Menggunakan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang merupakan salah

satu dari berbaagai metode pengajaran dimana peserta didik aktif dan guru membimbing

mereka, diyakini dapat meningkatkan keberhasilan peserta didik dibandingkan dengan

menggunakan metode perakikum konvensional. Metode praktikum berbasis inkuiri


terbimbing dapat membuktikan bahwa peserta didik dapat meningkatkan pemahaman konsep

IPA fisika dan menunjukkan perbedaan pemahaman konsep IPA fisika yang signifikan

dengan kelas yang menggunakan metode praktikum konfensional pada pembelajaran getaran

dan gelombang. Pada metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing menampilkan fenomena,

mengggali pengetahuan awal siswa, dan menarik motifasi belajar siswa, serta untuk

menjelaskan konsep atau memberi fasilitas kepada peserta didik untuk menemukan jawaban

dari masalah yang ingin dipecahkan, praktikum digunakan peserta didik menemukan konsep

yang dipelajari. Sehingga siswa mampu memahami konsep dengan tepat dan dapat lebih

mengingat pengetahuan yang telah ditemukannya.

Metode praktikum berbais inkuiri terbimbing ini dapat menjadikan peserta didik

untuk melatih kemampuan-kemampuan intelektual, merangsang pengetahuannya, dan

memotivasi pengetahuan peserta didik. Belajar bermakna akan terjadi pada belajar penemuan,

pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan akan bertahan lama dan mempunyai

efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan

berpikir secara bebas, dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan

memecahkan masalah.

Ilmu pengetahuan berbasis penyelidikan dalam strategi yang diperlukan dalam

menerapkan program pembelajaran metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing. Guru

dalam pengajaran praktikum berbasis inkuiri terbimbing dapat menerapkan ide-ide terbaik

kepada peserta didik mereka. Hasil dari program melalui pencapaian siswa telah memiliki

proses sains dan antusiasme belajar ilmu melalui ilmu pengetahuan berbasis inkuiri.

Prosesproses inkuiri membuat siswa dapat membantu dalam menggunakan daya ingat dan

transfer pada situasi-situasi proses belajar yang baru, inkuiri mendorong siswa untuk berpikir

dan bekerja atas inisiatifnya sendiri. Inkuiri juga dapat membuat siswa untuk memahami

konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik.


Menurut Oemar Hamalik berdasarkan teori kognitif, model inkuiri terbimbing

berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi dan sistem sistem yang dapat

memperbaiki kemampuan tersebut, pemrosesan informasi merujuk kepada cara-cara

mengumpulkan atau menerima stimulus dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan

masalah, menemukan konsepkonsep, serta menggunakan simbol-simbol verbal. Model

inkuiri terbimbing dapat mengajarkan siswa untuk memecahkan masalah dan kemampuan

berpikir produktif, serta berkenaan dengan kemempuan general intelectual ability (intelektual

umum). Tujuan inkuiri tersbimbing adalah untuk emngembangkan kemmampuan memahami,

berpikir, dan membentuk teori.

Dari penjelasan pembahasan di atas, menunjukkan bahwa penerapan metode

praktikum berbasis inkuiri terbimbing menjadikan peserta didik aktif dan terlibat langsung

dalam setiap tahap proses pembelajaran. Proses-proses pada inkuiri dilakukan oleh siswa

dengan berbagai tahapan yang menuntut siswa menemukan pengetahuan, sehingga siswa

mampu memahami konsep materi secara optimal dan memperoleh hasil belajar yang baik.

Pemahaman ini akan bersifat permanen, siswa bukan hanya mampu memahami secara verbal,

siswa akan lebih dapat memahami dan menghubungkan berbagai kejadian dan mengkonstruk

pengetahuan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Mereferensi hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap pemahaman

konsep IPA fisika peserta didik pada materi getaran dan gelombang. Pengaruh
tersebut terlihat dari meningkatnya nilai tes pemahaman konsep peserta didik pada

kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok control

2. Ditinjau dari motivasi belajar tinggi berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA

fisika peserta didik pada materi getaran dan gelombang. Pengaruh tersebut terlihat

dari meningkatnya nilai rata rata tes pemahaman konsep peserta didik yang diajar

dengan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing dengan peserta didik yang

diajar dengan praktikum konvensional.

3. Ditinjau dari motivasi belajar rendah berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA

fisika peserta didik pada materi getaran dan gelombang. Pengaruh tersebut terlihat

dari meningkatnya nilai rata rata tes pemahaman konsep peserta didik yang diajar

dengan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing dengan peserta didik yang

diajar dengan praktikum konvensional.

4. Antara metode praktikum dengan motivasi belajar Terdapat interaksi terhadap

pemahaman konsep IPA fisika peserta didik pada materi getaran dan gelombang.

Interaksi tersebut terlihat dari nilai signifikan dari uji two way anova adalah 0,03 hal
74kecil dari 0,05
ini menunjukkan nilai signifikan lebih

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat disampaikan adalah:

1. Pengaturan waktu pembelajaran perlu diperhatikan apabila melaksanakan metode

praktikum berbasis inkuiri terbimbing.

2. Pembelajaran dengan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing lebih baik

dilakukan pada kelompok kecil sehingga semua anggota kelompok aktif bekerja.

3. Lembar kerja praktikum hendaknya dibuat berbeda tiap praktikum baik isi maupun

tampilannya agar peserta didik tidak merasa jenuh untuk mengerjakan.


Guru hendaknya mempersiapkan diri secara lebih untuk mengkondisikan peserta didik agar
dapat melakukan inkuiri, juga memotivasi peserta didik agar dapat secara mandiri mencari
sumber belajar.

Anda mungkin juga menyukai