1. Jenis Penelitian
melibatkan dua kelompok yaitu kelompok Praktikum dan kelompok kontrol. Setiap
kelompok dianggap memiliki sifat sama dalam segala aspek hanya berbeda pada
2. Variabel Penelitian
Variabel dalam penilitian ini terbagi tiga, yaitu variabel bebas, variabel moderator,
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Metode praktikum (A) yang terdiri
atas dua tingkatan yaitu: metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing (A 1) dan
b. Variabel Moderator
Variabel moderator dalam penelitian ini adalah motivasi belajar fisika (B)
yang terdiri atas dua yaitu motivasi belajar fisika tinggi (B1) dan motivasi belajar
Variabel tak bebas dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep IPA Fisika
(Y)
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Desain Penelitian
R X Y1 O1
R - Y1 O2
R X Y2 O3
R - Y2 O4
(Sugiyono ; 2019)
Ketrangan :
3. Rancangan Penelitian
variabel bebas yang terdiri atas dua dimensi, satu variabel moderator yang terdiri atas
dua dimensi dan satu varibel terikat. Variabel bebas (variabel perlakuan) adalah metode
praktikum berbasis inkuiri terbimbing, sedangkan variabel moderator adalah motivasi
belajar yang meliputi motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah sedangkan
varibel terikat adalah pemahaman konsep IPA fisika. Seperti yang tertera pada Tabel
berikut.
Keterangan :
A1 : Metode praktikum berbasis ikuiri terbimbing
A2 : Metode praktikum konvensional
B1 : Motivasi belajar tnggi
B2 : Motivasi belajar rendah
YA1B1 : Pemahaman konsep IPA fisika yang diajar dengan metode praktikum berbasis
inkuiri terbimbing pada peserta didik dengan motivasi belajar tinggi
YA1B2 : Pemahaman konsep IPA fisika yang diajar dengan metode praktikum berbasis
inkuiri terbimbing pada peserta didik dengan motivasi belajar rendah
YA2B1 : Pemahaman konsep IPA fisika yang diajar dengan metode praktikum
konvensional pada peserta didik dengan motivasi belajar tinggi
YA2B2 : Pemahaman konsep IPA fisika yang diajar dengan metode praktikum
konvensional pada peserta didik dengan motivasi belajar rendah
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs. Marhalim
Campalagian semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 yang berjumlah 1 kelas dengan
jumlah siswa 28 orang. Pemilihan sampael dalam penelitian ini secara sistematik.
Sampel kelas Praktikum dipilih berdasarkan absensi siswa yang bernomor ganjil dan
Dari gambaran tabel di atas, pada kelas Praktikum yang berjumlah 14 peserta didik
terdiri dari 5 peserta didik laki-laki dengan persentase 35,71% dan 9 peserta didik
perempuan dengan persentase 64,29%. Pada kelas kontrol yang berjumlah 14 peserta
didik terdiri dari 3 peserta didik laki-laki dengan persentase 21,43% dan 11 peserta didik
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel moderator, dan
1. Variabel bebas
mana siswa diajak untuk menemukan sendiri konsep atau teori yang sedang
atau Praktikum yang telah dilakukan dengan bantuan arahan dari guru yang
diajak untuk menemukan sendiri konsep atau teori yang sedang dipelajarinya
Motivasi belajar IPA fisika pada penelitian ini adalah motivasi yang mendorong
seseorang untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya
maupun yang dibuat atau diraih orang lain, yang dapat diukur melalui berusaha untuk unggul
dalam kelompoknya, menyelesaikan tugas dengan baik, rasional dalam meraih keberhasilan,
menyukai tantangan, menerima tanggung jawab pribadi untuk sukses, dan menyukai situasi
pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan balik, dan resiko tingkat menengah.
5. Variabel Terikat
Varuabel terikat dalam penelitian ini adalah, Pemahaman konsep yang merupakan
tingkat kemampuan yang mengharapkan peserta didik mampu memahami arti konsep,
F. Instrumen Penelitian
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui motivasi belajar fisika peserta didik yaitu
dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini disusun dalam bentuk 36 pernyataan yang
tertulis yang telah disediakan jawaban sehingga peserta didik akan memberikan tanda
centang (v) pada salah satu jawaban tersebut. Kuesioner ini menggunakan format pilihan
jawaban didasarkan pada skala model Likert yang terdiri atas 5 (lima) pilihan yang memuat
alternatif pilihan jawaban sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), dan sangat
(1) tanggung jawab peserta didik dalam mengerjakan tugas, (2) melaksanakan tugas dengan
target yang jelas, (3) memiliki tujuan yang jelas dan menantang, (4) ada umpan balik atas
hasil belajarnya, (5) memiliki perasaan senang dalam belajar, (6) selalu berusaha
mengungguli orang lain, (7) diutamakan hasil dari apa yang dikerjakan, (8) selalu
meningkatkan kemampuan diri sedangkan faktor eksternal memiliki indikator pencapaian. (1)
senang memperoleh pujian, (2) bekerja dengan harapan mendapat nilai yang baik, (3)bekerja
Prosedur pemberian skor berdasarkan tingkat motivasi belajar peserta didik, sebagai
berikut.
a. Untuk pernyataan positif (+): jawaban (SS) diberi skor 4 yang menunjukkan motivasi
sangat tinggi; jawaban (S) diberi skor 3 yang menunjukkan motivasi tinggi; jawaban
(TS) diberi skor 2 yang menunjukkan motivasi rendah; jawaban (STS) diberi skor 1
b. Untuk pernyataan negatif (-): jawaban (SS) diberi skor 1 yang menunjukkan motivasi
sangat rendah; jawaban (S) diberi skor 2 yang menunjukkan motivasi rendah; jawaban
(TS) diberi skor 3 yang menunjukkan motivasi tinggi; jawaban (STS) diberi skor 4
Pernyataan yang telah diberikan pilihan jawaban dari peserta didik kemudian
dianalisis sesuai prosedur pemberian skor dan dijumlahkan sehingga diperoleh skor total,
skor total ini menggambarkan tinggi rendahnya motivasi belajar fisika peserta didik. Semakin
besar skor total yang diperoleh peserta didik maka makin tinggi pula tingkat motivasi belajar
motivasi belajar fisika rendah peserta didik sesuai dalam rancangan penelitian ini, maka
digunakan pembagian berdasarkan disteribusi kurva normal yaitu dipilih 27% dari kelompok
peserta didikuntuk motivasi belajar fisika tinggi dan 27% dari kelompok peserta didik untuk
Tes hasil belajar fisika peserta didik disusun dalam tes tertulis berbentuk pilihan ganda.
Item jawaban berjumlah 4 (Empat) buah dengan simbol pilihan A, B, C, dan D. Setiap butir
soal (item) hanya memiliki satu pilihan jawaban yang benar. Jika peserta didik menjawab
benar mendapatkan skor 1 (satu) dan jika salah mendapatkan skor 0 (nol).
Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan tes dan non tes. Teknik tes pada penelitian
ini berbentuk tes tertulis (tes pilihan ganda) untuk mengukur pemahaman konsep IPA fisika
peserta didik diakhir perlakuan. Teknik nontes dengan menggunakan kuisoner yang
dilakukan sebelum proses pembelajaran berlangsung yang bertujuan untuk mengukur tingkat
Mengetahui kelayakan instrumen penelitian yang telah disusun oleh peneliti maka
Analisis instrumen secara teoretis dilakukan oleh orang ahli pada bidangnya.
Pakar/ahli memeriksa bahasa, keteraturan dan kesesuaian tiap item dengan kisi-kisi insrumen
secara kualitatif. Analisis instrumen secara teoretis bertujuan untuk menunjukkan bahwa
instrumen yang disusun benar-benar mewakili aspek yang diukur sehingga layak untuk
Analisis instrumen secara teoretis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
analisis Aiken V berupa model kesepakatan antar penilai untuk validitas isi instrumen
(3.1)
Keterangan :
V : Aiken
∑ s : Jumlah skala rater validator
n : Jumlah validator
c : skala penilaian tertinggi
Kriteria tingkat kevalidan adalah rentang skor V ≤ 0,04 validitas lemah, skor V
berada 0,4 sampai 0,8 validitas sedand dan V ≥ 0,8 validitas tinggi.
Sebelum digunakan perangkat pembelajaran ini dalam penelitian, instrumen juga harus
memenuhi kriteria kelayakan. Hanya saja kriteria yang harus dipenuhi oleh instrumen ini
berbeda dengan instrumen tes. Pengujian kelayakan instrumen ini dilakukan dengan
Hasil uji validasi instrumen perangkat pembelajaran dapat dilihat pada tabel 3.3
berikut :
1 Format 5 5 4 4 8 1
2 Bahasa 5 5 4 4 8 1
penelitian ini Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran D halaman 128
2) Validitas LKPD
Sebelum digunakan LKPD ini dalam penelitian, instrumen ini juga harus memenuhi
kriteria kelayakan. Pengujian kelayakan instrumen ini dilakukan dengan pertimbangan dua
ahli .
Hasil uji validasi instrumen LKPD dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut :
Berdasarkan tabel 3.4 menunjukkan bahwa rata rata V adalah 0,80, hal ini menunjukkan
bahwa instrumen LKPD dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian ini Untuk
Setelah penilaian butir soal dilakukan oleh orang ahli pada bidangnya selesai, maka
diteruskan uji coba instrumen di luar sampel dari mana populasi diambil. Analisis instrumen
secara empirik dilakukan dengan menghitung validitas item dan realibilitas instrumen secara
kuantitatif.
teknik korelasi product momen dari Karl Pearson (Ridwan, 2010) dengan rumus sebagai
berikut :
r XY =n ¿ ¿
(3.2)
Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 : Koefisien korelasi yang dicari
∑𝑋𝑌 : Hasil skor X dan Y untuk setiap responden
∑𝑋 : Skor item
∑𝑌 : Skor responden
∑𝑋2 : Kuadrat skor item
∑𝑌2 : Kuadrat skor responden
n : Jumlah responden
Kriteria pengujian: (1) jika rxy ≥ rtabel maka butir item yang dikatakan valid (dipakai),
(2) jika rxy ˂ rtabel maka butir item dikatakan tidak valid (dibuang). Dengan taraf signifikansi
Hasil uji validasi instrumen Pemahaman konsep IPA Fisika dapat dilihat pada tabel
3.5 berikut :
Tabel 3.5 Hasil Analisis Validasi Instrumen Tes Pemahaman Konsep IPA Fisika
Berdasarkan tabel 3.5 menunjukkan bahwa jumlah soal pernyataan yang valid
adalah 40 soal dengan persentase 89%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran D.2
halaman 129
2) Reliabilitas tes Pemahaman Konsep IPA Fisika
Setelah dilakukan uji validitas, maka soal yang dinayatakan tidak valid dikeluarkan
dari instrumen. Uji realiabilitas dilakukan hanya untuk soal soal yang valid. Koefisien
berikut :
( )(
r ii =
k
k−1
S2 −∑ pq
S2 )
(3.3)
Keterangan :
r ii : reabilitas tes secara keseluruhan
p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q : proporsi subjek yang menjawab item salah (1- p)
∑ pq : Jumlah perkalian antara p dan q
k : banyaknya item
S : standar deviasi dari tes
Hasil analisis reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut ini
Tabel 3.6 Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Untuk Pemahaman Konsep
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.939 40
kefisien reliabilitas tes sebesar 0,939 dengan kategori tinggi. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa instrumen tes pemahaman konsep dapat digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
teknik korelasi product momen dari Karl Pearson (Ridwan, 2010) dengan rumus sebagai
berikut :
r XY =n ¿ ¿
(3.4)
Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 : Koefisien korelasi yang dicari
∑𝑋𝑌 : Hasil skor X dan Y untuk setiap responden
∑𝑋 : Skor item
∑𝑌 : Skor responden
∑𝑋2 : Kuadrat skor item
∑𝑌 2
: Kuadrat skor responden
n : Jumlah responden
Kriteria pengujian: (1) jika rxy ≥ rtabel maka butir item yang dikatakan valid (dipakai),
(2) jika rxy ˂ rtabel maka butir item dikatakan tidak valid (dibuang). Dengan taraf signifikansi
Hasil uji validasi instrumen motivasi belajar fisika dapat dilihat pada tabel 3.7
berikut :
Berdasarkan tabel 3.7 menunjukkan bahwa jumlah soal pernyataan yang valid
adalah 40 soal dengan persentase 89%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran D.3
halaman 133
r ii = ( k−1
k
)( 1− ∑S S )
t
i
(3.5)
Keterangan :
r ii : Realibilitas soal
St : Varians total
∑ i : Jumlah varians butir
S
k : Banyaknya item/butir pertanyaan
Hasil analisis reliabilitas instrumen tes motivasi belajar denagn bantuan SPSS
Tabel 3.8 Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Motivasi Belajar IPA Fisika
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.942 40
Sumber: Data Primer Terolah 2020
Tabel 3.8 menunjukkan bahwa soal instrumen tes motivasi belajar IPA Fisika
mempunyai kefisien reliabilitas tes sebesar 0,942 dengan kategori tinggi. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa instrumen tes motivasi belajar IPA Fisika dapat digunakan. Untuk lebih
2. Analisis Inferensial
Analisis data yang dilakukan yakni analisis deskriptif dan inferensial untuk
mengkaji hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian ini digunakan teknik anava. Untuk
dapat menggunakan analisis anava maka sebelumnya dilakukan uji prasyarat análisis
terdiri atas dua tahapan yakni uji normalitas dan uji homogenitas yang secara rinci
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi
pemahaman konsep kelompok eksperimen dan kelompok kontrol digunakan uji Chi-
[ ]
2
k
( Oi−E i )
x =∑
2
i=1 Ei
(3.6)
Keterangan :
2
x : Nilai chi-kuadrat
K : Banyaknya kelas interval
Oi : Frekuensi pengamatan
Ei : Frekuensi yang diharapkan
Kriteria pengujian :
Dengan kaidah pengujian, jika x2hitung < x2tabel pada taraf signifikan a = 0,05, maka
diasumsikan data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sebaliknya apabila
x2hitung > x2tabel pada taraf signifikan a = 0,05, maka diasumsikan data berasal dari
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Standardized Residual for .192 16 .119 .950 16 .494
Pemahaman
a. Lilliefors Significance Correction
konsep IPA fisika untuk peserta didik yang diajar dengan metode praktikum berbasis
inkuiri terbimbing dan praktikum berbasis konvensional pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol untuk α = 0,05 yang berbantukan SPSS Statistik 25, diperoleh nilai
Signifikan sebesar 0,494. Karena nilai Signifikan 0,494 > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa data standar resi dua pemahaman konsep IPA fisika berdistribusi
normal, syarat pertama pengujian two way anova sudah terpenuhi dan dapat
dialnjutkan uji homogenitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran halaman
150
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh bersifat
homogen atau tidak. Uji Homogenitas (Sudjana, 2005) dengan menggunakan uji.
Varians terbesar
F hitung =
Varians terkecil
(3.7)
Kriteria pengujiannya adalah apabila Fhitung < FTabel, maka data bersifat
homogen. sebaliknya, jika Fhitung > Ftabel data tidak homogen, pada taraf
signifikansi a = 0,05.
signifikansi lebih besar dari 0,05 Sig.0,332 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
varian variabel pemahaman konsep IPA fisika adalah homogen. Sehingga asumsi
homogenitas dalam uji two way anova terpenuhi. Keterangan lebih jelas dapat
3) Uji Hipotesis
diajukan telah diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini,
menggunakan analisis variansi (anava) dua jalur sesuai dengan desain dan rancangan
Populasi homogen
diajukan diterima atau ditolak. Adapun hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut.
1. Hipotesis Pertama
H0 : Tidak terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA fisika antara peserta didik
yang diajar dengan metode praktikum berbasi inkuiri terbimbing dan metode
praktikum konvensional.
H1 : Terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA fisika antara peserta didik yang
praktikum konvensional.
2. Hipotesis Kedua
H0 : Tidak terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA fisika antara peserta didik
yang memiliki motivasi belajar tinggi yang diajar dengan metode praktikum
H1 : Terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA fisika antara peserta didik yang
memiliki motivasi belajar tinggi yang diajar dengan metode praktikum berbasi
3. Hipotesis Ketiga
H0 : Tidak terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA fisika antara peserta didik
yang memiliki motivasi belajar rendah yang diajar dengan metode praktikum
H1 : Terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA fisika antara peserta didik yang
BAB IV
1. Analisis Deskriptif
Penelitian ini pada dasarnya dilaksanakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
Pemahaman Konsep IPA fisika peserta didik sebagai hasil perlakuan antara penerapan
Penelitian ini menggunakan desain Two way Anova dengan empat sel perlakuan. Pada
masing-masing sel perlakuan untuk kelas Praktikum dan kontrol ditetapkan. Adapun
keempat kelompok data tersebut adalah: (1) data hasil tes pemahaman konsep IPA fisika
peserta didik yang mengikuti model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan memiliki
motivasi belajar tinggi, (2) data hasil tes pemahaman konsep IPA fisika peserta didik yang
mengikuti model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan memiliki motivasi belajar rendah, (3)
data hasil tes pemahaman konsep IPA peserta didik yang mengikuti model pembelajaran
konvensional dan memiliki motivasi belajar tinggi, (4) data hasil tes pemahaman
konsep IPA peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional dan memiliki
motivasi belajar rendah. Deskripsi data yang berkaitan dengan ukuran sentral seperti mean
dan ukuran penyebaran data (standar deviasi) untuk semua data tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.1 diatas tampak bahwa pada tiap unit analisis terjadi peningkatan skor rata-
rata. Peningkatan skor rata-rata tertinggi dicapai oleh kelompok peserta didik yang memiliki
motivasi belajar yang tinggi dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing, kemudian
disusul oleh kelompok motivasi belajar belajar rendah dengan model pembelajaran inkuiri
terbimbing, selanjutnya kelompok peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi
dengan model pembelajaran konvensional dan kelompok peserta didik yang memiliki
statistik Two Way Anova. Sebelum melakukan uji hipotesis dengan menggunakan formula
statistik Two Way Anova, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji prasyarat analisis yang
2. Aanalisis Inferensial
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data data hasil tes pemahaman konsep
IPA yang diperoleh dari kelas VIII normal atau tidak. Pada penelitian ini, pengujian
normalitas menggunakan SPSS Statistic 25 pada taraf signifikan 0,05. Adapun hasil
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Pemahaman konsep IPA
Gambar 4.1 Grafik distribusi normal hasil tes pemahaman konsep IPA
Gambar 4.1 Menunjukkan sebuah grafik distribusi normal hasil tes pemahaman
konsep IPA dimana terdapat sebuah titik-titik dan garis lurus. Titik tersebut merupakan titik
yang mewakili data, semakin banyak titiknya berarti variasi data juga semakin banyak,
nbegitupun sebaliknya. Sedangkan garis lurus menggambarkan sebuah kurva normal. Data
dikatakan berdistribusi normal apabila titik-titik tersebut sejajar dengan garis kurva normal
atau saling berdekatan, atau dengan kata lain jarak antara titik-titik dengan garis kurva normal
tidak saling berjauhan karena semakin jauh jarak titik-titik dari kurva normal, maka data yang
diperoleh tidak berdistribusi normal. Pada grafik 4.1 diatas menunjukkan bahwa titik tersebut
berdekatan atau tidak memiliki jarak yang terlalu jauh sehingga data dikatakan berdistribusi
normal.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang diperoleh dari uji
two way anova, benar-benar berasal dari perbedaan antar kelompok, bukan disebabkan oleh
perbedaan di dalam kelompok.Secara sederhana tujuan utama dari uji homogenitas adalah
memastikan bahwa hasil tes pemahaman konsep IPA sejumlah populasi yang akan diukur
adalah homogen. Dengan kata lain, tidak jauh berbeda keragamannya. Uji homogenitas
adalah sebuah persyaratan sebelum melakukan pengujian Two Way Anova. Pada penelitian
ini, pengujian homogenitas menggunakan uji Levene’s test of equality of eror variance
dengan SPSS Statistik 25 for windows pada taraf signifikan 0,05. Adapun hasil perhitungan
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Pemahaman konsep IPA
Tabel 4.3 diperoleh nilai signifikan yaitu sebesar 0,332. Nilai signifikan yang diperoleh
tersebut lebih besar dari 0,05 ( sig>0,05 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa varian variabel
skor hasil tes pemahaman konsep IPA adalah homogen. Sehingga asumsi homogenitas dalam
Setelah melalui Uji normalitas dan Uji Homogenitas hasil tes pemahaman konsep IPA
terhadap metode praktikum inkuiri terbimbing dan motivasi belajar peserta didik yang teah
terpenuhi sebagai perasyarat untuk Uji Two Way Anova, maka Uji Two Way Anova dapat
Dengan menggunakan SPSS 16.0 For Windows Uji Two Way Anova dapat ditunjukan
sebagai berikut :
Tabel 4.4 Gambaran Data Penelitian
Sumber
Value Label N
: Data Metode Praktikum 1 Metode Praktikum Berbasis Inkuiri 8
Terbimbing
Primer 2 Metode Praktikum berbasis konvensional 8
Terolah Motivasi Belajar 1 Motivasi Belajar Tinggi 8
2 Motivasi Belajar Rendah 8
2020
Tabel 4.4 diatas tampak untuk variabel Metode praktikum terdapat 2 level kategori
yaitu metode praktikum inkuiri terbimbing dan metode praktikum konvensional, sedangkan
motivasi belajar terdapat 2 level kategori yaitu motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar
rendah.
Tabel 4.5 Nilai rata rata hasil tes pemahaman konsep IPA berdasarkan metode
praktikum dan motivasi belajar
Tabel 4.5 diatas tampak bahwa nilai rata-rata (Means) hasil tes pemahaman konsep
IPA bagi peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi yang diajar dengan metode
praktikum inkuiri terbimbing adalah 82,25, sedangkan nilai rata-rata (Means) hasil tes
pemahaman konsep IPA bagi peserta didik yang memiliki motivasi belajar rendah yang diajar
memiliki motivasi belajar tinggi yang diajar dengan metode praktikum konvensional adalah
79,00, sedangkan nilai rata-rata (Means) hasil tes pemahaman konsep IPA bagi peserta didik
yang memiliki motivasi belajar rendah yang diajar dengan metode praktikum konvensional
adalah 61,50.
Test of Between Subjects adalah output untuk uji hipotesis penelitian ini. Kolom
pertama menunjukkan faktor apa saja yang ada dalam penelitian ini, kolom kedua
menunjukkan jumlah kuadrat (JK), kolom ketiga menunjukkan derajat kebebasan (df), kolom
keempat menunjukkan rata-rata kuadrat (KT), kolom kelima menunjukkan F hitung, dan
Dasar pengambilan keputusan dalam uji two way anova adalah jika nilai signifikan
lebih kecil dari 0,05 (sig.<0,05), maka ada perbedaan pemahaman konsep IPA peserta didik
berdasarkan variabel metode praktikum dan motivasi belajar peserta didik dan jika nilai
signifikan lebih besar dari 0,05 (sig.>0,05) maka tidak ada perbedaan pemahaman konsep
IPA peserta didik berdasarkan variabel metode praktikum dan motivasi belajar peserta didik.
Tabel 4.6 diatas output dari SPSS Statistic 25 for windows tampak bahwa nilai
signifikan praktikum diperoleh 0,001 dimana nilai signifikan ini lebih kecil dari 0,05
(0,001<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa “ada perbedaan pemahaman konsep IPA
peserta didik yang diajar dengan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing dengan
Nilai signifikan Motivasi belajar diperoleh 0,001 dimana nilai signifikan ini lebih
kecil dari 0,05 (0,001<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa “ada perbedaan pemahaman
konsep IPA peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan peserta didik yang
Nilai signifikan Praktikum dan Motivasi belajar diperoleh 0,030 dimana nilai
signifikan ini lebih kecil dari 0,05 (0,030<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa “ada
interaksi praktikum dengan motivasi belajar peserta didik dalam menentukan pemahaman
konsep IPA.
Perbedaan Pemahaman Konsep IPA antara kelompok peserta didik yang belajar
dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan kelompok peserta didik yang belajar
25,090 dengan angka signifikansi 0,001. Ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima, yaitu
Pemahaman Konsep IPA peserta didik yang mengikuti pembelajaran Praktikum inkuiri
terbimbing tidak sama dengan Pemahaman Konsep IPA peserta didik yang mengikuti
pembelajaran Praktikum konvensional dimana rata- rata Pemahaman Konsep IPA kelompok
peserta didik dengan model pembelajaran Praktikum Inkuiri Terbimbing lebih besar daripada
Perbedaan Pemahaman Konsep IPA antara kelompok peserta didik yang memiliki
motivasi belajar tinggi dan kelompok peserta didik yang memiliki motivasi belajar rendah,
berdasarkan hasil penghitungan, diperoleh F= 127,572 dengan angka signifikansi 0,000. Ini
berarti H0 ditolak dan H1 diterima, yaitu Pemahaman Konsep IPA peserta didik yang
memiliki motivasi belajar tinggi tidak sama dengan Pemahaman Konsep IPA peserta didik
yang memiliki motivasi belajar rendah dimana rata- rata Pemahaman Konsep IPA kelompok
peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih besar daripada rata-rata kelompok
B. Pembahasan
Berdasarkan analisa data nilai tes pemahaman konsep dengan menggunakan SPSS
Statistik 25, didapat nilai signifikan 0,001 < 0,05 untuk praktikum Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan pemahaman konsep peserta didik berdasar metode
praktikum yang digunakan dan signifikan 0,001 < 0,05 untuk motivasi. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pemahaman konsep peserta didik berdasar motivasi
belajar serta signifikan 0,30 > 0,05 untuk interaksi metode praktikum dan motivasi belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara metode praktikum dan
motivasi belajar peserta didik dalam menentukan pemahaman konsep peserta didik.
jawaban terhadap suatu masalah dibawah bimbingan intensif guru. Metode praktikum
berbasis inkuiri ini berpusat pada siswa, guru hanya teman belajar. Metode praktikum
berbasis inkuiri ini mampu membentuk peserta didik untuk lebih termotivasi dalam belajar,
peserta didik memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingg dapat
satu dari berbaagai metode pengajaran dimana peserta didik aktif dan guru membimbing
IPA fisika dan menunjukkan perbedaan pemahaman konsep IPA fisika yang signifikan
dengan kelas yang menggunakan metode praktikum konfensional pada pembelajaran getaran
dan gelombang. Pada metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing menampilkan fenomena,
mengggali pengetahuan awal siswa, dan menarik motifasi belajar siswa, serta untuk
menjelaskan konsep atau memberi fasilitas kepada peserta didik untuk menemukan jawaban
dari masalah yang ingin dipecahkan, praktikum digunakan peserta didik menemukan konsep
yang dipelajari. Sehingga siswa mampu memahami konsep dengan tepat dan dapat lebih
Metode praktikum berbais inkuiri terbimbing ini dapat menjadikan peserta didik
memotivasi pengetahuan peserta didik. Belajar bermakna akan terjadi pada belajar penemuan,
pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan akan bertahan lama dan mempunyai
efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan
berpikir secara bebas, dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan
memecahkan masalah.
dalam pengajaran praktikum berbasis inkuiri terbimbing dapat menerapkan ide-ide terbaik
kepada peserta didik mereka. Hasil dari program melalui pencapaian siswa telah memiliki
proses sains dan antusiasme belajar ilmu melalui ilmu pengetahuan berbasis inkuiri.
Prosesproses inkuiri membuat siswa dapat membantu dalam menggunakan daya ingat dan
transfer pada situasi-situasi proses belajar yang baru, inkuiri mendorong siswa untuk berpikir
dan bekerja atas inisiatifnya sendiri. Inkuiri juga dapat membuat siswa untuk memahami
berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi dan sistem sistem yang dapat
inkuiri terbimbing dapat mengajarkan siswa untuk memecahkan masalah dan kemampuan
berpikir produktif, serta berkenaan dengan kemempuan general intelectual ability (intelektual
praktikum berbasis inkuiri terbimbing menjadikan peserta didik aktif dan terlibat langsung
dalam setiap tahap proses pembelajaran. Proses-proses pada inkuiri dilakukan oleh siswa
dengan berbagai tahapan yang menuntut siswa menemukan pengetahuan, sehingga siswa
mampu memahami konsep materi secara optimal dan memperoleh hasil belajar yang baik.
Pemahaman ini akan bersifat permanen, siswa bukan hanya mampu memahami secara verbal,
siswa akan lebih dapat memahami dan menghubungkan berbagai kejadian dan mengkonstruk
pengetahuan.
BAB V
A. Kesimpulan
konsep IPA fisika peserta didik pada materi getaran dan gelombang. Pengaruh
tersebut terlihat dari meningkatnya nilai tes pemahaman konsep peserta didik pada
2. Ditinjau dari motivasi belajar tinggi berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA
fisika peserta didik pada materi getaran dan gelombang. Pengaruh tersebut terlihat
dari meningkatnya nilai rata rata tes pemahaman konsep peserta didik yang diajar
dengan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing dengan peserta didik yang
3. Ditinjau dari motivasi belajar rendah berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA
fisika peserta didik pada materi getaran dan gelombang. Pengaruh tersebut terlihat
dari meningkatnya nilai rata rata tes pemahaman konsep peserta didik yang diajar
dengan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing dengan peserta didik yang
pemahaman konsep IPA fisika peserta didik pada materi getaran dan gelombang.
Interaksi tersebut terlihat dari nilai signifikan dari uji two way anova adalah 0,03 hal
74kecil dari 0,05
ini menunjukkan nilai signifikan lebih
B. Saran
dilakukan pada kelompok kecil sehingga semua anggota kelompok aktif bekerja.
3. Lembar kerja praktikum hendaknya dibuat berbeda tiap praktikum baik isi maupun