Anda di halaman 1dari 13

Resume Mata Kuliah Pendidikan Tematik Terpadu

Kelompok 2 :

1. Alvi Nuraini 6. Mila Waty Sihombing

2. Khalda Rahadatul Aisyi 7. Fera Hanifatunnufus

3. Mesti Setia wati 8. Almalia

4. Eti Nurhayati Safitri 9. Umaya Dina S H

5. Hani Yulianti 10. Vivi Berliana Putri

A. Sejarah Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang mengaitkan beberapa materi
pelajaran pada beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan yang kemudian di kemas dalam bentuk
tema.[1] Menurut Sutirjo dan Mamik, pembelajaran tematik adalah bentuk usaha pengintegrasian
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang terkandung dalam pembelajaran dengan menggunakan
sebuah tema.[2]

Pembelajaran tematik mulai digunakan sejak diimplementasikannya Kurikulum 2013 di Indonesia.


Pembelajaran tematik terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan
pada tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar.

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran tematik memiliki tiga landasan, yaitu landasan filosifis, landasan
psikologis dan landasan yuridis. Secara filosofis, pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga
aliran filsafat, yaitu aliran progresivisme, konstruktivisme dan humanisme. Secara psikologis,
pembelajaran tematik berkaitan utamanya dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi
belajar. Sedangkan secara yuridis, pelaksanaan pembelajaran tematik didasarkan pada UU No 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak dan juga UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
[3]

B. Konsep Belajar Dan Pembelajaran

Jacob (1989) dan Fogarty (1991) berpendapat bahwa wujud penerapan pendekatan integratif itu
bersifat rentangan (continuum). Fogarty (1991) menyatakan bahwa ada 10 model integrasi
pembelajaran, yaitu model fragmented, connected, nested, sequenced, shared, webbed, threaded,
integrated, immersed, dan networked. Model-model itu merentang dari yang paling sederhana hingga
yang paling rumit, mulai dari separated-subject sampai eksplorasi ketematikan antar aspek dalam satu
bidang studi (model fragmented, connected, nested), model yang menerpadukan antar berbagai bidang
studi (model sequenced, shared, webbed, threaded, integrated), hingga menerpadukan dalam diri
pembelajar sendiri dan lintas pembelajar (model immersed dan networked).
Pembelajaran yang memisahkan secara tegas penyajian mata pelajaran-mata pelajaran tersebut
membuahkan kesulitan bagi setiap anak karena hanya akan memberikan pengalaman belajar yang
bersifat artificial, atau pengalaman belajar dibuat-buat. Oleh Karena itu, proses pembelajaran pada
satuan pendidikan sekolah dasar terutama untuk kelas-kelas awal, harus dirancang secara tepat karena
akan berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar peserta didik. Pengalaman belajar akan
menunjukkan pentautan unsur-unsur konseptual baik di dalam maupun antara mata pelajaran akan
memberikan peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih bermakna (meaningful
learning).

C. Komponen Pembelajaran

komponen-komponen tersebut adalah

tujuan, materi pembelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media dan evaluasi menurut Wina
Sanjaya (2011: 59).

Sedangkan menurut Rusman (2011:1) komponen pembelajaran meliputi : tujuan, materi, metode dan
evaluasi. Dari penjelasan tersebut maka komponenkomponen pembelajaran antara lain: tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran.

a. Tujuan Pembelajaran

Tujuan dalam proses belajar mengajar adalah komponen pertama yang harus ditetapkan dalam proses
pengajaran berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada hakekatnya
adalah hasil belajar yang diharapkan menurut Nana Sudjana (2014: 30). Menurut Rusman (2011:86)
tujuan pembelajaran merupakan komponen yang sangat penting yang harus ditetapkan dalam proses
pembelajaran karena tujuan pembelajaran merupakan tolak ukur

keberhasilan suatu pembelajaran. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2011: 59) tujuan merupakan
komponen yang sangat penting dalam sistem pembelajaran. Mau dibawa ke mana serta apa yang harus
dimiliki oleh peserta didik, semua tergantung pada tujuan yang ingin dicapai.

b. Materi Pembelajaran

Materi pelajaran merupakan komponen kedua dalam sistem pembelajaran. Materi pembelajaran
merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan untuk perencanaan pembelajaran serta untuk
membantu dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Materi pembelajaran sebenarnya bisa diambil dari
berbagai sumber menurut Wina Sanjaya (2011:60). Sedangkan menurut Hamzah B Uno (2011: 213)
materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibahas dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pemilihan materi harus benar-benar dapat memberikan kecapakan dalam memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari.

c. Metode Pembelajaran
Menurut Muhammad Zaini (2009: 88) Guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan, materi, siswa, dan komponen lain dalam pembelajaran sehingga proses belajar mengajar
berjalan efektif. Menurut Endang Mulyatnigsih (2011: 211) metode pembelajaran yaitu suatu cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata atau
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode ialah cara yang

dipergunakan Guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pembelajaran menurut Nana Sudjana (2014: 76).

d. Media Pembelajaran

Menurut Oemar Hamalik (1989:23) media pembelajaran adalah alat, metode, dan teknik yang
digunakan agar lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara Guru dan Siswa dalam proses
pendidikan dan pengajaran di

sekolah. Media pembelajaran adalah alat bantu untuk mempermudah proses belajar mengajar. Media
pembelajaran merupakan sebuah alat bantu yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan
pembelajaran. Media

merupakan segala suatu berupa alat yang disediakan Guru untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.
Media pembelajaran berupa software dan hardware untuk membantu proses interaksi siswa dengan
lingkungan belajar.

e. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam proses pembelajaran. Evaluasi bukan saja berfungsi
untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik
bagi Guru atau kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat melihat
kekurangan dalam pemanfaatan berbagai komponen sistem pembelajaran menurut Wina Sanjaya
(2011:59).

D. Jenis-jenis jenis aktivitas belajar

Menurut Sardiman A.M (2010:100) yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah aktivitas yang
bersifat fisik maupun mental”. Yang mana antara keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan. Menurut
Sriyono (2008) aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani.

Menurut Soemanto (1987: 107-110) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi aktivitas
belajar, yaitu: faktor stimuli belajar, metode belajar, dan faktor individual. Ketiga faktor tersebut secara
jelas diuraikan sebagai berikut:

1.Faktor Stimuli Belajar: Segala hal diluar individu yang merangsang individu untuk mengadakan reaksi
atau perbuatan belajar. Perbuatan atau aktivitas belajar yang disebabkan faktor stimuli inilah yang
menyebabkan adanya dorongan atau motivasi dan minat dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajar.
Ada beberapa hal yang berhubungan dengan faktor stimuli belajar, yaitu: panjangnya bahan pelajaran,
kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, suasana lingkungan eksternal;

2.Faktor Metode Belajar : Dalam proses belajar mengajar, metode yang digunakan guru akan
mempengaruhi belajar siswa. Faktor yang menyangkut metode belajar, yaitu: kegiatan berlatih atau
praktek, pengenalan hasil belajar, bimbingan dalam belajar;

3.Faktor individual: Faktor individual siswa juga sangat berpengaruh dalam aktivitas belajar siswa.
Adapun faktor-faktor individual ini menyangkut hal-hal sebagai berikut: kematangan, pengalaman
sebelumnya, kondisi kesehatan.
Jenis-jenis aktivitas belajar menurut Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2008:101), yaitu sebagai berikut:

1.Visual activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan;

2.Oral activities, : bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat dan diskusi;

3.Listening activities,misalnya: mendengarkan uraian, diskusi percakapan;

4.Writing activities, misalnya: menulis laporan, menyalin;

5.Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, diagram;

6.Motor activities, misalnya: melakukan percobaan;

7.Mental activities, misalnya: mengingat, menganalisis, mengambil keputusan;

8.Emotional activities, misalnya: gembira, berani, bergairah.

Aktivitas belajar juga melibatkan indera-indera atau sensor dan alat yang dimiliki manusia untuk
melakukan sesuatu. Indera-indera tersebut antara lain meliputi indera penglihatan (visual),
pendengaran (listening), berbicara (oral), seluruh aktivitas fisik lain serta mental dan emosi.

E. Prinsip- prinsip belajar

Menurut Dimyati(2009:42)prinsip-prinsip belajar itu adalah sebagai berikut:

1. Perhatian dan motivasi

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Tanpa adanya perhatian

tidak mungkin akan terjadi sebuah proses belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa
apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai
sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan

untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, maka

akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Di samping perhatian,


motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah

tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang, tanpa adanya

motivasi seseorang tidak dapat melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya. Oleh

karena itu, dengan perhatian dan motivasi maka siswa akan melakukan proses

belajar atau membiasakan diri dengan belajar dengan baik, sehingga ia dapat

memperoleh hasil yang ia inginkan.

2. Keaktifan

Dalamsetiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu

beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati

sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca,

mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh

kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam

memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain,

menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.

3. Keterlibatan langsung/berpengalaman.

Belajarharuslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar merupakan proses mengamali, dan

belajar tiak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Menurut Edgar Dale dalam

Dimyati (2009:45), “belajar yang baik adalah belajar melalui pengalaman

langsung”. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar

mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam

perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa
secara langsung dalam

kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.

4. Pengulangan

Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barangkali yang paling tua adalah

yang dikemukakan oleh teori Psikologi


Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada

manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan,

berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut

akan berkembang, dan juga apabila daya-daya tersebut dilatih dengan pengadaan

pengulangan-pengulangan maka akan menjadi sempurna. Selain itu dengan adanya

pengulangan maka akan membentuk respons yang benar dan akan dapat membentuk

kebiasaan-kebiasaan. Contonya pada saat belajar tidak hanya membaca akan tetapi

mengerjakan soal-soal latihan, mengulang materi yang belum dipahami, dan

lain-lain.

5. Tantangan

Tantangan yang dihadapi alam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya.

Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan

membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi

kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan

generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan

konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Contoh dari prinsip

tantangan inii yaitu, melakukan

eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu

pemecahan suatu masalah.

6. Balikan dan penguatan

Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang akan dilakukan, dengan

demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil, yang sekaligus

merupakan penguatan bagi dirinya sendiri. Seorang siswa belajar lebih banyak

bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan. Hal ini timbul karena

kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus penguatan


bagi setiap kegiatan yang dilakukan. Untuk memperoleh balikan penguatan

bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan di antaranya adalah dengan

segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap

skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena hasil

belajar yang jelek.

7.Perbedaan individual

Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang

lain. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain, akan membantu siswa

menentukan cara belajar dan sarana belajar bagi dirinya sendiri. Contohnya pada

saat siswa menentukan tempat duduk dikelas, menyusun jadwal belajar, dan

lain-lain.

Berdasarkan pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa prinsip belajar meliputi perhatian dan

motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan,

tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.

F. Tipe gaya belajar

1. Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang lebih banyak memanfaatkan penglihatan.

Ciri-ciri pelajar visual :

– Mudah mengingat dari yang dilihat

– Lebih suka membaca daripada dibacakan

– Berbicara dengan tempo yang cukup cepat

– Cenderung melihat sikap dan gerakan guru yang sedang mengajar

– Tidak mudah terdistraksi oleh keramaian

– Biasanya suka menggambar apapun di kertas

2. Gaya Belajar Auditori


Gaya belajar auditori mengandalkan pendengaran untuk dapat memahami dan mengingat informasi
yang diberikan oleh guru.

Ciri-ciri pelajar auditori :

– Suka mengingat dari apa yang didengar

– Mudah terdistraksi oleh keramaian

– Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

– Lebih mudah belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan

– Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu

– Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam
kelas

3. Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar yang lebih mudah menyerap informasi dengan bergerak,
berbuat, dan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar siswa dapat mengingatnya.

Ciri-ciri pelajar kinestetik :

– Senang belajar dengan metode praktek

– Menyukai aktivitas yang melibatkan gerakan tubuh, seperti permainan dan aktivitas fisik

– Menghafal dengan berjalan atau melihat

– Sulit untuk berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak

G. Teori Belajar

1. Teori Perkembangan jean piaget

Menurut jen piaget (dalam Nur, 1998:11), seseorang anak maju melalui empat tahap perkembangan
kognitif, antara lahir dan dewasa, yaitu tahap sensorimotor, pra operasional, operasi kongkrit, dan
operasi formal. Tahap tahap perkembangan kognitif tersebt dijabarkan dalam tabel 2.1. kecepatan
perkembangan tiap individu melalui urutan tiap tahap ini dan tidak ada individu yang meloncati salah
satu dari tahap tersebut. Tiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan-kemampuan intelektual
baru yang memungkinkan orang memahami dunia dengan cara yang semakin kompleks.

2.Teori pembelajaran konstruktivisme

Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi
pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila
aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan
pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya,
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (slavin,1994).

3.Teori Vygotsky

Teori vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam psikologi perkembangan. Teori vygotsky
menekankan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran.

Menurut vygotsky bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang
belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau berada
dalam jangkauan zone of proximal development (wilayah perkembangan proksimal). Contoh dalam
pembelajaran yaitu ketika akan membelajarkan materi hokum pembiasan cahaya, seperti siswa sudah
memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah lurus, siswa dapat memberikan
contoh-contoh pembiasan dan pemantulan cahaya pada kehidupan sehari-hari.

Dengan memiliki persyaratan pengetahuan seperti itu. Maka dalam menyampaikan materi hokum
pembiasan cahaya akan lebih mudah difahami siswa, disamping pembelajaran akan lebih bermakna bagi
siswa.

4.Teori bandura

Pemodelan merupakan konsep dasar teori pembelajaran social dikembangkan oleh albert bandura.
Menurut bandura sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan selektif dan mengingat tingkah
laku orang lain (arends 1997 69).

Seseorang belajar teori ini dengan mengamati tingkah laku orang lain (model). Hasil pengamatan
dimantapkan dengan menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau
mengulang –ulang kembali. Dengan jalan ini , memberi kesempatan kepada orang tersebut untuk
mengekspresikan tingkah laku yang dipelajarinya.

Berdasarkan pola perilaku tersebut, selanjutnya bandura mengklasifikasi 4 fase belajar pemodelan
yaitu :

Fase atensi : fase pertama dalam pembelajaran pemodelan memberikan perhatian kepada suatu model.
Pada umumnya seseorang memberikan perhatian pada modelmodel yang menarik, popular , atau yang
dikagumi.

Fase retensi : menurut gredler , (dalam sudibyo , e 2001 : 5). Fase ini bertanggung jawab pada
pengkodean tingkah laku model dan menyimpan kode-kode itu didalam ingatan (memory jangka
panjang)

5.Teori bruner
Jerome bruner, seorang ahli psikologi havard adalah salah satu pelopor pengembangan kurikulum
terutama dengan teori yang dikenal dengan pembelajaran penemuan {inkuiri}.

Teori bruner yang selanjutnya disebut pembelajaran penemuan. Adalah suatu model pengajaran yang
menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur materi (ide kunci). Dari ssuatu ilmu yang
dipelajari, perlunya belajar aktif sebagai dasar dari pemahaman sebenarnya dan nilai dari berfikir secara
induktif dalam belajar ( pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi). Menurut
bruner, belajar akan lebih bermakna bagi siswa jika mereka memusatkan perhatiannya untuk
memahami struktur materi yang dipelajari. Untuk memperoleh informasi siswa harus aktif dimana
mereka harus mengidentifikasi sendiri konsep-konsep kunci daripada hanya menerima penjelasan dari
guru. Oleh karena itu guru harus memunculkan masalah yang mendorong siswa untuk melakukan
kegiatan penemuan. Dalam pembelajaran melalui penemuan, guru memberikan contoh dan siswa
bekerja berdasarkan contoh tersebut sampai menemukan hubungan antar bagian dari struktur materi
(woolfolk 1997 : 317).

H. Tipe- tipe pembelajaran

Pembelajaran tematik ternyata banyak tipenya.

Menurut Rusman (2012), pembelajaran tematik merupakan bentuk pembelajaran terpadu yang memiliki
sepuluh model, yaitu fragmented (penggalan), connected (keterhubungan), nested (sarang), sequenced
(pengurutan), shared (irisan), webbed (jaring laba-laba), threaded (bergalur), integrated (terpadu),
immersed (terbenam), dan networked (jaringan kerja). Adapun penjelasan dari sepuluh model
pembelajaran tematik tersebut adalah sebagai berikut:

a. Fragmented (Penggalan)

Model Fragmented adalah model pembelajaran konvensional yang terpisah secara mata pelajaran. Hal
ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran dengan
pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang berbeda dan mungkin pula ruang yang
berbeda. Setiap mata pelajaran memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk
mempersatukannya.

b. Connected (Keterhubungan)

Model Connected adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk
menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain, satu topik dengan topik yang lain, satu
keterampilan dengan keterampilan yang lain, tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas yang
dilakukan pada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester berikutnya dalam
satu bidang studi.

c. Nested (Sarang)

Model Nested adalah model pembelajaran terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran yang
dikaitkan dengan keterampilan berfikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya memadukan aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses, sikap dan komunikasi. Model
ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa aspek pada satu mata pelajaran saja. Tetapi materi
pelajaran masih ditempatkan pada prioritas utama yang kemudian dilengkapi dengan aspek
keterampilan lain.

d. Sequenced (Pengurutan)

Model Sequenced adalah model pembelajaran yang topik atau unit yang disusun kembali dan diurutkan
sehingga bertepatan pembahasannya satu dengan yang lainnya. Misalnya dua mata pelajaran yang
berhubungan diurutkan sehingga materi pelajaran dari keduanya dapat diajarkan secara paralel. Dengan
mengurutkan urutan topik-topik yang diajarkan, tiap kegiatan akan dapat saling mengutamakan karena
tiap subyek saling mendukung.

e. Shared (Irisan)

Model shared adalah model pembelajaran terpadu yang merupakan gabungan atau keterpaduan antara
dua mata pelajaran yang saling melengkapi dan di dalam perencanaan atau

pengajarannya menciptakan satu fokus pada konsep, keterampilan serta sikap. Penggabungan antara
konsep pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dipayungi
dalam satu tema.

f. Webbed (Jaring Laba-laba)

Model webbed adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik.
Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Setelah tema disepakati,
maka dikembangkan menjadi sub tema dengan memperlihatkan keterkaitan dengan bidang studi lain.
Setelah itu dikembangkan berbagai aktivitas pembelajaran yang mendukung.

g. Threaded (Bergalur)

Model Threaded adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada meta kurikulum yang
menggantikan atau yang berpotongan dengan inti subyek materi. Misalnya untuk melatih keterampilan
berfikir (problem solving) dari beberapa mata pelajaran dicari bagian materi yang merupakan bagian
dari problem solving. Keterampilan yang digunakan dalam model ini disesuaikan pula dengan
perkembangan usia siswa sehingga tidak tumpang tindih.

h. Integrated (Keterpaduan)

Konsep dari beberapa mata pelajaran, selanjutnya dikaitkan dalam satu tema untuk memayungi
beberapa mata pelajaran, dalam satu paket pembelajaran bertema. Keunggulan model ini adalah siswa
merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbal balik antar berbagai disiplin ilmu,
memperluas wawasan dan apresiasi guru, jika dapat diterapkan dengan baik maka dapat dijadikan
model pembelajaran yang ideal di lingkungan sekolah integrated day.

i. Immersed (Terbenam)
Model immersed adalah model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu
proyek. Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain Biologi, Kimia,
Komputer, juga harus mempelajari fisika dan setiap mata pelajaran tersebut ada kesatuannya. Model ini
dapat pula diterapkan pada siswa SD, SMP, maupun SMA dalam bentuk proyek di akhir semester.

j. Networked (Jaringan Kerja)

Model networked adalah model pembelajaran berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli
dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau
yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber
dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orangtua atau guru yang
dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar
karena rasa ingin tahunnya yang besar dalam dirinya.

I. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor
tersebut dapat saja menjadi penghambat ataupun pendukung belajar siswa. 12
Menurut Slameto (dalam Mirdanda) menyatakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi dua yakni faktor internal (jasmaniah, psikologis, dan kelelahan) dan eksternal
(keluarga, sekolah, masyarakat).
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan meliputi:
1) Faktor Internal (terdapat dalam diri individu)
a) Fisiologis, meliputi keadaan kesehatan dan keadaan tubuh
(1) Keadaan kesehatan berarti tubuh yang aktif dan bebas dari penyakit.
(2) Keadaan tubuh berarti cacat tubuh pada panca indra yang bersifat bawaan atau kecelakaan
b) Faktor psikologis, meliputi perhatian, minat, bakat, kesiapan.
(1) Perhatian berarti timbulnya perhatian terhadap bahan ajar
dari guru sehingga tidak mengalami kebosanan dalam belajar
(2) Minat adalah kecenderungan untuk memperhatikan dan mengingat pelajaran
(3) Bakat adalah kemampuan psikologis dalam belajar agar terealisasi menjadi hasil yang nyata sesudah
belajar
(4) Kesiapan adalah pengetahuan awal yang dimiliki oleh peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
yang berupa memberi respon.

2) Faktor Eksternal (terdapat dari luar individu)

a) Sekolah, meliputi kurikulum, metode mengajar guru, relasi warga sekolah, peraturan sekolah, alat
pelajaran, keadaan gedung, perpustakaan.
1.Kurikulum adalah kegiatan peserta didik agar menerima, menguasai dan mengembangkan bahan ajar
menjadi suatu yang dapat di pahami
2.Metode mengajar guru yaitu suatu cara yang dilakukan
dalam proses belajar yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik
3.Relasi berarti hubungan, warga sekolah yang dimaksud adalah guru dan peserta didik. Hubungan guru
dan peserta didik yang baik agar peserta didik berusaha untuk belajar dengan sebaik-baiknya
4.Peraturan sekolah yang dimaksud adalah peserta didik disiplin dalam mengikuti pembelajaran tematik
5.Alat pelajaran berkaitan dengan cara belajar peserta didik. Alat yang digunakan guru dalam belajar
akan dipakai oleh peserta didik untuk menerima bahan pembelajaran
6.Gedung yang memiliki keadaan yang baik akan
memberikan kenyamanan pada peserta didik dalam
menerima pembelajaran
7.Perpusakaan adalah pusat informasi. Bahan bacaan dan
buku dari berbagai sumber dapat dimanfaatkan untuk
menambah ilmu pengetahuan.

b.Keluarga, meliputi didikan orang tua dan tempat tinggal.


1. Didikan Orang tua berarti memperhatikan anak (peserta
didik) selama belajar di rumah, dan memberikan arahan
jika melakukan tindakan yang kurang tertib dalam belajar

2.Kondisi tempat tinggal berarti lingkungan yang nyaman untuk melakukan kegiatan pembelajaran di
rumah.
Dari pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar juga memiliki faktor yang dapat
mempengaruhi penilaiannya, yaitu dalam segi internal (dalam diri seseorang) dan eksternal (diluar diri
seseorang).

Anda mungkin juga menyukai