Anda di halaman 1dari 6

 Apasih ghosting itu?

Menurut American Psychology of Association, ghosting adalah momen yang terjadi


ketika seorang teman atau seseorang yang pernah dekat denganmu menghilang dari
kontak tanpa penjelasan. 

Sementara menurut Cambridge Dictionary, ghosting merupakan cara untuk


mengakhiri hubungan dengan seseorang secara tiba-tiba dengan menghentikan semua
komunikasi. 

Dalam kehidupan sehari-hari ghosting kebanyakan terjadi pada momen kencan.


Namun tidak menutup kemungkinan, ghosting juga bisa terjadi di lingkungan
pertemanan ataupun pekerjaan.

 Apasih alasan orang melakukan ghosting?


Perilaku ghosting  bisa terjadi karena banyak penyebab. Mulai dari rasa takut
akan menghadapi sesuatu, menghindari konflik dengan orang lain, hingga
kurangnya rasa tanggung jawab. Ia mungkin memiliki anggapan bahwa
menghilang dari kehidupan orang lain tidak akan memiliki dampak yang besar. 

Dalam hubungan asmara, perilaku memutuskan komunikasi atau hubungan tanpa kejelasan ini
jelas nggak baik, biasa kita sebut dengan “ghosting”. Nah, sebenarnya, kenapa sih orang
melakukan ghosting?

1. CONVENIENCE (KENYAMANAN)

Beberapa orang merasa bahwa menghilang lebih mudah dan nyaman dilakukan daripada harus
mengatur strategi atau meyiapkan alasan untuk mengakhiri sebuah hubungan.

2. ATTRACTION (DAYA TARIK)

Beberapa orang menjadikan alasan “tidak tartarik lagi” untuk melakukan ghosting. Biasanya
terjadi ketika awal dikenalkan atau ketika online dating.

3. NEGATIVE INTERACTION (INTERAKSI NEGATIF )

Biasanya pelaku ghosting akan melakukan interaksi yang tidak baik sehingga membuat


pasangannya marah, frustasi, atau toxic sehingga memilih untuk mengakhiri hubungan
4. RELATIONSHIP STATE (STATUS HUBUNGAN)

Perilaku ghosting bisa terjadi pada berbagai bentuk hubungan, seperti hubungan romantis,
pertemanan, atau perkenalan, dan juga pada hubungan yang sudah terjalin lama ataupun
sebentar. Ketika seseorang melakukan ghosting, biasanya mereka melihat faktor investasi
waktu dan keterikatan ketika berhubungan.

5. SAFETY (KEAMANAN)

Beberapa orang menjadikan keamanan sebagai alasan, seperti situasi yang berbahaya,
melakukan hal yang tidak pantas, menakutkan, sebagai proteksi diri, atau kesehatan mental diri
sendiri, sehingga melakukan ghosting merupakan salah satu cara paling mudah dan praktis
untuk keselamatan.

 Bagaimana cara menghindari ghosting?


 1. Sadari dan Kita Harus Dapat mengidentifikasi ghosting
 2. Berlatih untuk mengambil keputusan

1. Sadari dan Kita Harus Dapat mengidentifikasi ghosting

 Sikap dan Perilaku Pelaku Ghosting


 Komunikasi ga jelas (dari segi waktu, interval, dan pembicaraan)
 Manipulatif atau memanfaatkan dari awal interaksi
 Isi (Content)
 Membatasi informasi tentang dirinya
 Sering kali berkutat pada kebutuhan dia daripada kebutuhan bersama (misalnya
pembicaraan maunya apa, atau bahkan menjurus pada interaksi seksual)
2. Berlatih untuk mengambil keputusan

 Biasakan mencari berbagai masukan dan informasi dari sumber terpercaya sebelum
memutuskan
 Melatih diri untuk melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, misalnya diri
sendiri, orang yang mengalami, orang yang melihat
 Buat skala prioritas, misalnya dari yang terpenting, dari yang paling perlu segera
dilakukan, atau dari yang paling dibutuhkan. Lakukan secara tertulis (dapat dilihat dan
dievaluasi kembali)
 Berlatih untuk mengungkapkan perasaan dengan cara komunikasi yang tepat

 Apa akibat ghosting terhadap kesehatan mental,


dan bagaimana cara move on dari ghosting?
Menurut Jennice Vilhauer, seorang psikolog di The Well Mind Institute di Beverly
Hills, California sekaligus Asisten Profesor Klinis di University of California, Los
Angeles, ghosting dapat berdampak serius pada kesehatan mental seseorang.
Sehingga dampak ghosting tidak boleh dianggap sepele. 
Dampak ghosting  pada kesehatan mental meliputi:

1. Kebingungan

Kebingungan bisa terjadi pada korban ghosting  karena mereka sulit memahami


kondisi yang sedang terjadi. Ghosting  dianggap mirip dengan ‘silent treatment’ yang
membuat korbannya tidak bisa memahami situasi hingga kebingungan. Dilansir
dari Psychology Today, ghosting  juga bisa dianggap sebagai kekejaman emosional
karena korbannya tidak mendapatkan penjelasan apapun soal situasi yang ia hadapi. 

2. Merasa rendah diri 

Kehancuran harga diri juga bisa jadi salah satu dampak dari menerima
perilaku ghosting. Terutama bila hubungan yang berakhir adalah hubungan asmara.
Hal ini dapat membuat korban merasa kesulitan mentolerir rasa sakit akibat
ditinggalkan yang kemudian meningkatkan rasa ketidakpercayaan diri. 

3. Menyalahkan diri sendiri


Korban ghosting  juga bisa memiliki perilaku yang cenderung menyalahkan diri
sendiri. Hal ini bisa terjadi karena mereka tidak mengetahui jelas kesalahan apa yang
membuat mereka ‘dijauhi’. Ketika berkelanjutan, menyalahkan diri sendiri secara
terus menerus juga bisa berdampak buruk untuk rasa kepercayaan diri. 

4. Merasakan rasa sakit yang sama seperti sakit fisik

Faktanya, rasa sakit fisik dan rasa sakit emosional sebenarnya berada di jalur saraf
yang sama. Dilansir dari data American Psychology of Association, penelitian yang
menunjukkan bahwa perilaku ghosting atau penolakan sosial  menyebabkan tingkat
rasa sakit yang sama dengan yang disebabkan oleh cedera pada tubuh. 

Hal ini disebabkan otak yang mengaktifkan sinyal sakit sehingga rasanya terasa sama
dengan rasa sakit fisik. Tidak heran, beberapa orang yang menjadi
korban ghosting merasakan sakit yang mengganggu.

Menurut penelitian, ternyata dampak ghosting sangat berpengaruh kepada psikologis kita.
Seperti yang diungkapkan oleh Jennice Vilhauer, Ph.D., seorang Psikolog dari Los Angeles,
dalam tulisannya di Psychology Today. Bahwa korban ghostingakan merasa tidak berharga,
merasa dipergunakan dan dapat memicu trauma.

Dalam penelitian Williams di tahun 2009 dengan judul Ostracism: A temporal need-threat


model. In M. Zanna (Ed.), Advances in experimental social psychology, bahwa saat seseorang
merasa ditinggalkan atau ditolak, hal itu akan mengancam kebutuhan fundamental seseorang
seperti kepemilikan, harga diri, keberadaan dan kebermaknaan sehingga akan meningkatkan
kemarahan dan kesedihan.

Korban ghosting juga merasa tersiksa karena berada di situasi yang ambigu dan
membingungkan. Rasa sakit hati yang dirasakan oleh korban ghostingsama seperti sakit fisik.
Para psikolog dan profesional kesehatan mental sudah menggolongkan tindakan ghosting
sebagai emotional cruelty atau kekejaman emosional.
 Face reality (Hadapi Kenyataan)
Pasanganmu sudah memutuskan untuk move on, menerima lebih penting dan lebih baik
dibandingkan mengetahui alasannya. Orang yang melakukan ghosting juga menunjukkan kalau
ia tidak menghargai perasaanmu. Lihat kepercayaanmu akan dirimu sendiri dan
keberhargaanmu untuk menerima cinta.

 Allow your feeling (Lepaskan Perasaanmu)


Sadari kalau kamu tidak akan bisa memecahkan motif/alasan yang ada di dalam kepala
pelaku ghosting. Kamu boleh merasa sedih atau marah, namun jangan terlalu berlarut. Jangan
sampai kamu sakit hati ‘sendiri’, ingat kamu lebih berharga.

 Avoid self-blame (Hindari Menyalahkan Diri Sendiri)


Jangan salahkan dirimu dan jangan biarkan perilaku dan sikap orang lain mengurangi self-
esteem. Jangan terlalu ambil pusing dan ketahui bahwa perilaku ghosting lebih pada pelaku
dan bukan tentang dirimu. Kamu tidak bisa membuat seseorang mencintaimu, mungkin ia
bukan orang yang cocok untukmu dan bukan pilihan terakhir untuk menjadi pasanganmu. Kalau
memang cinta, dia nggak akan ngilang.

 No contact (Batasi Komunikasi)
Ketika kamu merasa sangat ingin mengirimkan pesan atau menelepon orang tersebut, pikirkan
apa yang akan kamu rasakan nantinya. Beri batasan pada dirimu dan tau apa saja yang bisa
kamu terima dan tidak bisa kamu terima.

 Lihat apakah ada “red flags” atau sinyal-sinyal buruk dari pasangan yang kamu
abaikan.
 Don’t Isolate (Jangan Menutup Diri)
Kembali ke kehidupanmu, buat rencana dengan teman-teman, dan nikmati hal-hal yang ingin
kamu lakukan. Istirahatlah sebentar, jangan terlalu terburu-buru menjalin sebuah hubungan
baru. Tapi juga jangan terlalu menutup diri dan tenggelam dalam luka masa lalu.
Menurut American Psychology of Association, ghosting adalah momen
yang terjadi ketika seorang teman atau seseorang yang pernah dekat denganmu
menghilang dari kontak tanpa penjelasan. Perilaku ghosting  bisa terjadi karena
banyak penyebab. Mulai dari rasa takut akan menghadapi sesuatu, menghindari
konflik dengan orang lain, hingga kurangnya rasa tanggung jawab. Ia mungkin
memiliki anggapan bahwa menghilang dari kehidupan orang lain tidak akan memiliki
dampak yang besar. Cara menghindari ghosting yaitu: Sadari dan Kita Harus Dapat
mengidentifikasi ghosting, Berlatih untuk mengambil keputusan. Menurut penelitian,
ternyata dampak ghosting sangat berpengaruh kepada psikologis kita. Seperti yang
diungkapkan oleh Jennice Vilhauer, Ph.D., seorang Psikolog dari Los Angeles, dalam
tulisannya di Psychology Today. Bahwa korban ghostingakan merasa tidak berharga, merasa
dipergunakan dan dapat memicu trauma.

Dalam penelitian Williams di tahun 2009 dengan judul Ostracism: A temporal need-


threat model. In M. Zanna (Ed.), Advances in experimental social psychology, bahwa saat
seseorang merasa ditinggalkan atau ditolak, hal itu akan mengancam kebutuhan fundamental
seseorang seperti kepemilikan, harga diri, keberadaan dan kebermaknaan sehingga akan
meningkatkan kemarahan dan kesedihan. Korban ghosting juga merasa tersiksa karena berada
di situasi yang ambigu dan membingungkan. Rasa sakit hati yang dirasakan oleh korban
ghostingsama seperti sakit fisik. Para psikolog dan profesional kesehatan mental sudah
menggolongkan tindakan ghosting sebagai emotional cruelty atau kekejaman emosional.

Anda mungkin juga menyukai