PENDAHULUAN
1
Investigasi longitudinal sebelumnya tentang hubungan antara penggunaan Cu-
68, 69
IUD dan risiko BV telah mencakup hingga 6 bulan waktu tindak lanjut ,
sedangkan pola perdarahan setelah pemasangan AKDR-Cu menunjukkan bahwa
peningkatan awal volume dan durasi menstruasi menurun selama 6 bulan hingga 1
tahun setelah inisiasi AKDR-Cu71,72. Jika perubahan pola perdarahan merupakan
bagian dari mekanisme biologis di mana penggunaan AKDR-Cu meningkatkan
risiko BV, periode waktu tindak lanjut yang lebih lama diperlukan untuk
mengevaluasi efek variasi waktu potensial dari AKDR- Cu pada risiko BV.
Mikroorganisme yang berasal dari flora normal cervico-vaginal kemudian
berkolonisasi pada perangkat AKDR dan membentuk biofilm yang terdiri dari
lapisan sel induk dan bakteri/jamur yang tertanam dalam bahan matriks. 3 Komponen
utama dari biofilm yang dihasilkan oleh bakteri atau jamur adalah lapisan
exopolysaccharide, yang merupakan faktor penting yang bertanggung jawab untuk
infeksi. Bakteri biofilm biasanya resisten terhadap serangan oleh agen anti
mikroba dan fagosit. Ini adalah salah satu alasan mengapa infeksi yang disebabkan
oleh mikroorganisme ini sulit diobati tanpa pengangkatan AKDR.4
Pada tahun 2013 di Irak Al-Kattan, dkk, dengan 50 sampel dilakukan swab
vagina , swab servik dan pengangkatan akseptor AKDR lalu dilakukan pemeriksaan
mikrobiologi didapatkan hasil bahwa mikroorganisme terkait sebagian besar terdiri
dari E. coli 61,5%, Staphylococcus aureus 43,6%, Pseudomonas spp. 15,3%,
Candida albicans 10,3%, Neisseria gonorrhea 5,1%, akhirnya lactobacillus spp.,
Enterobacter spp., Klebsiella spp., Dan Staphylococcus epidermidis dengan 2,5%
memiliki lebih dari satu mikroorganisme.9
Disisi lain pada tahun 2014 di India, Shanmughapriya S, dkk menunjukkan
bahwa pengguna AKDR memiliki sel jamur lebih banyak di vagina, hampir 20%
lebih banyak dibandingkan mereka yang bukan pengguna AKDR. Analisis
menyarankan bahwa mikroorganisme ini mengkolonisasi permukaan bagian atas
kumparan dan merupakan sumber infeksi. Kemampuan pembentukan biofilm
memang berbeda secara signifikan dan sekitar 50% pengguna AKDR melaporkan
2
kandidiasis vagina, mendukung hipotesis kolonisasi AKDR sebagai sumber
kandidiasis vagina.3
Didukung juga oleh penelitian di India yang di publish pada tahun 2015 Dr.
Samar Ghazal Musmar menunjukkan tingkat prevalensi tinggi gejala di antara
pengguna akseptor AKDR , baik yang terkait dengan perubahan keputihan (86,6%),
atau gejala terkait dengan RTI (Reproductive Tract Infection) (91%).8
Zhang, D , dkk, tahun 2014, meneliti di cina terhadap 1.218 wanita yang
sudah menikah. Dilakukan swab serviks dan swab vagina. Dari hasil laboratorium
47 % wanita memiliki infeksi saluran genital bawah dengan Bacterial vaginosis
(BV) (10,5%), jamur (3,7%), Chlamydia trachomatis (2,2%), dan Trichomonas
vaginalis (1,7%). 10
Beerthuizen mengacu pada keberadaan AKDR sebagai benda asing, yang
menyebabkan reaksi dan respon jaringan endometrium terhadap reaksi benda asing. 8
Dalam penelitian ini, keluhan adanya Lesi dan Gatal pada alat kelamin lebih banyak
di antara pengguna AKDR dalam proporsi (7,38%) dan (14,75%).11
Didukung juga dengan penelitian di Brazil pada tahun 2016 , Pal, dkk meneliti
51 pengguna AKDR selama lebih dari 10 tahun dilakukan pemeriksaan swab vagina
dan mengamati bahwa 29 dari mereka memiliki Actinomyces spp. Sementara
Discacciati, dkk mengamati tingkat Actinomyces 7% pada pengguna AKDR dan 0%
pada bukan pengguna AKDR.2
Infeksi saluran kemih berulang (rUTI) yang disebabkan oleh uropatogenik
Escherichia coli (UPEC) merupakan infeksi yang sering terjadi dan menghabiskan
cukup banyak biaya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Gupta RS., Bhargav, Deep
JP., dkk pada tahun 2021 di Nepal menunjukan hubungan yang signifikan antara
infeksi vagina dengan dimana dari 134 wanita dengan vaginitis didapatkan 36
(26.8%) mengalami ISK.74
Pada penelitian sebelumnya oleh Lamichhane P., dkk pada tahun 2014 di
Nepal pada wanita hamil, dari 230 pasien, didapatkan 92 diantaranranya didapatkan
3
menderita vaginitis, BV 36 (39.13%), VVC 28 (30.43%) dan infeksi campuran
sebanyak 28 (30.43%), dimana dari total pasien yang menderita vaginitis tersebut,
didapatkan 32 pasien didiagnosis dengan ISK. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa
secara statistik, terdapat hubungan yang signifikan antara DV dengan ISK.73
Sampai sejauh ini, masih belum ada penelitian mengenai analisa
mikrorganisme vagina pada akseptor AKDR khususnya di Kota Palembang dan
hubungan infeksi pada vagina dengan angka kejadian infeksi saluran kemih berulang
(rUTI) . Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti Analisis mikrorganisme
vagina pada akseptor AKDR dan hubungannya dengan angka infeksi saluran kemih
berulang. Untuk dapat membantu klinisi mengetahui mikroorganisme yang
berkembang pada akseptor AKDR sehingga memberikan gambaran untuk diagnosa
dan terapi yang tepat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan kepadatan koloni
mikrorganisme vagina pada akseptor AKDR.
4
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi wanita yang memakai akseptor AKDR
berdasarkan Usia, IMT, Paritas dan Lama penggunaan akseptor AKDR.
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi berdasarkan jenis mikroorganisme
vagina pada akseptor AKDR.
3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pH Vagina pada akseptor AKDR.
1.5. Hipotesis
H0 = Tidak teradapat hubungan antara kepadatan koloni mikroorganisme vagina
dengan lamanya pemakaian AKDR-Cu
HA = Teradapat hubungan antara kepadatan koloni mikroorganisme vagina dengan
lamanya pemakaian AKDR-Cu
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. AKDR
6
kontrasepsi yang belum pernah melahirkan menggunakan AKDR.
Ini tumbuh menjadi 4,8% pada tahun 2011–2013.12
Di seluruh dunia, AKDR adalah salah satu metode
kontrasepsi yang paling sering digunakan. Di luar Republik Rakyat
Cina, AKDR yang paling banyak digunakan adalah Multiload dan
berbagai perangkat berbentuk T yang melepaskan jumlah
mikrogram tembaga selama setidaknya 5 tahun, termasuk TCu 380A
dan Nova T. Copper-releasing AKDR sangat efektif dalam
mencegah kehamilan dengan tingkat kehamilan kurang dari 0,8 per
100 wanita per tahun.
Dua peristiwa yang paling sering terjadi yang menyebabkan
penghentian AKDR adalah ekspulsi perangkat dari uterus (termasuk
ekspulsi parsial yang kemudian membutuhkan pengangkatan
AKDR) dan pengangkatan karena perdarahan dan/atau nyeri.
Tingkat ekspulsi dan tingkat pengangkatan untuk perdarahan dan
nyeri paling tinggi selama tahun pertama penggunaan AKDR dan
menurun seiring waktu.13
1. Unmedicated AKDR
Lipples Loop yang terbuat dari plastic (poliethilen) dilapisi oleh barium
sulfat, masih digunakan di Cina sampai dengan tahun 1994, sebelum
ditemukannya Copper AKDR.60
7
Gambar 1. Lipples Loop
Dikutip dari Speroff 63
2. Copper AKDR
Copper AKDR pertama kali dipasarkan pada awal 1970, melambangkan pilihan
kontraseptif yang aman untuk 150 juta wanita di dunia. Metode ini aman, reversible,
tidak mahal, efektif, dan jangka panjang.60 Copper AKDR pertama dikelilingi dengan
kawat dengan luas permukaan 200-500mm2, dan dua jenis ini masih tersedia sampai
sekarang, kecuali di Ameriksa Serikat, yaitu TCu-200 dan Multiload
250. Semakin modern Copper AKDR mengandung lebih banyak tembaga, dan
dibentuk membentuk tabung tubulus padat, dibandingkan kawat, dengan tujuan
menningkatkan efikasi dan memperpanjang waktu pemakaian. Kelompok ini adalah
TCu-380A, TCu-220, Nova T, dan Multiload-375.60
8
TCu-380A adalah alat berbentuk T dengan bingkai poliethilen yang menahan
tembaga seluas 280 mm2 yang menyediakan konstrasepsi setidaknya 10 tahun. Kawat
tembaga yang mengelilingi tangkai 36 mm memiliki berat 176 mg, dan lengan
horizontal memiliki berat 66,5 mg. Monofilamen polietilen diikat melalui bola
berukuran 3 mm pada ujung tangkai, yang menyediakan 2 benang untuk deteksi dan
pelepasan. Bola pada bagian bawah tangkai berguna untuk mengurangi resiko
perforasi servikal. Bingkai AKDR mengandung barium sulfat, yang membuat
radioopak.60, 64
Multiload 375 memiliki 375 mm2 kawat tembaga yang mengelilingi tangkainya.
Lengannya yang fleksibel ditujukan untuk menimalisasikan ekspulsi. Alat ini popular
di banyak bagian dunia. Alat ini memiliki performa dan efikasi yang sama dengan
TCu-380A.60, 64
9
Gambar 3. Multiload 375
Dikutip dari Speroff 63
Nova T sama dengan TCu-200, mengandung 20 0mm tembaga, akan tetapi Nova
T memiliki inti perak yang dikelilingi kawat tembaga, lengan fleksibel, dan lingkaran
yang fleksibel dan besar di bagian bawah untuk menghindari cedera pada jaringan
servikal. Masih terdapat beberapa pertimbangan mengenai efikasi Nova T yang
berkurang setelah 3 tahun pemakaian berdasarkan data WHO, akan tetapi
berdasarkan penelitian di Finlandia dan Skandinavia mengindikasikan angka
kehamilan yang rendah meskipun setelah 5 tahun penggunaan.64
Gambar 4. Nova T
Dikutip dari Speroff 63
10
3. Hormon-releasing AKDR
11
Kontrasepsi tambahan (atau abstinen) dianjurkan selama 7 hari jika levonorgestrel
AKDR dimasukkan >7 hari setelah hari pertama menstruasi, tetapi tidak ada
kontrasepsi tambahan yang diperlukan untuk akseptor AKDR tembaga terlepas dari
waktu pemasangan.15
12
24% dan 4%, masing-masing. Dua penelitian lain yang membandingkan tingkat
pelepasan dengan pemasangan langsung dan tertunda dari T-380A AKDR setelah
persalinan (vagina atau sesar) ditemukan tingkat lepas spontan masing-masing 12%
dan 17%. Untuk kedua jenis LNG-AKDR disarankan masa tunggu enam minggu
setelah persalinan .13
Periode post partum segera sangat menguntungkan untuk pemasangan
akseptor AKDR atau implan. Wanita yang baru saja melahirkan seringkali sangat
15
termotivasi untuk menggunakan kontrasepsi dan diketahui untuk tidak hamil.
Selain itu, wanita mengalami kehamilan yang tidak diinginkan dalam periode segera
setelah melahirkan karena kembalinya ovulasi dapat terjadi segera setelah
melahirkan. Antara 40% dan 57% wanita melaporkan melakukan hubungan seksual
tanpa pelindung sebelum kunjungan 6 minggu pasca partum rutin.20
13
Meskipun kekhawatiran tentang perforasi dan menyusui, bukti saat ini
menunjukkan bahwa rasio manfaat risiko yang menguntungkan dalam mendukung
pemasangan akseptor AKDR post partum. Ini mungkin sangat relevan bagi wanita
untuk siapa yang memiliki hambatan dalam mencapai jarak kehamilan yang
diinginkan.20
Pemasangan AKDR Post plasental menawarkan kemudahan, jaminan bahwa
pasien tidak hamil, dan jaminan dapat berlangsung selama periode kehamilan dan
pasca persalinan. Dalam sebuah survei terhadap wanita pasca melahirkan, 23%
menyatakan bahwa mereka akan memilih akseptor AKDR post placental jika sudah
tersedia.
Studi yang telah diselidiki kembali untuk insersi AKDR setelah melahirkan
secara konsisten menemukan tingkat rendah pemasangan untuk wanita yang
menginginkan AKDR (27-60%).21
14
alasan- alasan medis atau pribadi.
2) Efektifitas dari bermacam-macam akseptor AKDR tergantung pada :
AKDR-nya :Ukuran, Bentuk dan mengandung Cu atau Progesteron.
Akseptor : Umur, paritas, frekuensi senggama.
2. Dari faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan paritas,
diketahui :
a. Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan
pengangkatan/pengeluaran AKDR .
b. Makin muda usia, terutama pada nulligravida, maka tinggi angka
ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran AKDR.
3. Use-effectiveness dari AKDR tergantung pada pasien dan tenaga medis ,
termasuk kemudahan insersi, pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi
dari pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui terjadinya
ekspulsi dan kemudahan akseptor untuk mendapatkan pertolongan medis.
2.1.4 Kontraindikasi
Kehamilan dapat terjadi perdarahan vagina abnormal yang tidak terdiagnosis,
infeksi serviks akut, uterus, atau salpingitis dan dugaan keganasan ginekologi adalah
kontraindikasi absolut untuk AKDR. Kontraindikasi relatif termasuk nulipara atau
prioritas tinggi yang melekat pada masa kehamilan , kehamilan ektopik sebelumnya ,
riwayat STD (Sexually Transmitted Diseases), banyak pasangan seksual,
dysmenorrhea sedang atau berat, anomali kongenital uterus atau kelainan lain seperti
leiomyoma, anemia defisiensi besi, penyakit katup jantung, ekspulsi yang sering
atau masalah dengan penggunaan AKDR sebelumnya, usia lebih muda dari 25 tahun
(karena prevalensi infeksi Chlamydia lebih tinggi), dan penyakit Wilson (jika AKDR
tembaga harus digunakan).
Jika dalam hubungan monogami, usia lebih muda dari 25 tahun bukan
merupakan kontraindikasi.1
15
2.2 Mikroba Vagina
Vagina adalah lumen elastis yang terdiri atas 3 lapisan, yaitu dinding vagina
berupa epitel skuamosa berlapis, lapisan tengah berupa otot polos, dan lapisan luar
jaringan fibrosa. Vagina normal pH berkisar antara 3,5-4,5 yang mendukung
kehidupan sejumlah mikroorganisme dan dipertahankan dengan produksi asam laktat
oleh Lactobacillus sebagai flora normal yang mendominasi.59
Metabolisme glikogen yang merupakan sumber nutrisi utama mikroba vagina,
diperantarai oleh hormon estrogen melalui reseptor estrogen pada epitel vagina.
Aktivitas reseptor estrogen bergantung pada siklus hormon ovarium. Perubahan
dinamis lingkungan vagina saat siklus menstruasi menyebabkan perubahan ekologi
mikroflora vagina.59 Lapisan mukosa menyediakan nutrisi bagi mikroflora vagina
dan berperan sebagai reseptor. Lactobacilli mengalami interaksi fisiokimia dengan
epitel vagina, dan membentuk biofilm yang terdiri atas lapisan sel bakteria dan
komponen sekretoris vagina. Hidrasi lapisan epitel menyebabkan penurunan
permeabilitas lapisan mukosa terhadap organisme patogen.59
Sistem proteksi vagina didasarkan pada pemeliharaan dan mempertahankan
pH vagina dalam kondisi asam yaitu antara 3,5-4.0 dimana saprofit pathogen umum
dan potensial tidak menemukan kondisi yang memungkinkan untuk berproliferasi
dan acidophilus bacilli dipertahankan dalam lingkungan yang ideal.40
Baru-baru ini telah diklaim bahwa hampir semua jenis komunitas mikrobia
vagina dapat dianggap normal, karena bahkan tanpa adanya lactobacilli sering ada
kurangnya gejala, ada produksi asam organik dan ada stabilitas jangka panjang dari
16
komunitas mikroba vagina . Witkin dkk., menyatakan bahwa pada wanita kulit
hitam, prevalensi vaginosis bakteri asimtomatik yang disempurnakan mungkin
hanya mencerminkan peningkatan bakteri selain lactobacilli mendominasi,
memenuhi fungsi protektif yang sama, sesuai dengan hipotesis fungsi umum.28
Meskipun biasanya berlangsung paling cepat dengan perubahan paradigma,
dalam hal ini untuk tidak membuang pengetahuan yang berlebihan yang telah
dikumpulkan selama lebih dari satu abad, dimulai dengan Doderlein. Memang,
banyak studi epidemiologi terus mengkonfirmasi bahwa itu terutama hidrogen
peroksida (H2O2) producing lactobacilli yang melindungi terhadap infeksi menular
seksual (IMS) dan hasil kehamilan.
Dengan kata lain, hanya ketiadaan bakteri probiotik ini dari ekoniche vagina
merupakan faktor risiko kesehatan bagi wanita, pasangan mereka dan bayi mereka
yang belum lahir dan yang baru lahir. Selain itu, menjadi jelas bahwa asam laktat ,
asam D-laktat, yang diproduksi oleh hanya beberapa laktobasilus vagina, tetapi tidak
ada asam organik untuk kesehatan. Mempertimbangkan stabilitas sebagai ciri yang
sehat, karena komunitas mikroba vagina normal berfluktuasi selama siklus
menstruasi dan karena komunitas mikroba vagina paling stabil diamati dalam kasus
BV. Bahwa 10 - 42% wanita yang komunitas vagina mikrobanya kekurangan
lactobacilli dalam jumlah yang cukup banyak adalah asimtomatik.
Berkenaan dengan produksi H2O2, tidak jelas apakah ini sendiri merupakan
karakteristik yang mempromosikan kesehatan dari pada biomarker untuk
keberadaan spesies tertentu lactobacilli, yaitu, lactobacilli selain Lactobacillus
iners.28
Menariknya, laporan terbaru menunjukkan bahwa keberadaan lactobacilli
tidak membahayakan obat anti-HIV, sedangkan kolonisasi dengan Gardnerella
vaginalis memang menghambat efektivitas pengobatan. Untuk semua alasan ini,
tampaknya masuk akal untuk mempertimbangkan hanya komunitas mikroba vagina
yang didominasi lactobacilli .28
17
Spesies yang paling sering terdeteksi di vagina adalah Prevotella spp. (76%)
L. iners (61%), dan L. crispatus (56%). Ini juga merupakan spesies yang paling
sering terdeteksi pada saluran genitalia atas: L. iners (45%), Prevotella spp. (33%)
dan L. crispatus. Gardnella vaginalis, Atopobium vagina dan L. jensenii, terdeteksi
di vagina pada lebih dari 40% wanita, tetapi lebih jarang terdeteksi pada saluran
genitalia atas (pada 19%, 10% dan 20%, wanita).39
Bakterial vaginosis (BV) adalah Infeksi genitalia bawah yang paling umum
pada wanita usia reproduksi di seluruh dunia, dan menyebabkan ketidakseimbangan
mikroekologi dari saluran kelamin di mana pelindung normal mikrobiota yang
didominasi oleh Lactobacilli digantikan oleh sejumlah besar anaerobik
mikroorganisme vagina. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bacterial
vaginosis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan penurunan Lactobacillus spp.
dengan variasi dan jumlah bakteri anaerob, termasuk Gardnerella vaginalis,
Prevotella, dan Atopobium vaginae.
Lebih dari 30 bakteri, virus, jamur, dan parasit patogen dapat ditularkan
secara seksual, dan di antaranya adalah human papillomavirus (HPV), Chlamydia
trachomatis (CT), Ureaplasma urealyticum (UU), Neisseria gonorrhoeae (NG), dan
Trichomonas vaginalis (TV) merupakan penyebab tersering dari penyakit menular
seksual (PMS).38
18
kelompok homologi DNA yang tidak dapat dibedakan secara biokimia, tetapi
kemudian dapat dikarakteristikan sebagai enam spesies berbeda: L. acidophilus
(sensu stricto), Lactobacillus amylovorus, Lactobacillus crispatus, Lactobacillus
gallinarum, Lactobacillus gasseri dan Lactobacillus johnsonii. Grup L. acidophilus
sekarang terdiri dari 25 spesies, termasuk L. iners dan L. jensenii. Analisis
polimorfisme panjang tRNA-intergenik adalah pendekatan molekuler lain yang
sangat berguna dalam mengidentifikasi lactobacilli kultur dan yang diterapkan untuk
identifikasi laktobasilus vagina.28
Studi berbasis kultur menggunakan DNA: hibridisasi DNA untuk
mengidentifikasi isolat mengungkapkan bahwa L. crispatus, L. gasseri, L. jensenii
dan Lactobacillus vaginalis (lebih erat terkait dengan L. fermentum dan L. reuteri)
adalah spesies yang paling umum ditemukan di vagina, dan menegaskan hubungan
antara kesehatan vagina dan spesies / strain penghasil H2O2 juga.
Spesies lain, L. iners, pertama kali dideskripsikan pada tahun 1999 dan
keberadaannya (dan produksi H2O2 yang terbatas) telah ditetapkan dalam studi
berbasis kultur Antonio dkk , Di mana terdaftar sebagai 'spesies L. 1086V' Studi
awal lain yang menunjukkan prevalensi L. iners adalah yang oleh Tarnberg, dkk.29
Namun, penelitian dari seluruh dunia (menggunakan metode identifikasi yang
memadai) menunjukkan bahwa lebih banyak spesies dapat dilibatkan.
Spesies vagina yang dominan adalah L. plantarum dan L. fermentum dalam
studi Bulgaria, L. reuteri, L. fermentum dan L. salivarius dalam studi India dan L.
pentosus, L. fermentum, Enterococcus faecalis, dan juga sangat menghasilkan H2O2.
Weissella (Lactobacillus) viridescens dalam penelitian Afrika Selatan. Mungkin
penting juga untuk mempertimbangkan kolonisasi rektal berkaitan dengan dominasi
vagina lactobacilli.28
Vaginosis cytolytic dan lactobacillosis, sebagian besar dianggap bersama, juga
dikenal sebagai Lactobacillus overgrowth syndrome atau cytolysis Doderlein (dan
mungkin sebagai Leptothrix vaginalis), ditandai oleh pertumbuhan laktobasilus yang
19
berlimpah dalam kaitannya dengan pH yang sangat rendah.28
Prevalensi vaginosis cytolytic mungkin diremehkan, karena presentasi klinis
sugestif dari kandidiasis vulvovaginal (VVC). Cibley menyatakan bahwa sebagian
besar kasus kandidiasis kronis yang dianggap terlihat.
Sebuah studi di Bulgaria, dengan mempertimbangkan keraguan dengan VVC,
dilaporkan 3,9% di antara 1152 wanita mengalami vaginosis cytolytic.28
Vaginosis cytolytic, meskipun dominasi lactobacilli, tidak dapat dianggap
sebagai kondisi yang sehat, karena sering disertai dengan gejala, seperti gatal vagina,
rasa terbakar dan iritasi, dan keputihan lendir seperti keju berwarna putih atau tipis,
pruritus, dyspareunia dan disuria vulva, untuk pengobatan natrium bikarbonat
alkalinizing dapatdiberikan. Kondisi ini bahkan dikaitkan dengan karsinoma invasif
serviks dan sebagai faktor risiko infeksi pasca operasi setelah aborsi pada trimester
pertama.28
20
Stumpf dkk. berhipotesis bahwa peran protektif spesifik lactobacilli pada
manusia mungkin telah berevolusi karena wanita khususnya, mungkin mengalami
risiko yang relatif tinggi IMS dan komplikasi kebidanan karena intromission
berkepanjangan dan karena penerimaan seksual terus menerus sepanjang siklus
menstruasi, kehamilan dan periode postpartum . Namun, penelitian mengenai
keberadaan dan ketiadaan penis pada spesis primata tampaknya bertentangan dengan
anggapan umum yang diterima bahwa manusia memiliki intromisi yang
berkepanjangan dibandingkan dengan primata lainnya. Berkenaan dengan
penerimaan seksual terus menerus, ada bukti yang konsisten tentang seksualitas
wanita yang diperluas dalam monyet rhesus dan simpanse, dan terutama pada
bonobo (Pan paniscus), yang berpasangan pada semua tahap siklus ovarium. Namun,
data yang tersedia untuk spesies ini menunjukkan tidak adanya pH vagina rendah,
dominasi laktobasil dan kadar asam laktat dan glikogen yang tinggi.
Baru-baru ini, Miller dan rekannya menguji hipotesis penyakit menular dan
risiko obstetrik, tetapi tidak menemukan hubungan yang signifikan antara pH vagina
atau laktobasilus relatif dan beberapa infeksi menular seksual (IMS) atau risiko
cedera lahir pada hewan yang berbeda, termasuk beberapa primata.28
Lain 'hipotesis', yaitu, hipotesis fungsi umum, yang hanya menyatakan bahwa
pada spesies mamalia lainnya peran protektif lactobacilli diambil alih oleh spesies
bakteri lainnya, tidak menawarkan jawaban mengapa manusia harus berevolusi
solusi mikroba unik untuk diasumsikan tekanan selektif relatif sama.28
Miller dkk. oleh karena itu mengajukan hipotesis mereka sendiri, yaitu bahwa
dominasi lactobacillar spesifik dalam vagina manusia dapat mengikuti dari diet kaya
pati, seperti yang tersedia sejak memasak makanan dan gaya hidup manusia, dan
yang dapat memberikan glikogen- lingkungan vagina.
Tentu saja, dapat diasumsikan bahwa pasokan glikogen langsung, dari daging
dan / atau makanan laut, mungkin memiliki efek yang sama. Terlebih lagi, jika gaya
hidup menjadi penyebabnya, ini berarti bahwa peristiwa evolusi yang menyeluruh
21
seperti itu seharusnya terjadi selama 10.000 tahun terakhir.
Lebih banyak data pada mikrobiologi vagina perempuan dari beberapa suku
memberikan tes untuk hipotesis ini.28
Dominasi normal lactobacilli di vagina, dapat dihipotesiskan bahwa pH
rendah yang tampaknya hasil dari monopolisasi oleh lactobacilli. Menambahkan
lebih lanjut keunikan econiche vagina manusia adalah kelainan umum yang berkaitan
dengan sistem kekebalan tubuh bawaan dari spesies manusia, yaitu, tidak adanya
Neu5GC dari manusia sialome, sedangkan sebagian besar mamalia lainnya memiliki
campuran Neu5Ac dan Neu5Gc. Mengingat peran dominan asam sialat
(neuraminic acid) dalam kekebalan, kita masih kurang menghargai dampak mutasi
ini pada kolonisasi dan infeksi pada jaringan mukosa manusia.28
Sebagai akibatnya, perbedaan dalam ekologi vagina antara betina manusia dan
perempuan dari kerabat terdekat kita membatasi nilai primata sebagai model hewan
untuk misalnya, infeksi HIV pada manusia. Juga relevansi model kultur sel in vitro
mungkin terbatas karena mereka tidak memiliki aliran lendir serviks, transudat epitel
vagina, komponen imun dan / atau laktobasilus.28
22
Brotman, dkk , Menggunakan analisis pewarnaan Gram dari apusan vagina,
mengamati fluktuasi cepat selama siklus dan hubungan mens dengan skor Nugent
yang tinggi. Wilson dkk. membuat kasus yang kuat untuk peran tingkat estrogen
dalam pemeliharaan komunitas mikroba vagina yang didominasi Lactobacillus,
karena mereka menentukan bahwa tingkat estradiol rata-rata adalah 39 ng / L dalam
kasus BV, dibandingkan dengan 176 ng / L dalam kasus VMC normal. 29 Perhatikan
bahwa penelitian lain menunjukkan bahwa ada hubungan dengan progesteron dan
peningkatan kadar glikogen di vagina. Menariknya, dalam kasus vaginosis cytolytic,
gejala yang paling jelas selama fase luteal / sekretori, ketika lactobacilli paling
dominan, mendukung adanya perubahan Lactobacillus.
Van de Wijgert dkk. menemukan bahwa, dalam kebanyakan penelitian,
menstruasi merupakan faktor pengganggu terkuat, kadang-kadang dengan
pengurangan besar lactobacilli, bergeser dari L. crispatus ke L. iners atau munculnya
bakteri terkait BV, streptococci atau cocci Gram-positif lainnya.28
Mungkin perlu dibedakan antara 'BV fisiologis' dan 'BV patogenik'.
Leppaluoto berpendapat bahwa VMC seperti-BV, seperti yang dapat diamati setelah
hubungan seksual, adalah keadaan fisiologis normal yang bahkan dapat
menguntungkan secara selektif karena peningkatan seiring peningkatan pH
kelangsungan hidup sperma dan dengan demikian keberhasilan pembuahan.30 Pada
banyak kasus BV mungkin secara seksual ditingkatkan dari pada ditularkan secara
seksual. Singkatnya, ‘BV fisiologis’ akan menjadi keadaan sementara, ditingkatkan
oleh gangguan sementara seperti menstruasi dan aktivitas seksual, sedangkan 'BV
patogen' ditandai oleh pembentukan biofilm dan kekambuhan, dan mungkin
ditularkan secara seksual oleh fragmen kompleks, multi-spesies biofilm.28
Namun, banyak laporan menunjukkan bahwa fluktuasi angka laktobasilus ini
tidak terjadi pada banyak wanita. Keane dkk. menemukan sembilan wanita dengan
mikroba vagina normal terus menerus, empat dengan mikroba vagina abnormal terus
menerus dan tujuh di antaranya mikroba vagina pada dasarnya normal mengalami
23
perubahan baik intermediate atau BV, perubahan yang terjadi selama 9 hari pertama
(yaitu, menstruasi) siklus dalam lima ini. Chaban dkk. melaporkan stabilitas
keseluruhan selama siklus menstruasi untuk sebagian besar dari 27 wanita mereka
(15 Kaukasia, 9 Asia), dengan tidak adanya BV, meskipun jumlah sampel terbatas.
Witkin dkk. bahkan menyatakan bahwa kadar laktobasilus vagina tetap
konstan sepanjang siklus. Mungkin, data yang saling bertentangan ini dapat
direkonsiliasikan sebagian oleh pengamatan bahwa sejumlah besar L. iners dapat
menggantikan L. crispatus selama menstruasi.28
Akhirnya, juga ditetapkan bahwa mikroba vagina pada ibu hamil lebih stabil,
mungkin karena tidak adanya menstruasi, bersamaan dengan penurunan lebih lanjut
dari pH vagina, dimana L. crispatus menawarkan perlindungan lebih dari L. gasseri
dan L. diners terhadap bergeser ke dysbiosis vagina.28
Pengguna AKDR memiliki peluang lebih tinggi mengembangkan vaginosis
bakterial dibandingkan dengan populasi umum. Lingkungan yang menguntungkan
dari anaerob dapat didirikan di dalam vagina, memfasilitasi pertumbuhan
Actinomyces. Dalam beberapa kasus, PID atau abses pelvis terkait dengan
actinomycosis diamati pada wanita yang telah menggunakan AKDR untuk waktu
yang lama.31
24
Geotrichum Mycoplasm
Trichomonas
candidum a
vaginalis
Rodutorula rubra Gardnerella vaginalis
Neisseria
Anaerobes
gonorrhoea
(bacteroides,
Pertimbangka
peptococci, prevotella)
n selama kehamilan
Acinetobacter
Citrobacter dalam
Candida albicans konsentrasi
tinggi:
Klebsiella
pneumoniae
Haemophilus
influenzae
Streptococci
pneumoniae
Candida
albicans
Streptococci B
Mycoplasma
25
Mikrobiota
vagina
Grup III:
Mikrobiota didominasi
L.jensenii (pH 4,7)
26
Tabel 5. Hasil tes sekresi vagina untuk penyebab umum vulvovaginitis.37
27
sensitivitas berkisar antara 70-97% dan spesifisitas berkisar antara 90-94%,
dibandingkan dengan pewarnaan Gram.3
Selain itu, kriteria skor Nugent dapat pula digunakan sebagai standar diagnostik
vaginosis bakterialis dengan melihat adanya bakteri dari swab vagina pada
pewarnaan Gram melalui mikroskop.15 Vaginosis bakterialis jika skor Nugent 7 atau
lebih tinggi. Skor 4 hingga 6 dianggap sedang dan skor 0 hingga 3 dianggap normal
(tabel 4).18,19 Klasifikasi Nugent mencakup kelompok wanita intermediat dengan
kolonisasi traktus genitalia abnormal (Lactobacilli berkurang dan flora intermediat)
yang mungkin merupakan tahap transisi dalam perjalanan menuju vaginosis
bakterialis.16 Skor Nugent sekarang jarang digunakan oleh dokter karena waktu yang
dibutuhkan untuk membaca slide dan membutuhkan seorang ahli mikroskop
terlatih.24
a b
Gambar 7. Clue cell dan sel skuamosa normal. (a) Clue cell (panah). Coccobacilli
gelap dan berlapis beludru melekat pada sitoplasma epitel skuamosa. (b) Sel
skuamosa normal, tidak ada bukti pertumbuhan bakteri (pewarnaan Pap, × 600).
28
dengan pewarnaan Gram
29
Faktor-faktor yang berkontribusi atau mempengaruhi wanita untuk VVC
beragam, melibatkan faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi, mikro, dan agen
mikroba.33 Di antaranya, terapi anti bakteri, fluktuasi hormon selama kehamilan,
terapi imunosupresif, dan gangguan metabolisme seperti diabetes dan stres sudah
diketahui terkait dengan perkembangan VVC. Faktor-faktor lain seperti alergi, diet
dengan kandungan gula tinggi, dan obat-obatan langsung mempengaruhi lingkungan
mikro vagina, yang dapat menyebabkan perubahan pada mikrobiota vagina,
menghilangkan bakteri tersebut dan menstimulasi pertumbuhan mikroorganisme
patogen yang berlebihan.33
Faktor risiko untuk vulvovaginitis termasuk kehamilan, penggunaan
kontrasepsi oral, predisposisi genetik, dan terapi antibiotik sebelumnya, antara lain. 34
Insiden infeksi, serta peningkatan kolonisasi mukosa oleh jamur , juga lebih tinggi
pada wanita dengan diabetes karena kadar glikogen mereka yang lebih tinggi dan
pada mereka dengan HIV karena penekanan kekebalan. Studi menunjukkan bahwa
70-75% dari semua wanita usia reproduksi mengembangkan setidaknya satu kasus
VVC selama masa hidup mereka.
30
Data dari beberapa studi klinis menunjukkan bahwa mikrobiota vagina wanita
mempengaruhi kerentanannya terhadap infeksi saluran kemih (ISK).75 Wanita
dengan BV memiliki risiko ISK lebih tinggi daripada wanita dengan mikrobiota
vagina yang didominasi laktobasilus.76,77,78 Selanjutnya, uji klinis menunjukkan
bahwa intervensi vagina yang mempengaruhi mikrobiota (misalnya, perawatan
probiotik dan estrogen vagina) dapat melindungi terhadap kejadian ISK berulang
(rUTI).79,80 Banyak jenis-jenis bakteri yang ditemukan di lingkungan vagina terkait
BV telah terdeteksi, baik melalui metode yang bergantung pada kultur maupun
metode independen, di saluran kemih. Selain itu, beberapa dari bakteri tersebut telah
terlibat sebagai penyebab ISK akut atau kondisi urologis lainnya. Temuan ini
menunjukkan bahwa organisme terkait BV mungkin penting dalam etiologi
uropatologi dan uropatogenesis; Namun, dalam banyak kasus studi tambahan
diperlukan untuk menganggap peran kausal untuk organisme ini di saluran kemih.
Tiga cara mikrobiota vagina dapat mempengaruhi ISK dan kondisi urologis lainnya.
Pertama, introitus vagina tampaknya menjadi reservoir utama untuk uropatogenik E.
coli. Kedua, uropatogen lain yang agak kurang umum juga dapat secara umum
tersimpan di vagina (lihat Gambar 2). Akhirnya, paparan sementara saluran kemih
terhadap bakteri vagina tertentu dapat menyebabkan saluran kemih menjadi
uropatogen atau memicu UTI melalui mekanisme lain.
2.5.1. Vagina menyediakan reservoir untuk E. coli uropatogenik dan uropatogen lain
yang dikenal
2.5.1.1. Escherchia Coli
Penyebab paling umum dari ISK pada sebagian besar populasi pasien adalah
uropatogenik E. coli.81,82 Patogenesis dari ISK E. coli sering digambarkan sebagai
serangkaian peristiwa kolonisasi, dimulai pada saluran pencernaan, diikuti oleh introitus
vagina dan meatus uretra, dan akhirnya kandung kemih dan mungkin ginjal. 75,83
Perkembangan ini masuk akal mengingat kedekatan uretra dengan introitus vagina dan
anus pada wanita dan pemeriksaan longitudinal telah menunjukkan bahwa kolonisasi
31
introital dan uretra mendahului timbulnya gejala ISK. 84,85 Selain itu, beberapa penelitian
klinis telah menemukan bahwa wanita dengan riwayat rUTI lebih sering ditemukan E.
coli di introitus vagina atau vagina dari pada kontrol yang sehat.84,85,86,87 Pada suatu
penelitian menemukan bahwa E. coli kolonisasi introitus vagina mencapai tingkat yang
lebih tinggi pada wanita dengan riwayat ISK (>10 5 cfu/mL) dibandingkan kontrol ( <200
cfu/mL) [20] Dalam penelitian terpisah, kolonisasi bersamaan dari introitus vagina dan
saluran kemih oleh strain yang sama dari E. coli (berdasarkan pada pemeriksaan DNA
polimorfik secara amplifikasi acak) terjadi 85% pada pasangan DNA yang diisolasi dari
wanita dengan riwayat rUTI. 85 Bersama-sama, hasil ini menunjukkan bahwa vagina
menyediakan reservoir untuk uropatogenik E. coli.
Seperti dijelaskan di atas, Lactobacillus di vagina dapat mencegah kolonisasi oleh
patogen potensial seperti E. coli. Pada wanita dengan tingkat lactobacilli rendah lebih
sering membawa E. coli dari pada mereka dengan mikrobioma yang didominasi
lactobacilli.78, 86 Dalam satu penelitian, E. coli kolonisasi vagina (introital) lebih umum di
antara wanita yang introitus vaginanya negatif untuk laktobasilus pembentuk hidrogen
peroksida daripada di antara mereka yang introitusnya positif untuk bakteri
'menguntungkan' ini (35% vs. 11%, rasio odds [OR], 4.0; P=0,01) [21]. Beberapa
penelitian pada wanita tidak hamil dan hamil menunjukkan bahwa mereka dengan BV
memiliki peningkatan risiko ISK (rasio odds 2,21-13,75). 77 Dalam satu penelitian, BV
dikaitkan dengan keduanya, yaitu E. coli kolonisasi introital dan ISK. 78 Dalam penelitian
lain, lebih dari 50% wanita dengan riwayat ISK, tetapi hanya 13% dari mereka yang tidak
memiliki riwayat ISK, memiliki mikrobiota vagina abnormal.P=0,03) seperti yang
didefinisikan oleh skor Nugent lebih besar dari 3 (rata-rata 4,6 vs 1,7). Memiliki skor
Nugent 7 atau lebih besar (indikasi BV) juga lebih sering terjadi pada wanita yang rentan
terhadap ISK (6/22 [27%] vs. 1/17 [6%],P=0,095) [25]. Ini mungkin karena asam laktat,
hidrogen peroksida, dan molekul kecil lainnya yang diproduksi oleh lactobacilli
menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat bagi patogen potensial, termasuk
uropatogen, di vagina.88 Studi tambahan dalam model eksperimental diperlukan untuk
menentukan efek molekul kecil tertentu pada lingkungan vagina.
2.5.1.2. Staphylococcus
32
Agen Gram-positif yang paling sering dari ISK komunitas adalah S.
saprofiticus, tetapi S. aureus dan S. epidermidis juga dapat menyebabkan ISK dalam
pengaturan tertentu (kateterisasi, kehamilan). 89 Staphylococcus uropatogenesis baru-baru
ini telah ditinjau.90 Data dari penelitian in vitro dan model tikus dengan ISK telah
mengungkapkan beberapa faktor yang diperlukan untuk virulensi S. saprophyticus,
termasuk protein terkait permukaan yang disekresikan Aas (hemaglutinin) dan Ssp
(lipase); dinding protein sel UafA, SdrI, SssF, dan UafB, yang memediasi perlekatan; dan
urease yang berhubungan dengan pembentukan batu saluran kemih. Selain itu, data dari
model tikus menunjukkan bahwa pengangkut nikel ABC Opp2 dan Opp5a berkontribusi
terhadap S. aureus uropatogenesis. Keduanya S. aureus dan S. epidermidis telah
terdeteksi pada sampel vagina atau serviks. 91 vagina S. aureus telah terlibat dalam
sindrom syok toksik dan vaginitis aerobik,92 kondisi inflamasi kontroversial sering keliru
untuk BV atau VVC. Satu penelitian menemukan bahwa wanita dengan toksikogenik
vagina S. aureus secara signifikan lebih mungkin dari pada mereka yang tanpa S. aureus
sebagai tempat persembunyian E. Coli di vagina.92 Namun, kolonisasi vagina oleh
Staphylococcus belum diteliti sebagai faktor risiko ISK.
33
penelitian yang menilai hubungan antara GBS vagina dan GBS ISK. Model tikus GBS
ISK95 terutama menggunakan strain GBS serotipe III, yang menyebabkan ISK lebih
simptomatik daripada kebanyakan serotipe lainnya. 94 Peran faktor virulensi GBS belum
diperiksa secara menyeluruh di saluran kemih seperti di tempat lain, seperti aliran darah.
Namun, data yang tersedia menunjukkan bahwa -hemolisin/sitolisin dapat dibuang,
sedangkan residu asam sialat dari polisakarida kapsular GBS penting untuk kelangsungan
hidup GBS di saluran kemih.96 Studi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan
mekanisme bakteri dan inang yang mengatur penyakit GBS di saluran kemih.
34
menyimpan G. vaginalis di kandung kemih mereka dan G. vaginalis sangat umum pada
wanita dengan penyakit ginjal yang mendasari . Dalam studi lain, G. Vaginalis secara
umum ditemukan pada aspirasi suprapubik dari wanita dengan refluks jaringan parut dan
pielonefritis steril. Penelitian washout kandung kemih yang dilakukan, menunjukan
bahwa G. vaginalis ditemukan di ginjal sebanyak 75%. G. vaginalis telah terlibat dalam
rUTI, inkontinensia, urgensi, penyakit ginjal dan infeksi sistemik yang berasal dari sistem
genitourinari.
Pada penelitian yang dilakukan pada mencit, G. vaginalis menyebabkan
pengelupasan epitel baik di vagina dan di kandung kemih.90 Dan juga menyebabkan
kerusakan pada ginjal oleh mekanisme yang disebut IL-1. Temuan ini menunjukkan
bahwa G. vaginalis bisa menjadi pemicu penting rUTI dan faktor risiko pielonefritis pada
wanita.
35
2.7. Kerangka Konsep
36
Variabel Bebas Variabel Sosiodemografik
Wanita usia subur yang menggunakan AKDR-Cu Usia
di Kota Palembang
IMT
Paritas
Variabel Terikat
Mikroorganisme vagina
BAB III
37
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian Deskriptif dengan design case series yaitu
akseptor AKDR-Cu yang kemudian akan diperiksa untuk mengetahui jenis dan
kepadatan mikroorganisme vagina pada akseptor AKDR-Cu.
38
3.3.3. Kriteria Inklusi
1. Wanita usia subur yang menggunakan AKDR-Cu
2. Wanita yang bersedia untuk mengikuti penelitian dan menandatangani informed
consent.
3.3.4. Kriteria Eksklusi
1. Wanita dengan riwayat penyakit Diabetes Melitus
2. Sedang menstruasi
3. Menggunakan obat pembilas vagina
4. Melakukan hubungan seksual 3 hari sebelum pengambilan sampel
5. Sedang dalam mengkonsumsi antibiotik
6. Sampel yang diambil terkontaminasi atau tidak valid
7. Penderita penyakit imunokompromais
8. Tidak sedang menikah
3.4 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
diambil secara total sampling,dimana sampel yang diambil sama dengan jumlah
populasi yang diikutkan dalam penelitian ini. Sampel yang akan diambil pada
penelitian ini sebanyak 30 sampel.
3.4.1 Cara Pengambilan Sampel
Sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian diikutsertakan
dalam penelitian. Sample dipilih secara consecutive sampling, yaitu semua sampel yang
datang dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.
39
3.5.1 Variabel Independen
Wanita usia subur yang menggunakan AKDR-Cu
3.5.2 Variabel Dependen
Mikroorganisme vagina
3.5.3 Variabel universal
Usia, paritas, status nutrisi, lama pemakaian AKDR-Cu, dan pH Vagina
40
Gambaran Gambaran dari Swab Vagina Pemeriksaan Bacterial vaginosis Nominal
Mikroorganisme bakteri ataupun Mirkobiologis Chlamydia
jamur yang hidup (kultur) trachomatis
di daerah vagina Trichomonas
dan uterus wanita vaginalis
Neisseria gonorrhea
Escherichia coli
Staphylococcus
aureus
Psedomonas
spp
Candida albicans
yang dihitung
sejak dilahirka
41
Paritas Jumlah kelahiran Anamnesis Dilihat jumlah Primipara (melahirkan Ordinal
yang pernah dan rekam anak yang 1 anak)
dialami ibu medik dilahirkan Sekundipara
(melahirkan 2 anak)
Multipara (melahirkan
> 2 anak)
42
Lama Lamanya pasien Anamnesis Jarak pasien Ordinal
< 6 bulan
Penggunaan menggunakan dan rekam menggunakan
akseptor AKDR medis akseptor
6 – 12 bulan
AKDR
13 – 18 bulan
19 – 24 bulan
> 24 bulan
PH Vagina Nilai pH Vagina Pemeriksaan Menggunakan Ordinal
< 3.5
yang memakai penunjang pH Indikator
akseptor AKDR MColorpHast 3.5 – 4.5
merck KGaA,
Germany > 4.5
43
3.8.1.2 Mengajukan surat izin penelitian kepada Dinas Kesehatan Kota
Palembang.
3.8.1.3 Mempersiapkan alat dan bahan untuk penelitian.
3.8.2.1 Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi mengisi lembar
informed consent secara tertulis untuk ikut ke dalam penelitian setelah
mendapatkan penjelasan yang terperinci dan jelas.
44
Tabel 8. Dummy table Distribusi frekuensi karakteristik subjek penelitian
Usia (Tahun)
20-29
30-40
>40
Paritas
Primipara
Sekundipara
Multipara
Indeks Massa Tubuh
Normoweight
Overweight
Obese
Lama Penggunaan (Tahun)
< 6 bulan
6 – 12 bulan
13-18 bulan
19 – 24 bulan
>24 bulan
Total
45
pH vagina Jumlah (n) Persentase (%)
< 3.5
3.5 – 4.0
>4.0
Total
Tabel 10. Analisis hubungan infeksi saluran kemih dengan angka kejadian vaginitis pada
akseptor AKDR
Vaginitis Tidak
Vaginitis
Tidak Vaginitis Vaginitis
46
3.11 Kerangka Kerja
Sampel penelitian
Analisis statistik
47
BAB IV
JUSTIFIKASI ETIK
48
subjek meninggal dunia.
49
selama penelitian berlangsung, subjek mengalami kondisi emergensi, dicurigai
mengalami infeksi, maka peserta akan dirujuk ke fasilitas Kesehatan yang
berwenang untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan sesuai alur
pengobatan di Kota Palembang.
Semua subjek penelitian boleh mengundurkan diri kapapun dan akan
diperlakukan secara adil tanpa diskriminasi. Seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk penelitian ini ditanggung oleh peneliti.
4.5. Kesimpulan
Penelitian ini akan dilaksanakan berdasarkan landasan keilmuan yang kuat dan
memiliki manfaat yang cukup besar untuk memilih terapi yang sesuai pada kasus
vulvovaginitis dalam kehamilan. Penelitian ini akan dilakukan sesuai prosedur yang
berlaku di Dinas Kesehatan Kota Palembang dan RSMH Palembang dengan
menerapkan kaidah dasar bioetika, yaitu autonomy, beneficence, non maleficence, dan
justice. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini layak etik. Kelayakan
etik akan diminta ke Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya atau
RSMH Palembang.
50
BAB V
PENUTUP
5.1.Rencana Pelaporan
Hasil penelitian ini akan dilaporkan setelah kegiatan penelitian
selesai. Laporan akan disusun dalam bentuk tesis dan akan dipresentasikan di depan
dewan penguji tesis PPDS I bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unsri/ RSMH
Palembang.
5.2.Logistik
1.
2. Dequalinium Chloride 50 unit 31.000 1.550.000
3. Swab vagina 50 unit 25.000 1.250.000
4. Kultur 40 unit 600.000 24.000.000
Jumlah
Pelaporan dan lain-lain
1. Penggandaan dan 1 paket 2.000.000 2.000.000
51
2. Pengiriman laporan
2. Publikasi Jurnal 1 kali 5.000.000 5.000.000
3. Seminar atau ujian 1 kali 2.000.000 2.000.000
4. Biaya tak terduga 10% total 37.000.000 3.700.000
Jumlah 40.700.000
Jumlah
Pengeluaran (1+2)
Pengumpulan data
Analisis data
Pelaporan
Ujian tesis
52
LAMPIRAN
53
1. Judul penelitian Hubungan Kepadatan Koloni Mikroorganisme √
dengan Lama Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) di Kota Palembang
2. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk √
mengetahui Hubungan Kepadatan Koloni
Mikroorganisme dengan Lama Pemakaian Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
3. Cara dan prosedur Melakukan pemeriksaan sampel vagina pada √
penelitian akseptor AKDR
54
8. Kompensasi bila Diperkirakan komplikasi ringan. Bilamana terjadi √
terjadi efek kompliaksi berat atau menetap, peneliti
samping bertanggung jawab penuh terhadap pengobatan
komplikasi tersebut
9. Penjagaan Peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas dan √
kerahasiaan data informasi medis peserta penelitian yang
diperoleh dari penelitian
55
penelitian di atas dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak manapun. Apabila suatu
waktu Saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun, Saya berhak membatalkan
persetujuan ini.
Palembang,……-….-20….
Tanda tangan atau cap jempol
(hanya jika buta huruf)
...................................................
Ket: Tanda tangan saksi/wali diperlukan bila subjek tidak bias baca tulis, penurunan
kesadaran, mengalami gangguan jiwa, dan berusia dibawah 18 tahun
Saya telah menjelaskan kepada subjek secara benar dan jujur mengenai maksud
penelitian, manfaat penelitian, prosedur penelitian, serta resiko dan ketidaknyamanan
potensial yang mungkin timbul (penjelasan terperinci sesuai dengan hal yang Saya
56
tandai diatas). Saya juga telah menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait penelitian
dengan sebaik-baiknya.
Palembang,……-….-20….
57