Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

Ruptur tendon Achilles merupakan ruptur tendon paling sering ditemukan


pada ekstremitas inferior. Ruptur ini bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling
sering pada dekade keempat dan kelima. Lebih banyak terjadi pada pria.
Tendon achilles merupakan tendon terbesar di tubuh manusia. Tendon
Achilles berasal dari musculus gastrocnemius dan soleus serta otot plantaris yang
menghubungkan dengan kalkaneus. Musculus Soleus berasal dari posterior tibia
sedangkan musculus gastrocnemius dapat mengekstensikan lutut dan soleus lebih
efektif dalam melakukan fleksi pada lutut. 1
Tendon dari kedua otot bersatu hanya distal ke musculotendinous junction
untuk membentuk tendon Achilles. Tendon memiliki bagian avascular relatif 2-6
sentimeter di atas insersi. Tendon juga berputar sekitar 90 derajat dalam jalurnya,
dengan serat gastrocnemius menjadi lebih lateral. Tendon masuk dalam calcaneus
posterior terutama sepanjang tuberositas posterior dengan sedikit lebih medial
daripada ekstensi lateral.2
Melalui aksi triceps surae, yang mengangkat tumit dan menurunkan kaki
tendon Achilles terlibat dalam plantarflexion kaki (sekitar 93% dari kekuatan
plantarflexion).2 Anatomi tendon memberikan elastisitas (rekoil) dan absorbansi
kejut pada kaki. Ini adalah tendon terbesar dan terkuat dalam tubuh manusia dan
mampu mendukung kekuatan tensional yang dihasilkan oleh gerakan ekstremitas
bawah.2 Tendon Achilles memiliki fungsi vital dalam aktivitas seperti berlari,
berjalan, dan melompat.
Ruptur tendon achilles pertama kali dijelaskan oleh Ambroise Pare pada tahun
1575 dan pertama kali dilaporkan dalam literatur medis di tahun 1633. Ruptur
tendon achilles jarang dilaporkan sampai tahun 1950-an. Sebelum 1929, kurang
dari 70 kasus dilaporkan. Nama Achilles diambil dari nama seorang pahlawan
mitologi kuno yang bernama Achilles yang meninggal karena tusukan didaerah
tendon ini.3

1
Ruptur tendon achilles (parsial atau komplet), merupakan salah satu
gangguan pada tendon achilles yang disebabkan karena trauma atau karena
penggunaan berlebih dari tendon Achilles.2
Diagnosis ruptur achilles didasarkan atas anamnesis untuk menggali riwayat
penyakit dan pemeriksaan klinis. Pencitraan memainkan peran penting dalam
diagnostik ruptur tendon achilles dan gangguan jaringan disekitarnya. Peranan
pencitraan dapat digunakan untuk menentukan diagnostik, diagnosis banding,
stadium dan keparahan penyakit. Pencitraan memberikan tambahan informasi
penting terhadap status tendon, tulang dan struktur jaringan lunak disekitarnya.
Pencitraan konvensional x-ray merupakan pemeriksaan andalan karena sifatnya
yang cepat, murah dan tersedia di banyak layanan kesehatan. Namun pencitraan
ini tidak dapat memiliki kontras jaringan lunak, sehingga tidak dapat memberikan
informasi yang akurat dan detail. Sejak tahun 1990-an USG dan MRI
merupakan pencitraan penting yang menjadi rujukan para klinisi dalam
menegakkan diagnosis ruptur tendon achilles.1

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. I
Umur : 22 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan :-
Alamat : Bahar Unit 3 RT.10
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Masuk RS : 12 Juni 2018

2.2 ANAMNESIS
Keluhan utama:
Pasien datang dengan keluhan luka pada daerah belakang pergelangan kaki
kanan sejak ± 6 jam SMRS.
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang dengan keluhan luka pada daerah belakang pergelangan kaki
kanan sejak ± 6 jam SMRS.
Sekitar 6 jam yang lalu pasien sedang membersihkan halaman rumah dan
menebas rumput menggunakan parang. Tiba-tiba saat sedang mengumpulkan
sampah, pasien secara tidak sengaja terpijak parang yang dia gunakan dan
melukai bagian belakang kaki kanannya. Pasien langsung terjatuh dan merasakan
nyeri hingga meraung kesakitan. Pasien tidak mampu lagi berdiri sehingga harus
dibopong oleh keluarganya.
Sekitar 5 jam yang lalu pasien dibawa ke puskesmas terdekat dan dilakukan
penjahitan terhadap luka robek pada kaki bagian belakang pasien. Namun, pasien
masih tetap mengeluhkan nyeri hebat dan susah menggerakkan kaki kanannya.
Pasien didapatkan tidak dapat menggerakkan pergelangan kaki ke atas dan ke
bawah. Pasien segera dirujuk ke Rumah Sakit Umum Raden Mattaher.

3
Riwayat penyakit dahulu:
- Riwayat keluhan seperti ini : Disangkal
- Riwayat sakit jantung : Disangkal
- Riwayat Hipertensi : Disangkal
- Riwayat DM : Disangkal

Riwayat penyakit keluarga:


Tidak ada

2.3 Pemeriksaan Fisik


TANDA VITAL
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 21 x/menit
Suhu : 36,7 ºC

STATUS GENERALISATA
Kulit
Warna : Kulit sawo matang Suhu : 36,7ºC
Efloresensi : (-) Turgor : Baik
Pigmentasi : Dalam batas normal Ikterus : (-)
Jar. Parut : (-)
Edema : (-)
Rambut : Rambut tumbuh merata
Kelenjar
Pembesaran Kel. Submandibula : (-)
Jugularis Superior : (-)
Submental : (-)

4
Jugularis Interna : (-)
Kepala
Bentuk kepala : Normocephali
Ekspresi muka : Tampak sakit sedang
Simetris muka : Simetris
Rambut : Tampak hitam tumbuh merata
Perdarahan temporal : (-)
Nyeri tekan syaraf : (-)
Mata
Exophthalmus/endopthalmus : (-/-)
Edema palpebra : (-/-)
Conjungtiva anemis : (-)
Sklera Ikterik : (-/-)
Pupil : Isokor (+/+)
Lensa : Tidak keruh
Reflek cahaya : (+/+)
Gerakan bola mata : Baik kesegala arah
Hidung
Bentuk : Normal Selaput lendir : normal
Septum : Deviasi (-) Penumbatan : (-)
Sekret : (-) Perdarahan : (-)
Mulut
Bibir : Sianosis (-)
Gigi geligi : Dbn
Gusi : Berdarah (-)
Lidah : Tremor (-)
Bau pernafasan : Dbn
Leher
Kelenjar getah bening : Pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : Pembesaran (-)
Tekanan vena jugularis : (5-2) cm H2O

5
Thorax
Bentuk : Simetris
 Paru-paru
 Inspeksi : Pernafasan simetris
 Palpasi : Fremitus taktil normal, nyeri tekan (-), krepitasi (-)
 Perkusi : Sonor (+/+)
 Auskultasi : Vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
 Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba 2 jari di ICS V linea
midclavicula sinistra
 Perkusi batas jantung
Kanan : ICS III Linea parasternalis dekstra
Kiri : ICS V Linea midklavikularis sinistra
Atas : ICS II Linea parasternalis sinistra
Pinggang jantung : ICS III Linea parasternalis sinistra
 Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
 Inspeksi : cembung, sikatrik (-), massa (-), bekas operasi (-)
 Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak
teraba.
 Perkusi : Timpani (+)
 Auskultasi : Bising usus (+) normal

Genetalia Eksterna
Dalam batas normal
Ekstremitas superior Sinistra et Dextra
Gerakan : Dbn Nyeri sendi : (-)
Akral : Hangat, CRT < 2 detik Edema : (-)
Extremitas inferior Sinistra
Gerakan : Dbn Nyeri sendi : (-)

6
Akral : Hangat, CRT < 2 detik Edema : (-)
Extremitas inferior Dextra
Reg. Crural Posterior
Gerakan : Terbatas Nyeri sendi : (+)
Akral : Hangat, CRT < 2 detik Edema : (+)
Reg. Talocrural
Gerakan : Terbatas Nyeri sendi : (+)
Akral : Hangat, CRT < 2 detik Edema : (-)

STATUS LOKALIS
1. Look
- Keadaan umum penderita tampak sakit sedang
- Ekspresi wajah kesakitan
- Tidak ditemukan tanda-tanda anemia (conjungtiva anemis)
- Vulnus Scissum dengan ukuran 13x5x6 cm (+)
- Pendarahan Aktif
- Terdapat deformitas
- Edema (+)
- Terdapat edema pada regio cruris posterior dextra
- Gangguan organ-organ lainnya (-)
2. Feel
- Suhu hangat
- Nyeri tekan pada regio cruris posterior dextra
- Krepitasi (-)
- A. Tibialis Posterior (teraba) A. dorsalis pedis (teraba)
- CRT<2 detik
- Pasien merasakan sentuhan nyeri yang dirangsang pada bagian
sekitar vulnus scissum
- Panjang kedua ekstremitas inferior dextra dan sinistra sama
3. Move

7
- Pergerakan aktif dan pasif terbatas oleh karena nyeri
- Plantar Fleksi pedis dextra (-)
- Thompson Test (+) Tidak ada pergerakan (plantar fleksi)
- Copeland Test (tekanan 10-12 mmHg)
- Matles Test (+)

8
Gambar 2.1 Vulnus Scissum

9
Gambar 2.2 Gambaran Ruptur Tendon

2.4 Pemeriksaan Penunjang


Darah Rutin (12-06-2018)
WBC : 8,24 109/L (4-10)
RBC : 6,06 1012/L (3,50- 5,50)
HGB : 11,1 g/dl (11,0-16,0)
HCT : 36,5 % (35-50)
PLT : 165 109/L (100-300)
MCV : 60,3 fL (80-100)
MCH : 18,3 pg (27-34)
MCHC : 304 g/dl (320-360)
GDS : 77 mg/dl (<200)

Elektrolit (12-06-2018)
Na : 137,08 mmol/L (135-148)
K : 3,80 mmol/L (3,5-5,3)
Cl : 98,66 mmol/L (98-110)

10
Ca : 1,20 mmol/L (1,19-1,23)

Rontgen
Ro Thorax: Dalam Batas Normal
USG
Tidak dilakukan
2.5 Diagnosa Kerja
Vulnus Scissum et Regio Sural dengan Ruptur Tendon Achilles Dextra

2.6 Diagnosis Banding


- Ruptur tendon achilles
- Gastrocsoleus muscle strain
- Partial Achilles tendon rupture
- Talofibular Ligament Injury
- Fascial tears
- Tendinopati
- Peritendinitis
2.7 Penatalaksanaan
Awal pengobatan
A : Atasi bila ada gangguan airway, pastikan tidak ada cedera cervical
B : Observasi pernafasan dan lakukan pemeriksaan pada rongga thorax
C:
- Cek Nadi dan Tekanan Darah
- Cek Arteri di distal (A. Dorsalis Pedis & A. Tibialis Posterior)
- Atasi pendarahan dengan balut tekan

11
- Debdridemen luka
- Injeksi ATS
- Penjahitan pada daerah luka
D
- Cek AVPU
- Lakukan pemeriksaan GCS
E
- Tutup daerah luka dengan kassa betadine
- Lakukan fiksasi
- Pemasangan Elastic Perban untuk imobilisasi
- Cegah Hipotermia
Medikasi (drugs) di IGD
- IVFD RL 20gtt/menit
- Inj ketorolac 3x1 Amp
- Inj Ceftriaxone 1x2gr
- Inj. Ranitidine 2x1amp
- Konsul Orthopedi untuk rencana repair tendon

Instruksi Post Op
Operasi Repair tendon dilakukan 19 jam setelah pasien masuk melalui
IGD Raden Mattaher. Operasi yang dilakukan berupa debridement + repair
tendon achilles menggunakan teknik penjahitan Krackow. Adapun
instruksi post op yang diberikan pada pasien ini adalah:
- Awasi Tanda-tanda vital
- Pasien tidak puasa
- Tirah baring menggunakan bantal 24 jam
- IVFD RL 30gtt/menit + Inj. Ketorolac 30 mg 3%+ Tramadol
100mg
- Inj. Sefoperazone 3x1g
- Inj. Ranitidin 2x1amp (25mg/mL)
- Kompres NaCL+Gentamisin 1amp

12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Tendon achilles adalah tendon yang paling kuat dan paling besar dalam
tubuh manusia yang panjangnya 15 cm yang dimulai dari pertengahan tungkai
bawah. Kemudian stukturnya mengumpul dan melekat pada bagian tengah –
belakang tulang calcaneus. Terdiri dari stuktur tendinous ( melekatnya otot ke
tulang ) yang dibentuk oleh gabungan antara otot gastronemius dan otot soleus
yang terdapat di betis. Tendon ini melekat pada tulang tumit (calcaneus) dan
menyebabkan kaki berjinjit (plantar flexi) ketika otot-otot betis berkontraksi.
Tendon ini sangat penting untuk berjalan, berlari dan melompat secara normal.
Rupture tendon Achilles adalah roben atau putusnya hubungan tendon (jaringan
penyambung) yang disebabkan oleh cidera dari perubahan posisi kaki secara tiba-
tiba atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif maksimal.1
2.3 Anatomi dan Histologi
2.3.1 Anatomi

13
Tendon achilles merupakan tempat insersi distal dari muskulus
gastrocnemius dan muskulus soleus. Tendon menginseri masuk ke
daerah rectangular di bagian tengah permukaan posterior calcaneus.
Ruang antara tendon dan tuberositas calcaneus diisi oleh bursa
retrocalcanea (gambar 3.1). Tendon achilles tidak terlihat sampai otot
soleus berinsersi masuk ke tendon gastrocnemius sekitar kurang lebih 3-4
cm di bagian distal.4

Gambar 3.1 Anatomi Tendon Achilles

Tendon plantaris berasal dari meniskus lateral dan epikondilus


femoralis lateralis dan berhubungan erat dengan caput muskulus
gastrocnemius lateral. Tendon plantaris menyeberang miring antara
muskulus soleus dan muskulus gastrocnemius dan berlanjut ke medial
sampai ke achilles. Terdapat beberapa insersi plantaris, tetapi sebagian
besar berinsersi di aspek medial tuberositas kalkaneus superior atau 1
cm dari anterior dan medial achilles di kalkaneus. Kompleks achilles-
plantaris disebut "kompleks trisep-surae".4

14
Tendon terdiri atas 30% kolagen dan 2% elastin yang terdapat di matriks
proteoglikan ekstraseluler dan terdiri atas 58-70% air. Kolagen berjalan pararel
satu sama lain dan bergabung di tendon achilles. Bagian terkecil dari kolagen
adalah kolagen fibril dan tenosit. Beberapa kolagen fiber terikat bersama
membentuk lapisan dalam tendon disebut fascia. Endotenon mengelilingi fascia
untuk menstabilkan dan mengikat tendon achiles. Endotenon terikat bersama oleh
lapisan tendon terakhir yang disebut peritendon. Peritendon di bentuk oleh 3
lapisan, epitenon, mesotenon dan paratenon. Epitenon merupakan lapisan
terdalam yang paling dekat dengan endotenon yang terdiri dari saraf, pembuluh
darah dan limfatik. Paratenon merupakan lapisan terluar.2,5
Paratenon terdiri atas beberapa membran tipis dan membentuk
area tipis antara tendon dan fascia crura. Fascia crura di tutup oleh jaringan
subkutan dan kulit. Pada sisi ventral, paratenon terdiri atas jaringan
areolar lemak dan terdiri atas pembuluh darah dan jarinan konektivus.
Bagian ventral sampai tendon achilles merupakan suatu triangular pre-
achilles fat pad yang dikenal sebagai kager’s fat pad.
Paratenon memiliki lapisan viseral dan parietal. Paratenon ini
analog dengan sinovium yang menyediakan nutrisi untuk tendon, tapi
karena tendon achilles tidak berubah sumbu gerak, maka tidak
digunakan untuk pelumasan seperti fungsi sinovium.3
Paratenon ini di proksimal berhubungan dengan fascia dan didistal
dengan periosteum calcaneus.5
Dua lapisan jaringan fibrosa dengan pembuluh darah mesotendal
internal membuat paratenon bergerak keatas. Serat anyaman paratenon
membuat tendon 6 meregang hingga beberapa sentimeter dan
menyebabkan tendon bergeser beberapa derajat.5
Tendon achilles menerima aliran pembuluh darah dari 3 regio: 1)
musculotendinous junction, 2) paratenon yang mengelilingi tendon dan 3)
osteotendinous junction. Bagian yang kaya pembuluh darah terdapat di anterior
sedangkan yang miskin pembuluh darah terdapat di bagian tengah dan posterior
distal dari tendon achilles. Paratenon mempunyai aliran pembuluh darah yang

15
berlebih. Aliran darah yang rendah terdapat di insersi calcaneus. Sepertiga tengah
tendon dan paratenon menerima aliran darah 35% dari sistem vaskular ekstrinsik
dan 65% dari sistem vaskuler intrinsik.1
Tendon achilles di persarafi oleh saraf yang terdapat di muskulus
dan sedikit di fascia saraf kutan, dan sebagian dari saraf sural. Saraf
didalam tendon jumlahnya relatif sedikit, mengikuti aliran pembuluh
darah sepanjang aksis tendon, beranastomosis satu sama lain secara oblik
dan transversal mengikuti serat saraf dan berakhir di saraf sensoris.5
Akhir saraf berbeda tergantung stimulus. Fungsi mekanoreseptor
merupakan tranduser energi fisik, mengekspresikan tekanan atau
tegangan dalam saraf aferen. Nosiseptor merupakan resepor yang
merespon stimulus dan menyebabkan kerusakan jaringan, banyak
terdapat di kulit, paratenon dan tendon.5,6
Imobilisasi menyebabkan atropi tendon, tetapi karena tendon
mempunyai metabolisme yang rendah, maka pengaruh yang dirasakan
lama dan tidak sedramatis di otot betis.5
2.2.2 Histologi

Gambar 3.2. Mikroskopik Tendon Achilles

Tendon Achilles adalah pita jaringan fibrosa yang fleksibel terletak


di bagian belakang pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis dengan
tulang tumit. Tendon adalah struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot
ke tulang. Otot ini dalam tubuh adalah petanggung jawab untuk

16
menggerakkan tulang, sehingga memungkinkan seseorang untuk berjalan,
melompat, mengangkat beban, dan bergerak dalam banyak cara. Ketika otot
kontraksi, hal itu menarik pada tulang menyebabkan gerakan ini.
Struktur yang memancarkan kekuatan kontraksi otot ke tulang
disebut tendon. Serat kolagen terdapat pada semua jenis jaringan ikat yang
terdiri atas protein-protein kolagen. Dalam keadaan segar, kolagen
berwarna putih. Diameternya berkisar antara 1-12 mikron. Beberapa serabut
bergabung menjadi berkas serabut yang lebih besar.Dalam keadaan segar
bersifat lunak, dan sangat kuat. Susunan serabut kolagen bergelombang,
karenannya bersifat lentur. Benang serabut kolagen yang paling halus yang
dapat dilihat dengan mikroskop cahaya adalah fibril dengan tebal kurang lebih
0,3 µm sampai 0,5 µm. Selanjutnya fibril ini disusun oleh satuan serabut yang
lebih kecil yang disebut miofibril dengan diameter 45 nm sampai 100 nm.
Miofibril ini hanya terlihat dengan mikroskop elekron dan tampak mempunyai
garis melintang khas dengan periodisitas 67 nm. Serabut kolagen memiliki
daya tahan tarik tinggi. Serabut kolagen dijumpai pada tendon, ligamen,
kapsula, dll. Serabut ini bening dan terlihat garis memanjang. Bila kolagen
direbus akan menghasilkan gelatin. Serabut kolagen dapat dicerna oleh
pepsindan enzim kolagenase. Paling tidak telah dikenal 2 jenis serabut
kolagen dengan variasi pada urutan asam amino dari rantai α (alfa). Dari 20
jenis tersebut, ada 6 tipe kolagen yang paling utama dan secara genetik
berbeda.
Keenam tipe kolagen tersebut adalah :
1. Tipe I : tipe kolagen yang paling banyak ditemukan. Terdapat pada 
jaringan ikat dewasa, tulang, gigi dan sementum.
2. Tipe II : tipe kolagen ini dibentuk oleh kondroblas dan merupakan
unsur utama penyusun matiks tulang rawan. Kolagen ini
ditemukan pada kartilago hyalin dan elastic.
3. Tipe III : Kolagen ini ditemukan pada awal perkembangan
beberapa jenis jaringan ikat. Pada keadaan dewasa kolagen ini
terdapat pada jaringan retikuler.

17
4. Tipe IV : terdapat pada lamina densa pada lamina basalis
dan diperkirakan merupakan hasil sel-sel yang langsung
berhubungan dengan lamina tersebut.
5. Tipe V : terdapat pada plasenta, dan berhubungan dengan kolagen 
tipe I
6. Tipe VI : terdapat pada basal lamina

a. Tendon Achilles yang ruptur b. Tendon Achilles normal
Gambar 3.3. Histologis Tendon Achilles

Meskipun tendon Achilles normal hampir seluruhnya terdiri dari


kolagen tipe-I, tendon Achilles yang putus juga berisi proporsi besar dari
kolagen tipe-III. Fibroblast dari tendon Achilles yang putus menghasilkan baik
kolagen tipe-I dan tipe-III pada kultur.
Kolagen tipe-III kurang tahan terhadap kekuatan tarikan dan arena
itu dapat mempengaruhi putusnya tendon secara spontan. Tendon Achilles
normal menunjukkan pengaturan selular yang terorganisir dengan baik,
sangat berbeda dengan tendon yang putus. Tenosit, yang merupakanfibroblast 
khusus, muncul pada potongan longitudinal. Pengaturan yang baik ini
disebabkan oleh sekresi kolagen secara sentrifugal yang seragam disekitar
kolom tenosit, yang menghasilkan baik komponen fibriler dan nonfibriler dari
matriks eksraseluler dan juga dapat menyerap kembali serat-serat kolagen.6
2.2 Epidemiologi

18
Ruptur tendon terjadi antara tahun 1997 dan 2002 dengan angka
cidera yang tinggi. Peringkat daya untuk setiap pemain yang dihitung
untuk tiga musim sebelum dan sesudah Achilles tendon cedera. Analisis
statistik adalah dilakukan. Tiga puluh satu tendon pecah Achilles pada
Pemain NFL antara tahun 1997 dan 2002 adalah diidentifikasi. Dua puluh
lima persen dari semua cedera atletik, terlepas dari olahraga tertentu atau
tingkat bermain, melibatkan kaki dan pergelangan kaki.
Winer dan Lipscom melaporkan cedera tendon achiless adalah
ketiga terbanyak dari cedera tendon yang sering dijumpai, dan ini banyak
didapati pada usia dekade keempat. 7. Lipscomb melaporkan cedera tendon
achiles adalah terbanyak secara spontan, baik sewaktu berolahraga,
melompat atau jatuh dari ketinggian. 9. Mendiagnosa suatu cedera tendon
achilles adalah dengan pemeriksaan dimana kaki yang mengalami cedera
di dorso fleksikan sehingga kita akan dapat meraba defek dari tendon yang
mengalami cedera.7,9,10
Insiden ruptur tendon achilles meningkat hingga 50% di negara
maju. Robekan tendon achilles paling umum terjadi di negara-negara
maju dengan prevalensi bervariasi. Insiden meningkat dari 18/100.000
pada tahun 1984 menjadi 37/100.000 pada tahun 1996. Insiden tertinggi
pada kelompok umur 30-39 tahun.
Gangguan pada tendon achilles lebih umum terjadi di sebelah kiri
dari pada sisi kanan dengan alasan yang tidak diketahui.4 Terjadi
peningkatan 200 kali lipat resiko pada tendon kontralateral pada pasien
yang sebelumnya pernah menderita ruptur tendon achilles. Ruptur tendon
paling banyak terjadi pada laki-laki dengan rasio antara laki-laki dan
perempuan kira-kira 10:1.11
Lokasi cedera dari tendon achiles yang spontan umumnya terjadi
antara 2 sampai 6 cm proksimal dari tempat insersi tendon Aahiles di
kalkaneus. Menurut Lagergen dan Lindholm di daerah ini terjadi
hipovaskularisasi dengan semakin meningkatnya usia dan juga di daerah
ini sering mendapat trauma yang berulang – ulang sehingga akan

19
menyebabkan elastisistas dari tendon menjadi berkurang. Penyebabnya
terjadi cedera tendon achilles terbanyak adalah spontan (waktu olahraga,
melompat maupun jatuh dari ketinggian) sebanyak 12 kasus (85,7%) dan
sisanya oleh karena trauma langsung sebanyak 2 kasus (14,3%).12

2.4 Etiologi
1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes,
2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat
meningkatkan risiko pecah,
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga
badminton, tenis, basket dan sepak bola,
4. Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis, dan
5.  Obesitas.13
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact)
atau tidak langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik
pada arah yang salah, kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi
kontraksi ,otot belum siap, terjadi pada bagian groin muscles (otot pada
kunci paha), hamstring(otot paha bagian bawah), dan otot quadriceps.
Fleksibilitas otot yang baik bias menghindarkan daerah sekitar cedera
memar dan membengkak.
Orang-orang yang biasa jatuh korban pecah Achilles atau robek
termasuk atlet rekreasi, orang-orang usia tua, air mata Achilles tendon
sebelumnya atau pecah, suntikan tendon sebelumnya atau penggunaan
kuinolon, perubahan ekstrim dalam intensitas pelatihan atau tingkat
aktivitas, dan partisipasi dalam aktivitas baru.14
Sebagian besar kasus Achilles tendon rupture yang traumatis
olahraga cedera. Umurrata-rata pasien adalah 30-40 tahun dengan rasio
laki-perempuan hampir 20:1. Antibiotik fluorokuinolon, seperti

20
ciprofloxacin, dan glukokortikoid telah dikaitkan dengan peningkatan
risiko pecah Achilles tendon. Suntikan steroid langsung ke tendon juga
telah dikaitkandengan ruptur. Kuinolon telah dikaitkan dengan Achilles
tendinitis dan ruptur tendon Achilles untuk beberapa waktu sekarang.
Kuinolon adalah agen-agen antibakteri yang bertindak pada tingkat DNA
dengan menghambat DNA girase. DNA girase merupakan enzim yang
digunakan untuk DNA beruntai ganda yang penting untuk Replikasi DNA.
Kuinolon adalah khusus dalam fakta bahwa ia dapat menyerang DNA
bakteri dan mencegah mereka dari replikasi dengan proses ini, dan sering
diresepkan untuk lansia. Sekitar 2% sampai 6% dari semua orang tua di
atas usia 60 yang telah memiliki Achilles pecah dapat dikaitkan dengan
penggunaan kuinolon. Obat-obat ini diduga kuat sebagai faktor pemicu.11,12
Etiologi ruptur tendon achilles multifaktorial. Diantaranya
terdapat beberapa bukti perubahan degeneratif, hipoksia degeneratif
(nekrotik) pada tendon yang ruptur. Umur mengurangi diameter serat
kolagen. Perubahan ini disertai tingkat aktivitas yang tinggi, dan hal ini
menjelaskan kenapa puncak kejadian berhubungan dengan olahraga pada
kelompok umur paruh baya. Keausan mekanis dan kekuatan berlebih
(mikrotrauma) menyebabkan kelemahan tendon permanen dan
regenerasi tendon yang tidak lengkap.Terdapat bukti penggunaan
kortikosteroid sistemik dan lokal merupakan faktor risiko terjadinya
ruptur tendo achilles. Terdapat laporan kasus fluorokuinolon terkait
ruptur tendon dan bukti laboratorium tentang efek negatif 8
fluorokuinolon pada tenosit. Namun tidak ada kesimpulan yang jelas
tentang perannya dalam manusia. Ruptur tendon achilles dapat dikaitkan
dengan penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, gout, lupus
eritematosus, rheumatoid arthritis, dan hiperparatiroid. Mikro trauma yang
berulang juga merupakan faktor resiko terjadinya ruptur tendon achilles.7
Teori mekanik disebut sebagai penyebab terutama pada pasien muda dan
sehat. Pada teori ini tendon sehat dapat ruptur oleh karena makrotrauma pada
kondisi fungsi dan anatomi tertentu.3

21
2.5 Mekanisme Ruptur
Mekanisme cedera yang paling umum pada ruptur tendon
achilles diklasifikasikan menjadi tiga kategori utama. Mekanisme
pertama, pasien push-off dengan menumpu pada kaki sementara lutut
merenggang. Mekanisme ini terjadi pada sebagian besar pasien.
Mekanisme ini terjadi saat sprint, melompat dan olahraga raket.
Mekanisme kedua pada keadaan pergelangan kaki yang dorsofleksi secara
tiba-tiba dan tak terduga, misalnya saat pasien tergelincir ke lubang atau
jatuh menuruni tangga. Mekanisme ketiga dorsofleksi kaki plantar-fleksi
yang terjadi saat jatuh dari ketinggian.13

2.6 Patofisiologi

Ruptur traumatik tendon Achilles, biasanya terjadi dalam selubung


tendo akibat perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam
keadaan dorsifleksi pasif maksimal sehingga terjadi kontraksi mendadak otot
betis dengan kaki terfiksasi kuat kebawah dan diluar kemampuan tendon
Achilles untuk menerima suatu beban.

Ruptur tendon Achilles sering terjadi pada atlet atletik saat melakukan
lari atau melompat. Kondisi klinik rupture tendon Achilles menimbulkan
berbagai keluhan, meliputi nyeri tajam yang hebat, penurunan fungsi tungkai
dalam mobilisasi dan ketidakmampuan melakukan plantarfleksi, dan respons
ansietas pada klien.
Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat
batasan di fibrilkolagen. Stress tensil menyebabkan hilangnya konfigurasi
bergelombang ini, hal ini yang menyebabkan pada daerah jari kaki adanya
kurva regangan-regangan. Saat serat kolagen rusak, tendon merespons secara
linear untuk meningkatkan beban tendon. Jika renggangan yang ditempatkan
pada tendon tetap kurang dari 4 persen yaitu batas beban fisiologi secara

22
umum serat kembali ke konfigurasi asli mereka pada penghapusan beban.
Pada tingkat ketegangan antara 4-8 persen, serat kolagen mulai meluncur
melewati 1 sama lain karena jalinan antar molekul rusak. Pada tingkat
tegangan lebih besar dari 8 persen terjadi rupture secara makroskopik karena
kegagalan tarikan oleh karena kegagalan pergeseran fibriller dan interfibriller.
Penyebab pasti pecah Achilles tendon dapat terjadi tiba-tiba, tanpa
peringatan, atau akibat tendinitis Achilles. Tampaknya otot betis yang lemah
dapat menyebabkan masalah. Jika otot-otot menjadi lemah dan lelah, mereka
dapat mengencangkan dan mempersingkat kontraksi. Kontraksi berlebihan
juga dapat menjadi masalah dengan mengarah pada kelelahan otot. Semakin
lelah otot betis, maka semakin pendek dan akan menjadi lebih ketat. Keadaan
sesak seperti ini dapat meningkatkan tekanan pada tendon Achilles dan
mengakibatkan kerobekan. Selain itu, ketidakseimbangan kekuatan otot-otot
kaki anterior bawah dan otot-otot kaki belakang yang lebih rendah juga dapat
mengakibatkan cedera pada tendon Achilles. Achilles tendon robek lebih
mungkin ketika gaya pada tendon lebih besar dari kekuatan tendon. Jika kaki
yang dorsofleksi sedangkan kaki bagian bawah bergerak maju dan betis
kontrak otot, kerobekan dapat terjadi. Kerobekan banyak terjadi selama
peregangan kuat dari tendon sementara otot betis berkontraksi.3,13
2.7 Manifestasi klinis
Pasien dengan ruptur tendon achilles memiliki riwayat nyeri
sifatnya tiba-tiba tanpa gejala sebelumnya. Sering dilaporkan pasien
merasa seolah-olah telah dipukul sesuatu dari belakang. Pada kasus
tertentu, diagnosis sangat jelas. Diagnosis berdasarkan klinis adanya celah
yang teraba di daerah ruptur selama minggu pertama disertai kemampuan
fleksi plantar di pergelangan kaki tidak ada atau sangat lemah.14
Rasa sakit mendadak yang berat dirasakan pada bagian belakang
pergelangan kaki atau betis seperti adanya rasa sakit pada tendon achilles
sekitar 1-3 inci di atas tulang tumit. Daerah ini paling sedikit menerima
supplai darah dan mudah sekali mengalami cedera meskipun oleh sebab
yang sederhana, meskipun oleh sepatu yang menyebabkan iritasi. Terlihat

23
bengkak dan kaku serta tampak memar dan merasakan adanya kelemahan
yang luas pada serat-serat protein kolagen, yang mengakibatkan robeknya
sebagian serat atau seluruh serat tendon. Terlihat depresi di tendon 3-5 cm
diatas tulang tumit. Tumit tidak bisa digerakan turun naik. Sebuah
kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di atas tulang
tumit. Biasanya, snap tiba-tiba atau pop dirasakan di bagian belakang
pergelangan kaki.
Pasien mungkin menggambarkan sensasi ditendang di bagian
belakang kaki. Nyeri bisa berat. nyeri yang datang secara tiba-tiba selama
melakukan kegiatan, khususnya saat mengubah arah lari atau pada saat lari
mendaki. Atlet mungkin merasakan adanya bagian yang lembek bila
meraba daerah sekitar tendon, hal ini dikarenakan adanya cairan
peradangan yang berkumpul dibawah selaput peritenon. Nyeri lokal,
bengkak dengan gamblang kesenjangan sepanjang Achilles tendon dekat
lokasi penyisipan, dan kekuatan plantarflexion lemah aktif semua sangat
menggambarkan keadaan pasien yang didiagnosis.14
2.8 Diagnosis
2.8.1 Anamnesa
Anamnesis adalah langkah awal pemeriksaan untuk mengetahui
onset dan gejala, serta gambaran klinis yang dialami pasien. Anamnesis
pasien harus mencakup umur, pekerjaan, kejadian terkini, mekanisme
terjadinya cedera, sifat nyeri dan gangguan fungsional. Selain itu, minta
pasien menggambarkan bagaimana timbulnya cedera dan persaan nyeri
saat terjadinya cedera. Hal yang perlu dipahami bahwa menentukan
apakah kakinya tertusuk, dislokasi, mengalami benturan, mengalami luka
robek, mengalami stress berulang atau menerima gaya langsung atau tak
langsung sehingga kemungkinan diagnosis dapat dipersempit.
Selain itu, gangguan medis sitemik seperti penyakit vaskuler
perifer atau diabetes melitus perlu ditelaah lebih dalam lagi. Status
neurovaskuler penting untuk diketahui. Pasien dengan nyeri yang

24
bertambah dan gangguan sensorik beresiko tinggi mengalami gangguan
dan membutuhkan perawatan medis segera.
2.8.2 Pemeriksaan fisik
Awali pemeriksaan fisik dengan melihat keadaan umum pasien,
kesadaran pasien, dan keadaan fisiknya. Setelah itu lakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital pada pasien.Selalu buka alas kaki termasuk sepatu dan
kaus kaki. Gunakan kaki yang tidak cedera sebagai perbandingan. Inspeksi
untuk melihat keberadaan edema, ekimosis, luka, deformitas, kepucatan,
sianosis, perdarahan, titik-titik yang lain yang dicurigai mengalami cederas
yang sama. Lakukan pemeriksaan palpasi pada bagian yang mengalami
cedera dengan hati-hati.
Pastikan adanya kelainan pada daerah yang dipalpasi dan ada nyeri
tekan atau tidak. Perlu diperhatikan jika pasien mengalami fraktur
sebaiknya dilakukan dengan hati-hati. Selalu pastikan pasiennya nyaman
saat melakukan pemeriksaan. Lakukan pulsasi juga dibagian
medioposterior kaki untuk meraba denyut arteri tibialis posterior dan arteri
maleolus medial. Jika denyut nadi tidak teraba dengan palpasi, USG
Doopler harus digunakan. Lakukan pergerakan untuk menilai kemampuan
gerak pasien dan catat hasilnya dan tentuka apakah gaya berjalannya
normal atau tidak. Pasien masih mungkin dapat plantarflex pergelangan
kaki dengan kompensasi dengan otot lain, tetapi kekuatan akan lemah.
Single-ekstremitas meningkat tumit tidak akan mungkin.

25
Gambar 3.4 Pemeriksaan pada tendon Achilles
Thompson test
Posisi pasien rawan dengan jelas kaki meja. Meremas betis
biasanya menghasilkan plantarflexion pasif pergelangan kaki. Jika
Achilles tendon tidak dalam kontinuitas, pergelangan kaki tidak akan pasif
flex dengan kompresi otot betis. Uji Simmonds ' (alias uji Thompson )
akan positif, meremas otot betis dari sisi yang terkena sementara pasien
berbaring rawan, menghadap ke bawah, dengan nya kaki menggantung
hasil longgar tidak ada gerakan (tidak ada plantarflexion pasif) kaki,
sementara gerakan diharapkan dengan tendon Achilles utuh dan harus
diamati pada manipulasi betis terlibat. Berjalan biasanya akan sangat
terganggu, karena pasien akan mampu melangkah dari tanah menggunakan
kaki terluka. Pasien juga akan dapat berdiri di ujung kaki itu, dan
menunjuk kaki ke bawah (plantarflexion) akan terganggu. Nyeri bisa
menjadi berat dan pembengkakan adalah hal umum yang terlihat pada
pasien.
O’brien test
Tes O’brien juga dapat dilakukan yang memerlukan menempatkan
jarum steril melalui kulit dan masuk ke tendon. Jika hub jarum bergerak
dalam arah yang berlawanan tendon dan arah yang sama dengan jari-jari

26
kaki ketika kaki bergerak naik dan turun maka tendon setidaknya sebagian
utuh.
Matles Test
Pada uji Matles, pasien disuruh memfleksikan kedua lutut dan
diamati perubahan posisi kaki. Tes ini positif jika kaki di sisi cedera
bergerak netral atau dorsofleksi.14

2.8.3 Pemeriksaan Penunjang

Radiografi polos untuk mengevaluasi struktur tulang. Jika bukti


hadir dari patah tuberositas calcaneal dan avulsion Achilles tendon, CT
dapat membantu untuk menilai pola fraktur kalkaneus. Akut achilles
tendon pecah biasanya adalah diagnosis yang dibuat secara klinis. Jika
diagnosis dipertanyakan, MRI atau, kadang-kadang, USG dapat membantu
untuk membuat diagnosis. Ada tiga arah pengambilan foto polos dasar
diindikasikan untuk cedera kaki yaitu arah anteroposterior, lateral, dan
oblik. Pemeriksaan MRI telah dianjurkan untuk kerusakan jaringan lunak
termasuk ruptur tendon, tetapi pemeriksaan tersebut jarang digunakan
dalam kasus darurat di UGD.

2.8.3.1 Magnetic Resonance Imaging

MRI dapat digunakan untuk membedakan pecah lengkap dari


degenerasi tendon Achilles, dan MRI juga dapat membedakan antara
paratenonitis, tendinosis, dan bursitis. Teknik ini menggunakan medan
magnet yang kuat untuk menyelaraskan seragam jutaan proton berjalan
melalui tubuh. proton ini kemudian dibombardir dengan gelombang radio
yang mengetuk beberapa dari mereka keluar dari keselarasan. Ketika
proton ini kembali mereka memancarkan gelombang radio sendiri yang
unik yang dapat dianalisis oleh komputer 3D untuk membuat gambar
penampang tajam dari area of interest. MRI dapat memberikan kontras
yang tak tertandingi dalam jaringan lunak untuk foto kualitas yang sangat

27
tinggi sehingga mudah bagi teknisi untuk melihat air mata dan cedera
lainnya.15

Gambar 3.5 Hasil MRI pada ruptur tendon Achilles

2.8.3.2 USG

1. Teknik pemeriksaan USG tendon achilles

USG merupakan teknik pencitraan yang terbaik untuk muskuloskeletal


karena biayanya murah, resolusi tinggi, tersedia di rumah sakit–rumah
sakit, dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien, dan tidak menimbulkan
radiasi ionisasi. Pemeriksaan USG muskuloskeletal menggunakan
transduser frekwensi tinggi 12 (sampai 20 MHz) untuk mengakses struktur
yang paling superfisial atau menggunakan transduser multifrekwensi (7,5-
12,5 MHz) untuk evaluasi umum struktur muskuloskeletal yang agak
dalam. Pemeriksaan tendon achilles menggunakan transduser
multifrekwensi (7,5-12,5 MHz) .16

28
Gambar 3.6 Pemeriksaan USG pada tendon Achilles

Pasien diposisikian prone/terlentang dengan kaki menggantung di tepi


meja (Gambar 3.6 (10)). Pergelangan kaki diposisikan dorsofleksi ringan
dan diberi transmisi tebal/gel untuk membantu mengoptimalkan
pencitraan. Dilakukan skening potongan longitudinal dan transversal
(gambar 3.6). Tendon achilles dapat mudah dilihat ketika transduser
diletakkan pada posisi sagital (potongan longitudinal untuk serat tendon).
Transduser dipindahkan ke proksimal tempat insersi di tuberositas
kalkaneus sampai ke myotendinous junction. Transduser diputar 90
derajat untuk evaluasi potongan transversal.16

Perlu membandingkan antara kedua sisi untuk melihat perbedaan jika di


curigai adanya robekan pada tendon achilles. Kemudian dilakukan
pengukuran tendon achilles hanya pada potongan transversal. Dilakukan
evaluasi dinamis untuk melihat adanya perdarahan, cairan, debris, jaringan
parut yang mungkin mengisi jarak antara ujung tendon yang robek.
Dengan gerakan kaki pasif menggunakan tes Thompson (tes dengan
meremas otot betis), jarak antara ujung tendon yang robek menjadi
lebih jelas. Salah satu ujung tendon bergerak tanpa gerakan translasi ke
ujung tendon lainnya. Perlu di lihat juga retroachilles dan bursa

29
retrokalkanes. Selain itu perlu dilihat tendon plantaris karena pada kasus
ruptur tendon achilles komplet, plantaris bisa menyerupai residu serabut
achilles yang intak.16,17

2. Tampilan normal tendon achilles pada USG

Tendon achilles normal terdiri atas fasikula serabut kolagen ekstrseluler


padat. Pada USG potongan longitudinal tampak garis linear fibrillar
hiperekoik (terang) tertutup paratenon (gambar 11a) dan pada potongan
transversal tampak tendon berbentuk bulat sampai ovoid (gambar 11b).
Tendon sangat reflektif, karena backscatter kuat dari USG, sehingga
tampak struktur ekogenik. Karena struktur kolagen ekstraselular,
ekogenitas tendon tergantung sudut balok USG (Gambar 12).5,16

Gambar 3.7. USG Tendon Achilles

30
Gambar 3.8 USG potongan transversal tendon Achilles

Normalnya, tendon achilles mempunyai ketebalan dan ekogenitas yang


seragam pada potongan longitudinal dengan tepi anterior dominan datar
atau cekung pada potongan transversal dengan ketebalan 4-7 mm.18

Tendon achilles dikelilingi oleh garis serabut sinovial atau jaringan ikat
padat (paratenon). Paratenon bukan merupakan serabut synovial
sebenanya, tampak sebagai garis reflektif ekogen yang samar di sekitar
tendon. Paratenon tidak menimbulkan adanya anisotropi sehingga dapat
dibedakan dengan tendon disekitarnya. Normalnya, bursa retrocalcanea
dapat terlihat sebagai cairan lapisan tipis, namun dinding normal bursa
terlalu tipis untuk dapat terdeteksi dengan USG. Sisi ventral tendon
achilles terdapat pre-achilles fat pad yang tampak sebagai struktur
ekogenik sedang yang relatif lebih rendah dibanding ekogenitas tendon
normal dan sifatnya ireguler. Anterior pre-achilles fat pad adalah
bagian dari fleksor betis, terutama terdiri dari 14 fleksor otot halusis
longus yang terletak diantara tibia posterior dan kortek talar (gambar 13).19

31
Gambar 3.9 Potongan Longitudinal Tendon Achilles

Pada pemeriksaan color Doppler tendon achilles tidak menunjukkan


adanya pembuluh darah. Namun pada kondisi yang jarang, kemungkinan
terdapat minimal aliran vaskuler masuk ke paratenon. Normalnya,
pembuluh darah sangat kecil terlihat di jaringan lemak pada pre-achilles
fat pad.20

Terdapat perkembangan terbaru teknik visualisasi tendon menggunakan


USG, diantaranya tissue harmonic imaging, compound imaging, dan
extended field of view (FOV) imaging.19

3. Temuan USG ruptur tendon Achilles

Ruptur tendon achilles paling banyak terjadi kira-kira 2-6 cm


proksimal tempat insersi calcaneus (sepertiga proksimal) dibanding
sepertiga media dan tengah. Ruptur tendon achilles parsial pada
pemeriksaan USG khas didapatkan pembesaran tendon achilles lebih dari
1 cm dan adanya area hipoekoik atau anekoik lokal intratendinosa dan
berkaitan dengan tendinosis disekitarnya (Gambar 14).

32
Gambar 3.10 USG potongan longitudinal ruptur tendon achilles

Pada ruptur komplet, tendon tampak tak terdeteksi pada daerah yang
mengalami cedera. Ujung robekan tendon tampak terpisah/diskontinyu
disertai perubahan kontur tendon (ekostruktur lusensi) disertai adanya
perdarahan di celah tendon yang mengalami retraksi. Selain itu tampak
adanya bayangan akustik di tepi robekan dan lesi hipoekoik tendinosis
disekitarnya (gambar 15).16,20

Gambar 3.11 Ruptur Parsial 1/3 prox Tendon Achilles

Temuan hasil operasi pada rupture tendon komplet adalah tendon yang
mengalami disrupsi komplet, sedang pada rupture komplet parsial

33
memberikan hasil operasi secara makroskopis berupa disrupsi parsial
tendon.

2.8.3.3 Pemeriksaan radiologis

Foto polos radiografi menyediakan informasi yang terbatas pada


struktur jaringan lunak sehingga tidak di rekomendasikan untuk
pemeriksaan rutin pada semua pasien dengan suspek gangguan tendon
achilles. Sebelum ada pemeriksaan USG dan MRI, pemeriksaan radiografi
jaringan lunak merupakan pemeriksaan yang paling sering dilakukan
untuk mencari adanya tanda Kager’s triangle fat pad pada gangguan
tendon achilles.5,16
Foto polos radiografi banyak tersedia di layanan kesehatan, terjangkau,
murah dan terkadang memberi informasi pada beberapa pasien dengan
nyeri pada tumit.5
Pada foto polos radiografi proyeksi lateral, normalnya, tepi tendon
achilles dan fat pad disekitar pre-achilles (Kager’s triangle fat pad) tampak
sebagai gambaran radiolusen dengan batas tegas terutama di anterior
(volar) tepi tendon (gambar 7).

34
Gambar 3.12 Foto Polos Tendon Achilles normal & ruptur
Secara morfologi, tendon achilles mempunyai tebal tidak lebih dari 8
mm dimensi AP, dengan bagian proksimal paling tebal dan menipis secara
bertahap di 1/3 bagian 11 distal sampai berinsersi di tuberkulum
calcaneus. Bursa retrocalcaneus tampak sebagai area radiolusen di anterior
sampai insersi distal tendon achilles kurang lebih 2 mm di bawah
permukaan superior calcaneus.16
Pemeriksaan foto polos radiografi ruptur tendon achilles menunjukkan
adanya pembengkakan soft tissue dan pengaburan di daerah Kager’s
triangle fat pad (gambar 8). Namun, selain pada kasus ruptur tendon
achilles, pengaburan Kager’s triangle fat pad tampak pada tendinopati dan
inflamasi/perdarahan di dalam fat pad pre-achilles. Adanya kalsifikasi atau
osifikasi pada tendon Achilles yang terlihat pada foto polos. merupakan
ciri tendinosis kronis atau menunjukkan adanya riwayat ruptur tendon
sebelumnya. Penonjolan di calcaneus merupakan salah satu tanda
bursitis retrocalcanea.16

35
Pemeriksaan USG dan MRI dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
secara akurat, namun jarang diperlukan pada kasus dengan temuan klinis yang
khas. Pemeriksaan USG dan MRI diperlukan untuk membantu ketika diagnosis
meragukan. Sehingga pemeriksaan USG dan MRI tidak direkomendasikan
untuk penggunaan rutin. Pemeriksaan USG membantu membedakan tendinitis,
paratendinitis, degenerasi, ruptur sebagian (parsial) maupun ruptur komplet.3

2.9 Diagnosa Banding


1. Partial Achilles Tendon Rupture
2. Calf Muscle Strain
3. Fascia Tears
4. Achilles Tendinitis

2.1 Penatalaksanaan
Pada saat cedera atau setelahnya, tubuh memulai proses
penyembuhan. Penyembuhan tendon adalah proses yang sangat kompleks
dengan interaksi antara darah dan selasal jaringan, mediator inflamasi dan
matriks molekul. Tujuannya adalah menyembuhkan dan memperbaiki
proses untuk mencapai hemostasis, integritas jaringan dan dapat
memberikan dukungan terhadap beban.23
Proses penyembuhan dapat dibagi menjadi tiga tahap
penyembuhan. Tahap pertama mencakup hemostasis yang berlangsung
selama beberapa hari. Fase ini dimulai segera setelah cedera. Terjadi
pembentukan bekuan darah, trombosit aktif dan terjadi vasodilatasi.
Terdapat kaskade mediator pro-inflamasi yang mengarah ke angiogenesis
dan perekrutan sel inflamasi ke daerah cedera dan sel-sel ini mulai dengan
penghancuran bekuan darah dan debris. Tahap kedua, dikenal sebagai
proliferasi atau perbaikan, dimulai hari ke dua setelah cedera dan
berlangsung hingga 6-8 minggu. Fase ini ditandai dengan aktifitas sintetis
oleh makrofag dan fibroblas. Terjadi pada beberapa hari setelah cedera
dan menyebabkan perekrutan sel dan melepaskan faktor pertumbuhan.
Fibroblas memproduksi sebagian besar kolagen tipe III untuk stabilitas

36
sementara. Tahap ketiga, yang dikenal sebagai renovasi atau fase 18
pematangan. Dimulai pada bulan 1-2 setelah cedera dan dapat
berlangsung selama lebih dari satu tahun. Selama fase ini, kolagen tipe I
mulai mendominasi dan struktur menjadi lebih teratur. Pada akhir fase ini
jaringan parut matur terbentuk, namun tendon akan menyembuh lambat
namun mungkin tidak lengkap.23
Terapi kasus ruptur tendon dapatberupa operasi maupun non
operasi (tindakan konservatif). Berdasar klasifikasi menurut keparahannya,
ruptur tendon achilles tipe I dengan tindakan konservatif, tipe II dengan
end to end anastomosis, tipe III dengan tendon graft flap, possible
synthetic graft, V-Y advancement, Bosworth turndown, tendon transfer
atau kombinasi. Sedang tipe IV dengan resesi gatrocnemius, turndown,
tendon transfer, free endon graft, synthetic graft atau kombinasi.

1. Tindakan non operasi


Tindakan dengan konservatif sangat bervariasi. Secara klasik
menggunakan gips panjang di kaki dengan lutut tertekuk/fleksi dan tumit di
equinus (selama 2-3 minggu), pemasangan gips pendek di kaki (selama 8
minggu). Pasien tidak boleh menumpu beban selama 6 minggu pertama.21,22
Pendekatan terkini dengan menggunakan bruce fungsional
dengan penahan beban sedang. Tindakan ini merupakan protokol yang
agresif, yaitu dengan menggunakan penjepit fungsional atau boot pra-
fabrikasi (Gambar 18). Pasien dimulai dengan menaikkan pergelangan
kaki plantar fleksi sampai 45 derajat. Kemudian secara bertahap
diturunkan menjadi netral (6 sampai 12 minggu). Latihan plantar fleksi
aktif dengan dorsofleksi selama beberapa waktu dan kemudian menjalani
protokol penguatan yang lebih agresif.
2. Tindakan operasi
Tindakan operasi meliputi teknik operasi terbuka, operasi terbuka terbatas,
dan perkutaneus. Tindakan operasi terbuka dengan membuat sayatan
memanjang sekitar 1 cm di medial ke tendon dengan menghindari iritasi dialas

37
kaki (gambar 19). Sayatan dilakukan melalui kulit dan jaringan subkutan
selubung tendon (paratenon). Perawatan yang hati-hati diparatenon penting untuk
proses penyembuhan tendon. Ujung tendon dilakukan debridement dan
kemudian dijahit dengan nonabsorbable. Terdapat kontraversi untung rugi
dilakukan jahitan di epitenon. Perlu diperhatikan tekanan akibat tindakan
sehingga harus dipikirkan adanya kolateral dari bagian sisi yang lain.23
Plantaris sering digunakan sebagai suplemen lokal jika jaringan
achilles miskin nutrisi. Gangguan yang signifikan dan ruptur yang
kronis mengakibatkan fungsi tendon dialihkan ke fleksor longus
digitorum, fleksor longus hallucis, atau peroneal.23
Teknik perkutan lebih populer. Beberapa perangkat (Integra
Achillon, Teno-Lig) dipromosikan untuk meminimalkan risiko
terjepitnya saraf sural yang merupakan komplikasi utama tindakan
perkutan ini. Biasanya insisi kecil (1 cm) dibuat di lokasi ruptur (baik
melintang atau membujur) yang memungkinkan ruptur dapat terlihat.
Tendon bagian proksimal dijepit dan dijahit perkutan melalui tendon
yang lebih proksimal dan ditarik masuk ke selubung tendon. Proses ini
diulang di bagian distal dan kemudian jahitan ini diikat bersama-sama.23
Teknik terbuka yang terbatas menggunakan elemen hibrid terbuka dan
teknik perkutan untuk meminimalkan gangguan jaringan. Prinsip fiksasi stabil,
panjang tendon yang tepat, penanganan jaringan lunak secara hati-hati, dan
perlindungan terhadap struktur saraf harus selalu dilakukan.23
Rehabilitasi
Ada tiga hal yang perlu diingat saat merehabilitasi sebuah Achilles pecah:
* rentang gerak,
* kekuatan fungsional,
* dan kadang-kadang dukungan orthotic
Ø Rentang gerak, Rentang gerak ini penting karena dibutuhkan ke dalam
pikiran ketatnya tendon diperbaiki. Ketika awal rehabilitasi pasien harus
melakukan peregangan ringan dan meningkatkan intensitas sebagai waktu
mengizinkan dan nyeri.

38
Ø Kekuatan fungsional, tendon ini penting karena merangsang perbaikan
jaringan ikat, yang dapat dicapai saat melakukan "peregangan pelari,"
(menempatkan jari-jari kaki beberapa inci
sampai dinding sementara tumit Anda ada di tanah). Melakukan peregangan
untuk mendapatkan kekuatan fungsional juga penting karena meningkatkan
penyembuhan pada tendon, yang pada gilirannya akan menyebabkan kembali
cepat untuk kegiatan. Peregangan ini harus lebih intens dan harus melibatkan
beberapa jenis berat bantalan, yang membantu reorientasi dan memperkuat
serat kolagen di pergelangan kaki terluka. Sebuah hamparan populer
digunakan untuk tahap rehabilitasi adalah menaikkan kaki pada permukaan
yang tinggi.
Ø Kadang-kadang dukungan orthotic. Ini tidak ada hubungannya dengan
peregangan atau memperkuat tendon, melainkan di tempat untuk menjaga
pasien nyaman. Ini adalah menyisipkan dibuat custom yang sesuai ke dalam
sepatu pasien dan membantu dengan pronasi tepat kaki, yang merupakan yang
dapat menyebabkan masalah dengan Achilles

2.2 Komplikasi
Komplikasi dari tindakan konservatif pada ruptur tendon achilles
antara lain terjadinya ruptur ulang dan penurunan kemampuan fleksi dari
plantar. Sedangkan komplikasi tindakan operasi perkutaneus atau operasi
terbuka adalah adanya infeksi kulit superfisial, infeksi dalam, ulkus pada
tumit, ruptur achilles ulang parsial ataupun komplit. Namun kejadian
ruptur ulang pada tindakan operasi lebih rendah dibandingkan dengan
tindakan hanya dengan konservatif.

2.3 Prognosis
Dengan perawatan yang tepat dan rehabilitasi, prognosis ruptur
achilles tendon baik hingga sempurna ( ad bonam ). Banyak atlet yang
mampu kembali ke aktivitas level semula dengan tindakan bedah atau
konservatif. Namun, individu yang menjalani pembedahan lebih sedikit

39
mengalami ruptur tendon achilles lagi. Tingkat ruptur ulang untuk
pengobatan operasi adalah 0—5% dibandingkan hampir 40% pada pasien
yang menggunakan treatment konservatif.

BAB IV
ANALISA KASUS

Pasien datang dengan keluhan luka pada daerah belakang pergelangan


kaki kanan. Setelah dilakukan anamnesis lebih lengkap, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang maka pasien ini di diagnosis Vulnus Scissum et
Regio Sural dengan Ruptur Tendon Achilles Dextra.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil temuan klinis yang didapat pada
anamnesis pasien, lalu temuan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik serta
hasil lain yang mendukung dari pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Berdasarkan anamnesis gejala yang didapatkan bahwa pasien tidak sengaja
terpijak parang yang dia gunakan dan melukai bagian belakang kaki
kanannya. Pasien langsung terjatuh dan merasakan nyeri hingga meraung
kesakitan. Pasien tidak mampu lagi berdiri. Setelah dilakukan penjahitan
terhadap luka robek pada kaki bagian belakang pasien di puskesmas terdekat,
pasien masih tetap mengeluhkan nyeri hebat dan susah menggerakkan kaki
kanannya. Pasien tidak dapat menggerakkan pergelangan kaki ke atas dan ke
bawah.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik status lokalis di regio crural posterior dextra

1. Look
- Keadaan umum penderita tampak sakit sedang
- Ekspresi wajah kesakitan

40
- Tidak ditemukan tanda-tanda anemia(conjungtiva anemis)
- Vulnus Scissum (+)
- Pendarahan Aktif
- Terdapat deformitas
- Edema (+)
- Terdapat edema pada regio sural
- Gangguan organ-organ lainnya (-)
2. Feel
- Suhu hangat
- Nyeri tekan pada regio cruris sinistra
- Krepitasi (-)
- A. Tibialis Posterior (teraba) A. dorsalis pedis (teraba)
- CRT<2 detik
- Pasien merasakan sentuhan nyeri yang dirangsang pada bagian
sekitar vulnus laceratum
- Panjang kedua ekstremitas inferior dextra dan sinistra sama
3. Move
- Pergerakan aktif dan pasif terbatas oleh karena nyeri
- Plantar Fleksi pedis dextra (-)
- Thompson Test (+) Tidak ada pergerakan (plantar fleksi)
- Copeland Test (tekanan 10-12 mmHg)
- Matles Test (+)
Pemeriksaan Penunjang
- Pada pemeriksaan darah rutin tidak didapatkan kenaikan dari WBC,
PLT, dan tidak ditemukan penurunan HGB, HCT, MCV, MCH,
MCHC.
- Pada pemeriksaan elektrolit dalam batas normal
Diagnosa
- Diagnosa pada pasien ini adalah Vulnus Scissum et Regio Sural dengan
Ruptur Tendon Achilles Dextra

41
Tatalaksana
Bila diagnosis klinis sudah jelas, penatalaksanaan dalam ruptur tendon
achilles dapat berupa tindakan operatif dan non operatif. Pada kasus ini
ruptur tendon didapatkan dengan etiologi trauma yang sebaiknya diberikan
tindakan operasi untuk menghindari terjadinya recurrent dan
mendapatkan hasil yang memuaskan.
Beberapa bentuk tindakan operatif yang dapat dilakukan:
1. Open
2. Limited Open
3. Percutaneous Techniques
Beberapa tindakan non-operatif yang dapat dilakukan:
• Latihan bergerak sangan penting dalam proses pemulihan rupture tendo
Achilles
• Pemakaian boot orthosis yang bisa dilepas dengan sisipan untuk tumit
agar ujung tendin dapat berdekatan bersama-sama. Kelebihan dari
pemakaian boot ini adalah pasien dapat bergerak.
• Pada robekan parsial dilakukan pemasangan gips sirkuler di atas lutut
selama 6-8 n minggu dalam posisi fleksi 30°-40° pada lutut dan fleksi
plantar pada pergelangan kaki.
• fisioterapi

42
BAB V
KESIMPULAN

Ruptur tendon Achilles merupakan ruptur tendon paling sering


ditemukan pada ekstremitas inferior. Tendon Achilles berasal dari musculus
gastrocnemius dan soleus serta otot plantaris yang menghubungkan dengan
kalkaneus. Ruptur tendon achilles (parsial atau komplet), merupakan salah satu
gangguan pada tendon achilles yang disebabkan karena trauma atau karena
penggunaan berlebih dari tendon Achilles. Diagnosis ruptur achilles didasarkan
atas anamnesis untuk menggali riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis.
Pencitraan memberikan tambahan informasi penting terhadap status tendon,
tulang dan struktur jaringan lunak disekitarnya. Sejak tahun 1990-an USG dan
MRI merupakan pencitraan penting yang menjadi rujukan para klinisi dalam
menegakkan diagnosis ruptur tendon achilles.
Pada kasus ini didapatkan ruptur tendon achilles yang disertai vulnus
scissum berukuran 13x5x6. Diagnosa didapatkan setelah anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang dilakukan. Beberapa pemeriksaan khusus memperkuat
adanya ruptur tendon achilles. Pasien dilakukan debridement dan terapi operatif
dengan open surgical menggunakan teknik penjahitan Krackow. Kemudian pasien
dilakukan pemasangan gips dengan posisi kaki plantar fleksi sehingga tendon
dapat berelaksasi. Follow up dilakukan selama 6 hari hingga akhirnya pasien
dipulangkan atas permintaan sendiri. Selanjutnya pasien disarankan untuk
mengikuti rehabilitasi dan memperkuat serta mengembalikan fungsi tendon
achilles yang cedera.

43

Anda mungkin juga menyukai