SKRIPSI
Oleh:
NIM. G1A114001
UNIVERSITAS JAMBI
2017
EFEK HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa)
TERHADAP KERUSAKAN HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ETANOL
SKRIPSI
Oleh:
NIM. G1A114001
UNIVERSITAS JAMBI
2017
ii
PERSETUJUAN SKRIPSI
Disusun oleh:
NIM. G1A114001
Dr. dr. Fairuz Quzwain, SpPA, M.Kes dr.Hj. Yulinda Fetri Tura, M.Kes
NIP: 19750814200501 2 001 NIP: 19660704 199603 2 001
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Disusun oleh:
NIM G1A114001
Dr. dr. Fairuz Quzwain, SpPA, M.Kes dr.Hj. Yulinda Fetri Tura, M.Kes
NIP: 19750814200501 2 001 NIP: 19660704 199603 2 001
Tanggal 2017
Universitas Jambi
iv
EFEK HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa)
TERHADAP KERUSAKAN HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ETANOL
Disusun oleh:
NIM G1A114001
hari/tanggal:
pukul:
tempat:
Penguji II :
v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : G1A114001
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tugas akhir skripsi yang saya tulis
ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir skripsi ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Jambi, 2017
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Efek Hepatoprotektor Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa) Terdahap
Kerusakan Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague
Dawley yang Diinduksi Etanol”. Penelitian ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Program Studi Kedokteran
Universitas Jambi.
vii
6. dr. Ahmad Syauqy, M.Biomed selaku pembimbing akademik, atas segala
bimbingan dan motivasi kepada penulis selama menempuh studi di
program studi kedokteran.
7. Dosen pengajar program studi kedokteran yang telah memberikan ilmu
kepada penulis selama menempuh perkuliahan di program studi
kedokteran.
8. dr. Hasna Dewi, Sp.PA Selaku kepala laboratorium Biomedik FKIK
Universitas Jambi yang telah mengizinkan penggunaan fasilitas
laboratorium selama penelitian.
9. Staff bagian akademik, laboratorium dan perlengkapan FKIK Universitas
Jambi, yaitu kak Ibet, kak Lina, kak Dina, kak Pegy, pak Yusiro, dan bang
Wadi yang telah banyak membantu dari sebelum penelitian hingga
selesainya penelitian.
10. Sahabat Osce Kece yang penulis cintai dan teman-teman angkatan 2014
Program Studi Kedokteran Universitas Jambi yang selalu mendukung
selama mengikuti kuliah dan menyelesaikan laporan skripsi ini.
11. Sahabat Djr yang selalu memberikan dukungan dari jauh kepada penulis.
Jambi, 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….. iv
HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR……………………………………………………. vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………....xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………….4
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………….. 4
1.3.1 Tujuan Umum………………………………………………... 4
1.3.2 Tujuan Khusus……………………………………………….. 4
1.4 Manfaat Penulisan…………………………………………….5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Pustaka………………………………………………... 6
2.1.1 Hepar………………………………………………...6
2.1.1.1 Anatomi Hepar……………………………...6
2.1.1.2 Histologi Hepar……………………………..8
2.1.1.3 Fisiologi Hepar………………………….…..
10
2.1.1.4 Histopatologi Hepar………………………... 12
2.1.2 Tikus Putih (Rattus norvegicus)…………………….
14
2.1.2.1 Taksonomi Tikus Putih…………………….. 15
2.1.3 Radikal Bebas, Stress Oksidatif dan Antioksidan
2.1.3.1 Radikal Bebas……………………………… 16
2.1.3.2 Stress Oksidatif…………………………….. 20
2.1.3.3 Antioksidan………………………………… 21
2.1.4 Etanol…..................................................................
ix 22
2.1.4.1 Definisi Etanol……………………………... 22
2.1.4.2 Absorbsi Etanol……………………………..22
2.1.4.3 Distribusi Etanol…………………………… 22
2.1.4.4 Metabolisme Etanol………………………... 23
2.1.4.5 Ekskresi Etanol…………………………….. 24
2.1.4.6 Pengaruh Etanol Terhadap Hepar………….. 24
2.1.5 Jintan Hitam………………………………………... 27
2.1.5.1 Taksonomi Jintan Hitam…………………… 27
2.1.5.2 Morfologi Jintan Hitam……………………..
28
2.1.5.3 Manfaat Jintan Hitam Terhadap Hepar……..29
2.1.5.4 Kandungan Kimia Jintan Hitam…………….29
2.1.6 Ekstraksi…………………………………………….31
2.1.6.1 Metode Ekstraksi…………………………... 31
2.1.7 Euthanasia………………………………………….. 34
2.1.7.1 Metode Euthanasia…………………………. 34
2.2 Kerangka Teori………………………………………………. 37
2.3 Kerangka Konsep……………………………………………..38
2.4 Premis………………………………………………………... 39
2.5 Hipotesis…………………………………………………....... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Persentase hasil penilaian histopatologis hepar tikus kelompok I…...56
Tabel 4.2 Persentase hasil penilaian histopatologis hepar tikus kelompok II….57
Tabel 4.3 Persentase hasil penilaian histopatologis hepar tikus kelompok III…57
Tabel 4.4 Persentase hasil penilaian histopatologis hepar tikus kelompok IV…58
Tabel 4.5 Persentase hasil penilaian histopatologis hepar tikus kelompok V….58
xii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Pada tahun 2014, WHO melaporkan 38,3% penduduk di dunia di atas usia
15 tahun telah mengkonsumsi alkohol dalam 12 bulan terakhir. Angka konsumsi
per kapita di seluruh dunia mencapai 6,2 liter dan terus meningkat. Proporsi
pemakaian alkohol di Indonesia sendiri mencapai 0,6 liter per kapita. Hal ini
dipengaruhi oleh meningkatnya status sosial ekonomi sebagian besar penduduk,
sehingga mulai munculnya budaya minum alkohol, dan semakin mudahnya akses
untuk mendapatkan alkohol secara bebas.3
Fatty liver atau perlemakan hepar terjadi pada sekitar 90% individu yang
mengkonsumsi alkohol lebih dari 60 gram per hari, namun mungkin juga bisa
terjadi pada individu yang mengkonsumsi kurang dari jumlah tersebut. Beberapa
studi telah menyebutkan bahwa perkembangan untuk terjadinya fibrosis dan
sirosis pada hepar dapat terjadi pada 5-15% individu, apabila mengkonsumsi
alkohol sebanyak 37-40 gram per hari.6
prekursor glutation dapat mencegah kerusakan hepar pada tikus. Peran radikal
bebas dalam cedera hepar yang disebabkan oleh alkohol dan efek perlindungan
antioksidan dalam mengurangi efek toksik menunjukkan bahwa stress oksidatif
adalah penyebab utama dalam kerusakan hepar yang diinduksi etanol.7
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti efek hepatoprotektor jintan
hitam (Nigella sativa) terhadap kerusakan hepar tikus putih (rattus norvegicus)
jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi etanol.
Hepar dibagi dalam lobus dexter yang besar dan lobus sinister yang kecil
oleh ligamentum falciforme. Lobus dexter terbagi lagi menjadi lobus quadratus
dan lobus caudatus.11
7
Gambar 2.1 Hepar, dilihat dari anterior dan posterior
Dikutip dari: McKinley, Michael. Human Anatomy. Edisi 3.
Seluruh hepar dikelilingi oleh kapsula fibrosa, hanya sebagian ditutupi
6
oleh peritoneum. Hepar tersusun oleh lobulus-lobulus hepatis. Vena centralis pada
masing-masing lobulus bermuara ke vena hepatica. Di dalam ruangan di antara
lobulus-lobulus terdapat canalis hepatis, yang berisi cabang-cabang arteria
hepatica, vena porta, dan sebuah cabang dari ductus choledochus (trias hepatis).
Darah arteri dan vena berjalan di antara sel-sel hepar melalui sinusoid dan
dialirkan ke vena centralis.11
1. Ligamenta Hepatis
Ligamentum falcifrome, yang merupakan lipatan ganda peritoneum,
berjalan ke atas dari umbilicus ke hepar. Ligamentum falciforme berjalan ke
permukaan anterior dan kemudian ke permukaan superior hepar dan akhirnya
membelah menjadi dua lapis. Lapisan kanan membentuk lapisan atas ligamentum
coronarium, lapisan kiri membentuk lapisan atas ligamentum triangulare
sinistrum. Bagian kanan ligamentum coronarium dikenal sebagai ligamentum
triangulare dextrum.11
2. Perdarahan
a. Arteri
Arteri hepatica propria, cabang arteri coeliaca (truncus coeliacus), berakhir
dengan bercabang menjadi ramus dexter dan sinister yang masuk ke dalam
porta hepatis.11
b. Vena
Vena porta berakhir dengan bercabang menjadi cabang dexter dan sinister
8
yang masuk porta hepatis di belakang arteri. Vena hepatica (tiga buah atau
lebih) muncul dari permukaan posterior hepatis dan bermuara ke dalam vena
cava inferior.11
c. Sirkulasi Darah Melalui Hepar
Pembuluh-pembuluh darah yang mengalirkan darah ke hepar adalah
arteria hepatica propria (30%) dan vena porta (70%). Arteria hepatica propria
membawa darah yang kaya oksigen ke hepar, dan vena porta membawa darah
yang kaya akan hasil metabolisme pencernaan yang sudah diabsorbsi dari
tractus gastrointestinalis.
Darah arteri dan vena dialirkan ke vena centralis masing-masing lobulus
hepatis melalui sinusoid hepar. Vena centralis mengalirkan darah ke vena
hepatica dextra dan sinistra, dan vena-vena ini meninggalkan permukaan
posterior hepar dan bermuara langsung ke dalam vena cava inferior.11
3. Aliran Limfe
Hepar menghasilkan banyak cairan limfe, sekitar sepertiga sampai
setengah dari jumlah seluruh cairan limfe tubuh. Pembuluh limfe
meninggalkan hepar dan masuk ke dalam sejumlah kelenjar limfe yang ada di
dalam porta hepatis.11
4. Persarafan
Saraf simpatik dan parasimpatik membentuk plexus coeliacus. Truncus
vagalis anterior mencabangkan banyak ramus hepaticus yang berjalan
langsung ke hepar.11
Hepar dibungkus oleh suatu simpai tipis jaringan ikat yang menebal di
hilus, tempat vena porta dan arteri hepatica memasuki organ dan keluarnya duktus
hepatica kiri dan kanan serta pembuluh limfe dari hepar. Sel-sel hepar atau
hepatosit merupakan sel yang berkelompok membentuk lempeng-lempeng yang
saling berhubungan. Hepatosit tersusun berupa ribuan lobulus hepar kecil
polyhedral yang merupakan unit fungsional dan struktural hati yang klasik.12
9
Setiap lobulus memiliki tiga sampai enam area portal di bagian perifernya
dan suatu venula yang disebut vena sentral di bagian pusatnya. Zona portal
disudut lobulus terdiri atas jaringan ikat dengan suatu venula (cabang vena portal),
arteriol (cabang arteri hepatica), dan duktus epitel kuboid (cabang sistem duktus
biliaris) ketiga struktur yang disebut trias porta.12
Mungkin kurang dari 1% bakteri yang masuk ke darah portal dari usus
berhasil melewati hepar masuk ke dalam sirkulasi sistemik.
3. Fungsi metabolik hepar
a. Metabolisme karbohidrat
Dalam metabolisme karbohidrat, hepar melakukan fungsinya yaitu
menyimpan glikogen dalam jumlah besar, konversi galaktosa dan
fruktosa menjadi glukosa, glukoneogenesis, pembentukan banyak
senyawa kimia dari produk antara metabolisme karbohidrat.
b. Metabolisme Lemak
Walaupun sebagian besar sel tubuh memetabolisme lemak, aspek
tertentu dari metabolisme lemak terutama terjadi di hepar. Fungsi
spesifik hepar dalam metabolisme lemak yaitu oksidasi asam lemak
untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang lain, sintesis
kolesterol, fosfolipid, dan sebagian besar lipoprotein, serta sintesis
lemak dari protein dan karbohidrat.
c. Metabolisme protein
Fungsi hepar yang paling penting dalam metabolisme protein yaitu
deaminasi asam amino, pembentukan ureum untuk mengeluarkan
amonia dari cairan tubuh, pembentukan protein plasma, interkonversi
beragam asam amino dan sintesis senyawa lain dari asam amino.
d. Fungsi metabolik hepar yang lain
1. Hepar merupakan tempat penyimpanan vitamin
Hepar mempunyai kecenderungan tertentu untuk menyimpan
vitamin. Vitamin yang paling banyak disimpan dalam hepar adalah
vitamin A, tetapi biasanya juga disimpan sejumlah besar vitamin D
dan vitamin B12.
2. Hepar menyimpan besi dalam bentuk ferritin
Sel hepar mengandung sejumlah besar protein yang disebut
apoferritin, yang dapat bergabung dengan besi baik dalam jumlah
sedikit ataupun banyak. Oleh karena itu, bila besi banyak tersedia
dalam cairan tubuh, maka besi akan berikatan dengan apoferritin
12
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Subkelas : Theria
Ordo : Rodensia
Subordo : Sciurognathi
Famili : Muridae
Subfamili : Murinae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
melisiskan air menjadi radikal .OH. Selain itu ion logam seperti Fe2+,
Co2+ dan Cu+ juga dapat bereaksi dengan oksigen atau hydrogen
peroksida (H2O2), menghasilkan radikal OH.20
efeknya yang berbahaya dan merusak adalah superoksida (O‐), hydroxyl (OH),
dan perhydroxyl (O2H). Kerusakan jaringan akibat serangan ROS dikenal dengan
stress oksidatif.20
Hepar adalah organ pertama yang diserang oleh ROS. Sel-sel parenkim
adalah dasar sel yang mengalami stress oksidatif akibat cedera pada hepar. Pada
mitokondria, mikrosom dan peroksisom dalam sel-sel parenkim dapat
menghasilkan ROS, dan meregulasi PPARα, yang terutama terkait dengan
oskidasi asam lemak hepar. Selain itu, sel kupffer dan sel-sel endotel yang
berpotensi lebih sensitif terhadap stress oksidatif. Berbagai sitokin seperti TNF-α
dapat diproduksi dalam sel-sel kupffer yang mengalami stress oksidatif yang
mungkin dapat meningkatkan terjadinya proses peradangan dan apoptosis. Stress
oksidatif dianggap sebagai salah satu mekanisme patologis yang mengakibatkan
inisiasi dan perkembangan berbagai penyakit hepar, seperti hepatitis kronis virus,
penyakit hepar yang disebabkan alkohol dan steatohepatitis non-alkoholik.22
Gambar 2.6 Skema umum mekanisme stres oksidatif menginduksi penyakit hepar
Dikutip dari: Li Sha, dkk, 2015
2.1.3.3 Antioksidan
Di dalam sistim biokimia terdapat keseimbangan antara prooksidan
dan antioksidan, sehingga jaringan tubuh terhindar dari kerusakan akibat
ROS. Ketika terjadi peningkatan kadar ROS, tubuh akan merespon dengan
22
memproduksi enzim CAT, HPx, dan SOD untuk menetralkan ROS. Namun
demikian tetap ada sebagian ROS yang masih tersisa, terutama bila produksi
ROS berlebihan. Untuk meredam ROS yang masih tersisa perlu disediakan
antioksidan tambahan seperti vitamin C, vitamin E, asam urat, polyfenol
(flavonoid), dll untuk meminimalisir efek ROS tersebut.20
2.1.4 Etanol
2.1.4.1 Definisi Etanol
Etanol (C2H5OH) ialah suatu molekul kecil, larut dalam air, dan diserap
dengan cepat dari saluran pencernaan.23
23
sistem SOEM dan pembentukan produk toksin dari reaksi sitokrom P450
(toksin, radikal bebas, H2O2).
Ingesti jangka pendek hingga 80 gram alkohol (delapan bir atau 7 ons
liquor berkadar 80 persen) selama satu sampai beberapa hari umunya
menyebabkan kelainan hepar, seperti perlemakan hepar, yang ringan dan
reversibel. Asupan harian 80 gram atau lebih etanol, menimbulkan risiko
signifikan cedera hepar berat, dan ingesti harian 160 gram atau lebih selama 10
sampai 20 tahun secara konsisten menyebabkan cedera yang berat.1
25
29
Pembungaan dan pembuahan terjadi dari bulan November hingga April.
umumnya dibudidayakan pada tanah yang kering, dan sekitar 10-15 hari adalah
waktu untuk tumbuhnya kecambah Nigella sativa.27
Salah satu efek yang paling penting pada Nigella sativa adalah
hepatoprotektif yang ditelah dijelaskan dalam berbagai penelitian. Thymoquinone
memiliki kemampuan untuk menghambat peroksidasi lipid. Thymoquinone dapat
mengurangi stress oksidatif dan meningkatkan pertahanan antioksidan dalam
tubuh. Penurunan malondialdehyde dan biomarker stress oksidatif lain terjadi
secara paralel dengan peningkatan total thiol dan level glutathione adalah hasil
dari pengobatan menggunakan thymoquinone. Glutathione dalam hati ditemukan
terutama dalam konsentrasi tinggi dalam hati dan dikenal memiliki dalam
mekanisme sebagai pelindung. Turunnya konsentrasi thiol disebabkan oleh stress
oksidatif yang dapat mengakibatkan inaktivasi protein, oksidasi protein,
peroksidasi lipid, gangguan dalam homeostasis kalsium dan kehilangan viabilitas
sel. Penurunan radikal dengan thymoquinone dapat mengurangi risiko radikal
tersebut menyerang DNA dan juga dapat mengurangi risiko kanker.6
2.1.6 Ekstraksi
Ekstraksi yaitu penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah
obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan akan
larut. Sedangkan ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan yang
diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat,
menggunakan menstrum yang cocok, uapkan semua atau hampir semua dari
pelarutnya dan sisa endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya.29
32
34
2.1.7 Euthanasia
Pemanfaatan hewan pada bidang penelitian yamg disebut sebagai hewan
model atau hewan percobaan telah berlangsung sejak berabad lalu sejalan dengan
berkembangnya bidang kedokteran. Pemanfaatannya semakin meluas setelah
ditemukannya anaesthesi dan publikasi dari Darwin yang menyatakan bahwa ada
persamaan secara biologis antara manusia dan hewan.32
Ironisnya hewan yang telah selesai menjalani perlakuan, untuk melihat
perubahan yang ditimbulkan oleh agen yang diujikan maka di akhir masa
penelitian hewan tersebut harus dimatikan. Periode mematikan hewan percobaan
ini yang dikenal sebagai euthanasia. 32
Hepar Etanol
Cedera
Reduksi NAD
ADH CYP2E1 berlebihan
Regenerasi
NADH
Fibrosis
Jintan
Oksidasi etanol
Hitam
Inflamasi
Terjadi
Asetaldehid pergeseran
Nekrosis dan
NADH/NAD
apoptosis
Keterangan:
ADH : Alcohol dehidrogenase
NADH : Nicotinamide adenine dinucleotide
ROS : Reactive oxygen species
38
: Menghambat
Hepar
Penyakit primer
utama Etanol
Jintan Hitam
ROS
Kerusakan Hepar
Ekstrak jintan hitam
konsentrasi 37,5%
Perlemakan Hepar
Keterangan:
: Menghambat
2.4 Premis
Dari berbagai literatur di atas, maka didapatkan beberapa premis:
Premis 1: Penyakit primer utama pada hepar adalah penyakit hepar
alkoholik (Robbins & Cotran, 2009).
Premis 2: Penyakit hepar alkoholik merupakan kerusakan hepar yang
disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebih (Li Shaa, dkk, 2016).
Premis 3: Etanol (alkohol) dapat menyebabkan stress oksidatif dengan
hepar sebagai target utama (Katzung, 2010).
Premis 4: Peningkatan ROS (stress oksidatif) dapat menyebabkan
peroksidasi lemak (Robbins & Cotran, 2009).
Premis 5: Peningkatan ROS dalam mitokondria dapat menyebabkan
peningkatan ketogenesis dan sintesis asam lemak yang menyebabkan
terbentuknya degenerasi lemak pada hepar (Katzung, 2010).
Premis 6: Jintan hitam mengandung efek hepatoprotektif yang mampu
menghambat peroksidasi lemak (Mollazadeh H, Hosseinzadeh H, 2014).
Premis 7: Thymoquinone yang terkandung dalam jintan hitam dapat
mengurangi stress oksidatif dan dapat meningkatkan antioksidan tubuh
(Mollazadeh H, Hosseinzadeh H, 2014).
2.5 Hipotesis
Berdasarkan premis di atas, didapatkan hipotesis pada penelitian ini yaitu
terdapat efek hepatoprotektor ekstrak jintan hitam (Nigella sativa) terhadap
kerusakan hepar tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley
yang diinduksi etanol.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Adaptasi Tikus putih Tikus putih Tikus putih Tikus putih Tikus putih
selama 1 kel. I kel. II kel. III kel. IV kel. V
minggu
40
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan dewasa galur Sprague Dawley berumur 3-4 bulan yang
diperoleh dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi dan
Palembang Tikus Center.
(n-1)(t-1) ≥ 15
Keterangan :
t : Jumlah kelompok percobaan
n : Jumlah pengulangan atau jumlah sampel tiap kelompok
(n-1)(t-1) ≥ 15
(n-1)(5-1) ≥ 15
(n-1)(4) ≥ 15
4n-4 ≥ 15
4n ≥ 15 + 4
n ≥ 19/4
n ≥ 4,75
b. Variabel Independen
1. Variabel independen 1
Adalah tikus putih sebagai kontrol normal yang hanya diberikan
aquadest 0,01 ml/grBB (p.o) 1x/hari selama 14 hari.
2. Variabel independen 2
Adalah tikus yang hanya diberikan larutan etanol 50% per oral
dosis 0,01 ml/grBB (p.o) 1x/hari selama 14 hari.
3. Variabel independen 3
Adalah tikus yang diberikan ekstrak jintan hitam dengan
konsentrasi 25% dan larutan etanol 50% dosis 0,01 ml/grBB
selama 14 hari.
4. Variabel independen 4
Adalah tikus yang diberikan ekstrak jintan hitam dengan
konsentrasi 37,5% dan larutan etanol 50% dosis 0,01 ml/grBB
selama 14 hari.
5. Variabel Independen 5
Adalah tikus yang diberikan ekstrak jintan hitam dengan
konsentrasi 50% dan larutan etanol 50% dosis 0,01 ml/grBB
selama 14 hari.
b. Degenerasi lemak/steatosis
Merupakan akumulasi butiran lemak didalam hepatosit. 21
Perlemakan hepar adalah respon yang paling awal dan yang paling umum
terhadap ingesti etanol dosis sedang atau besar. Perlemakan hepar terjadi
ketika etanol menghambat kemampuan hepatosit untuk mengangkut lemak
yang menyebabkan akumulasi lemak di dalam hepatosit.34,35
Diagnosis hepatosit dapat ditegakkan jika perlemakan di hepar
melebihi 5-10%.36,37
c. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah gambaran histopatologis kerusakan
hepar tikus. Sediaan hepar diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran
100x10. Kerusakan yang diamati berupa degenerasi lemak yang terjadi
pada hepatosit. Skala degenerasi lemak kemudian dihitung secara
semikuantitatif dalam 5 lapang pandang berbeda dengan mikroskop
cahaya perbesaran 100x10.38
d. Variabel Independen
Variabel independen berupa dosis pemberian ekstrak jintan hitam
dan larutan etanol yang diberikan pada tikus.
46
Skala: Rasio
2 Gambaran histopatologis Cara: Preparat histopatologis Grading hepatosit
kerusakan hepar tikus hepar yang telah dibuat yang mengalami
yang hanya diberikan diamati dibawah mikroskop degenerasi lemak:
larutan etanol 50% dengan perbesaran 100x10.
sebanyak 0,01 ml/grBB. Skala degenerasi 0= tidak ditemukan
lemak
Pemberian larutan etanol kemudian dihitung secara degenerasi lemak
sekali sehari p.o selama semikuantitatif dalam 1= < 10%
5
14 hari. lapang pandang berbeda. 2= 10%-33%
3= 34%-66%
Alat: Menggunakan 4=>66%-100%
mikroskop cahaya dengan
perbesaran 100x10.
Skala: Rasio
Cara/Alat/Skala
Kel Definisi Operasional Hasil
Pengukuran
3 Gambaran histopatologis Cara: Preparat histopatologis Grading hepatosit
47
kerusakan hepar tikus hepar yang telah dibuat yang mengalami
yang diberikan ekstrak diamati dibawah mikroskop degenerasi lemak:
jintan hitam dengan dengan perbesaran 100x10.
konsentrasi 25% lalu Skala degenerasi lemak 0= tidak ditemukan
setelah 2 jam diberikan kemudian dihitung secara degenerasi lemak
etanol 50% sebanyak semikuantitatif dalam 5 1= < 10%
0,01ml/grBB. Pemberian lapang pandang berbeda. 2= 10%-33%
ekstrak jintan hitam dan 3= 34%-66%
etanol sekali sehari p.o Alat: Menggunakan 4=>66%-100%
selama 14 hari. mikroskop cahaya dengan
perbesaran 100x10.
Skala: Rasio
4 Gambaran histopatologis Cara: Preparat histopatologis Grading hepatosit
kerusakan hepar tikus hepar yang telah dibuat yang mengalami
yang diberikan ekstrak diamati dibawah mikroskop degenerasi lemak:
jintan hitam dengan dengan perbesaran 100x10.
konsentrasi 37,5% lalu Skala degenerasi lemak 0= tidak ditemukan
setelah 2 jam diberikan kemudian dihitung secara degenerasi lemak
etanol 50% sebanyak semikuantitatif dalam 5 1= < 10%
0,01ml/grBB. Pemberian lapang pandang berbeda. 2= 10%-33%
ekstrak jintan hitam dan 3= 34%-66%
etanol sekali sehari p.o Alat: Menggunakan 4=>66%-100%
selama 14 hari. mikroskop cahaya dengan
perbesaran 100x10.
Skala: Rasio
Cara/Alat/Skala
Kel Definisi Operasional Hasil
Pengukuran
5 Gambaran histopatologis Cara: Preparat histopatologis Grading hepatosit
kerusakan hepar tikus hepar yang telah dibuat yang mengalami
yang diberikan ekstrak diamati dibawah mikroskop degenerasi lemak:
jintan hitam dengan dengan perbesaran 100x10.
konsentrasi 50% lalu Skala degenerasi lemak 0= tidak ditemukan
setelah 2 jam diberikan kemudian dihitung secara degenerasi lemak
etanol 50% sebanyak semikuantitatif dalam 5 1= < 10%
0,01ml/grBB. Pemberian lapang pandang berbeda. 2= 10%-33%
ekstrak jintan hitam dan 3= 34%-66%
etanol sekali sehari p.o Alat: Menggunakan 4=>66%-100%
selama 14 hari. mikroskop cahaya dengan 48
perbesaran 100x10.
Skala: Rasio
c. Prosedur penelitian
1. Tikus sebanyak 25 ekor dikelompokkan dalam 5 kelompok.
Setiap kelompok diberikan perlakuan yang berbeda, kelompok I
kontrol normal, dimana hanya diberikan aquadest. Kelompok II
sebagai kontrol patologis, dimana diberikan etanol 50% 0,01
ml/grBB. Kelompok III adalah kelompok perlakuan dengan
pemberian etanol 50% 0,01 ml/grBB ditambah ekstrak jintan hitam
dengan konsentrasi 25%, Kelompok IV adalah kelompok
perlakuan dengan pemberian etanol 50% 0,01 ml/grBB ditambah
ekstrak jintan hitam dengan konsentrasi 37,5%, dan kelompok V
adalah kelompok perlakuan dengan pemberian etanol 50% 0,01
ml/grBB ditambah ekstrak jintan hitam dengan konsentrasi 50%
dan etanol 50% tersebut diberikan sebanyak 1 kali/hari. Masing-
masing diberikan secara per oral selama 14 hari.
2. Mengukur berat badan tikus sebelum perlakuan.
3. Memberi tikus ekstrak jintan hitam dan etanol 50% selama 14
50
hari secara per oral. Tikus tetap diberikan makan dan minum ad
libitum.
4. Setelah 14 hari, perlakuan dihentikan.
5. Tikus diterminasi dengan melakukan dislokasi pada leher tikus.
6.Tikus dilakukan laparotomi, hepar tikus diambil dan dibuat
preparat mikroskopis. Pembuatan dilakukan dengan metode
paraffin dan pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Hematoksilin
memiliki sifat pewarna basa, yaitu memulas unsur jaringan yang
basofilik, sedangkan eosin memulas unsur jaringan yang bersifat
asidofilik.
7. Sampel hepar difiksasi dengan larutan formalin 10%, kemudian
dibuat preparat di laboratorium RS Abdul Manap Kota Jambi.
` d. Prosedur pemeriksaan dan teknik pembuatan preparat histopatologi
Prosedur pemeriksaan dan teknik pembuatan preparat
histopatologis:5
1. Pemeriksaan Makroskopis
Dilakukan oleh dokter dan didampingi analis kesehatan/teknisi
laboratorium, hasil pemeriksaan dicatat dan memotong jaringan
yang dicurigai.
2. Prosessing Jaringan
Untuk prosessing jaringan ada 2 cara: memakai alat tissue
prosessor automatic yang bekerja ± jam (bisa diubah sesuai
kebutuhan) dan dengan cara manual, prosessing manual
menggunakan oven dengan suhu 60⁰C. Pada penelitian ini,
prosessing jaringan dilakukan dengan cara manual. Tahapan
kerjanya yaitu:
a. Fiksasi
Botol 1. Buffer formalin 10% selama 30 menit.
Tujuannya untuk mempertahankan struktur sel
sehingga menjadi stabil secara fisik dan kimiawi dan
mencegah terjadi dialisis atau pembengkakan pada ruptur.
51
b. Dehidrasi
Botol 2. Alkohol 70% selama 30 menit.
Botol 3. Alkohol 80% selama 30 menit.
Botol 4. Alkohol 95% selama 30 menit.
Botol 6. Alkohol etanol xylol selama 30 menit.
Tujuannya untuk menghilangkan/menarik air dalam
jaringan dengan cara mulai konsentrasi terendah sampai
konsentrasi tinggi.
c. Clearing
Botol 7. Xylol selama 30 menit
Tujuannya untuk menarik keluar kadar alkohol yang
berada dalam jaringan, warna yang bening pada jaringan
dan juga sebagai perantara masuknya kedalam paraffin.
d. Infiltrasi paraffin
Botol 8. Paraffin cair sampai besok pagi (24 jam)
Tujuannya untuk mengisi rongga atau pori-pori
yang ada pada jaringan setelah ditinggal cairan xylol.
3. Pengeblokan
Tujuannya agar mudah dipotong menggunakan mikrotom
untuk mendapatkan irisan jaringan yang sangat tipis (sesuai
yang diinginkan).
Cara kerja:
a. Hangatkan paraffin cair, pinset dan penutup cetakan
b. Paraffin cair dituang kedalam cetakan
c. Jaringan dari prosessing dimasukkan kedalam cetakan yang
telah diisi paraffin cair, tekan jaringan agar semakin
menempel didasar cetakan
52
d. Tutup cetakan diambil, letakkan diatas cetakan dan ditekan.
Pasang etket dipinggir.
e. Biarkan sampai membeku
f. Setelah beku, keluarkan dari cetakan. Rapikan sisi-sisi blok.
Ganti etiket dengan yang permanen.
4. Pemotongan dengan mikrotom
a. Sebelum pemotongan masukkan kedalam plastik yang diisi
air dan letakkan di freezer ± 15 menit atau diberi batu es
b. Blok dijepit pada mikrotom kemudian dipotong dengan
pisau mikrotom dengan kemiringan ± 30⁰ dan tebal blok
paraffin ± 4-5 mikron
c. Hasil pemotongan dimasukkan kedalam waterbath yang
diisi air dan yang sudah dihangatkann50⁰C, kemudian
diambil dengan kaca objek. Meletakkan potongan kedalam
waterbath tidak boleh terbalik.
5. Pengecatan/pewarnaan
Umumnya menggunakan cat Hematoxylin-Eosin (HE).
Proses pengecatan:
a. Deparafinasi
Preparat masuk ke xylol I dan II masing-masing 3
menit, kemudian keringkan. Tujuannya untuk
melarutkan/melepaskan paraffin yang melekat pada
preparat.
b. Rehidrasi
Masukkan preparat ke dalam etanol, alkohol 90%,
alkohol 80% dan alkohol 70%. Masing-masing dicelupkan
sebanyak 20 kali. Tujuannya untuk menghilangkan xylol
yang terbawa oleh preparat dan memasukkan air ke dalam
jaringan.
c. Cuci dengan air mengalir
53
Tujuannya untuk melepaskan sisa cat atau cairan
yang terbawa sebelumnya.
d. Pengecatan inti
Preparat dimasukkan ke dalam Meyer Hematoxylin
selama 5 menit. Kemudian cuci dengan air mengalir selama
3 menit, rendam dalam Lithium karbonat 0,5% sebanyak 4
kali celup dan kemudian cuci dengan air mengalir.
e. Counter stain
Preparat direndam dengan alkohol 70% sebanyak 20
kali celupan, kemudian dimasukkan ke dalam larutan eosin
phloxin 1 % selama 1 menit, setelah itu bilas dengan air
mengalir.
f. Dehidrasi
Preparat dimasukkan ke dalam alkohol 70%, 80%,
dan 96%, kemudian masukkan kedalam etanol 10-20 kali
celup. Tujuannya untuk melepaskan air yang terbawa
preparat.
g. Clearing
Preparat dimasukkan ke dalam Carbol Xylol I dan II
masing-masing 10-20 kali celupan. Setelah itu preparat
dimasukkan ke dalam xylol I dan II masing-masing 10-20
kali celup. Tujuannya untuk melepaskan alkohol yang
terbawa oleh preparat dan memberi warna bening pada
preparat.
h. Mounting
Preparat diberi 1 tetes entelan dan ditutup dengan
menggunakan objek glass. Tujuannya untuk memberi
warna cerah dan sebagai pelindung dan pengawet jaringan
dari mikroba dan bakteri.
6. Pembacaan preparat 54
K1 K2 K3 K4 K5
K3 K4 K5
K1 K2 Beri ekstrak Beri ekstrak Beri ekstrak
Beri aquadest Beri etanol 50% jintan hitam jintan hitam jintan hitam
0,01ml/grBB p.o 0,01 ml/grBB p.o konsentrasi konsentrasi konsentrasi
25% 37,5% 50%
Setelah 2 jam
K2 K2 K2
Beri etanol 50% Beri etanol 50% Beri etanol 50%
0,01 ml p.o 0,01 ml p.o 0,01 ml p.o
1x/hari
BAB IV
Tabel 4.1 Persentase hasil penilaian histopatologis hepar tikus pada kelompok 1
(kontrol normal)
Tabel 4.2 Persentase hasil penilaian histopatologis hepar tikus pada kelompok 2
(kontrol patologis)
Tabel 4.3 Persentase hasil penilaian histopatologis hepar tikus pada kelompok 3
Lapangan pandang Rata-rata
Tikus Total
1 2 3 4 5 (%)*
1 0 0 0 1 1 2 10
2 0 1 0 1 0 2 10
3 0 1 1 1 0 3 15
4 1 1 1 1 1 5 25
5 1 1 1 2 2 7 35
Kelompok Percobaan 3
Keterangan: Kelompok 3 diberikan ekstrak jintan hitam konsentrasi 25% dan
larutan etanol 50% 0,01 ml/grBB
58
*
=Total skor/20 x 100%
Tabel 4.4 Persentase hasil penilaian histopatologis hepar tikus pada kelompok 4
Lapangan pandang Rata-rata
Tikus Total
1 2 3 4 5 (%)*
1 0 0 1 0 0 1 5
2 1 1 0 0 1 3 15
3 0 0 0 1 1 2 10
4 1 0 0 0 1 2 10
5 1 1 1 1 1 5 25
Kelompok Percobaan 4
Keterangan: Kelompok 4 diberikan ekstrak jintan hitam dengan konsentrasi
37,5% dan larutan etanol 50% 0,01 ml/grBB
*
=Total skor/20 x 100%
Tabel 4.5 Persentase hasil penilaian histopatologis hepar tikus pada kelompok 5
Lapangan pandang Rata-rata
Tikus Total
1 2 3 4 5 (%)*
1 0 1 0 1 0 2 10
2 1 0 0 1 0 2 10
3 1 0 1 1 1 4 20
4 0 0 1 0 0 1 5
5 0 0 0 1 0 1 5
Kelompok Percobaan
Keterangan: Kelompok 5 diberikan ekstrak jintan hitam dengan konsentrasi 50%
dan larutan etanol 50% 0,01 ml/grBB
*
=Total skor/20 x 100%
59
Keterangan:
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa tikus putih dari kelompok I
(kelompok kontrol) tampak sedikit sekali terjadi perlemakan pada sel hepar,
sedangkan pada kelompok II (kontrol patologis) tampak banyak sel hepar yang
mengalami perlemakan. Untuk kelompok III, IV dan V tampak perbedaan sel
hepar yang mengalami degenerasi lemak.
60
ANOVA
persentase_transformasi
Total 1.638 21
Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa nilai p = 0,009 (p<0,05) yang berarti
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada persentase degenerasi lemak pada
pemeriksaan histopatologis hepar tikus putih diantara kelima kelompok perlakuan.
Analisis kemudian dilanjutkan dengan Post-hoc multiple comparions test
uji Least Significance Difference (LSD) (lampiran 3). Berdasarkan perhitungan
Post-hoc multiple comparions test dengan batas signifikansi 0,05, diperoleh data
perbandingan persentase sel hepatosit yang mengalami degenerasi lemak antar
kelompok perlakuan. Perbandingan yang bermakna didapatkan pada kelompok I
(kontrol normal) dengan kelompok II (kontrol patologis) dan kelompok 3 (dosis
I). Perbedaan yang bermakna juga didapatkan pada kelompok II (kontrol
patologis) dengan kelompok IV (dosis II) dan kelompok V (dosis III), dan juga
pada kelompok III (dosis I) dengan kelompok V (dosis III).
Perbedaam yang tidak bermakna terlihat pada kelompok I dengan
kelompok IV dan V, kelompok II dengan kelompok III, kelompok III dengan
kelompok IV, serta kelompok IV dan kelompok V.
4.2 Pembahasan
Akumulasi butir lemak trigliserida di dalam hepatosit dikenal sebagai
61
steatosis. Butir butir kecil yang tidak mendesak rotect disebut steatosis
mikrovesikel yang salah satunya dapat disebabkan oleh asupan rotect dalam
jumlah sedang.1
Satu butiran besar yang mendesak rotect, yang dikenal dengan steatosis
makrovesikel, dapat dijumpai di seluruh hepatosit penderita diabetes mellitus,
obesitas dan juga dijumpai pada sebagian besar hepatosit pengidap hepatitis C
serta pada asupan rotect kronik.1
Sumber utama ROS (Reactive oxygen species) yang lain adalah hepar
karena mengandung banyak enzim sitokrom P450. Salah satu jenis molekul
sitokrom P450 yang aktif memproduksi ROS adalah CYP2E1. CYP2E1 ini
berperan penting dalam rotector etanol.1
Salah satu reaksi yang berkaitan dengan jejas sel diperantarai oleh ROS
adalah Peroksidasi rotecto lipid. Ikatan ganda pada lemak tak jenuh rotecto mudah
terkena serangan ROS. Interaksi ROS dan lemak menghasilkan peroksida yang
tidak stabil dan reaktif serta terjadi reaksi rantai autokatalitik.1
Walaupun sebagian besar sel tubuh memetabolisme lemak, aspek tertentu
dari rotector lemak terutama terjadi di hepar. Fungsi spesifik hepar dalam rotector
lemak yaitu oksidasi asam lemak untuk menyuplai rotec bagi fungsi tubuh yang
lain, sintesis kolesterol, fosfolipid, dan sebagian besar lipoprotein, serta sintesis
lemak dari protein dan karbohidrat.13
Pada penelitian yang dilakukan Chen, melakukan penelitian efek protektif
quercetin terhadap kerusakan hepar tikus yang diinduksi etanol. Dalam penelitian
tersebut, tikus wistar jantan diberikan etanol 50% selama 10 hari dengan dosis 5
gr/kgBB p.o, pemberian etanol tersebut menyebabkan sel hepar tikus mengalami
nekrosis sel, fibrosis, dan infiltrasi sel inflamasi pada hepar tikus.39 Penelitian
yang dilakukan oleh Larasati dkk juga memberikan etanol pada tikus dengan
konsentrasi 50%, hasilnya yaitu berupa terbentuknya degenerasi lemak yang
bermakna daripada semua kelompok uji.41
Thymoquinone yang terdapat pada jintan hitam dapat mengurangi stress
oksidatif dan meningkatkan pertahanan antioksidan dalam tubuh. Penurunan
62
malondialdehyde dan biomarker stress oksidatif lain terjadi secara rotecto dengan
peningkatan total thiol dan level glutathione adalah hasil dari pengobatan
menggunakan thymoquinone. Glutathione dalam hati ditemukan terutama dalam
konsentrasi tinggi dalam hati dan dikenal memiliki mekanisme sebagai pelindung.
Turunnya konsentrasi thiol disebabkan oleh stress oksidatif yang dapat
mengakibatkan inaktivasi protein, oksidasi protein, peroksidasi lipid, gangguan
dalam homeostasis kalsium dan kehilangan viabilitas sel. Penurunan radikal
dengan thymoquinone dapat mengurangi risiko radikal tersebut menyerang DNA
dan juga dapat mengurangi risiko kanker.6
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ghina mengenai pengaruh jintan hitam
terhadap akivitas enzim ALT tikus putih jantan yang diinduksi etanol 50%, jintan
dengan dosis 450 mg/kgBB/hari p.o 2 jam sebelum induksi etanol memberikan
pengaruh dalam mengurangi peningkatan jumlah aktivitas enzim ALT tikus yang
diinduksi etanol selama 10 hari.42
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah Ekstrak jintan
hitam (Nigella sativa) memiliki efek protektif terhadap kerusakan hepar tikus
putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sparague Dawley yang diinduksi etanol.
5.2 Saran
1. Meneliti lebih lanjut efek protektif ekstrak jintan hitam terhadap kerusakan
akibat etanol pada organ selain hepar, seperti ginjal, paru-paru, jantung,
otak, dan testis.
2. Menguji lebih lanjut efek protektif ekstrak jintan hitam dengan
menggunakan induktor kerusakan hepar yang lain, seperti isoniazid,
parasetamol, asetaminofen, CCL4, natrium siklamat, dan zat hepatotoksik
lainnya.
3. Menguji lebih lanjut efek protektif ekstrak jintan hitam dengan
menggunakan parameter kerusakan hepar berupa penanda biokimiawi
hepar lainnya, seperti ALT (alanine aminotransferase), AST (aspartate
aminotransferase), ALP (alkalin phosphate), albumin dan bilirubin total.
DAFTAR PUSTAKA
1. Robbins SL, Cotran RS. Dasar Patologis Penyakit. Edisi ke-7. Jakarta: EGC;
2009.
2. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Bahaya Miras Oplosan. 2014 (diakses
24 Maret 2017).
Diunduh dari: URL:
ik.pom.go.id/v2014/artikel/BAHAYA-MIRAS-OPLOSAN.pdf
3. Murtadho, Muthohari Thoriq. Hubungan Sebab Kematian dengan Alkohol
pada Jenazah Forensik di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Dr. Sardjito
Tahun 1993-2013 (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada; 2014.
4. Schuckit, Marc A. Drug and Alcohol Abuse: a Clinical Guide To Diagnosis
and Treatment. 1st ed. New York: Springer; 1989.
5. Irga, Muhammad. Efek hepatoprotektor madu hutan terhadap hepar tikus putih
(Rattus norvegicus) yang diinduksi etanol (Skripsi). Jambi: Universitas Jambi;
2012.
6. American Association for the Study of Liver Diseases and the Practice
Parameters Committee of the American College of Gastroenterology.
Alcoholic Liver Disease. 2010 (diakses 24 Maret 2017).
Diunduh dari: URL:
https://www.aasld.org/sites/default/files/guideline_documents/
AlcoholicLiverDisease1-2010.pdf
7. Mollazadeh H, Hosseinzadeh H. The protective effect of Nigella sativa against
liver injury: a review. Iran J Basic Med Sci 2014; 17:958-966.
8. World Health Organization (WHO). Traditional Medicine Strategy. 2013
(diakses 24 Maret 2017). Diunduh dari: URL:
http://www.who.int/medicines/publications/traditional/trm_strategy14_23/en/
9. World Health Organization (WHO). Traditional Medicine. 2008 (diakses 26
Maret 2017). Diunduh dari: URL:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/2003/fs134/en/
10. Ahmad A, dkk. A review on therapeutic potential of Nigella sativa: A miracle
64
herb. Asian Pac J Trop Biomed 2013; 3(5): 337-352.
11. Snell R.S. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC; 2011.
12. Mescher, Anthony L. Histologi Dasar Junqueira Teks & Atlas. Edisi ke-12.
Jakarta: EGC; 2011.
13. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-12. Jakarta:
EGC; 2014.
14. Universitas Udayana Repository. Tikus Putih (Rattus norvegicus). (diakses 26
Maret 2017).
Diunduh dari: URL:
http://erepo.unud.ac.id/9263/3/e8c2a2adfb6fada9f20f463d4c46b7a7.pdf
15. IPB Repository. Tikus Putih (Rattus norvegicus). 2012 (diakses 26 Maret
2017).
Diunduh dari: URL:
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/56395/4/Bab%20II
%20Tinjauan%20Pustaka.pdf
16. Universitas Udayana Repository. Tikus Putih (Rattus norvegicus). (diakses 26
Maret 2017).
Diunduh dari: URL:
http://erepo.unud.ac.id/17223/3/1009006041-3-BAB%20II.pdf
17. Malole, Sri Utami Pramono, C. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan
di Laboratorium. Jawa Barat: Institut Pertanian Bogor. Hal : 104 – 112
18. Wu D, AI Cederbaum. Alcohol, Oxidative Stress, and Freaa Radical Damage.
Vol. 27 No.4. Alcohol Research and Health; 2003.
19. Capasso Anna. Antioxidant Action and Therapeutic Efficacy of Allium
sativum L. Molecules. 2013;18:690-700.
20. Jurnal.unissula.ac.id. Oxidasi Biologi, Radikal Bebas dan Antioxidant. 2017
(diakses 26 Maret 2017).
Diunduh dari: URL:
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/
download/70/64
21. Smith MA, dkk. Oxidative Stress 65
in Alzheimer’s Disease. Biochim Biophys
Acta. 2000; 1502:139-44.
22. Li, Sha, dkk. The Role of Oxidative Stress and Antioxidants in Liver Diseases.
Int. J. Mol. Sci. 2015, 16, 26087–26124.
23. Katzung BG. Farmakologi Dasar & Klinik (Basic & Clinical Pharmacology).
Edisi ke-10. Jakarta: EGC; 2010.
24. Asian American Liver Centre. Penyakit Hati Alkoholik. 2017 (diakses 25
Maret 2017).
Diunduh dari: URL:
https://www.aamg.co/liver/id/health-information-resources/hati/penyakit-hati-
alkoholik/
67
Lampiran 1
Kelompok Percobaan :1
Dosis Etanol :-
Pemberian
Tikus Percobaan Umur (minggu) BB (gram)
Aquades (ml)
Tikus 1 12 260 2,6
Tikus 2 12 200 2
Tikus 3 12 180 1,8
Tikus 4 12 150 1,5
Tikus 5 12 200 2
Setelah 1 minggu perlakuan
Tikus 1 12 260 2,6
Tikus 2 12 190 1,9
Tikus 3 12 150 1,5
Tikus 4 12 150 1,5
Tikus 5 12 180 1,8
Kelompok Percobaan :2
Dosis Aquades :-
Pemberian Etanol
Tikus Percobaan Umur (minggu) BB (gram)
(ml)
Tikus 1 12 220 2,2
Tikus 2 12 150 1,5
Tikus 3 12 150 1,5
Tikus 4 12 190 1,9
Tikus 5 12 150 1,5
Setelah 1 minggu perlakuan
Tikus 1 12 210 2,1
Tikus 2 12 150 1,5
Tikus 3 12 120 1,2
Tikus 4 12 150 1,5
Tikus 5 12 150 1,5
Kelompok Percobaan :3
Dosis Aquades :-
Pemberian Pemberian
Tikus Umur
BB (gram) Ekstrak Jintan Etanol
Percobaan (minggu)
Hitam (gr) (ml)
Tikus 1 16 300 0,25 cc 3 cc
Tikus 2 16 250 0,25 cc 2,5 cc
Tikus 3 16 300 0,25 cc 3 cc
Tikus 4 16 250 0,25 cc 2,5 cc
Tikus 5 16 280 0,25 cc 2,8 cc
Setelah 1 minggu perlakuan
Tikus 1 16 270 0,25 cc 2,7 cc
Tikus 2 16 230 0,25 cc 2,3 cc
Tikus 3 16 290 0,25 cc 2,9 cc
Tikus 4 16 240 0,25 cc 2,4 cc
Tikus 5 16 270 0,25 cc 2,7 cc
Hari Pemberian Ekstrak Jintan Hitam dan Etanol
ke- Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4 Tikus 5
1 √ √ √ √ √
2 √ √ √ √ √
3 √ √ √ √ √
4 √ √ √ √ √
5 √ √ √ √ √
6 √ √ √ √ √
7 √ √ √ √ √
8 √ √ √ √ √
9 √ √ √ √ √
10 √ √ √ √ √
11 √ √ √ √ √
12 √ √ √ √ √
13 √ √ √ √ √
14 √ √ √ √ √
LEMBAR OBSERVASI PERLAKUAN
Kelompok Percobaan :4
Dosis Aquades :-
Pemberian Pemberian
Tikus Umur
BB (gram) Ekstrak Jintan Etanol
Percobaan (minggu)
Hitam (gr) (ml)
Tikus 1 16 250 0,375 ml 2,5 cc
Tikus 2 16 250 0,375 ml 2,5 cc
Tikus 3 16 250 0,375 ml 2,5 cc
Tikus 4 16 280 0,375 ml 2,8 cc
Tikus 5 16 200 0,375 ml 2 cc
Setelah 1 minggu perlakuan
Tikus 1 16 250 0,375 ml 2,5 cc
Tikus 2 16 230 0,375 ml 2,3 cc
Tikus 3 16 240 0,375 ml 2,4 cc
Tikus 4 16 250 0,375 ml 2,5 cc
Tikus 5 16 180 0,375 ml 1,8 cc
Kelompok Percobaan :5
Dosis Aquades :-
Pemberian Pemberian
Tikus Umur
BB (gram) Ekstrak Jintan Etanol
Percobaan (minggu)
Hitam (ml) (ml)
Tikus 1 16 250 0,5 ml 2,5 cc
Tikus 2 16 220 0,5 ml 2,2 cc
Tikus 3 16 300 0,5 ml 3 cc
Tikus 4 16 250 0,5 ml 2,5 cc
Tikus 5 16 250 0,5 ml 2,5 cc
Setelah 1 minggu perlakuan
Tikus 1 16 240 0,5 ml 2,4 cc
Tikus 2 16 220 0,5 ml 2,2 cc
Tikus 3 16 280 0,5 ml 2,8 cc
Tikus 4 16 230 0,5 ml 2,3 cc
Tikus 5 16 240 0,5 ml 2,4 cc
Hari Pemberian Ekstrak Jintan Hitam dan Etanol
ke- Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4 Tikus 5
1 √ √ √ √ √
2 √ √ √ √ √
3 √ √ √ √ √
4 √ √ √ √ √
5 √ √ √ √ √
6 √ √ √ √ √
7 √ √ √ √ √
8 √ √ √ √ √
9 √ √ √ √ √
10 √ √ √ √ √
11 √ √ √ √ √
12 √ √ √ √ √
13 √ √ √ √ √
14 √ √ √ √ √
Lampiran 2
GAMBARAN HISTOPATOLOGIS HEPAR TIKUS
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Lampiran 3
HASIL ANALISIS DATA SPSS
Cases
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Oneway ANOVA
persentase_transformasi
2.631 4 17 .071
ANOVA
persentase_transformasi
Total 1.638 21
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
persentase_transformasi
LSD
1 2 3
4 5
Foto 1. Kelima Kelompok tikus putih jantan saat adaptasi selama 7 hari