Anda di halaman 1dari 3

JURNAL PENDUKUNG

1. Citation :
Pratiwi. A, Rohaeti & Sukmara. Y, 2019. “Dukungan Tenaga Kesehatan Dengan Kepatuhan
Minum Arv Pada Penderita Hiv Di Lapas Pemuda Kelas Ii A Tangerang”
2. Background
HIV/AIDS merupakan penyakit infeksi yang menjadi masalah kesehatan global yang tiada
habisnya dari tahun ke-tahun dan tersebar hampir seluruh negara di dunia, termasuk
Indonesia. AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1981 pada pria homoseksual di United
States. HIV/AIDS telah menjadi wabah penyakit di seluruh dunia dan menurut UNAIDS
(United Nations Program on HIV/AIDS), virus HIV ini telah menginfeksi setidaknya 36,9 juta
orang di seluruh dunia, serta telah menyebabkan kematian lebih dari 1,2 juta orang sejak
pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981 dan 90% dari mereka berada di negara
berkembang. HIV telah menginfeksi 2,6 juta anak dan telah mengakibatkan kematian
150.000 jiwa. Setiap hari, 600 anak dan sebagian besar bayi baru lahir, terinfeksi HIV. Sekitar
7% dari populasi di sub-Sahara Afrika terinfeksi HIV, orang-orang ini mewakili 66% dari yang
terinfeksi HIV populasi dunia. Salah satu terapi pada pasien HIV/AIDS adalah terapi ARV.
Terapi ARV harus dijalani seumur hidup oleh pasien HIV/AIDS untuk tetap mempertahankan
imunitas pasien. Oleh karena itu penggunaan ARV memerlukan kepatuhan yang tinggi untuk
mencapai keberhasilan terapi dan mencegah resistensi. Penggunaan obat ARV yang
dilakukan dalam jangka waktu sangat panjang, bahkan seumur hidup, serta masih
terdapatnya stigma negatif terhadap pasien HIV/AIDS memberikan tanggung jawab pemberi
layanan kesehatan untuk memberikan fasilitas lain yang mendukung pengobatan pasien
HIV/AIDS sendiri, terutama dalam memantau kepatuhan pasien dalam menggunakan obat.
Penggunaan obat ARV memerlukan tingkat kepatuhan tinggi untuk mendapatkan
keberhasilan terapi, mencegah resistensi, menekan HIV hingga tak terdeteksi, meningkatkan
kualitas dan kelangsungan hidup, meningkatkan kesehatan secara keseluruhan serta
mengurangi resiko penularan HIV. Terapi ARV dapat dilakukan dengan tepat dan benar maka
dukungan sosial dan masyarakat sangat diperlukan, agar pasien HIV/AIDS dapat mengurangi
dampak negatif dari infeksi penyakit ini. Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kepatuhan dalam perawatan. Dukungan sosial dapat dilakukan dengan
memberikan dukungan yang bersifat informasional yaitu keluarga atau orang terdekat
sebagai pemberi informasi pada pasien, dukungan instrumental yaitu keluarga atau orang-
orang terdekat sebagai pemberi biaya untuk pasien, dukungan penilaian yaitu keluarga
sebagai validator identitas untuk pasien, dan dukungan emosional yaitu keluarga atau orang-
orang terdekat sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat.
Jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional
menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2018.
Sampel penelitian ini adalah seluruh narapidana dengan HIV/AIDS di Lapas Pemuda Kelas II A
Tangerang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Total Sampling. Data
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang sudah valid dan reliabel. Analisa data
dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji chi square. Dari hasil uji Chi Square
diperoleh nilai p value 0,027 (nilai alpha ≤ 0,05) dengan menggunakan alpha 5% (0,05) dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara dukungan tenaga
kesehatan dengan kepatuhan minum ARV penderita HIV di Lapas Pemuda Kelas II A
Tangerang. Dengan nilai POR =7,000 (95% CI=1,493-32,818) yang berarti pasien yang tidak
mendapatkan dukungan tenaga kesehatan berpeluang 7 kali lebih besar untuk tidak patuh
minum ARV dibandingkan dengan penderita HIV yang mendapatkan dukungan tenaga
kesehatan. Petugas kesehatan dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara
menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien dan secara terus-
menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang telah mampu beradaptasi
dengan pengobatan. Seseorang tidak patuh minum obat, karena kurangnya informasi dari
petugas mengenai dosis obat, cara dan waktu minum obat, efek samping obat dan bahaya
jika obat tidak diminum secara teratur. Hal ini terlihat pada hasil penelitian ini, tingginya
angka persentase ketidakpatuhan dari kelompok responden yang tidak mendapat dukungan
petugas kesehatan sebesar 77,8%. Ketika seorang penderita HIV tidak mendapat informasi
yang benar tentang manfaat dan akibat ARV akan timbul persepsi bahwa mereka tidak
memerlukan ARV sehingga kepatuhan menjadi rendah apalagi terapi berlangsung seumur
hidup.

1. Citation : Pratiwi. A, Rohaeti & Sukmara. Y, 2019. “Support of Health Workers with
Compliance with Taking Arv for HIV Patients in Class II A Youth Prisons Tanggerang”.
Jurnal Kesehatan, Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587
2. Background : HIV/AIDS is an infectious disease that has become an inexhaustible global
health problem from year to year and is spread in almost all countries in the world,
including Indonesia. AIDS was first discovered in 1981 in homosexual men in the United
States. HIV / AIDS has become a disease epidemic throughout the world and according
to UNAIDS (United Nations Program on HIV / AIDS), this HIV virus has infected at least
36.9 million people worldwide, and has caused the death of more than 1.2 million
people since was first recognized on June 5, 1981 and 90% of them are in developing
countries. HIV has infected 2.6 million children and has resulted in the deaths of
150,000 people. Every day, 600 children and mostly newborns, are infected with HIV.
7% of the population in sub-Saharan Africa are infected with HIV, these people represent
66% of the world's HIV-infected population. One of the therapies for HIV/AIDS patients
is ARV therapy. ARV therapy must be lifelong by HIV/AIDS patients to maintain the
patient's immunity. Therefore, the use of ARV requires high adherence to achieve
therapeutic success and prevent resistance. The use of ARV drugs that are carried out
for a very long period of time, even for life, and there is still a negative stigma towards
HIV/AIDS patients makes it the responsibility of service providers to provide other
facilities that support the treatment of HIV/AIDS patients themselves, especially in
patient compliance in use drugs. The use of ARV drugs requires a high level of
adherence to achieve therapeutic success, prevent resistance, suppress HIV to
undetected, improve quality and life, improve overall health and reduce the risk of HIV
transmission. ARV therapy can be done properly and correctly, so social and community
support is needed, so that HIV/AIDS patients can reduce the negative impact of infection
with this disease. Social support is a factor that affects adherence in care. Social
support can be done with informational support, namely family or the closest person as
a provider of information to the patient, instrumental support, namely family or the
closest person as a financial provider, family support as a validator for the patient, and
emotional support, namely family or closest people as a supporter. a safe and peaceful
place to rest. This type of quantitative research with descriptive correlational research
design using a cross sectional approach. The study was conducted in April 2018. The
sample of this study was worldwide with HIV/AIDS in Class II A Youth Prisons in
Tangerang. The sampling technique in this study is Total Sampling. Data were collected
using a valid and reliable questionnaire. Data analysis was carried out univariate and
bivariate with chi square test. From the results of the Chi Square test, the p value of
0.027 (alpha value of 0.05) using an alpha of 5% (0.05) can be said to be rejected. Class
II A Tangerang. With a POR value = 7,000 (95% CI = 1,493-32,818) which means that
patients who do not receive support from health workers are 7 times more likely to be
non-adherent to ARVs than HIV patients who receive support from health workers.
Health workers can influence patient behavior by conveying their enthusiasm for certain
actions from patients and continuously providing positive rewards for patients who have
been able to adapt to treatment. A person is not obedient to taking medication, due to
lack of information from officers regarding drug dosage, how and when to take
medication, drug side effects and the dangers if the drug is not taken regularly. This can
be seen in the results of this study, the percentage of non-compliance from the group of
respondents who did not receive the support of health workers was 77.8%. When a
person with HIV does not receive accurate information about the benefits and
consequences of ARVs, there will be a perception that they do not need ARVs so that
adherence is lower than lifelong therapy.

Referensi :
Pratiwi. A, Rohaeti & Sukmara. Y, 2019. “Dukungan Tenaga Kesehatan Dengan Kepatuhan
Minum Arv Pada Penderita Hiv Di Lapas Pemuda Kelas Ii A Tangerang”. Jurnal Kesehatan,
Vol. 8 No. 1 (2019). ISSN 2086-9266 e-ISSN 2654-587

Anda mungkin juga menyukai