Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

KEPATUHAN PENGOBATAN PADA KLIEN TUBERKULOSIS-HUMAN


IMUNODEFISIENSY VIRUS (TB-HIV) DI PUSKESMAS KECAMATAN
CENGKARENG DAN PUSKESMAS KECAMATAN TAMBORA
JAKARTA BARAT TAHUN 2015

OLEH : AI NURUL AINI

ABSTRAK
Kasus Tuberkulosis (TB) bisa terjadi pada siapapun, terlebih pada pasien gangguan
imunologi seperti Human Immunodefisiensy Virus (HIV). TB dengan HIV positif dan
Orang dengan HIV/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) (ODHA) dengan TB
disebut sebagai pasien ko-infeksi TB-HIV. Aspek kepatuhan pengobatan pada klien TB-
HIV sangat penting untuk diperhatikan karena penyakit ini bersifat kronis dan progresif
sehingga berdampak luas pada masalah fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual. Terdapat
banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan dalam pengobatan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga dengan
kepatuhan pengobatan klien TB-HIV di Puskesmas Kecamatan Cengkareng dan
Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat. Desain penelitian yang digunakan adalah
deskriptif analitik dengan metode cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 35 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik total
sampling. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan komputer menggunakan uji
statistik Chi-Square. Hasil penelitian untuk variabel pengetahuan menunjukkan nilai P (P
value) sebesar 0,005, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan kepatuhan pengobatan TB-HIV, dan pada variabel dukungan keluarga
menunjukan nilai P (P value) sebesar 0,008, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan
yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pengobatan TB-HIV.
Berdasarkan hasil penelitian diatas disarankan kepada para perawat agar lebih
meningkatkan pelayanannya terutama dalam memberikan informasi yang benar dan
lengkap mengenai dampak dari tidak patuh atau terputusnya pengobatan TB-HIV.
Kata Kunci : Kepatuhan, Pengetahuan, Dukungan Keluarga, TB-HIV

ABSTRACT
Cases of Tuberculosis (TB) can happen to anyone, especially in patients with
immunological disorders such as Human Immunodefisiensy Virus (HIV). TB with HIV
positive and people living with HIV / Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)
(PLWHA) with a TB patient is referred to as co-infection TB-HIV. Compliance aspects of
treatment in TB-HIV client is very important to note because the disease is chronic and
progressive, so far-reaching impact on the problem of physical, psychological, social, and
spiritual. There are many factors that can affect adherence to treatment. This study aims to
determine is there a relationship of knowledge and support for families with treatment
adherence TB-HIV clients in Cengkareng sub-district Puskesmas and Puskesmas Tambora,
West Jakarta. The study design used is descriptive analytic with cross sectional method.
The number of samples in this study were 35 respondents. Sampling was done by using
total sampling technique. Data was analyzed by univariate and bivariate with a computer
using statistical test Chi-Square. Results of research for knowledge variable indicates a P
(P value) of 0.005, so it can be concluded that there is a significant relationship between
knowledge and treatment adherence TB-HIV, and the variables family support showed a P
(P value) amounted to 0,008, so it can be concluded that there a significant relationship
between family support with TB-HIV treatment adherence. Based on the above results
suggested to nurses in order to further improve its services, especially in providing correct
and complete information on the impact of non-compliant or breaking of TB-HIV
treatment.
Keywords: Compliance, Knowledge, Family Support, TB-HIV
PENDAHULUAN (ARV) adalah mengkonsumsi obat-obatan yang
diresepkan dokter pada waktu dan dosis yang tepat.
Berdasarkan World Health Organization (WHO), Pengobatan hanya akan efektif apabila pasien
jumlah pasien ko-infeksi TB-HIV di dunia memenuhi aturan dalam penggunaan obat (Laban,
diperkirakan ada sebanyak 14 juta orang. Sekitar 2008). Faktor yang mempengaruhi perilaku
80% pasien ko-infeksi TB-HIV tersebut dijumpai kepatuhan pengobatan pada pasien TB-HIV yaitu
di Sub-Sahara Afrika, namun ada sekitar 3 juta menurut Aini (2013) ada dari berbagai hal, bisa
pasien ko-infeksi TB-HIV tersebut terdapat di Asia dari pemahaman tentang intruksi, tingkat
Tenggara. Dari uraian tersebut di atas, jelas bahwa pendidikan, pengetahuan, kesakitan dan
epidemi HIV sangatlah berpengaruh pada pengobatan, keyakinan, sikap dan kepribadian,
meningkatnya kasus TB; sebagai contoh, beberapa dukungan keluarga, tingkat emosi, dan dukungan
bagian dari Sub Sahara Afrika telah sosial.
memperlihatkan 3-5 kali lipat angka Pada tahun 2014 jumlah klien TB-HIV di
perkembangan kasus notifikasi TB pada dekade Puskesmas Kecamatan Cengkareng adalah
terakhir. Jadi, pengendalian TB tidak akan berhasil sebanyak 51 orang, dan di Puskesmas Kecamatan
dengan baik tanpa keberhasilan pengendalian HIV. Tambora sebanyak 47 orang. Setelah peneliti
Keberhasilan dalam pengobatan TB-HIV di melakukan studi pendahuluan bulan Mei 2015
Indonesia, menurut data yang disajikan jumlah klien TB-HIV selama triwulan pertama
Kementrian Kesehatan RI hingga akhir Desember Januari - Maret 2015 tercatat 32 orang klien TB-
2010, jumlah kasus AIDS yang dilaporkan HIV di Puskesmas Kecamatan Cengkareng, tetapi
mencapai 24.131 kasus. Dari jumlah ini, sebanyak hanya ada 20 orang yang aktif berobat. Fenomena
hampir 12 ribu kasus (49%) disertai dengan TB. yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa
Dengan mengacu kepada data ini, bisa dimengerti klien dengan TB-HIV, ada yang tidak mengambil
upaya pengendalian penyakit TB akan menghadapi obat dengan rutin sehingga obat harus di antar oleh
tantangan yang berat, bila epindemik HIV meluas. kurir dari puskesmas ke rumahnya, dan ada yang
Sebab, HIV bisa memicu terjadinya TB aktif pada patuh terhadap pengobatan TB namun tidak patuh
orang yang baru terinfeksi maupun infeksi TB laten pada pengobatan ARV, sedangkan ada yang patuh
(terkena infeksi tapi belum menjadi TB aktif) terhadap pengobatan ARV, namun tidak patuh
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain seperti pada pengobatan TB.
lamanya waktu pengobatan, kepatuhan, Hasil wawancara dengan 3 orang klien TB-HIV, di
keteraturan penderita untuk berobat, daya tahan dapatkan dua dari tiga orang klien mengatakan
tubuh, serta faktor sosial ekonomi penderita yang datang ke puskesmas kadang-kadang di antar oleh
sangat penting (Situmeang, 2004). Salah satunya keluarga, dan satu orang lebih sering datang sendiri
yaitu dalam kepatuhan penderita TB-HIV dengan ojek. Satu klien juga mengatakan sudah
menjalani pengobatan, kepatuhan pengobatan Obat bosan dengan penyakitnya dan merasa membebani
Anti Tuberkulosis (OAT) dan Obat Antiretroviral keluarga, klien merasa ada beberapa pihak
keluarga yang menerima dan ada yang tidak dampak lain yang lebih parah. Menurut Septia
menerima dengan penyakitnya, ada beberapa pihak (2012) dukungan keluarga yang diperlukan untuk
keluarga yang dirasa menghindarinya dan ada mendorong klien TB-HIV dengan menunjukkan
keluarga yang memperhatikan dan empati namun kepedulian dan simpati, dan merawat pasien.
terlihat takut. Untuk hasil wawancara pengetahuan Dukungan keluarga, yang melibatkan keprihatinan
klien tentang penyakit TB-HIV, apa itu TB-HIV, emosional, bantuan dan penegasan, akan membuat
efek samping pengobatan, akibat dari putus klien TB-HIV tidak kesepian dalam menghadapi
pengobatan, didapatkan klien mengatakan tahu situasi serta dukungan keluarga dapat
bahwa penyakitnya menular dan berbahaya bila memberdayakan klien TB-HIV selama masa
putus pengobatan. Namun ada yang hanya terdiam pengobatan dengan mendukung terus menerus,
mendengarkan dan tidak ingin berpendapat. dalam penelitian nya ia menemukan bahwa
Dari hasil observasi dan wawancara tersebut, terdapat hubungan antara dukungan keluarga
dukungan keluarga dan pengetahuan sangat dengan kepatuhan minum obat dan merupakan
berperan dalam rangka meningkatkan kepatuhan faktor penting keberhasilan pasien TB dalam
pengobatan. Keluarga adalah unit terdekat dengan mematuhi program pengobatan.
klien dan merupakan motivator terbesar dalam Menurut Erawatyningsih, (2009) faktor
perilaku berobat klien TB-HIV (Dhewi et al, 2011), pengetahuan juga mempengaruhi kepatuhan dalam
faktor dukungan keluarga juga merupakan hal yang pengobatan. Pengetahuan klien yang sangat rendah
penting yang harus diperhatikan, ketika kurang dapat menentukan ketidak patuhan klien minum
atau tidak adanya dukungan keluarga maka akan obat. Berdasarkan latar belakang diatas maka
mempengaruhi emosional penderita dan peneliti tertarik untuk mengetahui secara lebih
berdampak kepada penerimaan diri nya dan mendalam hubungan pengetahuan dan dukungan
membuatnya menjadi tidak patuh dalam keluarga dengan kepatuhan pengobatan pasien TB-
pengobatan. Oleh karena itu, dukungan keluarga HIV di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
sangat dibutuhkan oleh pasien TB-HIV sebagai Cengkareng dan Puskesmas Kecamatan Tambora
support system atau sistem pendukung utama Jakarta Barat.
sehingga ia dapat mengembangkan respon atau
koping yang efektif untuk beradaptasi dengan baik BAHAN DAN METODE
dalam menangani stressor yang di hadapi terkait Desain, Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian.
penyakitnya, baik fisik, psikologis maupun sosial. Disain penelitian ini menggunakan desain
Dukungan keluarga sangat menunjang descriptive analytic dengan menggunakan
keberhasilan pengobatan klien TB-HIV dengan pendekatan cross sectionl dimana peneliti
cara selalu mengingatkan klien agar makan obat, melakukan penelitian atau pengukuran dalam satu
pengertian yang dalam terhadap klien yang sedang waktu untuk mengetahui hubungan variabel
sakit dan memberi semangat agar tetap rajin independen dengan variabel dependen dalam satu
berobat dan tidak putus berobat agar tidak ada kali pengukuran dengan kuisioner. Penelitian ini
telah dilakukan di Puskesmas Kecamatan bilangan. Peneliti mengkoding data-data seperti
Cengkareng dan Kecamatan Tambora pada bulan umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.
Juni sampai Juli 2015. 3. Processing yaitu pemprosesan data yang di
Populasi penelitian adalah semua klien TB-HIV lakukan dengan cara di entry data dari kuisioner
yang berobat di Puskesmas Kecamatan ke paket computer. Data-data kuesioner
Cengkareng dan Kecamatan Tambora. Jumlah meliputi data demografi, jawaban pengetahuan,
populasi klien TB-HIV bulan April 2015 adalah 20 dukungan keluarga, dan kepatuhan pengobatan
di Puskesmas Kecamatan Cengkareng, dan 15 di input kedalam komputer menggunakan SPSS.
orang di Puskesmas Kecamatan Tambora. Jadi
4. Cleaning yaitu membersihkan data yang
jumlah keseluruhan klien TB-HIV di Puskesmas
merupakan kegiatan pengecekan kembali data
Kecamatan Cengkareng dan Puskesmas
yang sudah di entri apakah ada kesalahan atau
Kecamatan Tambora adalah sebanyak 35 orang.
tidak. Peneliti melihat kembali adakah data yang
Pada penelitian ini, sampel diambil dari seluruh
terlewat atau salah pada saat proses memasukan
klien TB-HIV di puskesmas kecamatan
data.
Cengkareng dan Puskesmas Kecamatan dengan
tehnik Total sampling sehingga mendapatkan Analisa Data
sampel 35 pasien. Adapun kriteria untuk sampel 1. Analisa Univariat
yang diambil adalah sebagai berikut: Digunakan untuk mendapatkan gambaran
a. Klien yang terdignosa TB-HIV yang distribusi frekuensi atau besarnya proporsi
menjalankan pengobatan di Poli TB dan Klinik menurut berbagai karakteristik variable yang
HIV Puskesmas Kecamatan Cengkareng dan diteliti dengan cara membuat analisa distribusi
Kecamatan Tambora frekuensi dari setiap variable dependent dan
b. Bersedia mengisi lembar kuesioner. variable independent. Pada penelitian ini yang di
analisis pada analisa univariat adalah kakteristik
Pengumpulan Data
responden (umur, jenis kelamin, pendidikan,
Penelitian ini menggunakan kuesioner.
pekerjaan), pengetahuan, dukungan keluarga
Pengumpulan data dengan cara:
dan kepatuhan pengobatan.
1. Editing, peneliti melakukan pengecekan
kuisioner apakah jawaban yang ada dalam 2. Analisa Bivariat
kuisioner lengkap, jelas, relevan dan konsisten. Dalam penelitian ini anlisa bivariat digunakan
Dalam proses ini peneliti tidak menemukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
kendala. Kuesioner terisi dengan baik dan dukungan keluarga dengan kepatuhan
lengkap. pengobatan klien TB-HIV, uji yang digunakan
adalah uji chi square dengan derajat
2. Coding yaitu kegiatan merubah data berbentuk
kepercayaan 95% (0.05). Jika p hasil < 0.05
huruf menjadi data berbentuk angka atau
maka hasil perhitungan statistik bermakna, atau
ada hubungan antara variabel dependen dan tidak ada hubungan antara variabel dependen
independen. Sedangkan Jika p hasil > 0.05 maka dan independen.
hasil perhitungan statistik tidak bermakna, atau

HASIL PENELITIAN
1. Analisa Univariat
Tabel 1: Distribusi Data Demografi, Pengetahuan, Dukungan Keluarga, dan Kepatuhan Pengobatan.

No Variabel Kategori Frekuensi Persen (%)


(N=35)
1. Usia Remaja 3 8,6 %
Dewasa awal 26 74,3%
Dewasa akhir 6 17,1%

2. Jenis Kelamin Laki-laki 21 60 %


Perempuan 14 40 %

3. Pendidikan Tidak Sekolah 1 2,9 %


SD 4 11,4 %
SMP 9 25,7 %
SMA 17 48,6 %
Akademi/PT 4 11,4 %

4. Pekerjaan PNS/POLRI 0 0 %
Karyawan Swasta 5 14,3 %
Wiraswasta 12 34,3 %
Tidak Bekerja 11 31,4 %
Lain-lain 7 20 %

5. Pengetahuan Kurang Baik 16 45,7


Baik 54,3
19
6. Dukungan Keluarga Kurang Baik 10 28,6
Baik 25 71,4

7. Kepatuhan Tidak Patuh 14 40,0


Pengobatan Patuh 21 60,0
Sebagian besar responden dari kategori usia 19 responden. Sedangkan untuk Dukungan
responden terbanyak berusia dewasa awal dengan keluarga yang didapat dari hasil analisis
jumlah responden 26 responden, berjenis kelamin menunjukan responden dengan dukungan keluarga
laki-laki dengan jumlah 21 responden, pendidikan terbanyak adalah dukungan keluarga baik yang
terbanyak adalah SMA dengan jumlah 17 terdapat 25 responden. Dimensi kepatuhan
responden, dan untuk pekerjaan terbanyak adalah pengobatan memiliki jumlah terbanyak dengan
wiraswasta dengan jumlah 12 responden . Untuk kategorik patuh dalam menjalankan pengobatan
pengetahuan didapatkan hasil pengetahuan sebanyak 21 responden.
terbanyak adalah pengetahuan baik yang terdapat

2. Analisa Bivariat
Tabel 2: Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Pengobatan Pada Klien TB-
HIV di Puskesmas Kecamatan Cengkareng dan Kecamatan Tambora.

Variabel Kepatuhan Pengobatan


Dependent Klien TB-HIV
Total
Tidak
Patuh P
patuh OR 95% CI
Value

Variabel N % N % N %
Independent
Pengetahuan

Kurang Baik 11 68,8 5 31,3 16 100 11,733 2,312- 0,005


Baik 3 15,8 16 84,2 19 100 59,540

Dukungan
Keluarga

Kurang Baik 8 80,0 2 20,0 10 100 12,667 2,092- 0,008


Baik 6 24,0 19 76,0 25 100 76,700
Terdapat hubungan yang signifikan antara jalan maka akan berakibat fatal, terjerumus
pengetahuan dengan kepatuhan pengobatan dalam jurang kenistaan.
dengan nilai p < α = 0.005, dan ada hubungan Hasil analisis menunjukan bahwa sebagian
antara dukungan keluarga dengan kepatuhan besar jenis kelamin laki-laki sebesar 60,0 %.
pengobatan dengan nilai p < α (0,008). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Hubungan antara pengetahuan dengan Depkes (2007) bahwa dari 40 responden
kepatuhan pengobatan didapatkan nilai OR HIV AIDS terdiri dari 22 orang (55%)
11,733 yang berarti klien yang mempunyai berjenis kelamin laki-laki dan 18 responden
pengetahuan baik memiliki peluang 12 kali (45%) berjenis kelamin perempuan. Dari
untuk patuh dalam menjalankan pengobatan sebagian besar responden jenis kelamin laki-
TB-HIV dibandingkan dengan klien TB- laki ternyata lebih banyak terjadi
HIV yang pengetahuannya kurang baik. dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan
Hubungan antara dukungan keluarga dengan karena penggunaan jarum suntik bersama dan
kepatuhan pengobatan didapatkan OR = tercemar virus HIV kebanyakan pada
12,667, yang berarti klien yang mempunyai penyalahgunaan napza suntik dan melalui
dukungan keluarga baik memiliki peluang 13 hubungan seksual, dibandingkan dengan
kali untuk patuh dalam menjalankan jenis kelamin perempuan.
pengobatan TB-HIV dibandingkan dengan Hasil analisis menunjukan bahwa pendidikan
klien TB- HIV yang dukungan keluarga nya klien TB-HIV sebagian besar pendidikan
kurang baik. SMA sebesar 48,6 %. Menurut penelitian
Panjaitan (2012), pendidikan menjadi salah
PEMBAHASAN satu faktor resiko penularan penyakit
Hasil analisis menunjukan bahwa sebagian tuberkulosis. Rendahnya tingkat pendidikan
besar usia dewasa awal sebesar 74,3%. Hal responden, akan berpengaruh pada
ini sejalan dengan hasil penelitian Murino pemahaman tentang penyakit tuberkulosis.
(2013) bahwa dari 100 responden HIV AIDS Masyarakat yang merasakan pendidikan
terdiri dari 50 orang responden (50%) tinggi, tujuh kali lebih waspada terhadap TB
berumur dewasa awal 20-29 tahun. Hal ini paru (gejala, cara penularan, pengobatan) bila
disebebkan karena rata-rata dilihat dari faktor dibandingkan dengan masyarakat yang hanya
psikologis umur 20-29 tahun selalu ingin menempuh pendidikan dasar atau lebih
mencoba dan mencari jati diri, apabila salah rendah. Pendidikan yang rendah
dihubungkan dengan rendahnya tingkat faktor yang berhubungan dengan kepatuhan
kewaspadaan terhadap penularan TB paru. pengobatan pada klien TB.
Hasil analisis menunjukan bahwa pekerjaan
klien TB-HIV sebagian besar wiraswasta Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value
sebesar 34,3 %. =0,008 secara statistik p-value < ɑ (0,05),
maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang
Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value signifikan antara dukungan keluarga dengan
=0,005 secara statistik p-value < ɑ (0,05), kepatuhan pengobatan klien TB-HIV.Hal ini
maka disimpulkan bahwa ada hubungan sejalan dengan pendapat Baekland dalam
antara pengetahuan dengan kepatuhan Wulandari (2013), yang mengatakan bahwa
pengobatan TB-HIV. Menurut Degrest et al dukungan keluarga dapat menjadi faktor
(1998) dalam Wulandari (2014) bahwa yang dapat berpengaruh dalam menentukan
kepatuhan adalah perilaku positif klien dalam keyakinan dan nilai kesehatan individu serta
mencapai tujuan terapi sedangkan menurut menentukan program pengobatan yang akan
Decision theory (2005) klien adalah mereka terima. Keluarga juga memberi
pengambil keputusan dan kepatuhan sebagai dukungan dan membuat keputusan mengenai
hasil pengambilan keputusan yang dilakukan perawatan anggota keluarga yang sakit.
oleh seseorang untuk tujuan tertentu, Derajat dimana seseorang terisolasi dari
sehingga dapat disimpulkan bahwa pendampingan orang lain, isolasi sosial,
kepatuhan pengobatan adalah ketaatan atau secara negatif berhubungan dengan
kedisiplinan klien untuk berobat dan sanggup kepatuhan.
untuk datang kepada petugas kesehatan dan Menurut Dhewi et al (2011), mengatakan
mau melaksanankan anjuran yang diberikan bahwa dukungan keluarga memiliki
oleh petugas kesehatan. Adapun hal utama hubungan dengan kepatuhan minum obat
yang harus dipatuhi oleh seorang klien TB- pasien TB dimana dia menyatakan PMO
HIV adalah patuh dalam pengobatan TB- sebaiknya adalah anggota keluarga sendiri
HIV, minum obat OAT dan ARV. yaitu anak atau pasangannya dengan alasan
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Dhewi lebih bisa dipercaya. Selain itu adanya
et al (2011), yang menunjukan bahwa keeratan hubungan emosional sangat
pendidikan yang tinggi akan memiliki mempengaruhi PMO selain sebagai
pengetahuan yang cukup tentang faktor- pengawas minum obat juga memberikan
dukungan emosional kepada klien TB. besar wiraswasta sebesar 34,3%,
Hasil ini sejalan dengan penelitian pengetahuan sebagian besar pengetahuan
Mahardining (2010) hasil penelitian nya baik sebesar 54,3%, dukungan keluarga
menunjukkan bahwa presentase terbesar sebagian besar dukungan keluarga baik
responden memiliki dukungan keluarga sebesar 71,4%, kepatuhan sebagian besar
tinggi sebesar 72,7 %. Berdasarkan uji patuh sebesar 60%.
statistik diperoleh nilai p= 0,023 (p<0,05) 2. Ada hubungan antara pengetahuan
dengan taraf kepercayaan 95% menunjukkan dengan kepatuhan pengobatan klien TB-
bahwa Ho adanya hubungan yang signifikan HIV di Puskesmas Kecamatan
kan antara dukungan keluarga dengan Cengkareng dan Kecamatan Tambora
kepatuhan terapi ARV. Selain itu menurut tahun 2015 dengan P value = 0,005 < α
Nasronudin dan Margarita (2007), bahwa (0,05), ada hubungan antara dukungan
berhasilnya pengelolaan dan perawatan keluarga dengan kepatuhan pengobatan
terhadap penderita HIV/AIDS tergantung klien TB-HIV di Puskesmas Kecamatan
pada kerjasama petugas kesehatan dengan Cengkareng dan Kecamatan Tambora
pasien keluarganya. dengan P value = 0,008 < α (0,05).

KESIMPULAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
pada 35 responden di Puskesmas Kecamatan oleh peneliti dan adanya keterbatasan serta
Cengkareng dan Puskesmas Kecamatan kekurangan dalam penelitian, maka peneliti
Tambora Jakarta Barat, mengenai hubungan ingin memberikan beberapa saran sebagai
pengetahuan dan dukungan keluarga dengan berikut :
kepatuhan pengobatan TB-HIV, dapat 1. Bagi Pelayanan
disimpulkan sebagai berikut : a. Untuk para perawat agar lebih
1. Karakteristik demografi berdasarkan meningkatkan pelayanannya terutama
umur yaitu sebagian besar usia dewasa dalam memberikan informasi yang
awal sebesar 74,3%, jenis kelamin benar dan lengkap mengenai dampak
sebagian besar laki-laki sebesar 60%, dari tidak patuh atau terputusnya
pendidikan sebagian besar pendidikan pengobatan TB-HIV.
SMA sebesar 48,6%, pekerjaan sebagian
b. Perlu adanya kegiatan peergroup untuk Aini, S. (2013). Hubugan peran keluarga
klien dengan TB-HIV sehinga mereka sebagai pengawas mimnum obat
merasa mempunyai teman yang senasib terhadap kepatuhan berobat
sehingga termotivasi untuk saling pasien TB paru BTA Positif pada
menguatkan terutama dalam hal fase awal pengobatan di poli
kepatuhan pengobatan OAT yang harus klinik paru RSUD Pasar Rebo.
dilakukan berbulan-bulan dan ARV Dhewi., dkk. (2011). Hubungan antara
yang harus dilakukan seumur hidup . pengetahuan, sikap pasien dan
2. Bagi Pendidikan dukungan keluarga dengan
Diharapkan penelitian ini memberikan kepatuhan minum obat pada
tambahan kepustakaan dalam pasien TB Paru di BPKM Pati.
pengembangan ilmu keperawatan Program Studi S1 Ilmu
khususnya dalam bidang keperawatan Keperawatan STIKES
medikal bedah terutama pengetahuan dan Telogorejo Semarang. Diakses
dukungan keluarga dalam membantu klien melalui journal.unair.ac.id/filerP
yang menderita penyakit TB-HIV. DF/ijchnb pada tanggal 29 April
3. Bagi Penelitian 2015.
Untuk peneliti yang akan melanjutkan Depkes RI. (2007). Pedoman Nasional
penelitian sejenis dimasa yang akan Terapi Antiretroviral, Edisi II,
datang, perlu diteliti lebih lanjut tentang Jakarta : Direktorat Jenderal
faktor-faktor lain seperti faktor Pengendalian Penyakit dan
pemahaman tentang intruksi, keyakinan, Penyehatan Lingkungan.
sikap dan kepribadian yang Depkes RI. (2010) Statistik Kasus HIV/AIDS
mempengaruhi kepatuhan pengobatan di Indonesia. Dapat diakses di
klien TB-HIV. www.depkesri-jumlah-populasi-
hiv-aid-indonesia.html. Tanggal
DAFTAR PUSTAKA akses 17 Juli 2015.
Aditama Y. T. (2012). Petunjuk teknis tata Erawatyningsih, E., dkk. (2009). Faktor-
laksana klinis ko-infeksi TB- faktor yang mempengaruhi
HIV. TB Care 1. Kemenkes RI. ketidakpatuhan berobat pada
Jakarta. penderita Tuberculosis Paru.
Berita Kedokteran Masyarakat, Khusus Rawat Jalan Bagian
Vol. 25, No. 3. Penyakit Dalam RSUP dr. M.
Freidman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. Djamil Padang Periode
G. (2010). Buku ajar Desember 2011- Maret 2012.
keperawatan keluarga: Riset, Jurnal Farmasi Andalas Vol 1.
teori, dan praktik, alih bahasa, Media Komunikasi Community TB Care
Akhir Yani S. Hamid dkk; Edisi ‘Aisyiyah, Desember, (2014).
5. Jakarta: EGC. Mengupayakan kemandirian
Hastono, S. P. (2007). Analisa data masyarakat dalam
kesehatan. FKM: UI. menanggulangi TB. Edisi XI.
Hiswani. (2009). Tuberkulosis merupakan Nasronudin dan Margarita, (2007).
penyakit infeksi yang masih Konseling, dukungan,
menjadi masalah kesehatan perawatan dan pengobatan
masyarakat. Diakes dari ODHA, Surabaya: Airlangga
http://library.usu. University Press.
ac.id/download/fkmhiswani6. Niven, N. (2012). Psikologi kesehatan
pdf pada tanggal 15 April 2015 pengantar untuk perawat dan
Jurnal Tuberculosis Indonesia. (2012). profesional kesehatan lain, alih
Perkumpulan Pemberantasan bahasa, Agung Waluyo,. Ed.2.
Tuberculoss Indonesia (PPTI). Jakarta: EGC.
Vol. 8. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan
Jurnal Penelitian Kesehatan. (2013). Forum dan ilmu perilaku. Jakarta:
Ilmiah Kesehatan (Forikes). Vol. Rineka Cipta.
4. No. 4. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
Kunoli, J. F. (2013). Pengantar epidemiologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
penyakit menular untuk Nursalam (2008). Konsep dan penerapan
mahasiswa kesehatan metodologi pen//elitian Ilmu
masyarakat. Jakarta: TIM. Keperawatan. Jakarta: Salemba
Martoni, dkk. (2013). Faktor - Faktor Yang Medika.
Mempengaruhi Kepatuhan Nursalam. (2014). Metodelogi Penelitian
Pasien HIV/AIDS di Poliklinik Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika 2015.
Panjaitan, F. (2012), Karakteristik penderita Sukmah, dkk. (2012). Faktor-faktor yang
tuberkulosis paru dewasa rawat Berhubungan dengan Kepatuhan
inap di Rumah Sakit Umum Dr. Berobat Pada Pasien TB Paru di
Soedarso Pontianak periode RSUD Daya MAkassar. Tanggal
September - November 2010. akses 30 Juli 2015.
Diakses melalui Surjanto, E., dkk. (2012). Profil pasien
jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/ koinfeksi tuberkulosis - HIV di
article/vie w/1758 pada tanggal RS Moewardi Surakarta 2010-
23 Juni 2015. 2011. J Respir Indo Vol. 32, No.
Riadi, A. (2012). Tuberkulosis dan HIV 2
AIDS. Jurnal Tuberkulosis Indonesia. Vol 8. Taylor, (2011). Kepatuhan penderita
Riskesdas. (2010). Riset kesehatan dasar. HIV/AIDS dalam berobat. Dapat
Jakarta: Badan Litbangkes Depkes diakses di
RI. www.huffingtonpost.com/news/hi
Rohmana,O., Suhartini., Suhenda. A. (2014). vaid/. Tanggal akses 27 April
Faktor-faktor pada PMO yang 2015.
berhubungan dengan kepatuhan Wulandari, A.E. (2014). Hubungan
berobat penderita TB PAru di pengetahuan dengan kepatuhan
Kota Cirebon. Jurnal Kesehatan minum obat antiretroviral (ARV)
Komunitas Indonesia Vol. 10. penderita HIV/AIDS.
No. 1. Yuniar, Y., dkk. (2011). Pencegahan
Septia, Asra., dkk. (2014). Hubungan HIV/AIDS. Dapat diakses di
dukungan keluarga dengan www.mayoclinic.org/diseases.../
kepatuhan minum obat pada hiv-aids/basics/.../con-20013.
penderita TB Paru. tanggal akses 13 Mei 2015.
Slamet, B. (2007). Kepatuhan sebagai
tingkat penderita melaksanakan
cara pengobatan. Dapat diakses di
www.modernhospital.net/kesehata
n-wanita. Tanggal akses 15 Mei

Anda mungkin juga menyukai