Anda di halaman 1dari 6

RESUME FARMAKOTERAPI DAN TERMINOLOGI MEDIS

MATERI HIV

Apoteker Angkatan 35 Kelas B (Sore)


Nama Kelompok:
1. Annisa Andriani 2004026130
2. Ardita Gustiani 2004026134
3. Aulia Devvy K. 2004026136
4. Hurrin Aini 2004026173
5. Indah Puspitasari 2004026175
6. Khalishah Dara Amalia A. 2004026179
7. M. Abi Rafdi Bismoko 2004026186
8. Rizky Rafiqul Kholil 2004026222

Pertanyaan 1 (Atika Aulia Arsy)


Apa saja tanda-tanda kegagalan pada terapi ARV?

Jawab
1. Kegagalan klinis : munculnya terapi interaksi obat stadium 4 setelah minimal 6 bulan
dalam terapi ARV. Beberapa penyakit yang termasuk dalam stadium klinis 3 (TB Paru,
infeksi bakteri berat) dapat petunjuk kegagalan terapi
2. Kegagalan imunologis : adalah gagal mencapai dan mempertahankan CD4 yang adekuat,
walaupun telah terjadi penurunan jumlah virus. Jumlah CD4 juga dapat digunakan untuk
menentukan apakah perlu mengubah terapi atau tidak. Sebagai contoh, munculnya
penyakit baru yang termasuk dalam stadium 3, dimana dipertimbangkan untuk mengubah
terapi, maka bila jumlah CD4 > 200/mm3 tidak dianjurkan untuk mengubah terapi
3. Kegagalan virologis, disebut gagal virologis jika :
a. Viral load tetap > 5000 copies/ml atau
b. Viral load menjadi terdeteksi lagi setelah sebelumnya tidak terdeteksi

(Sumber: Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada
Orang Dewasa. 2011. Hlm 66-69)
Pertanyaan 2 (Cahya Safira Anandita)
Bagaimana pencegahan virus HIV pada ibu hamil agar janin yang dikandungnya tidak terpapar
HIV?

Jawab
Selama hamil tidak memberikan asi ke bayi dan dapat menggunakan
antiretroviral/HAART (Highly Active Antiretroviral Therapy) selama hamil sesuai dengan
situasi klinis nya, yaitu :

(Sumber: Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada
Orang Dewasa. 2011 hlm 26)
Pertanyaan 3 (Devita Ayu S.)
Bagaimana nutrisi bagi bayi jika ibunya positif HIV?

Jawab
Pada bayi lahir dengan ibu terinfeksi HIV menyusui terbukti berperan dalam proses
transmisi vertikal virus HIV. Sehingga pilihan nutrisi untuk bayi lahir yaitu PASI (Pengganti
ASI) Atau susu formula. Pilihan nutrisi untuk bayi dari ibu terinfeksi HIV harus selalu
mempertimbangkan resiko transmisi vertikal HIV dan manfaat proteksi terhadap malnutrisi,
diare dan pneumonia. ASI hanya dapat diberikan apabila syarat AFASS terhadap PASI tidak
terpenuhi.

(Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.01.07/MENKES/90/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana
HIV)

Pertanyaan 4 (Erlin Mustikarani)


Jika seorang pasien menderita AIDS tapi juga menderita TB, bagaimana cara manajemen
pengobatan kedua infeksi ini?

Jawab
Rekomendasi terapi ARV pada Ko-Infeksi Tuberkulosis
1. Mulai terapi ARV pada semua individu HIV dengan TB aktif, berapapun jumlah CD4.
2. Gunakan EFV sebagai pilihan NNRTI pada pasien yang memulai terapi ARV selama
dalam terapi TB.
3. Mulai terapi ARV sesegera mungkin setelah terapi TB dapat ditoleransi. Secepatnya 2
minggu dan tidak lebih dari 8 minggu.

Terapi ARV untuk Pasien Ko-infeksi TB-HIV


Pada keadaan TB terdiagnosis atau muncul dalam 6 bulan sejak memulai terapi ARV
lini pertama maupun lini kedua, maka perlu mempertimbangkan substitusi obat ARV karena
berkaitan dengan interaksi obat TB khususnya Rifampisin dengan NNRTI dan PI.

Tabel berikut merupakan panduan pemakaian terapi ARV pada pasien yang
terdiagnosis TB dalam 6 bulan setelah mulai terapi ARV lini pertama.

(Sumber: Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada
Orang Dewasa. 2011. Hlm 30-31)

Pertanyaan 5 (Nova Febriyanti)


Kalau terjadi resistensi silang bagaimana ya?

Jawab
Resistensi silang dalam kelas ARV yang sama terjadi pada mereka yang mengalami
kegagalan terapi. Resistensi terjadi ketika HIV terus berproliferasi meskipun dalam terapi
ARV. Jika kegagalan terapi terjadi dengan paduan NNRTI atau 3TC, hampir pasti terjadi
resistensi terhadap seluruh NNRTI dan 3TC. Penggunaan ARV menggunakan boosted-PI +
kombinasi 2 NRTI menjadi rekomendasi sebagai terapi pilihan lini kedua untuk dewasa,
remaja, dan juga anak dengan paduan berbasis NNRTI yang digunakan sebagai lini pertama.
Prinsip pemilihan paduan ARV lini berikutnya adalah pilih kelas obat ARV sebanyak mungkin,
minimal dua obat baru yang diduga masih aktif, berdasarkan riwayat penggunaan obat
sebelumnya dan pengetahuan mekanisme kerja obat ARV yang baru. Penggunaan paduan
NRTI harus dinilai apabila terjadi kegagalan terapi untuk mengoptimalisasi terapi serta
memaksimalkan aktivitas antivirus. Pada kasus kegagalan lini pertama dan kedua dengan
NRTI, NNRTI dan PI seperti di Indonesia, paduan yang dapat diberikan selanjutnya adalah
kombinasi INSTI dan PI generasi kedua, dengan atau tanpa tambahan NRTI.

(Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.01.07/MENKES/90/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana
HIV. Hlm 50-51, 53)
Pertanyaan 6 (Esa Putri V.)
Pada kasus HIV (yang disebabkan) pemerkosaan apakah terapinya sama atau berbeda?
langkah-langkah pengobatannya seperti apa?

Jawab
Langkah dasar tatalaksana klinis Profilaksis Pasca Pajanan (PPP) HIV pada kasus
pemerkosaan:
1. Menenangkan dan memberikan bantuan psikologis pada korban
2. Melakukan pemeriksaan visum untuk laporan kepada kepolisian
3. Melakukan tes kehamilan
4. Pemeriksaan IMS termasuk sifilis jika memungkinkan
5. Memberikan obat IMS setidaknya untuk GO, klamidia dan sifilis
6. Memberikan obat pencegah kehamilan dengan obat after morning pill
7. Memberikan ARV untuk PPP HIV

Pemberian obat ARV untuk PPP


Dosis pertama PPP harus selalu ditawarkan secepat mungkin setelah pajanan dalam
waktu tidak lebih dari 3 kali 24 jam, dan jika perlu, tanpa menunggu konseling dan tes HIV
atau hasil tes dari sumber pajanan. Strategi ini sering digunakan jika yang memberikan
perawatan awal adalah bukan ahlinya, tetapi selanjutnya dirujuk kepada dokter ahli dalam
waktu singkat. Langkah selanjutnya setelah dosis awal diberikan, adalah agar akses terhadap
keseluruhan pasokan obat PPP selama 28 hari dipermudah.

Paduan obat ARV untuk Profilaksis Pasca Pajanan (PPP)

(Sumber: Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
2017. Hlm 20-21)
Pertanyaan 7 (Eva Rosita Dewi)
Apakah penderita HIV boleh diberikan vaksin Covid-19?

Jawab
Untuk penderita HIV, dapat menerima vaksin COVID-19 dengan catatan nilai CD-4nya
(Cluster of Differentiation) di atas 200 atau hasil pemeriksaan dari viral loadnya tidak
terdeteksi. Viral load adalah pengukuran yang digunakan untuk mengetahui seberapa rentan
orang dengan HIV/AIDS untuk menularkan penyakit.

(Sumber: Kasubdit HIV/AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Nurjannah, SKM., M.Kes)

Anda mungkin juga menyukai