Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi manusia yang berfungsi untuk
memompa darah ke seluruh tubuh. Banyak masyarakat yang belum memahami fungsi
jantung secara benar. Masyarakat tidak mengetahui bahwa kondisi dan pola hidup
seseorang yang hedonis dan berubah-ubah serta pola makan dan obat-obatan yang
dikonsumsinya dapat mempengaruhi kerja jantung apabila tidak menjaga keseimbangan
tubuh secara adekuat. Perawat sebagai seorang yang merawat pasien di rumah sakit sebelum
melakukan tindakan lebih lanjut, untuk menentukan kondisi kerja jantung pasien normal
atau tidak yaitu salah satunya dengan mendeteksi menggunakan electrocardiografi (ECG).
Pada kondis dengan kelainan jantung, perlu dilakukan bedah jantung. Bedah jantung itu
sendiri adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi kelainan
anatomi atau fungsi jantung agar dapat kembali normal sesuai fungsinya. Namun tidak
semua operasi bedah jantung dapat berjalan lancar tergantung kondisi pasien itu sendiri,
stabil atau tidak stabil.
Jenis operasi bedah jantung antara lain operasi Coronary artery bypass graft (CABG),
operasi perbaikan atau penggantian katup jantung dan operasi yang lainnya. Prosedur bedah
jantung ini biasanya dilakukan dengan dua cara yaitu menghentikan jantung secara
sementara (on pump) dan pembedahan dengan jantung yang masih berdenyut (off pump).
Penghentian jantung sementara ini memerlukan alat pengganti fungsi jantung dan paru
sehingga sirkulasi tubuh tetap terjaga. Alat pengganti jantung dan paru tersebut dinamakan
mesin cardiopulmonary bypass (CPB). Namun salah satu komplikasi yang sering terjadi
pada pasien yang menggunakan mesin ini adalah terjadinya suatu respon inflamasi sistemik
pada derajat tertentu, hal tersebut ditandai dengan hipotensi yang menetap, demam yang
bukan disebabkan oleh infeksi, oedem jaringan yang luas, dan kegagalan bb=eberapa organ
bawah.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah pengertian bedah jantung ?
1.2.2 Bagaimanakah klasifikasi bedah jantung ?
1.2.3 Apakah tujuan operasi bedah jantung ?
1.2.4 Apakah indikasi dilakukannya bedah jntung ?
1.2.5 Pemeriksaan diagnostik apa yang dibutuhkan sebelum bedah jantung ?
1.2.6 Apakah komplikasi dari bedah jantung ?
1.2.7 Bagaimana asuhan keperawatan post bedah jantung ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian bedah jantung
1.3.2 Mengetahui klasifikasi bedah jantung
1.3.3 Mengetahui tujuan bedah jantung
1.3.4 Mengetahui indikasi bedah jantung
1.3.5 Mengetahui pemeriksaan diagnostik yang diperlukan
1.3.6 Mengetahui komplikasi bedah jantung
1.3.7 Mengetahui asuhan keperawatan post bedah jantung
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bedah Jantung


Bedah jantung adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi
kelainan anatomi atau fungsi jantung. Bedah jantung juga merupakan semua tindak pengobatan
yang menggunakan cara infasif dengan cara membuka atau menampilkan bagian tubuh yang
akan ditangani. Misalnya jantung. Umunya pembukaan bagian tubuh ini dengan membuat
sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan yang
diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka

2.2 Klasifikasi Bedah Jantung


1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga
jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru.
2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga
jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.

2.3 Tujuan Operasi Bedah Jantung


Operasi jantung dikerjakan dengan tujuan bermacam-macam antara lain :
1. Koreksi total dari kelainan anatomi yangt ada, misalnya penutupan ASD, paten VSD,
Koreksi Tetralogi Fallot.
2. Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan terutama pada
anak-anak (pediatrik) yang mempunyai kelainan bawaan.
3. Operasi paliatif, yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan mempersiapkan
operasi yang definitive atau total koreksi karena operasi total belum dapat dikerjakan
saat itu, misalnya shunt aortopulmonal pada TOF, pulmonal atresia.
4. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katup jantung yang mengalami insufisiensi.
5. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang mengalami kerusakan
6. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi stenosis / sumbatan
arteri koroner
7. Pemasangan implant seperti kawat pacemaker permanen pada anak-anak dengan blok
total atrioventrikel
8. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung sesorang yang tidak mungkin diperbaiki
lagi dengan jantung donor dari penderita yang meninggal karena sebab lain.
9. Transmyocardial laser revascylarization (TLR). Operasi jantung laser biasanya
dilakukan saat penanganan-penanganan sebelumnya telah gagal. Pada operasi jantung
jenis ini, dokter akan menggunakan teknologi laser untuk membuat saluran di otot
jantung. Tujuannya agar saluran tersebut mampu membuat darah mengalir lebih lancar.
10. Percutaneous Transluminal Coronary Angiplasly (PTCA), atau Angioplasti Koroner,
adalah prosedur non-bedah dengan sayatan minimal yang digunakan untuk membuka
pembuluh darah yang menyempit. Prosedur ini menggunakan kateter yang lentur
dengan balon di ujungnya, yang dikembungkan pada tekanan tinggi di dalam dinding
arteri yang menyempit. Tindakan ini akan merontokkan plak dalam pembuluh darah
dan memperbaiki aliran darah ke otot jantung.

2.4 Indikasi Bedah Jantung


a. Left to right shunt sama atau lebih dari 1,5 (aliran paru dibandingkan aliran ke sistemik
≥ 1,5)
b. Cyanotic heart disease
c. Kelainan anatomi pembuluh darah besar dan koroner
d. Stenosis katup yang berat
e. Regurgitasi katup yang berat
f. Angina pektoris kelas III dan IV menurut Canadian cardiology Society (CCS)
g. Unstable angina pectoris
h. Aneurisma dinding ventrikel kiri akibat suatu infark miokardium akut
i. Komplikasi akibat infark miokardium akut seperti VSD dan mitral regurgitasi yang
berat karena ruptur otot papilaris
j. Arrhytmia jantung misalnya sindrom WPW
k. Endokarditis atau infeksi katup jantung
l. Tumor dalam rongga jantung yang menyebabkan obstruksi pada katup mislnya
myxoma
m. Trauma jantung dengan tamponade atau perdarahan.

2.5 Sayatan Operasi


1. Mid stemotomi
Posisi klien terlentang, kepala ekstensi dan daerah vertebra antara skapula kana dan kiri
diganjal secukupnya sehingga insisi cukup bebas.
2. Torakotomi posterolateral
Sayatan ini biasanya untuk klien koarktasio aorta, PDA, shunt atau aneurisma aorta
desenden. Posisi klien miring ke kanan
3. Torakotomi anterolateral
Posisi pasien terlentang dan bagian kiri diganjal sedikit sehingga lebih tinggi atau
miring 45°.

2.6 Persiapan Pra Bedah


Setelah pasien diputuskan untuk operasi maka perlu dipersiapkan agar operasi dapat
berlangsung sukses. Persiapan terdiri dari :
1. Persiapan mental
Menyiapkan pasien secara mental siap menjalani operasi, menghilangkan kegelisahan
menghadapi operasi. Hal ini ditempuh dengan cara wawancara dengan dokter bedah
dan kardiolog tentang indikasi operasi, keuntungan operasi, komplikasi operasi, dan
resiko operasi. Diterangkan juga hal-hal yang akan dialami atau yang akan dikerjakan
di kamar operasi dan ICU dan alat yang akan dipasang, juga termasuk puasa, rasa sakit
pada daerah operasi dan kapan drain dicabut.
2. Persiapan medikal
a. Obat-obatan
1) Semua obat-obatan antikoagulan harus dihentikan 1 minggu sebelum operasi
(minimal 3 hari sebelum operasi)
2) Aspirin dan obat sejenis dihentikan 1 minggu sebelum operasi
3) Digitalis dan diuretik dihentikan 1 hari sebelum operasi
4) Antidiabetik diteruskan dan bila perlu dikonvensi dengan insulin injeksi selama
operasi
5) Obat-obat jantung diteruskan sampai hari operasi
6) Antibiotika hanya diberikan untuk propilaksis dan diberikan waktu induksi
anastesi di kamar operasi, hanya diperlukan test kulit sebelum operasi apakah
ada alergi
b. Laboratorium 1 hari sebelum operasi antara lain :
1) Hematologi lengkap + hemostasis
2) LFT
3) Ureum, creatinin
4) Gula darah
5) Urine lengkap
6) Enzim CK dan CKMB untuk CABG
7) HbSAg
8) Gas darah
Bila ada kelainan hemostasis atau faktor pembekuan harus diselidiki penyebabnya dan
bila perlu operasi ditunda sampai ada kepastian bahwa kelainan tersebut tidak akan
menyebabkan perdarahan pasca bedah
3. Persiapan darah untuk operasi. Terdiri dar :
Packed cell : 750 cc
Frash frozen plasma : 1000 cc
Trombosit : 3 unit
4. Mencari infeksi fokal
Biasanya dicari gigi berlubang atau tonsilitis dan ini dikonsultasikan ke bagian THT
dan gigi
5. Fisioterapi dada
Untuk melatih dan meningkatkan fungsi paru selama di ICU dan untuk mengajarkan
bagaimana caranya mengeluarkan sputum setelah operasi untuk mencegah retensi
sputum
6. Perawatan sebelum operasi
Saat ini perawatan sebelum operasi dengan persiapan yang matang dari poliklinik maka
perawatan sebelum operasi dapat diperpendek misalnya 1-2 hari sebelum operasi. Hal
ini untuk mempersiapkan mental klien dan juga supaya tidak bosan di rumah sakit.

2.7 Post Operatif


Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama
periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan
equilibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi.
Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi
optimalnya dengan cepat, aman, dan nyaman.
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah
yang kemungkinan muncul pada tahap ini yaitu :
1. Memepertahankan jalan nafas
Mengatur posisi, memasang suction, dan pemasangan mayo atau gudel
2. Mempertahankan ventilasi atau oksigenasi
Melalui ventilator mekanik atau nasal kanul
3. Mempertahankan sirkulasi darah
Pemberian cairan plasma ekspander
4. Observasi keadaan umum, vomitus, dan drainase
Keadaan umum untuk menegetahui kesadaran pasien dan sebagainya. Vomitus
mungkin saja terjadi akibat pengaruh anastesi sehingga perlu dipantau kondisi
vomitusnya. Selain itu, drainase sangat penting untuk dilakukan observasi terkait
dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien
5. Balance cairan
Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi akibat
perdarahan atau justru menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan
fungsi eliminasi pasien
6. Mempertahankan kenyamanan dan mencegah resiko jatuh
Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi, dan beresiko
besar untuk jatuh.

2.8 Pemeriksaan Diagnostik


1. EKG : untuk mengetahui disritmia
2. Chest x-ray
3. Hasil laboratorium : darah lengkap, koagulasi, elektrolit, ureum kreatinin, BUN,
HbSAg
4. Kateterisasi
5. Echocardiogram

2.9 Komplikasi
a. Komplikasi jantung : gagal jantung kongestif, infark miokardium, henti jantung,
disritmia
b. Komplikasi paru : edema paru, emboli paru, efusi pleura, pneumo atau hematotoraks,
gagal napas, sindrom distres napas dewasa
c. Perdarahan
d. Komplikasi neurologis : cedera serebrovaskuler, emboli udara
e. Gagal ginjal akut atau kronis
f. Ketidakseimbangan elektrolit
g. Gagal hati
h. Koagulopati
i. Infeksi, sepsis.
2.10Format Askep
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama :
Biasanya pasien-pasien yang telah dilaksanakan operasi bedah jantung kebanyakan
keluhannya sesak nafas, nyeri dada, kelemahan, palpitasi, dan nafas cepat.
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Sesak nafas, nyeri dada, kelemahan, nafas cepat, palpitasi
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah menjalani bedah jantung
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kelainan jantung hingga dilakukan
pembedahan
2. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Apatis
Keadaan Umum : Biasanya dalam keadaan lemas
TTV : Nadi : 55-80 x/menit
TD : 90/65 – 120/85 mmHg
RR : 22-27 x/menit
Suhu : 37,5-38,5°C
3. Pengkajian per Sistem
a. Status Neurologis : tingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya,
refleks, gerakan ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan
b. Status Jantung : frekuansi dan irama jantung, suara jantung, tekanan darah arteri,
tekanan vena sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji arteri paru (PAWP :
Pulmonary Artery Wedge Pressure), tekanan atrium kiri (LAP), bentuk gelombang
dan pipa tekanan darah invasif, curah jantung atau indeks, tahanan pembuluh darah
sistemik dan paru, saturasi oksigen arteri paru bila ada, drainase rongga dada, dan
status serta fungsi pacemaker
c. Status Respirasi : gerakan dada, suara napas, penentuan ventilator (frekuensi,
volume tidal, konsentrasi oksigen, mode [mis, SIMV], tekanan positif akhir
ekspirasi [PEEP], kecepatan napas, tekanan ventilator, saturasi oksigen arteri
(SaO2), CO2 akhir tidal, pipa drainase rongga dada, gas darah arteri
d. Status Pembuluh Darah Perifer : denyut nadi perifer, warna kulit, dasar kuku,
mukosa bibir, suhu kulit, edema, kondisi balutan, dan pipa invasif
e. Fungsi Ginjal : haluaran urin, berat jenis urin, dan osmolaritas
f. Status Cairan dan Elektrolit Asupan : haluaran dan semua pipa drainase. Semua
parameter curah jantung, dan indikasi ketidakseimbangan elektrolit berikut :
1) Hipokalemia : intoksikasi digitalis, disritmia (gelombang U, AV blok,
gelombang T yang datar atau terbalik)
2) Hiperkalemia : konfusi mental, tidak tenang, mual, kelemahan, parastesia
ekstremitas, disritmia (tinggi, gelombang T pucak, meningkatnya amplitudo,
pelebaran kompleks QRS, perpanjangan interval QT)
3) Hiponatremia : kelemahan, kelelahan, kebingungan, kejang, koma
4) Hipokalsemia parastesia, spasme tangan dan kaki, kram otot, tetani.
5) Hiperkalsemia intoksikasi digitalis, asistole
g. Nyeri : sifat, jenis, lokasi, durasi (nyeri karena irisan harus dibedakan dengan nyeri
angina), aprehensi, respons terhadap analgesik
4. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b.d kehilangan darah dan fungsi jantung yang terganggu
b. Gangguan pertukaran gas b.d trauma akibat pembedahan dada ekstensif
c. Nyeri b.d trauma operasi
d. Resiko hipertermia b.d infeksi atau sindrom pasca perikardiotomi
5. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi Tanda-Tanda Vital Pasien
1. Penurunan curah jantung b.d
selama 2x24 jam diharapkan curah 2. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis)
kehilangan darah dan fungsi
jantung pasien normal dengan kriteria frekuensi, irama, kekuatan. Catat adanya ketidak
jantung yang terganggu
hasil : normalan
1. TTV pasien dalam rentang 3. Auskultasi bunyi jantung. Catat frekuensi, irama,
normal adanya bunyi jantung tambahan
2. Tidak ada bunyi jantung 4. Pantau output urin
tambahan S3 (gallop) dan S4 5. Pantau status kardiovaskuler setiap jam sampai
(murmur) stabil (melalui parameter hemodinamik)
3. Output urin adekuat 6. Kolaborasi obat anti aritmia
4. Tidak ada edema
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi Tanda-Tanda Vital
2. Gangguan pertukaran gas b.d
selama 1x24 jam diharapkan pertukaran 2. Pantau gas darah, volume tidal, tekanan inspirasi,
trauma akibat pembedahan dada
gas adekuat dengan kriteria hasil : dan parameter ektubasi
ekstensif
1. TTV pasien dalam rentang 3. Observasi warna kulit dan membran mukosa.
normal Catat adanya sianosis
2. AGD dalam rentang normal 4. Auskultasi suara nafas
3. Suara nafas vesikuler 5. Berikan fisioterapi dada sesuai anjuran
4. Jalan nafas paten
5. Tidak ada sianosis 6. Anjurkan untuk menarik nafas dalam, batuk
efektik, berpindah posisi, dan mematuhi terapi
nafas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi Tanda-Tanda Vital pasien
3. Nyeri b.d trauma operasi
selama 1x24 jam diharapkan nyeri pada 2. Kaji nyeri (lokasi, frekuensi, durasi)
pasien dapat berkurang dengan kriteria 3. Berikan tindakan pengurangan nyeri non
hasil : farmakologi (relaksasi, visualisasi, bimbingan
1. TTV pasien dalam rentang imajinasi, sentuhan terapiutik)
normal 4. Koloaborasi dengan tim medis dalam pemberian
2. Skala nyeri normal (1-3) analgesik sesuai indikasi
3. Wajah tidak meringis kesakitan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi suhu dan warna kulit pasien
4. Resiko hipertermia b.d infeksi
selama 2x24 jam diharapkan hipertermia 2. Gunakan teknik steril dalam mengganti balutan /
atau sindrom pasca
menurun atau hilang dengan kriteria rawat luka
perikardiotomi
hasil : 3. Observasi adanya gejala sindrom pasca
1. TTV pada pasien normal perikardiotomi (seperti demam, malaise, nyeri
2. Tidak ada bengkak sendi)
3. Tidak ada kemerahan 4. Ajarkan teknik kompres hangat untuk
4. Tidak ada rasa nyeri mengurangi demam
5. Kolaborasi pemberian antibiotik dan antipiretik
sesuai resep

Anda mungkin juga menyukai