DISUSUN OLEH :
AYUNINGTYAS BUDI RAHAYU
SK. 313. 011
7. Pengkajian Primer
Pemeriksaaan jasmaninya diarahkan kepada diagnosis cidera yang
mengancam nyawa dan meliputi penilaian dari A,B,C,D,E. Mencatat tanda
vital awal (baseline recordings) penting untuk memantau respon penderita
terhadap terapi. Yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin
dan tingkat kesadaran. Pemeriksaan penderita yang lebih rinci akan menyusul
bila keadaan penderita mengijinkan. Metode pengkajian dalam primary survey
ini yaitu: cepat, ermat, dan tepat yang dilakukan dengan melihat (look),
mendengar (listen), dan merasakan (feel).
a. Airway dan Kontrol Servikal
Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan
cukupnya pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen
untuk mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%.
Ada tiga hal utama dalam tahapan airway ini yaitu look, listen, dan
feel. Look atau melihat yaitu perawat melihat ada tidaknya obstruksi jalan
napas, berupa agitasi: (hipoksemia), penurunan kesadaran (hipercarbia),
pergerakan dada dan perut pada saat bernapas (see saw-rocking respiration),
kebiruan pada area kulit perifer pada kuku dan bibir (sianosis), adanya
sumbatan di hidung, posisi leher, keadaan mulut untuk melihat ada tidaknya
darah. Tahapan kedua yaitu listen atau mendengar, yang didengar yaitu
bunyi napas. Ada dua jenis suara napas yaitu suara napas tambahan obstuksi
parsial, antara lain: snoring, gurgling, crowing/stidor, dan suara
parau(laring) dan yang kedua yaitu suara napas hilang berupa obstruksi total
dan henti napas. Terakhir yaitu Feel, pada tahap ini perawat merasakan
aliran udara yang keluar dari lubang hidung pasien.
b. Breathing dan Ventilasi
Pada tahap look (melihat), yang dilakukan yaitu: melihat apakah
pasien bernapas, pengembangan dada apakah napasnya kuat atau tidak,
keteraturannya, dan frekuensinya. Pada tahap listen( mendengar) yang
didengar yaitu ada tidaknya vesikuler, dan suara tambahan napas. Tahap
terakir yaitu feel, merasakan pengembangan dada saat bernapas, lakukan
perkusi, dan pengkajian suara paru dan jantung dengan menggunakan
stetoskop.
c. Sirkulasi dan Kontrol Perdarahan
Pengkajian circulation, yaitu hubungan fungsi jantung, peredaran
darah untuk memastikan apakah jantung bekerja atau tidak. Pada tahap look
atau melihat, yang dilakukan yaitu mengamati nadi saat diraba, berdenyut
selama berapa kali per menitnya, ada tidaknya sianosis pada ekstremitas,
ada tidaknya keringat dingin pada tubuh pasien, menghitung kapilery
reptile, dan waktunya, ada tidaknya akral dingin. Pada tahap feel, yang
dirasakan yaitu gerakan nadi saat dikaji (nadi radialis, brakialis, dan carotis),
Lakukan RJP bila apek cordi tidak berdenyut. Pada tahapan listen, yang
didengar yaitu bunyi aliran darah pada saat dilakukan pengukuran tekanan
darah.
d. Disability
Yang dikaji pada tahapan ini yaitu GCS (Glasgow Coma Scale), dan
kedaan pupil dengan menggunakan penlight. Pupil normal yaitu isokor,
mengecil: miosis, melebar: dilatasi. Dilakukan pemeriksaan neurologi
singkat untuk menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata dan respon
pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini bermanfaat dalam menilai
perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan
pemulihan.perubahan fungsi sistem saraf sentral tidak selalu disebabkan
cidera intra kranial tetapi mungkin mencerminkan perfusi otak yang kurang.
Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak harus dicapai sebelum penemuan
tersebut dapat dianggap berasal dari cidera intra kranial.
e. Exposure
Setelah mengurus prioritas-prioritas untuk menyelamatkan jiwanya,
penderita harus ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai jari kaki
sebagai bagian dari mencari cidera.
f. Dilasi Lambung
Dilatasi lambung sering kali terjadi pada penderita trauma, khususnya
pada anak-anak dan dapat mengakibatkan hipotensi atau disritmia jantung
yang tidak dapat diterangkan, biasanya berupa bradikardi dari stimulasi
saraf fagus yang berlabihan. Distensi lambung membuat terapi syok menjadi
sulit. Pada penderita yang tidak sadar distensi lambung membesarkan resiko
respirasi isi lambung, ini merupakan suatu komplikasi yang bisa menjadi
fatal. Dekompresi lambung dilakukan dengan memasukan selamh atau pipa
kedalam perut melalui hidung atau mulut dan memasangnya pada penyedot
untuk mengeluarkan isi lambung. Namun, walaupun penempatan pipa sudah
baik, masih mungkin terjadi aspirasi.
g. Pemasangan kateter urin
Katerisasi kandung kenving memudahkan penilaian urin akan adanya
hematuria dan evaluasi dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urine.
Darah pada uretra atau prostad pada letak tinggi, mudah bergerak, atau tidak
tersentuh pada laki-laki merupakan kontraindikasi mutlak bagi pemasangan
keteter uretra sebelum ada konfirmasi kardiografis tentang uretra yang utuh
(Hudak & Gallo, 2001).
8. Pengkajian Sekunder
a. Kepala
Kelainan atau luka kulit kepala dan bola mata, telinga bagian luar dan
membranatimpani, cedera jaringan lunak periorbital
b. Leher
Adanya luka tembus leher, vena leher yang mengembang
c. Neurologis
Penilaian fungsi otak dengan GCS
d. Dada
Pemeriksaan klavikula dan semua tulang iga, suara nafas dan jantung,
pemantauan EKG
e. Abdomen
Kaji adanya luka tembus abdomen, pasang NGT dengan trauma
tumpul abdomen
f. Pelvis dan ekstremitas
Kaji adanya fraktur, denyut nadi perifer pada daerah trauma, memar
dan cedera yang lain
g. Anamnesa
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi sekresi, obstruksi jalan nafas
b. Pola nafas tidak efektif b.d kerusakan neuro muskuler (cedera pada pusat
pernafasan otak, kerusakan persepsi /kognitif)
c. Kerusakan pertukaran gas b.d berkurangnya aliran oksigen dalam tubuh
d. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d penurunan
kesadaran
e. Kurangnya volume cairan b.d kurangnya intake cairan
f. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral dan peningkatan tekanan
intrakranial.
g. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala. (NANDA, 2012).
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Mdikal Bedah, edisi 8.
Jakarta : EGC
Doenges E. Marlynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Gallo & Hudak. 2001. Keperawatan Kritis, edisi VI. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
NANDA. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi.
Editor : Budi Sentosa. Jakarta : Prima Medika
http://ppni-klaten.com