Anda di halaman 1dari 45

Laporan Kasus

Program Rehabilitasi Medik Pada


Pasien Dengan Post Amputasi Below
Knee (Transtibial) Dextra
Disusun oleh :
dr. Nurul Arifatunnisa

Pembimbing Internship : Pembimbing Kasus:


dr. Agus Asari dr. Selfy Sutikto, Sp.KFR
01
Pendahuluan
Amputasi below knee adalah suatu jenis amputasi yang dilakukan pada bawah
lutut. Tindakan amputasi merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi
pilihan terakhir apabila masalah yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak dapat
diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau jika kondisi tersebut dapat
membahayakan keselamatan tubuh pasien secara utuh atau merusak bagian
tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi, dalam hal ini
misalnya amputasi karena diabetes.

Rehabilitasi medik adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada


individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
elektroterapeutis, dan mekanis) pelatihan fungsi, dan komunikasi. Dalam hal ini,
fisioterapis berperan untuk memulihkan keadaan seseorang pasca operasi
amputasi.
02
Laporan Kasus
Identitas Pasien
Nama : Ny. P

Tanggal lahir : 22/04/1976

Usia : 47 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Desa Sumber Agung


Pekerjaan : Petugas sapu jalan raya (sekarang sudah tidak
bekerja)
Tanggal masuk RS: Senin, 05/06/2023, pukul 19:30 WIB

Ruang perawatan : Meranti

Tanggal pemeriksaan : Sabtu, 10/06/2023


1.Anamnesis
• Keluhan Utama : Luka kehitaman pada ibu jari kaki kanan
• Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang dengan keluhan luka kehitaman pada ibu jari kaki kanan sejak ±1 minggu
sebelum dibawa ke rumah sakit. Sebelumnya pasien sudah pernah menjalani amputasi
jari 2-5 di kaki kanan ±1 bulan lalu. Pasca operasi luka sempat tidak dirawat selama
beberapa hari, kemudian pada daerah luka tampak mulai menghitam dan tampak
membusuk, serta menjalar sekitarnya. Pasien dianjurkan oleh dokter bedah untuk
dilakukan pemotongan karena pembusukan sudah menjalar ke bagian atas.
• Pasein menjalan operasi amputasi kaki kanan pada 06/06/2023. Saat ini H+4 post
operasi pasien mengeluh nyeri luka bekas operasi (+), serta kaki kanan yang tersisa
(stump) terasa lemah karena sudah beberapa hari jarang digerakkan. Keluhan demam
(-), batuk (-), sesak (-). Pasien memiliki penyakit diabetes mellitus (+) terkontrol.
• Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat amputasi jari 2-5 kaki kanan ±1 bulan lalu di RSSI.
• Riwayat Penyakit Keluarga
• Ibu dan nenek pasien memiliki riwayat diabetes mellitus.
• Harapan Pasien
• Pasien ingin melatih stump agar tetap aktif dan ingin tetap mampu berjalan dan
beraktivitas mandiri seperti biasa dengan satu kaki yang sehat.
Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

• Kesan : Tampak baik


• GCS : E4 V 5 M 6
• Kesadaran : komposmentis
• Berat badan : 48 kg
• Tinggi badan : 150 cm
• Kooperatif : Ya

1. Tanda-tanda Vital

• Tekanan darah : 137/84 mmHg


• Frekuensi nadi : 96 kali/menit
• Fx pernapasan : 20 kali/menit
• Saturasi oksigen : 98% O2 ruangan
• Suhu : 36.8ºC
1. Kepala

• Mata : Edema (-/-), isokor, CA (-/-), SI (-/-)


• Telinga : DBN
• Hidung : DBN
• Bibir : DBN
• Lidah : DBN
• Rongga leher :
• Tonsil : T1- T1 ; hiperemis (-/-)
• Faring : tidak hiperemis
Leher

• Inspeksi
• Kelenjar tiroid : DBN
• Pembesaran vena : (-)
• KGB : DBN
• Palpasi
• Kelenjar tiroid : DBN
• KGB : DBN
• Kaku kuduk : (-)
1. Thorax

• Paru
• Inspeksi : DBN
• Palpasi
• Ekspansi dada : simetris (kanan = kiri)
• Fremitus vokal : (kanan = kiri)
• Perkusi : DBN
• Auskultasi
• Suara napas dasar = vesikuler (+/+)
• Suara tambahan = rhonki (-/-) ; wheezing(+/+); pleural rub (-/-)
• Jantung
• Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea axillaris anterior
• Perkusi
• Batas jantung dex : ICS IV linea parasternalis dextra
1. Abdomen

• Inspeksi : DBN
• Auskultasi : Bising usus (+) 8 kali/menit
• Perkusi : timpani (+) ; ascites (-)
• Palpasi :
• Dinding perut = lembut, supel
• Nyeri Tekan = tidak ada
• Nyeri Lokal = tidak ada
• Nyeri ketok CVA = (-/-)
• Hepar = tidak teraba pembesaran
• Lien = tidak teraba pembesaran
• Ginjal = tidak teraba pembesaran

1. Ekstremitas

• Superior :
• akral hangat (+/+) ; CRT < 2 detik (+/+) ;
• edema (-/-) ; sianosis (-/-) ; anemis (-/-)
• Inferior :
• akral hangat (+/+) ; CRT < 2 detik (+/+) ;
• edema (-/-) ; sianosis (-/-) ; anemis (-/-), gangren (-/-)
Foto Klinis Pasien

Foto Klinis Pasien pada 10/06/2023 (H+4 post op)


Px Penunjang - Laboratorium
Tabel 2.1 Hasil pemeriksaan laboratorium pada 05/06/2023
Parameter Hasil Satuan Nilai rujukan
Hemoglobin 6,6 g/dL Pr : 12,5 – 15,5
Leukosit 14.100 µL 4.000 – 11.000
Trombosit 750.000 µL 150.000 – 400.000
Hematokrit 19,2 % 36 – 52
LED 120 mm/jam 0 - 15
Albumin 2,5 g/dL 3,5-5,0
GDS 145 mg/dL < 200
Tabel 2.2 Hasil pemeriksaan laboratorium pada 08/06/2023
Parameter Hasil Satuan Nilai rujukan
Hemoglobin 11.8 g/dL Pr : 12,5 – 15,5
Leukosit 14.800 µL 4.000 – 11.000
Trombosit 578.000 µL 150.000 – 400.000
Hematokrit 33,7 % 36 – 52
Albumin 2,5 g/dL 3,5 – 5,0
GDS 201 mg/dL < 200
Px Penunjang – Rontgen Thorax PA

Gambar Hasil Foto Thorax PA pada 05/06/2023

Interpretasi dari hasil foto thorax sebagai berikut:


• Cor tampak normal
• Corakan bronkovaskular kedua paru normal
• Hilus tampak normal, trakea di tengah,
diafragma setinggi costa 9
• Sinus costofrenikus dextra sinistra lancip
• Tulang dan jaringan lunak baik
Kesan: Jantung dan paru tampak normal
Px Penunjang – Pedis Dextra AP/Lateral

Gambar Hasil Foto Pedis AP/Lateral pada


05/06/2023 Pra Operasi Amputatum Pedis
Dextra

Interpretasi dari hasil foto pedis sebagai


berikut:
• Tampak deformitas pada phalang distal
digiti III, IV, V pedis dextra
• Ankle joint tidak tampak kelainan
• Jaringan lunak tidak tampak deformitas
pada lateral pedis dextra
Kesan: Tulang dan sendi normal, deformitas
pada phalang distal digiti III, IV, V pedis dextra
1. Daftar Masalah

• Kaki kanan post amputasi terasa lemas


• Belum bisa beraktivitas mandiri

Diagnosis

• Diagnosis awal : Gangren Pedis Dextra + Diabetes Mellitus Tipe 2


• Diagnosis saat ini : Post Amputatum Pedis Dextra H+4 + Diabetes Mellitus Tipe 2

1. Tatalaksana

• Inf. NaCl 20 tpm


• Rawat luka
• Inj. Ranitidine 1 amp / 12 jam
• Inj. Ketorolac 1 amp / 8 jam
• Inj. Ceftriaxone 1 gram / 12 jam
• Inj. Metronidazole 500 gram / 8 jam
• Advice dr.Binsar,Sp.B : amputasi cito pada 06/05/2023
• Advice dr.Dewi,Sp.An : pasang DC, transfusi PRC 1 kolf pra op
• PO. Metformin 500 mg / 12 jam
• PO. Gliquidone 30 mg 1-0-0
Prognosis
• Ad vitam : ad bonam
• Ad sanationam : ad bonam
• Ad functionam : ad bonam
Edukasi

• Disarankan untuk rutin rawat luka di rumah


• Disarankan untuk fisioterapi dan rutin latihan di rumah
03
Tinjauan Pustaka
Definisi Amputasi

• Amputasi merupakan prosedur pembedahan yang paling tertua, perkembangan


teknik pembedahan dan desain prosthetic dimulai akibat dari peperangan. Istilah
amputasi berasal dari bahasa latin yaitu "amputare", mengacu didalam teks romawi
yaitu pemotongan tangan para penjahat. Sampai saat ini amputasi diartikan sebagai
penghilangan anggota tubuh. Ini mungkin terjadi akibat dari trauma (trauma
amputasi) atau dalam upaya untuk mengendalikan penyakit atau kecacatan
(amputasi terapi).
Level Amputasi Kaki
Transfemoral (Above Knee Amputation/AKA)
• Melibatkan paha hingga sendi lutut. Melibatkan bagian tulang paha
namun tidak sampai pemisahan tungkai dengan tulang panggul.
Knee Disarticulation
• Dilakukan pada tingkat sendi lutut. Biasanya sendi lutut jadi
pembatas amputasi jenis level ini dan meninggalkan tulang paha
secara utuh.
Transtibial (Below Knee Amputation/BKA)
• Melibatkan semua level dari bawah lutut hingga pergelangan kaki.
Batasan amputasi level ini adalah di bawah lutut dengan
meninggalkan lutut tetap utuh.
Level Ankle Disarticulation
• Kaki bagian bawah secara keseluruhan akan dilepas dari
pergelangan kaki. Sedangkan pada amputasi partial foot dan toe
amputation, dilakukan hanya pada bagian bawah kaki saja.
Epidemiologi
• Pada tahun 2025 diperkirakan akan ada 350 juta orang yang terkena Diabetes
Melitus. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh
Diabetes Melitus.
• WHO memprediksi peningkatan jumlah penyandang DM untuk tahun yang
akan datang sehingga dapat terjadi peningkatan komplikasi pada pasien
diabetes. Salah satu komplikasi yang menimbulkan permasalahan yang besar
pada penderita diabetes adalah munculnya permasalahan pada kaki.
• Penyebab munculnya luka dikarenakan sebagai akibat dari polineuropati
simetris yang merupakan penyebab utama munculnya luka dengan prevalensi
75%-90% pada penderita DM.
• Munculnya luka pada kaki sering menyebabkan amputasi sebagai akibat dari
penyakit makrovaskuler dengan prevalensi 30%-40%, sedangkan angka
kematian 3 tahun pada penderita DM yang mengalami amputasi adalah 50%.
Etiologi

• Defek lahir kongenital (5%)


• Didapat (95%), terdiri dari:
• Penyakit oklusi arterial (Occlusive Arterial Disease) – 60%.
• Trauma - 30%
• Tumor – 5%

Indikasi Amputasi

• Iskemia
• Trauma amputasi
• Gas ganggren
• Osteomielitis
• Keganasan
Manifestasi Klinis Post-Amputasi

Nyeri akut

Keterbatasan fisik

Phantom syndrome
Prognosis

Quo ad vitam, adalah prognosis mengenai hidup mati pasien.

Quo ad sanam, adalah prognosis mengenai perkiraan sembuh tidaknya


penyakit.

Quo ad fungsionam, adalah prognosis mengenai perkiraan kemampuan


fungsi aktivitas sehari-hari.

Quo ad cosmeticam, adalah prognosis mengenai perkiraan penampilan


pasien.
Program Rehabilitasi Medik

• Pelayanan holistik untuk mengembalikan kemampuan fungsi yang optimal,


atau kemandirian dan atau mencapai hidup yang berkualitas dengan
tujuan:
• Mengatasi keadaan atau kondisi sakit melalui paduan intervensi medik,
keterapian fisik, keteknisian medik dan tenaga lain yang terkait
• Mencegah komplikasi akibat tirah baring dan atau penyakitnya yang
mungkin membawa dampak kecacatan.
• Memaksimalkan kemampuan fungsi, meningkatkan aktifitas dan
partisipasi pada difabel dan yang keempat untuk mempertahankan
Penatalaksanaan Rehabilitasi Medik

Asesmen dan Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan Rehabilitasi Medik


• Pengukuran Range of Motion (ROM)
• Antropometri
• Tes Sensasi Kulit
• Phantom Sensation
• Manual Muscle Testing
• Gait Analysis
1. Diagnosis Rehabilitasi Medik
• Penegakkan diagnosa fisioterapi yang didapat dari permasalahan
rehabilitasi medik yang terdiri aktivitas atau partisipasi level dan body
function and structure level. Berhubungan dengan fungsi, kelainan
anatomi, fisiologi dan psikologi dalam organ-organ tertentu dalam sistem
tubuh, ketidakmampuan antara membentuk suatu aktivitas fungsional
normal, transfer, dan ambulasi dalam ketidakmampuan dalam
bersosialisasi maupun mengikuti kegiatan-kegiatan diluar rumah.
1. Perencanaan Rehabilitasi Medik

• Tujuan Jangka Pendek


• Tujuan Jangka Panjang
Intervensi Rehabilitasi Medik dan Teknik Latihan

• Strengthening
• Stretching

Edukasi atau Home Program


• Edukasi dan program untuk di rumah pada kasus amputasi below knee
dextra adalah latihan strengthening lower extremity dextra dan
sinistra.
Evaluasi
04
Pembahasan
Rencana Rehabilitasi Medik

• Telah dilaporkan pasien Ny.P usia 47 tahun dengan diagnosis Post Amputatum Pedis Dextra H+4. Pada pasien tersebut telah
dilakukan anamnesis, pemeriksaan umum yang meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Saat ini pasien telah
dikonsultasikan untuk menjalani rehabilitasi medik yang agar pasien dapat kembali beraktivitas mandiri sesuai harapan pasien.
• Berdasarkan teori, rangkaian dari rehabilitasi medik meliputi asesmen awal (pada Bab II), dilanjutkan dengan pemeriksaan
rehabilitasi medik yang meliputi inspeksi, tes cepat, pemeriksaan fungsi gerak dasar, serta tes khusus untuk mengukur
antopometri, ROM dan MMT pasien. Setelah dilakukan pemeriksaan rehabilitasi medik, maka akan didapatkan prognosis serta
diagnosis rehabilitasi medik untuk menentukan rencana dan intervensi rehabilitasi medik terhadap pasien.
Pemeriksaan Rehabilitasi Medik
• Inspeksi
• Statis :
• Pasien masih lebih banyak berbaring di bed
• Stump dibalut oleh kain
• Terdapat bekas luka menghitam pada stump.
• Dinamis : Ambulasi masih hanya dapat duduk di bed
• Tes Cepat
• Fleksi knee : ada keterbatasan pada tungkai dextra
• Ekstensi knee : ada keterbatasan pada tungkai dextra
• Palpasi :
• Atrofi otot quadriceps dan hamstring dextra
• Tidak ada perbedaan suhu didaerah lutut
• Tidak ada oedem pada stump
• Tidak ada nyeri pada stump
4. Tes Khusus
Tabel Antropometri
Bidang ukur Dextra (cm) Sinistra (cm)
Lingkar 10 cm di atas lutut 31,2 37
Lingkar lutut 33,2 35
Lingkar 10 cm di bawah lutut - 30,5
Keterangan :
(-) = tidak ada, pasien post amputation transtibial dextra
Kesimpulan : terdapat atrofi otot quadriceps dan hamstring dextra.

Range of Movement
S = 95° - 0° - 25°
Dextra F = 25° - 0° - 25°
T = 30° - 0° - 30°
Hip
S = 95° - 0° - 20°
Sinistra F = 25° - 0° - 25°
T = 30° - 0° - 30°
Dextra S = 130° - 0° - 0°
Knee
Sinistra S = 120° - 0° - 10°
Dextra -
Ankle S = 15° - 0° - 55°
Sinistra
F = 30° - 0° - 15°
Keterangan :
(-) = tidak ada, pasien post amputation transtibial dextra
Manual Muscle Testing
Regio Gerakan Dextra Sinistra
Fleksi 4 5
Ekstensi 4 5
Adduksi 4 5
Hip
Abduksi 4 5
Endorotasi 4 5
Eksorotasi 4 5
Fleksi 4 5
Knee
Ekstensi 4 5
Dorso fleksi - 5
Plantar fleksi - 5
Ankle
Inversi - 5
Eversi - 5
Hip Fleksi 4 5

Keterangan:
(-) = tidak ada, pasien post amputation transtibial dextra
1.Pemeriksaan Fungsi Sensorik (Sensibility Sensasion)
• Superficial Pain
• Tujuan : Membedakan sensasi tajam atau tumpul
• Tatalaksana : Pasien diinstruksikan untuk tidak melihat tungkainya, pasien
diberikan sensasi tajam dengan ujung benda yang runcing pada area sekitar lutut.
Kemudian, terapis menanyakan sensasi apa yang dirasakan pasien. Untuk
sensasi tumpul, dilakukan hal yang sama namun dengan benda tumpul
• Hasil : Tidak ada gangguan sensibilitas, pasien dapat membedakan
dengan tepat sensasi tajam atau tumpul
• Two Point Descrimination
• Tujuan : Merasakan sentuhan satu titik dan dua titik
• Tatalaksana : Pasien diinstruksikan untuk tidak melihat tungkainya, pasien
diberi sentuhan satu atau dua titik pada area sekitar lutut. Kemudian, terapis
meminta pasien untuk membedakan sentuhan yang diberikan
• Hasil : Tidak ada gangguan sensibilitas, pasien dapat membedakan
sentuhan 1 titik dan 2 titik dengan tepat
Prognosis Rehabilitasi Medik
1.Quo ad vitam
• Pada kasus ini quo ad vitam baik, hal ini dikarenakan cidera yang terjadi pada
pasien tidak mengancam jiwa pasien.
1.Quo ad sanam
• Pada kasus ini quo ad sanam baik, pasien dapat sembuh dari penyakitnya.

1.Quo ad fungsionam
• Pada kasus ini Quo ad fungsionam baik, pasien dapat mampu melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri setelah melakukan rehabilitasi medik.
1.Quo ad cosmeticam
• Pada kasus Quo ad cosmeticam kurang baik karena pasien kehilangan bagian
kakinya, tetapi nantinya dapat diperbaiki dengan penggunaan prosthesis kaki palsu
dan ditutupi dengan celana panjang.
Diagnosis Rehabilitasi Medik
1.Problematik Rehabilitasi Medik
• Body Function and Structure Impairment
• Atrofi otot quadriceps dan hamstring dextra
• Adanya penurunan kekuatan otot quadriceps dan hamstring dextra
• Adanya keterbatasan ROM fleksi hip, abduksi hip, eksorotasi hip, dan ekstensi knee
• Activity Limitation
• Adanya gangguan pola jalan fase loading response kaki dextra
• Participation Restriction
• Pasien tidak dapat kembali bekerja dan diluar rumah sebagai tukang sapu jalan

1.Diagnosis Rehabilitasi Medik Berdasarkan ICF


• Adanya gangguan gerak dan fungsi pada tungkai dextra dikarenakan atrofi dan penurunan
kekuatan otot quadriceps dan hamstring dextra yang disebabkan oleh amputasi transtibial
dextra sehingga pasien tidak dapat bekerja di luar rumah seperti sedia kala.
Perencanaan Rehabilitasi Medik

1.Tujuan Jangka Pendek


• Meningkatkan keterbatasan ROM fleksi hip, abduksi hip, eksorotasi hip,
dan ekstensi knee
• Meningkatkan kekuatan otot quadriceps dan hamstring dextra
• Menurunkan atrofi otot quadricpes dan hamstring dextra
1.Tujuan Jangka Panjang
• Pasien dapat beraktivitas mandiri sehari-hari dirumah
• Pasien dapat kembali beraktivitas tanpa gangguan pola jalan
• Gluteal Sets
• Hip Adduction with Towel Roll
• Pelvic Tilt
• Short Arc Quads
• Hip and Knee Bending
• Straight Leg Raise
Intervensi • Hip Abduction on side
Rehabilitasi Medik • Bridges
• Hip Extension on the Side
• Hip Extension Lying Down
• Resisted Hip Abduction (with theraband)
• Alternative Hip adduction
• Partial Sit Up
• Limb Lift
• Arm and Leg Lift

Edukasi / Home • Pasien diminta melakukan gerakan yang sudah diberikan


Program ketika dimess dan dirumah
Intervensi Rehabilitasi Medik
Quadricep Sets Gluteal Sets

Hip Adduction with Towel Roll Pelvic Tilt


Intervensi Rehabilitasi Medik
Short Arc Quads Hip and Knee Bending

Straight Leg Raise Hip Abduction on Side


Intervensi Rehabilitasi Medik
Bridges Hip Extension on The Side

Resisted Hip Abduction (With


Hip Extension Lying Down Theraband)
Intervensi Rehabilitasi Medik
Alternative Hip Adduction Partial Sit Up

Limb Lift Arm and Leg Lift


05
Penutup
Kesimpulan
Amputasi below knee atau transtibial dextra adalah suatu jenis amputasi yang
dilakukan pada bawah lutut yang biasanya terjadi karena cedera traumatis, kerusakan
jaringan ataupun karena penyakit pembuluh darah.

Setelah diamputasi seseorang memiliki risiko lebih tinggi terkena gangguan


muskuloskeletal di kaki yang mengalami amputasi maupun yang tidak mengalami
amputasi.
Amputasi bawah lutut transtibial secara statistik merupakan amputasi utama yang
paling sering dikerjakan pada alat gerak bawah. Luka amputasi pada level ini akan
sembuh dengan baik pada sebagian besar pasien dengan iskemia yang memerlukan
ablasi alat gerak.
Peran rehabilitasi medik yang dapat dilakukan dalam kasus amputasi transtibial sinistra
antara lain, meningkatkan kekuatan otot dan menurunkan atrofi otot. Tindakan
rehabilitasi medik yang dapat dilakukan pada kasus ini adalah strengthening.
Saran
Untuk Pasien

• Pasien diharapkan teratur melakukan home program yang telah diberikan oleh fisioterapis agar pasien dapat kembali
ke aktivitas sehari- harinya.

Untuk Keluarga Pasien

• Keluarga pasien disarankan untuk selalu mengingatkan dan membantu pasien untuk melakukan home program yang telah diberikan oleh fisioterapis. Dan juga keluarga dapat
memberikan motivasi kepada pasien untuk selalu semangat dalam melaksanakan terapi di rumah dan di rumah sakit agar mendapatkan hasil yang optimal dari terapi yang
sudah diberikan.

Untuk Tim Medis

• Memberikan program latihan yang tepat dan mengevaluasi perkembangan kondisi pasien agar tujuan yang diinginkan
pasien tercapai.
TERIMA
KASIH
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and
includes icons by Flaticon and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai