Anda di halaman 1dari 10

SKENARIO 2

2 Orang pasien (A dan B) datang ke apotek untuk membeli obat dan


berkonsultasi dengan apoteker. Pasien A mengalami diare dan lemas.
Sebelumnya dia makan makanan yang terlalu pedas, selang 2 jam
kemudian muncul gejala diare. Pasien B mengalami demam, lemas,
diare pada fesesya terdapat darah dan lendir, selain itu dia juga
mengalami mual dan muntah. Pasien B mengalami gejala ini sekitar 6
jam yang lalu.

STEP 1
Klarifikasi istilah

STEP 2
Penetapan masalah
1. Dasar-dasar dan persyaratan swamedikasi yang dilakukan apoteker
?
2. Obat dan penggolongan swamedikasi pada scenario secara
umum ?
3. Pembagian diare dan derajat keparahannya ?
4. Jenis-jenis penyebab dan upaya pencegahannya ?
5. Farmakologi dan non farmakologi diare ?
6. Bagaimana KIE pada scenario ?
7. Tindakan awal yang dilakukan oleh apoteker pada scenario,
apakah boleh langsung diberikan obat?
STEP 3
Brainstorming
1. Menurut permenkes (kriteria obat yang digunakan untuk
swamedikasi)
- Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan wanita hamil (bias
menembus sawar plasenta), anak dibawah usia <2tahun
(metabolism belum sempurna), orang tua >65 tahun( fungsi
eksresi sudah menurun)
- Pengobatan dg OWA tidak memberikan kelanjutan pada
penyakit
- Penggunaannya tidak memerlukan cara khusus yang harus
melibatkan tenaga kesehatan.
- Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya
tinggi di Indonesia.
- Obat yang dimaksud memiliki rasio keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk swamedikasi.

Persyaratan untuk swamedikasi diare :


- Kondisi kesehatan sebelumnya harus baik
- Tidak boleh memiliki komplikasi atau diare berulang (usus
kronis)
- Tidak dibolehkan untuk lansia >75tahun
- Anak anak harus berusia >12 tahun, namun dibeberapa negara
umur 6 tahun sudah boleh diberikan swamedikasi
- Tidak ada tanda gejala disentri ; demam, darah pada feses, dan
muntah darah.
- Untuk penyakit yang tidak terlalu serius dengan gejala ringan
- Obatnya menggunakan otc
- Untuk penghentian swamedikasi apabila terjadi gejala lain
seperti pusing, sakit kepala, mual dan muntah.
- Terjadi reaksi alergi dan salah minum obat
2. Pengobatan pada diare :
- Pemberian oralit (untuk mengganti cairan tubuh yang hilang) :
1. Apabila diare tanpa dehidrasi dosis >5tahun (1-1 ½ gelas), 2.
Apabila diare dengan dehidrasi ( diberikan oralit pada 3 jam
pertama dg dosis 75mg/kg bb, 3. Apabila dehidrasi berat lebih
baik dirujuk kerumah sakit terdekat.
- Pemberian zinc berguna untuk mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare dan juga mengurangi frekuensi BAB (dosis
yang diberikan selama 10 hari).
- Diberikan antibiotic apabila pasien dengan gejala demam dan
feses berdarah (apoteker tidak dianjurkan untuk memberikan
antibiotic)
- Obat adsorben ( norit 250mg, dan kombinasi kaolin pectin dan
attapulgite ) untuk mengurangi frekuensi buang air besar,
menyerap racun, memadatkan tinja, tetapi harus disertai oralit.

Pasien B ( tidak diperbolehkan untuk swamedikasi)


3. Klasifikasi diare berdasrkan lama diare :
- Diare akut (diare yang berlangsung kurang dari 14 hari)
- Diare kronik (diare yang berlangsung >14 hari dg kehilangan bb
atau bb tidak bertambah, gejala atau tanpa gejala feses dengan
darah)
- Diare spesifik (virus bakter maupun parasite ), nonspesifik
(disebabkan oleh makanan).
Klasifikasi diare berdasarkan patofisiologinya :
- Diare akut : diare sekretori ( makanan, keracunan makanan).
Diare osmotic ( sorbitol dan mannitol), diare eksudatif ( terjadi
peradangan pada usus besar ), diare moitlitas usus terubah.
Pasien A diare akut sekretori karena makanan (pedas).
Organ yang terkena infeksi :
- Diare infeksi saluran pencernaan di usus
- Diare infeksi parenteral (terjadinya diluar usus) disebut dg otitis
media akut.
Etiologi diare :
- Infeksi (berasal dari bakteri Salmonella, e coli) (virus contohnya
rotavirus) (parasite)
- Mal absorbs
- Alergi
- Keracunan
- Imunisasi defisiensi
Mekanisme infeksi diare :
Toksin (menyebabkan diare) adanya aktivasi adenyl siklosa
dengan akumulasi CAMP intraseeluler disebabkan oleh fibrio
colera.
Aktivasi guanil cyclase dg akumulasi CGMP intraseluler
dikarenakan epec.
4. Penyebab :
Disebabkan oleh infeksi yang diakibatkan mikroorganisme yang
meyebabkan diare secara enteral ( dalam usus yang bisa menular
melalui oral dan fecaldan parenteral (infeksi diluar usus, traveler
diare, diakibatkan juga karena makanan, otitis media akut,
ensepalitis)
Alergi makanana, makanan yang mengandung pemanis makanan.
Upaya pencegahan :
Dengan menggunakan air bersih saat BAB, tidak makan makanan
sembarangan yang dapat menyebabkan diare), cuci tangan.
Konsumsi air bersih dan sehat
Pengelolaan sampah yang baik.
MCK yang baik.
5. Non farmakologi :
- Mengurangi makanan atau minuman yang terbuat dari susu
contohnya keju, kafein, cola.
- Bed rest
- Pasien edukasi terkait minum obat harus teratur
- Pola makan harus yang bergizi.
Farmakologi :
Anti sekretori ( mekanisme melalui peningkatan air dan elektrolit,
bisa menghambat sintesis prostaglandin sehingga memiliki efek
antiinflamasi: bismuth subsalysilate dosis dewasa 2 tablet atay 30
ml setiap 30 menit setiap 1 jam 8x/hari
Probiotik ( lactobacylus )
6. KIE pada scenario :
- Pasien yang mengalami diare asupan nutrisi
- Hindari minuman bersoda
- Hindari membeli makanan yang tidak terjamin kebersihannya
- Hindari susu dan yoghurt.
- Edukasi pasien penggunaan obat diare (loperamide)
- Menjaga keseimbangan cairan tubuh
- Monitoring eso pada obat diare.
- Bila diare masih berlanjut >3hari langsung menghubungi
dokter.
7. Tindakan :
- Apoteker harus menanyakan terebih dahulu keluhan pasien
- Apoteker harus menanyakan berapa lama gejala yang dialami,
serta obat apa yg sudah dikonsumsi.
- Memberikan pilihan obat kepada pasien.
- Mengedukasi pasien terkait cara penggunaa, eso pada obat.
- Menjelaskan penyimpanan yang tepat.
- Menjelaskan kapan pasien perlu periksa ke dokter
- Mengevaluasi swamedikasinya

Pasien A ( tipe diare akut yang sekretori karena makanan pedas


kandung cabai capsesin, bisa diberikan obat anti sekretori bismuth
subsalysilate, bisa diberikan tanpa resep dokter )
Pasien B ( sigella, salmonella, camphylo bacter )

Apabila pasien memiliki gejala BAB yang berdarah dan demam


tidak dapat diberikan swamedikasi. Harus diperiksa fesesnya
terlebih dahulu.
STEP 4
Mind map

swamedikasi

dasar-dasar dan
persyaratan diare
swamedikasi

Pasien A diare akut,


terapi pengobatan
pasien B disentri
prosedur klasifikasi diare farmakologi dan
(tidak bisa di
non farmakologi
swamedikasi)
LO
1. Pasien B tidak bisa di swamedikasi, mual muntahnya apa perlu
ditangani dengan swamedikasi ?
2. Obat swamedikasi secara umum (OWA, OBT, OB) ?? untuk obat-
obat diare contoh obat owa obt dan ob ??
3. Cara penanganan demamnya pada scenario ?
4. Peran farmasi dalam swamedikasi menurut WHO ?
5. Tanggung jawab dalam swamedikasi menurut WHO dan FIP ?
bedakan ?

1. Penanganan mual muntahnya bisa di swamedikasi. Tetap


dianjurkan untuk melakukan konsultasi diarenya. Untuk diarenya
bisa diberikan dexamethasone atau loperamide.
Antiemetick tdk perlu diberikan.
Contoh obat : metoclopramide (owa), domperidone.
2. OTC (obat2 yang dapat digunakan tanpa resep dokter, meliputi
obt, owa. Sedang obat wajip apotek dapat dibawah apoteker, ada
Batasan.
Obat bebas : obat yang dijual bebas ditoko klontong, ditujukan
untuk penyakit ringa, logonya lingkaran hijau garis tepi berwarna
hitam. Contohnya : oralit, atttapulgit dan kaolin.
Obt : golongan obat waspada, karena terdapat Batasan kadar zat
aktifnya, logonya lingkaran birus garis tepi hitam. Dapat diperoleh
tanpa resep dokter namun peringatannya harus diperhatikan
dimana : 1. Awas obat keras, bacalah aturan pakainya. 2. Awas
obat keras hanya untuk dikumur, jangan ditelan, 3. Awas obat
keras hanya untuk bagian luar, 4. Awas obat keras hanya untuk
dibakar, 5. Awas obat keras tidak boleh ditelan, 6. Awas obat
keras, o bat wasir jangan ditelan.
Obat keras : obat ini aman diberikan jika konsultasi dengan
apoteker.

Antimotilitas : loperamide, dipenoksilat, opium tincture (obat


keras) harus menggunakan resep dokter.
Adsorben : attapulgite, kaolin, pectin (obat bebas) tidak bisa
digunakan dengan obat lain.
Antisekretori : bismuth subsalicylate. Logonya biru obat bebas
terbatas.
Suplemen prebiotic (obat bebas).

Obat bebas : analgetik antipertik, mineral.


Obt : obat batuk, flu.
Owa : oral kontrasepsi, saluran cerna, obat mulut dan tenggorokan.

3. Penangan demam : diberikan paracetamol 8jam sekali, dipantau


jika dmam masih tinggi dosis ditingkatkan.
Untuk demam pasien B karena infeksi bakteri, harus dilakukan tes
fefses ada tidak nya bakteri.
Infeksi bakteri harus dirujuk kedokter.
Lebih baik dswamedikasi terlebih dahulu untuk penanangan
pertama, jika tidak sembuh baru dirujuk kedokter.

4. Peran farmasi :
Menurut who :
- Komunikator (farmasi bertugas memberikan informasi yang
efektif kepada pasien agar pasien bisa menggunakan secara
rasional, seperti efek terapi, dosis, cara penggunaan, lama
pengobatan)
- Penyedia obat yang berkualitas
- Pengawas dan pelatih
- Kolaborator (farmasis harus membangun hubungan professional
yang baik dengan tenaga kesehatan yg lain, hubungan dengan
industry farmasi pemerintah dan masyarakat)
- Promotor kesehatan (farmasis harus berpaatisipasi dalam
kesehatan, resiko bagi masyarakat, melakukan pencegahan
penyakit)

Secara umum :
- Pengaambil keputusan ( kebutusan pasien )
- Meberikan kie (makanan apa saja yang harus dikonsumsi )
- Rujukan untuk kedokter.
5. Tanggung jawab :
- Apoteker memiliki tanggung jawab yang benar terkait
swamedikasi.
- Merekomendasikan nasihat medis yang diperlukan apabila
swamedikasi tidak mencukupi dalam pengobatannya.
- Memberikan laporan kepada yang berwenang.
- Mendorong anggota masyarakat agar produk khusus obat agar
digunakan secara baik dan benar.

Menurut FIP :
- Memberikan saran
- Merekomendasikan rujukan
- Farmakoterapi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
- Mengidentfikasi dan memecahkan masalah.
- Penyimpanan obat yang benar
- Bagaimana apoteker dalam melakukan professional pada
swamedikasi.
Menurut who :
Bagaimana apoteker dalam melakukan swamedikasi yang benar
terkait penggunaan obat.
- Pengobatan yang digunakan harus terjamin keamanan, kualitas,
keefektifitasnya.
- Pengobatan yang digunakan, diindikasi untuk kondisi yang
dapat dikendalikan sendiri daan untuk beberapa penyakit kronis
dalam masa penyembuhan.

Kegiatan apoteker yang berorientasi pada obat menjadi


berorientasi kepada pasien.
Pasien A Pasien B
Swamedikasi oke Tidak diberikan swamedikasi.
Pengobatannya : oralit (mecegah Kemungkinan disentri
dehidrasi), bismuth subsalicylate Dianjurkan untuk konsultasi
(antisekretori), attapulgite, dan dokter
kaolin pectin, adsorben. Diberikan swamedikasi pct 8jam
Obatnya diberikan selama 2-3 sekali.
hari.
Mual muntahnya tidak diberikan
kecuali hyperemesis.
Diberikan oralit karena cairan
tubuhnya hilang.
Disarankan memberikan kie
terkait makanan, sarankan jus
buah, pisang.

Anda mungkin juga menyukai