Anda di halaman 1dari 25

Apa itu swamedikasi?

Penggunaan obat bebas dan obat


bebas terbatas dalam pengobatan
sendiri harus mengikuti prinsip
penggunaan obat secara umum, yaitu
penggunaan obat secara aman dan
rasional. Swamedikasi yang dapat
dipertanggungjawabkan membutuhkan
produk obat yang sudah terbukti
keamanan, khasiat dan kualitasnya,
serta membutuhkan pemilihan obat
yang tepat sesuai dengan indikasi
penyakit dan kondisi pasien.
Data Kuantitatif Penelitiaan Prilaku
Masyarakat Terhadap Timbulnya
Gejala Penyakit, dari Riset Rumah
Tangga yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan RI

Adalah sebagai berikut:


• Dibiarkan 5%
• Diobati dengan cara sendiri 5%
• Diobati degan jamu 9%
• memakai obat yang di jual bebas 63%
• pergi ke dokter atau puskesmas 18%
Data Kuantitatif Penelitian Oleh
Amerika Serikat tentang
pengobatan sendiri

Adalah sebagai berikut:


• tidak berbuat apa-apa 10%
• pergi ke dokter 25%
• Mengobati diri sendiri 65%

Dari data tersebut ternyata bahwa, presentase penderita sakit melakukan


pengobatan diri sendiri cukup besar, dan hal tersebut dijadikan dasar
Departemen kesehatan RI dalam program membangun Pos Obat Desa,
sehingga masyarakat desa dapat melakukan pengobatan sendiri untuk
penyakit yang ringan, atau minimal melakukan pertolongan pertama bagi
dirinya sendiri, sebelum petugas kesehatan menaganinya
Kebijaksanaan Menteri Kesehatan Untuk
Meningkatkan Kemampuan Masyarakat
melakukakan pengobatan sendiri

Adalah sebagi berikut:


a. Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No.347/Menkes/Sk/VII/1990 16 juli 1990
b. Pakto 23/1993, jumlah obat yang ditetapkan sebagai obat
wajib apotek bertambah berdasarkan daftar obat wajib apotek
No.2,sebagai lampiran dari surat Keputusan Menteri
Kesehatan No. 924/Menkes/PER/X/1
c. Surat keputusan Menteri Kesehatan
no.925/Menkes/Per/x/1993/tanggal 23 oktober 1993 yang
dilampiri Daftar Perubahan Golongan Obat No.1, beberapa
obat dari daftar Obat Wjib Apotek No.1 diubah golongannya
a. empat obat wajib apotek menjadi obat bebas terbatas :
1. Aminofilin dalam bentuk supositosiria
2. Bromheksin
3. heksetidin
4. Mebendazol
b. satu obat wajib apotek menjadi obat bebes, yaitu
Tolnafat sebagai obat luar infeksi jamur
INFORMASI OBAT UMUM

Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang


dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa,
mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka, kelainan badaniah dan rohaniah
pada manusia atau hewan dan untuk memperelok dan
memperindah badan atau bagian badan manusia (Kep.Menkes no.
125/Kab/B.VII/tahun 1971

Terdiri dari:
•Penggolongan obat
•Informasi kemasan, etiket dan brosur
•Tanda peringatan
•Cara pemilihan obat
Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat
dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan dan etiket obat bebas,
ditandai dengan lingkaran hijau dengan garis tepi hitam.
Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat
keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep
dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Pada kemasan dan
etiket obat bebas terbatas harus tertera lingkaran biru dengan
garis tepi berwarna hitam.
Pengertian Obat Wajib Apotek
Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan
kepada pasien oleh Apoteker di apotek tanpa resep dokter.
PERAN APOTEKER DALAM
PENGGUNAAN OBAT BEBAS DAN
BEBAS TERBATAS

 Menyediakan produk obat yang sudah terbukti


keamanan, khasiat dan kualitasnya
 Memberikan informasi yang dibutuhkan atau
melakukan konseling kepada pasien (dan
keluarganya) agar obat digunakan secara aman,
tepat dan rasional
1. Ketepatan penentuan indikasi/penyakit
2. Ketepatan pemilihan obat (efektif, aman,
ekonomis), serta
3. Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat.
Penggolongan obat

Dibagi menjadi 4 golongan :

1. Obat bebas
obat yang dijual bebas di pasaran
Contoh: Paracetamol

2. Obat bebas terbatas


Obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual dan dibeli bebas tanpa
resep dokter
Contoh: CTM
3. Obat keras dan psikotropika KK
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli dengan
resep dokter
Contoh: Asam Mefenamat
Obat psikotropika
adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada SSP yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan prilaku
Contoh: Diazepan, Phenobarbital
4. Obat Narkotika 
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya,mengurangi rasa nyeri dan
menimbulkan ketergantungan
Contoh: Morfin, Petidin, codein
Informasi Kemasan, Etiket, dan Brosur

Pada kemasan obat selalu dicantumkan:


• Nama obat
• Komposisi
• Indikasi
• Informasi cara kerja obat
• Aturan pakai
• Peringatan
• Perhatian
• Nama produsen
• No batch/lot
• nomer registrasi
• Tanggal kadaluarsa
Tanda Peringatan
P no.1 P no.2

Awas! Obat keras Awas! Obat keras

Bacalah aturan memakainya Hanya untuk kumur,jangan


ditelan

P no.3
Awas! Obat keras
Hanya untuk bagian luar
badan
Tanda Peringatan
P no.4 P no.5
Awas! Obat keras Awas! Obat keras
Hanya untuk dibakar Tidak boleh ditelan

P no.6
Awas! Obat keras
Obat wasir,jangan ditelan
Cara Pemilihan Obat
 Gejala atau keluhan penyakit
 Kondisi khusus misalnya hamil,
menyusui,bayi,dll
 Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak
diinginkan
 Nama obat, zat yang berkhsiat,
kegunaan, cara pemakaian, efek
samping, dan interaksi obat
 Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala
penyakit
 Untuk pemilihan obat yang tepat dan
informasi yang lengkap, tanyakan
apoteker di apotek
Informasi yang perlu disampaikan oleh Apoteker
pada masyarakat dalam penggunaan obat untuk
swamedikasi antara lain :

 Khasiat obat: Sesuai atau tidak dengan


indikasi atau gangguan kesehatan yang
dialami pasien.
 Kontraindikasi: Bedah perut akut, anak-
anak kurang dari 4 tahun, dan wanita
hamil.
 Dosis: Dulcolax supp.
Dewasa 10 mg, anak-anak 5 mg.
 Waktu pemakaian: sebelum atau
sesudah makan atau saat akan tidur.
 Lama penggunan: agar pasien tidak
menggunakan obat secara
berkepanjangan karena penyakitnya
belum hilang, padahal sudah
memerlukan pertolongan dokter.
 Hal yang harus diperhatikan sewaktu
minum obat tersebut, misalnya
pantangan makanan atau tidak boleh
minum obat tertentu dalam waktu
bersamaan.
 Hal apa yang harus dilakukan jila lupa
memakai obat.
 Cara penyimpanan obat yang baik.
 Cara memperlakukan obat yang masih
tersisa.
 Cara membedakan obat yang masih baik
dan sudah rusak.
KHASIAT OBAT

KONTRAINDIKAS
CARA I
MEMPELAKUKAN
OBAT YANG
SISA
EFEK SAMPING
DAN CARA
CARA MENGATAS
MEMBEDAKAN I
OBAT YANG
MASIH BAIK
DAN SUDAH
RUSAK
KONSELING DAN
DOSIS
FARMAKOTERAPI
CARA
MENYIMPA
N OBAT
YANG BAIK
CARA
PEMAKAIAN

HAL YANG
HARUS
DILAKUKAN
JIKA LUPA
MEMAKAI WAKTU
OBAT PEMAKAIAN

HAL YANG HARUS LAMA


DIPERHATIKA PENGGUNAAN
N SEWAKTU
MINUM OBAT
OBAT
Pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh IPF (intrnational
Pharmaceutical Federation) dan WMI
(World self-Medication Industri) tntang swamedikasi yang bertanggung
jawab (responsible self-Medication )dinyatakan sebagai berikut :

 Apoteker memiliki tanggung jawab


profesional untuk memberikan nasehat dan
informasi yang benar, cukup dan objektif
tentang swamedikasi dan semua produk
yang tersedia untuk swamedikasi.
 Apoteker memiliki tanggung jawab
profesional untuk merekomendasikan kepada
pasien agar segera mencari nasehat medis
yang diperlukan, apabila dipertimbangkan
swamedikasi tidak mencukupi.
Apoteker memiliki tanggung jawab
profesional untuk memberikan laporan
kepada lembaga pemerintah yang
berwenang, dan untuk menginformasikan
kepada produsen obat yang bersangkutan,
mengenai efek tak dikehendaki (adverse
reaction) yang terjadi pada pasien yang
menggunakan obat tersebut dalam
swamedikasi.
Apoteker memiliki tanggung jawab
profesional untuk mendorong anggota
masyarakat agar memperlakukan obat
sebagai produk khusus yang harus
dipergunakan dan disimpan secara hati-hati,
dan tidak boleh dipergunakan tanpa indikasi
yang jelas
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR : 924/MENKES/PER/1993
TENTANG : DAFTAR OBAT WAJIB Apotik NO 2
OBAT KERAS YANG DAPAT DISERAHKAN
TANPA RESEP DOKTER OLEH Apoteker DI Apotik
(OBAT WAJIB Apotik NO 2)
No. NAMA GENERIK OBAT JUMLAH MAKSIMAL TIAP PEMBATASAN
JENIS OBAT PER PASIEN

1. Albendazol Tab 200 mg, 6 Tab


Tab 400 mg, 3 Tab
2. Bacitracin 1 tube Sebagai obat luar untuk infeksi pada kulit
3. Benolirate 10 tablet
4. Bismuth subcitrate 10 tablet
5. Carbinoxamin 10 tablet
6. Clindamicin 1 tube Sebagai obat luar untuk obat acne.
7. Dexametason 1 tube Sebagai obat luar untuk obat acne.
8. Dexpanthenol 1 tube Sebagai obat luar untuk obat acne.
9. Diclofenac 1 tube Sebagai obat luar untuk obat acne.
10. Diponium 10 tablet
11. Fenoterol 1 tabung Inhalasi
12. Flumetason 1 tube Sebagai obat luar untuk inflamasi.
13. Hydrocortison butyrat 1 tube Sebagai obat luar untuk inflamasi.
14. Ibuprofen Tab 400 mg, 10 tab
Tab 400 mg, 10 tab
No. NAMA GENERIK OBAT JUMLAH MAKSIMAL TIAP JENIS PEMBATASAN
OBAT PER PASIEN

15. Isoconazol 1 tube Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal
16. Ketokonazole Kadar < 2%: Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal
• Krim 1 tube
• Scalp sol. 1 botol
17. Levamizole Tab 50 mg, 3 tab
18. Methylprednisolon 1 tube Sebagai obat luar untuk inflamasi
19. Niclosamide Tab 500 mg, 4 tab
20. Noretisteron 1 siklus
21. Omeprazole 7 tablet
22. Oxiconazole Kadar < 2%, 1 tube Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal
23. Pipazetate Sirup 1 botol
24. Piratiasin Kloroteofilin 10 tablet
25. Pirenzepine 20 tablet
26. Piroxicam 1 tube Sebagai obat luar untuk inflamasi
27 Polymixin B Sulfate 1 tube Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal
28. Prednisolon 1 tube Sebagai obat luar untuk inflamasi
29. Scopolamin 10 tablet
30. Silver Sulfadiazin 1 tube Sebagai obat luar untuk infeksi bakteri pada kulit
31. Sucralfate 20 tablet
32. Sulfasalazine 20 tablet
33. Tioconazole 1 tube Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal
34. Urea 1 tube Sebagai obat luar untuk hiperkeratosis.

Ditetapkan di : J A K A R T A
Pada tanggal : 23 Oktober 1993
Menteri Kesehatan
Ttd
Prof. Dr. Sujudi
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR 925/MENKES/PER/X/1993
TENTANG : DAFTAR PERUBAHAN GOLONGAN OBAT NO. 1
DAFTAR PERUBAHAN GOLONGAN OBAT NO. 1

NO. NAMA GENERIK OBAT GOLONGAN SEMULA GOLONGAN BARU PEMBATASAN

1. Aminophylline Obat keras dalam substansi/Obat Obat bebas Terbatas


Wajib Apotik (suppositoria)
2. Benzoxonium Obat keras Obat bebas Terbatas Sebagai obat luar untuk mulut dan
tenggorokan (Kadar < 0.05%).
3. Benzocain Obat keras Obat bebas Terbatas Anestetik mulut dan tenggorokan
4. Bromhexin Obat keras/ Obat Wajib Apotik Obat bebas Terbatas
5. Cetrimide Obat keras Obat bebas Terbatas
6. Chlorhexidin Obat keras Obat bebas Terbatas Sebagai obat luar untuk antiseptik
7. Choline Theophyllinate Obat keras Obat bebas Terbatas kulit (kadar < 0.12%)
8. Dexbrompheniramine maleat Obat keras Obat bebas Terbatas
9. Diphenhyramine Obat keras Terbatas dengan Batasan Obat bebas Terbatas
10. Docusate Sodium Obat keras Obat bebas
NO. NAMA GENERIK OBAT GOLONGAN SEMULA GOLONGAN PEMBATASAN
BARU

11. Hexetidine Obat keras/Obat Wajib Apotik Obat Bebas Terbatas Sebagai obat luar
untuk mulut dan
tenggorokan (Kadar <
0.1%).
12. Ibuprofen Obat Keras Obat Bebas Terbatas Tablet 200 mg,
kemasan tidak lebih
dari 10 tablet
13. Lidocain Obat Keras Obat Bebas Terbatas Anestetik mulut dan
tenggorokan
14. Mebendazol Obat Keras/Obat Wajib Apotik Obat Bebas Terbatas Semua materi untuk
promosi harus
mengemukakan resiko
bahaya obat.
15. Oxymetalozine Obat Keras Obat Bebas Terbatas Obat semprot hidung
(Kadar<0.05%)
16. Theophylline Obat Keras dalam substansi Obat Bebas Terbatas

17. Tolnaftate Obat Keras/Obat Wajib Apotik Obat Bebas Sebagai obat luar
untuk infeksi jamur
lokal (Kadar < 1%)
18. Triprolidine Obat Keras Obat Bebas Terbatas

Ditetapkan di : J A K A R T A
Pada tanggal : 23 Oktober 1993
MENTERI KESEHATAN
Ttd
Prof. Dr. Sujudi

Anda mungkin juga menyukai