PENDAHULUAN
baik absolut maupun relatif (Soegondo, dkk., 2004). Di Indonesia pada masa
prevalensinya akan terus meningkat. Pada tahun 2003 World Health Organization
dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 335 juta penderita pada
tahun 2025. Kenaikan jumlah penderita diabetes ini disebabkan oleh pola hidup
yang santai dan pola makan penduduk yang tidak seimbang. Indonesia merupakan
negara dengan penderita diabetes terbanyak ke 4 di dunia setelah Cina, India dan
Amerika Serikat. Di tahun 2000 di Indonesia terdapat 8,4 juta penderita diabetes
dan diperkirakan akan mengalami peningkatan menjadi 21,3 juta penderita pada
Menurut data Survailans Terpadu Penyakit (STP) tahun 2008, kasus yang
pasien yang ada di 123 rumah sakit, kota/kabupaten seluruh provinsi Sumatera
Utara. Data Riskesdas tahun 2007 tentang prevalensi DM disertai dengan gejala
menunjukan bahwa data di daerah Samosir 0,3%, Dairi 1%, Serdang Bedagai
0,6%, Tapanuli Utara 0,3%, kota Medan 2,7% dan provinsi Sumatera Utara
1
1,98%. Data dari depkes RI menyatakan bahwa prevalensi DM secara nasional
Disease (penyakit tidak menular) yang paling sering terjadi di dunia. Diabetes
mellitus adalah penyakit kronik yang terjadi akibat pankreas tidak mampu
menghasilkan insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Terdapat dua tipe utama DM yaitu
diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus tipe 2. Pasien DM tipe 2 dengan
prevalensi DM tipe 2 jauh lebih cepat dibandingkan dengan DM tipe 1. Hal ini
disebabkan oleh adanya peningkatan angka obesitas dan penurunan aktivitas fisik
prevalensinya yang kian bertambah, persoalan DM akan semakin sulit bila telah
muncul dengan gejala yang bervariasi. Hal ini menunjukan bahwa diabetes
keluhan lain dan penyakit baru. Oleh karena itu sering sekali terjadi pengobatan
terhadap gejala yang muncul sehingga timbul penggunaan obat yang bermacam-
2
mikrovaskular ginjal (diabetes nefropati) dan neuropati (Powers, 2005; Suyono,
seperti jantung koroner, diabetes nefropati dan diabetes retinopati. Pasien diabetes
diabetes. Organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 2004 melaporkan 4,8 persen
penduduk di seluruh dunia menjadi buta akibat diabetes retinopati. Terdapat 80%
dan hampir 10% mengalami proliferatif yang mana jika tidak diobati dalam
jangka waktu 3-5 tahun akan mengalami kebutaan (Tjokroprawiro, dkk., 1986;
obat (Drug Related Problems). Drug Related Problems adalah kejadian yang
tidak diinginkan yang dialami oleh pasien yang melibatkan atau dicurigai
melibatkan terapi obat dan mengganggu pencapaian tujuan terapi yang diinginkan
pengobatan dapat dikategorikan ke dalam salah satu dari tujuh tipe masalah-
masalah terapi obat, meliputi satu atau semua efek-efek samping, reaksi-reaksi
3
merupakan suatu bentuk error dalam bidang kedokteran dan kefarmasian yang
selama ini luput dari perhatian, cenderung diabaikan atau bahkan dianggap tidak
pernah terjadi. Kesalahan peresepan dapat memberikan resiko yang berarti bagi
Jepara tahun 2007 menunjukkan pula adanya ketidaktepatan pemilihan obat pada
persentase tertinggi penyebab DRPs pada pasien, yaitu 49,19% dari 124 jenis obat
yang dikonsumsi pasien, hal ini disebabkan kombinasi pilihan obat menyebabkan
resiko peningkatan efek samping obat. Sejauh yang diketahui penulis, penelitian
tentang DRPs pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dan diabetes
retinopati di RSUP H. Adam Malik Medan belum pernah dilakukan. Oleh karena
itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi DRP pada pasien
Adam Malik Medan tahun 2012 – 2013 yang meliputi pemberian terapi tidak
sesuai indikasi, tidak mendapat terapi tambahan, dosis tidak tepat, dan interaksi
obat. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk penerapan farmasi
4
1.2 Kerangka Pikir Penelitian
Medan tahun 2012 – 2013. Dalam penelitian ini, obat-obat yang tercatat dalam
kategori :
1.1
5
1.3 Perumusan Masalah
yaitu :
a. apakah terjadi Drug Related Problems (DRPs) katergori pemberian terapi obat
tidak tepat indikasi pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dan
diabetes retinopati yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik pada tahun
b. apakah terjadi Drug Related Problems (DRPs) kategori tidak mendapat terapi
retinopati yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2012 sampai
tahun 2013.
c. apakah terjadi Drug Related Problems (DRPs) kategori dosis terapi terlalu
retinopati yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2012 sampai
tahun 2013.
d. apakah terjadi Drug Related Problems (DRPs) kategori dosis terapi terlalu
retinopati yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2012 sampai
tahun 2013.
e. apakah terjadi Drug Related Problems (DRPs) kategori reaksi obat yang
retinopati yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2012 sampai
tahun 2013.
6
1.4 Hipotesis
adalah :
a. terjadi DRPs kategori pemberian terapi obat tidak tepat indikasi pada pasien
b. terjadi DRPs kategori tidak mendapat terapi tambahan pada pasien DM tipe 2
c. terjadi DRPs kategori dosis terapi terlalu tinggi pada pasien DM tipe 2 dengan
d. terjadi DRPs kategori dosis terapi terlalu rendah pada pasien DM tipe 2 dengan
e. terjadi DRPs kategori reaksi obat yang merugikan secara farmakologi pada
masalah dengan kategori pemberian terapi obat tidak tepat indikasi pada pasien
inap di RSUP H. Adam Malik selama Januari 2012 sampai Desember 2013.
7
b. mengkategorikan kejadian DRPs pada obat-obat yang beresiko menimbulkan
masalah dengan kategori tidak mendapat terapi tambahan pada pasien DM tipe
masalah dengan kategori dosis terapi terlalu tinggi pada pasien DM tipe 2
masalah dengan kategori dosis terapi terlalu rendah pada pasien DM tipe 2
masalah dengan kategori reaksi obat yang merugikan pada pasien DM tipe 2
masukan bagi RSUP H. Adam Malik tentang kejadian problem terkait obat (Drug