Anda di halaman 1dari 20

 Menjelskan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik

4.1. persiapan alat untuk diagnostik


a. alat
b. bahan
c. tempat

 Melakukan persiapan untuk pemeriksaan laboratorium

4.2 . Persiapan dan Pengambilan Spesimen

1. Pemeriksaan Spesimen Darah


a.)Pengertian
Pemerisaan darah merupakan pemeriksaan dengan bahan atau spesimen darah
beberapa pemeriksaan berikut ini menggunakan spesimen darah, antara lain:
Albuminum, asam urat, gula darah, hematocrit, haemoglobin, trombosit, kolestrol, dll.

b.) Tempat pengambilan darah untuk berbagai macam pemeriksaan laboratorium


Pada pemeriksaan specimen darah, darah yang diambil yaitu darah vena, kapiler,
dan arteri.
1. Darah vena
Pemeriksaan darah vena biasanya diambil dari lipatan siku tangan dan dilakukan
untuk menentukan tes diagnostik.Pada orang dewasa biasanya diambil dari vena
median cubiti.Pada bayi, dapat digunakan vena jugularis superficialis atau sinus
sagittalis superior.Memberikan informasi sistem hematologi dan sistem tubuh
yang lain. Berupa CBC (Complete Blood Count), elektrolit serum, dan kimia darah.
Penusukan vena kadang sulit, karena beberapa hal.Kulit pada orang muda
kadang sulit ditusuk karena tebal dan kuat.Pada pasien lansia, vena cendrung
‘lari’ saat ditusuk dengan jarum atau adanya penebalan dan pengerasan vena
oleh adanya aterosklerosis.Pemeriksaan CBC digunakan tabung EDTA.
Cara pengambilan darah vena:
 Ikatkan torniquet pada lipatan siku atas, kemudian tangan dikepal.
 Tentukan vena yang akan diambil darahnya.
 Aseptikkan tempat pengambilan dengan povidone iodium 10%, biarkan
mengering, lalu ulangi dengan alkohol 70%.
 Darah vena dipijat/dilonggarkan dengan tekanan ibu jari/telunjuk.
 Tusukkan jarum < 1,25 inch dengan posisi 15° dengan lengan tangan.
 Setelah tertusuk, jarum diturunkan ke posisi 30°
 Bila menggunakan syringe, sedot darah perlahan sampai pada volume darah
yang dibutuhkan.
 Bila menggunakan jarum tanpa spuit, biarkan darah langsung mengalir ke
media.(media transport/SPS 0,05%àmikrobiologi, antikoagulanàpatologi klinik,
sediaan hapus darahàparasitologi)
 Pengeluaran darah/punksià1 cc/menit.
 Lepaskan torniquet, kemudian tumpat daerah pengambilan darah dengan kapas
beralkohol 70%.
 Tarik jarum perlahan-lahan, kemudian lengan ditekuk/dilipat supaya darah
berhenti mengalir.
2. Darah kapiler
Digunakan pada pemeriksaan glukosa darah atau saat pengambilan
vena gagal.Pada orang dewasa biasanya diambil pada ujung jari tangan/ kaki atau
daun telinga bagian bawah.Pada tetesan pertama dibuang dengan menggunakan
kapas kering, agar tidak bercampur dengan alcohol.Digunakan dalam
pengambilan sampel darah dengan volume yang sedikit, biasanya untuk
screening test.
Cara pengambilan darah kapiler:
 Lakukan tindakan aseptik dengan povidone iodium 10%, biarkan sampai
mengering, lalu ulangi dengan alkohol 70%.
 Sterilkan lanset dalam alkohol 95%
 Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada jari tusukkan arah tegak
lurus pada garis-garis sidik kulit jari dan tidak boleh sejajar bila yang akan
diambil spesimennya. Pada anak daun telinga tusukkan pinggirnya dan jangan
sampai sisinya mengeluarkan darah.
 Setelah penusukkan selesai, tempat tusukkan ditutup dengan kapas beralkohol
dan biarkan sampai darah tidak keluar.
3. Darah arteri
Dilakukan untuk pemeriksaan AGDA (Analisis Gas Darah Arteri)
dan elektrolit.AGDA dilakukan untuk mengetahui status respirasi atau status asam
basa darah klien.Area yang diambil adalah arteri radialis, brachialis atau
femoralis.Berikan penekanan dan waspadai adanya okulsi
pada klien.Tanda okulsi arteri adalah kesemutan pada tangan, tangan berwarna
pucat dan tidak adanya denyut perifer.
Karena digunakan dalam pemeriksaan AGDA, prosedurnya adalah sebagai
berikut:
 Tentukan daerah yang akan diambil darahnya
 Lakukan tindakan aseptik dengan povidone iodium 10%, biarkan sampai
mengering, lalu ulangi dengan alkohol 70%.
 Siapkan syringe dengan spuit yang telah dilumuri antikoagulan heparin.
 Tusukkan jarum tegak lurus, darah akan mengalir ke syringe.
 Kemudian, jarum dibengkokkan dan ditusuk dalam lilin.
c.) Bentuk Pemeriksaan Dengan Spesimen Darah
Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan dengan bahan atau spesimen darah.
Beberapa pemeriksaan berikut ini menggunakan spesimen darah, antara lain:
 Serum glutamik piruvik transaminase (SGPT) atau alanin amoniotransferase.
Pemeriksaan SGPT dilakukan untuk mendeteksi adanya kerusakan
hepatoseluler.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol
3. Hindari hemolysis
4. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:192)
 Albumin
Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mendeteksi kemampuan albumin yang
disintesis oleh hepar.Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan adanya
gangguan hepar seperti sirosis, luka bakar, gangguan ginjal, atau kehilangan
protein dalam jumlah yang banyak.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:192)
 Asam Urat
Pemeriksaan asam urat dilakukan untuk mendeteksi penyakit pada ginjal,
anemia asam folat, luka bakar, dan kehamilan.Terjadi peningkatan asam urat
dapat diindikasikan penyakit seperti leukemia, kanker, eklamsia berat, gagal
ginjal, malnutrisi, dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-7 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:192)
 Bilirubin (total, direct, dan indirect)
Pemeriksaan bilirubin dilakukan untuk mendeteksi kadar bilirubin. Pemeriksaan
pada bilirubin direct, dilakukan untuk mendeteksi adanya ikterik obstruktif oleh
karena batu atau neoplasma, hepatitis, dan sirosis.Pada bilirubin indirect,
pemeriksaan dapat mendeteksi adanya anemia, malaria, dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Hindari hemolisis.
4. Berikan label nama dan tanggal.(Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:192)
 Estrogen
Pemeriksaan estrogen dilakukan untuk mendeteksi disfungsi ovarium, gejala
menopause dan pasca menopause, serta stres psikogenik.Peningkatan nilai
estrogen dapat menunjukkan indikasi adanya tumor ovarium, adanya kehamilan,
dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:193)
 Gas Darah Arteri (GDA)
Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk mendeteksi gangguan
keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh karena gangguan respiratorik
atau gangguan metabolik.
Cara:
1. Ambil darah ± 1-5 ml dari arteri, dengan spuit dan jarum berisikan heparin.
2. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:193)
 Gula Darah Puasa
Pemeriksaan gula darah puasa dilakukan untuk mendeteksi adanya diabetes
atau reaksi hipoglikemik.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Puasakan makan dan minum 12 jam sebelum pemeriksaan. (Musrifatul Uliyah,
A.Aziz Alimul Hidayat,2008:193)
 Gula Darah Postprandial
Pemeriksaan gula darah postprandial bertujuan untuk mendeteksi adanya
diabetes atau reaksi hipoglikemik.Pemeriksaan dilakukan setelah makan.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena 2 jam setelah makan pagi atau siang.
2. Masukkan ke dalam tabung atau botol. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:193)
 Gonadotropin korionik manusia (Human Chorionic Gonadotropin-HCG)
Pemeriksaan HCG dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan karena HCG
adalah hormon yang diproduksi oleh plasenta.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Hindari hemolisis.
4. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:193)
 Hematokrit
Pemeriksaan hematokrit dilakukan untuk mengukur perbandingan (dalam
persen) konsentrasi eritrosit dalam darah. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi
adanya anemia, kehilangan darah, gagal ginjal kronis, serta defisiensi vitamin B
dan C. Apabila terjadi peningkatan hematokrit dapat diindikasikan adanya
dehidrasi, asidosis, trauma, pembedahan, dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 7 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:193-194)
 Hemoglobin
Hemoglobin merupakan protein yang dikandung sel darah merah yang mampu
mengikat oksigen.Pemeriksaan hemoglobin dilakukan untuk mendeteksi adanya
anemia dan penyakit ginjal.Peningkatan hemoglobin dapat menunjukkan indikasi
adanya dehidrasi, penyakit paru-paru obstruksi menahun, gagl jantung kongestif,
dan lain-lain.
Cara:
1. Ambil darah ± 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Hindari hemolisis.
4. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:194)
 Trombosit
Trombosit merupakan sel yang membantu penggumpalan darah jika terjadi
pendarahan.Pemeriksaan trombosit dilakukan untuk mendeteksi adanya
trombositopenia yang berhubungan dengan perdarahan, dan trombositosis yang
menyebabkan peningkatan pembekuan.
Cara:
1. Ambil darah ± 5 ml dari vena
2. Masukkan pada tabung atau botol.
3. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:194)
 Masa Tromboplastin parsial (Partial Tromboplastin Time-PPT), masa
tromboplastin parsial teraktivasi (Activation Partial Tromboplastin Time-APTT)
Pemeriksaan PTT/APTT bertujuan untuk mendeteksi variasi trombosit,
memonitor terapi heparin, dan mendeteksi defisiensi faktor pembekuan kecuali
faktor VII dan VIII.
Cara:
1. Ambil darah ± 7-10 ml dari vena.
2. Lakukan Pengambilan 1 jam sebelum pemberian dosis heparin.
3. Masukkan pada tabung atau botol.
4. Berikan label nama dan tanggal. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:194)
5. Pemeriksaan lain yang menggunakan spesimen darah antara lain pemeriksaan
kadar elektrolit dalam darah, masa protombin, progesteron, prolaktin, serum
keratinin, kortisol, kolesterol, T3, T4, dan lain-lain. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul
Hidayat,2008:194)
d.) Persiapan alat
 Lanset darah atau jarum khusus
 Kapas alcohol
 Kapas kering
 Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam pemeriksaan
 Bengkok
 Hand scoon
 Perlak dan pengalas

e.) Prosedur kerja


 Mendekatkan alat
 Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur
 Memasang perlak dan pengalas
 Memakai hand scoon
 Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan
 Kulit dihapushamakan dengan kapas alcohol
 Bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol
 Merapikan alat
 Melepaskan hand scoon
f.) Volume darah yang diambil:
 10-20 ml dewasa
 1-5 ml anak-anak
 1-3 ml bayi

2. Pemeriksaan Urine
a.) Kegunaan
 Menafsirkan proses-proses metabolise
 Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan (pada pasien DM)

b.Jenis pemeriksaan urine


Jenis pemeriksaan urin yang dilakukan yaitu urin bersih untuk urinalisis rutin, urin
tamping-bersih atau pancar tengah untuk kultur dan specimen urin sewaktu untuk
pemeriksaan berbagai masalah kesehatan.
 Urine rutin (pagi)
Pada spesimen urin rutin, urin yang diambil adalah urin yang pertama dikeluarkan
sewaktu pasien bangun tidur dipagi hari karena konsentrasi urin lebih tinggi dan
memiliki pH yang lebih asam. Urin diperlukan umumnya 120 ml. Urin segera
diambil karena kristal urin dan eritrosit akan lisis jika dalam waktu lama.
 Urine sewaktu
Pengambilan semua urin yang dikeluarkan dalam waktu tertentu (waktu 1 – 2 jam
hingga 24 jam) bilamana diperlukan pemeriksaan.Urin kemudian dibekukan dan
dimasukan dalam wadah pengawet untuk mencegah
kolonisasi bakteri.Pada wadah spesimen, diberi label tanggal, waktu
pemngambilan spesimen, dan urutan spesimen. Tujuan pengumpulan spesimen
urin sewaktu untuk menentukan kemampuan ginjal, menentukan gangguan
metabolism glukosa dan menentukan kadar tertentu dalam urin.
 Urin pancar tengah atau tamping-bersih
Digunakan untuk kultur urin menentukan adanya mikroorganisme yang
menginfeksi saluran kemih, tipe organisme dan antibiotic yang sensitive terhadap
organisme tersebut. Urin dimasukan ke dalam wadah tertutup dan steril.
Cara:

 Pada klien wanita dilakukan pembersihan area perineuk dengan pembersiha


antiseptik.
 Pada klien pria dengan membersihkan meatus urinaria dan distal penis.
 Biarkan urin pertama terbuang lalu letakkan wadah pada urin tengah dan jangan
sampai menyentuh permukaan perineum.
 Urin yang dibutuhkan adalah 30 – 60 ml.
c.) Persiapan alat
 Formulir khusus untuk pemeriksaan urine
 Wadah urine dengan tutupnya
 Hand scoon
 Kertas etiket
 Bengkok
 Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium
d.) Prosedur tindakan
 Mencuci tangan
 Mengisi formulir
 Memberi etiket pada wadah
 Memakai hand scoon
 Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian ditutup rapat.
 Menyesuaikan data formulir dengan data pada tiket
 Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi
 Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus bertutup.
 Membereskan dan merapikan alat
 Melepas hand scoon
 Mencuci tangan

3. Pemeriksaan Feses

a.)Pengertian
Menyiapkan feses untuk pemeriksaan laboratorium dengan cara pengambilan
tertentu.

b.) Tujuan
 Menentukan darah samar karena adanya ulkus, inflamasi dan tumor.
Menggunakan kertas guaiac.
 Mengetahui adanya gangguan pada gastrointestinal. Adanya lemak pada feses
akibat kerusakan pada intestinal.
 Mendeteksi telur dan parasite.
 Mendeteksi adanya virus dan bakteri dengan kultur (pembiakan).

c.) Pemeriksaan tinja untuk pasien dewasa


Untuk pemeriksaan lengkap meliputi warna, bau, konsistensi, lendir, darah, dan
telur cacing. Tinja yang diambil adalah tinja segar.

d.) Persiapan alat


 Hand scoon bersih
 Vasseline
 Botol bersih dengan penutup
 Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya
 Bengkok
 Perlak pengalas
 Tissue
 Tempat bahan pemeriksaan
 Sampiran

e.) Prosedur tindakan


 Mendekatkan alat
 Memberitahu pasien
 Mencuci tangan
 Memasang perlak pengalas dan sampiran
 Melepas pakaian bawah pasien
 Mengatur posisi dorsal recumbent
 Memakan hand scoon
 Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas
kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
 Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam
tempatnya.
 Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
 Melepas hand scoon
 Merapikan pasien
 Mencuci tangan
Untuk pemeriksaan kultur (pembiakan) pengambilan tinja dengan cara steril.
Gunakan swab yang steril, lalu dimasukkan dalam kantung steril. Untuk tes guaiac,
pulaskan feses pada kertas dan teteskan reagen ke pulasan tadi. Untuk hematest
dengan memulaskan feses pada kertas saring dan beri tablet pada tengah spesimen
dan tambahkan air. Untuk hemoccult dengan memulaskan feses diatas lingkaran dan
teteskan reagen.

4.pemeriksaan cairan vagina


Pengeluaran cairan pervagina berupa keputihan. Keputihan adalah cairan yang
keluar dari vagina. Keputihan dapat timbul dari berbagai keadaan, yaitu secara normal
atau fisiologis dan secara patologis. Keputihan fisiologis adalah keputihan yang normal
terjadi akibat perubahan hormonal, seperti saat menstruasi, stres, kehamilan, dan
pemakaian kontrasepsi. Sedangkan keputihan patologis adalah keputihan yang timbul
akibat kondisi medis tertentu dengan penyebab tersering adalah akibat infeksi parasit,
jamur, atau bakteri.

a.) Persiapan alat


 Kapas lidi steril
 Objek gelas
 Bengkok
 Sarung tangan Steril
 Spekulum
 Kain kassa, kapas sublimat
 Bengkok
 Perlak

2.) Prosedur tindakan


 Memberitahu dan memberi penjelasan pada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan, dan meminta persetujuan pasien
 Mempersiapkan alat dan bahan, dan mendekatkan alat ke dekat pasien
 Memasang sampiran
 Membuka dan menganjurkan klien untuk menanggalkan pakaian bagian bawah
(jaga privacy pasien)
 Memasang pengalas dibawah bokong pasien
 Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk (dorsal recumbent)
 Mencuci tangan
 Memakai sarung tangan
 Membuka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang tidak
dominan
 Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi dengan tangan yang dominan sesuai
kebutuhan
 Menghapus sekret vagina pada objek gelas yang disediakan
 Membuang kapas lidi pada bengkok
 Memasukkan objek gelas ke dalam piring petri atau ke dalam tabung kimia dan
ditutup
 Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen untuk dikirim ke
laboratorium
 Membereskan alat
 Melepas sarung tangan
 Mencuci tangan
 Melakukan dokumentasi tindakan

5. Pemeriksaan secret / Sputum Tenggorokan


a.)Pengertian
Sputum atau dahak adalah bahan yang keluar dari bronchi atau trakhea, bukan
ludah atau lendir yang keluar dari mulut, hidung atau tenggorokan.

b.)Tujuan
Untuk mengetahui basil tahan asam dan mikroorganisme (seperti, tuberkulosis
pulmonal, pneumonia bakteri, bronkhitis kronis, bronkhietaksis) yang ada dalam tubuh
pasien sehingga diagnosa dapat ditegakkan.
c.)Indikasi
Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran pernafasan (apabila
diperlukan).
d.) Persiapan alat
 Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
 Botol bersih dengan penutup
 Hand scoon
 Formulir dan etiket
 Perlak pengalas
 Bengkok
 Tissue
e.) Prosedur tindakan
 Menyiapkan alat
 Memberitahu pasien
 Mencuci tangan
 Mengatur posisi duduk
 Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan bengkok.
 Memakai hand scoon
 Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah disiapkan
(sputum pot)
 Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
 Membersihkan mulut pasien
 Merapikan pasien dan alat
 Melepas hand scoon
 Mencuci tangan
f.) Cara pengambilan sputum secara umum:
 Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan
untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Atau juga bisa diambilsputum
sewaktu. Pengambilan sputum juga harus dilakukan sebelum pasien menyikat
gigi.
 Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang
banyak pada malam sebelum pengambilan sputum.
 Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum agar yang dibatukkan
benar-benar merupakan sputum, bukan air liur/saliva ataupun campuran antara
sputum dan saliva. Selanjutnya, jelaskan cara mengeluarkan sputum.
 Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur dengan
air dan pasien harus melepas gigi palsu(bila ada).
 Sputum diambil dari batukkan pertama(first cough).
g.) Cara membatukkan sputum:
 Tarik nafas dalam dan kuat(dengan pernafasan dada)batukkan kuat sputum dari
bronkus, trakea, mulut, wadah penampung.
 Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan berpenutup(Screw Cap
Medium).
 Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air
liur/saliva, maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum.
 Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus, seperti, butir
keju, darah dan unsur-unsur lain.
 Bila sputum susah keluaràlakukan perawatan mulut
 Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril guayakolat(expectorant)200
mg atau dengan mengonsumsi air teh manis saat malam sebelum pengambilan
sputum.
Bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil secara:

1. Aspirasi transtracheal
2. Bronchial lavage
3. Lung biopsy
 Menjelaskan persiapan untuk pemeriksaan radiologi

4.3. PERSIAPAN UNTUK PEMERIKSAAN

1. USG

Persiapan yang dilakukan tergantung dari jenis USG yang akan dikerjakan. Beberapa di
antaranya meliputi:

 Mengonsumsi setidaknya 6 gelas air putih 2 jam sebelum tindakan dan menahan
untuk buang air kecil untuk USG daerah panggul, karena kandung kemih harus
penuh.
 Terkadang pasien dapat diminta untuk berpuasa 8 hingga 12 jam sebelum
tindakan USG perut, agar tidak ada sisa makanan di lambung dan usus yang
dapat menghalangi gelombang suara. Atau dapat dianjurkan untuk tidak makan
lemak sejak sore hari sebelum pemeriksaan untuk USG perut bila ingin melihat
empedu, hati, pankreas, dan limpa
 Tidak makan atau minum 6-12 jam sebelum USG perut, khususnya bila ingin
melihat gambaran kandung empedu yang lebih jelas.
 Menghindari pemakaian kosmetik, seperti bedak atau losion pada payudara
sebelum USG mammae, karena dapat mempengaruhi hasil akhir.
 Untuk USG transvaginal, pasien akan diminta untuk mengosongkan kandung
kemih terlebih dahulu.

Tergantung dari bagian tubuh yang akan diperiksa, pihak rumah sakit akan memberikan
pakaian khusus untuk memudahkan proses USG. Pasien juga akan diminta untuk
melepas perhiasan di sekitar area yang akan diperiksa.

Bagi yang akan menjalani jenis USG endoskopi, dokter akan memberikan suntikan obat
penenang atau semprotan obat bius lokal di tenggorokan agar menjadi kebas, dan
untuk menghindari rasa mual atau nyeri saat alat dimasukkan.
2. RONTGEN

Berdasarkan jenis persiapannya, pemeriksaan X-Ray terbagi atas:

 Radiografi konvesional tanpa persiapan

-Pasien dapat langsung difoto saat datang.

 Radiografi konvensional dengan persiapan

 organ abdomen (perut) memerlukan puasa beberapa jam atau hanya makan
Pemeriksaan makanan tertentu agar usus dapat tergambar dengan jelas tanpa
adanya penutupan dari feses.
 Pada pemeriksaan saluran kemih, Anda akan diminta berbaring telentang
dengan tangan menjauh dari tubuh. Serta sebelum pemeriksaan Anda akan
diminta untuk meminum banyak air atau dan menahan kencing agar dapat
terlihat gambaran yang bagus pada buli-buli (kandung kemih).
 Pemeriksaan dada proyeksi posterior anterior (PA) dilakukan dengan posisi
berdiri, baju harus diturunkan sampai ke pinggang. Anda akan diminta untuk
menahan nafas saat foto diambil.
 Jika rontgen dilakukan pada daerah tengkorak, penjepit atau hiasan rambut,
kaca mata, dan gigi palsu harus dipindahkan.

Persiapan teknis lainnya sebagai berikut:

 Memakai pakaian yang nyaman dan longgar agar mudah untuk membukanya,
namun pada beberapa rumah sakit akan diberikan gaun untuk dipakai.

 Mencopot perhiasan, jam atau alat-alat yang mengandung logam pada tubuh.
Jika Anda memiliki implantasi metalik di dalam tubuh dari operasi sebelumnya,
segera laporkan ke dokter karena implant akan memblokir sinar X-Ray untuk
menembus ke dalam tubuh.
3.CTG

PERSIAPAN PEMERIKSAAN CTG

 Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.

 Waktu pemeriksaan selama 20 menit,

 Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu
maupun bayi.

 Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera


diberikan pertolongan yang sesuai.

 Konsultasi langsung dengan dokter kandungan

4.LAPARASKOPI

Ada beberapa persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan prosedur


laparoskopi. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan sebelum memulai prosedur ini,
di antaranya pemeriksaan riwayat kesehatan dan mengajukan pertanyaan mengenai
keluhan dan gejala yang dialami. Pemeriksaan juga meliputi pemeriksaan riwayat
penyakit serta alergi. Setelah itu, ada juga tes darah dan tes urine.

Pemeriksaan penunjang juga mungkin akan dilakukan, meliputi foto Rontgen dada,
USG, CT scan, MRI, dan elektrokardiogram (EKG). Hasil dari pemeriksaan ini akan
dijadikan acuan dalam menentukan tindak lanjut yang perlu diambil. Selain
pemeriksaan, kamu juga akan disarankan untuk melakukan beberapa persiapan
sebelum melakukan prosedur laparoskopi.

Orang yang akan menjalani pemeriksaan ini diharuskan untuk terlebih dahulu
mengosongkan kandung kemih dan tidak makan atau minum apapun setidaknya 8 jam
sebelum tindakan dilakukan. Disarankan juga untuk mengajak anggota keluarga atau
teman untuk mengantar pulang. Sebab, setelah melakukan laparoskopi kamu mungkin
akan merasa lemas dan tidak bisa berkendara karena efek obat bius.
 Menangani klien yang krisis

8.1 MENDAMPINGI PASIEN YANG MENGALAMI KRISIS

1.Pengertian pasien yang krisis


Pasien krisis adalah perubahan dalm proses yang mengindikasikan hasilnya
sembuh atau mati, sedangkan dalam bahasa yunani artinya berubah atau berpisah.
Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih sistem
tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi.
Suatu perawatan intensif adalah perawatan yang menggabungkan teknologi tinggi
dengan keahlian khusus dalam bidang perawatan dan kedokteran gawat darurat yang
dibutuhkan untuk merawat pasien sakit kritis.
Pasien kritis adalah pasien yang memerlukan pemantauan yang canggih dan terapi
yang intensif.
Prioritas pasien yang dikatakan kritis

1.Pasien prioritas 1
kelompok ini merupakan pasien sakit kritis ,tidak stabil,yang memerlukan perawatan
inensif ,dengan bantuan alat – alat ventilasi ,monitoring, dan obat – obatan vasoakif
kontinyu dan lain – pain.misalnya pasien bedah kardiotorasik,atau pasien shock
septik.pertimbangkan juga derajat hipoksemia, hipotensi, dibawah tekanan darah
tertentu.

2. Pasien prioritas 2
pasien ini memerluakn pelayanan pemantauan canggih dari icu.jenis pasien ini beresiko
sehingga memerlukan terapi segera,karenanya pemantauan intensif menggunakan
metoda seperti pulmonary arteri cateteter sangat menolong.misalnya pada pasien
penyakit jantung,paru,ginjal, yang telah mengalami pembedahan mayor.pasien prioritas
2 umumnya tidak terbatas macam terapi yang diterimanya.

3. Pasien prioritas 3
pasien jenis ini sakit kritis dan tidak stabil, dimana status kesehatan
sebelumnya,penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya, baik masing – masing
atau kombinasinya,sangat mengurangi kemungkinan sembuh dan atau mendapat
manfaat dari terapi icu.
Contoh – conoh pasien ini adalah pasien dengan keganasan metastasik disertai
penyulit infeksi pericardial tamponade,atau sumbatan jalan napas atau pasien
menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai komplikasi penyakit akut
berat.pasien – pasien prioritas 3 mungkin mendapat terapi intensif untuk mengatasi
penyakit akut berat.pasien – pasien prioritas 3 mungkin mendapat terapi intensif untuk
mengatasi penyakit akut,tetapi usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi
dan resusitasi kardio pulmoner.
2.Karakteristik situasi krisis
Secara umum karakter pasien dibedakan mejadi 2 tipe. Yang cenderung ingin
mencari informasi lebih jelas –information seeking- dan ada yang tidak begitu
mementingkan penjelasan dokter –non information seeking-. Para pasien yang jenis
kedua hampir jarang ditemukan di era saat ini. Mungkin yang masih ada di pedesaan
yang pendudukny masih polos, kalangan yang latar pendidikannya kurang, para
pasien yang sudah terlampau percaya pada dokternya atau terlanjur menganggap
therapi yang diberikan dokter selalu cocok dengan segala macam gejala penyakit
yang dikeluhkan. Mereka tidak terlalu peduli apa nama penyakitnya, bagaimana bisa
terjadi, bagaimana kemungkianan sembuh dan lain-lain. Sudah cukup dengan diberikan
obat , menerima nasehat mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Begitu saja, tidak lebih.
Berbeda dengan yang kedua di atas, para pasien golongan pencari informasi akan lebih
aktif bertanya kepada dokternya. Mereka belum merasa puas kalau dokter belum bisa
atau pun belum sempat menjawab pertanyaan mereka. Didasari juga oleh pengaruh
psikis, golongan pasien ini dibedakan lagi antara yang bisa menerima penjelasan dokter
secara proporsional dan ada juga yang bertype agak ‘ngeyel’. Mereka yang rada
cerewet ini terkadang belum cukup menerima sekali penjelasan dokter, banyak
mengajukan pertanyaan yang sama, lebih banyak mengungkapkan keluhan dibanding
mendengar informasi dokternya.
 Menangani pasien yang kehilangan

9.1. Mendampingi pasien yang kehilangan

1. pengertian pasien yang kehilangan

 Kehilangan adalahsuatu kondisi yang terputus atau memulai sesuatu tanpa hal
yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap
atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisipasi atau tidak
diharapkan/ diduga, sebagian atau total dan bisa kembaliatau tidak dapat
kembali.
 Kehilangan adalah sutau keadaan individu yang terpisahdengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik tejadi sebagian atau
keseluruhan (Lamber dan Lamber, 1985). Kehilangan merupakan pengalaman
yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentan kehidupannya. Sejak lahir
individu sudah mengalami kehilangandan cenderung aan mengalaminya kembali
walaupun dalam bentuk yang berbeda.
 Kehilangan meruoakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau tidak
pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau
seluruhnya.

2. karakteristik situasi kehilangan

Kehilangan karena kematian adalah suatu keadaan pikiran, perasaan, dan


aktivitas yang mengikuti kehilangan. Keadaan ini mencakup duka cita dan berkabung.
Dukacita adalah proses mengalami psikologis, social dan fisik terhadap kehilangan
yang dipersepsikan(Rando, 1991). Dukacita merupakan respon individu atau reaksi
emosi dari kehilangan dan terjadi karena kehilangan seperti : kehilangan hak,
kehilangan hak hidup, menuju kematian. Berkabung adalah keadaan berduka yang
ditunjukkan selama individu melewati reaksi berduka, seperti mengabaikan keadaan
kesehatan secara ekstrim. Berkabung merupakan proses yang mengikuti suatu
kehilangan dan mencakup berupaya untuk melewati dukacita.
Proses dukacita dan berkabung bersifat mendalam, internal, menyedihkan dan
berkepanjangan.Tujuan duka cita adalah untuk mencapai fungsi yang lebih efektif
dengan mengintekgrasikan kehilangan kedalam pengalaman hidup klien. Worden
(1982), empat tugas dukacita yang memudahkan penyesuaian yang sehat terhadap
kehilangan , dan Harper (1987) merancang tugas dalam akronim”TEAR”.
1. T: Untuk menerima realitas dari kehilangan
2. E; Mengalmi kepedihan akibat kehilangan
3. A: Menyesuaikan lingkungan yang tidak lagi mencakup orang, benda atau aspek diri
yang hilang
4. R: Memberdayakan kembali energy emosional kedalam hubungan yang baru.
Tugas ini tidak terjadi pada urutan yang khusus. Pada kenyataanya orang yang berduka
mungkin melewati keempat tugas tersebut secara bersamaan atau hanya satu atau dua
yang menjadi preoritas.
Dukacita adaptif termasuk proses berkabung, koping, interaksi, perencanaan, dan
pengenalan psikososial. Hal ini dimulai dalam merespons terhadap kesadaran tentang
suatu ancaman kehilangan dan pengenalan tentang kehilangan yang berkaitan dengan
masa lalu, saat ini, dan masa dating. Dukacita adaptif terjadi pada mereka yang
menerima diagnosis yang mempunyai efek jangka panjang terhadap fungsi tubuh,
seperti pada lupus eritomatosus sistemik.
Dukacita terselubung terjadi ketika seseorang mengalami kehilangan yang tidak dapat
dikenali, rasa berkabung yang luas, atau didukung secara social. Dukacita mungkin
terselubung dalam situasi dimana hubungan antara berduka dan meninggalkan tidak
didasarkan pada ikatan keluarga yang dikenal.
Seseorang dapat tumbuh dari pengalaman kehilangan melalui keterbukaan, dorongan
dari orang lain, dan dorongan yang adekuat. Dalam kasus lain kehilangan itu sendiri
tidak didefinisikan secara secara social sebagai sesuatu yang signifikan, seperti halnya
kematian perinatal, aborsi, atau adopsi.Kehilangan hewan peliharaan mungkin
dipandang sebagai sesuatu yang signifikan.

Anda mungkin juga menyukai