Dengan pemeriksaan ini, dokter dapat mendeteksi risiko terjadinya perdarahan berlebih atau
pembentukan gumpalan darah pada pembuluh darah.Koagulasi dapat mencegah perdarahan
berlebih yang disebabkan oleh luka. Tetapi darah yang mengalir dalam pembuluh darah
harusnya tidak menggumpal.Pasalnya, gumpalan darah yang terbentuk dalam pembuluh darah
dapat mengalir ke jantung, paru-paru, atau otak. Gumpalan ini bisa menyebabkan serangan
jantung, stroke, bahkan kematian.
Kenapa tes koagulasi diperlukan?
Gangguan koagulasi dapat menyebabkan perdarahan atau gumpalan darah yang berbahaya.
Bila pasien dicurigai mengalami gangguan koagulasi, dokter akan melakukan tes koagulasi.
Pemeriksaan ini mengukur kadar berbagai jenis protein dan fungsinya.Kondisi yang dapat
menyebabkan gangguan koagulasi meliputi:
Penyakit hati
Kekurangan vitamin K
Thrombophilia, yaitu kondisi penggumpalan darah yang berlebih
Hemophilia, yaitu ketidakmampuan darah untuk menggumpal dengan normal
Coagulation test juga berguna untuk memantau efektivitas obat pada pasien yang
mengonsumsi obat-obatan untuk mendukung proses penggumpalan darah. Tes ini pun
umumnya dilakukan pada pasien sebelum operasi.
Bagaimana tes koagulasi dilakukan?
Tes koagulasi dilaksanakan dengan pengambilan sampel darah. Tenaga medis akan mengambil
sampel darah dari lengan pasien dengan prosedur sebagai berikut:
Tenaga medis akan membersihkan area pengambilan darah dengan cairan antiseptik.
Langkah ini dilakukan untuk membunuh kuman di permukaan kulit.
Lengan atas pasien akan diikat dengan tourniquet agar aliran darah di lengan dapat
terkumpul dan pembuluh darah vena mudah ditemukan.
Setelah vena ditemukan, darah kemudian akan diambil dengan cara menyuntikkan
jarum steril ke pembuluh darah.
Tabung khusus lalu dipasang di belakang jarum untuk menampung darah pasien.
Ketika jumlah darah sudah cukup, jarum akan dilepas dan bagian yang disuntik akan
ditutup dengan perban.
Prosedur pengambilan darah biasanya hanya membutuhkan waktu singkat, yakni sekitar lima
menit. Pasien mungkin akan merasa sedikit nyeri saat jarum disuntikkan atau dilepaskan.
Seperti apa hasil tes koagulasi?
Hasil tes koagulasi bervariasi dan tergantung pada jenis pemeriksaannya. Berikut
penjelasannya:
Tes faktor V
Pemeriksaan ini mengukur faktor V, yakni suatu substansi yang berperan dalam penggumpalan
darah. Kadar faktor V yang rendah dapat menjadi pertanda dari penyakit hati, fibrinolisis
primer, atau disseminated intravascular coagulation (DIC).
Kadar fibrinogen
Fibrinogen adalah protein yang dihasilkan oleh hati. Pemeriksaan ini akan mengukur kadar
fibrinogen dalam darah.Hasil tes fibrinogen yang tidak normal dapat menjadi tanda perdarahan
berlebih, fibrinolisis, atau solusio plasenta (lepasnya plasenta dari dinding rahim).
Bleeding time
Tes ini akan menilai seberapa cepat pembuluh darah kecil pada kulit menutup dan
menghentikan perdarahan.
Perdarahan
Membutuhkan banyak suntikan untuk melokalisir pembuluh darah vena
Darah menumpuk di bawah kulit (memar)
Infeksi
Pingsan atau sensasi seperti mau pingsan
FASE PRE ANALITIK PEMERIKSAAN HEMOSTASIS
Pemeriksaan hemostasis sangat penting untuk diagnosis yang akurat dan manajemen yang
aman pada pasien dengan perdarahan dan gangguan trombotik. Penggunaan obat-obatan
seperti antikoagulan yang digunakan dalam pengobatan pasien dengan penyakit jantung
hanya mungkin dilakukan dengan metode laboratorium yang terkontrol dengan baik.
Salah satu kontrol laboratorium adalah dengan memastikan tidak ada masalah pra
analitik, yaitu fase sebelum dilakukannya analisa sampel dalam laboratorium. Fase pra
analitik pada pemeriksaan hemostasis di antaranya adalah:
Citrate BD vacutainer
Antikoagulan yang paling umum digunakan adalah trisodium sitrat, direkomendasikan 32
g/l, karena:
4. Sentrifugasi
Pemeriksaan koagulasi secara rutin dilakukan sebagai platelet poor plasma (PPP) yang
disentrifugasi dengan kecepatan 2000g selama 15 menit pada suhu 4 o C (kurang lebih
4000 rev/mnt).
5. Penyimpanan Sampel
Pemeriksaan PT dan APTT dilakukan pada sampel yang baru.
Pemeriksaan yang dilakukan di kemudian hari disimpan dalam bentuk deep frozen
Sampel optimalnya disimpan di aliquot kecil dalam nitrogen cair (-196 o C),
meskipun sampel dapat disimpan beku -40 o C atau -80 o C untuk beberapa minggu tanpa
kehilangan aktivitas hemostasis yang signifikan.
Setelah sampel dicairkan kembali, sampel harus dicampur kembali dengan benar
sebelum dilakukan pemeriksaan. Sekali sampel dicairkan, tidak dapat dibekukan
kembali. Sampel dihangatkan pada suhu 37 o C untuk mecegah
pembentukan cryoprecipitate.
Semoga bermanfaat
Referensi:
Bain, B., Bates, I., Michael A., L. and Mitchell, L. (2017). Dacie and lewis practical
haematology international edition. 12th ed: Elsevier Health Sciences